BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Karakteristik Lokasi dan Wilayah A. Letak Geografis Kabupaten Aceh Utara merupakan bagian dari Provinsi Aceh yang berada di sebelah utara. Berdasarkan Peta Bakosurtanal skala 1 : , maka secara geografis Kabupaten Aceh Utara terletak pada posisi Bujur Timur dan Lintang Utara. Batas wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan wilayah lainnya sebagaimana pada Gambar 2.1 adalah: Sebelah utara : Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka. Sebelah timur : Kabupaten Aceh Timur. Sebelah selatan : Kabupaten Bener Meriah. Sebelah barat : Kabupaten Bireuen. Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Aceh Utara (Sumber : Naskah Teknis RTRW Kabupaten Aceh Utara) Luas wilayah Kabupaten Aceh Utara yang tercatat adalah 3.296,86 km 2, atau Ha. Dengan panjang garis pantai 51 km, dan kewenangan Tahun Halaman 8

2 kabupaten adalah sampai 4 mil laut, maka luas wilayah laut kewenangan ini adalah Ha atau 3.774,4 km 2. Lebih jelas dapat dilihat Tabel 2.1. Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan No. Kecamatan Luas Wilayah (Km 2 ) Persentase 1. Sawang 384,65 11,67 2. Nisam 114,74 3,48 3. Nisam Antara 84,38 2,56 4. Bandar Baro 42,35 1,28 5. Kuta Makmur 151,32 4,59 6. Simpang Kramat 79,78 2,42 7. Syamtalira Bayu 77,53 2, Geureudong Pase 269,28 8,17 9. Meurah Mulia 202,57 6, Matang Kuli 56,94 1, Paya Bakong 418,32 12, Pirak Timu 67,70 2, Cot Girek 189,00 5, Tanah Jambo Aye 162,98 4, Langkahan 150,52 4, Seunuddon 100,63 3, Baktiya 158,67 4, Baktiya Barat 83,08 2, Lhoksukon 243,00 7, Tanah Luas 30,64 0, Nibong 44,91 1, Samudera 43,28 1, Syamtalira Aron 28,13 0, Tanah Pasir 20,38 0, Lapang 19,27 0, Muara Batu 33,34 1, Dewantara 39,47 1,20 Kabupaten 3.296,86 100,00 (Sumber : Aceh Utara Dalam Angka 2012) B. Topografi dan Morfologi Wilayah Dengan batas di sebelah utara merupakan laut, yaitu Selat Malaka, dan di sebelah selatan adalah kaki atau lereng pegunungan, maka secara umum bentuk permukaan bumi atau geomorfologi Kabupaten Aceh Utara dari arah pantai ke arah pegunungan adalah : Dataran pantai, yang terletak sepanjang tepi pantai. Dataran aluvial, yang terletak relatif memanjang di belakang dataran pantai. Zona lipatan, yang terletak relatif memanjang di belakang dataran aluvial. Zona volkanik, yang merupakan kaki/lereng sampai punggungan pegunungan. Tahun Halaman 9

3 Selaras dengan geomorfologi tersebut, pada Gambar 2.2 diperlihatkan profil wilayah menurut arah utara selatan, masing-masing pada garis , , , dan BT. Berdasarkan Peta Rupa Bumi skala 1 : (BAKOSURTANAL), yang menggambarkan topografi menurut garis ketinggian (kontur) Aceh Utara sebaran utamanya menurut selang ketinggian (Gambar 2.3) yaitu : 0 25 m dpl : Ha, atau 44,31 %; m dpl : Ha, atau 19,35 %; m dpl : Ha, atau 26,85 %; m dpl : Ha, atau 6,35 %; Di atas 1000 m dpl : Ha, atau 3,14 %. Gambar 2.2 Profil Morfologi Wilayah Kabupaten Aceh Utara (Sumber: Naskah Teknis RTRW Kabupaten Aceh Utara) Tahun Halaman 10

4 Gambar 2.3 Peta Ketinggian Lahan Kabupaten Aceh Utara (Sumber : Naskah Teknis RTRW Kabupaten Aceh Utara) Berdasarkan Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Aceh Utara dari Yayasan Leuser Internasional (YLI), dapat dikemukakan sebaran kemiringan lahan di Aceh Utara (Gambar 2.4) yaitu : 0 2 % : 50,38 %, atau sekitar Ha; 2 8 % : 18,85 %, atau sekitar Ha; 8 15 % : 10,54 %, atau sekitar Ha; % : 9,59 %, atau sekitar Ha; % : 7,26 %, atau sekitar Ha; > 40 % : 3,39 %, atau sekitar Ha. Gambar 2.4 Peta Kemiringan Lahan Kabupaten Aceh Utara (Sumber: Naskah Teknis RTRW Kabupaten Aceh Utara) Tahun Halaman 11

5 C. Iklim Wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai bagian dari wilayah Provinsi Aceh, termasuk tipe iklim muson; dan klasifikasi menurut Mohr, Schmid & Ferguson, termasuk iklim tipe C. Wilayah Kabupaten Aceh Utara relatif lebih kering dibandingkan dengan dengan wilayah lainnya di Provinsi Aceh, karena pengaruh Pegunungan Bukit Barisan, di mana wilayah sebelah utara dan timur Pegunungan Bukit Barisan cenderung lebih kering dibandingkan wilayah sebelah barat dan selatannya. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Aceh Utara berkisar antara mm, dengan hari hujan 92 hari. Musim hujan terjadi pada bulan Agustus sampai Januari, dengan curah hujan maksimal terjadi di bulan Oktober- November, yang mencapai di atas 350 mm per bulan dengan hari hujan lebih dari 14 hari. Sementara musim dengan curah hujan lebih rendah (cenderung kemarau) terjadi pada bulan Februari sampai Juli, dan yang cenderung terendah adalah sekitar bulan Maret-April. Rata-rata suhu udara adalah 30 0 C, dengan kisaran antara 26 0 C sampai 36 0 C. Suhu rata-rata pada musim penghujan adala 28 0 C, dan pada musim kemarau suhu rata-rata adalah 32,8 0 C. Kelembaban udara berkisar antara %, dengan rata-rata 86,6 %. Lebih jelasnya sebagaimana tercantum Gambar 2.5. G Gambar 2.5 Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Utara (Sumber : Naskah Teknis RTRW Kabupaten Aceh Utara) Tahun Halaman 12

6 D. Jenis Tanah dan Kedalaman Efektif Tanah Jenis tanah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesesuaian lahan untuk budidaya pertanian maupun non-pertanian yang akan dikembangkan. Pengenalan terhadap karakteristik dan sebaran jenis tanah sangat penting terkait dengan upaya pemanfaatan sumber daya tanah/lahan di Kabupaten Aceh Utara. Secara umum sebaran jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara dapat dibedakan atas 2 kelompok besar, yaitu dominan kelompok hidromorf di pesisir, sementara kelompok podsolik dominan di pedalaman. Karakter ini selaras pula dengan kedalaman efektif tanah, di mana sejak dari yang terdalam (>90 cm) sampai yang terdangkal (<30 cm) adalah mengikuti pola dari pesisir ke pedalaman. Jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.6. S u m b e r : Gambar 2.6 Peta Jenis Tanah Kabupaten Aceh Utara (Naskah Teknis RTRW Kabupaten Aceh Utara) E. Geologi Struktur geologi yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Utara secara garis besar terdiri atas batuan Quarter yang cenderung di bagian pesisir (bagian utara), dan batuan Tersier yang cenderung di bagian pedalaman (bagian selatan). Sebaran ini selaras dengan topografi yang menaik dari utara ke selatan, Tahun Halaman 13

7 dan selaras pula dengan pola hilir ke hulu dalam DAS. Jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.7. Peta Geologi Kabupaten Aceh Utara (Sumber : Naskah Teknis RTRW Kabupaten Aceh Utara) Potensi Pengembangan Wilayah Pembangunan Kabupaten Aceh Utara diprioritaskan pada pembangunan yang memperhatikan potensi wilayah yaitu melalui pengembangan kawasan perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan perikanan yang merupakan mata pencaharian utama sehingga dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan RTRW Kabupaten Aceh Utara dan sesuai karakteristik wilayah maka pengembangan kawasan budidaya dalam rencana pola ruang Kabupaten Aceh Utara yaitu : 1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi ini relatif terletak antara kawasan hutan lindung dan batas dengan Kabupaten Bener Meriah dengan kawasan perkebunan dan kawasan budidaya lainnya. Selain pemantapan kawasan hutan produksi yang telah ada sebelumnya, juga direncanakan pemanfaatan belukar di bagian lebih hulu lagi dari yang direncanakan untuk kawasan perkebunan. Total luas kawasan hutan produksi ini adalah Ha. Tahun Halaman 14

8 Sebaran kawasan hutan produksi di Kabupaten Aceh Utara meliputi : Kecamatan Langkahan hektar; Kecamatan Cot Girek hektar; Kecamatan Meurah Mulia hektar; Kecamatan Geureudong Pase hektar; Kecamatan Nisam Antar hektar; Kecamatan Sawang hektar; dan Kecamatan Paya Bakong hektar. Pemanfaatan kawasan hutan produksi yaitu berupa : a. Eksploitasi hutan, dalam bentuk pengambilan kayu dengan pola tebang pilih dan tanam kembali. b. Pengambilan hasil hutan non-kayu seperti : rotan, getah, madu lebah, buahbuahan, dan lain-lainnya 2. Kawasan Peruntukan Pertanian a. Kawasan Pertanian Lahan Basah Kawasan sawah (pertanian lahan basah) merupakan pemantapan dari kawasan sawah yang ada dewasa ini dan direkomendasikan penambahan/ perluasannya pada lahan-lahan yang potensial di sekitarnya dan berpeluang untuk dapat dilayani oleh jaringan irigasi/pengairan. Kendati dengan luas yang bervariasi, kawasan sawah terdapat di semua kecamatan. Total luas kawasan sawah ini adalah Ha. Kegiatan-kegiatan budidaya atau ekonomi produksi lainnya yang potensial tergabung sebagai kegiatan sampingan/diversifikasi antara lain adalah : - Perikanan air tawar, dengan pola mina-padi, kolam/tebat, kerambah pada saluran irigasi, dan penangkapan pada perairan tersebut; - Peternakan, yang dapat terdiri atas ternak besar, ternak kecil, dan unggas (terutama itik atau bebek); - Pertanian palawija/hortikultura, terutama sebagai tanaman selingan dalam kalender tanam, ataupun sebagai tanaman sela. b. Kawasan Pertanian Lahan Kering (Kebun Campuran) Kawasan kebun campuran tersebar di semua kecamatan dengan luas mencapai Ha. Fungsi kawasan ini adalah sebagai kebun campuran, yang dicirikan oleh variasi tanaman yang beragam dan kegiatan budidaya lainnya meliputi : perumahan perdesaan yang terselip, industri kecil, peternakan, dan lain-lain. c. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Dengan prinsip bahwa hasil kegiatan sawah yaitu padi merupakan bahan pokok strategis bagi kebutuhan masyarakat, maka keberadaan kawasan sawah ini menjadi sangat penting dan sejauh mungkin dipertahankan luasnya. Tahun Halaman 15

9 Apabila masih memungkinkan bagi pencetakan sawah baru pada daerah yang ada dukungan prasarana irigasi. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga keberlanjutan lahan pangan di Kabupaten Aceh Utara. Luasan lahan pangan berkelanjutan mencapai ha dari total luas kawasan untuk sawah. d. Kawasan Perkebunan Kawasan perkebunan sebarannya terletak di bagian pedalaman wilayah dengan luasan mencapai Ha. Pemanfaatan utama kawasan perkebunan adalah kegiatan budidaya perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar. e. Kawasan Peternakan Kawasan peternakan letaknya tersebar di Kabupaten Aceh Utara khususnya di bagian pedalaman wilayah dan tidak terdelineasi serta tersebar di seluruh kecamatan. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan lahan pengembalaan untuk sumber pakan ternak. Kawasan peternakan ini terselip pada kawasan pertanian, kawasan perkebunan dan sebagian kawasan permukiman yang memiliki lahan terbuka hijau. Jenis ternak yang potensial untuk dikembangkan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak besar yang dapat dibudidayakan seperti lembu dan kerbau akan terpusat di Bukit Sentang Kecamatan Lhoksukon, sedangkan ternak kecil adalah kambing dan kelinci. Ternak unggas yang potensial dibudidayakan adalah itik atau bebek. 3. Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan tambak merupakan pemantapan dari kawasan tambak yang ada dewasa ini, yang sebarannya adalah di bagian wilayah pesisir, dengan kecenderungan sebaran yang lebih besar di bagian timur. Total luas kawasan tambak adalah Ha sedangkan Perikanan tangkap kurang lebih seluas Ha. Rencana pengelolaan kawasan tambak adalah pemanfaatan utama untuk kegiatan tambak yang didukung oleh sistem saluran untuk kebutuhan airnya. Pengembangan potensi serta kawasan peruntukan perikanan didukung dengan pengembangan prasarana perikanan berupa Pelabuhan Perikanan Nusantara Kuala Cangkoy. 4. Kawasan Peruntukkan Pertambangan Potensi tambang yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara dapat dibedakan atas : a. Potensi pertambangan mineral logam terdiri dari: - Emas, Meliputi : Kecamatan Murah Mulia; Tahun Halaman 16

10 - Kromium/Emas Putih, meliputi : Kecamatan Geureudong Paseh, Murah Mulia, Paya Bakong, Perak Timur, Cot Gireh; dan - Besi, meliputi Kecamatan Paya Bakong. b. Potensi pertambangan mineral non logam terdiri dari : - Andesit meliputi : Kecamatan Sawang - Bentonit, meliputi : Kecamatan Sawang - Stronsium, meliputi : Kecamatan Sawang dan Tanah Luas c. Potensi pertambangan batuan terdiri dari : - Batu gunung meliputi : Kecamatan Nisam Antara, Nisam, Sawang, Simpang Keuramat, Geureudong Pase. - Pasir meliputi : Kecamatan Nisam Antara, Sawang, Geureudong Pase, Paya Bakong, Langkahan. - Pasir urug meliputi : Kecamatan Nisam Antara, Sawang, Geureudong Pase, Paya Bakong, Langkahan. - Batu Kapur meliputi : Kecamatan Muara Batu. - Tanah liat meliputi : Kecamatan Cot Girek, dan Muara Batu d. Potensi pertambangan batubara, meliputi : Kecamatan Sawang, Nisam Antara, Kuta Makmur, Simpang Keramat, Geureudong Pase, Syamtalira Bayu, Murah Mulia, Nibong, Tanah Luas, Paya Bakong, Pirak Timur, Lhok Sukon, Baktia, Cot Girek, Langkahan, Jambo Aye; dan e. Potensi panas bumi potensi energi panas bumi berada di Kecamatan Nisam Antara. f. Bahan tambang dari dalam perut bumi, yang dalam hal ini berupa gas alam, seperti yang telah dieksploitasi oleh Perusahaan EMOI (Exxon Mobil Oil Indonesia) yang dikenal dengan LNG Arun, instalasi tambang gas melewati beberapa kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah dengan luas area kurang lebih 498 (empat ratus sembilan puluh delapan) hektar; meliputi : - Kecamatan Syamtalira Aron, - Kecamatan Tanah Luas, Kecamatan Nibong, - Kecamatan Matangkuli, - Kecamatan Paya Bakong, - Kecamatan Cot Girek; dan - Kecamatan Langkahan. Bahan tambang dari dalam perut bumi berupa gas alam ini potensi depositnya bersifat antar wilayah, yaitu Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Aceh Timur. Tahun Halaman 17

11 Bahan tambang Galian C dieksplotasi baik di daratan (berupa tanah urug, tanah liat, dan batu kapur), maupun di perairan sungai, dan terutama di tepi sungai (pasir, sirtu, batu, kerikil). 5. Kawasan Peruntukan Industri a. Kawasan Industri Sedang Kawasan peruntukan industri sedang berada di Kecamatan Cot Girek, Kecamatan Lhoksukon, Kecamatan Geureudong Pase, Kecamatan Simpang Keuramat. Kawasan peruntukan industri sedang yang ada di Kabupaten Aceh Utara merupakan kegiatan industri pengolahan hasil pertanian. b. Kawasan Industri Kecil Kawasan industri kecil tersebar pada beberapa kecamatan, dan banyak terselip kawasan permukiman. Kawasan industri kecil terdiri dari sentra-sentra industri rumahan (home industry). Kegiatan industri kecil ini merupakan salah satu penggerak perekonomian masyarakat kecil khususnya yang berada di pedesaan. Terdapat variasi hasil industri kecil yang potensial untuk dikembangkan. Hasil industri kecil di Kecamatan Tanah Jambo Aye yang dapat dikembangkan adalah industri produk pisang sale, di Kecamatan Dewantara (Ulee Pulo dan Ulee Reuleung) adalah industri pembuatan batu bata, di Kecamatan Muara Batu (Bungkah) dan Kecamatan Baktiya adalah industri produk kerajinan souvenir khas Aceh. 6. Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan pariwisata yang dikembangkan di Kabupaten Aceh Utara diklasifikasikan menurut lokasi dan bentuk objeknya, yaitu : a. Pariwisata Budaya Pariwisata budaya yang dikembangkan adalah objek wisata budaya,yaitu : - Makam Malikussaleh & Malikul Dhahir, di Kec. Samudera; - Makam Tgk 44, di Kec. Samudera; - Makam Naina Husam Al-Din, di Kec. Samudera; - Makam Sidi Abdullah Tajul Nilah, di Kec. Samudera; - Makam Tgk Syarif, di Kec. Samudera; - Makam Sultanah Nahrisyah, di Kec. Samudera; - Makam Tgk Batee Bale A, di Kec. Samudera; - Makam Tgk Batee Bale B, di Kec. Samudera; - Makam Tgk Saleh Salihin, di Kec. Samudera; - Makam Maulana Abdurrahman Al-Fasi, di Kec. Samudera; Tahun Halaman 18

