HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan"

Transkripsi

1 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV ATLAS didirikan pada tahun 1998 di Jalan Leuwi Anyar nomor 123 RT/RW 01/05 Kelurahan Sukamanah, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya sebagai usaha kecil menengah yang bergerak di bidang pengolahan kayu. Bapak Ade merupakan pendiri utamanya. Ketertarikan Bapak Ade terhadap usaha ini berawal dari melihat penduduk sekitar yang mayoritas melakukan kegiatan usaha dalam bidang pengolahan kayu yaitu furniture dan kusein. Sebagian besar dari pengusaha di lingkungan tersebut memproduksi barangnya dengan kualitas yang kurang baik, mulai dari bahan dasar yang digunakan, pengerjaan, hingga hasil akhirnya yang masih kasar. Melihat kenyataan itu, maka tergeraklah beliau untuk mendirikan perusahaan pengolahan kayu dengan memproduksi barang yang lebih berkualitas dibanding yang lain. Hal tersebut tentunya juga dilakukan untuk memuaskan konsumen yang datang ke daerah produksi kayu tersebut. Produk utama yang dihasilkan pada awal usahanya adalah lemari ukiran, kitchen set, tempat tidur, dan lain sebagainya. Produk-produk tersebut biasanya diproduksi berdasarkan pesanan konsumen. Pada awal didirikan banyak permintaan furniture yang datang, sehingga usaha ini terbilang cukup sukses. Pada tahun 2000 seorang distributor di Bandung mengajukan permintaan produk kerajinan boneka whimsy kayu kepada CV ATLAS untuk diekspor ke California USA. CV ATLAS tertarik dan menyanggupi tawaran tersebut karena karyawannya memiliki keahlian mengukir yang sangat baik. Produk tersebut terbilang cukup unik. Boneka whimsy kayu ini diukir dalam bentuk sayuran, buah-buahan, hewan, tokoh kartun, atau keseluruhan produk tersebut disebut sebagai boneka whimsy. Awalnya perusahaan mampu mengekspor 300 hingga 600 unit boneka whimsy kayu per bulan. Lalu bertambah lagi menjadi 1500 unit per bulan dari tahun 2002 hingga sekarang.

2 Semenjak adanya permintaan ekspor, CV ATLAS pun jarang memproduksi furniture meski masih ada saja permintaan dari konsumen. Hal ini karena perusahaan lebih memfokuskan pada produksi kerajinan boneka whimsy yang permintaannya terbilang cukup banyak dan sudah tetap setiap bulan. Selain untuk diekspor, boneka whimsy kayu hasil produksi CV ATLAS juga dijual langsung di workshop-nya dan dijual melalui pameran-pameran tertentu seperti International Handicraft Trade Fair (INACRAFT), Indonesia Handicraft Handmade Production (ICRA), Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dan lain sebagainya Struktur Organisasi CV ATLAS merupakan perusahaan keluarga, sehingga hampir semua kegiatan manajemen di pegang oleh anggota keluarga. Bapak Ade sebagai pemilik dan pimpinan memegang sebagian penuh operasional perusahaan yang dibantu oleh istri dan anaknya. Bagian keuangan dipegang oleh istrinya, sedangkan bagian pemasaran dan bagian produksi di pegang oleh anak bapak Ade. Kegiatan produksi diserahkan langsung kepada karyawannya dan mendapat pengawasan langsung dari pimpinan. Adapun struktur organisasi perusahaan adalah sebagai berikut: Pemimpin Perusahaan Bagian Pemasaran Bagian Produksi Bagian Keuangan carving Pengecatan Finishing Gambar 2. Struktur organisasi 25

3 Jumlah karyawan produksi di CV ATLAS berjumlah 9 orang yang terdiri dari 4 orang bagian carving, 4 orang bagian pengecatan dan 1 orang bagian finishing. Pemilik perusahaan berperan sebagai pengawas operasional perusahaan yang dibantu oleh istri dan anaknya. Bagian keuangan dipegang oleh istrinya, sedangkan bagian pemasaran dan bagian produksi di pegang oleh anaknya. Adapun keterangan tugas dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi tersebut adalah: 1. Pemimpin Perusahaan Pemimpin perusahaan merupakan pemilik dari CV ATLAS yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan. 2. Bagian Keuangan Memiliki peranan sebagai pengendali keuangan perusahaan yang bertugas untuk mengatur pembelanjaan bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi boneka whimsy kayu, serta mengatur pembayaran upah dari setiap karyawan. 3. Bagian Pemasaran Bagian pemasaran bertugas menghubungi pihak konsumen untuk menyalurkan barang yang siap dikirim, barang yang dikirim biasanya langsung diantar ketempat pelanggan. Produk yang dihasilkan perusahaan selain di ekspor yaitu melalui pameran-pameran yang diadakan di Jakarta dan Bandung. 4. Bagian Produksi Bagian produksi merupakan bagian yang sangat vital dalam sebuah industri, karena diperlukan orang-orang yang ahli dalam bidang. Keahlian yang diperlukan pada pembuatan boneka whimsy kayu ini adalah teknik carving dan pengecatan. Teknik Carving memerlukan ketelitian, ketekunan, kesabaran, dan pengertian dalam melihat gambar untuk membuat pahatan pada kayu dengan mementingkan bentuk timbul-timbul, cekung atau datar. Bagian pengecatan dituntut memiliki keahlian melukis wajah yang sesuai dengan gambar atau bentuk yang ditentukan tema. 26

4 4.1.3 Bahan Baku Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk boneka Whimsy yang baik adalah kayu mahoni. Adapun pemasok bahan baku adalah dari para petani kayu mahoni yang banyak terdapat di Kabupaten Tasikmalaya khususnya Kecamatan Urug, selain itu pembelian kayu mahoni dapat menghubungi pihak Perhutani Tasikmalaya. Rata-rata jumlah pembelian bahan baku kayu mahoni dilakukan 3 bulan sekali sebanyak 4 m³. Harga pembelian ditentukan berdasarkan harga yang berlaku dipasaran disesuaikan dengan kualitas bahan baku Peralatan Produksi Boneka Whimsy Teknologi produksi dalam usaha boneka Whimsy merupakan gabungan antara teknologi sederhana dengan teknologi semi modern. Teknologi sederhana terlihat dari penggunaan peralatan yang dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia. Teknologi semi modern tercermin dalam penggunaan peralatan yang di gerakkan dengan mesin listrik, meskipun masih dalam kendali pekerja. Pekerjaan ini mengandalkan gabungan antara keterampilan tangan pekerja, baik menggunakan peralatan manual maupun dalam mengoperasikan peralatan semi modern. Dengan demikian tingkat keahlian tenaga kerja menjadi faktor utama untuk menghasilkan produk boneka whimsy yang berkualitas baik dan meminimalisir kerusakan boneka. Peralatan yang digunakan oleh para pengusaha boneka whimsy dapat dikelompokkan ke dalam beberapa peralatan mekanis dengan bantuan tenaga listrik dan peralatan manual. Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum memproduksi boneka whimsy ialah peralatan yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda. Adapun peralatan yang digunakan dalam produksi boneka whimsy dapat dilihat pada Tabel 5. 27

