HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi. Lokasi penelitian ini di Kelompok Wanita Tani (KWT) P4S (Pusat Pelatihan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi. Lokasi penelitian ini di Kelompok Wanita Tani (KWT) P4S (Pusat Pelatihan"

Transkripsi

1 45 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Wilayah Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Kelompok Wanita Tani (KWT) P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan) Nusa Indah berada di Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Berada pada ketinggian 700 mdpl, dengan suhu berkisar 25 C - 32 C, curah hujan 500 mm/th. Aksesibilitas kecamatan ini terhadap ibukota kabupaten sejauh 40 km, dengan ibu kota Provinsi Jawa Barat sejauh 120 km dan dengan ibukota negara RI sejauh 96 km. Luas wilayah Kecamatan Tamansari ini adalah ,95 ha. Komposisi lahan wilayah ini terdapat pada diagram lingkaran Gambar 7. Tanah sawah Tegalan Perkebunan negara Perkebunan rakyat Lap OR Rekreasi Kuburan Sawah Bengkok Tanah kering bengkok Gambar 7. Diagram Lingkaran Komposisi Wilayah Kecamatan Tamansari Tahun Kecamatan Tamansari berbatasan dengan wilayah lain di sekitarnya, yaitu: Utara : Kecamatan Ciomas Timur : Kecamatan Cijeruk Selatan : Kabupaten Sukabumi Barat : Kecamatan Dramaga

2 46 Kondisi Sosial-Ekonomi Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari adalah jiwa dengan penduduk laki-laki jiwa dan penduduk wanita jiwa, dengan KK. Pengelompokan penduduk berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Usia Th 2005 No. Kelompok Usia Jumlah Penduduk (orang) tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun 40 tahun ke atas Sumber: Demografi Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Dari tabel di atas terlihat bahwa porsi terbesar ada pada usia muda (di bawah 20 tahun), seperti dalam grafik pada Gambar th 5-9 th th th th th th th 40 th up Kelompok usia Gambar 8. Grafik Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.

3 47 Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan. No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (orang) Belum sekolah Tidak tamat sekolah Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/ sederajat Tamat SLTA/ sederajat Tamat Akademi/sederajat Tamat PT/sederajat Buta Huruf Sumber: Demografi Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jumlah penduduk paling banyak ada pada tamatan SD/sederajat, tidak ada penduduk Kecamatan Tamansari yang tamat akademi atau perguruan tinggi, sampai tahun 2005 bulan Desember. Lokasi P4S Tamansari Kabupaten Bogor Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan lembaga yang menaunginya yaitu Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. P4S Nusa Indah awalnya adalah kelompok tani yang berkumpul dan mendirikan Kelompok Wanita Tani (KWT) Nusa Indah. KWT Nusa Indah berdiri pada tahun 1996 kemudian berubah menjadi P4S Nusa Indah pada tahun 2002, yang diketuai oleh Ibu Cucu Komalasari dengan anggota berjumlah 20 orang. P4S mempunyai beberapa unit usaha, seperti ada pada Tabel 5. P4S adalah lembaga yang dibentuk oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan di tingkat Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota, dimana fungsinya adalah untuk mengkoordinir petani dalam suatu kelompok dengan kegiatan yang terintegrasi dengan bimbingan program dari pemerintah setempat. Di Kabupaten Bogor ada 4

4 48 P4S unggulan yaitu P4S Nusa Indah Tamansari, P4S Kaliwung Kalimuncar Cisarua, P4S Melati Rancabungur dan P4S Karya Mekar di Cengal. Tabel 5. Unit Usaha di P4S Nusa Indah Tamansari, Bogor Tahun No Unit Usaha Jumlah Anggota Jamur Tiram Putih Tanaman Hias Poh-pohan (Tanaman Obat) Tanaman Keras Ikan Lele Total 210 Dalam tubuh P4S memiliki pengurus yang cukup sederhana namun mencakup seluruh kegiatan yang ada di dalam P4S. Susunan Pengurus P4S Nusa Indah Tamansari adalah seperti pada Gambar 9. Penasehat/UPTD Ir. Awal Kusumah MSc Pembina Camat dan Dinas Terkait Bendahara Mustofa Pengelola Cucu Komalasari Sekretaris Hayya Amalia Andi Seksi Pemasaran Andri M.H Adang Suryadi Seksi Produksi Saepuloh.A Siti Maryam Wulan Herman Seksi Teknologi Ibu Mimin Nurkim M. Yusuf Idam Nanang Seksi SDM Herie Hermawan Nasarudin Umam Mansur Sutisna Yuyun Gambar 9. Susunan Pengurus Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

5 49 Analisis Finansial Biaya Biaya-biaya yang dibutuhkan dalam usaha tani meliputi biaya awal/ modal awal, proses produksi dan pemeliharaan. Modal awal merupakan biaya pembangunan kumbung dan sewa lahan, proses produksi meliputi pembelian bahan-bahan produksi, upah pekerja dan BBM. Pemeliharaan meliputi gaji pegawai dan listrik, rincian biaya tahunan dapat dilihat pada Lampiran 2. Analisis finansial dari dua komunitas tersebut menunjukkan nilai positif. Komponen biaya dari kedua komunitas dengan mencari rata-rata dari dua respondennya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Biaya Produksi Jamur Tiram Putih. Lokasi Biaya Produksi ratarata/baglo g Jumlah Produksi ratarata/th (Baglog/T h) Persentase Jumlah Produksi (%) Biaya Produksi ratarata/th P4S Rp. 402, Rp Kertawang Rp. 313, Rp. i Total Rp Persentase Biaya Produksi (%) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya produksi per tahun di P4S lebih tinggi dibandingkan Kertawangi tetapi rata-rata produksi per tahun lebih tinggi Kertawangi dibandingkan P4S, sehingga biaya produksi per baglog lebih tinggi P4S daripada Kertawangi. Beberapa informasi yang bisa diambil dari keterangan di atas adalah:

6 50 1. Bahwa produktifitas di Komunitas Kertawangi lebih tinggi 52% dibandingkan komunitas P4S, hal ini karena pada Kertawangi pengelolaannya lebih profesional dan terintegrasi sehingga proses produksi berjalan secara terus menerus, sedangkan di P4S pengelolaannya lebih pada proyek dan individual, sehingga proses produksinya mengalami fluktuasi. 2. Bahwa dengan usaha yang terpadu dalam satu komunitas (dalam hal ini adalah Kertawangi) dapat menekan biaya produksi sebesar 40%. Dari data di atas dapat diambil unsur kekuatan, kelemahan dan peluang dari komunitas Kertawangi dan munculnya kelemahan dan ancaman dari komunitas P4S. Pertama komunitas Kertawangi: 1. Kekuatan, adalah: a. Pengelolaan yang profesional, dimana distribusi pekerjaan (job distribution) diberikan kepada orang tertentu sehingga pertanggungjawabannya jelas, bukan pembagian pekerjaan yang tidak jelas kepada siapa dan bertanggungjawab kepada siapa. b. Biaya produksi yang dapat ditekan dengan pembelian bahan baku secara kolektif. c. Biaya produksi yang rendah memungkinkan harga jual jamur segar yang rendah juga, sehingga hal ini akan menjadi kekuatan persaingan harga pasar. 2. Kelemahan: Biaya produksi rendah yang memungkinkan harga jual yang rendah juga dapat menjadi kelemahan bagi petani yaitu pendapatan per kilogram yang rendah juga. Namun hal ini bisa diatasi dengan jumlah produksi yang tinggi. 3. Peluang:

7 51 a. Biaya produksi yang rendah akan memberi kemampuan kepada petani untuk semakin meningkatkan kuantitas produksi, sehingga hal ini akan membuka peluang terpenuhinya kebutuhan pasar. b. Biaya produksi yang rendah juga memberi peluang bagi petani lain yang berada di dalam komunitas tersebut untuk mengembangkan usahanya, sedangkan untuk petani yang berada di luar komunitas tersebut dapat bekerja sama dengan membeli baglog yang diproduksi oleh komunitas Kertawangi. Komunitas P4S memiliki biaya produksi lebih tinggi, oleh karenanya muncul kelemahan, peluang dan ancaman, yaitu: 1. Kelemahan: a. Biaya yang tinggi akan memungkinkan rendahnya pendapatan bersih (bisa dilihat pada sub bab analisis pendapatan). b. Biaya yang tinggi disebabkan oleh mahalnya pembelian bahan baku, karena dilakukan oleh perorangan dan oleh karena produktifitas yang rendah. 2. Peluang: a. Biaya yang tinggi membuka peluang untuk peningkatan teknologi dengan biaya yang lebih murah. b. Biaya yang tinggi juga membuka peluang untuk menjual jamur segar dengan harga tinggi, tetapi hal ini akan menimbulkan ancaman lain (dapat dilihat pada elemen ancaman). 3. Ancaman. a. Biaya tinggi dapat menyebabkan proses produksi terhenti. b. Biaya tinggi yang menyebabkan harga jual jamur segar yang tinggi akan menyebabkan daya saing yang lemah di pasar.

8 52 c. Biaya produksi yang tinggi juga menyebabkan terhambatnya kerjasama dengan petani dari luar komunitas karena harga jual baglog yang tinggi. d. Biaya produksi yang tinggi diakibatkan meningkatnya harga BBM yang merupakan komponen biaya tertinggi. Oleh karena itu kondisi ekonomi makro juga bisa menjadi ancaman jika tidak kondusif. Pendapatan Penerimaan yang dihitung disini meliputi penjualan jamur segar, kecuali pada ketua P4S memiliki penerimaan dari penjualan baglog dan fee pelatihan jamur (Lampiran 3). Panen jamur tiram putih memiliki siklus kurva yang menyerupai sebaran normal, artinya pada awal masa panen hasilnya kecil semakin lama semakin besar dan setelah melewati waktu dua bulan jumlah produksi akan menurun kembali, hal ini bisa dilihat pada Gambar Bulan Gambar 10. Siklus Panen Jamur Segar Tiram Putih (Fakultas Pertanian, UNWIM, 2002). Produksi jamur tiram putih sangat tergantung dengan siklus produksi seperti di atas dan iklim, sehingga pada bulan-bulan basah hasil produksi meningkat sedang

9 53 pada bulan-bulan kering produksi akan menurun. Penerimaan pendapatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Penerimaan Pendapatan Petani Jamur Tiram Putih Per Tahun (Juni 2005 Mei 2006) No Bulan, tahun Pendapatan Petani Jamur/Th (Rp.) P4S Kertawangi 1 Juni Juli Agustus Sept Okt Nov Des Jan Febr Maret April Mei Total Total 2 Komunitas Persentase Pendapatan (%) Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Kertawangi memiliki nilai pendapatan rata-rata per tahun lebih tinggi dibandingkan P4S, selisihnya adalah sebesar (73-27) = 45% dari nilai pendapatan total kedua komunitas tersebut. Hal ini disebabkan oleh: 1) orientasi usaha tani P4S bukan hanya mendapatkan hasil yang tinggi tetapi orientasinya lebih kepada pembelajaran, 2) unit usaha yang dikelola oleh P4S bukan hanya jamur tiram putih, sehingga pengawasan dan koordinasi dari ketua P4S kurang, 3) berkurangnya anggota P4S di unit usaha jamur tiram putih karena meningkatnya biaya produksi sehingga banyak anggota yang berhenti, 4) tidak berada dalam satu tempat sehingga tidak terjadi mekanisme kelompok.

10 54 Analisis pendapatan tersebut di atas, pada P4S memunculkan faktor-faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi yang berupa kekuatan, kelemahan dan peluang, yaitu: 1. Kekuatan: Pendapatan komunitas P4S sepenuhnya menjadi hak milik petani tanpa ada pembagian hasil dengan pihak pemodal. 2. Kelemahan: a. Pendapatan (reward) merupakan salah satu penyebab berjalannya suatu kerjasama antara principal dan agent, tetapi jika ini tidak diperoleh akan mengurangi motivasi berusaha. b. Rendahnya pendapatan karena rendahnya produktifitas, hal ini disebabkan oleh produksi P4S bersifat fluktuatif, tergantung kebutuhan pelatihan. c. Orientasi P4S yang hanya mengedepankan pembelajaran sehingga mengurangi visi untuk berusaha. d. Lembaga P4S Nusa Indah memiliki 5 unit usaha, sehingga konsentrasi pengurus P4S tidak fokus pada unit usaha jamur tiram putih. 3. Peluang: a. P4S adalah lembaga swadaya masyarakat yang dibina oleh pemerintah, sehingga hal ini menjadi peluang bagi P4S untuk dapat mengakses program pemerintah dengan lebih baik. b. Lembaga ini merupakan lembaga pelatihan berbasis pertanian pedesaan, sedangkan lahan garapan bidang pertanian cukup luas, dengan luas wilayah didominasi oleh tanah kering bengkok dan sawah (Gambar 7). Tenaga kerja yang putus sekolah sebanyak 266 jiwa, yang tamat SD jiwa dan yang

11 55 buta huruf 1973 jiwa (Tabel 3), sehingga bisa dikatakan tenaga kerja ini kurang keahlian di bidang teknologi dan pendidikan. Hal ini menjadi peluang bagi P4S untuk memberdayakan mereka untuk dapat meningkatkan produktifitas. Sedangkan, pada komunitas Kertawangi faktor-faktor yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan adalah: 1. Kekuatan: a. Pendapatan tinggi karena produktifitas tinggi dan biaya produksi rendah. b. Pendapatan yang tinggi menjadi reward yang baik, sehingga memberikan motivasi berusaha kepada petani dan melancarkan hubungan dengan pemodal. 2. Peluang: a. Pengembangan usaha di tempat lain atau pada produk lain yang sejenis. b. Menampung tenaga kerja lebih banyak lagi. c. Pasar masih terbuka luas, termasuk pasar internasional. Analisis Finansial Kriteria analisis finansial secara komunitas diambil dengan merata-ratakan nilai kriteria tersebut dari dua responden pada masing-masing komunitas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis Finansial Usaha Jamur Tiram Putih. No Lokasi IRR (%) BCR Penelitian Personal Kumulatif Personal Kumulatif 1 P4S 48,33 49,70 2,03 36,39 2 Kertawangi 49,00 51,30 2,45 63,61 Total 100,00 100,00

12 56 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kedua komunitas layak secara finansial, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis aspek finansial H0 diterima. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa komunitas Kertawangi lebih layak usahanya dibandingkan dengan komunitas P4S Nusa Indah, hal ini dimungkinkan karena tingkat produksi Kertawangi lebih tinggi sehingga pendapatannya lebih tinggi, disamping itu komunitas yang bekerja bersama (action communal) lebih mampu menciptakan usaha yang terjaga keberlangsungannya dan mampu menciptakan kondisi ekonomi yang adil (fairness economic). Kondisi di atas memunculkan faktor-faktor yang dipengaruhi dan yang mempengaruhi keberlangsungan produksi. Faktor-faktor tersebut dijabarkan dalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Pada komunitas P4S: 1. Kekuatan: a. Modal hibah merupakan kelebihan bagi petani. b. BEP yang kecil (Lampiran 4) menunjukkan bahwa usaha tani ini dapat dilakukan oleh petani kecil. 2. Kelemahan: a. Modal hibah bersifat fluktuatif, sehingga petani harus berusaha untuk berswadaya, karena P4S tidak terbuka untuk investor dari luar. b. Pengelolaan yang kurang integral mengakibatkan manfaat yang lebih kecil dibandingkan komunitas Kertawangi. c. Meningkatnya biaya produksi menyebabkan kecilnya manfaat yang diperoleh. 3. Peluang: a. Usaha tani jamur tiram putih masih memungkinkan untuk dikembangkan. b. Perhatian pemerintah terhadap petani pedesaan.

13 57 4. Ancaman: Kondisi ekonomi makro mempengaruhi biaya produksi dan pendapatan yang diperoleh petani. Pada komunitas Kertawangi terhadap kriteria finansial mempunyai faktorfaktor berikut: 1. Kekuatan: a. Nilai IRR yang tinggi menjadi tanda kemampuan perusahaan untuk mengembalikan hutang atau investasi. b. Orientasi integral dari petani menyebabkan tingginya nilai-nilai kriteria finansial. c. Adanya kinerja kelompok menyebabkan kegiatan produksi dapat terus dilakukan, jika ada satu anggota tidak dapat membeli bahan baku maka anggota yang lain akan meminjamkan bahan baku untuk diproduksi dan hasilnya akan digunakan untuk mengembalikan bahan baku tersebut. 2. Kelemahan: Modal dari investor mengharuskan petani bekerja dengan optimal untuk dapat mengembalikan investasi yang diterima. 3. Peluang: a. Nilai kriteria yang tinggi memungkinkan usaha tani dapat memperluas skala usahanya. b. Nilai kriteria yang tinggi dapat menarik investor luar lebih banyak lagi, sehingga akan memperbesar kapasitas produksi. c. Peluang pasar masih terbuka luas, termasuk pasar internasional. 4. Ancaman:

14 58 a. Persaingan produk lain yang sejenis. b. Perubahan kondisi ekonomi makro. c. Sharing profit dengan investor, terkadang memberatkan petani. Analisis Sensitivitas Analisis yang dilakukan berdasarkan sifat usaha jamur yang terpengaruh oleh musim, ketika musim penghujan panen akan berlimpah, menyebabkan harga pasar turun, sehingga pendapatan juga akan turun. Penurunan pendapatan ini berkisar antara 8 15 %, sehingga diambil nilai tengahnya yaitu 10%. Pada kondisi lain terjadi kenaikan biaya produksi yaitu dari komponen bahan bakar minyak yang naik sebesar %, dan diambil nilai tengahnya yaitu 20%. Pada penelitian ini kedua kondisi tersebut diasumsikan tidak terjadi secara bersamaan. Pada Lampiran 5 dan 6 dapat dilihat bahwa dengan analisis sensitivitas hasil kriteria finansial tetap positif. Penurunan pendapatan sebesar 10% atau kenaikan biaya produksi 20% tidak sensitif untuk mempengaruhi kondisi keuangan. Hal ini berarti usaha jamur tiram putih masih tetap layak untuk dilanjutkan walaupun terjadi penurunan harga jual sebesar 8 15 % dan kenaikan BBM sebesar %. Pada penelitian awal ditemukan bahwa banyak petani jamur yang berhenti berproduksi dengan alasan meningkatnya biaya produksi dari komponen BBM, ternyata setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga BBM rata-rata 20% tidak mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Hal tersebut bisa terjadi karena petani tidak menggunakan perhitungan analisis finansial seperti yang dilakukan dalam penelitian ini, sehingga petani tidak memiliki data konkrit kondisi

15 59 keuangan perusahaan. Kelemahan petani di dalam administrasi keuangan menyebabkan kurang proporsional dalam perputaran keuangan. Hal ini menyebabkan kurang terkontrolnya penggunaan keuangan atau arus cash (cash flow). Analisis Kelembagaan Analisis kelembagaan meliputi 3 aspek yaitu aspek batasan yurisdiksi, property right dan aturan representatif. Data kelembagaan di lapangan dikategorikan dalam dua pendekatan kelembagaan kemitraan, yaitu kelembagaan kemitraan pemodalan dan kelembagaan kemitraan pemasaran. Struktur kelembagaan yang ada di komunitas petani P4S memunculkan hubungan dua tingkat. Hubungan tingkat pertama melibatkan pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan, selaku principal dan petani yang menjalankan proyek pemerintah selaku agent. Hubungan tingkat kedua ada dua macam yang pertama adalah hubungan antara ketua kelompok tani dan anggotanya dimana ketua selaku principal dan anggota selaku agent, yang kedua adalah hubungan petani dan pedagang. Kelembagaan Kemitraan Pemodalan Kemitraan pemodalan yang terjadi pada masing-masing lokasi berbeda, diantaranya: 1. Pada lokasi komunitas P4S, kemitraan pemodalan adalah antara pemerintah sebagai principal dan petani sebagai agent. Modal yang diberikan adalah dana bantuan bergulir atau hibah dan sedikit modal swadaya kelompok tani. Modal ini

16 60 kemudian dilanjutkan kepada anggota P4S sehingga disini ada hubungan kemitraan antara ketua P4S sebagai principal dan anggota sebagai agent. 2. Pada lokasi komunitas Kertawangi, kemitraan pemodalan adalah antara investor sebagai principal dan petani sebagai agent. Setiap anggota bebas memperoleh investasi dari mana saja dan masing-masing anggota bertanggungjawab terhadap investor masing-masing. 3. Batasan yurisdiksi dari masing-masing lokasi penelitian juga berbeda, yaitu: Pihak-pihak yang terlibat pada lokasi komunitas P4S adalah instansi pemerintah yang memiliki program budidaya jamur tiram putih, diantaranya Dinas Pertanian dan Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Anggota P4S tidak terbatas, bisa dari daerah Bogor atau dari luar daerah Bogor. Anggota disini adalah dua macam yaitu anggota magang yang tidak terlibat modal dengan P4S dan anggota tetap dalam satu wilayah kecamatan yang terkait dengan pemodalan. Komunitas Kertawangi lebih fleksibel dalam pemodalan karena dapat menampung investor dari mana saja, sedangkan anggota komunitas terbatas, yaitu yang berada di Kampung Cipeusing, Desa Kertawangi. Kepemilikan property right) dan aturan representatif dalam kemitraan pemodalan berbeda dari masing-masing lokasi, diantaranya: 1. Komunitas P4S, hak dan kewajiban kelompok tani dapat diketahui dari peraturan yang telah digariskan oleh pihak pemerintah. Jika dikaitkan dengan pemodalan, sepenuhnya merupakan hak dari P4S dan kewajiban yang berkaitan dengan pemodalan merupakan tanggung jawab pengurus P4S dan kewajiban pengurus adalah memberikan laporan kepada pemerintah. Sedangkan anggota berhak memperoleh dana bantuan tersebut dan berkewajiban mengembalikan sesuai

17 61 dengan kemampuan untuk dapat digulirkan kepada anggota yang lain. Dana bantuan ini diberikan kepada anggota yang memiliki kemampuan untuk mengelolanya, hal ini merupakan tugas dari pengurus P4S. 2. Komunitas Kertawangi mempunyai hak penuh atas modal yang diberikan investor. Kewajibannya adalah memberikan bagi hasil ketika panen dan mengembalikan investasi yang diberikan pada akhir masa investasi yang disepakati. Pihak investor berhak meminta bagi hasil dan investasi yang diberikan sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan antara petani dan investor terkadang kurang diperhatikan oleh petani sehingga terjadi pembagian hasil yang kurang seimbang antara petani dan investor. Kelembagaan Kemitraan Pemasaran Batasan yurisdiksi dalam kemitraan pemasaran dari ke empat responden hampir sama, kecuali pada anggota P4S. Ada dua pola kemitraan yang terjadi yaitu sistem jual borongan ke pedagang perantara (tengkulak) dan sistem jual langsung ke pasar. Sistem jual ke pedagang perantara terjadi pada ketua P4S dan komunitas Kertawangi. Pada dua lokasi tersebut pedagang adalah murni pedagang bukan pemodal, sehingga petani bebas menjual hasil panennya. Sedangkan, anggota P4S menggunakan sistem jual langsung ke pasar, alasannya tidak ada pedagang yang datang karena hasil panennya sedikit (rata-rata 17 kg/hari) sehingga petani menjual langsung ke pasar di kecamatan Tamansari. Property right dan aturan representatif yang terjadi adalah sebagai berikut: 1. Petani di komunitas P4S memperoleh informasi pasar dari pedagang dan dari pihak pemerintah (dalam hal ini UPTD terdekat) sehingga sedikit sekali pedagang perantara dapat mempermainkan harga pasar. Kemitraan antara petani

18 62 dan pedagang tidak ada ikatan secara tertulis, namun secara tidak tertulis petani terikat dengan satu pedagang, sehingga hal ini memunculkan adanya monopoli perdagangan. 2. Komunitas Kertawangi memiliki kebebasan dalam menentukan pembagian hasil panen untuk dijual kepada pedagang perantara karena ada beberapa pedagang, sehingga tidak terjadi monopoli pedagang. Informasi pasar tidak dapat diakses oleh petani secara langsung hal ini mengakibatkan pedagang dapat menentukan harga di tingkat petani. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kemampuan petani daya tawar menawar harga jual. Secara umum dua kelembagaan kemitraan di atas dapat dilihat kelebihan dan kekurangannya seperti pada Tabel 9 (halaman 63). Dari Tabel 9 dan uraian ciri kelembagaan yang terjadi menunjukkan bahwa semua ciri kelembagaan memiliki kelebihan lebih banyak dari kekurangannya, sehingga hipotesis kedua (aspek kelembagaan) H0 diterima.

19 63 Tabel 9. Kelebihan dan Kekurangan Kelembagaan Kemitraan No Lokasi Model Penelitian Pemodalan/ 1. P4S Hibah/ Tengkulak dan jual langsung 2. Kertawangi Investor/ Tengkulak Kemitraan Pemodalan Kemitraan Pemasaran Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan 1Tidak ada keharusan balik 1Sangat tergantung kepada proyek, 1 Sistemjual ke tengkulak ada jaminan 1Sistemjual ke tengkulak harga dan modal fluktuatif pasar dan tidak perlu ada uang transport. kualitas ditentukan tengkulak 2Tidak ada tolok ukur 2Kecenderungan terjadi moral 2Sistemjual langsung ada untung/rugi hazard ex post, manajemen tertutup 2Sistemjual langsung ke pasar tidak terjadi kemungkinan jamur tidak terjual 3Membantu petani kecil asimetris informasi harga pasar habis dengan modal tanpa bunga 3Ada kemungkinan asimetris informasi dari pemerintah ke anggota P4S karena hubungan kemitraan bertingkat 1Investasi besar dan terbuka untuk siapa saja 2Manajemen perusahaan mandiri tanpa ada intervensi 1Ada keharusan mengembalikan modal 2Ada kemungkinan moral hazard ex post dimana petani tidak jujur 1 Ada jaminan pasar 2Bebas menentukan pembagian hasil panen kepada tengkulak. 3Komunitas yang menghasilkan 1Harga dan kualitas ditentukan tengkulak 2Ada kemungkinan terjadi asimetris informasi harga pasar kebijakan dari pihak luar melaporkan hasil panennya produktifitas tinggi akan menjadi jaminan 3Kerjasama dalamkomunitas mampu menghasilkan barang bagi pedagang, sehingga perdagangan juga lancar produktifitas tinggi dan pendapatan tinggi, sehingga nilai analisis finansial juga tinggi

20 64 Pihak pemerintah memandang keberadaan pedagang perantara (tengkulak) kurang positif terhadap petani, petani dipandang selalu berada pada posisi kalah, karena petani hanya memiliki wilayah produksi dan tidak tahu wilayah pasar, sehingga petani berada pada posisi yang dirugikan. Pada komunitas P4S Nusa Indah hal ini sudah mulai diatasi dengan adanya Terminal Agribisnis, dimana terminal ini merupakan pasar antara petani dan pedagang besar yang berada di pasar induk secara langsung, sehingga keberadaan pedagang perantara akan ditiadakan. Hal ini dapat dilihat lebih jelas pada diagram Gambar 11. Pedagang Perantara (tengkulak) Pedagang Besar (Pasar Induk) Petani Konsumen Pedagang Kecil (Pengecer) Gambar 11. Diagram Alur Pemasaran Dengan Melalui Pedagang Perantara (Tengkulak) Alur pemasaran dengan adanya Terminal Agribisnis akan menyederhanakan alur di atas seperti pada Gambar 12. Pedagang Besar (Pasar Induk) Pedagang Kecil (Pengecer) Petani Konsumen Gambar 12. Alur Pemasaran Dengan Terminal Agribisnis. Namun keberadaan Terminal Agribisnis ini belum dapat berfungsi secara penuh karena: 1) kurangnya sosialisasi terminal agribisnis (khusus di Tamansari)

21 65 kepada pedagang besar, 2) kurangnya kesadaran petani di wilayah Tamansari terhadap fungsi Terminal Agribisnis. Oleh karena itu keberadaan pedagang perantara hingga penelitian ini ditulis masih mendapatkan tempat bagi petani jamur tiram putih di Kecamatan Tamansari. Analisis SWOT Analisis SWOT dilakukan dengan tahapan-tahapan yang berurutan, yaitu mulai dari identifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi, penilaian tiap elemen faktor, evaluasi total nilai bobot, pemetaan faktor internal dan eksternal dan formulasi strategi. Identifikasi Faktor Internal Faktor internal yang dimaksud disini adalah faktor yang mempengaruhi keberlangsungan usaha tani jamur tiram putih yang berasal dari kondisi kelompok petani yang membudidayakan usahatani ini. Ada dua kelompok dalam faktor internal ini yaitu kelompok kekuatan dan kelompok kelemahan. Identifitasi hanya dilakukan dari dua aspek yaitu aspek finansial dan aspek kelembagaan. Aspek finansial disini meliputi masalah keuangan dan teknologi yang berkaitan dengan keuangan. Sedangkan, aspek kelembagaan disini meliputi masalah hubungan kemitraan yang terjadi dan manajemen. Identifikasi Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi keberlangsungan usaha ini yang berasal dari luar kondisi manajemen para petani. Faktor eksternal terbagi dalam kelompok peluang dan kelompok ancaman. Identifikasi faktor eksternal juga dilihat dari dua aspek yaitu aspek finansial dan aspek kelembagaan.

22 66 Aspek finansial berkaitan dengan pasar, sedangkan aspek kelembagaan berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan kondisi masyarakat di sekitar tempat usaha. Elemen yang muncul dari faktor internal dan eksternal dari aspek finansial dan kelembagaan kedua komunitas dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11 (hal.67) Penilaian Bobot Faktor Setiap elemen dari faktor internal dan eksternal dinilai bobot faktornya dengan matriks urgensi (dapat dilihat pada Lampiran 5) untuk diketahui urutan kepentingan dari tiap elemen pada faktor internak dan eksternal, secara umum bobot faktor dapat dilihat pada Tabel 12 sampai Tabel 15. Tabel 12. Matriks Urgensi Faktor Internal dan Eksternal Untuk Aspek Finansial.di Komunitas P4S a. Faktor Internal Kekuatan 1. Hasil analisis finansial positif Bobot Faktor (%) Kelemahan Bobot Faktor (%) 12,50 1. Produktifitas rendah 17,75 2. Sarana dan prasarana mendukung 12,50 2. Biaya produksi tinggi 17,50 3. Tidak ada tuntutan dari principal untuk mengembalikan modal 4. Iklim dan sumber daya alam 6,25 3. Pendapatan kecil 17,50 6,25 4. Investasi bersifat fluktuatif 17,50 5. Ada kecenderungan investasi tidak dapat digulirkan ke anggota yang lain 6,25

23 67 Tabel 10. Faktor Internal dan Eksternal Aspek Finansial No. Lokasi Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman 1. P4S 1 Hasil analisis finansial semua 1Biaya produksi tinggi 1 Pengembangan teknologi, 1 Pendapatan kecil, akan menunjukkan nilai positif. 2 Tidak ada tuntutan dari pihak principal untuk mengembalikan investasi, 2 Pendapatan kecil 3 Produktifitas rendah 4 Investasi bersifat fluktuatif 5 Ada kecenderungan investasi kerjasama dengan instansi terkait. 2 P4S merupakan wadah untuk pengembangan pemberdayaan mempengaruhi komitmen anggota 2 Kebutuhan pasar tidak terpenuhi. karena modal adalah dana tidak dapat digulirkan ke masyarakat 3 Semakin banyak lembaga bergulir. anggota yang lain 3 Jaringan pasar P4S luas. yang sejenis. 3 Sarana dan prasarana 4 Harga jual lebih tinggi. 4 Perubahan arah kebijakan mendukung 4 Iklim dan sumber daya alam 5 Program pemerintah yang kondusif. pemerintah. 5 Iklim ekonomi makro. 2. Kertawangi 1 Biaya produksi rendah 1 Adanya pengembalian modal 1 Permintaan semakin 1 Semakin banyak petani yang 2 Produktifitas tinggi usaha meningkat. bergerak di bidang ini. 3 Pendapatan tinggi 2 Modal besar. 2 Semakin banyak investor dari 2 Perubahan arah kebijakan 4 Orientasi bisnis 3 Resiko besar. luar yang tertarik. pemerintah dalam moneter. 5 Hasil analisis finansial positif 4 Teknologi tradisional 3 Beberapa kebijakan 3 Iklim ekonomi makro. 5 Akses ke pemerintah. pemerintah yang mendukung 4 Saingan produk lain yang 4 Komunitas yang mendukung. 5 Pasar eksport. sejenis. Tabel 11. Faktor Internal dan Eksternal Aspek Kelembagaan No. Lokasi Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman 1. P4S 1 Mempunyai dukungan dari 1 Kurangnya koordinasi dengan 1 Membuka kerjasama program 1 Komitmen anggota sulit pemerintah anggota. pertanian pedesaan dengan dipertahankan, jika pendapatan 2 Mempunyai akses ke 2 Terbatasnya hubungan instansi pemerintah rendah dan koordinasi kurang pemerintah kemitraan pemodalan 2 Membuka akses petani lebih luas 2 Kecenderungan intervensi 3 Mempunyai akses ke petani secara umum 4 Keahlian mengajar. 5 Penelitian teknologi. 3 Munculnya asimetris informasi karena hubungan kemitraan bertingkat 4 Kecenderungan moral hazard 5 Tidak fokus pada usaha jamur 6 Orientasi pembelajaran. 3 lagi Program pemberdayaan masyarakat. 3 4 pemerintah Perubahan program dari pemerintah Terjadi asimetris informasi karena pihak-pihak terkait mempunyai perbedaan kepentingan 2. Kertawangi 1 Bekerja sama dalam satu 1 Moral hazard, jika petani 1 Tata niaga dapat berkembang 1 Moral hazard dalam hal sharing komunitas (action communal ) ternyata tidak dapat bekerja dengan baik 2 menjadi fairness economic. Kerjasama dengan pihak lain 2 profit Terjadi asimetris informasi 2 Tidak terjadi asimetri 2 Kurangnya akses pemerintah yang terkait. kondisi pasar. informasi investasi. 3 Lemah dalam bargaining 3 Sosial, ekonomi dan budaya 3 Terjadi moral hazard pedagang 3 Manajemen produksi position dengan pedagang. masyarakat mendukung tengkulak. profesional. 4 Penelitian teknologi. 4 Tidak terjadi monopoli perdagangan. 5 Integralitas orientasi

24 68 b. Faktor Eksternal Peluang 1. Jaringan pasar P4S luas 2. Pengembangan teknologi, kerjasama dengan instansi terkait 3. Harga jual lebih tinggi 4. Program pemerintah yang kondusif 5. Kebutuhan pasar belum terpenuhi Bobot Faktor (%) Ancaman 16,67 1. Saingan produk lain yang sejenis 11,11 2. Semakin banyak lembaga yang sejenis 11,11 3. Perubahan kebijakan pemerintah dalam hal moneter 11,11 4. Iklim ekonomi makro 11,11 Bobot Faktor (%) 11,11 11,11 5,56 5,56 Tabel 13. Matriks Urgensi Faktor Internal dan Eksternal Untuk Aspek Kelembagaan.di Komunitas P4S a. Faktor Internal Kekuatan 1. Mempunyai akses ke petani secara umum 2. Mempunyai dukungan dari pemerintah 3. Mempunyai akses ke pemerintah Bobot Faktor Kelemahan (%) 11,54 1. Terbatasnya hubungan kemitraan pemodalan 7,69 2. Kecenderungan moral hazard 7,69 3. Tidak fokus pada usaha jamur 4. Keahlian mengajar 7,69 4. Kurang koordinasi anggota 5. Penelitian teknologi 7,69 5. Asimetris informasi karena kemitraan bertingkat 6. Orientasi pembelajaran Bobot Faktor (%) 11,54 11,54 11,54 7,69 7,69 7,69

25 69 b. Faktor Eksternal Peluang 1. Kerjasama program pertanian pedesaan dengan instansi pemerintah 2. Program pembinaan kelompok tani 3. Kemitraan kelompok tani 4. Promosi melalui media pemerintah 5. Kebijakan yang mendukung lembaga P4S Bobot Faktor Ancaman (%) 15,38 1. Kebijakan pemerintah yang tidak mendukung P4S 15,38 2. Kecenderungan intervensi pemerintah lokal 15,38 3. Perubahan program pemerintah 7,69 4. Asimetris informasi karena perbedaan kepentingan 7,69 Bobot Faktor (%) 15,38 7,69 7,69 7,69 Tabel 14. Matriks Urgensi Faktor Internal dan Eksternal Untuk Aspek Finansial di Komunitas Kertawangi. a. Faktor Internal Kekuatan 1. Orientasi bisnis/ integral 2. Produktifitas tinggi Bobot Faktor (%) Kelemahan Bobot Faktor (%) 15,00 1. Resiko besar 15,00 10,00 2. Adanya kewajiban mengembalikan modal 10,00 3. Pendapatan tinggi 10,00 3. Modal besar 10,00 4. Hasil analisis positif 5. Biaya produksi rendah 10,00 4. Akses ke pemerintah 5,00 5. Teknologi tradisional 10,00 5,00

26 70 b. Faktor Eksternal Peluang 1. Permintaan lokal meningkat 2. Komunitas mendukung Bobot Faktor Ancaman (%) 17,65 1. Semakin banyak petani yang bergerak di bidang ini 17,65 2. Saingan produk lain yang sejenis Bobot Faktor (%) 11,76 11,76 3. Investor semakin tertarik 11,76 3. Perubahan arah kebijakan pemerintah dalam moneter 4. Pasar ekspor 11,76 4. Iklim ekonomi makro 5. Kebijakan pemerintah dalam moneter 5,88 5,88 5,88 Tabel 15. Matriks Urgensi Faktor Internal dan Eksternal Untuk Aspek Kelembagaan di Komunitas Kertawangi. a. Faktor Internal Kekuatan 1. Bekerja sama dalam satu komunitas 2. Integralitas orientasi 3. Manajemen produksi profesional 4. Tidak terjadi asimetris informasi investasi 5. Tidak terjadi monopoli perdagangan Bobot Faktor Bobot Faktor Kelemahan (%) (%) 18,75 1. Moral hazard, 12,50 petani tidak dapat bekerja dengan baik 18,75 2. Lemah dalam 12,50 bargaining position dengan tengkulak 12,50 3. Akses pemerintah 6,25 6,25 4. Penelitian teknologi 6,25 6,25

27 71 b. Faktor Eksternal Peluang 1. Kerjasama dengan pihak lain yang terkait 2. Tata niaga dapat berkembang menjadi fairness economic 3. Sosial, ekonomi dan budaya masyarakat 4. Program pemerintah yang mendukung petani Bobot Faktor Ancaman (%) 18,18 1. Moral hazard dalam shearing profit 9,09 2. Terjadi moral hazard pedagang tengkulak 9,09 3. Terjadi asimetris informasi kondisi pasar 9,09 4. Kebijakan pemerintah yang tidak mendukung petani Bobot Faktor (%) 18,18 18,18 9,09 9,09 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal Evaluasi ini untuk menentukan total nilai bobot (TNB) dari setiap elemen pada faktor internal dan eksternal, hal ini dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 6. TNB ini merupakan nilai dari kelompok faktor yang mempengaruhi usaha ini, yaitu kelompok kekuatan dan kelemahan pada faktor internal serta kelompok peluang dan ancaman pada faktor eksternal. Sehingga akan terlihat faktor yang manakah yang lebih mendominasi usaha ini. Secara umum TNB dapat dilihat pada Tabel 16 dan 17. Tabel 16. Daftar Total Nilai Bobot (TNB) Aspek Finansial. Total Nilai Bobot (TNB) No. Lokasi Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman 1. P4S 71,85 169,35 111,86 66,11 Selisih 71,85 169,35 = - 97,50 111,86 66,11 = 45,75 2. Kertawangi 162,99 80,97 154,07 79,17 Selisih 162,99 80,97 = 82,02 154,07 79,17 = 49,90

28 72 Tabel 17. Daftar Total Nilai Bobot (TNB) Aspek Kelembagaan. Total Nilai Bobot (TNB) No. Lokasi Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman 1. P4S 117,38 99,11 185,34 87,29 Selisih 117,38 99,11 = 18,27 185,34 87,29 = 98,05 2. Kertawangi 188,30 77,11 138,55 88,65 Selisih 188,30 77,11 = 111,19 138,55 88,65 = 49,90 Peta Kekuatan Organisasi Peta ini akan menunjukkan dimana posisi strategi yang paling tepat pada saat penelitian ini berlangsung. Walaupun strategi pengembangan usaha tidak harus melihat peta kekuatan organisasi ini namun cukup dengan melihat matriks strategi, akan tetapi peta ini menggambarkan kondisi keuangan, manajemen dan peluang yang dimiliki oleh masing-masing lokasi usaha. Peta organisasi merupakan peta kuadran, dengan faktor internal sebagai absis dan faktor eksternal sebagai ordinat. Kuadran I menunjukkan strategi agresif, kuadran II menunjukkan strategi diversifikasi, kuadran III menunjukkan strategi turnaround dan kuadran IV menunjukkan strategi defensif. Peta tersebut dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14. Peluang Kuadran III 49,90 Kuadran I Kelemahan 45,75 Kekuatan Kuadran IV -97,50 82,02 Ancaman Kuadran II Gambar 13. Peta Kekuatan Organisasi Aspek Finansial. Ket: = Komunitas P4S = Komunitas Kertawangi

29 73 Peluang Kelemahan Kuadran III 98,05 49,90 Kuadran I Kekuatan 18,27 111,19 Kuadran IV Ancaman Kuadran II Gambar 13. Peta Kekuatan Organisasi Aspek Kelembagaan. Ket: = Komunitas P4S = Komunitas Kertawangi Dari peta organisasi tersebut dapat dilihat bahwa secara finansial komunitas P4S berada pada kuadran III yaitu perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/ kelemahan internal (Rangkuti, 2006), strategi yang bisa diterapkan adalah turn around, dimana WO yaitu strategi berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada (Rangkuti, 2006). Sedangkan pada aspek kelembagaan komunitas P4S dan Kertawangi berada pada kuadran yang sama yaitu kudran I. Menurut Rangkuti (2006) kuadran I merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi pada situasi ini adalah growth oriented yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

30 74 Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Formulasi strategi ini menjawab setiap kondisi yang ada kemudian dikombinasikan antar elemen yang muncul. Strategi ini mengkombinasikan antara aspek finansial dan kelembagaan. Untuk lebih jelas dapat dillihat pada Tabel 18. Ada 27 macam strategi yang dapat direkomendasikan kepada kedua komunitas tersebut di atas. Strategi yang sesuai dengan peta kekuatan organisasi adalah: 1. Komunitas P4S adalah perbaikan manajemen, interaksi komunitas petani jamur tiram putih, proaktif terhadap program pemerintah dan membentuk forum komunikasi sebagai salah satu sarana untuk dapat berinteraksi secara intensif dengan petani magang serta mengoptimalkan Terminal Agribisnis. 2. Komunitas Kertawangi adalah memperluas jaringan pasar, ekspansi usaha ke daerah lain dan produk lain, membentuk badan usaha dan badan keuangan swadaya masyarakat. Bagi komunitas P4S, strategi yang urgen pada kondisi sekarang adalah memperbaiki (repairing) organisasinya. Perbaikan tersebut dapat berupa restrukturisasi organisasi, rekoordinasi pengurus dan anggota dengan forum komunikasi atau melakukan perbaikan manajemen, baik berupa manajemen keuangan perusahaan maupun manajemen produksi secara umum. Setelah melakukan perbaikan kemudian melakukan peningkatan produksi, peningkatan jumlah penjualan dan peningkatan mutu produk serta melakukan diversifikasi produk.

31 75 Tabel 18. Strategi Pengembangan Usaha Produksi Jamur Tiram Putih. No Lokasi Penelitian Kombinasi Faktor Strategi Kekuatan-Peluang a. Rekrutment pengangguran untuk kegiatan produksi b. Memperluas promosi dan market share c. Memanfaatkan secara optimal sarana dan prasarana yang telah dimiliki Kekuatan- Ancaman d. Inovasi teknologi yang lebih murah e. Manajemen terbuka untuk anggota tentang bantuan-bantuan dari pemerintah 1 P4S 2 Kertawangi Kelemahan- Peluang Kelemahan- Ancaman Kekuatan-Peluang Kekuatan- Ancaman Kelemahan- Peluang Kelemahan- Ancaman f. Koordinasi anggota lebih baik g. Perbaikan manajemen produksi h. Memperkokoh hubungan dengan instansi terkait i. Proaktif terhadap program pemerintah j. Membentuk forum komunikasi sebagai salah satu sarana interaksi komunitas petani magang k. Mengoptimalkan fasilitas terminal agribisnis yang telah dibuat l. Restrukturisasi pengurus dan anggota m. Inovasi bahan baku baru yang lebih murah n. Peningkatan profesionalisme a. Memperluas jaringan pasar b. Ekspansi usaha ke daerah lain c. Ekspansi produk lain yang sejenis d. Membentuk badan usaha bersama e. Membuka jalur ekspor dengan promosi melalui berbagai media f. Memperbaiki bargaining position dengan pedagang perantara g. Memperhatikan quality control h. Membuka hubungan dengan pemerintah i. Adakan bagian Litbang j. Interaksi aktif dengan lembaga ekspor non pemerintah dan pemerintah k. Membuka jalur-jalur informasi pasar dan investasi l. Bergabung dengan komunitas jamur nasional m. Perlu ada kontrak tertulis untuk sharing profit dan kesepakatan lain dengan pihak investor

DAFTAR PUSTAKA. Anonymous Budidaya Jamur Tiram Putih. Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti. Sumedang.

DAFTAR PUSTAKA. Anonymous Budidaya Jamur Tiram Putih. Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti. Sumedang. 78 DAFTAR PUSTAKA Anonymous.. Budidaya Jamur Tiram Putih. Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti. Sumedang. -------------. 5. Demografi Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Bogor. -------------. 6.

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN KELEMBAGAAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH UNTUK PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KUSTIN BINTANI MEIGANATI

ANALISIS FINANSIAL DAN KELEMBAGAAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH UNTUK PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KUSTIN BINTANI MEIGANATI ANALISIS FINANSIAL DAN KELEMBAGAAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH UNTUK PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KUSTIN BINTANI MEIGANATI ILMU PENGETAHUAN KEHUTANAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perusahaan Jamur NAD terdiri dari dua unit bisnis yaitu usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jamur Tiram Putih. makro dan spesies diantaranya mempunyai nilai sebagai bahan makanan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Jamur Tiram Putih. makro dan spesies diantaranya mempunyai nilai sebagai bahan makanan dan 19 TINJAUAN PUSTAKA Jamur Tiram Putih Menurut penelitian terakhir, sampai saat ini ada sekitar 12.000 spesies jamur makro dan 2.000 spesies diantaranya mempunyai nilai sebagai bahan makanan dan obat-obatan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum menjadi prioritas. Belum ada strategi pengelolaan air limbah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung oleh wawancara terhadap para responden dan informasi-informasi yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Indentifikasi faktor internal dan eksternal sangat dibutuhkan dalam pembuatan strategi. Identifikasi faktor internal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH

V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH 5.1 Gapoktan Silih Asih Gapoktan Silih Asih terletak di Kampung Ciburuy rt 02 rw 02, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, 16470. Gapoktan ini terdiri

Lebih terperinci

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadan Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Pada tahun 2003 Desa Salilama dimekarkan menjadi tiga desa, dimana Salilama bagian selatan berdiri menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Laporan Akhir Hasil Penelitian TA.2015 KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Tim Peneliti: Kurnia Suci Indraningsih Dewa Ketut Sadra

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA BAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA A. Analisis Daya Saing Konveksi Semar Daya saing merupakan suatu konsep perbandingan kemampuan dan kinerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun, komoditas ini juga memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dimana responden petani dipilih dari desa-desa penghasil HHBK minyak kayu putih,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG 5.1 Analisis SWOT Analisis strengths, weakness, oppurtunities dan threats (SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun]

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun] Rencana Bisnis [Nama Perusahaan] [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun] [Alamat Lengkap Perusahaan] No. Telepon [Nomor Telepon] No. Fax [Nomor Fax]

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan tidak. terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Hasil

Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan tidak. terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Hasil kajian pembangunan ekonomi di berbagai negara

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ANALISIS STRATEGI SWOT UNTUK MEMPERLUAS PEMASARAN PRODUK KURMA SALAK UD BUDI JAYA BANGKALAN Moh. Sirat ) 1, Rakmawati) 2 Banun Diyah Probowati ) 2 E-mail : rakhma_ub@yahoo.com dan banundiyah@yahoo.com

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Palabuhanratu sebagai lokasi proyek minapolitan perikanan tangkap.

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT: KONSEP & APLIKASI BAGI KOPERASI TERNAK. Bimbingan Teknis Koperasi Ternak Jombang November 2014

ANALISIS SWOT: KONSEP & APLIKASI BAGI KOPERASI TERNAK. Bimbingan Teknis Koperasi Ternak Jombang November 2014 ANALISIS SWOT: KONSEP & APLIKASI BAGI KOPERASI TERNAK Bimbingan Teknis Koperasi Ternak Jombang 10-11 November 2014 Tujuan Pembelajaran Peserta memahami dan mampu menjelaskan ragam masalah bisnis Peserta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia melalui penyediaan pangan, bahan baku produksi, perolehan devisa negara dalam kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Oleh: Erwin Krisnandi 1, Soetoro 2, Mochamad Ramdan 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN 118 LAMPIRAN-LAMPIRAN 118 Lampiran 1. Kuesioner SKB A. Gambaran Umun Perusahaan No Uraian Keterangan 1 Sejarah Perusahaan 2 Lokasi Perusahaan 3 Tujuan Perusahaan Visi : Misi : 4 Kegiatan Bisnis PT ASG B. Aspek

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 123 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data-data dan pembahasan pada bab sebelum ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Karakteristik dan Kondisi Industri Tenun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara yang unggul dengan kelimpahan sumber daya alam, Indonesia seharusnya tidak mengalami keterpurukan ekonomi seperti

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara yang unggul dengan kelimpahan sumber daya alam, Indonesia seharusnya tidak mengalami keterpurukan ekonomi seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang unggul dengan kelimpahan sumber daya alam, Indonesia seharusnya tidak mengalami keterpurukan ekonomi seperti yang terjadi sekarang ini. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN

KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN Retna Qomariah, Yanuar Pribadi, Abdul Sabur, dan Susi Lesmayati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Daya Saing 2.1.1 Pengertian Daya Saing Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu

Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu Lampiran 2. Kegiatan Wawancara dan Lokasi Penelitian Wawancara dengan Pemilik Usaha Lokasi Usaha Gebyar Cakalang Lampiran 3. Kegiatan pemindangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Rebublik Indonesia (Kepmenkes RI) No. 1332/Menkes/SK/X/2002, tentang perubahan atas peraturan Menkes RI No.922/Menkes/PER/X/1993 mengenai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Usaha Keberhasilan usaha dapat dilihat dengan cara melakukan analisis pendapatan. Komponen yang digunakan adalah biaya investasi,

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET Faktor pendukung dan penghambat merupakan elemen yang diidentifikasi untuk menentukan dan mempengaruhi keberhasilan pengembangan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KPJI

V. GAMBARAN UMUM KPJI V. GAMBARAN UMUM KPJI 5.1 Sejarah KPJI Usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas (KPJI) merupakan sebuah usaha kelompok yang terdiri dari beberapa petani, yang dipimpin oleh Pak Jainal. KPJI berdiri di Desa

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

1. RINGKASAN EKSEKUTIF

1. RINGKASAN EKSEKUTIF BAB XIV Menyusun Proposal Bisnis Dalam Menyusun Proposal bisnis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni 1. Menggambar keseluruhan (overview) rencana strategi perusahaan yang akan dijalankan. 2.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo. BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik 1. Demografi Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan CV Mokolay Mitra Utama sendiri merupakan salah satu unit usaha yang bergerak di bidang perkebunan manggis dan durian di Desa Samongari Kabupaten,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu penelitian dimulai pada bulan April 2013 sampai bulan Juni 2013. B.

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA A. Demografi dan Monografi Desa Tamanrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Penulis akan menyampaikan gambaran

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

B. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN BUSINESS ACTION PLAN (BAP) ATAU RENCANA KEGIATAN USAHA

B. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN BUSINESS ACTION PLAN (BAP) ATAU RENCANA KEGIATAN USAHA A. PENDAHULUAN Perencanaan (planning) merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk memulai suatu aktivitas apapun, apalagi untuk aktivitas usaha. Karena business (usaha) memiliki beberapa karakteristik

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian Oleh : Sahat M. Pasaribu Bambang Sayaza Jefferson Situmorang Wahyuning K. Sejati Adi Setyanto Juni Hestina PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan

Lebih terperinci