12 - Makam Said Syarif, di Kec. Samudera; - Makam Perdana Menteri M.Yacob, di Kec. Samudera; - Makam Raja Muhammad Mns Nibong, di Kec. Syamtalira Bayu; - Makam Putra Raja Syuhada Cot Plieng, di Kec. Syamtalira Bayu; - Makam Ratu Al'Ala Binti Malikul Dahir, di Kec. Pirak Timu; - Makam Tgk Mursalah Ibnu Talabuddin, di Kec. Syamtalira Aron; - Makam Tgk Meunasah Reulob, di Kec. Syamtalira Aron; - Makam Raja Purupi, di Kec. Syamtalira Aron; - Makam Tgk Jrat Manyang, di Kec. Baktiya Barat; - Makam Tgk Di Glumpang, di Kec. Baktiya Barat; - Makam Tgk Di Padang, di Kec. Baktiya; - Makam Tgk Batee Badan, di Kec. Tanah Jambo Aye; - Makam Glewang Anval, di Kec. Tanah Jambo Aye; - Makam Tgk Pantee Keurajen, di Kec. Sawang; - Rumah Adat Cut Meutia, di Kec. Matangkuli; - Makam Cut Meutia, di Kec. Cot Girek. b. Pariwisata Alam - Objek wisata di pesisir pantai, berupa : Pantai Ulee Rubek di Ulee Rubek Timur dan Ulee Rubek Barat Kec. Seunuddon, Pantai Sawang di Sawang Kec. Samudera, Pantai Pusong di Bangka Jaya Kec. Dewantara; Pantai Dakuta Bungkah di Bungkah Kec. Muara Batu. - Objek wisata di pedalaman, berupa : Air Terjun Blang Kulam di Sidomulyo Kec. Kuta Makmur, Air Terjun Seumirah di Kd. Seumirah Kec. Nisam Antara, Pemandian Krueng Sawang di Sawang Kec. Sawang, Pusat Konservasi Gajah (PKG) di Kec. Cot Girek, 7. Kawasan Budidaya Lainnya a. Kawasan Pelabuhan dan Bandar Udara Kawasan pelabuhan adalah Pelabuhan Lhokseumawe di Krueng Geukueh, Kecamatan Dewantara, dengan luas 166 Ha. Pelabuhan ini dapat melayani kegiatan bongkar muat umum (pelabuhan umum) maupun bongkar muat khusus industri besar (pelabuhan khusus) untuk tujuan luar negeri dan dalam negeri (antar provinsi). Melayani angkutan penyeberangan luar negeri antara Lhokseumawe - Penang/Langkawi (Malaysia). Pelabuhan ini ditetapkan sebagai Pelabuhan Laut Internasional, terkait dengan dukungannya terhadap fungsi PKN Lhokseumawe. Tahun Halaman 19

13 b. Kawasan Bandar Udara adalah kompleks Bandar Udara Malikussaleh di Kecamatan Muara Batu, dengan luas 83 Ha. Bandara udara ini merupakan bagian dari dukungannya terhadap fungsi PKN Lhokseumawe sehingga diusulkan sebagai bandar udara pengumpan. Bandara ini dikelola oleh pihak Pemda Kabupaten Aceh Utara. Rute penerbangan yang dilayani saat ini yaitu Muara Batu-Medan dan Muara Batu-Banda Aceh. c. Kawasan Pertanian Terpadu Kawasan pengembangan pertanian terpadu terletak di tengah kawasan hutan produksi di Kecamatan Sawang dengan luasan 430 Ha. Berdasarkan karakter lokasinya, maka kegiatan pertanian yang dikembangkan adalah merupakan pertanian pada lahan kering, baik berupa perkebunan atau pertanian lahan kering maupun pertanian ikutan lainnya seperti peternakan, industri pengolahan hasil pertanian, dan lainnya. d. Wilayah Laut Kewenangan Panjang garis pantai mencapai 51 km sehingga berdasarkan kewenangan kabupaten sampai dengan 4 mil laut, maka luas wilayah laut kewenangan mencapai Ha. Pemanfaatan wilayah laut kewenangan saat ini masih terbatas pada bentuk pemanfaatan penangkapan ikan oleh para nelayan di pesisir, dan sebagai alur pelayaran menuju dan dari pelabuhan laut Lhokseumawe di Krueng Geukueh. Peluang pengembangan pemanfaatan selain untuk perikanan tangkap dapat juga untuk kegiatan wisata bahari, potensi tambang di bawah laut, jalur pelayaran tepi pantai, dan lainnya. e. Kawasan Waduk Krueng Jambo Aye dan Krueng Keureuto Kawasan Waduk Krueng Jambo Aye terletak di Kecamatan Langkahan yang memanfaatkan aliran Sungai Krueng Jambo Aye. Waduk yang dibangun dengan kapasitas 1,5 milyar m 3 direncanakan digunakan selain sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air (PLTA) untuk memenuhi kebutuhan listrik wilayah I Aceh dengan kapasitas 235 MW, juga dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi untuk mengairi Ha lahan persawahan, sebagai sumber air baku dengan debit 11,6 m3/det dan pengendalian banjir (daerah Langkahan, Tanah Jambo Aye, Baktiya dan Seunuddon), serta tempat rekreasi dan olah raga. Luas daerah genangan waduk ini direncanakan kurang lebih Ha yang meliputi wilayah Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Aceh Timur. Tahun Halaman 20

14 f. Kawasan Waduk Krueng Keureuto terletak di Kecamatan Paya Bakong dan Kecamatan Tanah Luas yang memanfaatkan aliran Sungai Krueng Keureuto. Fungsi waduk ini adalah selain sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas 3,27 MW juga dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi untuk mengairi Ha lahan persawahan, untuk pengendalian banjir dengan besar kendali 29,94 juta m2 (banjir Paya Bakong, Pirak Timu, Matangkuli, Lhoksukon, Tanah Luas, Syamtalira Aron, Tanah Pasir, Lapang) serta tempat rekreasi dan olah raga. Luas daerah genangan waduk ini direncanakan kurang lebih 710 Ha. Gambar 2.8. Peta Pola Ruang Kabupaten Aceh Utara (Sumber : Naskah Teknis RTRW Kabupaten Aceh Utara) Wilayah Rawan Bencana Wilayah rawan bencana di Kabupaten Aceh Utara dapat dibedakan berdasarkan jenis bencana yang terjadi, yaitu : 1. Bencana longsor, dengan jalur dan ruang evakuasi di Gampong Gunci dan Gampong Riseh Teungoh (Kecamatan Sawang), Gampong Pase Sentosa (Kecamatan Geureudong Pase), Meunasah Leubok Kliet (Kecamatan Meurah Mulia), Gampong Meuria Matangkuli (Kecamatan Matangkuli), Gampong Alue Semambu (Kecamatan Cot Girek); Tahun Halaman 21

15 2. Bencana gelombang pasang, dengan jalur dan ruang evakuasi di Gampong Krueng Mate (Kecamatan Syamtalira Bayu), Gampong Beuringen, Gampong Matang Ulim, dan Gampong Keude Blang Mee (Kecamatan Samudera), Gampong Matang Janeng (Kecamatan Tanah Pasir), Gampong Keude Lapang (Kecamatan Lapang), Gampong Meunasah Hagu (Kecamatan Baktiya Barat), Gampong Cot Trueng dan Gampong Ulee Titi (Kecamatan Seunuddon), dan Gampong Glumpang Umpung Uno (Kecamatan Tanah Jambo Aye); 3. Bencana banjir, dengan jalur dan ruang evakuasi di Gampong Binjee dan Gampong Blang Crok (Kecamatan Nisam), Gampong Ulee Nyeu (Kecamatan Bandar Baro), Gampong Meunasah Glong dan Gampong Keude Bayu (Kecamatan Syamtalira Bayu), Gampong Matang IX dan Gampong Punti (Kecamatan Matangkuli), Gampong Blang Gunci dan Gampong Teungoh Siron (Kecamatan Paya Bakong), Gampong Tanjong Putoh dan Gampong Paya Terbang (Kecamatan Tanah Luas), Gampong Blang Peuria (Kecamatan Samudera), Gampong Meucat (Kecamatan Syamtalira Aron), dan Gampong Tambon Baroh (Kecamatan Dewantara); 4. Bencana gempa bumi ; dan 5. Bencana gempa bumi ; dan Bencana tsunami, dengan jalur dan ruang evakuasi di Gampong Pante Gurah dan Gampong Pulo Makmur dan Gampong Pulo Makmur (Kecamatan Muara Batu), Gampong Uteun Geulinggang, Gampong Kd. Krueng Geukeuh, Gampong Paloh Igeuh, dan Gampong Tambon Baroh (Kecamatan Dewantara), Gampong Krueng Mate (Kecamatan Syamtalira Bayu), Gampong Beuringen, Gampong Matang Ulim, dan Gampong Keude Blang Mee (Kecamatan Samudera), Gampong Matang Janeng (Kecamatan Tanah Pasir), Gampong Keude Lapang (Kecamatan Lapang), Gampong Meunasah Hagu (Kecamatan Baktiya Barat), Gampong Cot Trueng dan Gampong Ulee Titi (Kecamatan Seunuddon), dan Gampong Glumpang Umpung Uno (Kecamatan Tanah Jambo Aye). Tahun Halaman 22

16 Demografi Penduduk Kabupaten Aceh Utara tahun 2011 berjumlah jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki dan penduduk perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk 2,48 % per tahun. Berdasarkan luas wilayah sebesar 3.296,86 km 2, maka kepadatan penduduk mencapai 164 jiwa/km 2. Tabel 2.2. Perkembangan Distribusi Penduduk Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tahun No. Kecamatan Sawang Nisam Nisam Antara Banda Baro Kuta Makmur Simpang Kramat Syamtalira Bayu Geureudong Pase Meurah Mulia Matang Kuli Paya bakong Pirak timu Cot Girek Tanah Jambo Aye Langkahan Seununddon Baktiya Baktiaya Barat Lhosukon Tanah Luas Nibong Samudera Syamtalira Aron Tanah Pasir Lapang Muara Batu Dewantara Jumlah (Sumber: Naskah Teknis RTRW Kabupaten Aceh Utara) Distribusi penduduk terbesar di Kecamatan Lhoksukon mencapai jiwa dan kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Dewantara mencapai jiwa/km 2, sedangkan jumlah dan kepadatan penduduk terkecil di Kecamatan Geureudong Pase mencapai jiwa dan 17 jiwa/km 2. Bila dilihat dari letaknya, maka dapat diindikasikan bahwa kecamatan-kecamatan di sekitar sumbu wilayah atau di sekitar Jalan Nasional cenderung mempunyai jumlah dan kepadatan penduduk lebih besar. Tahun Halaman 23

17 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) untuk masing-masing kecamatan sangat bervariasi. Kecamatan Tanah Jambo Aye memiliki LPP terbesar mencapai 3,68 % dan LPP terkecil berada pada Kecamatan Syamtalira Bayu mencapai 0,52 %. Penduduk menurut kelompok umur dengan komposisi yaitu 33 % berada pada usia 0 14 tahun, 63 % pada usia tahun dan 4 % pada usia 65 tahun ke atas. Berdasarkan komposisi tersebut, maka piramida penduduk Kabupaten Aceh Utara tergolong ke dalam kelompok ekspansif karena sebagian besar penduduknya berada dalam kelompok usia muda Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Utara periode tahun ditunjukkan oleh PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Jika dengan memasukkan sub sektor migas, nilai PDRB Kabupaten Aceh Utara mengalami penurunan dari 5,76 triliun menjadi 4,23 triliun rupiah. Namun pada tahun 2011 mengalami sedikit peningkatan menjadi 4,34 triliun rupiah. Sedangkan laju pertumbuhannya, yaitu sebesar minus 10,68 % pada periode Kemudian pada periode melambat menjadi minus 5,45 % dan sebaliknya meningkat menjadi 2,46 % pada periode Jika dirinci secara sektoral, pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2011 masih sangat dipengaruhi oleh sektor pertambangan dan penggalian, terutama pertambangan migas. Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011 terjadi pada sektor jasa-jasa yang mencapai 9,16 %. Tingginya pertumbuhan sektor ini, didukung oleh pertumbuhan yang tinggi dari sub sektor pemerintahan umum yaitu sebesar 9,83 %. Sektor selanjutnya yang menduduki urutan kedua yaitu sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan sebesar 7,49 % yang didukung oleh pertumbuhan sub sektor bank sebesar 9,26 %. Sektor pengangkutan dan komunikasi, berada di urutan selanjutnya dengan pertumbuhan sebesar 5,63 % yang didukung oleh sub sektor angkutan jalan raya yang tumbuh sebesar 5,95 %. Tahun Halaman 24

18 Pertumbuhan terbesar keempat terjadi pada sektor bangunan/kontruksi yang mampu tumbuh sebesar 4,65 %. Sektor berikutnya yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 4,52 %. Pertumbuhan sektor ini salah satunya di pengaruhi oleh pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 4,54 %. Tabel 2.3. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun dengan Migas atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Aceh Utara (dalam Milyar Rupiah) N o Sektor *) 2011 **) Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % 1 Pertanian 1.123,34 19, ,85 22, ,81 25, ,39 26, ,23 26,53 2 Pertambangan & penggalian 3.248,96 56, ,64 47, ,02 39, ,83 34, ,94 33,12 3 Industri pengolahan 209,20 3,63 214,21 4,27 219,68 4,91 225,91 5,34 232,77 5,37 4 Listrik, gas, & air bersih 5,96 0,10 6,87 0,14 7,19 0,16 7,50 0,18 7,80 0,18 5 Konstruksi 133,74 2,32 144,90 2,89 151,24 3,38 157,90 3,73 165,25 3,81 6 Perdagangan, hotel, & restoran 371,12 6,44 396,57 7,91 414,37 9,26 432,02 10,21 451,55 10,41 7 Pengangkutan & komunikasi 260,17 4,51 272,67 5,44 286,36 6,40 301,54 7,13 318,51 7,35 8 Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan 67,94 1,11 67,45 1,35 72,23 1,61 77,55 1,83 83,36 1,92 9 Jasa-jasa 346,54 6,01 377,65 7,54 411,75 9,20 449,14 10,61 490,27 11,31 PDRB 5.762,97 100, ,81 100, ,63 100, ,78 100, ,68 100,00 Sumber : PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Aceh Utara *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Sektor-sektor selanjutnya adalah sektor listrik dan air minum sebesar 4,06 %, kemudian sektor industri pengolahan tanpa migas sebesar 3,04 %, dan sektor pertanian sebesar 0,95 persen. Pertumbuhan sektor ini, didukung oleh sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 1,30 %. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun dengan Migas atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Aceh Utara sebagaimana tercantum pada Tabel 2.3. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Utara tanpa migas untuk tahun 2011 mencapai 3,91 %. Jika kita perbandingkan pertumbuhan PDRB sektoral terdapat tujuh sektor dengan pertumbuhan di atas pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Utara. Sedangkan dua sektor lainnya, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor pertanian, berada dibawah pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Utara. Apabila memperbandingkan antara pertumbuhan terhadap kontribusi setiap sektor, maka dapat diketahui beberapa sektor dengan pertumbuhan Tahun Halaman 25

19 tinggi namun masih memberikan kontribusi yang masih sangat kecil terhadap total PDRB Tahun Sektor listrik dan air minum mampu tumbuh sebesar 4,06 % tetapi hanya memberikan kontribusi sebesar 0,17 %. Hal yang sama juga terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian tanpa migas yang tumbuh mencapai 4,64 %, namun kontribusi hanya sebesar 0,86 %. Sebaliknya, sektor pertanian dengan pertumbuhan yang hanya sebesar 0,95 % ternyata menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap total PDRB tahun 2011 mencapai 22,95 %. Begitu juga dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan pertumbuhan sebesar 4,52 % juga mampu memberikan kontribusi hingga 8,26 %. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun tanpa Migas atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Aceh Utara sebagaimana tercantum pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Tanpa Migas atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Aceh Utara (dalam Milyar Rupiah) N o Sektor *) 2011 **) Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % 1 Pertanian 1.123,34 44, ,85 42, ,81 41, ,39 40, ,23 39,19 2 Pertambangan & penggalian 30,05 1,18 31,25 1,18 32,60 1,20 34,04 1,20 35,61 1,21 3 Industri pengolahan 209,20 8,22 214,21 8,12 219,68 8,06 225,91 8,00 232,77 7,93 4 Listrik, gas, & air bersih 5,96 0,23 6,87 0,26 7,19 0,26 7,50 0,27 7,80 0,27 5 Konstruksi 133,74 5,26 144,90 5,49 151,24 5,55 157,90 5,59 165,25 5,63 6 Perdagangan, hotel, & 371,12 14,59 396,57 15,04 414,37 15,20 432,02 15,29 451,55 15,38 restoran 7 Pengangkutan & komunikasi 260,17 10,23 272,67 10,34 286,36 10,50 301,54 10,67 318,51 10,85 8 Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan 67,94 2,51 67,45 2,56 72,23 2,65 77,55 2,75 83,36 2,84 9 Jasa-jasa 346,54 13,62 377,65 14,32 411,75 15,10 449,14 15,90 490,27 16,70 PDRB 2.544,06 100, ,42 100, ,21 100, ,99 100, ,36 100,00 Sumber : PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Aceh Utara *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Secara sektoral, struktur ekonomi Kabupaten Aceh Utara selama periode didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian, terutama sub sektor pertambangan minyak dan gas (migas). Namun selama periode tersebut, sumbangan sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Utara Tahun Halaman 26

20 menunjukkan kecendrungan penurunan seiring menurunnya kontribusi sub sektor pertambangan migas. Pada tahun 2007 peranan sektor pertambangan dan penggalian terhadap pembentukan PDRB mencapai 63,91 % dan terus mengalami penurunan hingga mencapai 44,94 % pada tahun Sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap perekonomian Kabupaten Aceh Utara yaitu sektor pertanian yang menunjukkan meningkat setiap tahunnya. Selama periode tersebut, sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 17,17 % hingga mencapai 22,95 %. Peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran berada di urutan ketiga dan tiap tahunnya menunjukkan kecenderungan peningkatan. Kontribusi sektor ini selama periode mencapai 5,06 sampai dengan 8,26 %. Nilai dan kontribusi sektor-sektor tersebut terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Utara sebagaimana tercantum pada Tabel 2.5. dan Tabel 2.7. Tabel 2.5. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun dengan Migas Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Aceh Utara (dalam Milyar Rupiah) No Sektor *) 2011 **) Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % 1 Pertanian 1.996,28 17, ,18 15, ,27 20, ,96 22, ,68 22,95 2 Pertambangan & penggalian 7.432,37 63, ,35 64, ,70 52, ,79 47, ,80 44,94 3 Industri pengolahan 270,73 2,33 299,69 2,20 332,33 2,98 370,69 3,30 411,44 3,47 4 Listrik, gas, & air bersih 12,93 0,11 16,32 0,12 17,59 0,16 18,91 0,17 20,30 0,17 5 Konstruksi 247,76 2,13 340,90 2,51 374,99 3,36 422,08 3,76 468,2 3,95 6 Perdagangan, hotel, & 587,93 5,06 732,43 5,39 802,59 7,20 881,47 7,85 978,9 8,26 restoran 7 Pengangkutan & komunikasi 421,35 3,62 521,46 3,83 599,71 5,38 666,71 5,94 748,72 6,32 8 Keuangan, sewa, & jasa 133,51 1,15 177,58 1,31 207,12 1,86 242,96 2,16 283,37 2,39 Perusahaan 9 Jasa-jasa 526,35 4,53 595,74 4,38 677,33 6,08 772,93 6,89 894,32 7,55 PDRB ,21 100, ,65 100, ,63 100, ,50 100, ,73 100,00 (Sumber : PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Aceh Utara ) *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Apabila sub sektor migas tidak dimasukkan dalam penghitungan, maka terlihat terjadinya pergeseran kontribusi masing-masing sektor. Kontribusi terbesar pada tahun 2011 yaitu dari sektor pertanian yang mencapai 41,31 %, diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi sebesar 14,88 % serta sektor jasa-jasa sebesar 13,59 %. Selanjutnya adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dengan kontribusi sebesar 11,38 %, sektor bangunan/kontruksi dengan kontribusi Tahun Halaman 27

21 sebesar 7,12 %, dan sektor industri pengolahan sebesar 6,25 %. Sedangkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan berkontribusi 4,31 %. Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik dan air minum dengan kontribusi masing-masing berada di bawah 1 %. Nilai dan kontribusi sektor-sektor tersebut terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Utara tanpa migas sebagaimana tercantum pada Tabel 2.6. dan Tabel 2.8. Tabel 2.6. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Aceh Utara (dalam Milyar Rupiah) *) 2011 **) No Sektor Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % 1 Pertanian 1.996,28 47, ,18 44, ,27 42, ,96 42, ,68 41,31 2 Pertambangan & 44,22 1,04 46,95 0,96 50,04 0,93 53,22 0,90 56,57 0,86 penggalian 3 Industri pengolahan 270,73 6,38 299,69 6,14 332,33 6,20 370,69 6,25 411,44 6,25 4 Listrik, gas, & air bersih 12,93 0,30 16,32 0,33 17,59 0,33 18,91 0,32 20,30 0,31 5 Konstruksi 247,76 5,84 340,90 6,99 374,99 7,00 422,08 7,12 468,2 7,11 6 Perdagangan, hotel, & 587,93 13,86 732,43 15,02 802,59 14,98 881,47 14,86 978,9 14,88 restoran 7 Pengangkutan & 421,35 9,94 521,46 10,69 599,71 11,19 666,71 11,24 748,72 11,38 komunikasi 8 Keuangan, sewa, & jasa 133,51 3,15 177,58 3,64 207,12 3,87 242,96 4,10 283,37 4,31 Perusahaan 9 Jasa-jasa 526,35 12,41 595,74 12,21 677,33 12,64 772,93 13,03 894,32 13,59 PDRB 4.241,06 100, ,25 100, ,97 100, ,93 100, ,50 100,00 Sumber : PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Aceh Utara *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Tabel 2.7. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun dengan Migas Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Aceh Utara Tahun Sektor Hb (%) Hk (%) Hb (%) Hk (%) Hb (%) Hk (%) Hb (%) Hk (%) Hb (%) Hk (%) 1 Pertanian 17,17 19,49 15,78 22,47 20,60 25,27 22,30 26,92 22,95 26,53 2 Pertambangan & 63,91 56,38 64,48 47,99 52,38 39,82 47,62 34,05 44,94 33,12 penggalian 3 Industri 2,33 3,63 2,20 4,27 2,98 4,91 3,30 5,34 3,47 5,37 pengolahan 4 Listrik, gas, & air 0,11 0,10 0,12 0,14 0,16 0,16 0,17 0,18 0,17 0,18 bersih 5 Konstruksi 2,13 2,32 2,51 2,89 3,36 3,38 3,76 3,73 3,95 3,81 6 Perdagangan, 5,06 6,44 5,39 7,91 7,20 9,26 7,85 10,21 8,26 10,41 hotel, & restoran 7 Pengangkutan & 3,62 4,51 3,83 5,44 5,38 6,40 5,94 7,13 6,32 7,35 komunikasi 8 Keuangan, sewa, 1,15 1,11 1,31 1,35 1,86 1,61 2,16 1,83 2,39 1,92 & jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa 4,53 6,01 4,38 7,54 6,08 9,20 6,89 10,61 7,55 11,31 PDRB Tahun Halaman 28

22 Tabel 2.8. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Aceh Utara Tahun Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) 1 Pertanian 47,07 44,16 44,00 42,69 42,85 41,48 42,19 40,33 41,31 39,19 2 Pertambangan & 1,04 1,18 0,96 1,18 0,93 1,20 0,90 1,20 0,86 1,21 penggalian 3 Industri pengolahan 6,38 8,22 6,14 8,12 6,20 8,06 6,25 8,00 6,25 7,93 4 Listrik, gas, & air 0,30 0,23 0,33 0,26 0,33 0,26 0,32 0,27 0,31 0,27 bersih 5 Konstruksi 5,84 5,26 6,99 5,49 7,00 5,55 7,12 5,59 7,11 5,63 6 Perdagangan, hotel, & restoran 13,86 14,59 15,02 15,04 14,98 15,20 14,86 15,29 14,88 15,38 7 Pengangkutan & komunikasi 9,94 10,23 10,69 10,34 11,19 10,50 11,24 10,67 11,38 10,85 8 Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan 3,15 2,51 3,64 2,56 3,87 2,65 4,10 2,75 4,31 2,84 9 Jasa-jasa 12,41 13,62 12,21 14,32 12,64 15,10 13,03 15,90 13,59 16,70 PDRB b. Laju Inflasi Laju inflasi Kabupaten Aceh Utara selama periode tahun menunjukkan penurunan dari 4,18 % menjadi 3,55 % dengan berpedoman pada perhitungan inflasi di Kota Lhokseumawe. Angka inflasi selama periode berfluktuatif terutama pada tahun 2008 dan 2010 terjadi peningkatan yang sangat signifikan mencapai 13,78 % dan 7,19 %. Peningkatan inflasi yang cukup tinggi pada tahun-tahun tersebut dipengaruhi oleh inflasi volatile food. Inflasi ini dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik. Perkembangan tingkat inflasi di Kabupaten Aceh Utara, pola kecenderungannya mempunyai kesamaan dengan kecenderungan inflasi Aceh dan Nasional. Nilai rata-rata inflasi Kabupaten Aceh Utara periode sebagaimana tercantum pada Tabel 2.9. Tabel 2.9. Nilai Inflasi Rata-Rata Kabupaten Aceh Utara Tahun Uraian Tahun Rata-rata Pertumbuhan Aceh Utara 4,18 13,78 3,96 7,19 3,55 47,33 Aceh 9,41 11,92 3,72 5,86 3,43-6,51 Nasional 6,59 11,06 2,78 6,96 3,79 24,44 Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh Tahun Halaman 29

23 c. Pendapatan Regional Perkapita Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, sedangkan Pendapatan Regional per kapita diperoleh dari hasil bagi antara Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas biaya faktor produksi (PDRB yang telah dikurangi penyusutan dan pajak tak langsung) dengan penduduk pertengahan tahun. Peningkatan jumlah penduduk dan besarnya PDRB sangat menentukan besarnya PDRB perkapita Harga Berlaku Harga Konstan Gambar 2.9. Pendapatan Regional Perkapita dengan Migas Kabupaten Aceh Utara Tahun (Juta Rupiah) Berdasarkan Gambar 2.9. menunjukkan bahwa untuk tahun 2011, pendapatan regional perkapita Kabupaten Aceh Utara atas dasar harga berlaku mencapai 19,43 juta rupiah atau mampu tumbuh 1,03 persen dari tahun 2010 yang hanya mencapai angka 18,85 juta rupiah. Peningkatan ini salah satunya dipengaruhi oleh peningatan total nilai PDRB dengan migas atas dasar harga berlaku sebesar 5,56 persen untuk tahun Sedangkan pada tahun yang sama, pertumbuhan penduduk hanya sebesar 1,02 persen. Namun angka pendapatan regional perkapita Aceh Utara pada tahun 2011 masih dibawah pencapaian tahun 2008 sebesar 23,45 juta rupiah. Untuk pencapaian regional perkapita tahun 2011 berdasarkan harga konstan, menunjukkan kecenderungan menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2007, nilai pendapatan regional perkapita Aceh Utara sebesar 10,12 juta rupiah dan terus menurun hingga mencapai 7,14 juta rupiah pada tahun Namun, untuk tahun 2011 terjadi peningkatan menjadi 7,15 juta rupiah. Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan PDRB dengan migas atas dasar harga konstan sebesar 2,46 persen yang lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk. Tahun Halaman 30

24 Sementara itu, untuk pendapatan regional perkapita Aceh Utara tanpa migas sebagaimana tercantum pada Gambar 2.10., baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, tiap tahunnya menunjukkan kecenderungan terus meningkat. Pada tahun 2007 pendapatan regional perkapita atas dasar harga berlaku tercatat sebesar 7,57 juta rupiah dan terus meningkat menjadi 11,02 juta rupiah pada tahun Peningkatan pada tahun 2011 dipengaruhi oleh pertumbuhan total nilai PDRB tanpa migas atas dasar harga berlaku sebesar 10,73 persen yang lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk yang hanya sebesar 1,02 persen. Untuk pendapatan regional perkapita tanpa migas atas dasar harga konstan juga menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2007, nilai pendapatan regional perkapita atas dasar harga konstan mencapai 4,56 juta rupiah dan terus menunjukkan peningkatan menjadi 4,94 juta rupiah pada tahun Harga Berlaku Harga Konstan Gambar Pendapatan Regional Perkapita Tanpa Migas Kabupaten Aceh Utara Tahun (Juta Rupiah) d. Indeks Gini (Ketimpangan Pendapatan)/untuk provinsi Untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat dapat dilakukan dengan mengevaluasi Rasio Gini yang memiliki kisaran nilai 0-1. Jika bernilai nol artinya pemerataan sempurna dan sebaliknya jika bernilai satu berarti ketimpangan sempurna. Rasio Gini lebih kecil dari 0,4 menunjukkan tingkat ketimpangan rendah, nilai 0,4-0,5 menunjukkan tingkat ketimpangan sedang dan nilai lebih besar dari 0,5 menunjukkan tingkat ketimpangan tinggi. Tahun Halaman 31

25 Rasio gini Provinsi Aceh pada tahun sebesar 0,27, dan tahun 2009 sebesar 0,29 masih tergolong dalam kelompok ketimpangan rendah. Indeks gini yang rendah ini tidak bermakna positif karena rendahnya indeks gini tersebut dipengaruhi oleh dominasi kolompok masyarakat miskin. Hal ini tergambar dari pendapatan perkapita penduduk Aceh (non migas) pada tahun 2011 berdasarkan harga konstan hanya sebesar Rp /tahun (Rp /bulan) atau berdasarkan harga berlaku sebesar Rp /tahun ( /bulan). e. Pemerataan Pendapatan/untuk proinsi Berdasarkan kriteria World Bank, menyebutkan bahwa proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah. Sementara itu, distribusi pendapatan penduduk Aceh untuk tahun 2007 pada kelas 40 persen terendah sebesar 22,63 persen, kelas 40 persen menengah sebesar 39,38 persen dan kelas 20 persen tinggi sebesar 37,99 persen. Sedangkan pada tahun 2008 distribusi pendapatan penduduk pada kelas 40 persen terendah sebesar 22,64 persen, kelas 40 persen menengah sebesar 38,68 persen dan kelas 20 persen tinggi sebesar 38,68 persen (BPS, 2009). Upaya untuk menurunkan persentase distribusi pendapatan penduduk kelas 40 persen terendah sebesar 22,64 persen yang didominasi oleh penduduk miskin perlu dilakukan. Hal ini dapat ditempuh melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan SDM, perbaikan infrastruktur, akses pasar, modal, pengembangan ekonomi lokal dan promosi potensi sumberdaya alam. f. Ketimpangan Regional/untuk provinsi Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi dalam pemerataan antar daerah maka dapat digunakan indikator pemerataan yaitu Indeks Williamson (IW). Nilai IW lebih besar dari nol menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi antar wilayah, semakin besar indeks yang dihasilkan semakin besar tingkat kesenjangan antar wilayah. Hasil evaluasi nilai PDRB perkapita kabupaten/kota di Provinsi Aceh menunjukkan bahwa nilai IW Provinsi Aceh yang dievaluasi dengan PDRB perkapita migas pada tahun 2007 sebesar 2,27 yang menurun menjadi 2,20 pada Tahun Halaman 32

26 tahun Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan indeks disparitas antar wilayah masih relatif kecil. Selanjutnya IW provinsi Aceh yang dievaluasi dengan PDRB perkapita non-migas pada tahun 2007 sebesar 1,29 menurun menjadi 1,20 pada tahun Indeks Williamson yang dihitung dengan PDRB perkapita migas menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari nilai IW PDRB perkapita non migas. Hal ini menggambarkan bahwa beberapa kabupaten/kota (seperti Lhokseumawe, Aceh Utara dan Aceh Timur) memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan nilai IW. Sementara itu, Depkeu (2010) melaporkan bahwa IW Indonesia pada tahun 2007 sebesar 0,49 dan sebesar 0,48 pada tahun Data di atas menunjukkan bahwa nilai IW Provinsi Aceh masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan nilai IW Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat ketimpangan antar kabupaten/kota di Aceh menurut ukuran PDRB perkapita penduduk. Oleh karena itu, beberapa kabupaten/kota yang memiliki PDRB perkapita penduduk rendah menjadi sasaran utama pembangunan lima tahun ke depan. g. Kemiskinan Kemiskinan merupakan persoalan makro yang harus diatasi secara berkelanjutan. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk menanggulangi kemiskinan sesuai prioritas pembangunan yang tercantum dalam RPJM Kabupaten Aceh Utara Tahun Berbagai program pembangunan jangka menengah telah diimplimentasikan, baik di bidang infrastruktur, ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan. Kerja keras dan upaya yang telah dilakukan tersebut telah mampu menurunkan tingkat kemiskinan rata-rata 13,58 persen setiap tahunnya sepanjang tahun Akhir tahun 2011, tercatat penduduk miskin di Kabupaten Aceh Utara sebanyak jiwa, atau 22,89 persen dari jumlah penduduk sebagaimana tercantum pada Gambar Tiga tahun sebelumnya (Tahun 2007), penduduk miskin yang mendiami di Kabupaten Aceh Utara mencapai 33,16 persen, jauh lebih tinggi dibanding Nasional (16,60 persen) dan Aceh (26,65 persen). Memasuki 4 tahun pelaksanaan RPJM Kabupaten Aceh Utara Tahun , atau di akhir tahun 2011 tercatat penduduk miskin sebesar 22,89 persen. Kondisi tersebut menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat Aceh Utara semakin meningkat dan terus mengalami perbaikan sepanjang tahun Tahun Halaman 33

27 Pengurangan angka kemiskinan yang dicapai Kabupaten Aceh Utara sepanjang tahun masih tergolong tinggi di banding Nasional dan hampir menyamai Aceh. Tahun 2010, penduduk miskin Nasional sebesar 13,30 persen dan Aceh sebesar 20,98 persen. Penanggulangan kemiskinan harus menjadi prioritas Pemerintah Kabupaten Aceh Utara ke depan, termasuk memberikan perhatian yang lebih besar, tepat sasaran, dan terfokus melalui implimentasi pembangunan pada wilayah-wilayah yang menjadi kantong kemiskinan, terutama di wilayah pesisir. Gambar Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber : BPS, 2011) h. Angka Kriminalitas Berdasarkan Data BPS Aceh Utara tahun 2009 tindak kriminalitas di wilayah tugas Polres Aceh utara terdapat 31 jenis tindak kriminalitas. Jenisjenis kasus yang paling menonjol terjadi dalam masyarakat adalah seperti kasus pencurian biasa dari 30 kasus yang terjadi tahun 2007 meningkat menjadi 38 kasus tahun 2008 dan mengalami penurunan pada tahun 2009 sebanyak 22 kasus saja. Selanjutnya tindak kriminal penganiayaan ringan sebanyak 31 kasus pada tahun 2007, 18 kasus pada tahun 2008 dan kembali mengalami penurunan 15 kasus pada tahun Sementara itu tindak kriminal curanmor dimana pada tahun 2007 tingkat kriminalitas kasus ini sebanyak 31 kasus, tahun Tahun Halaman 34

28 2008 sebanyak 18 kasus dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2009 sebanyak 14 kasus. Tabel Indeks Tindak Kriminalitas Menonjol di Kabupaten Aceh Utara Tahun No Jenis Kriminalitas Tahun Pencurian Biasa Aniaya Ringan Curanmor Penggelapan Penipuan Narkotika Pengrusakan Jumlah (Sumber : Aceh Utara Dalam Angka 2011) Selain dari ketiga jenis tindak kriminalitas yang mendominasi kasus di tahun juga terdapat beberapa kasus lainnya dalam masyarakat seperti kasus-kasus penggelapan yang terjadi sebanyak 8 kasus pada tahun 2009, penipuan sebanyak 5 kasus, kejahatan norkotika, KDRT, illegal logging, pengrusakan dan beberapa jenis tindak kriminal lainnya. Jika diamati perkembangan kasus-kasus yang terjadi dari tahun ke tahun dapat kita ketahui bahwa terjadinya penurunan tindak kriminalitas di daerah hukum Kabupaten Aceh Utara. Hal ini disebabkan semakin kondusif kondisi keamanan pasca penandatangan MoU-Helsinki antara pemerintah RI dengan GAM pada bulan Agustus tahun Fokus Kesejahteraan Sosial Pendidikan a. Angka Melek Huruf Angka melek huruf penduduk berumur 10 tahun keatas di Kabupaten Aceh Utara juga terlihat mengalami kemajuan sepanjang tahun Angka melek huruf telah mencapai 98,12 persen tahun 2010, jauh lebih tinggi dari tahun 2007 yang masih sebesar 94,72 persen. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara juga telah mengupayakan untuk mengurangi kesenjangan yang melebar antara laki-laki dan perempuan dalam hal kemampuan membaca dan menulis. Sepanjang tahun , angka melek huruf laki-laki jauh lebih tinggi dari kaum perempuan. Memasuki tahun 2010, angka melek huruf laki-laki tidak berbeda jauh dengan perempuan. Sampai tahun 2010, tercatat angka melek huruf laki-laki mencapai 98,17 persen, atau sekitar 1,83 persen masih buta Tahun Halaman 35

29 huruf. Angka melek huruf perempuan sebanyak 98,07 persen dan sekitar 1,93 persen masih buta huruf. Tahun 2007, angka melek huruf laki-laki sebanyak 94,21 persen dan perempuan sebanyak 93,29 persen. Gambar 2.12 Penduduk berumur 10 tahun keatas Menurut Kemampuan Membaca dan Menulis di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Persen) (Sumber : BPS Aceh) b. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Terdapat kecenderungan yang terus membaik angka rata-rata lama sekolah di Aceh Utara, dan jauh lebih tinggi dari Provinsi Aceh. Tahun 2007, tercatat angka lama sekolah di Aceh Utara 9,10 tahun dan Provinsi Aceh 8,50 tahun. Angka tersebut telah meningkat pada tahun 2009 menjadi 9,12 tahun dan hingga mencapai 9,15 tahun pada akhir tahun 2010, atau telah mencapai wajib pendidikan dasar 9 tahun, sementara rata-rata lama sekolah di Aceh masih 8,81 tahun pada tahun Sumber : BPS Aceh Gambar 2.13 Angka rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Aceh Utara dan Aceh, Tahun Tahun Halaman 36

30 c. Angka Partisipasi Kasar (APK) Salah satu indikator ketersediaan akses layanan pendidikan ditunjukkan dengan capaian Angka Partisipasi Kasar (APK). Kondisi APK di Kabupaten Aceh Utara terus menggambarkan trend yang positif dari tahun ke tahun sejak 2007 hingga Jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah bahkan capaian APK telah melampaui angka 100 persen tahun 2007, 2008 dan tahun Hal ini terjadi karena jumlah anak yang bersekolah di tingkat SD/MI melebihi jumlah penduduk usia 6-12 tahun terutama di kecamatan perbatasan dengan kabupaten lain. Sementara tingkat partisipasi jenjang SMP/MTs masih berada dibawah angka 100 persen meskipun terus menunjukkan peningkatan sejak tahun 2007 s.d tahun 2011 rata-rata sebesar 3-5 persen. Untuk jenjang pendidikan menengah yaitu SMA/SMK dan MA posisinya masih berada dibawah capaian SMP/MTs, sepanjang tahun bila dirata-ratakan dari ketiga jenjang pendidikan, maka tingkat Angka Partisipasi Kasar (APK) tertinggi adalah tahun 2011 yaitu 90,17 persen dan Angka Partisipasi Kasar (APK) terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar 78,40, hal ini disebabkan karena belum setiap kecamatan memiliki minimal 1 (satu) sekolah menengah sejak tahun Akan tetapi upaya terus dilakukan dengan pendekatan sosialisasi dan pengadaan unit sekolah baru dikecamatan-kecamatan yang belum memiliki sekolah sehingga dapat menaikkan Angka Partisipasi Kasar (APK). Tabel 2.11 Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Aceh Utara dan Aceh, Tahun JENJANG TAHUN PENDIDIKAN SD/MI 109,92 100,17 97,87 97,67 110,72 SMP/MTs 85,92 77,45 84,87 81,44 89,88 SMA/SMK/MA 57,58 57,73 60,87 61,93 69,90 d. Angka Pendidikan yang Ditamatkan Trend angka siswa menamatkan sekolah pada setiap jenjang pendidikan menunjukkan perkembangan yang terus meningkat dalam 5 (lima) tahun terakhir sejak 2009 s.d 2013, yaitu dari orang menjadi 25,995 orang atau mencapai 30,1 persen, pada tabel berikut menunjukkan jumlah siswa yang menamatkan pendidikan pada setiap jenjang sekolah sejak tahun 2008 hingga Bila dilihat perbandingan siswa laki-laki dan perempuan maka dapat disimpulkan bahwa lebih besar siswa perempuan yang menamatkan sekolah pada masing-masing jenjang pendidikan mulai dari SD/MI, SMP/MTs hingga SMA/SMK dan MA. Meningkatnya angka siswa yang menamatkan sekolah pada setiap jenjang pendidikan dipengaruhi beberapa faktor antara lain adanya Tahun Halaman 37

31 upaya-upaya yang dilakukan untuk membantu siswa seperti remedial teaching, try out Ujian Nasional dan pengadaan buku-buku paket untuk memenuhi kebutuhan siswa. Tabel 2.12 Angka Pendidikan yang Ditamatkan Kabupaten Aceh Utara Tahun Jenis Jenjang Tahun Kelamin Pendidikan LK SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA Pr SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA e. Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) cenderung lebih baik dan mengalami peningkatan pada tingkat pendidikan SD/MI. Tercatat APM SD/MI tahun 2007 sebesar 89,84 persen dan tahun 2011 telah meningkat hingga menjadi 93,95 persen.sementara APM SMP/MTs dan SLTA/MA masih berada dibawah 100 persen, meskipun tren menunjukkan peningkatan hingga pada akhir tahun Pada tahun 2011 tercatat APM SLTP sebesar 66,85 persen dan APM SLTA sebesar 51,14 persen. Rendahnya APM pada jenjang pendidikan SLTP dan SLTA dapat dimaknai pula masih banyak anak usia sekolah yang tidak melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan SLTP dan SLTA. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara terus berupaya keras untuk meningkatkan akses pendidikan dan memberikan perhatian khusus untuk anak usia sekolah dari keluarga miskin, di samping juga menggugah kesadaran masyarakat turut berperan signifikan dalam mendorong percepatan pembangunan pendidikan di Aceh Utara. Tabel 2.13 Angka Partisipasi Murni Kabupaten Aceh Utara dan Aceh, Tahun JENJANG TAHUN PENDIDIKAN SD/MI 89,84 85,08 82,13 82,06 93,95 SMP/MTs 64,96 59,25 63,79 59,27 66,85 SMA/SMK/MA 38,96 38,93 47,47 44,73 51,14 (Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab. Aceh Utara) Tahun Halaman 38

32 Kesehatan a. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Meskipun angka harapan hidup masyarakat bergerak naik secara signifikan, namun Angka Kematian Ibu (AKI) masih cenderung lebih tinggi di Aceh Utara. Pada tahun 2007 AKI Kabupaten Aceh Utara yaitu 137 per kelahiran hidup (KH). Dari tahun 2007 sampai dengan 2011, AKI tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang mencapai 203 per KH. Pada tahun 2010, AKI di Aceh Utara sebanyak 140 per KH. Sedangka tahun 2011 AKI Kabupaten Aceh Utara turun menjadi 151 per KH. Namun Angka tersebut tergolong tinggi dan belum mencapai target MDGs (102 per kelahiran hidup) hingga tahun Masih tingginya AKI di Kabupaten Aceh Utara disebabkan perdarahan, pre eklamsi, hamil dengan penyakit kronis lain. Upaya tindak lanjut untuk menurunkan angka kematian ibu dengan cara meningkatkan pelayanan antenatal Care, pertolongan persalinan dan perawatan nifas. 250 AKI Per KH Kematian Ibu Tahun Gambar 2.14 Angka Kematian Ibu Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber : BPS Aceh) Angka Kematian Bayi (AKB) juga masih memerlukan perhatian yang serius dari Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Pada tahun 2007 AKB Kabupaten Aceh Utara sebesar 7,3 per 1000 kelahiran, mengalami penurunan pada tahun 2008 sebesar 4,3 per 1000 kelahiran. Namun pada tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan yaitu 8,7 dan 8,2 per 1000 kelahiran. Tahun 2011 AKB mengalami penurunan yaitu 5,9 per 1000 kelahiran atau sudah mencapai target MDGs (23 kematian setiap kelahiran), kondisi tersebut bukan tidak mungkin AKB akan meningkat pada tahun-tahun mendatang. Kematian bayi di Tahun Halaman 39

33 Kabupaten Aceh Utara disebabkan berat bayi lahir rendah (BBLR), apeksia, kelainan bawaan, infeksi, pnemonia. 10 Kematian Bayi AKB Per KH Kematian Bayi Gambar 2.15 Angka Kematian Bayi Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber : BPS Aceh) Upaya pencegahan sangat dibutuhkan untuk menurunkan angka kematian bayi dan ibu. Upaya yang ditempuh guna percepatan penurunan jumlah kematian bayi yaitu melalui peningkatan cakupan Imunisasi, peningkatan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan penempatan bidan desa. Upaya lain yang masih perlu ditingkatkan termasuk memperkuat sistem surveilans kesehatan ibu, bayi dan balita. Peningkatan keterampilan bidan sebagai pemberi asuhan kepada ibu, bayi dan keluarga perlu didukung dengan perbaikan sistem dan strategi pelatihan yang komprehensif. Upaya memberdayakan masyarakat melalui promosi desa siaga perlu didukung oleh tenaga kesehatan yang mampu memberikan motivasi, menggerakkan masyarakat untuk siap antar jaga ibu hamil dan melahirkan, sehingga kasus kematian pada kehamilan, persalinan dan nifas dapat ditekan dan pada akhirnya berdampak pada penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Kabupaten Aceh Utara. Perbaikan sistem rujukan dan pelayanan rumah sakit yang mempunyai standar keterjaminan, pelayanan yang cepat dan terukur. Kebijakan lanjutan dan inovasi-inovasi di sektor kesehatan guna meningkatkan derajat hidup kesehatan ibu dan balita, tetap sangat dibutuhkan. Disamping mempertahankan kebijakan Askeskin atau Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang telah gulirkan selama ini, kebijakan kesehatan lainnya yang pro-miskin patut juga diupayakan dilaksanakan secara berkelanjutan, seperti peningkatan bantuan makanan bergizi bagi bayi/balita, pelayanan gratis dan cepat bagi ibu hamil/ibu melahirkan, jaminan persalinan, dan lainnya. Tahun Halaman 40

34 b. Angka Harapan Hidup Perkembangan usia harapan hidup Kabupaten Aceh Utara dari tahun 2007 sampai dengan 2011 menunjukkan kondisi positif terhadap peningkatan angka usia harapan hidup, meskipun belum mencapai angka ideal. Tahun 2007, angka harapan hidup masyarakat Aceh Utara sebesar 69,41 tahun, lebih tinggi dari Provinsi Aceh yang mencapai 68,40 tahun. Selanjutnya, angka tersebut meningkat menjadi 69,52 tahun pada tahun 2008 (Aceh 68,50 tahun). Memasuki tahun 2010, angka harapan hidup masyarakat Aceh Utara terus bergerak naik menjadi 69,74 tahun, dari sebelumnya 69,63 tahun (tahun 2009). Bahkan juga cenderung lebih tinggi dari Aceh yang masih 68,70 tahun (kondisi tahun 2010). Angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011 yaitu 69,80 tahun, angka ini lebih tinggi dari provinsi Aceh yaitu 68,80 tahun. Peningkatan umur harapan hidup Kabupaten Aceh Utara disebabkan meningkatnya ekonomi masyarakat, peningkatan pengetahuan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan turunnya angka kematian anak ,5 UMUR 69 68, ,5 Aceh Utara , , , , ,8 Aceh 68,4 68,5 68,6 68,7 68,8 Gambar 2.16 Tren Angka Harapan Hidup Kabupaten Aceh Utara dan Aceh, Tahun ( Sumber : BPS Aceh) c. Persentase Balita Gizi Buruk Upaya perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan melalui peningkatan promosi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), pemantauan status gizi balita, pemberian makanan tambahan balita gizi kurang dan buruk, pemberian makanan tambahan ibu hamil kurang energi kronis serta perawatan balita gizi buruk. Berdasarkan data pemantauan status gizi Kabupaten Aceh Utara dari tahun 2008 sampai Tahun Halaman 41

35 dengan 2011, jumlah Balita gizi buruk menurun dari 486 orang pada tahun 2008 menjadi 266 orang pada tahun Demikian juga dengan balita gizi kurang juga cenderung menurun dari 836 orang pada tahun 2008 menjadi 322 orang pada tahun Penurunan ini disebabkan peningkatan promosi kesehatan, pemantauan status gizi, pemberian makanan tambahan dan perawatan balita gizi buruk. Masih ditemukan Balita BGM dan Gizi buruk sangat berhubungan dengan pengetahuan, sosial ekonomi dan perilaku ibu sejuak awal kehamilan dan mnenyusui. Masih rendahnya pemberian ASI selama 6 bulan tanpa pemberian makanan pendamping atau tambahan ( ASI Ekslusif) menunjukkan masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Jumlah Balita Gizi Buruk Balita Gizi Kurang Tahun Gambar 2.17 Jumlah Balita Gizi Buruk Dan Kurang Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara 2011) Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik. Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional. Secara perlahan kekurangan gizi akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta rendahnya umur harapan hidup. Selain itu, dampak kekurangan gizi terlihat juga pada rendahnya partisipasi sekolah, rendahnya pendidikan, serta lambatnya pertumbuhan ekonomi. d. Persentase Balita Pendek dan Kurus Kejadian Balita pendek di Kabupaten Aceh Utara dari tahun 2009 sampai dengan 2011 mengalami peningkatan dari 20,9% pada tahun 2008 menjadi 40,7% pada tahun Demikian juga dengan kejadian balita kurus juga mengalami peningkatan dari 9,7% pada tahun 2008 menjadi 14,9 pada tahun Tahun Halaman 42

36 2011. Peningkatan ini disebabkan peningkatan pemantauan status gizi oleh petugas kesehatan. Penyebab banyaknya balita pendek dan kurus yaitu gangguan konsumsi makanan yang menyebabkan keterlambatan pertumbuhan, kurangnya konsumsi zat gizi tertentu misalnya yodium dan zing. Penyakit infeksi dan Kurangnya kebutuhan nutrisi pada saat kehamilan. Balita Pendek dan Kurus 50 40,2 40,7 40 Persentase ,9 9,7 13,3 14,9 Balita Pendek Balita kurus Tahun Gambar 2.18 Jumlah Balita Pendek Dan Kurus Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara 2011 ) Ketenagakerjaan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara masih menghadapi tantangan yang di bidang ketenagakerjaan, berupa terbatasnya lapangan kerja dan kualitas tenaga kerja yang relatif rendah. Sepanjang tahun , angkatan kerja di Aceh Utara telah meningkat mencapai tahunnya orang, atau naik rata-rata sebesar 7,1 persen setiap Tabel 2.14 Rasio Penduduk Kabupaten Aceh Utara yang Bekerja SelamaPeriode Tahun Rasio Penduduk yang Bekerja Karakteristik Angkatan kerja Penduduk yang bekerja Rasio Penduduk yang Bekerja 0,89 0,87 0,91 Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 : Angka Perkiraan Dari keseluruhan angkatan kerja pada tahun 2011, yang tidak terserap pada lapangan kerja atau tergolong sebagai pengangguran sebanyak orang atau mencapai 6,65 persen. Dibandingkan tahun 2009, terjadi penurunan pengangguran di Kabupaten Aceh Utara rata-rata 1,84 persen setiap tahunnya. Tahun Halaman 43

37 Fokus Seni, Pariwisata dan Olah Raga Kabupaten Aceh Utara yang berjuluk sebagai Bumi Samudera Pase memiliki beragam budaya yang khas dan unik serta sejarah Kerajaaan Samudera Pase yang pernah muncul pada abad ke-13 Masehi. Dari sejarah tersebut meninggalkan pula berbagai situs peninggalan/makam yang dapat menjadi objek wisata budaya yang dapat dikembangkan di Kabupaten Aceh Utara serta tempat-tempat lain yang dapat singgahi oleh wisatawan sebagaimana Tabel 2.10 berikut : Tabel 2.15 Objek wisata budaya yang dapat dikembangkan Kabupaten Aceh Utara No Objek Wisata Budaya Kecamatan 1 Pantai Dakuta Muara Batu 2 Pemandian Krueng Sawang Sawang 3 Pantai Pusong Dewantara 4 Air Terjun Blang Kulam Kuta Makmur 5 Air Terjun Seumiran/Lindek Nisam 6 Pusat Pelatihan Gajah Syantalira Bayu 7 Makam Raja Muhammad Syantalira Bayu 8 Makam Syuhada Cot Plieng Syantalira Bayu 9 Tugu Syuhada Cot Plieng Syantalira Bayu 10 Pantai Meuraksa Syantalira Bayu 11 Makam Sultan Malikussaleh dan Malikul Dhahir Samudera 12 Makam Tgk 44 Samudera 13 Makam Naina Hisanuddin Samudera 14 Makam Tgk. Syarif Samudera 15 Makam Sulthanah Nasrisyah Samudera 16 Makam Sidi Abdullah Tajujnilah Samudera 17 Makam Tgk Saleh Salihin Budaya Samudera 18 Makam Tgk Bate Balee Samudera 19 Makam Said Syarief Samudera 20 Makam Maulana Abdurrahman Alfasi Samudera 21 Makam Perdanan Mentri M. Yacob Samudera 22 Pantai Sawang Samudera 23 Makam Ratu Al Ala Binti Malikul Dhahir Matangkuli 24 Rumah Adat Cut Meutia Matangkuli 25 Makam Cut Meutia Matangkuli 26 Pantai Ulee Rubek Seunuddon Dalam bidang seni, Kabupaten Aceh Utara memiliki 101 sanggar (group) kesenian pada tahun 2011 yang tersebar di 27 kecamatan. Sanggar-sanggar ini merupakan kelompok pelestari khasanah budaya dengan berbagai jenis kesenian. Untuk tarian, misalnya, seperti debus, seudati, saman, ranup lampuan, pemulia jamee, Tahun Halaman 44

38 marhaban, rapai geleng, didong, prang sabilillah, dalael khairat, nadham, meurkon, dhike lingiek, Nasyid, drama bahasa aceh, nariet, poh kipah, pantoen, drumband, seni pahat dan ukir, melukis Disamping itu, terdapat pula sastra (pantun, syair, hikayat) dan seni lukis (kaligrafi). Beragam situs peninggalan/makam dan seni budaya tersebut merupakan aset sejarah dan kebudayaan Kabupaten Aceh Utara yang bernilai sangat tinggi dalam mendukung dan mendorong ketahanan budaya daerah. Selama pelaksanaan RPJM , Pemerintah Kabupaten Aceh Utara telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk melestarikan cagar budaya peninggalan sejarah dan pengembangan keragaman budaya. Program pembangunan yang sudah dilaksanakan mencakup Program Pengelolaan Kekayaan Budaya dan Program Pengelolaan Keragaman Budaya. Dari program pembangunan tersebut, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan mencakup : Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata; Pengelolaan, Pengembangan Pelestarian Sejarah Purbakala dan Museum; Zoning Area Eskavasi Penyelamatan Benda Cagar Budaya; Pemugaran Benda-benda Arkeologi, Benda Cagar Budaya Peninggalan Sejarah; Festival Seni Tradisional; dan Peningkatan Pengembangan Objek Wisata Unggulan. Merujuk pada kekhususan Aceh, ke depan peran kelembagaan adat patut diintensifkan. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara perlu mengoptimalkan kembali lembaga-lembaga adat guna memantapkan pelestarian nilai adat dalam kehidupan masyarakat. Lembaga-lembaga adat yang sudah diakui masyarakat selama ini, seperti Majelis Adat Aceh (MAA), imeum mukim, imeum chik, keuchik, tuha peut, tuha lapan, imeum meunasah, keujruen blang, panglima laot, pawang glee, peutua seuneubok, haria peukan, dan syahbanda. Lembaga-lembaga adat ini perlu diberdayakan serta ditingkatkan peran dan fungsinya sehingga mampu berkiprah dan menunjukkan eksistensinya didalam pelestarian nilai adat dan ketahanan budaya daerah serta berperan secara aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan pembangunan daerah. Sementara itu aspek keolahragaan juga tidak luput dari perhatian Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalan upaya pembinaan dan peningkatan prestasi atlet melalui program kegiatan pembinaan dan pemasyarakatan olahraga. Hal ini terlihat dari cabangcabang pembinaan yang telah dilakukan selama ini seperti Sepak bola, futsal, volly ball, badminton, tenis meja, tenis, renang, dayung, tinju, panjat tebing, atletik, sepeda, anggar dan lainnnya yang dibina dibawah pembinaan KONI Kabupaten Aceh Utara. Selain itu Tahun Halaman 45

39 juga peningkatan prasarana olahraga juga merupakan dilakukan melalui program kegiatan peningkatan sarana dan prasarana olahraga seperti sarana prasaranan di Kecamatan Lhoksukon terdiri dari fasilitas olahraga indoor dan out door, lapangan sepak bola (stadion) di Kecamatan Baktya serta kecamatan-kecamatan lainnya Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Beberapa urusan wajib pemerintahan seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, ketenaga kerjaan, kependudukan dan catatan sipil, koperasi dan usaha menengah kecil dan lainnya merupakan pelayanan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Pendidikan a. Sarana dan Prasarana Pendidikan Umum Pendidikan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas manusia, bahkan kinerja pendidikan digunakan sebagai salah satu variabel dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pendidikan termasuk prioritas pembangunan yang harus dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara sebagaimana termaktub dalam RPJM Kabupaten Aceh Utara Tahun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara terus berupaya meningkatkan akses dan pemerataan layanan pendidikan berkualitas. Kurun waktu , alokasi dana untuk pembangunan gedung SLTP cukup dominan, yaitu mencapai Rp.155,37 milyar. Demikian pula untuk peralatan sekolah dan buku mendapat alokasi dana yang cukup memadai. Total dana yang dialokasikan untuk peralatan sekolah mencapai Rp.29,92 milyar dan buku mencapai Rp.29,37 milyar, selama tahun Pembangunan unit sekolah baru pada jenjang pendidikan SD/MI dan SLTA juga menjadi prioritas Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Selama tahun , tercatat dana yang dialokasikan untuk pembangunan gedung SD/MI mencapai Rp.9,94 milyar dan gedung SLTA mencapai Rp.2,81 milyar. Diharapkan dengan alokasi dana Tahun Halaman 46

40 tersebut kualitas layanan pendidikan di Kabupaten Aceh Utara di masa mendatang terus meningkat dan berdampak positif terhadap peningkatan kualitas SDM di Aceh Utara. Gambar 2.19 Alokasi Dana untuk Pembangunan Gedung SD/MI, SLTP, SLTA, Peralatan Sekolah dan Buku di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kab. Aceh Utara) Dari alokasi dana tersebut, telah dihasilkan prasarana gedung SD/MI sebanyak 107 unit, SLTP sebanyak 48 unit, dan SLTA sebanyak 12 unit (kondisi tahun ). Untuk SD/MI, tercatat tahun 2007 paling banyak pembangunan gedung SD/MI, yaitu 39 unit. Lebih lanjut, sebanyak 1 unit tahun 2008, 2 unit tahun 2009, dan meningkat drastis menjadi 32 unit tahun 2010 dan 32 unit tahun Pembangunan gedung SLTP meningkat drastis menjadi 20 unit tahun 2011, dari sebelumnya tahun 2007 yang hanya dibangun 7 unit. Sedangkan pembangunan gedung SLTA cukup menonjol pada tahun 2007 yang berjumlah 10 unit, sementara tahun turun drastis menjadi 1 unit. Gambar 2.20 Jumlah Pembangunan Gedung SD/MI, SLTP, SLTA dan Regrouping di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kab. Aceh Utara) Tahun Halaman 47

41 Perkembangan prasarana pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Aceh Utara cenderung meningkat signifikan selama tahun Prasarana SD paling banyak dibanding lainnya. Jika tahun 2007 sebanyak 346 unit (termasuk SD Swasta) maka akhir tahun 2010 berjumlah 397 unit, atau meningkat rata-rata hampir 4,68 persen setiap tahunnya. Prasarana SMP juga telah bertambah rata-rata 8,51 persen, dari sekitar 72 unit tahun 2007, naik menjadi 92 unit tahun Prasarana SMA/SMK telah mencapai 56 unit tahun 2010, dari 42 unit tahun 2007, atau meningkat rata-rata 10,06 persen/tahun. Sekolah Taman Kanak-kanak (TK), juga telah bertambah rata-rata hampir 11,58 persen/tahun. Tahun 2007 tercatat TK di Kabupaten Aceh Utara sebanyak 95 unit, meningkat drastis menjadi 132 unit tahun b. Sarana dan Prasarana Pendidikan Agama Prasarana pendidikan agama di Kabupaten Aceh Utara juga cenderung meningkat sepanjang tahun Meskipun secara kuantitas masih jauh lebih rendah dari pendidikan umum, namun minat peserta didik untuk mengecap pendidikan agama cukup menggembirakan. Hngga akhir tahun 2010, prasarana Madrasah Ibtidaiyah (MI) berjumlah 44 unit, Madrasah Tsanawiyah (MTs) berjumlah 46 unit, dan Madrasah Alawiyah (MA) berjumlah 22 unit. Sebelumnya tahun 2007, tercatat MI sebanyak 39 unit, MTs 41 unit, dan MA 19 unit. Gambar 2.21 Tren Prasarana Pendidikan di Kabupaten Aceh Utara, Tahun (unit) (Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kab. Aceh Utara BPS Kab. Aceh Utara) Tahun Halaman 48

42 c. Jumlah Murid Menurut Jenjang Pendidikan Sejalan dengan peningkatan prasarana pendidikan, hampir semua jenjang pendidikan menunjukkan peningkatan peserta didik (murid). Murid TK, misalnya, dari orang pada tahun 2007 meningkat menjadi orang tahun Murid yang mengecap pendidikan di SMP juga bertambah signifikan hingga mencapai orang tahun 2010, dari sebanyak orang tahun Kondisi serupa juga terjadi pada tingkat pendidikan SMA. Tercatat murid yang melanjutkan pendidikan di SMA yang tersebar di 27 kecamatan di Aceh Utara mencapai orang tahun Sebelumnya tahun 2007 hanya sebanyak orang. Sepanjang tahun , setiap tahunnya rata-rata murid TK bertambah hampir 4,04 persen, murid SMP sebanyak 1,39 persen, dan murid SMA sebanyak 2,96 persen. Sebaliknya, murid yang mengecap pendidikan SD terlihat fluktuatif, tahun 2007 sebanyak orang meningkat drastis menjadi orang tahun Akhir tahun 2010, jumlah murid SD di Kabupaten Aceh Utara tidak lebih dari orang, cenderung menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Gambar 2.22 Tren Murid Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Aceh Utara, Tahun (Orang) (Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kab. Aceh Utara BPS Kab. Aceh Utara) Tahun Halaman 49

43 d. Rasio Guru/Murid Untuk meningkatkan kualitas murid, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara telah berupaya meningkatkan tenaga pendidik (guru). Kurun waktu , guru berstatus tetap TK rata-rata meningkat hampir 35,72 persen, guru SD sebanyak 13,82 persen, guru SMP sebanyak 20,72 persen, dan guru SMA sebanyak 14,47 persen. Gambar Kondisi Guru berdasarkan Status menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Aceh Utara, Tahun (Orang) (Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kab. Aceh Utara BPS Kab. Aceh Utara) Lebih lanjut, dari total guru (TK, SD, SMP, dan SMA) yang mengabdi di Kabupaten Aceh Utara, hampir 51,22 persen merupakan guru berstatus tidak tetap/non- PNS. Komposisi guru tidak tetap/non-pns tersebut, meliputi TK sebanyak 93,28 persen, SD sebanyak 48,58 persen, SMP sebanyak 45,16 persen, dan SMA sebanyak 51,52 persen (kondisi tahun 2010). e. Rasio Murid perkelas rata-rata Rata-rata murid per sekolah, kelas, dan guru pada semua jenjang pendidikan cukup memadai di Kabupaten Aceh Utara. Tahun 2010, rata-rata murid SD dan SMA per guru paling banyak, yaitu 12 orang, atau rasio 12 : 1 (1 guru melayani 12 murid) Demikian pula dengan daya tampung kelas, paling banyak ditemui pada SMA dengan rata-rata per kelas hampir 35 orang. Angka rasio tersebut cenderung menurun dibanding tahun 2007 yang mencapai hampir 40 murid per kelas. Rata-rata murid per sekolah Tahun Halaman 50

44 tertinggi juga ditemui di SMA, tercatat tahun 2007 mencapai 471 murid dan turun menjadi 412 murid per sekolah tahun Gambar 2.24 Rata-rata murid per sekolah, kelas, dan Guru menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Orang) (Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kab. Aceh Utara BPS Kab. Aceh Utara) f. Angka Partisipasi Sekolah Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Aceh Utara cenderung membaik pada usia 7-12 tahun. Lebih lanjut, pada kelompok umur yang lebih tinggi, terutama usia tahun masih rendah APS. Kondisi tersebut terjadi pada laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan khusus dari Pemerintah Aceh Utara untuk meningkatkan APS laki-laki dan perempuan, khususnya kelompok usia tahun. Gambar 2.25 Perkembangan APS Kabupaten Aceh Utara Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 (Persen) (Sumber : BPS Aceh) Tahun Halaman 51

45 Dibanding dengan Provinsi Aceh, APS Kabupaten Aceh Utara cenderung lebih tinggi pada kelompok usia 7-12 tahun dan tahun. Sementara APS kelompok usia tahun masih dibawah dari Provinsi Aceh. Data terakhir (2010) tercatat APS Kabupaten Aceh Utara usia 7-12 tahun mencapai 99,29 persen (Aceh 99,19 persen) dan usia tahun sebanyak 79,12 persen (Aceh 73,53 persen). APS usia tahun di Kabupaten Aceh Utara sebanyak 92,94 persen, jauh lebih rendah dari Aceh yang sudah mencapai 94,99 persen. Gambar APS Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Tahun 2010 (Persen) (Sumber : BPS Aceh) g. Angka Putus Sekolah Tahun 2008 merupakan tertinggi angka putus sekolah di Kabupaten Aceh Utara sepanjang tahun Jumlah anak usia sekolah putus sekolah pada semua jenjang pendidikan mencapai 527 orang tahun 2008, naik drastis hampir 50,53 persen dari tahun 2007 yang sebanyak 375 orang. Kendati demikian, akhir tahun 2010 angka putus sekolah di Kabupaten Aceh Utara telah berkurang menjadi 193 orang, atau turun ratarata hampir 28,45 persen sepanjang tahun Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kab. Aceh Utara Gambar Angka Putus Sekolah di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Orang) Tahun Halaman 52

46 h. Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara masih dihadapkan tantangan yang cukup besar untuk mewujudkan kualitas sumberdaya manusia. Tantangan itu berupa tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah. Data terakhir 2010 mengungkapkan hampir 31,65 persen penduduk berumur 10 tahun keatas di Aceh Utara berpendidikan tamat SD/sederajat. Angka tersebut meningkat signifikan dibanding tahun 2008 yang sebanyak 27,47 persen. Keadaan ini mesti dikhawatirkan mengingat penduduk usia tersebut nantinya menjadi bagian dari angkatan kerja. Penduduk yang tidak/belum tamat SD juga terlihat cukup menonjol, meskipun terjadinya penurunan dibanding tahun Tahun 2010, tercatat penduduk yang tidak/belum tamat SD 25,84 persen, sementara tahun 2008 sebanyak 31,60 persen. Disisi lain, terjadi peningkatan persentase penduduk yang telah menamatkan pendidikan Diploma I-III/sarjana muda selama , namun belum mampu mengimbangi komposisi penduduk yang cukup memadai berpendidikan tamatan SLTP dan SLTA. Gambar Tingkat Pendidikan Penduduk Berumur 10 tahun ke atas di Kabupaten Aceh Utara, Tahun (Persen) (Sumber : BPS Aceh) Kondisi tingkat pendidikan penduduk berumur 10 tahun keatas di Kabupaten Aceh Utara tidak jauh berbeda dengan masyarakat Aceh pada umumnya. Meski Tahun Halaman 53

47 demikian, kondisi tersebut terlihat masih lebih buruk di Kabupaten Aceh Utara ketimbang Provinsi Aceh. Tahun 2010, tercatat penduduk tamatan SD/sederajat di Aceh sebanyak 26,18 persen, sementara Aceh Utara sudah mencapai 31,65 persen. Demikian pula dengan penduduk tidak/belum tamat SD di Aceh Utara sebanyak 25,84 persen (Aceh 21,68 persen), tamatan SLTP/sederajat sebanyak 19,62 persen (Aceh 21,11 persen), tamatan SLTA/sederajat sebanyak 18,45 persen (Aceh 23,10 persen), Diploma I-III/sarjana muda sebanyak 2,50 persen (Aceh 3,40 persen), Diploma IV/S1 sebanyak 1,91 persen (Aceh 4,29 persen), dan S2/S3 sebanyak 0,03 persen (Aceh 0,23 persen). Gambar Tingkat Pendidikan Penduduk Berumur 10 tahun ke atas di Kabupaten Aceh Utara dan Aceh, Tahun 2010 (Persen) (Sumber : BPS Aceh) Kesehatan a. Sarana dan Prasarana Kesehatan Derajat kesehatan masyarakat yang tinggi salah satu tujuan yang ingin diwujudkan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalam implementasi pembangunan kesehatan. Indikator utama kesehatan yaitu umur harapan hidup, angka kematian ibu dan bayi serta status gizi. Pemerintah Aceh Utara terus berupaya untuk memperbaiki pelayanan kesehatan melalui peningkatan prasarana kesehatan dan pemerataan tenaga kesehatan/tenaga medis. Puskesmas, misalnya, telah meningkat menjadi 30 unit tahun 2011, dari 25 unit tahun Pukesmas keliling juga bertambah menjadi 54 unit tahun 2011 dari 34 unit Tahun Halaman 54

48 tahun Peningkatan sangat drastis terjadi pada posyandu, dari sebelumnya sebanyak 842 unit pada tahun 2007 menjadi hampir 931 unit pada tahun RSUD Sarana Kesehatan Pustu Puskesmas Pusling Posyandu Jumlah Gambar Kondisi Srana Kesehatan di Kabupaten Aceh Utara, Tahun (Sumber : BPS Aceh Utara) b. Jumlah Tenaga Kesehatan Secara umum, jumlah tenaga kesehatan meningkat secara signifikan sejak tahun Tenaga medis, misalnya, dari 52 orang menjadi 96 orang di tahun 2011, tenaga farmasi dari 38 orang menjadi 58 orang, gizi meningkat dari 19 menjadi 29 orang dan kesehatan masyarakat meningkat dari 66 menjadi 132 orang. Disisi lain, tenaga perawat dari 622 orang menjadi 749 orang, tenaga bidan dari 643 orang menjadi 1033, tenaga sanitasi dari 38 orang menjadi 52 orang. Penurunan beberapa tenaga kesehatan tertentu pada tahun lalu disebabkan tenaga kesehatan melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi terutama pendidikan kesehatan masyarakat. Agar perbandingan tenaga kesehatan tetap terjaga perlu kebijakan melanjutkan pendidikan sesuai profesi atau fungsional. Tenaga Kesehatan Kesmas Sanitasi Gizi Farmasi Bidan Perawat Medis Jumlah Gambar Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun (orang) (Sumber : BPS Aceh Utara, (diolah) Tahun Halaman 55

49 c. Rasio Tenaga Kesehatan/ penduduk Secara keseluruhan, perawat/bidan sudah tersedia cukup memadai dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten Aceh Utara. Perawat/bidan telah tersedia hampir 280 orang dalam melayani penduduk di Kabupaten Aceh Utara, sementara standar Nasional 100 bidan dan 117,5 perawat. Ini berarti bahwa 1 orang bidan/perawat di Aceh Utara mampu memberikan pelayanan kesehatan paling kurang 357 orang. Tenaga Kesehatan Jenis Tenaga Kesehatan Kesmas Sanitasi Gizi Farmasi Bidan Perawat Medis 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 Tenaga Per Penduduk Gambar Rasio Tenaga Kesehatan Per Penduduk di Kabupaten Aceh Utara Tahun (orang) (Sumber : BPS Aceh Utara, (diolah)) Tenaga farmasi dan kesehatan masyarakat rasionya masing-masing mencapai 11 orang dan 12 orang dalam setiap penduduk. Disisi lain, tenaga medis (dokter) masih belum memadai, rata-rata dalam melayani penduduk hanya 17 orang, meskipun telah meningkat dari 10 orang tahun Sementara standar pemerintah sebanyak 40 dokter dalam melayani penduduk. d. Kualitas Pelayanan Kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas/pustu di Aceh Utara harus pula terus ditingkatkan. Data terakhir (2010) menyiratkan penduduk yang berobat di tempat tersebut tidak lebih dari 33,06 persen, lebih rendah dari Provinsi Aceh yang sudah mencapai 40,77 persen. Angka tersebut juga turun drastis dibanding tahun Tercatat penduduk yang berobat di puskesmas/pustu di Aceh Utara sebanyak 55,6 persen tahun Terdapat kecenderungan praktek tenaga kesehatan menjadi pilihan yang menarik bagi masyarakat untuk berobat. Tahun 2008, angkanya masih sebanyak 21,96 persen, dan meningkat menjadi hampir 34,02 persen tahun Disisi Tahun Halaman 56

50 lain, rumah sakit masih terlihat kurang diminati masyarakat untuk berobat. Penduduk di Aceh Utara yang berobat di rumah sakit tidak lebih dari 11,56 persen tahun 2010, jauh lebih menurun dibanding tahun 2008 yang mencapai 17,83 persen. Memperhatikan kondisi tersebut diatas, perbaikan layanan kesehatan di rumah sakit dan puskesmas/pustu menjadi prioritas Pemerintah Aceh Utara di masa mendatang. Di samping itu, sosialisasi program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) bagi masyarakat juga dinilai sangat penting sehingga memudahkan masyarakat memanfaatkan layanan program tersebut berobat di rumah sakit dan puskesmas di Aceh Utara. Gambar 2.33 Persentase Penduduk berobat Menurut Tempat di Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Tahun (Sumber : BPS Aceh) Pemerataan prasarana dan sarana kesehatan mutlak dilakukan, karena semua masyarakat di wilayah Aceh Utara memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, seperti pembangunan prasarana dan sarana kesehatan, penyediaan obat-obatan yang memadai, dan ketersediaan tenaga medis berkualitas. Dalam pembangunan prasarana dan sarana kesehatan, sepatutnya memperhatikan keterkaitannya terhadap sarana dan prasarana dasar lingkungan serta wilayah (transportasi, air baku, listrik, telekomunikasi, persampahan, drainase dan limbah) atau sebaliknya perencanaan pembangunan sarana kesehatan memilki akses terhadap semua prasarana tersebut. Dengan demikian semua pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat utama (Rumah Sakit/Puskemas) dapat terjangkau dari wilayah/gampong terpencil sekalipun. Barangkali keinginan seperti ini dapat terlaksana tidak dalam jangka pendek atau menengah, tetapi lebih merupakan target jangka panjang. Peningkatan kesejahteraan tenaga kesehatan juga perlu ditingkatkan, mengingat atas setiap dedikasi pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada seseorang atau sekolompok masyarakat dalam bidang kesehatan, akan menentukan bagaimana sikap seseorang atau sekelompok masyarakat dalam memperhatikan kesehatannya. Layanan Tahun Halaman 57

51 kesehatan merupakan jasa yang bersifat sangat obyektif (berdasarkan hasil analisis/observasi) dan terkait langsung dengan masyarakat atau individu, sehingga kualitas pelayanan yang diberikan ditentukan oleh profesionalisme tenaga kesehatan. Dari sisi persalinan yang di bantu tenaga kesehatan, Kabupaten Aceh Utara hampir mencapai kemajuan yang sangat menggembirakan. Pada tahun 2010, hampir 84,13 persen persalinan ditolong tenaga kesehatan, terutama bidan. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari Aceh yang sebesar 75,16 persen serta hampir mencapai target pemerintah, yakni sebesar 90 persen. Ke depan, upaya persalinan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan dan dokter) agar terus ditingkatkan mengingat proses persalinan merupakan fase krusial bagi ibu yang melahirkan maupun bagi bayi itu sendiri. Gambar Persentase Balita berdasarkan pertolongan terakhir di Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Tahun (Sumber : BPS Aceh) Imunisasi sebagai salah satu usaha pencegahan penyakit bagi balita masih kurang penting disadari oleh masyarakat akan kegunaannya. Mengutip data 2010, prevalensi imunisasi di Kabupaten Aceh Utara masih jauh lebih rendah dari Provinsi Aceh. Tercatat bayi di Aceh Utara yang mendapat imunisasi BCG sebanyak 73,65 persen (Aceh 87,12 persen), prevalensi DPT 72,03 persen (Aceh 84,70 persen), Polio 76,22 persen (Aceh 87,67 persen), campak 66,90 persen (Aceh 74,25 persen), dan Hepatitis B 67,36 persen (Aceh 79,92 persen). Pemerintah telah menetapkan bahwa imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B merupakan imunisasi wajib bagi semua bayi. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi dan mencegah penyakit yang diderita bayi. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara harus terus mengupayakan peningkatan pelayanan imunisasi di Tahun Halaman 58

52 setiap gampong, baik yang dilaksanakan selama ini di puskesmas, pustu, maupun di tempat lainnya. Gambar Persentase Balita Mendapatkan Pelayanan Imunisasi di Kabupaten Aceh Utara, dan Aceh Tahun 2010 (Sumber : BPS Aceh) Kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas/pustu di Aceh Utara harus pula terus ditingkatkan. Data terakhir (2010) menyiratkan penduduk yang berobat di tempat tersebut tidak lebih dari 33,06 persen, lebih rendah dari Provinsi Aceh yang sudah mencapai 40,77 persen. Angka tersebut juga turun drastis dibanding tahun Tercatat penduduk yang berobat di puskesmas/pustu di Aceh Utara sebanyak 55,6 persen tahun Terdapat kecenderungan praktek tenaga kesehatan menjadi pilihan yang menarik bagi masyarakat untuk berobat. Tahun 2008, angkanya masih sebanyak 21,96 persen, dan meningkat menjadi hampir 34,02 persen tahun Disisi lain, rumah sakit masih terlihat kurang diminati masyarakat untuk berobat. Penduduk di Aceh Utara yang berobat di rumah sakit tidak lebih dari 11,56 persen tahun 2010, jauh lebih menurun dibanding tahun 2008 yang mencapai 17,83 persen. Memperhatikan kondisi tersebut diatas, perbaikan layanan kesehatan di rumah sakit dan puskesmas/pustu menjadi prioritas Pemerintah Aceh Utara di masa mendatang. Di samping itu, sosialisasi program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) bagi masyarakat juga dinilai sangat penting sehingga memudahkan masyarakat memanfaatkan layanan program tersebut berobat di rumah sakit dan puskesmas di Aceh Utara. Gambar Persentase Penduduk berobat Menurut Tempat di Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Tahun (Sumber : BPS Aceh) Tahun Halaman 59

53 Hampir 42,5 persen penduduk di Aceh Utara mengeluh kesehatan dalam satu tahun terakhir (kondisi tahun 2010). Angka tersebut dipandang lebih tinggi dari Provinsi Aceh yang sebanyak 35,09 persen. Jenis keluhan kesehatan yang menonjol adalah panas, batuk, dan pilek, yakni masing-masing sebanyak 42,24 persen, 41,94 persen, dan pilek 37,84 persen. Kondisi tersebut juga tidak jauh berbeda dengan Provinsi Aceh, meliputi keluhan panas hampir 46,18 persen, batuk sebanyak 47,28 persen, dan pilek sebanyak 45,05 persen. Gambar Persentase Penduduk yang mempunyai Keluhan Kesehatan di Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Tahun 2010 (Sumber : BPS Aceh) Penyuluhan dan bimbingan akan pentingnya perilaku hidup sehat dan pemeliharaan kesehatan lingkungan merupakan salah satu upaya intensif yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan kesehatan masyarakat. Bagaimana pun, keluhan kesehatan tersebut dapat mengakibatkan terhambatnya masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi. Implikasinya, jika terus berlanjut dapat mengurangi pendapatan masyarakat serta merosotnya perekonomian daerah. e. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan di sini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan Tahun Halaman 60

54 kesehatan, atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Persentase 86,00 84,00 82,00 80,00 78,00 76,00 74,00 72, Tahun Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksan kehamilan dan pelayanan kesehatan. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai yaitu minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1 12 minggu, minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan minggu, dan minimal 2 kali pada trimester III (K3 dan K4), usia kehamilan > 24 minggu. Pada gambar diatas dapat dilihat cakupan kunjungan ibu hamil K4 dari tahun 2009 sampai tahun 2011 semakin menunjukan peningkatan dari 76,46 % menjadi 83,15 %. Ini disebabkan semakin tingginya partisipasi masyarakat dalam memeriksa kesehatan ibu hamil dan semakin baiknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 belum mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) secara nasional yaitu sebesar 95%. Gambar Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 di Kabupaten Aceh Utara, Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara) Tahun Halaman 61

55 f. Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi yang Ditangani Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK). Cakupan Ibu Hamil dengan Kompilasi Kebidanan yang Ditangani 60,00 Persentase 40,00 20,00 0, Cakupan Ibu Hamil dengan Kompilasi Kebidanan yang Ditangani Tahun Gambar Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani di Kabupaten Aceh Utara, Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara) Pada gambar disamping dapat dilihat cakupan kunjungan ibu hamil K4 dari tahun 2008 sampai tahun 2011 semakin menunjukan peningkatan dari 15,14 % menjadi 57,23 %. Ini disebabkan semakin baiknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan dan semakin baiknya pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menangani permasalahan komplikasi kebidanan. Cakupan kompilasi kebidanan yang ditangani masih jauh dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 80%. Untuk mencapai SPM tersebut dibutuhkan pelayanan yang maksimal khususnya penanganan untuk kompilasi kebidanan. Tahun Halaman 62

56 g. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi kebidanan Sasaran Ibu Bersalin dan Ibu bersalin yang ditangani oleh tenaga kesehatan dapat dilihat pada Gambar berikut: Persentase 82,00 80,00 78,00 76,00 74,00 72,00 70,00 68,00 66, Tahun Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Gambar Jumlah Sasaran Ibu Bersalin dan Ibu Bersalin Yang Ditolong Tenaga Kesehatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Berdasarkan Gambar 2.17, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Pada tahun 2008 sebesar 71,92 % menjadi 81,26 % pada tahun Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan masih dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 90%.diperlukan usaha kerja yang maksimal sehingga cakupan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan lebih baik. Persalinan yang ditolong dukun dari tahun 2008 sampai 2012 juga terus mengalami penurunan. Tahun 2008 jumlah persalinan yang ditolong oleh dukun 16,03 % turun hingga Tahun 2011 menjadi 3,07%. Ke depan, upaya persalinan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan dan dokter) agar terus ditingkatkan mengingat proses persalinan merupakan fase krusial bagi ibu yang melahirkan maupun bagi bayi itu sendiri. Gambar Persentase Balita berdasarkan pertolongan terakhir di Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara; 2012) Tahun Halaman 63

57 h. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standar. Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan pasca persalinan. Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut, perineum, kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas 90,00 Persentase 85,00 80,00 75,00 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas 70, Tahun Gambar Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Pada gambar diatas dapat dilihat cakupan pelayanan ibu nifas dari tahun 2009 sampai tahun 2011 semakin menunjukan kecendrungan peningkatan dari 75,98 % menjadi 85,15 %. Ini disebabkan semakin tingginya partisipasi masyarakat dalam memeriksa kesehatan ibu hamil dan semakin baiknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Ini disebabkan semakin baiknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan dan semakin baiknya pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menangani permasalahan komplikasi kebidanan. Cakupan kompilasi kebidanan yang ditangani masih jauh dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 90%. Untuk mencapai SPM tersebut dibutuhkan pelayanan yang maksimal khususnya penanganan untuk kompilasi kebidanan. Tahun Halaman 64

58 i. Cakupan Neonatal dengan Komplikasi yang Ditangani Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah neonatus dengan komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan. Cakupan Neonatal dengan Komplikasi yang Ditangani 30,00 26,22 Persentase 20,00 10,00 0,00 1,20 3, Cakupan Neonatal dengan Komplikasi yang Ditangani Tahun Gambar Cakupan Neonatal dengan Komplikasi yang Ditangani di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Pada saat memberi pelayanan kesehatan pada neonatus, sekitar 15% diantara neonatus yang diperiksa dan ditemui tergolong dalam kasus resiko tinggi yang butuh pelayanan rujukan. Neonatal risti/ komplikasi yaitu bayi usia 0-28 hari dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian seperti asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan kurang dari gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. Pada gambar diatas dapat dilihat cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani dari tahun 2011 sampai tahun 2011 semakin menunjukan peningkatan dari 1,20 % menjadi 26,22 %. Ini disebabkan semakin baiknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan dan semakin baiknya pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menangani permasalahan komplikasi kebidanan. Cakupan kompilasi kebidanan yang ditangani masih jauh dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 80%. Untuk mencapai SPM tersebut dibutuhkan pelayanan yang maksimal khususnya penanganan untuk kompilasi kebidanan. j. Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, dan perawat yang memiliki Tahun Halaman 65

59 kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan Kunjungan Bayi 75,00 Persentase 70,00 65,00 60,00 55,00 50, Cakupan Kunjungan Bayi Tahun Gambar Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Cakupan kunjungan bayi dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan dari 58,70 % menjadi 70,33 %, ini disebabkan peningkatan kesadaran ibu untuk memeriksakan kesehatan bayinya, peningkatan kinerja bidan desa untuk melakukan kejar timbang, penyuluhan dan motivasi kepada ibu untuk memeriksakan bayinya secara rutin ke petugas atau pelayanan kesehatan, peningkatan monitoring dan evaluasi program. k. Cakupan Desa Universal Child Immunization Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Desa/Kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Cakupan Desa Universal Child Immmunization (UCI) di Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar Cakupan Desa UCI di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara) Tahun Halaman 66

60 Berdasarkan Gambar diatas, dapat dilihat bahwa cakupan desa UCI di Kabupaten Aceh Utara dari Tahun 2008 sampai 2012 terus mengalami peningkatan. Cakupan tertinggi pada tahun 2012 yaitu 77,3 %. Namun cakupan tersebut masih dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang diharapkan yaitu 100%. Program program inovatif sangat diharapkan, dalam rangka pencapaian standar pelayanan. Rendahnya cakupan UCI di Kabupaten Aceh Utara, salah satu penyebabnya dikarenakan pemahaman ibu-ibu yang keliru tentang imunisasi. Sebagian ibu-ibu bahkan masyarakat masih menganggap vaksin imunisasi haram. Peningkatan pemahaman masyarakat terutama para ibu tentang imunisasi dan perlunya imunisasi terhadap bayi sangat di butuhkan. l. Cakupan Pelayanan Anak Balita Cakupan pelayanan anak balita adalah anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan. Pemantauan pertumbuhan anak balita dilakukan setiap bulan atau minimal 8 kali dalam setahun yang tercatat di kohort anak balita dan pra sekolah, buku KIA/KMS atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya. Cakupan Pelayanan Anak Balita 28,00 Persentase 27,50 27,00 Cakupan Pelayanan Anak Balita 26, Tahun Gambar Cakupan Pelayanan Anak Balita di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Cakupan kunjungan anak balita dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami penurunan dari 27,99 % menjadi 27 %, ini disebabkan penurunan partisipasi dan kesadaran ibu untuk memeriksakan kesehatan balitanya. Perlu upaya peningkatan kinerja bidan desa untuk melakukan kejar timbang, penyuluhan dan motivasi kepada ibu untuk memeriksakan balitanya secara rutin ke petugas atau pelayanan kesehatan, peningkatan monitoring dan evaluasi program. Tahun Halaman 67

61 Cakupan kunjungan bayi masih dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 90%. Untuk mencapai SPM tersebut dibutuhkan pelayanan yang maksimal khususnya penanganan untuk kompilasi kebidanan. m. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 24 bulan keluarga miskin adalah pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 24 Bulan dari keluarga miskin selama 90 hari. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. Makanan pendamping ASI harus dikenalkan secara bertahap karena mekanisme menelan dan kemampuan mencerna bayi masih lemah. Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan jumlah dan mutu MP-ASI, selama ini telah dilakukan, diantaranya pemberian MP-ASI kepada bayi dan anak usia 6 24 bulan dari keluarga miskin. Secara umum terdapat dua jenis MP-ASI yaitu hasil pengolahan pabrik atau disebut dengan MP-ASI pabrikan dan yang diolah di rumah tangga atau disebut dengan MP-ASI lokal. 2,50 2,00 Persentase 1,50 1,00 0,50 Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan 0, Tahun Gambar Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan Tahun Halaman 68

62 dari 1,42 % menjadi 2,17 %, ini disebabkan peningkatan alokasi Anggaran untuk pengadaan makanan pendamping ASI. Program ini juga didukung dengan pemberian makanan tambahan pada saat kegiatan Posyandu. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin masih jauh dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 100 %. n. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Untuk menekan kematian bayi atau balita, dan menurunkan prevalensi gizi kurang dan buruk pemerintah menetapkan target bahwa semua balita gizi buruk dirawat. Penanganan dan pemulihan balita gizi buruk dapat dilakukan secara rawat inap dan rawat jalan. Dalam rangka menurunkan angka kematian Anak akibat gizi buruk, sangat diperlukan keterlibatan Pemerintah Daerah secara langsung, serta melibatkan partisipasi masyarakat terutama tokoh masyarakat, untuk mengelola penanganan anak gizi buruk baik, sehingga diharapkan semua kasus gizi buruk dapat ditangani dengan baik. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0, Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Gambar Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa penanganan balita gizi buruk telah dilakukan 100%. Penanganan ini melibatkan Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Cut Mutia. Tahun Halaman 69

63 o. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah cakupan siswa SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Masalah kesehatan anak usia sekolah semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun. Beberapa masalah yang sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan, dan masalah gizi. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 1,50 1,00 0,50 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 0, Gambar Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat di Kabupaten Aceh Utara dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan dari 0,49 % menjadi 1,37 %, ini disebabkan peningkatan alokasi Anggaran untuk program tersebut dan didukung adanya tambahan dana kegiatan luar gedung dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat di Kabupaten Aceh Utara masih jauh dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 100 %. p. Cakupan Peserta KB Aktif Cakupan peserta KB aktif adalah jumlah peserta KB aktif dibandingkan dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak. Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi Pasangan Usia Subur yang Tahun Halaman 70

64 ingin menjarangkan dan/atau menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi : KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus). Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk). Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi). 30,00 25,00 Persentase 20,00 15,00 10,00 5,00 0, Tahun Cakupan Peserta KB Aktif Gambar Cakupan Peserta KB Aktif di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Cakupan peserta KB aktif dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan dari 22,90 % menjadi 28,01 %, ini disebabkan peningkatan kesadaran pasangan usia subur (PUS) untuk ikut menjadi peserta KB aktif, peningkatan kinerja bidan desa untuk melakukan penyuluhan dan motivasi kepada PUS terus aktif dalam mensukseskan program keluarga berencana (KB). Cakupan peserta KB aktif masih jauh dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 100%. q. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita 1. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per Penduduk < 15 Tahun Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per Penduduk < 15 Tahun yaitu Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara penduduk < 15 tahun pertahun di satu wilayah kerja tertentu. Gambar Persentase AFP Rate Per Penduduk < 15 Tahun Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2012) Tahun Halaman 71

65 Cakupan Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per Penduduk < 15 Tahun tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu dari 67,96 % menjadi 28,85 %. Ini disebabkan penemuan kasus dilapangan berkurang dan juga bisa karena kinerja petugas dilapangan berkurang. 2. Penemuan Penderita Pneumonia Balita Penemuan Penderita Pneumonia Balita yaitu Persentase balita dengan Pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar di Sarana Kesehatan di satu wilayah dalam waktu satu tahun. Gambar Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2012) Penemuan Penderita Pneumonia Balita dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu dari 0,35 % menjadi 0,62 %. Ini disebabkan kinerja petugas kesehatan dilapangan meningkat. 3. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC / BTA Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA Positif yaitu Angka penemuan pasien baru TB BTA positif atau Case Detection Rate (CDR) adalah persentase jumlah penderita baru TB BTA positif yang ditemukan dibandingkan dengan jumlah perkiraan kasus baru TB BTA positif dalam wilayah tertentu dalam waktu satu tahun. Jumlah perkiraan pasien dan Tuberkulosis (Tbc) dan yang diobati di Kabupaten dapat dilihat pada Gambar 2.30, berikut. Gambar Perkiraan Penderita Tbc dan Cakupan Pengobatan Penderita Tbc di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2012) Tahun Halaman 72

66 Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa belum semua penderita Tbc di Kabupaten Aceh Utara yang mendapatkan pengobatan. Jumlah cakupan pengobatan tertinggi Tahun 2010 sebanyak 467 orang atau 56,06%. Capaian tersebut masih lebih rendah dibandingkan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 100% dari keseluruhan kasus yang ada. Rendahnya cakupan pengobatan penderita Tbc disebabkan karena pelatihan terhadap petugas Tbc (sumberdaya manusia) masih rendah. Selain itu, pemahaman masyarakat tentang penyakit tbc masih rendah. Program inovatif dan dukungan komitmen politis sangat membantu dalam meningkatkan cakupan pengobatan penderita Tbc BTA Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Penderita DBD yang ditangani yaitu Persentase penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah dalam waktu 1 (satu) tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu satu tahun yang sama. Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditemukan dan diobati di Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Gambar 2.31, berikut. Gambar Penderita DBD dan Penanganan Penderita DBD di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2012) Berdasarkan Gambar 2.31, diatas dapat dilihat bahwa jumlah kasus DBD terjadi Tahun 2010 dan 2012 mengalami peningkatan. Kasus terbanyak di Tahun 2012 yaitu 61 kasus. Program penanggulangan DBD di Kabupaten Aceh Utara belum sesuai Standar Pelayanan Mininal (SPM) yang diharapkan yaitu semua kasus DBD ditangani dengan baik (100%). Tahun Halaman 73

67 Setiap kasus DBD perlu dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE), Larvasiding (pembunuhan larva nyamuk), dan Pengasapan (fogging). Belum semua kasus yang terjadi ditangani dengan baik. Hal ini dikarena anggaran yang tersedia lebih rendah dibandingkan jumlah kasus yang terjadi. Tingginya kasus DBD juga disebabkan karena kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap gerakan PSN DBD (pemberantasan sarang nyamuk DBD) yaitu dengan kegiatan 3M (Menguras, Menutup dan mengubur), belum terlaksana dengan baik. Untuk keberhasilan program penaggulangan DBD perlu ditingkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap DBD (khususnya 3M). Selain itu peningkatan ketersediaan anggaran sangat mendukung kegiatan penanggulangan DBD. 5. Penemuan Penderita Diare Penemuan penderita Diare yaitu Penemuan penderita diare adalah jumlah penderita yang datang dan dilayani di Sarana Kesehatan dan Kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun. Gambar Penderita Diare di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2012) Penemuan penderita diare mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2012 yaitu sebesar 51,54% namun belum sesuai Standar Pelayanan Mininal (SPM) yang diharapkan yaitu semua kasus diare ditangani dengan baik sebesar 100%. Tahun Halaman 74

68 6. Cakupan Penemuan kasus Penyakit Kusta Jumlah penemuan pasien penderita kusta di Kabupaten dapat dilihat pada Gambar 2.1, berikut Penderita Kusta 57 PR/ ,9 1,2 1,1 1, Gambar Penderita Kusta dan PR/ Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penderita kusta di Aceh Utara dari Tahun 2007 sampai 2011 berkisar antara 45 sampai 66 orang dengan Prevalensi antara 0,9-1,3/ penduduk. Jumlah penderita di Kabupaten Aceh Utara masih tinggi dibandingkan target Kementerian Kesehatan yaitu dibawah 1/ penduduk. Tingginya penemuan penderita baru mengindikasikan masih banyaknya penderita kusta dalam masyarakat yang belum terobati dan terus menularkan kepada orang lain. Tingginya penderita kusta diantaranya karena rendahnya pemahaman masyarakat serta stiqma yang salah terhadap kusta Cakupan Penemuan kasus HIV/AIDS Jumlah penderita HIV-AIDS di Kabupaten dapat dilihat pada grafik 3.1 berikut Penderita , ,38 10, , Gambar Penderita HIV/AIDS dan PR di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Tahun Halaman 75

69 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Aceh Utara dari Tahun 2007 sampai 2011 adalah sebanyak 17 orang penderita dengan Prevalensi antara 0.55 % 2.09 % / penduduk. Jumlah penderita di Kabupaten Aceh Utara dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tingginya penemuan penderita baru mengindikasikan masih banyaknya penderita dalam masyarakat yang belum terdeteksi dan terus menularkan kepada orang lain. Tingginya penderita HIV-AIDS diantaranya karena sudah banyak masyarakat yang sudah mengetahui tentang HIV AIDS dan tingginya kesadaran masyarakat untuk mau memeriksakan dirinya ke Rumah Sakit, dengan adanya sosialisasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara dan LSM terkait. Diharapkan adanya dukungan dan komitmen dari Pemerintah Daerah sehingga makin banyak kasus yang tertangani sehingga diharapkan dapat memutuskan mata rantai penularan di dalam masyarakat. 8. Prevalensi Penyakit Malaria Tahun 2007 s.d 2011 Sejak tahun 2007, Departemen kesehatan RI menetapkan kebijakan eliminasi malaria bagi seluruh Indonesia, dimana provinsi NAD ditargetkan mencapai tahapan eliminasi pada tahun Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan berkaitan dengan rencana eliminasi seperti ; pertemuan sosialisasi tingkat provinsi, pertemuan konsultasi antara Depkes NAD dan Dinas Kesehatan Kota Sabang, serta pertemuan pembuatan rencana strategis eliminasi tingkat Provinsi. Kegiatan yang sudah dilakukan 2008, dan disetujui DPRA dan Gubernur Prov. NAD. Kebijakan ini harus disosialisasikan secara intensif ke Kab/Kota dan jajaran dibawah, sehingga semua instansi siap mendukung kebijakan ini. Provinsi NAD dengan katagori sebagai daerah endemis malaria rendah, mulai memasuki tahapan peralihan dari program pengendalian malaria kearah pra-eliminasi, dimana penekanan program pada pencarian kasus secara aktif yang diiringi dengan pemantauan rutin keadaan vektor malaria. Pemetaan situasi malaria untuk menemukan daerah-daerah fokus malaria merupakan hal yang harus segera dilakukan dan tidak bisa ditawar lagi. Kabupaten Aceh Utara merupakan daerah endemis malaria dengan katagori LIA (Low incidence Area). selama 5 (lima) tahun terakhir AMI di kabupaten aceh utara mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. AMI di Kabupaten Aceh utara selama lima tahunan (tahun ) meningkat dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan kasus karena pasien demam yang datang ke Puskesmas dilakukan pemeriksaan slide darah jari untuk memastikan menderita penyakit malaria atau bukan, tahun 2007 mengalami penurunan AMI menjadi = 3,67 per 1000 penduduk, tahun 2008 mengalami penurunan AMI 3,15 per 1000 Tahun Halaman 76

70 penduduk, tahun 2009 terjadi peningkatan kasus dengan AMI 4,27 per 1000 penduduk. Pada tahun 2010 banyak dilakukan penyuluhan ke masyarakat tentang bahayanya malaria sehingga masyarakat yang badannya demam di harapkan bisa datang ke Puskesmas melakukan pemeriksaan malaria, sehingga terjadi peningkatan kasus dengan AMI 6,08 per 1000 penduduk. tahun 2011 terjadi peningkatan kasus demam dengan AMI 7,68 per 1000 penduduk dikarnakan masyarakat sedikit tidaknya sudah memahami tentang gejala/khasnya malaria. Untuk lebih jelasnya angka Prevalensi malaria dapat dilihat dari tabel dan peta berikut: Gambar Prevalensi Malaria di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) P ETA A PI M ALARIA TAH UN D ewa n tara 170 Seunuddon 090 Sa wa ng 010 Muara 160 B atu Nis am 020 Kuta Makm ur 030 Sy am tali ra Bay u 031 Mul 04 0ia Sim pang Kra ma t G eure udon g Pa se Meura h 050 Sam udra 1 30 Sy am. Aron140 T. L uas N ibong Ma tang 060 Pay 061 kuli a Bakong T ana h Pa150 sir Cot Gi rek 070 Sam poini Tanah Jambo et 10 1 Ay e Ba kty a Buke t H agu L hoksuko n L CI < 1 MCI 1 5 H CI > 5 Gambar Peta API Malaria Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011 Peta daerah endemis malaria di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011 (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Tahun Halaman 77

71 9. Persentase Penemuan Penderita Penyakit ISPA di Kabupaten Aceh Utara Tahun Bila dilihat dari hasil laporan Puskesmas dari tahun 2007 s/d 2011 maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa keluhan kesehatan pada penduduk Aceh Utara terhadap penyakit ISPA(Infeksi Saluran Pernafasan Akut) tidak terlalu signifikan, karena penyakit ISPA ini memfokuskan kegiatan penanggulangannya pada Balita. Peningkatan kasus ISPA dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 hampir rata-rata disebabkan oleh malnutrisi, BBLR, bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif, bayi tidak mendapatkan imunisasi campak, asap rokok, kurangnya ventilasi rumah, kurangnya pengetahuan ibu dalam merawat bayi, adanya penyakit penyerta seperti diare dan asma, dan defisiensi vitamin A. Hal ini disebabkan karena sebahagian besar penduduk kabupaten Aceh Utara kurang mengerti tentang penyakit ini karena kondisi perekonomian penduduk hampir rata-rata golongan menengah kebawah. Program Pengendalian penyakit ISPA ini akan terus dilakukan diantaranya mensosialisasikan tentang penyakit ISPA ini untuk semua penduduk Aceh Utara, dilakukan kerjasama lintas program dan Lintas Sektor terkait dan melengkapi logistic pengendalian ISPA berupa obat, sound timer dan oksigen konsentrat di tiap Puskesmas, dengan demikian diharapkan akan dapat menurunkan kasus penyakit ISPA di masyarakat Jumlah penemuan penderita ISPA di Kabupaten dapat dilihat pada grafik 5.1 berikut Gambar Penemuan Kasus ISPA di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber : Data Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011) Tahun Halaman 78

72 10. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin yaitu Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin adalah Jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin 95,00 90,00 85,00 80,00 Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin 75, Gambar Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu dari 83,64 % menjadi 92,17 %. Hal ini disebabkan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat miskin dengan adanya program Jamkesmas, Jampersal dan JKA. 11. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin yaitu Cakupan rujukan pasien maskin adalah jumlah kunjungan pasien maskin di sarana kesehatan strata dua dan strata tiga pada kurun waktu tertentu (lama& baru). Jumlah kunjungan pasien miskin di Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Gambar berikut. Gambar Jumlah Pasien Miskin dan Kunjungan Pasien Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2012) Tahun Halaman 79

73 Berdasarkan Gambar 2.34, dapat dilihat jumlah frekuensi pasien miskin yang banyak berkunjung ke sarana kesehatan pada terjadi Tahun Sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 terjadi penurunan frekuensi kunjungan. 12. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS) di Kab/kota Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS) di Kab/kota yaitu Pelayanan gadar level 1 yg hrs diberikan sarana kesehatan (RS) di kab/kota. Pelayanan gawat darurat mempunyai aspek khusus karena mempertaruhkan kelangsungan hidup seseorang. Oleh karena itu dari segi yuridis khususnya hukum kesehatan terdapat beberapa pengecualian yang berbeda dengan keadaan biasa. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Sarana Kesehatan (RS) di Kab/kota 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0, Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Sarana Kesehatan (RS) di Kab/kota Gambar Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS) di Kab/kota di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS) di Kab/kota dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 telah mencapai 100 % sesuai target SPM. Ini disebabkan adanya peningkatan kinerja petugas kesehatan. 13. Cakupan Desa / Kelurahan Mengalami KLB yang dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam Cakupan Desa / Kelurahan Mengalami KLB yang dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam yaitu Cakupan Desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani < 24 jam adalah Desa/kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24 jam oleh Kab/Kota terhadap KLB periode/kurun waktu tertentu. Tahun Halaman 80

74 Kegiatan Surveilans di daerah wabah dan daerah-daerah yang berisiko terjadi wabah dilaksanakan lebih intensif untuk mengetahui perkembangan penyakit menurut waktu dan tempat dan dimanfaatkan untuk mendukung upaya penanggulangan yang sedang dilaksanakan, meliputi kegiatan-kegiatan : Menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di pos-pos kesehatan dan unit-unitr kesehatan lainnya, membuat tabel, grafik, dan pemetaan dan melakukan analisis kecenderungan wabah dari waktu ke waktu dan analisis data menurut tempat RT, RW, desa dan kelompok-kelompok masyarakat tertentu lainnya. Mengadakan pertemuan berkala petugas lapangan dengan kepala desa, kader dan masyarakat untuk membahas perkembangan penyakit dan hasil upaya penanggulangan wabah yang telah dilaksanakan. Cakupan Desa / Kelurahan Mengalami KLB yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0, Cakupan Desa / Kelurahan Mengalami KLB yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam Gambar Cakupan Desa / Kelurahan Mengalami KLB yang dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Cakupan Desa / Kelurahan Mengalami KLB yang dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam tahun 2018 sampai dengan tahun 2011 telah mencapai 100% sesuai dengan target indikator SPM. Ini disebabkan peningkatan pemantauan dan penanganan KLB oleh petugas kesehatan. 14. Cakupan Desa siaga Aktif Cakupan Desa Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan Tahun Halaman 81

75 kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dibandingkan dengan jumlah desa siaga yang dibentuk. Keberhasilan pengelolaan Posyandu memerlukan dukungan yang mantap dari berbagai pihak baik dukungan moril, materil maupun finansial, disamping itu diperlukan adanya kerjasama dengan berbagai pihak terkait selain itu tidak kalah pentingnya ketekunan dan pengabdian para pengelola posyandu terutama ketua Tim Penggerak PKK desa, Para Kader Posyandu dan Kader Desa Siaga yang semuanya mempunyai peranan strategis dalam menunjang keberhasilan mewujudkan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Aceh Utara, karena peran seorang Kader merupakan orang yang mempunyai jiwa pelapor, pembaharu dan penggerak masyarakat serta bersedia bekerja secara sukarela. Cakupan Desa Siaga Aktif Persentase 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1, Tahun Cakupan Desa Siaga Aktif Gambar Cakupan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara, 2011) Cakupan desa siaga aktif dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan dari 4,46 % menjadi 6,34 %, ini disebabkan peningkatan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan desa siaga, peningkatan kinerja penyuluh kesehatan dalam peningkatan cakupan desa siaga aktif. Cakupan desa siaga aktif masih jauh dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 80%. Rendahnya cakupan desa siaga aktif dan pelayanan Posyandu disebabkan banyaknya kader kesehatan yang DO maka perlu dilakukan penyiapan SDM kembali melalui Kegiatan itu pengkaderan baru untuk pengembangan desa siaga aktif. melalui Pelatihan/Pembinaan untuk kader/toma desa siaga, disamping perlu adanya peningkatan reward/insentif kader (selama ini hanya Rp per kader untuk 6 bulan dan hanya untuk 2 kader per desa) Tahun Halaman 82

76 Dukungan lintas program dan lintas sektoral adalah kegiatan prioritas yang harus dilakukan, karena peningkatan desa siaga aktif dan Posyandu tidak akan tercapai apabila tidak dukungan pihak-pihak yang terkait. 15. Rasio Posyandu Per satuan Balita Jumlah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Gambar berikut: Gambar Rasio Posyandu di Kabupaten Aceh Utara, Tahun (Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara: 2012) Berdasarkan Gambar diatas, dapat dilihat bahwa rasio posyandu di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2008 sebanyak 1,8/100 balita. Terjadi penurunan rasio pada tahun 2010 dan Namun Tahun 2012 menjadi 1,7/1000 balita. Rasio ini sudah sangat sesuai dengan standar Nasional yaitu 1/100 balita. Namun yang perlu ditingkatkan yaitu prasarana kader posyandu. Kader posyandu sering berganti-ganti sehingga dapat mempengaruhi kontinuitas pelayanan. Terjadinya pergantian kader disebabkan karena kader sering mengundurkan diri. Hal ini disebabkan oleh karena kader posyandu kurang dibekali dengan insentif/upah. Untuk meningkatkan pelayanan posyandu diperlukan kader tetap yang dapat mengoperasional posyandu setiap saat. 16. Rasio Puskesmas dan Pustu Persatuan Penduduk Derajat kesehatan masyarakat yang tinggi salah satu tujuan yang ingin diwujudkan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalam implimentasi pembangunan kesehatan. Pemerintah Aceh Utara terus berupaya untuk memperbaiki pelayanan kesehatan melalui peningkatan prasarana kesehatan dan pemerataan tenaga kesehatan/tenaga medis. Standar nasional 1 puskesmas untuk Tahun Halaman 83

77 penduduk, sedangkan di Aceh Utara jumlah Puskesmas hampir mencapai standar nasional yaitu 1,9/ penduduk. Puskesmas Pembantu (Pustu) secara nasional diharapkan 3 pustu untuk setiap penduduk. Jumlah Pustu di Aceh Utara sudah mencapai target nasional yaitu 4,7 setiap penduduk. Gambar Kondisi Prasarana Kesehatan di Kabupaten Aceh Utara, Tahun (Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara:2012) 17. Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk Gambar Rasio Rumah Sakit di Kabupaten Aceh Utara, Tahun Rasio Rumah sakit di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2008 sebesar 2,0/ penduduk. Seiring meningkatnya jumlah penduduk rasio Rumah sakit juga berubah sampai tahun 2012 sebesar 1,8/ Tahun Halaman 84

78 18. Rasio Tenaga Medis Persatuan Penduduk Rasio dokter spesialis saat ini 4,2/ penduduk, sedangkan rasio yang diharapkan 6/ penduduk. Rasio dokter umum yang telah tersedia 15,0/ penduduk, sedangkan harapan nasional 40 dokter dapat melayani penduduk. Tenaga kesehatan lainnya seperti dokter gigi rasio yang telah tersedia 2,2/ penduduk sedangkan harapan nasional 11 per penduduk. Tenaga keperawatan yang tersedia di Kabupaten Aceh Utara 91,6 per penduduk, sedangkan idealnya 117 perawat melayani penduduk. Rasio bidan yang tersedia 131 per penduduk, target rasio diharapkan 100 bidan per penduduk. Rasio perawat gigi yang tersedia 7,6 per penduduk Aceh Utara, sedangkan target rasio nasional 30per penduduk. Rasio paoteker yang tersedia masih sangat sedikit yaitu 0,8 per penduduk, sedangkan target rasio yang diharapkan 10 per penduduk. Asisten apoteker saat ini yang tersedia 9,0 per penduduk sedangkan target rasio nasional 30 orang melayani penduduk Aceh Utara. Rasio tenaga kesehatan masyarakat 22,6 per penduduk adapun target rasio nasional sebanyak 40 per penduduk. Sanitarian yang ada 9,2 per penduduk, adapun target nasional 40 per penduduk. Tenaga gizi 5,0 per penduduk sedangkan yang dibutuhkan 22 orang setiap penduduk. Tenaga fisioterapi 1,2 per penduduk adapun rasio kebutuhan 4 per penduduk. Teknis medis 1,0 per penduduk adapun rasio harapan nasional 15 untuk setiap penduduk. Analis laboratorium sebanyak 7,4 per penduduk adapun kebutuhan 10 per penduduk. Gambar Rasio Dokter/Paramedis per Penduduk di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011 (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara: 2011) Tahun Halaman 85

79 Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat umumnya kebutuhan tenaga kesehatan masih kurang dibandingkan dengan target nasional. Hanya bidan yang sudah melebihi target nasional yaitu 131,0/ penduduk sedangkan target nasional 100/ penduduk. Dalam rangka pencapaian target kesehatan nasional diperlukan penambahan tenaga kesehatan pada setiap jenis. Kekurangan tenaga kesehatan berdampak terhadap kurang maksimalnya pelayanan kesehatan. 19. Cakupan Puskesmas Gambar Cakupan Puskesmas di Kabupeh Utara Tahun (Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara: 2012) Cakupan Pukesmas di Kabupaten Aceh Utara dari tahun 2008 sampai dengan 2012 terus mengalami peningkatan yaitu dari 103,70 menjadi 114,41 berdasarkan kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Aceh Utara. Kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas/pustu di Aceh Utara harus terus ditingkatkan. Data terakhir (2011) menyiratkan penduduk yang berobat di tempat tersebut tidak lebih dari 40,5 persen, lebih rendah dari tahun 2009 yang pernah mencapai 55,6, demikian pula pada rumah sakit dilihat pada tahun 2010 mencapai 11,56 dan tahun 2011 turun menjadi 10,51 persen. Terdapat kecenderungan praktek tenaga kesehatan menjadi pilihan yang menarik bagi masyarakat untuk berobat. Tahun 2008, angkanya masih sebanyak 21,96 persen, dan meningkat menjadi hampir 36,59 persen tahun Memperhatikan kondisi tersebut di atas, perbaikan layanan kesehatan di rumah sakit dan puskesmas/pustu menjadi prioritas Pemerintah Aceh Utara di masa mendatang. Di samping itu, sosialisasi program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) bagi masyarakat juga dinilai sangat penting sehingga memudahkan Tahun Halaman 86

80 masyarakat memanfaatkan layanan program pengobatan di rumah sakit dan puskesmas di Aceh Utara. Gambar Persentase Penduduk berobat Menurut Tempat di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara) Kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas/pustu di Aceh Utara harus terus ditingkatkan. Data terakhir (2011) menyiratkan penduduk yang berobat di tempat tersebut tidak lebih dari 40,5 persen, lebih rendah dari tahun 2009 yang pernah mencapai 55,6, demikian pula pada rumah sakit dilihat pada tahun 2010 mencapai 11,56 dan tahun 2011 turun menjadi 10,51 persen. Terdapat kecenderungan praktek tenaga kesehatan menjadi pilihan yang menarik bagi masyarakat untuk berobat. Tahun 2008, angkanya masih sebanyak 21,96 persen, dan meningkat menjadi hampir 36,59 persen tahun Memperhatikan kondisi tersebut di atas, perbaikan layanan kesehatan di rumah sakit dan puskesmas/pustu menjadi prioritas Pemerintah Aceh Utara di masa mendatang. Di samping itu, sosialisasi program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) bagi masyarakat juga dinilai sangat penting sehingga memudahkan masyarakat memanfaatkan layanan program pengobatan di rumah sakit dan puskesmas di Aceh Utara. Gambar Persentase Penduduk berobat Menurut Tempat di Kabupaten Aceh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara) Tahun Halaman 87

81 20. Cakupan Puskesmas Pembantu (Pustu) Gambar Cakupan Puskesmas Pembantu di Kabupeh Utara Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara) Cakupan Pustu di kabupaten Aceh Utara dari tahun 2008 sampai dengan 2012 terus mengalami peningkatan yaitu dari 9,86 menjadi 11,30 berdasarkan jumlah desa yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Utara. 21. Ketersediaan Air Bersih Masyarakat yang memiliki akses air bersih di kabupaten Aceh Utara tahun 2010 menurut kecamatan terbanyak di Kecamatan Dewantara. Terendah di Kecamatan Kuta Makmur dan Lapang Masyarakat yang memiliki Akses Air Bersih Gambar Masyarakat Yang Memiliki Akses Air Bersih Tahun 2010 (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara) Tahun Halaman 88

82 Jumlah Masyarakat Masyarakat yang memiliki akses air bersih Tahun Gambar Masyarakat Yang Memiliki Akses Air Bersih Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara) Cakupan masyarakat yang memiliki air bersih masih rendah ( Tahun 2010 hanya 12,18%), hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masih rendahnya perilaku hidup bersih sehat, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan, kuranga penyuluhan dan masih rendahnya kinerja petugas lapangan dalam hal pengumpulan dan pengolahan data Jumlah Masyarakat Masyarakat Mempunyai Jamban Sehat Tahun Gambar Masyarakat Yang Memiliki Jamban Sehat Tahun (Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Aceh Utara) Akses jamban di 27 kecamatan dalam wilayah aceh utara tahun 2008 adalah 57,390 dan mengalami penurunan 53,810 pada tahun 2009 dan naik ditahun ,880. Cakupan masyarakat Kabupaten Aceh Utara yang memiliki jamban sehat ( tahun 2010 hanya 10,55%). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masih rendahnya prilaku hidup bersih sehat, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan, kurangnya penyuluhan dan masih rendahnya kinerja petugas lapangan dalam hal pengumpulan dan pengolahan data. Tahun Halaman 89

Profil Kabupaten Aceh Utara

Profil Kabupaten Aceh Utara Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Jumlah Penduduk : Jiwa (2010) Kecamatan : 27 Mukim : 70 Desa/kelurahan : 852/0 Kode area telepon : - Situs web resmi : - Profil Kabupaten Aceh Utara : Lhoksukon

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016

Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 Bab I Pendahuluan I. LATAR BELAKANG Dalam rangka peningkatan kinerja Kabupaten Aceh Utara menjadi good governance yang harus di implementasikan oleh setiap penyelenggaraan Negara dalam mencapai tujuan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

MASTERPLAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) LHOKSEUMAWE

MASTERPLAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) LHOKSEUMAWE MASTERPLAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) LHOKSEUMAWE BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 2015 KATA PENGANTAR KEPALA BAPPEDA ACEH Kota Lhokseumawe merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di wilayah Aceh

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah sebagian besar disebabkan oleh perilaku manusia. Salah satu akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. berubah sebagian besar disebabkan oleh perilaku manusia. Salah satu akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai dapat dijadikan salah satu sumber air yang diandalkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan terhadap air, bila fungsi dan perilaku sungai dapat terkendali secara

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PEMENANG PELELANGAN Nomor: PML.140 /PENG /PAN/APBK/DINKES/2012.

PENGUMUMAN PEMENANG PELELANGAN Nomor: PML.140 /PENG /PAN/APBK/DINKES/2012. Nomor: PML.140 /PENG /PAN/APBK/DINKES/2012. : Pengadaan Konstruksi Pagar dan Penimbunan Gp. U Blang Asan Kec. Syamtalira Aron Pembukaan Penawaran : Senin, 23 April 2012 PML.126/TAP/PAN/APBK/2012, tanggal

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) UNTUK PAKET-PAKET PEKERJAAN DILINGKUNGAN DINAS PENGAIRAN DAN ESDM KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) UNTUK PAKET-PAKET PEKERJAAN DILINGKUNGAN DINAS PENGAIRAN DAN ESDM KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) UNTUK PAKET-PAKET PEKERJAAN DILINGKUNGAN DINAS PENGAIRAN DAN ESDM KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 NO. KEGIATAN/ LOKASI/ VOLUME NILAI PAGU KET. A. PENGADAAN BARANG (B) 102,175,000.00

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) UNTUK PAKET-PAKET PEKERJAAN DILINGKUNGAN DINAS PENGAIRAN DAN ESDM KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2013

RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) UNTUK PAKET-PAKET PEKERJAAN DILINGKUNGAN DINAS PENGAIRAN DAN ESDM KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2013 RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) UNTUK PAKET-PAKET PEKERJAAN DILINGKUNGAN DINAS PENGAIRAN DAN ESDM KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2013 NO. A. PENYEDIAAN JASA KEBERSIHAN KANTOR (J) 100,000,000.00 1 Biaya Jasa Clening

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH

BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 6 TAHUN 2016 TEN TANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT KABUPATEN AC EH UTARA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 sebanyak 90.653 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 sebanyak 14 Perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

Profil Kota Lhokseumawe

Profil Kota Lhokseumawe Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Jumlah Penduduk : Jiwa (2010) Kecamatan : 4 Mukim : 9 Desa/kelurahan : 68/0 Kode area telepon : - Situs web resmi : - Profil Kota Lhokseumawe : Banda Sakti : Sebelah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 1/8/124/Th. XIII, 25 Agustus 214 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 213 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 213 sebesar 6,85 persen mengalami

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang No.28, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEREKONOMIAN. Kawasan Ekonomi Khusus. Arun Lhokseumawe. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6021). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012-2032 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Sumber: Gambar 4.1 Peta Provinsi Banten 1. Batas Administrasi Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa yang memiliki luas sebesar 9.160,70

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM WILAYAH

4 KONDISI UMUM WILAYAH 32 4 KONDISI UMUM WILAYAH Kondisi Geografis Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Garut adalah kabupaten yang berada di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat. Memiliki luas 311.007,50 ha, dengan ibukota berada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/07/1204/Th. XII, 5 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2012 sebesar 6,35 persen mengalami

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci