TINJAUAN PUSTAKA. Jamur Tiram Putih. makro dan spesies diantaranya mempunyai nilai sebagai bahan makanan dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Jamur Tiram Putih. makro dan spesies diantaranya mempunyai nilai sebagai bahan makanan dan"

Transkripsi

1 19 TINJAUAN PUSTAKA Jamur Tiram Putih Menurut penelitian terakhir, sampai saat ini ada sekitar spesies jamur makro dan spesies diantaranya mempunyai nilai sebagai bahan makanan dan obat-obatan. Sekitar 35 spesies sudah dikultivasi secara komersil dan 20 spesies diantaranya sudah dikultivasi dalam skala industri termasuk Pleurotus sp. (Chang, 1991). Di Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, demikian juga dengan jenis jamur yang dimiliki negeri ini. Menurut Suriawiria (1986) dari sekian jumlah jamur yang tumbuh di Indonesia ada beberapa jenis yang dapat dikonsumsi antara lain jamur merang, jamur champignon, jamur morel, jamur lingzhi, jamur emas, jamur kuping, jamur payung termasuk jamur tiram (Pleurotus sp.). Jenis jamur yang banyak dikonsumsi adalah jamur tiram putih atau disebut juga Oyster mushroom. Jamur tiram putih memiliki beberapa kerabat dalam satu genus, yaitu : a). Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) atau disebut juga white oyster, warna tudungnya putih susu sampai putih kekuningan dan bergaris tengah 3-14 cm. b). Jamur tiram abu-abu (Pleurotus sp.), warna tudungnya abu-abu kecoklatan sampai kuning kehitaman, lebarnya 6-14 cm. c). Jamur tiram coklat (tedokihirate atau abalon), warna tudungnya keputihan atau sedikit keabuan sampai abu-abu kecoklatan dan berdiameter 5-12 cm.

2 20 d). Jamur tiram pink (pink oyster atau sakura shimeji), tudungnya berwarna kemerahan, ukuran tudungnya lebih kecil yaitu 2-8 cm (Suriawiria, 1986). Alasan orang banyak mengkonsumsi jamur tiram, terutama jamur tiram putih karena : a) jamur tiram memiliki beberapa asam amino yang merupakan senyawa protein yang memberikan rasa lezat pada enzim yang ada di alat indera perasa kita, b) jamur tiram memiliki struktur yang indah, sederhana dan mudah untuk diolah, c) jamur tiram mudah dibudidayakan dan mudah tumbuh di Indonesia, tanpa mengenal pergantian musim, d) jamur tiram memiliki harga yang cukup ekonomis (Suriawiria, 1986). Budidaya jamur tiram putih juga dapat digunakan untuk memanfaatkan limbah industri penggergajian yang berupa serbuk. Menurut Chang (1991), jamur tiram putih dapat tumbuh disemua bahan yang mengandung selulosa, termasuk serbuk kayu mengandung selulosa karena selulosa ada dalam semua bagian dalam kayu seperti dalam Gambar 1. berikut: Gambar 1. Kandungan Selulosa Dalam Dinding Sel (Takabe, 2006).

3 21 Analisis Finansial Kegiatan ekonomi, baik kegiatan produksi atau perdagangan atau kegiatan lainnya mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan atau manfaat sehingga dalam setiap kegiatan ekonomi perlu dilihat dari beberapa aspek, diantaranya adalah aspek finansial. Aspek finansial membahas masalah cara untuk memperoleh modal dana yang diperlukan, serta bagaimana kegiatan tersebut mengembalikan dana yang telah diperolehnya (dalam bentuk kredit) Supena (1999). Menurut Supena (1999) pada aspek finansial umumnya dibahas hal-hal sebagai berikut: a) kebutuhan dana serta sumber pembiayaannya, baik untuk modal kerja maupun investasi, mulai dari masa pembangunan sampai dengan masa produksi, b) rencana pemasukan dana dari proyeksi penjualannya, c) proyeksi laporan keuangan (neraca dan rugi laba), d) evaluasi dan analisa atas laporan keuangan. Kriteria investasi sebagai evaluasi kelayakan finansial ini adalah: BCR (Benefit and Cost Ratio), IRR (Internal Rate of Return) dan analisis sensitivitas (Suharto, 2005) Analisis Kelembagaan Kelembagaan sebagai aturan main dapat diartikan sebagai himpunan aturan mengenai tata hubungan antar orang-orang, dimana ditentukan oleh hak-hak mereka, perlindungan atas hak-haknya, hak-hak istimewa dan tanggung jawabnya (Schmid, 1987 dalam Kurniawan, 2003). Pendapat yang lain, lembaga adalah organisasi atau

4 22 kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu, baik dalam kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu (Mubyarto, 1989 dalam Kurniawan, 2003). Tiga komponen utama yang mencirikan suatu kelembagaan, yaitu: 1) batas yurisdiksi, adanya suatu ketentuan tentang siapa dan apa yang berwenang terhadap pemanfaatan sumber daya yang dipergunakan dalam organisasi tersebut. 2) property right, adanya kejelasan kepemilikan yang dituangkan dalam hukum, hak dan kewajiban serta kesepakatan-kesepakatan antara pihak-pihak yang terkait. 3) aturan representasi, adanya sistem atau prosedur pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya yang dibicarakan (Iswandi, 1996). Pada dasarnya, kelembagaan ini dibentuk agar terjadi efisiensi dalam proses produksi, efisiensi dalam pengambilan keputusan dan efisiensi dalam pemasaran, karena dalam suatu kelembagaan sering terjadi inefisiensi yang dikarenakan adanya biaya transaksi (transaction cost). Biaya transaksi tersebut meliputi: 1). biaya informasi (information cost), biaya untuk menentukan mitra dalam transaksi yang sering menimbulkan persoalan buruknya pilihan (adverse selection), biaya mengumpulkan informasi harga, kualitas dan jumlah suatu produk, 2). biaya pengawasan (policy cost), meliputi biaya pemantauan pelaksanaan syarat-syarat kontrak seperti standar kualitas produk dan cara pembayaran, 3). biaya pengambilan keputusan (decision making cost), yaitu biaya negosiasi untuk syarat-syarat kontrak dan pembuatan kontrak tersebut (Anwar, 1995). Menurut Hobbs (1997) dalam Kurniawan (2003), biaya transaksi ada dua jenis yaitu biaya transaksi yang bersifat ex-ante yaitu biaya informasi dan biaya

5 23 pengambilan keputusan dan biaya transaksi yang bersifat ex-post yaitu biaya pengawasan. Oleh karena itu kelembagaan yang dipandang efisien di pedesaan adalah kelembagaan yang dilakukan dengan konsep kontraktual (contractual concept), dimana dengan konsep ini akan meminimalisasi resiko yang ditanggung petani dan menjadi efisien bagi pihak yang memiliki modal. Hubungan ini akan lebih kompatibel jika dimitrakan (relationship), sejajar dalam menentukan hak dan kewajiban sehingga kepemilikan akan dirasakan secara seimbang. Menurut Mardjana (1993) dalam Elieser (2000), keterhubungan dua pihak antara dua atau lebih individu atau kelompok yang memiliki keterkaitan untuk melakukan usaha yang kompatibel dengan upaya meminimasi biaya transaksi disebut teori principal-agent, dimana satu orang disebut principal (pemberi mandat) dan yang lain agent (penerima mandat). Konsep kontraktual principal sepakat untuk memberikan suatu insentif dengan bentuk tertentu kepada agent dan agent setuju untuk melakukan suatu kegiatan yang bukan saja menjadi kepentingan salah satu pihak tetapi menjadi kepentingan diantara keduanya. Karena permasalahan utama dalam teori principal-agent ini adalah kepentingan yang berbeda diantara principal dan agent. Kecenderungan untuk memenuhi kepentingan masing-masing bisa saja terjadi seandainya tidak ada kesepahaman diantara keduanya, bahkan akan muncul biaya yang dikeluarkan untuk agent dalam kegiatan tersebut yang disebut biaya agensi (agency cost) (Anwar, 1997 dalam Kurniawan, 2003)). Menurut Anwar (1997) dalam Kurniawan (2003) biaya agensi terdiri dari: 1) biaya investigasi (investigating cost), 2) seleksi agen yang sesuai (selecting