5 Tabel 5. Peralatan produksi kerajinan boneka Whimsy CV ATLAS No Keterangan Jumlah (Unit) Biaya (Rp/Unit) Total 1 Mesin Bubut Gergaji Pisau Raut Kompresor Set Kuas Gunting Dari Tabel 5. terlihat bahwa terdapat tujuh peralatan yang digunakan untuk proses produksi, antara lain mesin bubut, gergaji, pisau raut, kompresor set, kuas, gunting. Mesin bubut berfungsi untuk membuat bentuk-bentuk tertentu pada komponen mainan edukatif dari kayu. Gergaji mesin ini digunakan untuk memotong kayu sesuai dengan ukuran boneka whimsy yang diproduksi sedangkan kompresor set untuk digunakaan pada saat finishing yaitu memberikan warna kilat atau dop pada boneka whimsy yang telah di cat warna. Pisau raut berfungi untuk menyempurnakan raut muka dari boneka whimsy. Kuas untuk mengecat dan gunting untuk memotong Biaya-Biaya yang Timbul pada Proses Produksi Boneka Whimsy di CV ATLAS Proses produksi merupakan suatu cara atau metode dan teknik dalam menciptakan suatu produk melalui pemanfaatan sumber daya yang tersedia bahan (baku, mesin dan sumberdaya manusia) menjadi produk jadi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa tahapan aktivitas yang dilakukan oleh CV ATLAS dalam memproduksi boneka whimsy kayu yang berkualitas. Tahap proses produksi pada CV ATLAS dapat dilihat pada Gambar 3. berikut : 28

6 Pemotongan dan Pembelahan Pembubutan Perautan Penghalusan Tahap 1 Pengecatan Dasar Penghalusan Tahap 2 Pengecatan Pengecatan cat minyak Perakitan Pengemasan Gambar 3. Alur proses produksi Seluruh tahap proses pengolahan boneka whimsy (kecuali tahap perautan) terdapat biaya yang timbul yaitu, biaya overhead. Proses pembuatan boneka whimsy dilakukan beberapa tahapan, yaitu pemotongan kayu, bembubutan, perautan, pengecatan dasar, penghampelasan, pengecatan, perakitan dan pengemasan. Proses produksi dimulai dengan penentuan tema apa yang akan 29

7 dibuat berupa buah-buahan,hewan, atau bentuk lainnya kepada pekerja produksi oleh pemimpin perusahaan. Bahan baku berupa kayu mahoni terlebih dahulu di potong sesuai dengan ukuran yang sesuai panjang dan lebar komponen boneka whimsy yang akan diproduksi. Biaya yang dikeluarkan pada proses ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya listrik, biaya pemeliharaan peralatan dan biaya penyusutan bangunan mesin dan peralatan. Setelah dipotong dengan menggunakan gergaji, kayu dibubut untuk mendapatkan bulatan pada bagian kepala dan badannya. Setelah itu diraut mengikuti bentuk boneka whimsy yang sesuai dengan tema. Dari hasil pemotongan, pembubutan dan perautan menghasilkan serbuk kayu atau serpihan kayu hasil sisa dari pengolahan boneka, sisa hasil pengolahan kayu biasanya oleh perusahaan dibakar atau dibuang ke tempat pembuangan sampah yang berada dekat dengan lokasi pabrik. Biaya yang dikeluarkan pada proses pembubutan adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya listrik, biaya pemeliharaan peralatan dan biaya penyusutan bangunan mesin dan peralatan. Proses selanjutnya boneka whimsy dihaluskan menggunakan amplas manual, setelah kayu halus dilakukan penutupan pori-pori dengan menggunakan sanding. Penutupan pori-pori ini berfungsi untuk menutupi beberapa bagian permukaan kayu yang memiliki lubang atau permukaan kayu yang tidak merata agar hasil pengecata lebih maksimal. Proses selanjutnya adalah pengecatan warna dasar pada kayu setelah cat kering kemudian kayu diamplas kembali dengan menggunakan amplas halus agar debu kotoran dan permukaan produk menjadi halus. Biaya yang dikeluarkan pada proses penghalusan adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku penolong (amplas dan cat), Selanjutnya boneka whimsy diberi warna sesuai dengan desain yang telah ditentukan. Setelah pemberian warna boneka whimsy di finishing dengan pelapisan cat minyak untuk melindungi warna cat agar tidak pudar sehingga menghasilkan produk boneka whimsy yang baik. Sebelum proses perakitan tangan dan kaki, boneka whimsy harus dicek mutunya agar dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan perusahaan. Biaya yang dikeluarkan pada proses pengecatan, finishing dan perakitan adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku 30

8 penolong (cat, tinner, impra, benang woll), biaya listrik, biaya pemeliharaan peralatan dan biaya penyusutan bangunan mesin dan peralatan. Tahap akhir, boneka whimsy kayu yang telah dirakit secara utuh dan telah memenuhi standar proses dikemas dengan menggunakan Bubble Wrap Plastic. Biaya yang dikeluarkan pada proses penghalusan adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku penolong (amplas dan cat), biaya listrik, biaya pemeliharaan peralatan dan biaya penyusutan bangunan mesin dan peralatan. Biaya yang dikeluarkan pada proses pengemasan adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku penolong (Bubble Wrap Plastic), Boneka kayu yang telah dikirim terkadang di return oleh distributor karena adanya boneka whimsy yang rusak atau cacat akibat terbentur dengan boneka lain, akan tetapi kerusakkan tersebut hanya 10% dari seluruh permukaan boneka seperti cat yang terkelupas akibat benturan antar boneka. Boneka yang cacat ini akibat pengemasan yang tidak maksimal, hal ini disebabkan oleh bahan pengemas yang kurang melindungi seluruh permukaan boneka bila terjadi benturan akibat penumpukkan boneka yang pada saat di kemas dalam dus Perhitungan Harga Pokok Produksi Boneka Whimsy CV ATLAS Perhitungan Harga Pokok Produksi Boneka Whimsy dengan Metode Perusahaan CV ATLAS sudah melakukan perhitungan harga pokok produksi produk boneka whimsy, namun perhitungan yang dilakukan masih dengan metode yang sederhana dan belum merinci seluruh biaya yang dikeluatkan dalam proses produksi. Dalam melakukan oerhitungan harga pokok produksi boneka whimsy perusahaan hanya membebankan biaya bahan baku kayu, biaya bahan penolong dan listrik. Perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan ini belum memasukkan seluruh biaya overhead pabrik. Biaya overhead yang dibebankan perusahaan pada perhitungan harga pokok produksi hanya biaya bahan penolong dan biaya listrik sedangkan biaya overhead lainnya seperti biaya perawatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan, biaya penyusutan peralatan mesin bangunan dan kendaraan masih belum dibebankan perusahaan. Harga jual yang ditetapkan oleh CV ATLAS setelah 31

9 memperhitungkan harga pokok produksi yang dikeluarkan ditambah dengan keuntungan yang ingin diperoleh oleh CV ATLAS. Tabel 6. Perhitungan harga pokok produksi boneka Whimsy dengan cara perusahaan Bulan Desember 2011 Biaya Satuan (stn) Kebutuhan (stn/bln) Harga (Rp/stn) Jumlah Biaya (Rp) Kayu Mahoni m³ m³ 0, Tenaga Kerja Cat Kg Impra Liter Tinner Liter Amplas m Benang unit Bubble Wrap Plastic roll Biaya listrik Total Biaya Jumlah Produksi 800 HPP Per Unit ,75 Pada Tabel 6. Diketahui bahwa harga pokok produksi boneka whimsy kayu adalah Rp ,75 yang diperoleh dari total biaya yang telah perusahaan keluarkan sebesar Rp dibagi jumlah produksi pada saat bulan Desember 2011 yaitu sebanyak 800 unit boneka whimsy Perhitungan harga pokok produksi Boneka Whimsy dengan metode Full Costing CV ATLAS memproduksi bahan baku utama kayu mahoni menjadi boneka whimsy. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data produksi selama bulan Desember Selama periode bulan Desember 2011 CV ATLAS telah memproduksi 800 buah boneka whimsy. Harga pokok produksi boneka whimsy CV ATLAS dihitung secara keseluruhan dengan rumus total biaya pengolahan boneka whimsy dibagi dengan total produksi boneka whimsy dalam periode tertentu. Pemisahan harga pokok produksi boneka whimsy dilakukan untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing produk. Perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode full costing. 32

