BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara.Kabupaten Jepara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Jepara. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67 sampai ,83 Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,189 km2 dengan panjang garis pantai 72 km. Wilayah tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (24,179 km2) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (231,758 km2). Sebagian besar luas wilayah merupakan tanah kering, sebesar 740,052 km2 (73,70%) sisanya merupakan tanah sawah, sebesar 264,080 km2(26,30%).desa Bondo terletak di Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Dari kota Jepara membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan kendaraan pribadi untuk sampai ke Desa Bondo. CV. Jawa Dipa berdiri sejak tahun 1998 hingga saat ini yang usianya sekitar 15 tahun. Perusahaan ini berdiri disebuah desa kecil yang berjarak sekitar 51

2 8 km dari pusat kota Jepara, tepatnya di desa Margokerto RT 01/RW 07 Kelurahan Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Perusahaan ini termasuk perusahaan keluarga yang memasarkan produknya ke Amerika. Perusahaan funiture ini membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang awalnya hanya bekerja sebagai buruh tani dan pekerja srabutan. Karyawan CV. Jawa Dipa berjumlah sekitar 125orang. Produk yang dihasilkan oleh CV. Jawa Dipa adalah full garden funiture, yang terdiri bangku, ayunan, meja dan kursi santai dan lain sebagainya. Dalam pembuatan produknya CV. Jawa Dipa sangat mengutamakan kualitas kayu yang digunakan sehingga kekuatan produk yang dihasilkan juga terjamin. Struktur organisasi CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 52

3 Gambar 5: Struktur Organisasi CV. Jawa Dipa Direktur Manajer dutama Manajer perencanaan Manajer produksi Manajer keuangan Manajer pemasaran Gergaji komponen Tukang Packing Servis Amplas Sumber: CV. Jawa Dipa, 2012 Bahan pendukung Admin gudang Berikut ini penjelasan jabatan yang berlaku di CV. Jawa Dipa: 1. Direktur Direktur bertugas untuk mengatur seluruh operasional suatu perusahaan, baik dari segi SDM maupun non-sdm dan juga harus mengatur strategi perusahaan agar maju dibandingkan dengan perusahaan yang lainnya.adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: a. Menetapkan garis-garis kebijakan perusahaan, menetapkan tujuan perusahaan. b. Menetapkan target dari penjualan per tahun. 53

4 c. Memiliki wewenang dalam menangani masalah keuangan, mencari dan mengatur penggunaan dana perusahaan untuk kelancaran operasi perusahaan. d. Memimpin rapat evaluasi bulanan dan mengawasi usaha operasi perusahaan. e. Berhak meminta penjelasan atas apa yang dilakukan diluar kebijakan yang telah ditetapkan dari setiap bagian yang ada dibawahnya. 2. Manager Utama Manager utama membantu tugas Direktur dalam menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Adapun tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut: a. Membantu tugas-tugas direktur utama. b. Mewakili direktur utama apabila berhalangan. c. Mengatur pengeluaran dana perusahaan harian. d. Melaporkan laporan keuangan pada saat rapat evaluasi bulanan. e. Melaporkan perbandingan penjualan dibulan yang sama pada tahun yang berbeda, pada bulan ini dan bulan yang akan datang. 3. Manajer Perencanaan Manajer perencanaan bertugas untuk merancang desain-desain macammacam lemari, meja dan lain-lain. Merencanakan proses pembuatan macammacam lemari, meja dan lain-lain, serta menentukan bahan material apa saja yang akan digunakan dalam memproduksi barang, sehingga bisa memenuhui kepuasan pelanggan dan mencapai target yang maksimal. 54

5 2. Manajer Produksi Manajer produksi bertugas untuk memproduksi barang-barang dan harus mempunyai kemampuan dalam membuat suatu barang sehingga barang yang dihasilkan bermutu dan berkualitas dalam segi pembuatan barang tersebut. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: a. Mengatur waktu pekerjaan agar sesuai dengan waktu pengiriman. b. Mengatur posisi pengawas kualitas di masing-masing titik pekerjaan. c. Memberikan harga produksi untuk kepentingan marketing dalam membuat harga jual. 5. Manajer Keuangan Manajer keuangan bertugas untuk mengelola keuangan perusahaan, setiap hal terkait keuangan baik itu dalam hal produksi atau pengeluaran serta pendapatan maka akan menjadi tanggung jawab bagian keuangan untuk dilaporkan pada direktur utama. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Membuat bukti pembayaran pelanggan b. Mengelola dana yang dibutuhkan selama kegiatan produksi c. Membuat laporan akhir d. Membuat laporan laba rugi perusahaan 6. Manajer Pemasaran Marketing betugas untuk menawarkan produk kepada pelanggan serta menjelaskan hal-hal yang terkait tentang produk kepada pelanggan. 55