6 24 appropiate agent), 3) perolehan informasi untuk memplot standar penampilan (gaining information to set performance), 4) memantau agen (monitoring agent), 5) bayaran yang mengikat agen (bonding payment by the agent) dan 6) kehilangan sisa hasil usaha (residual losses). Hal ini sangat dihindari karena bisa menjadikan kelembagaan yang diinginkan efisien justru menjadi lebih inefisiensi. Oleh karenanya diawal hubungan prinsipal dan agen perlu adanya kejelasan dalam beberapa aspek, sehingga perlu adanya kesepakatan tertulis mengenai sistem yang diberlakukan. Menurut Rodger (1994) dalam Nugroho (2002), hubungan principal-agent akan efisien apabila tingkat harapan keuntungan (reward) kedua belah pihak seimbang dengan korbanan masing-masing, serta biaya transaksi (transaction cost) sehubungan dengan pembuatan kontrak atau kesepakatan (contractual arrangement) dapat diminalkan. Menurutnya bahwa masalah dalam hubungan principal-agent adalah pada masalah insentifnya. Seberapa adil insentif yang diterima oleh kedua belah pihak sehingga ini akan memperlancar interaksi diantara keduanya. Anwar (1995) berpendapat bahwa masalah biaya agensi dapat dipecahkan dengan beberapa strategi, diantaranya: 1. Manajemen Kontrak (Contract Management). Pengakuan agen terhadap kerja principal dan begitu juga sebaliknya terhadap hasil yang diperoleh (outcomes) terkadang tidak begitu saja diterima, hal ini sering terjadi karena ketidakpastian hasil dan tampilan (performance). Seringkali ini terjadi karena di satu pihak menginginkan efektifitas yang berupa hasil (outcomes) dan efisiensi yang berupa tampilan (performance). 2. Privatisasi (Privatization). Prinsipal harus menyeimbangkan biaya agensi dengan pemasukan dan biaya lain. Isu privatisasi dari pelayanan pemerintah bukan hanya

7 25 tergantung dari biaya produksi tetapi relatif karena kepentingan umum atau kepentingan khusus. Tergantung juga pada poin optimum dari marjin biaya total (biaya agensi + biaya produksi) harus sama dengan marjin keuntungannya. Program Pembangunan Komunitas (Community Development) Program Community Development yaitu suatu konsep kemitraan antara principal dan agent yang mengedepankan pembangunan komunitas petani (penerima mandat) dengan potensi yang ada di lokasinya tanpa ada kepentingan yang berlebihan dari pihak principal (pemberi mandat). Menurut Conyers (1995) dalam Wahyudin (2005), pembangunan komunitas (community development) adalah semua usaha swadaya masyarakat yang digabungkan dengan usaha pemerintah setempat guna meningkatkan kondisi masyarakat, mengintegrasikan masyarakat yang ada ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan memberikan kesempatan yang memungkinkan masyarakat tersebut membantu secara penuh pada kemajuan dan kemakmuran bangsa. Usaha tersebut mencakup bidang ekonomi, sosial dan kultural. Upaya pengembangan masyarakat pada dasarnya merupakan suatu upaya pemberdayaan komunitas warga. Upaya pengembangan masyarakat tersebut harus dilakukan dengan pemerataan kekuatan/kemampuan (power sharing) agar masyarakat memiliki kemampuan yang setara dengan beragam mitra yang memberikan sebagian wewenangnya kepada masyarakat (stakeholder). Semua stakeholder dalam proses pengembangan masyarakat harus berupaya untuk memberdayakan masyarakat (Tony, 2000 dalam Wahyudin, 2005).

8 26 Pengembangan masyarakat dengan memberdayakan masyarakat harus didekati dengan pendekatan sosiologis yang berbasis lokal (daerah). Pada tingkat pengambilan keputusan di daerah akan melibatkan banyak kepentingan, oleh karenanya perlu dilakukan pendekatan sosiologis yang mengarah pada fungsi dari pihak-pihak yang berkepentingan. Beragam kepentingan ini merupakan representasi dari suatu hubungan kelembagaan di daerah. Community Based Development (CBD) memfokuskan pada pemberdayaan masyarakat di tingkat komunitas melalui program-program partisipatif di tingkat kelompok dengan menciptakan integrasi wilayah dan ekonomi. Kemudian program partisipatif ini ditingkatkan pada tingkat komunitas atau desa dengan menciptakan jaringan sosial (social networking) (Ife, 1995). Jaringan sosial akan lebih efektif (tepat pada tujuannya) dengan mengelola manajemen secara bersama antara pihak-pihak yang berkepentingan. Manajemen bersama ini meliputi manajemen pemerintah, masyarakat dan lembaga masyarakat, yaitu: a) Pemerintah, pemerintah disini merupakan perpanjangan tangan dari kekuasaan negara terhadap masyarakatnya sendiri. Pemerintah bisa merupakan pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Namun masyarakat sekarang akan lebih dikelola oleh pemerintah daerah, sehubungan dengan meningkatnya peran pemerintah daerah di masa otonomi daerah. Hal ini terkadang menjadi suatu manajemen pemerintah yang tidak setara antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Terkadang terjadi penumpukan dua instansi pusat dalam satu instansi di daerah. Manajemen ini menimbulkan penumpukkan pengambilan keputusan (decision making overlapping) di tingkat manajemen pemerintah daerah. Dengan

9 27 demikian pendelegasian sebagian wewenang pemerintah kepada masyarakat akan membuat masyarakat memiliki banyak pekerjaan. Hal ini perlu adanya dukungan dari berbagai pihak lembaga untuk bekerja bersama. Menurut Ife (1995), keberhasilan dan keberlangsungan pembangunan daerah tidak hanya disebabkan oleh kekuatan internal tetapi lebih dari itu juga dipengaruhi adanya kekuatan eksternal yang mampu mendukung dan memfasilitasi kekuatan dari bawah tersebut. Kekuatan eksternal dalam hal ini adalah kebijakan pemerintah daerah yang mampu mendukung dan memfasilitasi program-program partisipatif agar program-program tersebut dapat berkembang dan berkelanjutan. b) Lembaga Masyarakat, lembaga masyarakat di sini bisa berupa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga swasta, lembaga profesional. Masing-masing tentu memiliki kepentingan yang beragam. LSM memiliki tujuan untuk menjalankan tujuan proyek yang telah ditetapkan. Lembaga swasta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi secara maksimal. Sedangkan lembaga profesional bertujuan untuk dapat menjalankan fungsi profesinya dengan baik. c) Masyarakat, masyarakat yang dimaksud adalah penduduk yang tinggal di sekitar Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan menjadi motor penggerak program-program yang telah direncanakan. SDA dan SDM yang ada masyarakat merupakan kelompok komunitas yang memiliki kekuatan dan dapat difungsikan secara maksimal untuk keberhasilan program-program yang diinginkan.

10 28 Analisis SWOT Pengertian SWOT SWOT adalah suatu analisis faktor-faktor yang penting dalam suatu perusahaan, dimana faktor-faktor tersebut terdiri dari dua kondisi yaitu kondisi internal yang terdiri dari dua komponen yaitu kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses), kondisi eksternal yang terdiri dari peluang (Opportunity) dan ancaman (Threats). Menurut Rangkuti (2006), SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang, yang secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan ataupun ancaman. Pengertian masing-masing elemen faktor adalah: a). Analisis kekuatan, kekuatan adalah keunggulan spesifik yang secara khusus dimiliki oleh perusahaan yang dapat meningkatkan nilai kompetitif perusahaan. Dimana dengan kekuatan yang dimilikinya akan mampu mendukung keberhasilan perusahaan. Kekuatan bisa berasal dari praproduksi seperti iklim, tanah dan potensi SDA lainnya. Demikian juga dari produksi yang berupa teknologi yang dikuasai petani, sarana teknologi yang dimiliki, keahlian petani dalam mengelola SDA. b). Analisis kelemahan, kelemahan adalah keterbatasan dan kekurangan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Dapat berupa kekurangan dari sisi keuangan, manajerial, keahlian marketing, kurangnya promosi.

11 29 c). Analisis peluang, peluang adalah situasi yang dapat mendukung perkembangan perusahaan yang berada di luar kendali perusahaan. Peluang bisa berupa tingkat pasar, kebijakan pemerintah. d). Analisis ancaman, ancaman adalah situasi yang tidak mendukung perkembangan perusahaan yang berada di luar kendali perusahaan. Ancaman bisa berupa perusahaan lain yang lebih baik kualitas produknya, harga bahan baku yang berubah-ubah, persaingan dengan barang substitusi. Penilaian SWOT Dari kedua faktor di atas, dapat dianalisis lebih tajam melalui penilaian dan penentuan keberhasilan dengan tahapan : 1. Penentuan urgensi faktor eksternal dan internal. Menurut Kadiman (2001) dalam Buzalmi (2004) untuk memudahkan penentuan urgensi faktor eksternal dan internal perlu dilakukan pembobotan pada seluruh elemen-elemen strategis dari kedua faktor tersebut. Pembobotan diberi nilai total 100% untuk masing-masing faktor. Faktor yang lebih urgen dapat ditentukan dengan mengaitkan masing-masing elemen pada faktor eksternal dan internal. Kemudian jumlah keterkaitan tersebut dihitung bobotnya dengan rumus: Total Nilai Urgensi Tiap Elemen Bobot = x 100% Total Nilai Urgensi Seluruh Elemen 2. Evaluasi faktor eksternal dan internal Evaluasi faktor eksternal dan internal dilakukan dengan membuat tabel yang berisi semua elemen faktor eksternal dan internal untuk menentukan hal berikut:

12 30 a. Bobot Faktor (BF), untuk mengevaluasi faktor eksternal dan internal yang diambil dari nilai bobot di dalam tabel matriks urgensi faktor eksternal dan internal. b. Nilai Dukung (ND), diberikan pada setiap elemen pada faktor eksternal dan internal dengan interval sebagai berikut: (1) Nilai 1 = Kecil sekali (2) Nilai 2 = Kecil (3) Nilai 3 = Cukup (4) Nilai 4 = Besar (5) Nilai 5 = Besar sekali c. Nilai Bobot Dukungan (NBD), merupakan perkalian Bobot Faktor (BF) dengan Nilai Dukungan (ND) dibagi 100. (BF x ND) NBD = 100 d. Nilai Keterkaitan (NK), nilai keterkaitan dari semua elemen faktor eksternal dan internal diberi bobot 0 sampai 5 dengan kriteria berikut: (1) Nilai 0 = Tidak ada keterkaitan (2) Nilai 1 = Keterkaitan kecil sekali (3) Nilai 2 = Keterkaitan kecil (4) Nilai 3 = Keterkaitan cukup (5) Nilai 4 = Keterkaitan besar (6) Nilai 5 = Keterkaitan besar sekali

13 31 e. Nilai Rata-rata Keterkaitan (NRK), adalah jumlah nilai keterkaitan dibagi banyaknya elemen faktor eksternal dan internal. NRK = Σ NK Σ Elemen f. Nilai Bobot Keterkaitan (NBK), adalah hasil kali BF dan NRK dibagi 100. NBD = (BF x ND) 100 g. Total Nilai Bobot (TNB), penjumlahan dari NBD dan (NBK). TNB = NBD + NBK Peta SWOT Menurut Rangkuti (2006), peta SWOT terdiri dari 4 kuadran yang menunjukkan profil strategi yang terdiri dari: 1. Kuadran I adalah profil strategi agresif yaitu profil organisasi yang menguntungkan, dimana perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. 2. Kuadran II adalah profil strategi diversifikasi yaitu perusahaan meskipun menghadapi berbagai ancaman, namun masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi produk atau pasar.

14 32 3. Kuadran III adalah profil strategi turn around yaitu kondisi dimana perusahaan menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi di lain pihak ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. 4. Kuadran IV adalah profil strategi defensif yaitu perusahaan menghadapi situasi yang tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi adalah bertahan atau tutup. Peta SWOT dengan sistem kuadran ini menggunakan dua sumbu dimana sumbu absis adalah kondisi faktor internal dengan sumbu positif berupa kekuatan dan sumbu negatif berupa kelemahan. Sumbu kedua adalah sumbu ordinat yaitu kondisi eksternal dengan sumbu positif berupa peluang dan sumbu negatif berupa ancaman. Peta tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Peluang III. Strategi Turn-around I. Strategi Agresif Kelemahan Kekuatan IV. Strategi Defensif Ancaman II. Strategi Diversifikasi Gambar 2. Peta Kekuatan Organisasi (Rangkuti, 2005). Formulasi Strategi SWOT Formulasi strategi SWOT terdiri dari faktor eksternal yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dan faktor internal yaitu kekuatan (strengths)

15 33 dan kelemahan (weaknesses). Semua elemen dari faktor eksternal dan internal dalam formasi strategi SWOT ini disusun secara berurutan dari total nilai bobot (TNB) yang tertinggi sampai yang terendah pada setiap elemen dari peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dari kedua fakor eksternal dan internal itu. Kemudian dilanjutkan dengan metode matriks SWOT (Rangkuti, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Strategi Pemasaran Strategi Pemasaran ialah paduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang potensial untuk menopang perekonomian nasional. Usaha Kecil Menengah telah memberikan sumbangan yang nyata

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN KELEMBAGAAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH UNTUK PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KUSTIN BINTANI MEIGANATI

ANALISIS FINANSIAL DAN KELEMBAGAAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH UNTUK PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KUSTIN BINTANI MEIGANATI ANALISIS FINANSIAL DAN KELEMBAGAAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH UNTUK PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KUSTIN BINTANI MEIGANATI ILMU PENGETAHUAN KEHUTANAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonymous Budidaya Jamur Tiram Putih. Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti. Sumedang.

DAFTAR PUSTAKA. Anonymous Budidaya Jamur Tiram Putih. Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti. Sumedang. 78 DAFTAR PUSTAKA Anonymous.. Budidaya Jamur Tiram Putih. Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti. Sumedang. -------------. 5. Demografi Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Bogor. -------------. 6.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi. Lokasi penelitian ini di Kelompok Wanita Tani (KWT) P4S (Pusat Pelatihan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi. Lokasi penelitian ini di Kelompok Wanita Tani (KWT) P4S (Pusat Pelatihan 45 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Wilayah Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Kelompok Wanita Tani (KWT) P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan) Nusa Indah berada di Desa Sukamantri,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Daya Saing 2.1.1 Pengertian Daya Saing Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan,

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Priyanto (2011), tentang Strategi Pengembangan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan di Kabupaten Rembang Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Menurut Kotler (2008:58), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang

Lebih terperinci

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum menjadi prioritas. Belum ada strategi pengelolaan air limbah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu penelitian dimulai pada bulan April 2013 sampai bulan Juni 2013. B.

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

LAMPIRAN : KEPUTUSAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : /KEP.GUB/BAPPEDA-2/2014 TANGGAL : Latar Belakang

LAMPIRAN : KEPUTUSAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : /KEP.GUB/BAPPEDA-2/2014 TANGGAL : Latar Belakang LAMPIRAN : KEPUTUSAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : /KEP.GUB/BAPPEDA-2/2014 TANGGAL : 2014 1.1. Latar Belakang Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat dengan Renstra SKPD adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp) DI KOTA MEDAN

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp) DI KOTA MEDAN STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp) DI KOTA MEDAN Noviarny Anggasta Lara Sumarlan*), Iskandarini**), Lily Fauzia**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kelompok Tani Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Menurut David (2008) strategi merepresentasikan tindakan yang akan diambil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang 53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Pemasaran Menurut Paul D. Converse, Harvey W. Huegy dan Robert V. Mitchell, dalam bukunya Elements of Marketing menyatakan bahwa marketing didefinisikan sebagai kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

6 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor SWOT pengembangan proyek KPS Kampung Reyog adalah sebagai berikut : a. Faktor strength

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. BMT Berkah dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented

BAB V PEMBAHASAN. BMT Berkah dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented 91 BAB V PEMBAHASAN A. Strategi Bersaing Bisnis Dengan Menggunakan Analisa SWOT Pada BMT Berkah Trenggalek BMT Berkah Trenggalek pada penilaian peneliti berada pada posisi kuadran I yaitu dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG 5.1 Analisis SWOT Analisis strengths, weakness, oppurtunities dan threats (SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING

BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING 3.1 SWOT UNTUK FORMULASI STRATEGI Analisis SWOT didasarkan pada logika, yaitu memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis Kemitraan

II. LANDASAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis Kemitraan II. LANDASAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis Kemitraan Kemitraan pada dasarnya mengacu pada hubungan kerjasama antar pengusaha yang terbentuk antara usaha kecil menengah (UKM) dengan usaha besar. Kemitraan

Lebih terperinci

1. Pengertian Agency Theory

1. Pengertian Agency Theory 1. Pengertian Agency Theory Agency theory (teori keagenan) merupakan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingannya sendiri. Pemegang saham sebagai diasumsikan hanya bertindak terhadap

Lebih terperinci

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN JAMBU MADU DI DESA ULEE JALAN KECAMATAN BANDA SAKTI KOTA LHOKSEMAWE

STRATEGI PEMASARAN JAMBU MADU DI DESA ULEE JALAN KECAMATAN BANDA SAKTI KOTA LHOKSEMAWE Jurnal S. Pertanian 1 (10) : 871 880 (2017) ISSN : 2088-0111 STRATEGI PEMASARAN JAMBU MADU DI DESA ULEE JALAN KECAMATAN BANDA SAKTI KOTA LHOKSEMAWE FATMA ZUHRA Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan sesuatu melalui sebuah penelitian (Ulum dan Juanda, 2016).

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan sesuatu melalui sebuah penelitian (Ulum dan Juanda, 2016). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian berbentuk deskriptif. Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan sesuatu

Lebih terperinci

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS Kiki Alibasah Dosen Jurusan Sistem Informasi STMIK Sumedang Email : kikialibasah78@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan. Ardhariksa Z, M.Med.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan. Ardhariksa Z, M.Med.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM Mata Kuliah Modul ke: - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Analisis Situasional Apa yang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Penelitian Kelompok Usaha Ikan Asap atau yang sering di kenal dengan ikan Roa atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gunung Pawon dan Gunung Masigit (Gambar 3) yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten

Lebih terperinci

B A B III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

B A B III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI B A B III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sulawesi Utara Untuk mengidentifikasi permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat dimana peneliti akan memperoleh atau mencari suatu data yang berasal dari responden yang akan diteliti oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi 2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Sayuran Organik Pertanian organik adalah salah satu teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan serta menghindari penggunaan bahan kimia dan pupuk yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang kerangka penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis SWOT yang digunakan untuk merumuskan strategi. 3.1. KERANGKA PENELITIAN Kerangka

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak. sumber daya dan kemampuan, diantaranya diperlukan kemampuan

Bab I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak. sumber daya dan kemampuan, diantaranya diperlukan kemampuan Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah daerah harus dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak sumber daya dan kemampuan, diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini berlokasi pada obyek wisata alam Pantai Siung yang ada di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul,

Lebih terperinci

URGENSI PENGGUNAAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDIDIKAN (E-LEARNING) OLEH: LOVI TRIONO

URGENSI PENGGUNAAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDIDIKAN (E-LEARNING) OLEH: LOVI TRIONO URGENSI PENGGUNAAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDIDIKAN (E-LEARNING) OLEH: LOVI TRIONO 0700054 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data akan dilakukan disebuah industri pengolahan dengan sub sektor industri pakaian jadi yang berlokasi di Jl. Wader Blok G.II No. 25 RT/RW 010/012

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan) STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan) Fritz Mesakh Tarigan Silangit *), Tavi Supriana **),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah (Dit.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah (Dit. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian Peneliti melakukan penelitian dengan mengambil data di Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah (Dit. EPIKD), Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan, diperkirakan dan dipastikan di masa yang akan datang. Perusahaan tidak terlepas dari berbagai macam

Lebih terperinci

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR 26 III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Lokasi, Waktu dan Pembiayaan 1. Lokasi Kajian Kajian tugas akhir ini dengan studi kasus pada kelompok Bunga Air Aqua Plantindo yang berlokasi di Ciawi Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam pengembangan industri dodol durian. 3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. BAB II LANDASAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI RENCANA STRATEGIS PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2006-2009 Oleh Tim Renstra PMG 1. UU No. 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti seni berperang. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian terhadap permasalahan di SMK Muhammadiyah 1 Samarinda penulis melakukan Analisa Internal dan Analisa Eksternal sebagai pengumpulan datanya, dan

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Usaha Dalam Pemberdayaan Ekonomi Pegawai Negeri Sipil Di Koperasi Pegawai Republik Indonesia Warga Winaya

Strategi Pengembangan Usaha Dalam Pemberdayaan Ekonomi Pegawai Negeri Sipil Di Koperasi Pegawai Republik Indonesia Warga Winaya Strategi Pengembangan Usaha Dalam Pemberdayaan Ekonomi Pegawai Negeri Sipil Di Koperasi Pegawai Republik Indonesia Warga Winaya Nama : Imam Nugraha Hidayatullah NPM : 14213309 Jurusan : Manajemen Pembimbing

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap. 7 II. LANDASAN TEORI 1. Konsep Pendapatan Pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai merupakan ukuran kemampuan usaha dalam menghasilkan uang tunai.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Salak Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman

Lebih terperinci

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PANGAN OLAHAN BERBAHAN DASAR KETELA POHON PENDAHULUAN

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PANGAN OLAHAN BERBAHAN DASAR KETELA POHON PENDAHULUAN P R O S I D I N G 516 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PANGAN OLAHAN BERBAHAN DASAR KETELA POHON SRDm Rita Hanafie 1, Soetriono 2, Alfiana 3 1) Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Malang, 2) Fakultas

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pertumbuhan ekonomi negara, baik negara berkembang maupun negara

BAB I PENDAHULUAN. bagi pertumbuhan ekonomi negara, baik negara berkembang maupun negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peran penting dan strategis bagi pertumbuhan ekonomi negara, baik negara berkembang maupun negara maju. Pada saat krisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pihak atau lebih, dimana pihak tersebut disebut agent dan principal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pihak atau lebih, dimana pihak tersebut disebut agent dan principal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan tentang adanya hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai principal dan manajemen sebagai

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Rangkuman (Sintesa) Temuan Kelembagaan KIBARHUT dicirikan kesediaan principal mendelegasikan kemampuan investasi membangun hutan kepada agents untuk memproduksi kayu sebagai

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Langkah-langkah penelitian 3.1.1 Observasi di PT Pertamina Gas Pada tahap ini, dilakukan pengamatan langsung ke Departemen Sumber daya manusia PT Pertamina Gas yang

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN TERHADAP PENINGKATAN PENJUALAN PADA TOKO PONSEL RIN PULSA.

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN TERHADAP PENINGKATAN PENJUALAN PADA TOKO PONSEL RIN PULSA. ANALISIS STRATEGI PEMASARAN TERHADAP PENINGKATAN PENJUALAN PADA TOKO PONSEL RIN PULSA. Nama : Syaiful Bahri Npm : 181740 Kelas : EA6 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Sri Kurniasih Agustin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dunia bisnis, perusahaan dituntut untuk selalu berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Salah satu produk olahan kacang adalah roti kacang. Tekstur kuenya yang lembut merupakan khas roti kacang Tebing Tinggi. Roti kacang ini terbuat dari tepung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Investasi merupakan suatu tindakan pembelanjaan atau penggunaan dana pada saat sekarang dengan harapan untuk dapat menghasilkan dana di masa datang yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur, biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk.

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT: KONSEP & APLIKASI BAGI KOPERASI TERNAK. Bimbingan Teknis Koperasi Ternak Jombang November 2014

ANALISIS SWOT: KONSEP & APLIKASI BAGI KOPERASI TERNAK. Bimbingan Teknis Koperasi Ternak Jombang November 2014 ANALISIS SWOT: KONSEP & APLIKASI BAGI KOPERASI TERNAK Bimbingan Teknis Koperasi Ternak Jombang 10-11 November 2014 Tujuan Pembelajaran Peserta memahami dan mampu menjelaskan ragam masalah bisnis Peserta

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank menurut Hasibuan (2005:2) adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank menurut Hasibuan (2005:2) adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Hasibuan (2005:2) adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit

Lebih terperinci