10 A. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk membuat boneka whimsy adalah kayu mahoni. CV ATLAS memproduksi dua desain boneka whimsy yaitu boneka whimsy berbentuk buah jeruk dan boneka whimsy berbentuk buah alpukat. Jumlah boneka whimsy buah jeruk yang di produksi adalah setengah dari produksi boneka whimsy buah alpukat. Penenlitian ini menggunakan data produksi selama bulan Desember Biaya kayu mahoni yang digunakan dalam proses produksi boneka whimsy CV ATLAS selama bulan Desember 2011 adalah Rp Jumlah kayu mahoni yang dibutuhkan dalam satu bulan sebanyak 0.9 m³ dengan harga per 1 m³ Rp Biaya yang dikeluarkan untuk membeli kayu mahoni selama satu bulan Rp sehingga total biaya yang dikeluarkan selama satu bulan untuk produksi boneka whimsy adalah Rp dengan jumlah produksi sebanyak 800 buah boneka whimsy. B. Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung dihitung berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut. Sistem upah yang berlaku berdasakan pada sistem borongan, dimana tenaga kerja dibayar berdasarkan jumlah boneka whimsy yang dihasilkan (per unit boneka whimsy). Upah tenaga kerja bervariasi berdasarkan pekerjaan yang dikuasainya. Adapun pengklasifikasian tenaga kerja yang dilakukan di CV ATLAS pada Tabel 7. Tabel 7. Biaya tenaga kerja langsung per unit Boneka Whimsy No Jenis Pekerjaan Biaya/Unit Jumlah Produksi Total (Rp) (Rp) (Unit) 1 Carving Pengecatan Finishing Total Dari Tabel 7. Dapat dilihat bahwa biaya tenaga kerja untuk melakukan carving per unitnya ialah sebesar Rp , dengan jumlah produksi sebanyak 800 unit boneka whimsy maka perolehan total biaya tenaga kerja 33

11 carving sebesar Rp Selanjutnya, untuk biaya pengecatan per unit ialah Rp , dengan jumlah produksi sebanyak 800 unit maka diperoleh total biaya tenaga kerja untuk melakukan pengecatan sebesar Rp untuk biaya finishing per unit Rp , dengan jumlah produksi sebanyak 800 unit, maka diperoleh total biaya tenaga kerja yang dibuthkan untuk melakukan finishing sebsesar Rp Jadi total biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan ialah sebesar Rp C. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead merupakan biaya yang secara tidak langsung mempengaruhi proses produksi. Biaya overhead pabrik adalah keseluruhan biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Adapun beberapa biaya overhead pabrik yang berhubungan dengan proses produksi boneka whimsy antara lain: 1. Biaya Bahan Baku Penolong Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil. Bahan penoloing dalam produksi boneka whimsy ini antara lain cat, impra, tinner, benang. Penggunaan biaya bahan baku penolong produksi boneka whimsy terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya penggunaan bahan penolong per Desember 2011 No Jenis Bahan Penolong Pemakaian Biaya (Rp) Total Biaya (Rp) 1 Cat 4 Kg Impra 2 Liter Tinner 6 Liter Amplas 1 M Benang 4 unit Bubble Wrap Plastic 1 Roll Total Tabel 8. Menunjukan bahwa untuk memproduksi 800 unit boneka whimsy kayu, cat yang digunakan ialah sebanyak 4 Kg, dimana harga 1 Kg cat Rp , sehingga total biaya yang dkeluarkan seluruhnya sebesar Rp Bahan penolong kedua ialah impra dengan pemakaian 34

12 sebanyak 23 liter, dimana 1 liter berharga Rp , maka total biaya yang dikeluarkan untuk impra adalah sebesar Rp Bahan penolong ketiga yaitu tinner dengan pemakaian 6 liter dan biaya per liter sebesar Rp , maka total biaya yang dikeluarkan untuk 800 unit boneka whimsy ialah Rp Kemudian untuk bahan penolong keempat yaitu amplas, dibutuhkan sebanyak 1 m dengan total biaya sebesar Rp Bahan penolong kelima ialah benang untuk merakit tangan dan kaki dengan pemakaian 4 unit, dimana harga perunitnya Rp , maka total biaya penggunaan benang sebesar Rp Bahan penolong terakhir yaitu bubble wrap plastic untuk mengemas boneka pada saat pengiriman. Jika dijumlahkan secara keseluruhan, maka total biaya penggunaan bahan penolong di bulan Desember 2011 sebesar Rp Biaya listrik Listrik digunakan oleh CV ATLAS untuk mendukung kegiatan produksi, listrik biasanya digunakan sebagai penerangan dan pengoprasian mesin. CV ATLAS menggunakan listrik yang dipasok dari PLN. Berdasarkan pengeluaran perusahaan, setiap bulannya tagihan listrik untuk pabrik mengeluarkan biaya sebesar Rp /bulan. Tagihan listrik pabrik di pisah dengan listrik yang digunakan oleh pemilik rumah. 3. Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Mesin dan Peralatan Biaya perawatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan dilakukan untuk menjaga agar barang-barang tersebut selalu berada dalam kondisi baik dan agar lebih tahan lama. Pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan oleh CV ATLAS adalah dengan mengganti peralatan yang sudah tidak layak pakai serta memperbaiki mesin dan peralatan yang telah rusak. Biaya yang dikeluarkan CV ATLAS untuk bulan Desember ialah Rp yang terdiri dari pemeliharaan mesin bubut Rp dan kompresor set Rp Untuk lebih jelasnya perhitungan biaya pemeliharaan mesin dan peralatan dijelaskan pada Tabel 9. 35

13 Tabel 9. Biaya perawatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan selama satu bulan No Keterangan Total Biaya (Rp) 1. Mesin Bubut (Pisau) Kompresor Set Total Biaya Penyusutan Peralatan, Mesin Bangunan Dan Kendaraan Setiap penggunaan mesin dan peralatan dalam kegiatan produksi akan mengalami penyusutan. Penyusutan dari mesin dan peralatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya biaya yang disebut dengan biaya penyusutan. Perhitungan nilai penyusutan yang digunakan adalah berdasarkan nilai ekonomis atau lebih dikenal dengan metode garis lurus. Beban Penyusutan = (Harga Perolehan Nilai Sisa) Umur Ekonomi..(4) Tabel 10. Beban penyusutan peralatan mesin bangunan dan kendaraan Keterangan Harga per Unit (A) (Rp) Jumlah Unit (B) (Unit) Harga Beli (AxB) (Rp) Nilai Sisa (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Beban Penyusutan (Rp/Thn) Mesin Bubut Gergaji Bangunan Motor Total Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa beban penyusutan peralatan mesin bangunan dan kendaraan yang dihasilkan pertahun berjumlah Rp sehingga jumlah penyusutan perbulan adalah Rp Selama Bulan Desember 2011 CV ATLAS mengeluarkan biaya penyusutan sebesar Rp Jadi total biaya overhead pabrik yang digunakan selama bulan Desember 2011 adalah jumlah dari biaya bahan baku penolong, biaya listrik, biaya perawatan dan pemeliharaan mesin serta biaya penyusutan 36

14 peralatan mesin bangunan dan kendaraan. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Biaya overhead pabrik per Desember 2011 No Keterangan Total Biaya (Rp) 1 Biaya Bahan Baku Penolong Biaya Listrik Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Mesin dan Peralatan Biaya Penyusutan Total Setelah diketahui biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik maka dapat dilakukan perhitungan harga pokok produksi per unit boneka whimsy. Proses perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan Metode Full Costing per Unit Boneka Whimsy, Desember 2011 Keterangan Total Biaya Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Jumlah Total (per Desember 2011) Jumlah Produksi 800 Biaya Per Unit Boneka whimsy ,465 Berdasarkan Tabel 12. dapat dilihat bahwa harga pokok produksi per unit boneka whimsy adalah Rp ,465 diperoleh dari total biaya selama bulan Desember 2011 dibagi dengan jumlah produksi Desember Diketahui bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan dan metode full costing memiliki perbedaan. Pada perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing harga pokok yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi dengan mengggunanakan metode perusahaan. Hal ini dikarenakan 37

15 metode full costing merinci seluruh biaya secara jelas mulai dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja serta biaya overhead pabrik. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode perusahaan yang dihasilkan lebih kecil karena perusahaan tidak memasukkan biaya overhead pabrik secara rinci ke dalam biaya produksinya. Perusahaan hanya merinci biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja dan biaya overhead, namun perusahaan tidak memasukkan biaya penyusutan peralatan dan biaya pemeliharaan peralatan oleh karena itu biaya yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan menggunakan metode full costing Analisis Nilai Tambah Analisis Nilai Tambah Kayu Mahoni Proses pengolahan kayu mahoni menjadi kerajinan boneka whimsy menyebabkan adanya nilai tambah pada kayu mahoni tersebut, sehingga harga jual dari produk hasil olahannya berupa kerajinan boneka whimsy menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual kayu mahoni yang belum diolah. Perhitungan dan analisis nilai tambah dilakukan pada periode produksi bulan Desember Besarnya nilai tambah pengolahan kerajinan boneka whimsy dan distribusi marjin yang diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi dalam pengolahan dapat diketahui dengan melakukan analisis nilai tambah. Dasar perhitungan nilai tambah yang digunakan adalah per unit bahan baku yang dalam hal ini adalah satu unit boneka whimsy. Komponen utama perhitungan nilai tambah adalah bahan baku, output, input tenaga kerja dan sumbangan input lain (Tabel 13.). Hasil analisis terhadap nilai tambah dapat dilihat pada Tabel

16 Tabel 13. Perhitungan nilai tambah pengolahan kerajinan boneka Whimsy kayu Mahoni No Keterangan Satuan Nilai 1 Output dan Harga Output a. Jumlah Harga Ouput Unit/bulan 800 b. Harga Output Rp/Unit c. Penjualan Rp/bulan Bahan Baku a. Input Bahan Baku Unit/bulan 800 b. Harga Input Bahan Baku Rp/Unit c. Biaya Bahan Baku Rp/bulan Input Tenaga Kerja a. Jumlah Tenaga Kerja Langsung HOK/hari 8,5 b. Jumlah Total HOK per Bulan HOK 27 c. Total HOK HOK/bulan 229,5 d. Upah Tenaga Kerja Langsung Rp/bulan e. Upah Rata-rata Tenaga Kerja per HOK Rp/bulan Sumbangan Input Lainnya a. Cat Rp/bulan b. Impra Rp/bulan c. Tinner Rp/bulan d. Benang Rp/bulan e. Amplas Rp/bulan f. Bubble Wrap Plastic Rp/bulan f. Listrik Rp/bulan g. Biaya Pemeliharaan Rp/bulan h. Biaya Penyusutan Rp/bulan Total Sumbangan Input Lain Rp/bulan Sumbangan Input Lain/Unit Bahan Baku Rp/Unit 2.997,465 39

17 Tabel 14. Analisis nilai tambah pengolahan kerajinan boneka Whimsy kayu Mahoni Variabel Nilai I. Output, Input, dan Harga 1. Output (Unit/Bulan) Input (Unit/Bulan) Tenaga Kerja (HOK/Bulan) 229,5 4. Faktor Konversi 1 5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Unit) 0,29 6. Harga Output (Rp/Unit) Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga Bahan Baku (Rp/Unit) Sumbangan Input Lain (Rp/Unit) 2.997, Nilai Produk (Rp/Unit) A.Nilai Tambah (Rp/Unit) ,535 B.Rasio Nilai Tambah (%) 87, A.Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Unit) B.Imbalan Tenaga Kerja (%) A.Keuntungan (Rp/Unit) ,535 B.Tingkat Keuntungan (%) 55. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin (Rp/Unit) A.Pendapatan Tenaga Kerja (%) 41,33 B.Sumbangan Input Lain (%) 8,16 C.Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) 50,51 Kayu mahoni agar mempunyai nilai tambah bagi perusahaan pada bulan Desember 2011 menghasilkan 800 unit boneka whimsy dengan input yang dikeluarkan sebanyak 800 Unit kayu mahoni (0,9 m³/bulan) dengan ukuran kayu 8x15 cm untuk setiap unit boneka whimsy, sehingga faktor konversinya sebesar 1. Hal ini menunjukkan bahwa dari pengolahan satu unit boneka whimsy ukuran 8x15 cm akan menghasilkan satu boneka whimsy. Jumlah hari kerja untuk memproduksi boneka whimsy bulan Desember 2011 yaitu 27 hari dikali dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 8 orang. Dengan demikian diperoleh total hari kerja untuk memproduksi boneka whimsy sebesar 229,5 HOK. Nilai koefisien diperoleh dari pembagian jumlah total hari kerja selama satu bulan dengan jumlah input yang dikeluarkan selama satu bulan. Nilai koefisien tenaga kerja diperoleh sebesar 0,29 HOK/unit. Nilai tersebut 40

18 menunjukkan jumlah HOK yang diperlukan untuk memproduksi satu unit boneka whimsy dibutuhkan tenaga kerja sebesar 0,29 HOK. Upah tenaga kerja rata-rata per orangnya didasarkan pada total upah bulanan yang diterima tenaga kerja bagian pengolahan dibagi dengan total hari kerja untuk memproduksi boneka whimsy, sehingga diperoleh Rp per HOK. Biaya input rata-rata terdiri dari biaya bahan baku dan biaya sumbangan input lain. Biaya bahan baku untuk boneka whimsy ini sebesar Rp per unit sedangkan biaya sumbangan input lain yaitu Rp ,465. Nilai produk boneka whimsy untuk tiap unitnya adalah Rp yang diperoleh dari perkalian nilai faktor konversi dengan harga output boneka whimsy per unit. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 unit boneka whimsy akan menghasilkan sebesar Rp Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan 1 unit boneka whimsy adalah sebesar Rp ,535 dengan rasio 87,54%. Nilai ini merupakan hasil pengurangan dari nilai produk dengan harga bahan baku per unit boneka whimsy kayu. Artinya dari Rp per unit boneka whimsy, maka 87,54% adalah nilai tambah dari pengolahan boneka whimsy. Nilai tambah yang diperoleh merupakan nilai tambah kotor karena belum dikurangi dengan pendapatan tenaga kerja. Imbalan tenaga kerja pengolahan boneka whimsy didapat dari perkalian koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja rata-rata per HOK, yaitu sebesar Rp dengan rasio 45%. Hal ini berarti bahwa 45% dari nilai tambah merupakan pendapatan tenaga kerja yang harus dibayarkan perusahaan. Keuntungan bersih perusahaan dari setiap penjualan satu unit boneka whimsy adalah Rp ,535 dengan rasio 55%, yang artinya sebesar 55% dari nilai output merupakan nilai tambah bersih bagi perusahaan karena telah dikurangi pendapatan tenaga kerja. Berdasarkan analisis nilai tambah diperoleh marjin dari pengolahan boneka whimsy. Marjin ini diperoleh dari pengurangan nilai output terhadap harga bahan baku, yang kemudian didistribusikan sebagai pendapatan tenaga kerja, sumbangan input lainnyadan keuntungan perusahaan. Dari setiap unit boneka diperoleh marjin Rp , didistribusikan bagi pendapatan tenaga kerja sebesar Rp dengan rasio 41,33% pendapatan untuk sumbangan input lainnya sebesar Rp. 41

19 2.997,465 dengan rasio 8,16% dan diterima oleh perusahaan dengan rasio 50,51% yaitu sebesar Rp ,535 sebagai imbalan atas penggunaan modal. Hasil penelitian mengenal analisis nilai tambah kayu mahoni sebagai kerajianan boneka whimsy di CV ATLAS diperoleh nilai tambah sebesar Rp ,535 per unit bahan baku atau 87,54% dari nilai ouputnya. Nilai tambah ini didistribusikan terhadap tenaga kerja berupa keuntungan masing-masing 41,33% dan 50,51%. Nilai marjin yang diperoleh sebsear Rp , marjin ini didistribusikan untuk tenaga kerja (41,33%), sumbangan input lain (8,16%) dan keuntungan milik perusahaan (50,51%) Analisis Nilai Tambah Kayu Sengon Proses pengolahan kayu sengon menjadi kerajinan boneka whimsy menyebabkan adanya nilai tambah pada kayu sengon tersebut, sehingga harga jual dari produk hasil olahannya berupa kerajinan boneka whimsy menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual kayu sengon yang belum diolah. Perhitungan dan analisis nilai tambah dilakukan pada periode produksi bulan Desember Besarnya nilai tambah pengolahan kerajinan boneka whimsy dan distribusi marjin yang diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi dalam pengolahan dapat diketahui dengan melakukan analisis nilai tambah. Dasar perhitungan nilai tambah yang digunakan adalah per unit bahan baku yang dalam hal ini adalah satu unit boneka whimsy. Komponen utama perhitungan nilai tambah adalah bahan baku, output, input tenaga kerja dan sumbangan input lain (Tabel 15.). Hasil analisis terhadap nilai tambah dapat dilihat pada Tabel

20 Tabel 15. Perhitungan nilai tambah pengolahan kerajinan boneka Whimsy kayu Sengon No Keterangan Satuan Nilai 1 Output dan Harga Output a. Jumlah Harga Ouput Unit/bulan 800 b. Harga Output Rp/Unit c. Penjualan Rp/bulan Bahan Baku a. Input Bahan Baku Unit/bulan 800 b. Harga Input Bahan Baku Rp/Unit 1.462,5 c. Biaya Bahan Baku Rp/bulan Input Tenaga Kerja a. Jumlah Tenaga Kerja Langsung HOK/hari 8,5 b. Jumlah Total HOK per Bulan HOK 27 c. Total HOK HOK/bulan 229,5 d. Upah Tenaga Kerja Langsung Rp/bulan e. Upah Rata-rata Tenaga Kerja per HOK Rp/bulan Sumbangan Input Lainnya a. Cat Rp/bulan b. Impra Rp/bulan c. Tinner Rp/bulan d. Benang Rp/bulan e. Amplas Rp/bulan f. Bubble Wrap Plastic Rp/bulan f. Listrik Rp/bulan g. Biaya Pemeliharaan Rp/bulan h. Biaya Penyusutan Rp/bulan Total Sumbangan Input Lain Rp/bulan Sumbangan Input Lain/Unit Bahan Baku Rp/Unit 2.997,465 43

21 Tabel 16. Analisis nilai tambah pengolahan kerajinan boneka Whimsy kayu Sengon Variabel Nilai Output, Input, dan Harga Output (Unit/Bulan) 800 Input (Unit/Bulan) 800 Tenaga Kerja (HOK/Bulan) 229,5 Faktor Konversi 1 Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Unit) 0,29 Harga Output (Rp/Unit) Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) Penerimaan dan Keuntungan Harga Bahan Baku (Rp/Unit) 1.462,5 Sumbangan Input Lain (Rp/Unit) 2.997,465 Nilai Produk (Rp/Unit) A.Nilai Tambah (Rp/Unit) ,035 B.Rasio Nilai Tambah (%) 88,41 A.Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Unit) B.Imbalan Tenaga Kerja (%) 44,56 A.Keuntungan (Rp/Unit) ,035 B.Tingkat Keuntungan (%) 49,01. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi Marjin (Rp/Unit) ,5 A.Pendapatan Tenaga Kerja (%) 40,95 B.Sumbangan Input Lain (%) 8,09 C.Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) 50,96 Kayu sengon agar mempunyai nilai tambah bagi perusahaan pada bulan Desember 2011 menghasilkan 800 unit boneka whimsy dengan input yang dikeluarkan sebanyak 800 Unit kayu sengon (0,9 m³/bulan) dengan ukuran kayu 8x15 cm untuk setiap unit boneka whimsy, sehingga faktor konversinya sebesar 1. Hal ini menunjukkan bahwa dari pengolahan satu unit boneka whimsy ukuran 8x15 cm akan menghasilkan satu boneka whimsy. Jumlah hari kerja untuk memproduksi boneka whimsy bulan Desember 2011 yaitu 27 hari dikali dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 8 orang. Dengan demikian diperoleh total hari kerja untuk memproduksi boneka whimsy sebesar 229,5 HOK. Nilai koefisien diperoleh dari pembagian jumlah total hari kerja selama satu bulan dengan jumlah input yang dikeluarkan selama satu bulan. Nilai koefisien tenaga kerja diperoleh sebesar 0,29 HOK/unit. Nilai tersebut 44

22 menunjukkan jumlah HOK yang diperlukan untuk memproduksi satu unit boneka whimsy dibutuhkan tenaga kerja sebesar 0,29 HOK. Upah tenaga kerja rata-rata per orangnya didasarkan pada total upah bulanan yang diterima tenaga kerja bagian pengolahan dibagi dengan total hari kerja untuk memproduksi boneka whimsy, sehingga diperoleh Rp per HOK. Biaya input rata-rata terdiri dari biaya bahan baku dan biaya sumbangan input lain. Biaya bahan baku untuk boneka whimsy ini sebesar Rp ,5 per unit sedangkan biaya sumbangan input lain yaitu Rp ,465. Nilai produk boneka whimsy untuk tiap unitnya adalah Rp yang diperoleh dari perkalian nilai faktor konversi dengan harga output boneka whimsy per unit. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 unit boneka whimsy akan menghasilkan sebesar Rp Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan 1 unit boneka whimsy adalah sebesar Rp ,035 dengan rasio 88,41%. Nilai ini merupakan hasil pengurangan dari nilai produk dengan harga bahan baku per unit boneka whimsy kayu. Artinya dari Rp per unit boneka whimsy, maka 88,41% adalah nilai tambah dari pengolahan boneka whimsy. Nilai tambah yang diperoleh merupakan nilai tambah kotor karena belum dikurangi dengan pendapatan tenaga kerja. Imbalan tenaga kerja pengolahan boneka whimsy didapat dari perkalian koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja rata-rata per HOK, yaitu sebesar Rp dengan rasio 44,56%. Hal ini berarti bahwa 44,56% dari nilai tambah merupakan pendapatan tenaga kerja yang harus dibayarkan perusahaan. Keuntungan bersih perusahaan dari setiap penjualan satu unit boneka whimsy adalah Rp ,535 dengan rasio 49,01%, yang artinya sebesar 49,01% dari nilai output merupakan nilai tambah bersih bagi perusahaan karena telah dikurangi pendapatan tenaga kerja. Berdasarkan analisis nilai tambah diperoleh marjin dari pengolahan boneka whimsy. Marjin ini diperoleh dari pengurangan nilai output terhadap harga bahan baku, yang kemudian didistribusikan sebagai pendapatan tenaga kerja, sumbangan input lainnya dan keuntungan perusahaan. Dari setiap unit boneka diperoleh marjin Rp ,5 didistribusikan bagi pendapatan tenaga kerja sebesar Rp dengan rasio 40,95% pendapatan untuk sumbangan input lainnya sebesar 45

23 Rp ,465 dengan rasio 8,09% dan diterima oleh perusahaan dengan rasio 50,96% yaitu sebesar Rp ,035 sebagai imbalan atas penggunaan modal. Hasil penelitian mengenal analisis nilai tambah kayu mahoni sebagai kerajianan boneka whimsy di CV ATLAS diperoleh nilai tambah sebesar Rp ,5 per unit bahan baku atau 88,41% dari nilai ouputnya. Nilai tambah ini didistribusikan terhadap tenaga kerja berupa keuntungan masing-masing 40,95% dan 50,96%. Nilai marjin yang diperoleh sebsear Rp ,5 marjin ini didistribusikan untuk tenaga kerja (40,95%), sumbangan input lain (8,09%) dan keuntungan milik perusahaan (50,95%) Nilai tambah Agregat hasil pengolahan kayu Mahoni dan kayu Sengon di CV ATLAS Hasil dari kegiatan produksi kayu mahoni yaitu kerajianan boneka whimsy memiliki nilai tambah, nilai tambah yang dihasilkan tersebut menciptakan manfaat ekonomi bagi CV ATLAS. Nilai tambah secara agregat produk kerajianan boneka whimsy dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Nilai tambah Agregat hasil pengolahan kayu Mahoni di CVATLAS No Produk Jumlah Nilai Tambah Nilai Tambah Agregat (Unit) per Unit (Rp) (Rp) 1 Boneka Whimsy , Total Berdasarkan Tabel 15, nilai tambah pada produk hasil pengolahan kayu mahoni memiliki nilai tambah, total secara agregat akan menggambarkan nilai tambah yang hasilkan oleh CV ATLAS. Nilai tambah produk merupakan nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan bahan baku untuk setiap produknya. Nilai tambah boneka whimsy per unit Rp ,535 dapat menghasilkan nilai tambah selama satu bulan sebesar Rp Banyaknya nilai tambah tersebut merupakan manfaat ekonomi yang dihasilkan dari pengolahan kayu mahoni menjadi kerajinan boneka kayu yang memiliki nilai jual sehingga menjadi keuntungan bagi perusahaan dan juga seluruh karyawan CV ATLAS Hasil dari kegiatan produksi kayu mahoni yaitu kerajianan boneka whimsy memiliki nilai tambah, nilai tambah yang dihasilkan tersebut menciptakan manfaat ekonomi bagi CV ATLAS. Nilai tambah secara agregat produk kerajianan boneka whimsy dapat dilihat pada Tabel

24 Tabel 18. Nilai tambah Agregat hasil pengolahan kayu Sengon di CVATLAS No Produk Jumlah Nilai Tambah Nilai Tambah Agregat (Unit) per Unit (Rp) (Rp) 1 Boneka Whimsy , Total Berdasarkan Tabel 18, nilai tambah pada produk hasil pengolahan kayu sengonmemiliki nilai tambah, total secara agregat akan menggambarkan nilai tambah yang hasilkan oleh CV ATLAS. Nilai tambah produk merupakan nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan bahan baku untuk setiap produknya. Nilai tambah boneka whimsy per unit Rp ,035 dapat menghasilkan nilai tambah selama satu bulan sebesar Rp Banyaknya nilai tambah tersebut merupakan manfaat ekonomi yang dihasilkan dari pengolahan kayu mahoni menjadi kerajinan boneka kayu yang memiliki nilai jual sehingga menjadi keuntungan bagi perusahaan dan juga seluruh karyawan CV ATLAS. Tabel 19. Kelebihan dan kekurangan kayu mahoni dan sengon Segi perbedaan Kayu mahoni Kayu sengon Harga Mahal Murah Tekstur Keras Rapuh Warna Merah kekuningan Putih kekuningan Pasokan Mudah didapat Mudah didapat Serat kayu Kasar Halus sumber : Diolah dari Dinas Kehutanan Tasikmalaya, 2011 Kayu mahoni dan sengon memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri, kayu mahoni dalam segi harga per m³ lebih mahal dibandingkan dengan kayu sengon. Harga kayu mahoni 1 m³ adalah Rp sedangkan sengon untuk 1 m³ Rp Untuk tekstur kayu mahoni lebih keras, tekstur kayu ini berpengaruh pada saat kayu diolah menjadi boneka karena tekstur kayu tersebut dapat bertahan lama apabila terjadi gesekan dan terjatuh karena sifat kayu mahoni yang tidak mudah berubah dan termasuk kayu keras. Kelemahannya padaa saat pengukiran meyulitkan tenaga kerja. Tekstur kayu sengon yang rapuh mempermudah tenaga kerja pada saat perautan, akan tetapi kayu sengon sifat kayumudah berubah apabila kayu tersebut pada saat pengolahan basah maka setelah kayu kering akan ada perubahan pada kayu sengon tersebut. 47

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran CV ATLAS adalah salah satu IKM yang memiliki tujuan menghasilkan produk yang memiliki nilai jual yang tinggi serta mendapatkan laba atau keuntungan yang

Lebih terperinci

Bab 1. PENDAHULUAN

Bab 1.  PENDAHULUAN Bab 1 http://www.gunadarma.ac.id/ PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi biaya yang tepat dan akurat dapat membantu perusahaan untuk menentukan harga jual yang sesuai dengan mutu produk tersebut.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Di negara Indonesia banyak berkembang usaha-usaha dalam industri mebel, dengan memanfaatkan bahan baku kayu hingga

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL COSTING PADA HOME INDUSTRY JATI INDAH FURNITURE : KARLINA FARADILA

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL COSTING PADA HOME INDUSTRY JATI INDAH FURNITURE : KARLINA FARADILA PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL DENGAN METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY JATI INDAH FURNITURE NAMA KELAS : KARLINA FARADILA : 3EB14 NPM : 23210842 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada SETIA BARU Furniture Pada bab ini Penulis akan membahas tentang perhitungan Harga Pokok Produksi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan.

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan. BAB IV PEMBAHASAN IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi Pada PT Grahacitra Adhitama ditemukan pengklasifikasian dan perhitungan biaya produksi yang kurang tepat, yaitu : 1. Ada beberapa unsur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH KAYU MAHONI SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN BONEKA WHIMSY PADA CV ATLAS TASIKMALAYA. Oleh ASTRIANI SUHERMAN H

ANALISIS NILAI TAMBAH KAYU MAHONI SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN BONEKA WHIMSY PADA CV ATLAS TASIKMALAYA. Oleh ASTRIANI SUHERMAN H ANALISIS NILAI TAMBAH KAYU MAHONI SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN BONEKA WHIMSY PADA CV ATLAS TASIKMALAYA Oleh ASTRIANI SUHERMAN H24097014 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Journal of Applied Business And Economics Vol. 3 No. 2 (Des 2016) 61-68 ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Oleh: Litdia Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. lain lain. Pendirian CV Surya Gemilang Jaya tidak bisa lepas dari peran bapak H.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. lain lain. Pendirian CV Surya Gemilang Jaya tidak bisa lepas dari peran bapak H. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV Surya Gemilang Jaya Semarang adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang mebel seperti meja,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan BAB IV HASIL PENELITIAN Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan Surapati nomor 109 Bandung, dimana perusahaan bergerak pada bidang konveksi yang memproduksi dan menjual berbagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini. Teori-teori ini merupakan landasan untuk menjawab tujuan-tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PRODUK PADA CV. CAHAYA AMANAH

ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PRODUK PADA CV. CAHAYA AMANAH ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PRODUK PADA CV. CAHAYA AMANAH Nama : Rina Wahyuni NPM : 25210973 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Sri Sapto

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan CV Danmas Cushion merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ekspor mebel,yang tepatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, produk mebel merupakan salah satu produk yang paling sering di gunakan dalam kehidupan sehari-hari dan sudah menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini sangat pesat. Perhitungan harga pokok

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini sangat pesat. Perhitungan harga pokok 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini sangat pesat. Perhitungan harga pokok produksi merupakan salah satu faktor yang tidak dapat ditinggalkan, sebab apabila pimpinan

Lebih terperinci

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 TAMPAKSIRING Jl. DR. Ir. Soekarno, Desa Sanding, Kecamatan Tampaksiring Telp. (0361) 981 681 SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. M Irfan Shoes didirikan oleh Bapak Zul sejak tahun 1998. Pada mulanya bapak Zul hanyalah seorang karyawan biasa yang bekerja membuat sepatu di

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN 1. Orisinalitas Perbedaan karya rancangan penulis dengan karya desainer lain berdasarkan riset yang penulis kumpulkan adalah desainer lain ada juga yang membuat rancangan meja

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan CV. Makmur Palas merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendaur ulangan sampah plastik menjadi kantong plastik. Perusahaan ini

Lebih terperinci

Sejarah Berdirinya Home Industry Aryani Art

Sejarah Berdirinya Home Industry Aryani Art 10 METODE PENELITIAN Metode penelitian digunakan untuk memahami objek penelitian dan dapat mengarahkan peneliti dalam melakukan analisis, sehingga dapat memberikan solusi dalam menjawab persoalan penelitian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. M Irfan Shoes ini merupakan milik Bapak Zul, sebelum membangun usaha ini pak Zul bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan orang lain. Pada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

Perhitungan Harga Pokok Pesanan Pada Perusahaan Konveksi CV Sinar Jaya. Hardi Setiawan

Perhitungan Harga Pokok Pesanan Pada Perusahaan Konveksi CV Sinar Jaya. Hardi Setiawan Perhitungan Harga Pokok Pesanan Pada Perusahaan Konveksi CV Sinar Jaya Hardi Setiawan 23213911 Latar Belakang Masalah.perusahaan harus menerapkan perhitungan harga pokok produksi agar biaya produksi yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

Ada dua macam jenis data, antara lain:

Ada dua macam jenis data, antara lain: III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian objek yang digunakan oleh penulis adalah UD. Mebel Hakaem 11 yang terletak di Jl. Raya Jepara-Kudus ds. Troso RT 009/ 010 Pecangaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture. 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah dan perkembangan perusahaan Jepara merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Sejarah Perusahaan Awalnya pada tahun 1997 ibu Aryani pemilik dari home industry aryani art hanya sebagai distributor enceng gondok untuk para pengerajin Jogjakarta. Enceng gondok

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV. Cendana Baru merupakan usaha yang bergerak dibidang perancangan alat yang didirikan oleh Bapak Tut Wuri Handayani, S.T sejak tahun 1990. CV.

Lebih terperinci

VI. RANCANGAN KERJA DAN TATA LETAK. A. Prinsip Rancangan dan Kerja Industri Penggergajian

VI. RANCANGAN KERJA DAN TATA LETAK. A. Prinsip Rancangan dan Kerja Industri Penggergajian VI. RANCANGAN KERJA DAN TATA LETAK A. Prinsip Rancangan dan Kerja Industri Penggergajian Agar suatu industri penggergajian yang didirikan dapat berjalan lancar, sesuai dengan rencana, selama jangka waktu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. i. Sejarah berdirinya PT DBS Indonesia. meningkatkan standar furniture di Indonesia secara

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. i. Sejarah berdirinya PT DBS Indonesia. meningkatkan standar furniture di Indonesia secara 1 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Penelitian 1. Gambaran umum PT DBS Indonesia i. Sejarah berdirinya PT DBS Indonesia PT DBS Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang trading furniture,

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumenep. Usaha ini terletak di jalan Monumen Kuda sakti No. 97 RT.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumenep. Usaha ini terletak di jalan Monumen Kuda sakti No. 97 RT. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan UKM Rengginang sari ikan merupakan salah satu produsen Rengginang di Kabupaten Sumenep. Usaha ini terletak di jalan Monumen Kuda sakti No.

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh 22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan

Lebih terperinci

BAB III BIAYA PRODUKSI USAHA DAGANG TIGA PUTRA MOJOKERTO UNTUK PENINGKATAN LABA USAHA. A. Deskripsi Umum Usaha Dagang Tiga Putra

BAB III BIAYA PRODUKSI USAHA DAGANG TIGA PUTRA MOJOKERTO UNTUK PENINGKATAN LABA USAHA. A. Deskripsi Umum Usaha Dagang Tiga Putra BAB III BIAYA PRODUKSI USAHA DAGANG TIGA PUTRA MOJOKERTO UNTUK PENINGKATAN LABA USAHA A. Deskripsi Umum Usaha Dagang Tiga Putra 1. Sejarah Usaha Dagang Tiga Putra UD. Tiga Putra merupakan sebuah usaha

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut : 1. Pada produksi sablon perusahaan CV. Yabes Printing belum menggunakan metode harga

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sari Tani Jaya Sumatera merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan ubi kayu untuk menghasilkan produk tepung tapioka yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penyusutan Peralatan yang Digunakan dalam Produksi Manisan Carica

Lampiran 1. Penyusutan Peralatan yang Digunakan dalam Produksi Manisan Carica LAMPIRAN 43 Lampiran 1. Penyusutan Peralatan yang Digunakan dalam Produksi Manisan Carica No. Jenis Alat Spesifikasi Jumlah Harga/Satuan Total Harga Nilai Baru Usia Ekonomis Nilai Sisa Penyusutan (Tahun)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upah merupakan imbalan yang diterima pekerja atas jasa yang diberikannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Upah merupakan imbalan yang diterima pekerja atas jasa yang diberikannya dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upah merupakan imbalan yang diterima pekerja atas jasa yang diberikannya dalam proses produksi barang atau jasa di perusahaan. Dengan demikian, pekerja dan pengusaha

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK WANPRESTASI PEMESANAN BARANG DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BAK TRUK DI C.V SUMBER JATI BATANG DAN TIGA PUTRA WELERI

BAB III PRAKTEK WANPRESTASI PEMESANAN BARANG DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BAK TRUK DI C.V SUMBER JATI BATANG DAN TIGA PUTRA WELERI BAB III PRAKTEK WANPRESTASI PEMESANAN BARANG DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BAK TRUK DI C.V SUMBER JATI BATANG DAN TIGA PUTRA WELERI A. Sejarah dan Perkembangan C.V Sumber Jati Sumber Jati merupakan nama sebuah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Jenis Produk Penelitian ini fokus pada tujuh tipe pintu. Pada tahun 2011, jumlah pintu yang dihasilkan sebanyak 2.227 unit. Jumlah tersebut merupakan bagian dari 20.069

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA

BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA A. Perusahaan Batik UD. Al- Mubarok 1. Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan Batik UD. Al- Mubarok Awal

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN LAMPIRAN PENELITIAN Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN BATIK MUKTI RAHAYU DIKABUPATEN MAGETAN LAMPIRAN 1 FORMULA WAWANCARA

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Penentuan harga pokok produksi metode job order cost pada perusahaan Tegel Karya Indah Sukoharjo Upik Yuli Asri F 3300041 BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Dan Perkembangan Perusahaan Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam membuat Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Harga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam membuat Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Harga BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sistematika Penelitian Untuk memperoleh hasil yang diharapkan maka perlu dibuat suatu prosedur penelitian dalam membuat Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Harga Standar

Lebih terperinci

3. Tujuan Program Tujuan program ini adalah :

3. Tujuan Program Tujuan program ini adalah : 1 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Hal yang berkaitan dengan hasil hutan adalah kegiatan pengolahan hasil hutan, antara lain berupa industri penggergajian kayu. Dalam bidang industri pengolahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL DENGAN METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY MERAPI LAS LISTRIK DI DEPOK

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL DENGAN METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY MERAPI LAS LISTRIK DI DEPOK PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL DENGAN METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY MERAPI LAS LISTRIK DI DEPOK NAMA : ANDHIKA PRASETYA KELAS : 3B05 NPM : 23209910 PEMBIMBING : WIDADA

Lebih terperinci

Evaluasi ketepatan penentuan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan pada J rot galery Klaten

Evaluasi ketepatan penentuan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan pada J rot galery Klaten 1 Evaluasi ketepatan penentuan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan pada J rot galery Klaten Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana Ahli Madya Program

Lebih terperinci

HARGA POKOK PESANAN. Kasus:

HARGA POKOK PESANAN. Kasus: 1 Kasus: HARGA POKOK PESANAN A. Informasi Umum Perusahaan Sejak tanggal 1 Januari 2013, Tuan Fadhil mendirikan sebuah perusahaan mebel JUJUR yang berlokasi di Dusun Ketulan RT04/RW02, Candibinangun, Pakem,

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 11 BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Pengertian dan Manfaat Analisis Profitabilitas Pelanggan Kondisi lingkungan yang baru menyebabkan perusahaan harus berfokus kepada

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

TONY PUJIARYANTO Universitas Dian Nuswantoro Semarang

TONY PUJIARYANTO Universitas Dian Nuswantoro Semarang PENGGUNAAN FULL COSTING METHOD UNTUK MENERAPKAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI PENENTUAN HARGA JUAL ALMARI UKIR ( Studi Kasus : Meubel Ukir Sido Katon Banyumanik ) TONY PUJIARYANTO Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB III UPAH BORONGAN DI PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB III UPAH BORONGAN DI PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO BAB III UPAH BORONGAN DI PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO A. Gambaran Singkat Perusahaan PT. Integra Indocabinet pertama kali didirikan pada tahun 1989, berlokasi di desa Betro kecamatan Sedati

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan perkembangan zaman dan teknologi bertambahnya limbah di masyarakat karena masyarakat pada masa kini hanya bisa menggunakan, mengonsumsi, dan menikmati barangbarang

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI STROBERI

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI STROBERI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI STROBERI Cici Aulia Permata Bunda 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi ciciaulia@rocketmail.com Unang 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). Akan tetapi, pada dasarnya unsur kreativitas dan pengalaman

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 50 LAMPIRAN 51 LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informasi ataupun data yang diperoleh penulis didapat melalui pengamatan langsung dan wawancara terstruktur kepada informan. Wawancara dilakukan denggan pemilik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Lampiran I : Uraian Tugas dan Tanggung Jawab PT. Sinar Makmur 1. Direktur Direktur merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang bertanggung jawab terhadap seluruh

Lebih terperinci

EVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA INDUSTRI GITAR BERKAH DI BAKI SUKOHARJO

EVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA INDUSTRI GITAR BERKAH DI BAKI SUKOHARJO EVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA INDUSTRI GITAR BERKAH DI BAKI SUKOHARJO TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Ahli Madya Program Studi D3 Akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan

Lebih terperinci

Nama : Ade Mulyana Kelas : 3EB17 NPM :

Nama : Ade Mulyana Kelas : 3EB17 NPM : ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BUBUR AYAM CIREBON DENGAN METODE FULL COSTING (Studi Kasus Pada Bubur Ayam Cirebon Muhamad Abdul Mustaim, Jakarta Timur) Nama : Ade Mulyana Kelas : 3EB17 NPM :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil Menengah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil Menengah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil Menengah Usaha kecil menengah saat ini merupakan usaha yang masih dapat dipertahankan ditengah badai krisi moneter yang berkepanjangan. Untuk itu pemerintah berupaya

Lebih terperinci

4. Behavioral ( Kebiasaan ) Saat bermain anak sangat aktif, senang berlarian, melompat, memiliki imajinasi yang kuat, tidak cepat lelah, dan tidak bisa diam dalam satu tempat. C. TUJUAN DAN MANFAAT 1.

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Pada dasarnya mainan edukatif memiliki berbagai macam variasi bentuk maupun variasi dari cara bermainnya. Ada variasi mainan yang sudah memiliki bentuk dan ukuran

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Sepanjang Januari 2015, tercatat 32 kasus pohon tumbang dan 14 pohon sempal di wilayah Jakarta. Beberapa jenis pohon yang tumbang adalah angsana,

Lebih terperinci

A. KELOMPOK DATA BERKAITAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN

A. KELOMPOK DATA BERKAITAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN Analisis desain yang pertama dilakukan adalah untuk mendapatkan data atau informasi yang diperlukan berkaitan dengan

Lebih terperinci

TEMPAT CD KULIT SEBAGAI BENDA FUNGSI EKSKLUSIF

TEMPAT CD KULIT SEBAGAI BENDA FUNGSI EKSKLUSIF TEMPAT CD KULIT SEBAGAI BENDA FUNGSI EKSKLUSIF Oleh : Drs. MARSUDI, M.Pd. WIDYAISWARA PPPPTK SENI BUDAYA Abstrak Kreatifitas pembuatan tempat CD yang diproduksi diarahkan untuk selalu meningkatkan mutu,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau 32 II. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini, di berbagai tempat dibangun gedung-gedung betingkat, jembatan layang, jalan, dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Pusaka Bakti merupakan sebuah badan usaha yang bergerak di bidang produksi pembuatan keset kaki dari sabut kelapa dan serat sabut yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsumen dibuat berdasarkan biaya produksi per unit ditambah persentase mark up,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsumen dibuat berdasarkan biaya produksi per unit ditambah persentase mark up, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulu Penelitian Setiadi dkk. (2014) mengenai perhitungan harga pokok produksi dalam penentuan harga jual pada CV. Minahasa Mantap Perkasa diperoleh hasil

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kreasi Lutvi merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi makanan ringan keripik singkong. UD. Kreasi Lutvi berdiri pada tahun 1999. Sejarah

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Perhitungan harga pokok produksi pada UKM Konveksi Pak Kirwono masih

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan UD. Pusaka Bakti merupakan usaha kecil menengah yang bergerak dalam bidang pengolahan sabut kelapa. Usaha ini terletak di Desa Telaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toko kacamata atau lebih sering dikenal dengan istilah optik adalah suatu perusahaan manufaktur yang menyediakan alat bantu penglihatan berupa kacamata ataupun lensa

Lebih terperinci

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Identitas Pengrajin Identitas pengrajin merupakan gambaran umum tentang keadaan dan latar belakang pengrajin yang berkaitan dan berpengaruh terhadap kegiatan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA CV. KARYA MANDIRI

ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA CV. KARYA MANDIRI ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA CV. KARYA MANDIRI Nama : AYU MAYLISA NPM : 21210248 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Rini Dwiastutiningsih,

Lebih terperinci

PROCESS COSTING (Biaya Berdasarkan Proses)

PROCESS COSTING (Biaya Berdasarkan Proses) PROCESS COSTING (Biaya Berdasarkan Proses) 1. Pengertian Process Costing 2. Arus Biaya dalam Process Costing 3. Perhitungan Unit Ekuivalen Produksi 4. Laporan Produksi Muniya Alteza Konsep Dasar Process

Lebih terperinci

METODE HARGA POKOK PESANAN

METODE HARGA POKOK PESANAN 1 METODE HARGA POKOK PESANAN Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method) adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk permainan sekoci handcar anak ini termasuk permainan tradisional, yang awalnya terinspirasi dari sebuah kendaraan tradisonal Handcar. Digunakan sekitar

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN. I b PE KERAJINAN HANDICRAFT DAN TOYS DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DAN KLATEN

LAPORAN KEMAJUAN. I b PE KERAJINAN HANDICRAFT DAN TOYS DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DAN KLATEN PPM PROGRAM I b PE LAPORAN KEMAJUAN I b PE KERAJINAN HANDICRAFT DAN TOYS DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DAN KLATEN Oleh: Slamet Karyono, Darmono, dam M. Lies Indarwati Dibiayai oleh Direktorat

Lebih terperinci