PENGENALAN POLA BERBASIS CELLULAR AUTOMATA UNTUK SIMULASI BENTUK DAUN SISTEM SUBTITUSI MENGGUNAKAN WOLFRAM MATHEMATICA 7.0.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENALAN POLA BERBASIS CELLULAR AUTOMATA UNTUK SIMULASI BENTUK DAUN SISTEM SUBTITUSI MENGGUNAKAN WOLFRAM MATHEMATICA 7.0."

Transkripsi

1 PENGENALAN POLA BERBASIS CELLULAR AUTOMATA UNTUK SIMULASI BENTUK DAUN SISTEM SUBTITUSI MENGGUNAKAN WOLFRAM MATHEMATICA 7.0 Jarwo *) ABSTRAK Pada tahun 2002 Stephen Wolfram dalam bukunya A New Kind of Science melakukan simulasi dengan bantuan komputer untuk mendapatkan bentuk-bentuk daun (Wolfram, 2002: ). Di dalam bukunya, Wolfram membahas bentuk daun. Bahwa bentuk daun ditentukan oleh aturan dasar pertumbuhan yang serupa dengan pembentukan pola pencabangan pada tanaman. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Jumlah cabang, panjang cabang, dan sudut cabang merupakan faktor yang membedakan bentuk-bentuk daun yang ada di alam. Tulisan ini membahas simulasi dengan bantuan komputer untuk mendapatkan bentukbentuk daun dengan aturan dasar yang sama dengan yang dilakukan oleh Stephen Wolfram dan mempraktekkannya secara lanjut. Simulasi bentuk daun dengan menggunakan model cellular automata sistem subtitusi sudah pernah dilakukan oleh Bibing Priyo Sembodo dengan menggunakan Software Borland Delphi. Berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh Stephen Wolfram, dicoba Pengenalan Pola Berbasis Cellular Automata Untuk Simulasi Bentuk Daun Sistem Subtitusi Menggunakan Wolfram Mathematica Kata Kunci: Bentuk Daun, Simulasi, Wolfram Mathematica 7.0. Cellular Automata Sistem Substitusi. 1. LATAR BELAKANG Bentuk-bentuk daun sangat beragam, antara satu tanaman dengan tanaman yang lainnya memiliki bentuk daun yang hampir tidak pernah sama. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda untuk bentuk-bentuk daun. Meskipun ada sebagian kecil bentuk daun yang hampir sama, tetapi terdapat perbedaan kecil yang membedakan antara bentuk daun yang satu dengan bentuk daun yang lain. Jumlah cabang, panjang cabang, dan sudut cabang merupakan faktor yang membedakan bentuk-bentuk daun yang ada di alam. Pada tahun 2002 Stephen Wolfram dalam bukunya A New Kind of Science melakukan simulasi dengan bantuan komputer untuk mendapatkan bentuk-bentuk daun (Wolfram, 2002: ). Dalam buku A New Kind of Science dibahas bahwa bentuk daun dibentuk oleh aturan dasar pertumbuhan yang serupa dengan pembentukan pola pencabangan pada tanaman. Aturan dasar pertumbuhan untuk pola pencabangan tanaman disusun dari mengamati pencabangan tanaman di alam. Didapati biasanya hanya pada ujung dari sebuah cabang terjadi pertumbuhan cabang yang baru, sehingga fenomena penting yang dapat dipelajari untuk membentuk struktur pencabangan adalah pembentukan dan pencabangan cabang-cabang baru pada ujung sebuah cabang sebelumnya. Pada bentuk yang paling sederhana pencabangan baru ini adalah penggandaan dari 44

2 pencabangan sebelumnya dan memiliki aturan dasar pertumbuhan dan percabangan yang sama. Aturan dasar pertumbuhan untuk pola pencabangan tanaman ini digunakan untuk mensimulasikan bentuk-bentuk daun dan Stephen Wolfram mendapatkan banyak kemiripan dari model yang didapatkan dan garis luar dari sejumlah bentukbentuk daun. Aturan dasar pertumbuhan ini untuk mendukung teorinya bahwa banyak hal dari pertumbuhan tanaman diatur hanya oleh beberapa aturan dasar pertumbuhan yang sederhana. Tulisan ini membahas simulasi dengan bantuan komputer untuk mendapatkan bentuk-bentuk daun dengan aturan dasar yang sama dengan yang dilakukan oleh Stephen Wolfram dan mempraktekkannya secara lanjut. Simulasi bentuk daun dengan menggunakan model cellular automata sistem subtitusi sudah pernah dilakukan oleh Bibing Priyo Sembodo dengan menggunakan Software Borland Delphi, berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh Stephen Wolfram, dicoba pembuatan Visualisasi Bentuk Daun Berbasis Cellular Automata Sistem Subtitusi Menggunakan Pemrograman Wolfram Mathematica KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bentuk-bentuk Daun Foto-foto daun berikut menunjukkan bentuk daun yang bervariasi yang nantinya akan dijadikan sebagai sampel untuk mensimulasikan bentuk daun. Gambar 1 Foto beberapa bentuk daun Foto daun yang digunakan sebagai sampel di atas, memperlihatkan bentuk-bentuk daun yang bervariasi. Meskipun beberapa dari daun-daun terlihat agak serupa tetapi terdapat perbedaan-perbedaan atau perubahan kecil dari bentuk daun-daun itu sehingga antara satu tanaman dengan yang lainnya memiliki bentuk daun yang hampir tidak pernah sama seperti terlihat dalam alam. Faktor yang membedakan bentuk daun yang satu dengan daun yang lain adalah dibedakan dari jumlah cabang, panjang cabang, dan sudut cabang yang terbentuk dari tiap-tiap daun. Perbedaan inilah yang digunakan untuk membedakan daun yang satu dengan yang lain dalam simulasi bentuk daun. 2.2 Wolfram Mathematica 7.0 Wolfram Mathematica 7.0 merupakan perangkat lunak buatan Wolfram yang dapat menyelesaikan masalah perhitungan numerik dari masalah yang sederhana hingga perhitungan yang rumit. Selain mampu menyelesaikan perhitungan, Wolfram Mathematica 7.0 menggambarkan beragam jenis grafik dimensi dua dan dimensi tiga. 45

3 Aplikasi notebook menggunakan simbolis, numerik, dan visualisasi grafik Wolfram Mathematica 7.0 mampu menyelesaikan masalah dalam fisika statistik. Sehingga Wolfram Mathematica 7.0 merupakan software yang yang menjadi pilihan dalam pendidikan dan penelitian khususnya untuk melakukan: perhitungan numerik, visualisasi grafik fungsi dimensi dua dan dimensi tiga, pemodelan fisika dan simulasi. Wolfram Mathematica 7.0 juga dapat menyelesaikan permasalahan yang mungkin sulit dikerjakan atau terlalu panjang jika dikerjakan dengan cara manual. Beragam permasalahan matematika yang melibatkan variabel-variabel (misal: x, y dan sebagainya) dapat diselesaikan dengan Wolfram Mathematica Model Cellular Automata Sistem Substitusi untuk Simulasi Bentuk Daun Yohanes Surya & Hokky Situngkir mengemukakan bahwa fisika adalah ilmu tentang alam dan dinamikanya. Dalam meneliti alam, fisikawan tertantang mencari aturan-aturan yang mendasari suatu fenomena alam. Cellular automata adalah sehimpunan proses fundamental penciptaan pola-pola keteraturan dengan menggunakan komputer (computer-generated ordering process) yang bentuk akhirnya sangat menyerupai apa yang terjadi di alam. Program komputer Wolfram ini mengambil input data yang tidak teratur (bahkan chaos), lalu diproses menggunakan sejumlah Aturan Wolfram, dan akhirnya menghasilkan output gambar yang menyerupai fenomena alam baik pola, kompleksitas, maupun derajat keteraturannya di layar komputer. Wolfram menunjukkan proses terciptanya berbagai bentuk pola-pola yang kompleks seperti kristal es, bunga-bungaan, dedaunan, sebaran warna-warni bulu burung merak, spiral galaksi, turbulensi air deras, jaringan sirkuit otak manusia, badai topan, kulit kerang, lekak-lekuk sungai dengan menggunakan aturan. Cellular automata sistem substitusi adalah sistem pergantian yang mengganti tiap-tiap komponennya pada setiap langkah dengan satu atau beberapa komponen lain menurut aturan yang ditentukan untuk sistem tersebut. Cellular automata sistem substitusi pada mulanya disusun oleh Stephen Wolfram dengan tujuan supaya jumlah komponen sistem dapat berubah-ubah dan tidak tetap dalam usaha mempelajari perilaku-perilaku program sederhana. Dalam bentuk yang umum pada sistem substitusi tersebut terdapat serangkaian komponen dan tiap-tiap komponen diwarnai hitam atau putih kemudian pada setiap langkah tiap komponen-komponen tersebut diganti oleh sejumlah komponen baru. Aturan cellular automata sistem subtitusi dapat digambarkan sebagai berikut: aturan aturan Gambar 2 Contoh Cellular Automata Sistem Substitusi Gambar 2 di atas merupakan aturan cellular automata sistem subtitusi, terlihat komponen kotak hitam diganti oleh komponen baru yaitu kotak putih untuk setiap langkahnya. Begitu juga pada komponen kotak putih akan diganti oleh komponen baru 46

4 yaitu kotak hitam untuk setiap langkahnya. Cellular automata sistem subtitusi tidak hanya bisa digambarkan dengan komponen-komponen kotak kecil yang hanya berwarna hitam dan putih, tetapi bisa digambarkan dalam bentuk percabangan. Sistem subtitusi inilah yang digunakan dalam mensimulasikan bentuk daun. Model Cellular automata sistem subtitusi untuk mensimulasikan bentuk daun memiliki sebuah cabang, dimana cabang tersebut merupakan keadaan Kemudian akan tumbuh beberapa percabangan baru pada ujung cabang yang panjang cabangnya akan lebih kecil dari pada cabang awal sesuai dengan yang ditentukan. Stephen Wolfram dalam bukunya A New Kind of Science dibahas bahwa bentuk daun dibentuk oleh aturan dasar pertumbuhan yang serupa dengan pembentukan pola pencabangan pada tanaman. Dari aturan sistem subtitusi inilah Stephen Wolfram dalam bukunya mengelompokkan pola-pola percabangan yang divariasi panjang cabang, jumlah percabangan, dan sudut cabangnya, seperti pada gambar 3. Gambar 3 kumpulan pola percabangan sistem subtitusi yang memvariasi panjang cabang, jumlah cabang, dan sudut cabang. Stephen Wolfram mengamati kumpulan pola percabangan pada tanaman dan menyimpulkan bahwa di antara pola-pola yang dapat dihasilkan oleh sistem substitusi tersebut terdapat pola-pola yang garis luarnya terlihat serupa dengan garis luar berbagai jenis bentuk daun. Terdapat pola dengan garis tepi yang halus yang terlihat seperti daun bunga teratai lalu terdapat pola dengan titik-titik tajam yang terlihat seperti daun bergerigi dan terdapat pola dengan bentuk yang rumit dan seperti acak yang terlihat seperti daun anggur. Stephen Wolfram menduga dan meyakini bahwa sebenarnya proses pencabangan sederhana yang sama adalah yang bertanggung jawab besar untuk bentuk keseluruhan dari tanaman, dan untuk bentuk dari daun. 3. METODE PEMROGRAMAN 3.1 Rancangan Pemrograman 47

5 Pada Visualisasi Bentuk Daun Berbasis Cellular Automata sistem subtitusi ini menggunakan bahasa pemrograman Wolfram Mathematica 7.0 dimana aturan percabangan ditentukan pada masukannya (input) sehingga setelah diproses oleh program Wolfram Mathematica 7.0 akan menghasilkan keluaran gambar bentuk daun yang sesuai dengan perintah masukannya (input). Pada program yang akan dibuat ini menvariasi jumlah jumlah cabang, sudut cabang, dan panjang cabang pada kasus dua dimensi. Jumlah cabang dari program ini tidak hanya dibatasi dua cabang, tetapi lebih dari itu. Dengan menvariasi jumlah cabang, sudut cabang, dan panjang cabang maka dapat melihat perbedaan antara bentuk daun yang satu dengan bentuk daun yang lainnya. 3.2 Objek Pemrograman Objek dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk daun yang divariasi jumlah cabang, sudut cabang, dan panjang cabang sehingga dapat dilihat perbedaan bentuk daun yang satu dengan bentuk daun yang lainnya. 3.3 Algoritma Berikut adalah algoritma program visualisasi bentuk daun berbasis cellular automata sistem subtitusi: 1. Menentukan keadaan awal Menentukan dan menggambarkan satu cabang yang ditetapkan sebagai cabang awal dan menanmpilkannya pada langkah Menerapkan aturan daun yaitu: a. Menentukan letak percabangan yang nantinya akan akan tumbuh sekumpulan percabangan baru yang memiliki panjang cabang yang lebih kecil dari cabang sebelumnya sesuai dengan aturan daun yang ditentukan. Jika nilai yang diberikan 1/1, maka letak atau titik percabangan akan berada tepat di tengah cabang b. Menentukan jumlah cabang yang tidak terbatas hanya dua cabang saja. Jumlah cabang ini akan terus tumbuh secara kontinyu sesuai dengan jumlah cabang yang ditentukan pada letak percabangan. c. Menentukan sudut cabang baru, sudut cabang ditentukan untuk tiap-tiap cabang dengan perhitungan ArcSin. d. Menentukan panjang cabang. Seperti halnya sudut cabang, panjang cabang baru juga ditentukan untuk tiap-tiap cabang yang panjang cabangnya akan lebih kecil dari cabang Skala yang digunakan untuk panjang cabang baru antara 0-1 dari cabang 3. Menggambarkan hasil visualisasi Untuk setiap langkah pada Program visualisasi bentuk daun berbasis cellular automata sistem subtitusi ini berlangsung sebagai berikut. Pada saat langkah ke-0 dijalankan, maka cabang itu akan menjadi cabang awal untuk langkah ke- 1. Saat langkah ke-2 dijalankan, maka cabang pada langkah ke-1 akan menjadi cabang awal, dan seterusnya untuk langkah berikutnya. Begitu juga sudut cabang dan panjang cabang yang ditinjau, akan dipengaruhi oleh cabang sebelumnya. 48

6 3.4 Flowchart Berikut adalah flowchart program visualisasi bentuk daun berbasis automata system subtitusi. Berikut adalah flowchart keadaan awal sampel daun. cellular Mulai ContohDaun={Daun1,Daun2,Daun3, Daun4,Daun5,Daun6,Daun7,Daun8} ; sampleicons= Map[ImageR esize[#,100]&,contohdaun] ; Manipulate[KondisiAwal; Pane[With[{adjusted=ImageAdjust[ContohDaun[[img]]]},adjusted],{500,200}], {{img,1,"contoh Daun"},Dynamic[MapIndexed[First[#2] #&,sampleicons]]] Berikut adalah flowchart proses visualisasi bentuk daun berbasis cellular automata system subtitusi. 49

7 Mulai AturanDaun1 "Daun1", AturanDaun1={cabangPositif1,cabangPositif2,c abangpositif3,gradien,cabangnegatif1,cabang Negatif2,cabangNegatif3} AturanDaun2 "Daun2", AturanDaun2={ I 0.254, /2I 0.254,1/1, I 0.254, /2I 0.254} AturanDaun3 "Daun3", AturanDaun3={ I 0.255, I 0.255, I 0.255, /2I 0.255,1/ 1, I 0.255, I 0.255, I 0.255, /2I 0.255} AturanDaun4 "Daun4", AturanDaun4={ I 0.232,0.65+1/2I 0.232,1/1-0.05, I 0.232,0.65-1/2I 0.232}, AturanDaun5 "Daun5", AturanDaun6 "Daun6", AturanDaun5={ I 0.776, I 0.776, I 0.776, I 0.776, /2I 0.776,1/1, I 0.776, I 0.776, I 0.776, I 0.776, /2I 0.776} AturanDaun6={ I 0.12, I 0.12, /2I 0.12, I 0.12,1/ 1, I 0.12, I 0.12, /2I 0.12, I 0.12} AturanDaun7 "Daun7", AturanDaun7={ I 0.194, I 0.194, I 0.194,1/1, I 0.194, I 0.194, I 0.194} AturanDaun8 "Daun8", AturanDaun8={ I 0.306, I 0.306, I 0.306, I 0.306,1/1, I 0.306, I 0.306, I 0.306, I 0.306, I 0.306} {{Re[a],Im[a]},{Re[b],Im[b]}},PlotRangeAll,ImageSize {500,400}]] {{t,1,"langkah ke"},{0,1,2,3,4,5,6,7}} 3.5 BAHASA PEMROGRAMAN Berikut ini merupakan listing program yang dijalankan untuk menghasilkan simulasi. 50

8 Manipulate[ContohDaun={Daun1=,Daun2=,Daun3=,Daun4=,Daun5=,Daun6=,Daun7=,Daun8= }; sampleicons=map[imageresize[#,100]&,contohdaun]; Manipulate[KondisiAwal; Pane[With[{adjusted=ImageAdjust[ContohDaun[[img]]]},adjusted],{500,200}]] 0.074},{cabangPositif2= I 0.074},{cabangPositif3=0.64+1/2I 0.074},{Gradien=1/1},{cabangNegatif1= I 0.074},{cabangNegatif2= I 0.074},{cabangNegatif3=0.64-1/2I 0.074}};AturanDaun[AturanDaun1={cabangPositif1,cabangPositif2,cabangPositif3,Gra dien,cabangnegatif1,cabangnegatif2,cabangnegatif3},aturandaun2={ i 0.254, /2I 0.254,1/1, I 0.254, /2I 0.254},AturanDaun3={ I 0.255, I 0.255, I 0.255, /2I 0.255,1/1, I 0.255, I 0.255, I 0.255, /2I 0.255},AturanDaun4={ I 0.232,0.65+1/2I 0.232,1/1-0.05, I 0.232,0.65-1/2I 0.232},AturanDaun5={ I 0.776, I 0.776, I 0.776, I 0.776, /2I 0.776,1/1, I 0.776, I 0.776, I 0.776, I 0.776, /2I 0.776},AturanDaun6={ I 0.12, I 0.12, /2I 0.12, I 0.12,1/1, I 0.12, I 0.12, /2I 0.12, I 0.12},AturanDaun7={ I 0.194, I 0.194, I 0.194,1/1, I 0.194, I 0.194, I 0.194},AturanDaun8={ I 0.306, I 0.306, I 0.306, I 0.306,1/1, I 0.306, I 0.306, I 0.306, I 0.306, I ll,imagesize{500,400}],style["visualisasi BENTUK DAUN BERBASIS CELLULAR AUTOMATA",Bold,Large,Green], Style["SISTEM SUBTITUSI MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN WOLFRAM MATHEMATICA 7.0",Bold,Large,Green],{{img,1,"Contoh Daun"},Dynamic[MapIndexed[First[#2]#&,sampleIcons]],ControlTypePopupMenu}, {{AturanDaun,AturanDaun1},{AturanDaun1 "Daun1",AturanDaun2 "Daun2",AturanDaun3 "Daun3",AturanDaun4 "Daun4",AturanDaun5 "Daun5",AturanDaun6 "Daun6",AturanDaun7 "Daun7",AturanDaun8 "Daun8"},ImageSize Large},Delimiter,{{t,0,"Langkah ke"},{0,1,2,3,4,5,6}}, {{t,0,"jalankan"},0,6,1,controltypetrigger}] 51

9 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Simulasi Hasil simulasi yang menyerupai sampel bentuk daun diperoleh dari program dengan menggunakan sistem subtitusi yang dikemukakan oleh Stephen Wolfram dalam bukunya A New Kind of Science. Hasil simulasi dengan menerapkan bahasa pemrograman di atas adalah dapat disimulasikan sebagaimana tabel berikut: Tabel Hasil Simulasi N Aturan Daun Hasil Simulasi o Analisis Program 52

10 Hasil simulasi bentuk daun satu diperoleh dari aturan percabangan, diantaranya jumlah cabang, sudut cabang, serta panjang percabangan. Aturan percabangan pada program ini diatur untuk tiap pecabangannya. Aturan percabangan pada hasil simulasi bentuk daun satu sebagai berikut: Jumlah cabang: 7 Banyak langkah: 6 Aturan cabang 1: - Sudut = ArcSin(0,25x0,074) = 1,06 derajat. - Panjang cabang = 0,89 dari cabang awal Aturan cabang 2: - Sudut = ArcSin(0,35x0,074) = 1,48 derajat. Aturan cabang 3: - Panjang cabang = 0,79 dari cabang awal - Sudut = ArcSin(0, 5x0,074) = 2,12 derajat. - Panjang cabang = 0,64 dari cabang awal Aturan cabang 4: letak percabangan, 1/1 artinya percabangan berada di tengah cabang Aturan cabang 5: - Sudut = ArcSin-(0,25x0,074) = 1,06 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,89 dari cabang awal Aturan cabang 6: - Sudut = ArcSin-(0,35x0,074) = 1,48 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,79 dari cabang awal Aturan cabang 7: - Sudut = ArcSin-(0, 5x0,074) = 2,12 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,64 dari cabang awal Hasil simulasi bentuk daun dua diperoleh dari aturan percabangan, diantaranya jumlah cabang, sudut cabang, serta panjang percabangan. Aturan percabangan pada hasil simulasi bentuk daun dua sebagai berikut: Jumlah cabang: 5 Banyak langkah: 7 Aturan cabang 1: - Sudut = ArcSin(0,25x0,254) = 3,64 derajat. - Panjang cabang = 0,842 dari cabang awal Aturan cabang 2: - Sudut = ArcSin(0, 5x0,254) = 7,29 derajat. - Panjang cabang = 0,592 dari cabang awal Aturan cabang 3: letak percabangan, 1/1 artinya percabangan berada di tengah cabang Aturan cabang 4: - Sudut = ArcSin-(0,25x0,254) = 3,64 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,842 dari cabang awal Aturan cabang 5: - Sudut = ArcSin-(0, 5x0,254) = 7,29 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,592 dari cabang awal Didapatkan bentuk daun yang menyerupai sampel daun 2. Hasil simulasi bentuk daun tiga diperoleh dari aturan percabangan, diantaranya jumlah cabang, sudut cabang, serta panjang percabangan. Aturan percabangan pada hasil simulasi bentuk daun tiga sebagai berikut: Jumlah cabang: 9 Banyak langkah: 6 Aturan cabang 1: - Sudut = ArcSin(0,15x0,255) = 2,19 derajat. - Panjang cabang = 0,898 dari cabang awal Aturan cabang 2: - Sudut = ArcSin(0,25x0,255) = 3,66 derajat. - Panjang cabang = 0,798 dari cabang awal Aturan cabang 3: - Sudut = ArcSin(0, 4x0,255) = 5,85 derajat. 53

11 - Panjang cabang = 0,698 dari cabang awal Aturan cabang 4: - Sudut = ArcSin(0, 5x0,255) = 7,33 derajat. - Panjang cabang = 0,598 dari cabang awal Aturan cabang 5: letak percabangan, 1/1 artinya percabangan berada di tengah cabang Aturan cabang 6: - Sudut = ArcSin-(0,15x0,255) = 2,19 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,898 dari cabang awal Aturan cabang 7: - Sudut = ArcSin-(0,25x0,255) = 3,66 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,798 dari cabang awal Aturan cabang 8: - Sudut = ArcSin-(0, 4x0,255) = 5,85 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,698 dari cabang awal Aturan cabang 9: - Sudut = ArcSin-(0, 5x0,255) = 7,33 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,598 dari cabang awal Hasil simulasi bentuk daun empat diperoleh dari aturan percabangan, diantaranya jumlah cabang, sudut cabang, serta panjang percabangan. Aturan percabangan pada hasil simulasi bentuk daun empat sebagai berikut: Jumlah cabang: 5 Banyak langkah: 7 Aturan cabang 1: - Sudut = ArcSin(0,25x0,232) = 3,33 derajat. - Panjang cabang = 0,75 dari cabang awal Aturan cabang 2: - Sudut = ArcSin(0, 5x0,232) = 6,66 derajat. - Panjang cabang = 0,65 dari cabang awal Aturan cabang 3: letak percabangan, 1/1 artinya percabangan berada di tengah cabang Aturan cabang 4: - Sudut = ArcSin-(0,25x0,232) = 3,33 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,75 dari cabang awal Aturan cabang 5: - Sudut = ArcSin-(0, 5x0,232) = 6,66 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,65 dari cabang awal Hasil simulasi bentuk daun lima diperoleh dari aturan percabangan, diantaranya jumlah cabang, sudut cabang, serta panjang percabangan. Aturan percabangan pada hasil simulasi bentuk daun lima sebagai berikut: Jumlah cabang: 11 Banyak langkah: 6 Aturan cabang 1: - Sudut = ArcSin(0,1x0,776) = 4,45 derajat. - Panjang cabang = 0,898 dari cabang awal Aturan cabang 2: - Sudut = ArcSin(0,2x0,776) = 8,93 derajat. - Panjang cabang = 0,828 dari cabang awal Aturan cabang 3: - Sudut = ArcSin(0, 3x0,776) = 13,46 derajat. - Panjang cabang = 0,798 dari cabang awal Aturan cabang 4: - Sudut = ArcSin(0, 4x0,776) = 18,08 derajat. - Panjang cabang = 0,748 dari cabang awal Aturan cabang 5: - Sudut = ArcSin(0, 5x0,776) = 22,83 derajat. - Panjang cabang = 0,698 dari cabang awal Aturan cabang 6: letak percabangan, 1/1 artinya percabangan berada di tengah cabang 54

12 Aturan cabang 7: - Sudut = ArcSin-(0,15x0,776) = 4,45 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,898 dari cabang awal Aturan cabang 8: - Sudut = ArcSin-(0,2x0,776) = 8,93 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,828 dari cabang awal Aturan cabang 9: - Sudut = ArcSin-(0, 3x0,776) = 13,46 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,798 dari cabang awal Aturan cabang 10: - Sudut = ArcSin-(0, 4x0,776) = 18,08 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,748 dari cabang awal Aturan cabang 11: - Sudut = ArcSin-(0, 5x0,776) = 22,83 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,698 dari cabang awal Hasil simulasi bentuk daun enam diperoleh dari aturan percabangan, diantaranya jumlah cabang, sudut cabang, serta panjang percabangan. Aturan percabangan pada hasil simulasi bentuk daun enam sebagai berikut: Jumlah cabang: 9 Banyak langkah: 6 Aturan cabang 1: - Sudut = ArcSin(0,25x0,12) = 1,72 derajat. - Panjang cabang = 0,964 dari cabang awal Aturan cabang 2: - Sudut = ArcSin(0,35x0,12) = 2,41 derajat. - Panjang cabang = 0,864 dari cabang awal Aturan cabang 3: - Sudut = ArcSin(0, 5x0,12) = 3,43 derajat. - Panjang cabang = 0,816 dari cabang awal Aturan cabang 4: - Sudut = ArcSin(0, 7x0,12) = 4,84 derajat. - Panjang cabang = 0,714 dari cabang awal Aturan cabang 5: letak percabangan, 1/1 artinya percabangan berada di tengah cabang Aturan cabang 6: - Sudut = ArcSin-(0,25x0,12) = 1,72 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,964 dari cabang awal Aturan cabang 7: - Sudut = ArcSin-(0,35x0,12) = 2,41 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,864 dari cabang awal Aturan cabang 8: - Sudut = ArcSin-(0, 5x0,12) = 3,43 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,814 dari cabang awal Aturan cabang 9: - Sudut = ArcSin-(0, 7x0,12) = 4,82 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,714 dari cabang awal Hasil simulasi bentuk daun tujuh diperoleh dari aturan percabangan, diantaranya jumlah cabang, sudut cabang, serta panjang percabangan. Aturan percabangan pada hasil simulasi bentuk daun tujuh sebagai berikut: Jumlah cabang: 7 Banyak langkah: 6 Aturan cabang 1: - Sudut = ArcSin(0,15x0,194) = 1,67 derajat. - Panjang cabang = 0,89 dari cabang awal Aturan cabang 2: - Sudut = ArcSin(0,3x0,194) = 3,34 derajat. - Panjang cabang = 0,85 dari cabang awal Aturan cabang 3: - Sudut = ArcSin(0, 5x0,194) = 5,57 derajat. - Panjang cabang = 0,8 dari cabang awal Aturan cabang 4: letak percabangan, 1/1 artinya percabangan berada di tengah cabang 55

13 Aturan cabang 5: - Sudut = ArcSin-(0,2x0,194) = 2,22 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,89 dari cabang awal Aturan cabang 6: - Sudut = ArcSin-(0,3x0,194) = 3,34 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,85 dari cabag awal Aturan cabang 7: - Sudut = ArcSin-(0, 4x0,194) = 4,45 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,8 dari cabang awal Hasil simulasi bentuk daun delapan diperoleh dari aturan percabangan, diantaranya jumlah cabang, sudut cabang, serta panjang percabangan. Aturan percabangan pada hasil simulasi bentuk daun delapan sebagai berikut: Jumlah cabang: 10 Banyak langkah: 6 Aturan cabang 1: - Sudut = ArcSin(0,15x0,306) = 2,63 derajat. - Panjang cabang = 0,916 dari cabang awal Aturan cabang 2: - Sudut = ArcSin(0,27x0,306) = 4,74 derajat. - Panjang cabang = 0,816 dari cabang awal Aturan cabang 3: - Sudut = ArcSin(0, 37x0,306) = 6,50 derajat. - Panjang cabang = 0,716 dari cabang awal Aturan cabang 4: - Sudut = ArcSin(0, 47x0,306) = 8,27 derajat. - Panjang cabang = 0,611 dari cabang awal Aturan cabang 5: letak percabangan, 1/1 artinya percabangan berada di tengah cabang Aturan cabang 6: - Sudut = ArcSin-(0,15x0,306) = 2,63 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,966 dari cabang awal Aturan cabang 7: - Sudut = ArcSin-(0,25x0,306) = 4,39 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,926 dari cabang awal Aturan cabang 8: - Sudut = ArcSin-(0, 35x0,306) = 6,15 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,866 dari cabang awal Aturan cabang 9: - Sudut = ArcSin-(0, 45x0,306) = 7,91 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,766 dari cabang awal Aturan cabang 10: - Sudut = ArcSin-(0, 5x0,306) = 8,80 derajat. (arah negatif) - Panjang cabang = 0,686 dari cabang awal 5. KESIMPULAN Berdasarkan program visualisasi bentuk daun berbasis cellular automata sistem subtitusi dapat disimpulkan bahwa dengan model cellular automata sistem subtitusi dapat mensimulasikan bentuk daun. Model cellular automata sistem subtitusi untuk mensimulasikan bentuk-bentuk daun berdasarkan aturan percabangan pada tanaman, sistem memiliki sebuah cabang sebagai keadaan awalnya kemudian pada tiap langkah akan tumbuh sekumpulan percabangan baru yang memiliki panjang cabang yang lebih kecil dari cabang sebelumnya sesuai dengan aturan daun yang ditentukan. *) Dosen Teknik Informatika STT POMOSDA Nganjuk 56

14 DAFTAR PUSTAKA Astuti, Puji Simulasi Pola Kulit Binatang Berbasis Cellular Automata Menggunakan Wolfram Mathematica 7.0. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Djati, Bonett S.L., SIMULASI: Teori dan Aplikasinya. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Gage, Laub, McGarry. Cellular Automata: is Rule 30 Random? Priyo Sembodo, Bibing Simulasi Bentuk Daun dengan Menggunakan Model Cellular Automata Sistem Substitusi. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Primajaya, Yanuar Visualisasi Bentuk Daun Berbasis Cellular Automata Sistem Subtitusi Menggunakan Pemrograman Wolfram Mathematica 7.0. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Wolfram, Stephen A New Kind of Science, Hal Canada: Wolfram Media, Inc. Wolfram, Stephen Stephen Wolfram s A NEW KIND OF SCIENCE ONLINE, Stephen Wolfram, LLC. 57

SIMULASI TUMBUKAN PARTIKEL GAS IDEAL DENGAN MODEL CELLULAR AUTOMATA DUA DIMENSI

SIMULASI TUMBUKAN PARTIKEL GAS IDEAL DENGAN MODEL CELLULAR AUTOMATA DUA DIMENSI Jurnal Neutrino Vol., No. April 00 SIMULASI TUMBUKAN PARTIKEL GAS IDEAL DENGAN MODEL CELLULAR AUTOMATA DUA DIMENSI Annisa Mujriati (), Abdul Basid () Abstrak : Telah dilakukan simulasi tumbukan partikel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai gejala alam menampilkan perilaku yang rumit, tidak dapat diramalkan dan tampak acak (random). Keacakan ini merupakan suatu yang mendasar, dan tidak akan hilang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini memungkinkan sebuah komputer untuk dapat dimanfaatkan dalam membuat serta memanipulasi konten visual secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, metode penelitian dan sistematika

Lebih terperinci

1.2. Perumusan Masalah 1.3. Batasan Masalah

1.2. Perumusan Masalah 1.3. Batasan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar Kebutuhan akan informasi yang cepat, tepat dan akurat sangat dibutuhkan oleh semua orang sehingga informasi yang akan digunakan hendaklah mempunyai kecepatan, keakuratan,

Lebih terperinci

APLIKASI POLA BATIK MENGGUNAKAN METODE FRAKTAL DAN ALGORITMA LINGKARAN 8 WAY SIMETRIS. Abstrak

APLIKASI POLA BATIK MENGGUNAKAN METODE FRAKTAL DAN ALGORITMA LINGKARAN 8 WAY SIMETRIS. Abstrak APLIKASI POLA BATIK MENGGUNAKAN METODE FRAKTAL DAN ALGORITMA LINGKARAN 8 WAY SIMETRIS Angga Prastyo, Teady Matius Surya Mulyana angga.prastyo05@gmail.com, tmulyana@bundamulia.ac.id Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. yang cukup banyak mendapatkan perhatian adalah porositas yang

BAB II TEORI DASAR. yang cukup banyak mendapatkan perhatian adalah porositas yang BAB II TEORI DASAR 2.1 Besaran-besaran Fisis Batuan Sifat fisis struktur makro dari batuan dipengaruhi oleh bentuk struktur mikro batuan tersebut [Palciauskas et al., 1994]. Dua buah besaran fisis yang

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Barcode Rcognition System Using Backpropagation Neural Networks M. Kayadoe, Francis Yuni Rumlawang, Yopi Andry Lesnussa * Jurusan

Lebih terperinci

TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET

TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET 1) Benny Santoso 2) Liliana 3) Imelda Yapitro Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Surabaya Raya Kalirungkut Surabaya 60293 (031) 298 1395 email

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL MATEMATIKA PROSES PENYEBARAN LIMBAH CAIR PADA AIR TANAH

ANALISIS MODEL MATEMATIKA PROSES PENYEBARAN LIMBAH CAIR PADA AIR TANAH ANALISIS MODEL MATEMATIKA PROSES PENYEBARAN LIMBAH CAIR PADA AIR TANAH Oleh: 1 Arif Fatahillah, 2 M. Gangga D. F. F. P 1,2 Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember e-mail: arif.fkip@unej.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1-1 Proses.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1-1 Proses. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini kita mengetahui banyak bidang-bidang dua dimensi yang beraturan seperti bidang segitiga, segi empat, poligon, dan lain-lain. Begitu pula dengan rumus-rumus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori graf menurut Munir (2012), merupakan salah satu cabang dari ilmu matematika dengan pokok bahasan yang sudah sejak lama digunakan dan memiliki banyak terapan hingga

Lebih terperinci

Penentuan Distribusi Suhu pada Permukaan Geometri Tak Tentu Menggunakan Metode Random Walk Balduyanus Yosep Godja a), Andi Ihwan a)*, Apriansyah b)

Penentuan Distribusi Suhu pada Permukaan Geometri Tak Tentu Menggunakan Metode Random Walk Balduyanus Yosep Godja a), Andi Ihwan a)*, Apriansyah b) POSITRON, Vol. VI, No. 1 (1), Hal. 17 - ISSN : 1-9 Penentuan Distribusi Suhu pada Permukaan Geometri Tak Tentu Menggunakan Metode Random Walk Balduanus Yosep Godja a), Andi Ihwan a)*, Apriansah b) a Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Instalasi Software Implementasi dari Aplikasi Papan Kumon ini menggunakan RAPTOR sebagai aplikasi pemrograman berbasis flowchart untuk mengeksekusi flowchart yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Algoritma Banker dikemukakan oleh Edsger W.Djikstra dan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Algoritma Banker dikemukakan oleh Edsger W.Djikstra dan merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Algoritma Banker dikemukakan oleh Edsger W.Djikstra dan merupakan salah satu metode untuk menghindari deadlock. Algoritma ini disebut algoritma Banker karena memodelkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan sistem komputerisasi. Salah satu bentuk perusahaan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan sistem komputerisasi. Salah satu bentuk perusahaan yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini komputer merupakan kebutuhan yang umum dalam sebuah perusahaan. Di dalam perusahaan, banyak hal menjadi lebih efisien dengan menggunakan

Lebih terperinci

Implementasi Pohon Keputusan untuk Membangun Jalan Cerita pada Game Engine Unity

Implementasi Pohon Keputusan untuk Membangun Jalan Cerita pada Game Engine Unity Implementasi Pohon Keputusan untuk Membangun Jalan Cerita pada Game Engine Unity Winarto - 13515061 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk dapat meraih suatu tujuan yang dikehendaki, akhir akhir ini dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat meliputi kemampuan

Lebih terperinci

DRAFT HAK CIPTA : KARYA TULIS METODA UNTUK MENGIDENTIFIKASI PEMODELAN PERTUMBUHAN TANAMAN VIRTUAL BERBASIS LINGKUNGAN

DRAFT HAK CIPTA : KARYA TULIS METODA UNTUK MENGIDENTIFIKASI PEMODELAN PERTUMBUHAN TANAMAN VIRTUAL BERBASIS LINGKUNGAN DRAFT HAK CIPTA : KARYA TULIS Judul : METODA UNTUK MENGIDENTIFIKASI PEMODELAN PERTUMBUHAN TANAMAN VIRTUAL BERBASIS LINGKUNGAN Oleh : Dr Suhartono S.Si M.kom 6 4 2 0 2 0 2 2 0 2 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci

Pendahuluan Metode Numerik

Pendahuluan Metode Numerik Pendahuluan Metode Numerik Obyektif : 1. Mengerti Penggunaan metode numerik dalam penyelesaian masalah. 2. Mengerti dan memahami penyelesaian masalah menggunakan grafik maupun metode numeric. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Education data mining merupakan penelitian didasarkan data di dunia pendidikan untuk menggali dan memperoleh informasi tersembunyi dari data yang ada. Pemanfaatan education

Lebih terperinci

Pembelajaran Kalkulus Integral dengan Mathematica. Wahyu Setyaningrum Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

Pembelajaran Kalkulus Integral dengan Mathematica. Wahyu Setyaningrum Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Kode Makalah PM-18 Pembelajaran Kalkulus Integral dengan Mathematica Wahyu Setyaningrum Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Abstrak Pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling populer di dunia. Internet memiliki banyak fasilitas dan kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. paling populer di dunia. Internet memiliki banyak fasilitas dan kemudahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini internet sudah berkembang menjadi salah satu media yang paling populer di dunia. Internet memiliki banyak fasilitas dan kemudahan bagi setiap penggunanya

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori. Model Matematika Menurut Wirodikromo (998, p77) model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan / fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran

Lebih terperinci

ANALISIS DAN VISUALISASI GERAK TRIPLE PENDULUM NONLINIER MENGGUNAKAN MATHEMATICA 10

ANALISIS DAN VISUALISASI GERAK TRIPLE PENDULUM NONLINIER MENGGUNAKAN MATHEMATICA 10 ANALISIS AN VISUALISASI GRAK TRIPL PNULUM NONLINIR MNGGUNAKAN MATHMATICA 10 Russell, Tua Raja Simbolon, Mester Sitepu Program Studi Fisika Teoritis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Aplikasi Metoda Random Walks untuk Kontrol Gerak Robot Berbasis Citra

Aplikasi Metoda Random Walks untuk Kontrol Gerak Robot Berbasis Citra Abstrak Aplikasi Metoda Random Walks untuk Kontrol Gerak Robot Berbasis Citra R. Febriani, Suprijadi Kelompok Keahlian Fisika Teoritik Energi Tinggi dan Instrumentasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Analisa Pola dan Sifat Aliran Fluida dengan Pemodelan Fisis dan Metode Automata Gas Kisi

Analisa Pola dan Sifat Aliran Fluida dengan Pemodelan Fisis dan Metode Automata Gas Kisi Analisa Pola dan Sifat Aliran Fluida dengan Pemodelan Fisis dan Metode Automata Gas Kisi Simon Sadok Siregar 1), Suryajaya 1), dan Muliawati 2) Abstract: This research is conducted by using physical model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat penting karena data yang sudah dikumpulkan dari percobaan tidak untuk

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat penting karena data yang sudah dikumpulkan dari percobaan tidak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengolahan data dalam statistik khususnya dalam rancangan percobaan adalah hal yang sangat penting karena data yang sudah dikumpulkan dari percobaan tidak untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perumusan persamaan integral tidak memerlukan syarat awal dan syarat batas.

BAB 1 PENDAHULUAN. perumusan persamaan integral tidak memerlukan syarat awal dan syarat batas. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak masalah nyata di alam ini yang dapat dibuat model matematikanya. Persamaan diferensial adalah salah satu model matematika yang banyak digunakan pada

Lebih terperinci

Aplikasi Pola Fraktal pada Desain Kain Gringsing Cemplong Tenganan Bali

Aplikasi Pola Fraktal pada Desain Kain Gringsing Cemplong Tenganan Bali Aplikasi Pola Fraktal pada Desain Kain Gringsing Cemplong Tenganan Bali Ida Ayu Putu Ari Crisdayanti / 13515067 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

TUTORIAL LATIHAN SENI BELADIRI TAEKWONDO TINGKAT DASAR BERBASIS MULTIMEDIA

TUTORIAL LATIHAN SENI BELADIRI TAEKWONDO TINGKAT DASAR BERBASIS MULTIMEDIA TUTORIAL LATIHAN SENI BELADIRI TAEKWONDO TINGKAT DASAR BERBASIS MULTIMEDIA 1) Muhammad Baihaqi, 2) Setia Wardani,S.Kom,M.Kom, 3)Wibawa, S.Si., M.Kom ikalbaihaqim@gmail.com 1 ABSTRAK MUHAMMAD BAIHAQI Tutorial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beragam produk seperti tampilan suara, video, citra ditawarkan oleh perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. beragam produk seperti tampilan suara, video, citra ditawarkan oleh perusahaan untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Perkembangan multimedia dalam era sekarang ini meningkat dengan pesatnya, beragam produk seperti tampilan suara, video, citra ditawarkan oleh perusahaan

Lebih terperinci

Algoritma Pemrograman Fery Updi,M.Kom

Algoritma Pemrograman Fery Updi,M.Kom Algoritma Pemrograman Fery Updi,M.Kom 1 Kompetensi Detail Mampu menjelaskan Prinsip-prinsip Algoritma Mampu menjelaskan Konsep Bahasa Pemrograman Mampu membuat Flowchart dan Pseudocode Mampu menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 62 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Analisis Masalah yang Dihadapi Persamaan integral merupakan persamaan yang sering muncul dalam berbagai masalah teknik, seperti untuk mencari harga

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Pengaburan Gambar Dengan Teknik Mozaik Muhammad Sholeh Program Studi Teknik Informatika, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Jalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar Mesin hitung yang lazim disebut komputer dalam masa satu dekade terakhir mengalami kemajuan yang sangat pesat. Boleh dikatakan masa sekarang ini adalah masa keemasan bagi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN

BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN 3.1 Analisis Berdasarkan cara menghitung besaran-besaran yang telah disebutkan pada Bab II, diperoleh perumusan untuk besaran-besaran tersebut sebagai

Lebih terperinci

MENGENAL INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER. Dewi Agushinta R, Dyah Pratiwi

MENGENAL INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER. Dewi Agushinta R, Dyah Pratiwi MENGENAL INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER Dewi Agushinta R, Dyah Pratiwi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100 Pondok Cina, Depok 16424 {dewiar, dpratiwi}@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menekankan pada objek virtual tiga dimensi gedung-gedung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menekankan pada objek virtual tiga dimensi gedung-gedung 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menekankan pada objek virtual tiga dimensi gedung-gedung utama pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Jurnal TIMES, Vol. III No 2 : 1-5, 2014 ISSN : Character Recognition Dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Jurnal TIMES, Vol. III No 2 : 1-5, 2014 ISSN : Character Recognition Dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Jurnal TIMES, Vol III No 2 : 1-5, 2014 Character Recognition Dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Hendri, SKom MKom STMIK TIME, Jl Merbabu No 32 AA-BB Medan Email : h4ndr7@hotmailcom Abstrak Jaringan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu Perusahaan atau Instansi Pemerintah dahulu cenderung menggunakan gambar 2D atau maket untuk memberikan informasi tentang bangunannya. Maket adalah salah

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi di dunia yang perkembangannya cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir ini membuat aktivitas sehari-hari manusia semakin mudah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Randy L Haupt & Sue Ellen Haupt, Practical Genetic Algorithms second edition, Wiley Interscience,2004.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Randy L Haupt & Sue Ellen Haupt, Practical Genetic Algorithms second edition, Wiley Interscience,2004. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seseorang salesman tentu akan sangat kesulitan jika harus mengunjungi semua kota sendirian, oleh karena itu dibutuhkan beberapa orang salesman untuk membagi

Lebih terperinci

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2) Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2) 1) Program Studi Fisika Jurusan Fisika Universitas Tanjungpura 2)Program Studi Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan secara komputasional dengan melakukan analisis difraksi menggunakan perhitungan numerik. Merupakan salah satu metode dalam perkembangan ilmu komputasi

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun tahun 2005-2006, warga kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) mendapat gangguan dengan munculnya pemandangan di sepanjang jalan Ganesha yang dipenuhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keakuratan dari penglihatan mesin membuka bagian baru dari aplikasi komputer.

BAB 1 PENDAHULUAN. keakuratan dari penglihatan mesin membuka bagian baru dari aplikasi komputer. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan teknologi sekarang ini, penggunaan komputer sudah hampir menjadi sebuah bagian dari kehidupan harian kita. Semakin banyak muncul peralatan-peralatan

Lebih terperinci

RANCANG CAMPUR BETON DENSITAS TINGGI DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN BORLAND DELPHI SKRIPSI

RANCANG CAMPUR BETON DENSITAS TINGGI DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN BORLAND DELPHI SKRIPSI RANCANG CAMPUR BETON DENSITAS TINGGI DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN BORLAND DELPHI Concrete Mix Design of High Density With Programming Language Borland Delphi SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MASALAH PEWARNAAN GRAPH DENGAN ALGORITMA TABU SEARCH PADA PENJADWALAN KULIAH

IMPLEMENTASI MASALAH PEWARNAAN GRAPH DENGAN ALGORITMA TABU SEARCH PADA PENJADWALAN KULIAH IMPLEMENTASI MASALAH PEWARNAAN GRAPH DENGAN ALGORITMA TABU SEARCH PADA PENJADWALAN KULIAH Ida Suryani 1, Purwanto 2, Mohamad sin 3 Universitas Negeri Malang E-mail: idaasuryaani@gmail.com; purmatum@yahoo.com;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu universitas, salah satu analisis yang dapat dilakukan untuk melihat perkembangan prestasi akademik seorang mahasiswa adalah dengan memantau nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan hayati dengan beranekaragam tanaman. Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris, dimana budidaya tanaman menjadi mata pencaharian sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno,

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini pemanfaatan teknologi pengolaan citra untuk mempermudah manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu sudah banyak diterapkan, khususnya dibidang Identifikasi.

Lebih terperinci

PENGANTAR KOMPUTASI MODERN

PENGANTAR KOMPUTASI MODERN PENGANTAR KOMPUTASI MODERN KOMPUTASI MODERN & PEMROSESAN PARALEL MARSHAL SAMOS 54412458 4IA15 UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 1. Manakah yang termasuk karakteristik komputasi Modern yaitu : a. Komputer-komputer

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Teknik informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Teknik informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Lulita L Kadarusman 0600656431

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan software sekarang ini sudah semakin maju. Banyak softwaresoftware

I. PENDAHULUAN. Perkembangan software sekarang ini sudah semakin maju. Banyak softwaresoftware I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan software sekarang ini sudah semakin maju. Banyak softwaresoftware yang berkualitas telah diciptakan. Permintaan terhadap software dalam negeri pun meningkat.

Lebih terperinci

BAB II MODEL Fungsi Model

BAB II MODEL Fungsi Model BAB II MODEL Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang lain dengan entitasnya. Model berisi informasi-informasi tentang suatu sistem yang dibuat dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disadap atau dibajak orang lain. Tuntutan keamanan menjadi semakin kompleks, maka harus dijaga agar tidak dibajak orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. disadap atau dibajak orang lain. Tuntutan keamanan menjadi semakin kompleks, maka harus dijaga agar tidak dibajak orang lain. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah keamanan dan kerahasiaan data merupakan salah satu aspek yang penting dari Sistem Informasi, informasi tidak akan berguna lagi bila telah disadap atau dibajak

Lebih terperinci

1.4. Batasan Masalah Batasan-batasan masalah dalam pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1.4. Batasan Masalah Batasan-batasan masalah dalam pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar Perkembangan jaman yang diiringi dengan kemajuan teknologi sekarang ini menyebabkan perubahan hampir di segala bidang. Salah satu aspeknya ialah teknologi komputerisasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisa Sistem Dengan menggunakan Borland Delphi 7 aplikasi simulasi perangkat pembelajaran komunikasi data teknik pengkodean sinyal digital yang akan dibangun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. FisikaKomputasi i -FST Undana

KATA PENGANTAR. FisikaKomputasi i -FST Undana Disertai Flowchart, Algoritma, Script Program dalam Pascal, Matlab5 dan Mathematica5 Ali Warsito, S.Si, M.Si Jurusan Fisika, Fakultas Sains & Teknik Universitas Nusa Cendana 2009 KATA PENGANTAR Buku ajar

Lebih terperinci

Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan

Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan Sebelum membahas pemodelan produk berbasis yang disusun berdasarkan algoritma pengurang terlebih dahulu akan dijelaskan hal-hal yang mendasari pembuatan algoritma tersebut,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Untuk implementasi pada Oke Bakery ada spesifikasi-spesifikasi yang dibutuhkan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Untuk implementasi pada Oke Bakery ada spesifikasi-spesifikasi yang dibutuhkan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Rencana Implementasi Untuk implementasi pada Oke Bakery ada spesifikasi-spesifikasi yang dibutuhkan sehingga program aplikasi dapat berjalan. Berikut adalah spesifikasinya.

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2016 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Optimasi Persediaan Sparepart Menggunakan Model

Lebih terperinci

APLIKASI REKONSTRUKSI OBJEK 3D DARI KUMPULAN GAMBAR 2D DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENERALIZED VOXEL COLORING

APLIKASI REKONSTRUKSI OBJEK 3D DARI KUMPULAN GAMBAR 2D DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENERALIZED VOXEL COLORING APLIKASI REKONSTRUKSI OBJEK 3D DARI KUMPULAN GAMBAR 2D DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENERALIZED VOXEL COLORING Nama : Charley C. Corputty NPM : 11111620 Jurusan Pembimbing : Sistem Informasi : Dr.-Ing.

Lebih terperinci

PENERAPAN STOCHASTIC L-SYSTEM PADA PEMODELAN PERTUMBUHAN BATANG TANAMAN ARTIKEL ILMIAH. oleh Chandra Hadi Iswanto NIM

PENERAPAN STOCHASTIC L-SYSTEM PADA PEMODELAN PERTUMBUHAN BATANG TANAMAN ARTIKEL ILMIAH. oleh Chandra Hadi Iswanto NIM PENERAPAN STOCHASTIC L-SYSTEM PADA PEMODELAN PERTUMBUHAN BATANG TANAMAN ARTIKEL ILMIAH oleh Chandra Hadi Iswanto NIM 061810101083 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATA KULIAH : ALGORITMA DAN PEMOGRAMAN KOMPUTER NOMOR KODE : FIS 4114 SKS : 2 SKS DESKRIPSI SINGKAT : Mata Kuliah ini merupakan pembahasan tentang penyusunan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Evaluasi hasil belajar dalam konteks pembelajaran sering kali disebut juga dengan evaluasi keluaran (output). Pelaksanaannya selalu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Program Konsep dasar program merupakan suatu gambaran dari program aplikasi yang akan dibangun. Sekarang ini, semua perusahaan pastinya sudah harus terkomputerisasi.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Untuk menjalankan aplikasi ini ada beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pengguna. Spesifikasi kebutuhan berikut ini merupakan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Peringkat, diambil dari ~ jurutera/seminar/azmi.html tanggal 22 Januari 2003.

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Peringkat, diambil dari  ~ jurutera/seminar/azmi.html tanggal 22 Januari 2003. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang investor tentu akan sangat kesulitan dalam menanamkan investasinya apabila proyek yang ditawarkan cukup banyak dengan biaya investasi, profit, dan resiko

Lebih terperinci

PEMBUATAN PROGRAM PENAMPIL NILAI TERUKUR PENCEMARAN UDARA DENGAN PEMROGRAMAN BORLAND DELPHI 7.0. Tugas Akhir

PEMBUATAN PROGRAM PENAMPIL NILAI TERUKUR PENCEMARAN UDARA DENGAN PEMROGRAMAN BORLAND DELPHI 7.0. Tugas Akhir PEMBUATAN PROGRAM PENAMPIL NILAI TERUKUR PENCEMARAN UDARA DENGAN PEMROGRAMAN BORLAND DELPHI 7.0 Tugas Akhir Untuk memenuhi persyaratan mencapai pendidikan Diploma III (D III) Disusun oleh : RESI BAYU PUTRO

Lebih terperinci

Teori Keos (Chaos Theory) : Dapatkah Gejala Dinamika Alam dan Sosial Diprediksi dalam Jangka Panjang?

Teori Keos (Chaos Theory) : Dapatkah Gejala Dinamika Alam dan Sosial Diprediksi dalam Jangka Panjang? Teori Keos (Chaos Theory) : Dapatkah Gejala Dinamika Alam dan Sosial Diprediksi dalam Jangka Panjang? Oleh: Sahid -- Lab Komputer Jurdik Matematika FMIPA UNY Chaos Theory merupakan suatu teori yang menjelaskan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Informatika Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2005/2006 Irvan Hendrik NIM : 0500586986 Abstrak Informasi mengenai data diri seseorang

Lebih terperinci

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA Syahrul 1, Andi Kurniawan 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur No.116,

Lebih terperinci

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan IMPLEMENTASI JARINGAN SARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI SERVICE KENDARAAN RODA 4 DENGAN METODE BACKPROPAGATION (STUDI KASUS PT. AUTORENT LANCAR SEJAHTERA) Muhammad Fahrizal Mahasiswa Teknik Informatika STMIK

Lebih terperinci

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 STMIK GI MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 PENGENALAN KARAKTER ANGKA DARI SEGMENTASI CITRA PLAT NOMOR KENDARAAN DENGAN METODE SOMs Winda Marlia

Lebih terperinci

Perbandingan 5 Algoritma Data Mining untuk Klasifikasi Data Peserta Didik

Perbandingan 5 Algoritma Data Mining untuk Klasifikasi Data Peserta Didik Perbandingan 5 Algoritma Data Mining untuk Klasifikasi Data Peserta Didik Imam Sutoyo AMIK BSI JAKARTA e-mail: imam.ity@bsi.ac.id Abstrak - Klasifikasi peserta didik merupakan kegiatan yang sangat penting

Lebih terperinci

PROGRAM PERHITUNGAN TULANGAN GESER JOIN BETON BERTULANG MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0

PROGRAM PERHITUNGAN TULANGAN GESER JOIN BETON BERTULANG MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 PROGRAM PERHITUNGAN TULANGAN GESER JOIN BETON BERTULANG MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Sejarah Singkat Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara pada mulanya didirkan sebagai institut pelatihan komputer jangka pendek, Kursus Komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kreasi baru, yang memiliki makna baru. dilakukan dengan mudah, yaitu dengan memilih objek (sasaran) pada sumber

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kreasi baru, yang memiliki makna baru. dilakukan dengan mudah, yaitu dengan memilih objek (sasaran) pada sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkarya terutama pada bidang gambar manusia sering kali mengambil beberapa gambar untuk dijadikan sebuah kreasi baru. Gambar yang ada diambil (digunting)

Lebih terperinci

METODE NUMERIK 3SKS-TEKNIK INFORMATIKA-S1. Mohamad Sidiq PERTEMUAN-1

METODE NUMERIK 3SKS-TEKNIK INFORMATIKA-S1. Mohamad Sidiq PERTEMUAN-1 METODE NUMERIK 3SKS-TEKNIK INFORMATIKA-S1 Mohamad Sidiq PERTEMUAN-1 KONTRAK KULIAH METODE NUMERIK TEKNIK INFORMATIKA S1 3 SKS Mohamad Sidiq MATERI PERKULIAHAN SEBELUM-UTS Pengantar Metode Numerik Sistem

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika - Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGOLAH DATA PERCOBAAN DALAM RANCANGAN ACAK

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM SIMULASI PENENTUAN OPTIMASI ARAH TAKSI KOSONG DENGAN GPS DAN METODE MONTE CARLO SKRIPSI. Oleh MIRA

PERANCANGAN PROGRAM SIMULASI PENENTUAN OPTIMASI ARAH TAKSI KOSONG DENGAN GPS DAN METODE MONTE CARLO SKRIPSI. Oleh MIRA PERANCANGAN PROGRAM SIMULASI PENENTUAN OPTIMASI ARAH TAKSI KOSONG DENGAN GPS DAN METODE MONTE CARLO SKRIPSI Oleh MIRA 0900812425 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN STATISTIKA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar Komputer merupakan suatu perangkat elektronika yang dapat menerima dan mengolah data menjadi informasi, menjalankan program yang tersimpan dalam memori, serta dapat bekerja

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Numerik dan MATLAB dalam Fisika

Penggunaan Metode Numerik dan MATLAB dalam Fisika Tugas Akhir Mata Kuliah Metode Numerik Dr. Kebamoto Penggunaan Metode Numerik dan MATLAB dalam Fisika Oleh : A. Arif Sartono 6305220017 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 TAHAPAN PEMBUATAN PROGRAM

PERTEMUAN 3 TAHAPAN PEMBUATAN PROGRAM PERTEMUAN 3 TAHAPAN PEMBUATAN PROGRAM I. Tahapan-Tahapan Membuat Program A. Membuat Program Yang Kompleks Untuk membuat program yang besar dan kompleks, membutuhkan tahapan-tahapan di bawah ini: programmer

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

REKAYASA PERANGKAT LUNAK REKAYASA PERANGKAT LUNAK A. Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa perangkat lunak (RPL, atau dalam bahasa Inggris: Software Engineering atau SE) adalah satu bidang profesi yang mendalami cara-cara

Lebih terperinci

Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda

Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda E97 Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda Yansen Prayitno dan Unggul Wasiwitono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkomunikasi pun ikut berkembang. Mulai dari surat menyurat sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. berkomunikasi pun ikut berkembang. Mulai dari surat menyurat sampai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu ingin berkomunikasi dengan sesamanya. Seiring dengan hasrat tersebut maka perkembangan teknologi berkomunikasi pun ikut berkembang.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pengujian dilakukan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Didapatkan hasil dari penelitian dengan aliran superkritik

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Klasifikasi Makhluk Hidup

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Klasifikasi Makhluk Hidup RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Sub materi Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : Ilmu Pengetahuan Alam : VII/satu : Klasifikasi Makhluk

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 54 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program 4.1.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Spesifikasi Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah : Processor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul skripsi Implementasi Augmented Reality (AR) pada Pengenalan Kebudayaan Nias Berbasis Android, rumusan masalah, batasan

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN : Modifikasi Estimasi Curah Hujan Satelit TRMM Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Studi Kasus Stasiun Klimatologi Siantan Fanni Aditya 1)2)*, Joko Sampurno 2), Andi Ihwan 2) 1)BMKG Stasiun

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI AWAL PLAT NOMOR MOBIL MENGGUNAKAN PROGRAM KONVENSIONAL SEBAGAI LANGKAH AWAL PENGGUNAAN JARINGAN SARAF TIRUAN

IDENTIFIKASI AWAL PLAT NOMOR MOBIL MENGGUNAKAN PROGRAM KONVENSIONAL SEBAGAI LANGKAH AWAL PENGGUNAAN JARINGAN SARAF TIRUAN IDENTIFIKASI AWAL PLAT NOMOR MOBIL MENGGUNAKAN PROGRAM KONVENSIONAL SEBAGAI LANGKAH AWAL PENGGUNAAN JARINGAN SARAF TIRUAN Soegianto Soelistiono, Ardan Listya Romdhoni Departemen Fisika Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

1/14/2010. Riani L. Jurusan Teknik Informatika

1/14/2010. Riani L. Jurusan Teknik Informatika Riani L. Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 PreTest 1. Apa yang dimaksud dengan simulasi? 2. Berikan contoh simulasi yang saudara ketahui (minimal i 3)! 2 2 Definisi Simulasi (1)

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan Bidirectional Associative Memory (BAM) Sebagai Identifikasi Pola Sidik jari Manusia

Jaringan Syaraf Tiruan Bidirectional Associative Memory (BAM) Sebagai Identifikasi Pola Sidik jari Manusia Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No. 1 Feb 2009 21 Jaringan Syaraf Tiruan Bidirectional Associative Memory (BAM) Sebagai Identifikasi Pola Sidik jari Manusia ZAINAL ARIFIN Program Studi Ilmu Komputer,

Lebih terperinci