6 Kemudian menerima pesanan order dari pelanggan. Adapun tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut: a. Memfollow up order dari pelanggan b. Memproses order dari pelanggan c. Membuat surat perintah kerja 2. Data produksi CV. Jawa Dipa Tahun 2012 Di dunia bisnis perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan lainnya untuk memasarkan produk yang dihasilkannya. Selain produk yang dihasilkan harus mampu bersaing secara kualitas, produk yang dihasilkan juga harus mempunyai karakteristik tertentu yang dapat menjadi pembeda produk perusahaan tersebut dengan produk perusahaan lain yang bergerak dalam bidang yang sama. Kekuatan dan keunikan barang-barang mebel yang dihasilkan CV. Jawa Dipa menjadi hal utama yang dipertahankan untuk mampu bersaing dengan perusahaan funiture lainnya. Dan berikut ini adalah data produksi CV. Jawa Dipa tahun 2012 yang dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut: Tabel 9. Data Produksi CV. Jawa Dipa Tahun 2012 Jenis Produk Jumlah Unit Nilai Umbrellas Bench Chair Table Total Sumber: CV. Jawa Dipa 56

7 Dan untuk memproduksi produk-produk diatas berikut ini data biaya yang berkaitan dengan proses produksi tersebut: 1. Data Pemakaian Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi CV. Jawa Dipa adalah kayu jati. Jumlah pemakaian bahan baku CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini: Tabel 10. Data Pemakaian bahan baku CV. Jawa Dipa tahun 2012 Jenis Produk Jumlah Unit Pemakaian bahan baku (Rp) Umbrellas Bench Chair Table Total Sumber: CV. Jawa Dipa 2. Data Biaya Tenaga Kerja Langsung Data biaya tenaga kerja langsung CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 11 berikut in Tabel 11. Data Biaya Tenaga Kerja CV. Jawa Dipa tahun2012 Jenis Produk Jumlah Unit BTKL (Rp) Umbrellas Bench Chair Table Total Sumber: CV. Jawa Dipa Ringkasan data produksi, data pemakaian bahan baku dan data biaya tenaga kerja langsung pada CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada tabel 12 sebagai berikut ini: 57

8 Tabel 12. Ringkasan Data Produksi, Data Pemakaian Bahan Baku, dan Data Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada CV. Jawa Dipa Tahun 2012 Jenis Produk Jumlah Unit BBB (Rp) BTKL (Rp) Umbrellas Bench Chair Table Jumlah Sumber: CV. Jawa Dipa 3. Biaya lain-lain Biaya lain-lain yang dikonsumsi oleh produk yang diproduksi CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut: 58

9 Tabel 13. Data Biaya CV. Jawa Dipa tahun 2012 No Jenis biaya Total biaya (Rp) 1 Biaya langsung Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung Upah Pph pasal 21 Makan dan Minum Kesejahteraan Karyawan Sumbangan Jumlah 2 Biaya Tidak Langsung Biaya Bahan Pembantu Produk supllies Accessories Batyline Packing Viro Press batyline Total bahan pembantu Biaya Admin & Umum Biaya tenaga kerja tidak langsung Biaya penyusutan mesin& alat Biaya pemeliharaan mesin Biaya penyusutan bangunan Biaya keperluan pabrik Biaya energi Biaya pemasaran Total biaya tidak langsung Total Biaya Langsung Total biaya

10 Sumber: CV Jawa Dipa Berdasarkan data biaya diatas maka dapat diperoleh data pemakaian biaya overhead pabrik CV. Jawa Dipa pada tahun 2012, yang dapat dilihat pada tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Data Biaya Overhead Pabrik CV. Jawa Dipa tahun 2012 No Keterangan Jumlah (Rp) 1. Biaya bahan pembantu Biaya energi Biaya tenaga kerja tak langsung Biaya penyusutan mesin Biaya pemeliharaan mesin Biaya penyusutan bagunan Biaya keperluan pabrik Biaya pemasaran Total biaya overhead pabrik Sumber: Data sekunder yang telah diolah berikut ini: Pemakaian biaya overhead pabrik CV. Jawa Dipa dapat dijelaskan sebagai 1. Bahan pembantu Bahan pembantu terdiri dari biaya produk supllies, accessories, batyline, packing, viro dan press batyline yang penggunaannya seiring dengan jumlah unit produk yang diproduksi CV. Jawa Dipa. Dasar pembebanannya adalah jumlah unit produksi. 2. Biaya Energi Biaya energi merupakan biaya yang digunakan untuk membayar tenaga listrik maupun genset yang digunakan untuk penerangan maupun untuk mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi selama 1tahun, dengan dasar pembebanan KWH. 60

11 3. Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung Biaya tenaga kerja tak langsung adalah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk menggaji tenaga kerja tidak langsung atau tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan produksi seperti tenaga kerja pegawas dan keamanan. Biaya tenaga kerja tak langsung dikonsumsi oleh jumlah waktu yang diberlakukan untuk melakukan inspeksi. 4. Biaya Penyusutan Mesin Biaya penyusutan mesin adalah biaya yang terjadi karena penggunan mesin dalam jangka waktu tertentu yang mengakibatkan turunnya nilai mesin tersebut. Dasar pembebanannya adalah jumlah unit produk yang diproduksi. 5. Biaya pemeliharaan mesin Biaya pemeliharaan mesin adalah biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan memelihara mesin yang digunakan dalam proses produksi. Dasar pembebanannya adalah jumlah jam inspeksi. 6. Biaya penyusutan bangunan Biaya penyusutan bangunan adalah biaya yang terjadi karena adanya penggunaan bangunan yang dapat menyebabkan penurunan nilai bangunan dalam jangka waktu tertentu. Dasar pembebanannya adalah luas bangunan pabrik. 7. Biaya keperluan pabrik 61

12 Biaya keperluan pabrik adalah biaya yang dikeluarkan pemeliharaan bangunan pabrik. Biaya ini didasarkan pada luas area pabrik yang digunakan dalam proses produksi. 8. Biaya pemasaran Biaya pemasaran adalah seluruh biaya yang digunakan dalam rangka memasarkan produk yang diproduksi CV. Jawa Dipa. Dasar pembebanan jumlah unit yang diproduksi. Selain data di atas, data lain yang digunakan untuk mendukung penerapan Activity-based costing system, antara lain: 1. Jumlah pemakaian energi 2. Jumlah jam inspeksi 3. Luas area yang dikonsumsi Jumlah penggunaannya dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini: Tabel 15. Daftar Cost Driver CV. Jawa Dipa Tahun 2012 no cost driver umbrellas Bench Chair table jumlah 1 jumlah unit jumlah KWH 1.173, , , , ,94KWH 3 jam inspeksi 656jam jam jam jam jam 4 luas area m2 Sumber: Data sekunder yang telah diolah A. Analisis Data Dari hasil penelitian ini, CV. Jawa Dipa belum menggunakan metode Activity-based costing system untuk menghitung Harga Pokok Produksi. Yang artinya CV. Jawa Dipa masih menggunakan Sistem Tradisional. Harga Pokok 62

13 Produksi dapat dihitung menggunakan dua metode yaitu dengn Activity-Based Costing System dan Sistem Tradisional. Dan di bab ini akan membahas mengenai perhitungan Activity-Based Costing System untuk menghitung Harga Pokok produksi CV. Jawa Dipa yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan hasil perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem Tradisional untuk menentukan ketepatan Harga Pokok Produksi Mebel CV. Jawa Dipa. 1. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem Tradisional pada CV. Jawa Dipa. Untuk menghitung biaya overhead pabrik Sistem Tradisional mempunyai dua alternatif yaitu berdasarkan tarif tunggal dan berdasarkan tarif departemen. Namun yang biasa digunakan dalam pembebanan biaya overhead pabrik adalah tarif tunggal dengan menggunakan cost driver berdasarkan unit yang diproduksi. Pembebanan biaya overhead pabrik dengan tarif tunggal dilakukan melalui dua tahap. Pembebanan pada tahap pertama biaya overhead pabrik selama satu periode diakumulasikan menjadi satu berdasarkan jam mesin, unit produk dan jam tenaga kerja. Kemudian tahap kedua pembebanan biaya overhead pabrik yang sudah dibebankan kepada produk tersebut diakumulasikan kepada masing-masing produk. a) Tahap pertama Tahap pertama yaitu biaya overhead pabrik diakumulasikan menjadi satu untuk keseluruhan pabrik berdasarkan unit produksi seperti berikut ini: 63

14 Diketahui: Total overhead pabrik= Rp Total produk = 2.460unit Tarif tunggal berdasarkan unit produk = Rp = Rp ,19 per unit b) Tahap kedua Tahap kedua yaitu membebankan biaya overhead pabrik yang sudah dibebankan kepada masing-masing produk. Perhitungannya dapat dilihat pada tabel 16 sebagai berikut: 64

15 Tabel 16. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional Umbrellas Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp) Biaya Utama Biaya Overhead pabrik = ,19 X jumlah Bench Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp) Biaya utama Biaya Overhead pabrik = ,19X jumlah Chair Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp) Biaya Utama Biaya Overhead pabrik = ,19X Jumlah Table Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp) Biaya Utama Biaya Overhead pabrik = ,19X Jumlah Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 65

16 Hasil perhitungan Harga Pokok Prosuksi menggunakan Sistem Tradisional pada CV. Jawa Dipa adalah untuk Umbrellas sebesar Rp per unit, untuk Bench adalah sebesar Rp per unit, untuk Chair adalah sebesar Rp per unit, dan untuk Table adalah sebesar Rp Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 Untuk menghitung Harga Pokok produksi menggunakan Activity-Based Costing System terdiri dari dua prosedur, yaitu: a. Prosedur pertama Tahap pertama untuk menentukan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System adalah menelusuri biaya dari aktivitas yang mengkonsumsi biaya tersebut, yang terdiri dari: 1) Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas Pada CV. Jawa Dipa digolongkan menjadi empat level aktivitas. Rincian penggolongan aktivitas-aktivitas dapat dilihat pada tabel 17 sebagai berikut: 66

17 Tabel 17. Penggolongan biaya ke berbagai aktivitas pada CV. Jawa Dipa Level aktivitas Komponen BOP Jumlah (Rp) Biaya bahan pembantu Aktivitas level unit Biaya energy Biaya penyusutan mesin Aktivitas level batch Biaya tenaga kerja tak langsung Biaya pemeliharaan mesin Aktivitas level produk Biaya pemasaran Aktivitas level fasilitas Biaya penyusutan bagunan Biaya keperluan pabrik Jumlah Sumber: Data sekunder yang telah diolah Penjelasan dari tiap level aktivitas sebagai berikut ini: a) Aktivitas unit level Aktivitas unit level merupakan aktivitas yang terjadi seiring dengan jumlah unit yang diproduksi dan jenis aktivitas ini meliputi pemakaian bahan pembantu, aktivitas pemakaian energi, dan aktivitas penyusutan mesin. b) Aktivitas level batch Aktivitas level batch merupakan biaya aktivitas yang berkaitan dengan kelompok unit. Jenis aktivitas ini meliputi biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya pemeliharaan mesin. c) Aktivitas level produk Aktivitas level produk merupakan aktivitas pendukung produk yang dilakukan untuk mendukung setiap produk 67

18 tanpa menghiraukan jumlah unit atau batch unit yang diproduksi. Jenis aktivitas ini adalah aktivitas pemasaran. d) Aktivitas level fasilitas Aktivitas level fasilitas merupakan aktivitas yang tidak dapat ditelusuri ke produk atau jasa individual namun mendukung operasi perusahaan secara keseluruhan. Jenis aktivitas ini meliputi penyusutan bangunan dan keperluan pabrik. 1) Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, seperti berikut ini: a) Aktivitas pemakaian bahan pembantu dalam proses produksi mengkonsumsi biaya bahan pembantu. b) Aktivitas pemakaian energi listrik dalam proses produksi mengkonsumsi listrik. c) Aktivitas penyusutan mesin mengkonsumsi biaya penyusutan mesin. d) Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung mengkonsumsi biaya tenaga kerja tidak langsung. e) Aktivitas pemasaran mengkonsumsi biaya pemasaran. f) Aktivitas penyusutan bangunan mengkonsumsi biaya penyusutan bangunan. g) Aktivitas keperluan pabrik mengkonsumsi biaya keperluan pabrik. 68

19 2) Menentukan cost driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas. Setelah aktivitas-aktivitas produksi didentifikasi sesuai dengan levelnya, maka selanjutnya adalah mengidentifikasi cost driver dari setiap biaya untuk menentukan tarif cost driver per unit. Data cost drivernya dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini: Tabel 18. Daftar Cost Driver CV. Jawa Dipa Tahun 2012 no cost driver umbrellas Bench Chair Table jumlah 1 jumlah unit jumlah KWH 1.173, , , , ,94KWH 3 jam inspeksi 656jam jam jam jam jam 4 luas area m2 Sumber: Data sekunder yang telah diolah 3) Penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen Tujuan pembentukan cost pool yang homogen adalah untuk meringkas jumlah cost pool yang jumlahnya terlalu banyak. Rincian cost pool yang homogen pada CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini: Tabel 19. Cost Pool Homogen CV. Jawa Dipa Cost pool Level Aktivitas BOP Cost driver homogeny aktivitas Aktivitas bahan pembantu Jumlah unit Unit level Pool 1 Aktivitas penyusutan mesin Jumlah unit Unit level Pool 2 Aktivitas pemakaian listrik KWH Unit level Aktivitas tenaga kerja tak Jam Bacth level langsung inspeksi Pool 3 Jam Aktivitas pemeliharaan mesin Bacth level inspeksi Unit Pool 4 Aktivitas pemasaran Produk level produk Aktivitas penyusutan bangunan Luas area Fasilitas level Pool 5 aktivitas keperluan pabrik Luas area Fasilitas level 69

20 Sumber: Data sekunder yang telah diolah 4) Penentuan tarif kelompok (Pool Rate) Tarif kelompok ( pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Tarif BOP per kelompok aktivitas = BOP kelompok aktivitas tertentu Driver biayanya Sumber: Supriyono (2002: 232) Pool rate aktivitas level unit pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini: Tabel 20. Pool Rate aktivitas level unit pada CV. Jawa Dipa 2012 Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp) cost pool 1 biaya bahan pembantu biaya penyusutan mesin total biaya unit produk pool rate cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp) cost pool 2 biaya energy total biaya KWH pool rate sumber: Data sekunder yang sudah diolah 70

21 Pool rate akttivitas level batch pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini: Tabel 21. Pool Rate aktivitas level bacth pada CV. Jawa Dipa 2012 Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp) Cost Pool biaya tenaga kerja tidak langsung biaya pemeliharaan mesin total biaya jam inspeksi pool rate 3 sumber: Data sekunder yang sudah diolah 487 Pool rate aktivitas level produk pada Mebel CV. Jawa Dipa 2012 dapat dilihat pada tabel 22 berikut ini: Tabel 22. Pool Rate aktivitas level produk pada CV. Jawa Dipa 2012 Cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp) Cost pool 4 biaya pemasaran total biaya unit produk pool rate sumber: Data sekunder yang sudah diolah Pool rate aktivitas level fasilitas pada CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 23 berikut ini: Tabel 23. Pool Rate aktivitas level fasilitas pada CV. Jawa Dipa 2012 Cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp) Cost pool biaya penyusutan bangunan biaya keperluan pabrik total biaya luas area pool rate sumber: Data sekunder yang sudah diolah 71

22 b. Prosedur kedua Tahap kedua adalah menentukan Harga Pokok Produksi berdasarkan aktivitas dengan membebankan tarif kelompok berdasarkan Cost Driver. Setiap kelompok biaya overhead dilacak ke berbagai jenis produk. BOP ditentukan dari setiap kelompok ke setiap produk dengan rumus sebgai berikut ini: BOP dibebankan = tarif kelompok x unit cost driver yang digunakan Sumber: Supriyono (2002: 234) Pembebanan Harga Pokok Produksi dengan metode Activity- Based Costing System disajikan pada tebel 24 sebagai berikut: 72

23 Tabel 24. Pembebanan BOP dengan Activity-Based Costing System Pada CV. Jawa Dipa Tahun 2012 Level aktivitas Cost driver Proses pembebanan Umbrellas Bench Chair Table Jumlah ,65 X Unit produk ,65 X ,65 X Level Unit ,65 X ,07 X 1.173, KWH 599,07 X , ,07 X , ,07 X , Level Bacth Level Produk Level Fasilitas Jam inspeksi Unit produk Sumber: Data sekunder yang telah diolah 486,76 X ,76 X ,76 X ,76 X ,15 X ,15 X ,15 X ,15 X ,69 X ,69 X Luas area 4.289,69 X ,69 X Jumlah

24 Berdasarkan pembebanan biaya overhead yang telah dilakukan diatas, maka perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode Activity-Based Costing Systempada CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 25 sebagai berikut ini: Tabel 25. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 Keterangan Umbrellas Bench Chair Table BBB BTKL BOP (pembulatan) HPP Unit Produk HPP per Unit (pembulatan) Sumber: Data sekunder yang telah diolah Berdasarkan tabel diatas hasil perhitungan Harga Pokok Produksi per unit menggunakan Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 adalah untuk Umbrellas sebesar Rp , untukbench sebesar Rp , untuk Chair Rp dan untuk Table sebesar Rp b) Membandingkan hasil perhitungan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System. Perbandingan perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System dapat dilihat pada tabel 26 sebagai berikut ini: 74

25 Tabel 26. Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 Jenis produk Sistem Sistem Selisih Nilai Kondisi Tradisional ABC Umbrellas Undercost Bench Undercost Chair Undercost Table Undercost Sumber: Data sekunder yang telah diolah Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System adalah untuk Umbrellas sebesar Rp , untuk Bench sebesar Rp , untuk Chair sebesar Rp dan untuk Table sebesar Rp Dari hasil perhitungan di atas jika dibandingkan dengan Sistem Tradisional, maka Activity-Based Costing System memberikan hasil perhitungan yang lebih besar, yaitu dengan selisih produk Umbrellas sebesar Rp , selisih produk Bench sebesar Rp.8.826, dan untuk produk Chair sebesar Rp , sedangkan untuk produk Table sebesar Rp C. Pembahasan 1. a) Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional pada Mebel CV. Jawa Dipa tahun Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, hasil perhitungan harga pokok produksi menggunakan sistem tradisional memperoleh hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi menggunakan activity-based costing system. Hasil perhitungan harga pokok 75

26 produksi menggunakan sistem tradisional adalah sebesar Rp untuk produk Umbrellas, untuk produk Bench sebesar Rp , untuk produk Chair sebesar Rp dan untuk produk Table sebesar Rp Hal ini terjadi karena karena sistem tradisional hanya menggunakan satu cost driver saja yaitu berdasarkan jumlah unit yang menurut Hansen & Mowen (2000: 317) penggunaan pendorong kegiatan berdasarkan unit saja untuk membebankan biaya overhead pabrik maka biaya overhead yang terkait dengan non unit dapat menghasilkan biaya produk yang terdistorsi. Biaya-biaya non unit yang terdistorsi tersebut adalah seperti biaya pemeliharaan mesin, biaya penyusutan gedung, dan biaya pemakaian listrik. Selain itu Mebel CV. Jawa Dipa juga memproduksi produk yang lebih dari satu jenis dengan jumlah unit yang bervariasi sehingga jumlah overhead pabrik yang dikonsumsi oleh setiap produk juga berbeda sesuai dengan karakteristik masing-masing produk. Sesuai pendapat Carter & Usry (2004: 419) Penggunaan dasar volume output cenderung mengakibatkan perhitungan biaya yang terlalu besar untuk produk yang volumenya tinggi dan terlalu rendah untuk produk yang volumenya rendah. Dengan begitu pembebanan biaya overhead pabrik tidak bisa didasarkan pada jumlah output yang diproduksi karena pembebanan tersebut tidak tepat dalam menentukan biaya overhead.. b) Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing System pada Mebel CV. Jawa Dipa tahun

27 Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, hasil perhitungan harga pokok produksi menggunakan activity-based costing system memperoleh hasil yang lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan harga pokok produksi menggunakan sistem tradisional. Hasil perhitungan harga pokok produksi menggunakan system tradisional adalah sebesar Rp untuk produk umbrellas, sebesar Rp untuk produk bench, sebesar Rp untuk produk Chair, dan sebesar Rp untuk produk table. Hal ini terjadi karena activity-based costing system membebankan biaya overhead berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang dibagi ke dalam beberapa cost driver sesuai dengan pendapat Firdaus & Wasilah (2009: 322) bahwa dengan pengelompokan biaya berdasarkan aktivitas tersebut ABC dapat menghasilkan informasi biaya produk yang lebih akurat dan dapat dipercaya. Dan selain dapat menghasilkan perhitungan Harga Pokok Produksi yang lebih akurat, menurut Srikant M. Datar, dan George Fostar (2006: 177) Activity-Based Costing System juga memuat informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan manajemen guna meningkatkan kepuasan pelanggan dan profitabilitas. Secara luas temasuk keputusan tentang harga, pengurangan biaya, peningkatan proses dan perancangan produk. Sehingga dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai aktivitas-aktivitas apa saja yang harus dikurangi apabila terjadi pemborosan biaya dalam proses produksi. 77

28 2. Ketepatan Perhitungan Harga Pokok Produksi Mebel CV. Jawa Dipa Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa secara keseluruhan Acivity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih besar dari Sistem Tradisional. Rincian perbandingan Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing System dan Sistem Tradisional dapat dilihat pada tabel 27 dibawah ini: Tabel 27. Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 Jenis produk Sistem Sistem ABC Selisih Tradisional Umbrellas Bench Chair Table Sumber: Data sekunder yang telah diolah Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Activity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih besar dari Sistem Tradisional, yaitu dengan selisih sebesar Rp untuk produk umbrellas, selisih sebesar Rp untuk produk bench, selisih sebesar Rp untuk produk Chair dan selisih sebesar Rp untuk produk Table. Perbedaan ini terjadi karena pembebanan biaya overhead pabrik yang berbeda antara Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System. Sesuai dengan pendapat Carter & Usry (2004: 496) Activity-Based Costing System menggunakan tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan 78

29 volume dan dibandingkan dengan sistem akuntansi Tradisional, Activity-Based Costing System mewakili penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. Sistem Tradisional membebankan biaya overhead pabrik dengan satu cost driver saja yaitu jumlah unit produksi, yang mengakibatkan terjadinya distorsi biaya, yaitu tarjadi overcost atau undercost. Sedangkan pada Activity- Based Costing System biaya overhead pabrik dibebankan pada beberapa cost driver seperti tingkat unit, tingkat batch, tingkat produk dan tingkat pabrik, sehingga alokasi biayanya sesuai dengan aktivitas yang dikonsumsi oleh produk dan memperoleh hasil yang lebih akurat. Selain itu menurut Mulyadi 1993: 54 sistem tradisional (full costing dan variable costing) merupakan metode penentuan harga pokok produk yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi manufaktur pada masalalu, dan activity-based costing system menjadi alternative perhitungan harga pokok produksi yang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. Sehingga untuk perusahaan yang bersaing secara global seperti CV. Jawa Dipa activity-based costing system lebih tepat digunakan untuk menentukan harga pokok produksi. 79

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Instansi/Perusahaan merupakan salah satu home industry yang bergerak dalam bidang furniture. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture. 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah dan perkembangan perusahaan Jepara merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Biaya Produksi PT. Sorin Maharasa adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri berbahan baku daging. Perusahaan tersebut menghasilkan

Lebih terperinci

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18 Analisis Penerapan Activity Based Costing Sistem Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Pada PT. V. Collection Sejahtera Periode 2011 Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : 22209555 Kelas : 3 EB 18 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi Biaya Perhitungan harga pokok produksi pada suatu perusahaan tidak hanya untuk menentukan harga jual serta besarnya pendapatan saja tetapi juga untuk

Lebih terperinci

JURNAL ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN MERAH DELIMA BAKERY KOTA KEDIRI

JURNAL ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN MERAH DELIMA BAKERY KOTA KEDIRI JURNAL ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN MERAH DELIMA BAKERY KOTA KEDIRI ANALYSIS OF IMPLEMENTATION OF ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk Bab IV PEMBAHASAN Perhitungan harga pokok produksi yang akurat sangatlah penting bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk dapat menentukan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang.

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik perusahaan dagang maupun manufaktur mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh laba dan untuk eksistensi perusahaan dalam jangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan pendekatannya penilitian ini merupakan penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan pendekatannya penilitian ini merupakan penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Objek Penelitian Berdasarkan pendekatannya penilitian ini merupakan penelitian kuantitatif deterministik. Menurut Iskandar (2008: 17) penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN Kelancaran atau keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK 71 BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Harga Pokok Produksi a. Pengertian Harga Pokok Produksi Beberapa akademisi menyebutkan pengertian Harga Pokok Produksi yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN Gejala-gejala Sistem Biaya yang Telah Usang 1. Hasil penawaran yang sulit dijelaskan 2. Harga jual bervolume tinggi yang ditetapkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM Nama NPM Jurusan : Siswanti : 2A214321 : Akuntansi Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL PRODUK VOLUME PRODUK TARIF BOP / UNIT BOP Classic 605,503 Rp 182.40 Rp 110,443,747 Premium 4,718,519

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI Di Susun oleh : FITRI AFRIYANTI 3 EB 21 22210824 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan hidup dalam lingkungan yang berubah dengan cepat, dinamik, dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terjadinya persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Tradisional Pada PT. XYZ Perhitungan harga pokok produksi dalam perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur masalah

Lebih terperinci

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri ABSTRAK

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri   ABSTRAK PERBANDINGAN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DENGAN SISTEM TRADISIONAL SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus Pada PT. Wonojati Wijoyo Kediri) Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen

Lebih terperinci

Nama : Silvia Ayu Anggraini NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

Nama : Silvia Ayu Anggraini NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani Perhitungan Harga Pokok Produksi Pesanan Pakaian Menggunakan Metode Activity Based Costing Pada Perusahaan Mutiara Garment Nama : Silvia Ayu Anggraini NPM : 28213487 Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr.

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL Ayu Khusnul Khotimah 21213543 Dosen Pembimbing : Supiningtyas Purwaningrum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang semakin pesat, mengakibatkan semakin ketatnya persaingan yang terjadi dalam dunia usaha. Hal tersebut juga mengakibatkan perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v vii viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus mendapat perhatian dalam menentukan biaya produksi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK. PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK. Nama : Adventia Diah Rosari NPM : 22209204 Pembimbing : B. Sundari, SE., MM. Latar Belakang: Pada

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA Anang Fachroji Teknik Industri-FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menerapkan sistem Activity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh peningkatan perekonomian di seluruh dunia dan didorong oleh kemajuan teknologi menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ahli.menurut Hansen dan Mowen (2004:53) Harga Pokok Produksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ahli.menurut Hansen dan Mowen (2004:53) Harga Pokok Produksi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Harga Pokok produksi a. Pengertian Harga Pokok Produksi Para ahli mempunyai definisi yang berbeda-beda mengenai pengertian Harga Pokok Produksi. Berikut definisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu proses produksi. Untuk mendefinisikan biaya secara jelas, penulis akan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga Pokok Produk 1. Pengertian Harga Pokok Produk Tujuan akuntansi biaya adalah untuk menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen guna membantu

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

: MIRD FAHMI NPM : PEMBIMBING : Prof. Dr. DHARMA TINTRI EDIRARAS, SE., AK., CA., MBA FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

: MIRD FAHMI NPM : PEMBIMBING : Prof. Dr. DHARMA TINTRI EDIRARAS, SE., AK., CA., MBA FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI ANALISIS PERBANDINGAN PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL DENGAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA SHERINA CAKE & BAKERY NAMA : MIRD FAHMI NPM : 24212597 PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk menentukan harga jual produk, memantau realisasi biaya produksi, menghitung laba rugi periodik,

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi PENENTUAN HARGA POKOK BERDASARKAN AKTIVITAS ( ACTIVITY BASED COSTING) Pendahuluan Keterbatasan penentuan harga pokok konvensional terletak pada pembebanan overhead. Dalam system biaya tradisional ada dua

Lebih terperinci

Vina Chris Lady Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Dosen Pembimbing : Haryono, SE., MMSI.

Vina Chris Lady Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Dosen Pembimbing : Haryono, SE., MMSI. Vina Chris Lady 28210376 ANALISIS PERBANDINGAN PENERAPAN SISTEM KONVENSIONAL DAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA TOKO AJIB BAKERY Jurusan Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sapi Perah Secara umum, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai bangsa sapi perah yang terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus pada Perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya) ANISA NURSALEHA TRI LESTARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia bisnis menuju era pasar bebas, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terutama dalam memasarkan produknya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Biaya 1. Pengertian Biaya Konsep dan istilah biaya telah dikembangkan selaras dengan kebutuhan para akuntan, ekonom, dan insinyur. Para akuntan telah mendefinisikan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK ABSTRAK Vivi Parita Sari email: vivi.paritasari@yahoo.com Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM Nugroho Noto Susanto, Mochammad Chaeron, Sutrisno Jurusan Teknik Industri, FTI Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan 9 BAB II LANDASAN TEORI II.1. SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan dalam mengelola biaya produksi suatu produk. Teknologi yang bermunculan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING Nama : Nadya Loetfara NPM : 25212215 Pembimbing : Budiasih, SE, MMSI Pendahuluan Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan bebas telah membawa perubahan bagi dunia usaha khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam negeri yaitu semakin ketatnya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada Bab IV mengenai analisis perbandingan alokasi kos metode tradisional departemental dengan metode activity-based

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA Nurul Aini Fanny Dwi Septiana Fakultas Ekonomi Universitas Narotama Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan suatu prakarsa bisnis yang didasarkan pada keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan diantara pasar nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam praktik bisnis, konsumen menginginkan produk yang sesuai dengan selera kebutuhan mereka, di mana produk tersebut memiliki kualitas tinggi serta harga yang terjangkau.

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB Akuntansi Biaya Modul ke: Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi global menuntut perusahaan menata manajemennya, mengingat ketatnya persaingan dan segala bentuk perubahan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2014:8) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang,

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. INDUSTRI SANDANG NUSANTARA UNIT PATAL SECANG SKRIPSI

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. INDUSTRI SANDANG NUSANTARA UNIT PATAL SECANG SKRIPSI PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. INDUSTRI SANDANG NUSANTARA UNIT PATAL SECANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya Menurut Mulyadi (2003) Akuntansi Biaya adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan perubahan dunia bisnis, telah menciptakan kebutuhan akan pendekatan strategi manajemen yang baru, serta dapat memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dengan demikian industri kecil dan rumah tangga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dengan demikian industri kecil dan rumah tangga merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri kecil mempunyai peranan penting dalam kegiatan ekonomi nasional, misalnya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru, ikut membantu pelayanan masyarakat

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci Pendahuluan

ABSTRAK Kata Kunci Pendahuluan ABSTRAK Evi Linda Lestari, 2015. SKRIPSI. Judul: Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Activity Based Costing (Studi Kasus Pada CV. PATT ENGINEERING) Pembimbing : Hj.Meldona,SE.,MM.,AK. Kata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Biaya Armanto Witjaksono (2006 : 3) berpendapat tentang pengertian akuntansi biaya dapat ada beberapa pengertian dalam akuntansi biaya sebagai berikut :

Lebih terperinci

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti Desen Pembimbing: Prof. Gugus Irianto, SE., MSA., Ph.D., Ak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii v vi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 4

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fokus utama dalam pelaporan keuangan adalah informasi mengenai biaya. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari wawancara mendalam dengan informan, observasi di lapangan dan data-data sekunder menghasilkan analisa penelitian

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi.

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Biaya Akuntansi Aktivitas : Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas (Activity Accounting : Activity Based Costing & Activity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini dimana perindustrian semakin maju dan didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat sangat dirasakan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri) PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri) Ninik Anggraini Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi UNISKA Kediri ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai kegiatan tertentu yang sangat kompleks. Pertumbuhan suatu badan usaha biasanya tidak lepas dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. Yang dimana

Lebih terperinci

Diajukan oleh : Yunanto D

Diajukan oleh : Yunanto D NASKAH PUBLIKASI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI CANGKUL DENGAN PENDEKATAN METODE ABC ( ACTIVITY BASED COSTING) Studi Kasus : di UD. CITRA Produsen Cangkul di Sentra Industri Cangkul Karangpoh Jatinom Klaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAKSI... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pumping Learning Center (PLC) merupakan sebuah unit usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak dalam training sumber daya manusia (puslat SDM). Kegiatannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone ANALISIS PERBANDINGAN METODE TRADISIONAL DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING UNTUK MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI (STUDI KASUS PADA PT.PYRAMID MEGAH SAKTI DI MAKASSAR) Risma Yurnita, Holly Deviarti Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014 1 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Biaya Para ahli memberikan definisi biaya, diantaranya sebagai berikut : 1. Menurut Mulyadi Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin banyaknya perusahaan jasa terutama yang bergerak di bidang pariwisata dan perhotelan menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar hotel. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Definisi Biaya Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Activity-Based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsepkonsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang

Lebih terperinci

MODEL ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI MODEL PENENTUAN TARIF JASA PENGINAPAN HOTEL

MODEL ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI MODEL PENENTUAN TARIF JASA PENGINAPAN HOTEL MODEL ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI MODEL PENENTUAN TARIF JASA PENGINAPAN HOTEL Heri Wahyudi 1 *, Susanto Halim 2 & Fahmi Sulaiman 3* 1 Program Studi Akuntansi, Politeknik LP3I Medan 2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Telah ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu mengenai penetapan harga pokok produk dengan metode biaya yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini.

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci