MASTERPLAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) LHOKSEUMAWE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MASTERPLAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) LHOKSEUMAWE"

Transkripsi

1 MASTERPLAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) LHOKSEUMAWE BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 2015

2 KATA PENGANTAR KEPALA BAPPEDA ACEH Kota Lhokseumawe merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di wilayah Aceh yang melayani arus orang, barang dan jasa dari luar ke dalam wilayah Kota Lhokseumawe ataupun sebaliknya dalam lingkup domestik maupun dalam lingkup internasional. PKN dipusatkan di Kota Lhokseumawe dan sebagian wilayah Kabupaten Aceh Utara yang berperan sebagai pusat pelayanan skala nasional, regional dan internasional yang didukung oleh Kawasan Industri Lhokseumawe, Pelabuhan Lhokseumawe, dan Bandar Udara Malikussaleh (berada di wilayah Kabupaten Aceh Utara yang merupakan wilayah pendukung PKN Lhokseumawe). Dukungan lain diberikan dengan adanya Perguruan Tinggi yaitu Universitas Malikussaleh dan Politeknik Lhokseumawe yang mencetak sumber daya manusia yang terampil dan siap untuk terlibat dalam pengembangan Lhokseumawe untuk menjadi suatu kawasan ekonomi khusus. Dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Lhokseumawe diharapkan akan mentransformasikan struktur ekonomi Aceh terutama struktur ekonomi Lhokseumawe dan daerah-daerah penyangganya untuk memiliki nilai tambah yang lebih besar yang berbasis pada industri pengolahan, energi dan logistik. Disamping itu dengan adanya KEK Lhokseumawe akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang lebih meningkat di masa mendatang. Ketiga komponen industri yang berbasis pada pengolahan, energi dan logistik ini adalah sangat layak untuk menjadi sumber mesin pertumbuhan ekonomi (economic growth driver) di kawasan Lhokseumawe dan sekitarnya. Industri pengolahan masih sangat dominan ( leading sector) dalam perekonomian Lhokseumawe dan sekitarnya, meskipun perannya mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir karena produksi migas yang menurun. Dengan diberlakukannya Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe, sektor industri pengolahan akan tetap memiliki porsi yang lebih besar dalam i

3 memberikan kontribusinya dalam struktur perekonomian. Disamping itu, struktur ekonomi Aceh akan bergeser secara mendasar dengan diberlakukannya kawasan ekonomi khusus. Dalam waktu 15 tahun kedepan sejak diberlakukannya KEK Lhokseumawe, struktur ekonomi Aceh akan lebih bertopang pada industri dan sektor tersier, dimana sekarang hanya memberikan kontribusi sebesar 14 persen dan diproyeksikan akan menjadi hampir sekitar 30 persen pada akhir tahun Kami selaku penyusun dokumen mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang selama ini telah memberikan masukan dan data penunjang yang diperlukan. Kami berharap dokumen ini dapat menjadi salah satu basis dan acuan didalam kegiatan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe selama periode tahun Terakhir, kami berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua dalam rangka mewujudkan dan mengembangkan KEK Lhokseumawe sehingga mampu mensejahterakan rakyat Aceh terutama yang berada dalam kawasan Lhokseumawe dan daerah penyangganya, amin ya rabbal alamin. BANDA ACEH, SEPTEMBER 2015 KEPALA BAPPEDA ACEH PROF. DR. IR. ABUBAKAR KARIM, MS PEMBINA UTAMA MADYA NIP ii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABLE... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maksud Dan Tujuan Ruang Lingkup Materi Metode Pendekatan Sistematika Penyusunan... 7 BAB II GAMBARAN UMUM KEK LHOKSEUMAWE 2.1 Gambaran Umum Kota Lhokseumawe Aspek Geografis Topografi Geologi Klimatologi Potensi Pengembangan Wilayah Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Aceh Utara iii

5 Aspek Geografis Topografi Geologi Klimatologi Potensi Pengembangan Wilayah Wilayah Rawan Bencana Kegiatan - kegiatan Industri dalam KEK Lhokseumawe Komponen Sosial dan Ekonomi Komponen Sosial Kota Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara Struktur Ekonomi Kota Lhokseumawe Pertumbuhan Ekonomi Kota Lhokseumawe Struktur Ekonomi Kabupaten Aceh Utara BAB III ANALISA PENGEMBANGAN KAWASAN Analisis Kebijakan Analisa Peraturan Undang-Undang Terkait Analisa Kebijakan Umum Pembangunan Analisis Kebijakan Tata Ruang Analisa Kebijakan Pembangunan Sektoral Analisis Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Analisa Regional Kawasan Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sosial Budaya dan Kependudukan Kawasan Pada Wilayah Regional iv

6 3.2.2 Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Struktur Ekonomi Kawasan Pada Wilayah Regional Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sistem Jaringan Kawasan pada Wilayah Regional Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Pengelolaan Lingkungan Kawasan pada wilayah Regional Analisa Internal Kawasan Analisa Demografi dan Sosial Budaya Analisa Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Ekonomi Kawasan Analisa Penggunaan Lahan Analisa Pendanaan KEK Anggaran publik untuk infrastruktur dasar Skema Kerjasama Pemerintah Swasta Dana Investasi Dalam Negeri Dana Investasi Swasta Asing BAB IV ANALISA PERKIRAAN DAMPAK MODAL 4.1 Pendahuluan Rencana Kegiatan Pembangunan KEK Lhokseumawe Kegiatan yang Sedang berlangsung Tahapan Rencana Kegiatan dan Eksternalitasnya Tahapan Rencana Kegiatan Eksternalitas v

7 4.3 Dampak Potensial Kegiatan KEK Lhokseumawe Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Identifikasi Dampak Potensial KEK Lhokseumawe Prakiraan Dampak Penting Evaluasi Dampak Penting Prakiraan Masalah Dampak Sosial Tahap Pra Kontruksi dan Kontruksi Tahap Operasional BAB V RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN 5.1 Tujuan Pengembangan Kebijakan dan Strategi Pengembangan Rencana Struktur Ruang Kawasan Rencana Delineasi dan Zonasi Peruntukan Kawasan Rencana Pengembangan Infrastruktur Pendukung Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia Review Kegiatan Industri Eksiting dan Rencana Pengembangan PT. Arun LNG PT Arun Gas (PAG) PT. Pupuk Iskandar Muda Potensi Industri di wilayah Hinterland KEK Pabrik Pengolahan Kepala Sawit (CPO) Penetapan Komoditas Unggulan vi

8 BAB VI PROYEKSI EKONOMI DAN KEUANGAN KEK LHOKSEUMAWE Transformasi Struktur Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Pengembangan Industri Kawasan Ekonomi Khusus Ketenagakerjaan BAB VII TAHAPAN INDIKASI PROGRAM DAN MEKANISME PEMBIAYAAN Pentahapan Program Pembangunan Indikasi Program Pembangunan Mekanisme Sumber Pembiayaan Pembangunan BAB VIII PENGELOLAAN KEK LHOKSEUMAWE Instansi Pengususl Proses Pengusulan KEK Lhokseumawe Bentuk Kelembagaan KEK Lhokseumawe Dewan Nasional KEK Dewan Nasional dan Kawasan KEK Lhokseumawe Administrator Kawasan Badan Usaha Pengelola KEK Lhokseumawe Rekomendasi Lembaga Pengelola KEK Lhokseumawe vii

9 DAFTAR TABLE TABLE 2.1 Luas Kecamatan di Kota Lhokseumawe Tahun Jumlah dan Kepadatan Penduduk per kecamatan Lhokseumawe Tahun Jumlah penduduk menurut usia produktif Kota Lhokseumawe tahun Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja Berdasarkan sektor pekerjaan utama kota lhokseumawe Tahun 2013 Penduduk Tahun Perkembangan distribusi penduduk Kabupaten Aceh Utara Menurut kecamatan Tahun Rasion penduduk Kabupaten Aceh Utara yang bekerja Selama periode Tahun Perkembangan Angka melek huruf Kabupaten Aceh Utara Tahun Angka pendidikan yang ditamatkan Kabupaten Aceh Utara Tahun Persentase balita gizi buruk Peranan sektor ekonomi dalam PDRB Lhokseumawe atas dasar harga berlaku menurut sektor, dalam migas dengan (persen) Peranan sektor ekonomi dalam PDRB Lhokseumawe atas dasar harga berlaku menurut sektor, tanpa migas dengan (persen) Laju pertumbuhan sektor ekonomi dalam PDRB kota viii

10 Lhokseumawe atas dasar harga berlaku menurut sektor dengan dan tanpa migas (persen) Penetapan kawasan strategis di Kota Lhokseumawe Distribusi PDRB kota lhokseumawe tahun Menurut sektor ekonomi non migas atas dasar harga berlaku Pusat pelayanan di kota Lhokseumawe Sistem Jaringan jalan dikota Lhokseumawe Rencana pengembangan fasilitas eks kilang PT. Arun Rencana pengembangan fasilitas eks kilang PT. PIM Kompilasi dampak potensial pada tahapan pembangunan KEK Lhokseumawe Distribusi PDRB Kota Lhokseumawe Tahun Menurut Sektor Ekonomi dengan Migas Atas Dasar Harga Berlaku Kewajiban Penyaluran Pupuk Subsidi PT PIM Tahun Program Pengembangan PT. PIM Tahun Komposisi Struktur Ekonomi Lhokseumawe dan Aceh Utara Pertumbuhan Ekonomi Lhokseumawe Estimasi pertumbuhan ekonomi (Lhokseumawe Dan Aceh Utara Data pencari kerja di Kota Lhokseumawe yang telah Terdaftar dan yang belum/telah ditempatkan Kapasitas produksi, jumlah produksi dan kapasitas Produksi yang terpkai pabrik pupuk urea di Indonesia Kapasitas produksi Jumlah produksi dan kapasitas produksi Yang terpkai pabrik pupuk amonia di Indonesia Proyeksi jumlah produksi PT. PIM ix

11 6.8 proyeksi permintaan pupuk nutrisi utama dunia proyeksi suply pupuk nutrisi utama dunia proyeksi suply dan permintaan pupuk utama di Asia proyeksi permintaan dan suply pupuk utama di Asia Kebutuhan unsur hara Rencana Pengembangan dan Estimasi Investasi Usaha PT. PIM Proyeksi Produksi PT. PIM Proyeksi jumlah komoditas yang dihasilkan di Aceh Produksi komsumsi masyarakat Aceh Indikasi kegiatan dan pembiayaan KEK Lhokseumawe Periode x

12 DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1.1 Sebaran Lokasi Kek Dan Rencana KEK Struktur Ekonomi Aceh Transpormasi Struktur Ekonomi Peta Rencana Pengembangan KEK Lhokseumawe Peta Wilayah Administrasi Kota Lhokseumawe Peta Kemiringan Lereng Lhokseumawe Peta Geologi Kota Lhokseumawe Peta Curah Hujan Kota Lhokseumawe Peta Rencana Tata Ruang Kota Lhokseumawe Peta Rawan Bencana Kota Lhokseumawe Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Utara Peta Ketinggian Lahan Di Kabupaten Aceh Utara Peta Geologi Kabupaten Aceh Utara Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Utara Peta Rencana Tata Ruang Kota Lhokseumawe Peta Rencana KEK Lhokseumawe Kawasan Existing Industri Lhokseumawe ( PT. Arun, PT. PIM dan PT. AAF ) Persentase Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di kota lhokseumawe Tahun Angka Melek Huruf Angka Harapan Hidup di Kota Lhokseumawe Tahun Angka Usia Harapan hidup xi

13 2.18 Makroekonomi Outlook kota Lhokseumawe Perananan PDRB dengan Migas kota Lhokseumawe tahun Peranan PDRB tanpa migas kota Lhokseumawe tahun Indikator Makroekonomi Kabupaten Aceh Utara PDRB ADHK 2000 tahun Rencana Pengembangan KEKLhokseumawe Peta Lokasi Industri Exiting di sekitar KEK Lhokseumawe Lokasi PT Arun LNG di KEK Lhokseumawe Lokasi PT PIM di KEK Lhokseumawe Program Pengembangan PT. PIM Tahun Lokasi PT KKA di KEK Lhokseumawe Konektifitas Potensi Sawit Koridor Utara Aceh KEK Lhokseumawe Konektifitas Potensi Kakao Koridor Utara Aceh KEK Lhokseumawe Konektifitas Potensi Padi Koridor Utara Aceh KEK Lhokseumawe Konektifitas Potensi Kopi Koridor Utara Aceh KEK Lhokseumawe Mekanisme Pengusulan KEK Lhokseumawe Kelembagaan KEK Lhokseumawe Skema Pembentukan Badan Usaha Rencana Struktur Pengelola KEK xii

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 39 Tahun 2009 yang menegaskan bahwa untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional, perlu dikembangkan Kawasan Ekonomi Khusus. Kemudian untuk mendukung pelaksanaan Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) tersebut maka RPJMN bidang ekonomi disebutkan bahwa penetapan kawasan strategis nasional mempunya iupaya untuk memacu pusat-pusat pertumbuhan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk komoditas unggulan yang berasal dari desa-desa, wilayah-wilayah tertinggal, dan kawasan perbatasan serta melancarkan distribusi pemasaran baik nasional maupun global melalui pembentukan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Pusat-pusat pertumbuhan tersebut yaitu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Kawasan Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut diantaranya untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan) di kawasan pesisir dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa kemaritiman, yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi dan mineral kelautan; pengembangan kawasan wisata bahari dan kemampuan industri maritim dan perkapalan. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK ), yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi 1

15 dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Jenis kegiatan yang ada di zona KEK tersebut adalah zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi dan/atau zona ekonomi lain. Sedangkan kriteria lokasi KEK (pasal 4, UU Nomor 39 Tahun 2009) adalah : 1. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung; 2. Mendapat dukungan pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan; 3. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; dan 4. Mempunyai batas yang jelas. Salah satu kawasan yang memiliki potensi serta kedudukan strategis yang mempunyai pengaruh besar serta dapat dijadikan pendorong bagi pembangunan Aceh adalah Kawasan Industri Lhokseumawe. Dalam kaitannya dengan pengembangan kawasan ekonomi khusus, maka Pemerintah Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara bersama-sama dengan Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat sekarang ini sedang mempersiapkan kawasan ini agar dapat ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Lhokseumawe. Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe ini diharapkan pada masa mendatang akan menjadi sumber pertumbuhan baru di Aceh. Sejalan dengan berakhirnya produki gas di Lhokseumawe, pemerintah memiliki inisiasi untuk menggunakan fasilitas industri yang telah terbangun sebelumnya. Hal ini merupakan langkah tepat dalam menumbuhkan mesin pertumbuhan ekonomi baru di Aceh. Transformasi struktur ekonomi yang memiliki nilai tambah yang lebih baik dan luas yang berbasis pada industri 2

16 pengolahan, energi dan logistik merupakan landasan utama dalam pengembangan kawasan ekonomi khusus di Lhokseumawe. Selain itu Lhokseumawe merupakan salah satu dari indikasi KEK diluar Pulau Jawa yang akan dibentuk berdasarkan RPJMN , seperti dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini. Gambar 1. Sebaran Lokasi KEK dan Rencana KEK Melihat dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki, maka Kawasan Ekonomi Khusus Kota Lhokseumawe sudah sangat layak untuk dikembangkan karena beberapa hal berikut : 1. Letak geoekonomi yaitu mempunyai potensi sektor perhubungan laut dan energi; 2. Dari letak geostrategis yaitu berada pada jalur lintasan perdagangan internasional Asia. Letak geostrategis yang dimaksud yaitu sistem logistik/transhipment bahwa Kota Lhokseumawe merupakan pintu gerbang sistem distribusi logistik dari kawasan Asia, maupun dari wilayah 3

17 barat Indonesia menuju wilayah lainnya di Indonesia. 3. Letak geopolitik yaitu adanya keberpihakan Kebijakan pemerintah pusat terhadap pengembangan pembangungan wilayah barat Indonesia. 4. Memperhatikan keuntungan geoekonomi dan geostrategis tersebut maka KEK Lhokseumawe berfungsi untuk pengembangan kegiatan industry pengolahan, energi, pusat logistik, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai daya saing internasional sesuai pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun Secara umum pengembangan KEK Lhokseumawe dibagi dalam tiga tahapan lima tahunan. Tahap awal; ( ) akan tertuju pada revitalisasi fasilitas yang ada, Tahap Pengembangan ( ); pembangunan industri manufaktur dan Tahapan ekstensifikasi ( ); pengembangan industri hilir. Tiga tahapan ini akan berdampak pada perubahan struktur ekonomi, perdagangan dan ketenagakerjaan di Lhokseumawe serta beberapa kawasan sekitar yang menjadi penyangga ekonomi. Kontribusi sektor pertambangan dan industri semakin mengecil dalam perekonomian di Aceh. Sementara sektor-sektor lainnya seperti pertanian, perdagangan dan jasa-jasa memiliki komposisi semakin besar dalam perekonomian (Gambar 2 dan Gambar 3). Penetapan fondasi dan arah perekonomian yang kuat dalam masa transisi menjadi semakin penting untuk menjaga momentum tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik. 4

18 Dengan diberlakukannya Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe (lihat gambar 4), sektor industri akan memiliki porsi yang lebih besar. Struktur ekonomi Aceh akan bergeser secara mendasar dengan diberlakukannya kawasan ekonomi khusus. Dalam waktu 15 tahun kedepan sejak diberlakukannya kawasan ekonomi khusus Lhokseumawe, di perkirakan struktur ekonomi Aceh akan bertopang pada industri dan sektor tersier, sekarang tercatat sebesar 14 persen dan akan menjadi sekitar 30 persen pada akhir tahun Dengan adanya kawasan ekonomi khusus Lhokseumawe, laju pertumbuhan ekonomi di perkirakan akan meningkat cukup signifikan di masa mendatang. Kawasan ekonomi khusus ini akan bertitik tolak pada tiga komponen utama, yaitu; sebagai kawasan yang memiliki industri pengolahan migas dan energi, industri pengolahan pupuk dan produk pertanian, serta industri logistik. Ketiga komponen ini akan menjadi sumber mesin pertumbuhan ekonomi di kawasan Aceh Utara dan Lhokseumawe. Gambar 4 Peta rencana pengembangan KEK Lhokseumawe 5

19 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe yaitu sebagai acuan/panduan untuk Pembangunan dan Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi Aceh serta panduan untuk perencanaan yang lebih detail untuk Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe. Sedangkan tujuannya yaitu terumuskannya rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe dengan pencapain seperti dibawah ini : (1) Memberikan arah pengembangan kawasan dan tahapan-tahapan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe. (2) Memberikan informasi awal peluang investasi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe. (3) Terlaksananya kajian potensi sumberdaya terkait dengan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe. (4) Teridentifikasi kondisi eksisting infrastruktur pada KEK Lhokseumawe. (5) Teridentifikasinya potensi market (growth opportunity) eksisting dan peluangnya di masa mendatang. (6) Teridentifikasinya total kebutuhan investasi di Kawasan Ekonomi 6

20 Lhokseumawe selama 15 tahun ( ). (7) Tersusunnya Buku Master Plan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe. 1.3 Ruang Lingkup Materi Lingkup Materi Masterplan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe ini adalah sebagai berikut: 1. Kajian potensi pengembangan Kawasan Ekonomi Khususi Lhokseumawe 2. Kajian ketersedian sarana dan prasarana pendukung 3. Desain layout Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe 4. Analisa pra kelayakan finansial Pengembangan KEK Lhokseumawe 5. Peta Lokasi KEK Lhokseumawe 1.4 Metodologi Pendekatan Dalam penyusunan master plan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe ini metodologi yang digunakan adalah mengumpulkan data berdasarkan kajian yang ada, kemudian mengidentifikasi dan menyesuaikan/cros-cek dengan kondisi riil dilapangan, sebagai bahan analisa dan rencana. Adapun tahapan-tahapan perencanaan yang dilakukan adalah: 1. Tahapan persiapan; 2. Tahapan pengumpulan data; 3. Survey dan identifikasi kawasan perencanaan; 4. Kompilasi dan analisis data; 5. Identifikasi potensi dan permasalahan serta perkiraan kebutuhan; 6. Analisis Pengembangan Kawasan; 7. Formulasi strategi penanganan pembangunan kawasan; 8. Rencana Pengembangan Sektor dan Komoditas Unggulan; 9. Indikasi Program. 1.5 Sistematika Penyusunan 7

21 Master Plan ini terdiri dari 8 (delapan) Bab yaitu sebagai berikut: Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Bab VII Bab VIII Pendahuluan Gambaran Umum Analisis Pengembangan Kawasan Analisis Perkiraan Dampak Lingkungan Rencana Pengembangan Kawasan Analisis Perkiraan Ekonomi dan Keuangan Indikasi Program dan Pembiayaan Pengelolaan KEK Lhokseumawe 8

22 BAB II BAB II GAMBARAN UMUM KEK LHOKSEUMAWE 2.1 GAMBARAN UMUM Kota Lhokseumawe Aspek Geografis Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota di Provinsi Aceh yang berada persis di tengah-tengah jalur timur Sumatera, di antara Banda Aceh dan Medan, sehingga kota ini merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat penting bagi Aceh. Lhokseumawe ditetapkan statusnya menjadi pemerintah kota berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun Letak Geografis Kota Lhokseumawe berada pada posisi Lintang Utara dan Bujur Timur, yang diapit oleh Selat Malaka. Kota Lhokseumawe memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka; Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara (Kecamatan Kuta Makmur); Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara (Kecamatan Dewantara); Sebelah timur berbatasan dengaan Kabupaten Aceh Utara (Kecamatan Syamtalira Bayu). Kota Lhokseumawe memiliki wilayah sekitar 181,06 Km2. Wilayah administrasi Kota Lhokseumawe terdiri dari 4 (empat) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Banda Sakti, Muara Satu, Muara Dua, dan Blang Mangat. Selain itu terdapat 9 (sembilan) Kemukiman, dan 68 (enam puluh dua) Gampong. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Muara Dua (57,80 Km²). Untuk lebih jelasnya mengenai luasan kecamatan dan wilayah 8

23 administrasi di Kota Lhokseumawe, dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.1 dibawah ini. Tabel 2.1. Luas Kecamatan di Kota Lhokseumawe Tahun 2013 No. Kecamatan Luas (Km²) 1 Muara Dua Banda Sakti Blang Mangat Muara Satu Total Sumber: BPS Kota Lhokseumawe, 2014 Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Lhokseumawe Topografi Wilayah Kota Lhokseumawe yang berada di daerah pesisir dan daerah sebelah timur merupakan daerah dataran dengan kemiringan antara 0 8 %. Sedangkan pada daerah yang menjauhi pesisir merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan kemiringan antara 8 15 %. Dengan kondisi 9

24 kemiringan lahan seperti ini masih memungkinkan untuk pengembangan kegiatan perkotaan. Kondisi ketinggian lahan menunjukan bahwa Kota Lhokseumawe berada di antara ketinggian m dpl. Daerah pesisir di sebelah utara dan daerah di sebelah timur berada pada ketinggian antara 0 5 m dpl. Sedangkan pada daerah di sebelah selatan memiliki kondisi yang relatif berbukit-bukit dengan ketinggian antara m dpl. Gambar 2.2 Peta Kemiringan Lereng Kota Lhokseumawe Geologi Gambaran mengenai kondisi geologi menunjukan bahwa di Kota Lhokseumawe terbentuk oleh batuan Alluvium Muda, Formasi Idi, Formasi Julurayeu dan Formasi Seureula. Sebaran batuan Aluvium Muda berupa endapan pesisir dan fluviatill berada pada daerah di sebelah utara dan selatan Kota Lhokseumawe. Sebaran Formasi Idi berupa kerikil, pasir, gamping dan lempung berada pada daerah sebelah barat yaitu sebagian wilayah 10

25 Kecamatan Muara Satu dan Muara Dua dan sebelah timur yaitu sebagian Kecamatan Muara Dua dan Blang Mangat. Sebaran Formasi Julurayeu berupa endapan sungai batu pasir tufaan, lempung berlignit, dan batu lumpur berada pada daerah sebelah barat hingga tengah Kota Lhokseumawe yaitu sebagian wilayah Kecamatan Muara Satu dan Muara Dua. Sedangkan sebaran Formasi Seureula berupa batu pasir gunung api, dan batu lumpur gampingan berada pada daerah tengah Kota Lhokseumawe yaitu sebagian wilayah Kecamatan Muara Satu dan Muara Dua. Gambar 2.3 Peta Geologi Kota Lhokseumawe Klimatologi Berdasarkan data Meteorologi dan Geofisika (BMG) wilayah Kota Lhokseumawe termasuk dalam type iklim tropis basah yang sangat dipengaruhi oleh iklim laut. Musim kemarau terjadi antara bulan Maret hingga Agustus, sedangkan musim penghujan antara bulan Agustus hingga Februari dengan jumlah curah hujan berkisar antara mm/tahun. Berdasarkan data pada Tahun 2012, curah hujan tahunan berkisar antara ,1 mm/tahun dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan 11

26 November sebesar 428,1 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada Bulan Februari sebesar 6,7 mm perbulan. Jumlah hari hujan berkisar antara 3 22 hari dimana jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada Bulan November sebanyak 22 hari, sedangkan jumlah hari hujan terendah terjadi pada Bulan Januari sebanyak 3 hari. Seperti halnya kondisi kota-kota pesisir lain di Indonesia, suhu udara di Kota Lhokseumawe cukup tinggi dengan kisaran antara C, dengan kelembaban udara berkisar antara 69% - 86%. Kondisi curah hujan di Kota Lhokseumawe dapat dilhat pada Gambar 2.4 dibawah. Gambar 2.4 Peta Curah Hujan Kota Lhokseumawe Potensi Pengembangan Wilayah Pengembangan Kawasan Kota Lhokseumawe didasarkan pada dampak yang terjadi terhadap aspek pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya dan Lingkungan. Rencana Tata Ruang Kota Lhokseumawe Tahun memberikan arah pengembangan wilayah Kota Lhokseumawe yang dibagi menjadi 3 (tiga) zona pengembangan diantaranya : 12

27 1. Zona pesisir, merupakan daerah pinggiran pantai dan memiliki kondisi wilayah relatif datar, zona pesisir mencakup: Zona Pesisir di Kecamatan Muara Satu dengan kegiatan utamanya diperuntukkan bagi sektor industri besar, industri menengah dan pariwisata; Zona Pesisir di Kecamatan Banda sakti dengan kegiatan utamanya untuk pelayanan kota seperti: pendidikan, pemerintahan, kesehatan, permukiman dan pariwisata, perdagangan dan Jasa; Zona pesisir di Kecamatan Blang Mangat dengan kegiatan utamanya diperuntukkan bagi sektor perikanan laut, dan sektor perikanan darat. 2. Zona Tengah merupakan daerah sekirat Jalan Banda Aceh Medan, memiliki kondisi wilayah relatif datar dan berbukit, wilayah ini mencakup Kecamatan Muara Satu, Kecamatan Muara Dua dan Kecamatan Blang Mangat dengan kegiatan utamanya diperuntukkan bagi perdagangan dan permukiman. 3. Zona Dalam merupakan daerah dataran tinggi disekitar Jalan Elak memiliki kondisi wilayah berbukit, dengan kegiatan utama pada kawasan ini diperuntukkan bagi kegiatan pertanian (lahan basah dan lahan kering), peternakan, pariwisata dan sebagian permukiman. 13

28 Gambar 2.5 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe Wilayah Rawan Bencana Kawasan rawan bencana di Kota Lhokseumawe meliputi kawasan rawan bencana gempa bumi, kawasan rawan bencana tsunami, kawasan rawan bencana banjir, kawasan rawan abrasi dan gelombang pasang. Kawasan rawan bencana ini berada pada kawasan lindung dan sebagian kawasan budidaya, sehingga diperlukan pengelolaan intensif terutama yang berada pada kawasan budidaya. Dengan adanya resiko kerawanan terhadap bencana pada kawasan budidaya ini tidak berarti bahwa pada kawasan tersebut tidak dapat dibangun, akan tetapi pemanfaatannya harus disertai dengan upaya untuk mengantisipasi/ mengurangi kemungkinan terjadinya dampak bencana alam (mitigasi). Kawasan rawan bencana gempa bumi tersebar di seluruh wilayah di Kota Lhokseumawe. Pemanfaatan kawasan budidaya yang berada pada kawasan rawan bencana ini harus memperhatikan tingkat kekuatan gempa, terutama terhadap ketangguhan struktur bangunan. Sebagai acuan dalam ketangguhan struktur bangunan adalah dengan memperhatikan tingkat kekuatan gempa yang terjadi pada tahun

29 Selain itu kawasan yang rawan akan bencana abrasi, gelombang pasang, adalah Pantai Ujong Blang, Rancung, Meuraksa. Sedangkan kawasan yang rawan akan bencana banjir terdapat di Kecamatan Banda Sakti, meliputi Gampong Jawa, Gampong Jawa lama, Lancang Garam, dan Tumpok Teungoh. Pemanfaatan kawasan budidaya yang berada pada kawasan rawan bencana ini juga harus memperhatikan potensi abrasi dan gelombang pasang, serta potensi dan besaran banjir yang terjadi. Gambar 2.6 Peta Rawan Bencana Kota Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara Aspek Geografis Kabupaten Aceh Utara merupakan bagian dari Provinsi Aceh yang berada di sebelah utara. Berdasarkan Peta Bakosurtanal skala 1 : , maka secara geografis Kabupaten Aceh Utara terletak pada posisi Bujur Timur dan Lintang Utara. Batas wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan wilayah lainnya sebagaimana pada Gambar 2.3 adalah: Sebelah utara : Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka. Sebelah timur : Kabupaten Aceh Timur. Sebelah selatan : Kabupaten Bener Meriah. Sebelah barat : Kabupaten Bireun Sementara Luas wilayah Kabupaten Aceh Utara yang tercatat adalah 3.296,86 km 2, atau Ha. Dengan panjang garis pantai 51 km, dan kewenangan kabupaten adalah sampai 4 mil laut, maka luas wilayah laut kewenangan ini adalah Ha atau 3.774,4 km 2. Gambar 2.7 dibawah memberikan gambaran peta wilayah administrasi Kabupaten Aceh Utara. 15

30 Gambar 2.7 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Utara Topografi Wilayah Kabupaten Aceh Utara Dengan batas di sebelah utara merupakan laut, yaitu Selat Malaka, dan di sebelah selatan adalah kaki atau lereng pegunungan, maka secara umum bentuk topografi Kabupaten Aceh Utara dari arah pantai ke arah pegunungan adalah : Dataran pantai, yang terletak sepanjang tepi pantai. Dataran aluvial, yang terletak relatif memanjang di belakang dataran pantai. Zona lipatan, yang terletak relatif memanjang di belakang dataran aluvial. Zona volkanik, yang merupakan kaki/lereng sampai punggungan pegunungan. Gambar 2.8 Peta ketinggian lahan di Kabupaten Aceh Utara 16

31 Geologi Struktur geologi yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Utara secara garis besar terdiri atas batuan Quarter yang cenderung di bagian pesisir (bagian utara), dan batuan Tersier yang cenderung di bagian pedalaman (bagian selatan). Sebaran ini selaras dengan topografi yang menaik dari utara ke selatan, dan selaras pula dengan pola hilir ke hulu dalam DAS. Jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.9 dibawah ini. 17

32 Gambar 2.9 Peta Geologi Kabupaten Aceh Utara Klimatologi Wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai bagian dari wilayah Provinsi Aceh, termasuk tipe iklim muson dan termasuk iklim tipe C. Wilayah Kabupaten Aceh Utara relatif lebih kering dibandingkan dengan dengan wilayah lainnya di Provinsi Aceh, karena pengaruh Pegunungan Bukit Barisan, di mana wilayah sebelah utara dan timur Pegunungan Bukit Barisan cenderung lebih kering dibandingkan wilayah sebelah barat dan selatannya. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Aceh Utara berkisar antara mm, dengan hari hujan 92 hari. Musim hujan terjadi pada bulan Agustus sampai Januari, dengan curah hujan maksimal terjadi di bulan Oktober- November, yang mencapai di atas 350 mm per bulan dengan hari hujan lebih dari 14 hari. Sementara musim dengan curah hujan lebih rendah (cenderung kemarau) terjadi pada bulan Februari sampai Juli, dan yang cenderung terendah adalah sekitar bulan Maret-April. Rata-rata suhu udara adalah 30 0 C, dengan kisaran antara 26 0 C sampai 36 0 C. Suhu rata-rata pada musim penghujan adala 28 0 C, dan pada musim 18

33 kemarau suhu rata-rata adalah 32,8 0 C. Kelembaban udara berkisar antara %, dengan rata-rata 86,6 %. Lebih jelasnya sebagaimana tercantum pada Gambar dibawah ini. Gambar 2.10 Peta curah hujan Kabupaten Aceh Utara Potensi Pengembangan Wilayah Pembangunan Kabupaten Aceh Utara diprioritaskan pada pembangunan yang memperhatikan potensi wilayah yaitu melalui pengembangan kawasan perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan perikanan yang merupakan mata pencaharian utama sehingga dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan RTRW Kabupaten Aceh Utara dan sesuai karakteristik wilayah maka pengembangan kawasan budidaya dalam rencana pola ruang Kabupaten Aceh Utara yaitu : 1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi 19

34 Kawasan hutan produksi ini relatif terletak antara kawasan hutan lindung dan batas dengan Kabupaten Bener Meriah dengan kawasan perkebunan dan kawasan budidaya lainnya. Selain pemantapan kawasan hutan produksi yang telah ada sebelumnya, juga direncanakan pemanfaatan belukar di bagian lebih hulu lagi dari yang direncanakan untuk kawasan perkebunan. Total luas kawasan hutan produksi ini adalah Ha. 2. Kawasan Peruntukan Pertanian Kawasan sawah (pertanian lahan basah) merupakan pemantapan dari kawasan sawah yang ada dewasa ini dan direkomendasikan penambahan/ perluasannya pada lahan-lahan yang potensial di sekitarnya dan berpeluang untuk dapat dilayani oleh jaringan irigasi/pengairan. Kendati dengan luas yang bervariasi, kawasan sawah terdapat di semua kecamatan. Total luas kawasan sawah ini adalah Ha. 3. Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan tambak merupakan pemantapan dari kawasan tambak yang ada dewasa ini, yang sebarannya adalah di bagian wilayah pesisir, dengan kecenderungan sebaran yang lebih besar di bagian timur. Total luas kawasan tambak adalah Ha sedangkan Perikanan tangkap kurang lebih seluas Ha. 4. Kawasan Peruntukkan Pertambangan Potensi tambang yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara dapat dibedakan atas pertambangan mineral logam, pertambangan mineral non logam, pertambangan batuan, pertambangan batubara, dan bahan tambang dari dalam perut bumi, yang dalam hal ini berupa gas alam, seperti yang telah dieksploitasi oleh Perusahaan EMOI (Exxon Mobil Oil Indonesia) yang dikenal dengan LNG Arun, instalasi tambang gas melewati beberapa kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah dengan luas area kurang lebih 498 (empat ratus sembilan puluh delapan) hektar. Gambar 2.11 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Utara 20

35 Wilayah Rawan Bencana Wilayah rawan bencana di Kabupaten Aceh Utara dapat dibedakan berdasarkan jenis bencana yang terjadi, yaitu : 1. Bencana longsor, dengan jalur dan ruang evakuasi di Gampong Gunci dan Gampong Riseh Teungoh (Kecamatan Sawang), Gampong Pase Sentosa (Kecamatan Geureudong Pase), Meunasah Leubok Kliet (Kecamatan Meurah Mulia), Gampong Meuria Matangkuli (Kecamatan Matangkul i), Gampong Alue Semambu (Kecamatan Cot Girek); 2. Bencana gelombang pasang, dengan jalur dan ruang evakuasi di Gampong Krueng Mate (Kecamatan Syamtalira Bayu), Gampong Beuringen, Gampong Matang Ulim, dan Gampong Keude Blang Mee (Kecamatan Samudera), Gampong Matang Janeng (Kecamatan Tanah Pasir), Gampong Keude Lapang (Kecamatan Lapang), Gampong Meunasah Hagu 21

36 (Kecamatan Baktiya Barat), Gampong Cot Trueng dan Gampong Ulee Titi (Kecamatan Seunuddon), dan Gampong Glumpang Umpung Uno (Kecamatan Tanah Jambo Aye); 3. Bencana gempa bumi dan Bencana tsunami, dengan jalur dan ruang evakuasi di Gampong Pante Gurah dan Gampong Pulo Makmur dan Gampong Pulo Makmur (Kecamatan Muara Batu), Gampong Uteun Geulinggang, Gampong Kd. Krueng Geukeuh, Gampong Paloh Igeuh, dan Gampong Tambon Baroh (Kecamatan Dewantara), Gampong Krueng Mate (Kecamatan Syamtalira Bayu), Gampong Beuringen, Gampong Matang Ulim, dan Gampong Keude Blang Mee (Kecamatan Samudera), Gampong Matang Janeng (Kecamatan Tanah Pasir), Gampong Keude Lapang (Kecamatan Lapang), Gampong Meunasah Hagu (Kecamatan Baktiya Barat), Gampong Cot Trueng dan Gampong Ulee Titi (Kecamatan Seunuddon), dan Gampong Glumpang Umpung Uno (Kecamatan Tanah Jambo Aye). 2.2 Kegiatan-kegiatan Industri dalam KEK Lhokseumawe Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus secara administrasi melibatkan 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Muara Satu di Kota Lhokseumawe dengan luas areal 2128 Ha serta Kecamatan Dewantara di Kabupaten Aceh Utara dengan luas areal 513 Ha. Luas wilayah KEK Lhokseumawe berdasarkan pada wilayah PT. ARUN 1370 Ha, wilayah PT.PIM 277 Ha PT. AAF 236 Ha, dan PT. Pelindo 148 Ha, maka total luasnya adalah Ha, seperti dapat pada Gambar 2.5 dibawah ini. Gambar 2.12 Peta Rencana KEK Lhokseumawe 22

37 Kegiatan industri besar di Kota Lhokseumawe adalah industri pengolahan migas (LNG Arun). Kawasan ini terletak di Blang Lancang, Kecamatan Muara Satu. Kawasan ini merupakan bagian dari Kawasan Industri Lhokseumawe (KIL) yang meliputi wilayah Kota Lhokseumawe dan sebagian wilayah Kabupaten Aceh Utara. Kawasan industri besar lain yang menjadi bagian dari Kawasan Industri Lhokseumawe (KIL) yang terletak di Kabupaten Aceh Utara adalah industri Pupuk Iskandar Muda (PIM), Aceh Asean Fertilizer (AAF), dan Kertas Kraft Aceh (KKA). Keberadaan KIL mendukung Kota Lhokseumawe dan sebagian wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai PKN. Luas lahan yang diperuntukkan untuk kawasan industri besar merupakan luasan instalasi pabrik, tidak termasuk lahan permukiman industri besar dan fasilitas lainnya. Kawasan industri menengah diarahkan untuk pengembangan industri pengolahan. Sektor pendukung industri pengolahan adalah hasil pertanian, perkebunan, peternakan, dan lain-lain. Pengembangan sektor industri menengah diharapkan dapat melengkap sektor industri untuk menggerakan perekonomian Kota Lhokseumawe. Kawasan industri menengah ini terdiri dari 23

38 kawasan industri di Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat dan kawasan industri di Blang Naleung Mameh, Batuphat Barat, Batuphat Timur. Adapun Kawasan Industri Kecil letaknya menyisip pada kawasan lainnya. Kegiatan industri yang cukup berkembang adalah kegiatan pembuatan border khas Aceh dan pembuatan tikar. Industri bordir industri khas Aceh terletak di Batuphat, Kecamatan Muara Satu dan di Blang Cut, Kecamatan Blang Mangat. Sedangkan industri tikar terdapat di Jambo Mesjid, Kecamatan Blang Mangat. Dalam RTRW Kabupaten Aceh Utara, kawasan industri besar diarahkan di Kecamatan Dewantara dan Sawang, yaitu terdiri atas industri PIM, AAF, dan KKA dengan luas total 263 Ha. Luas lahan industri besar tersebut hanya merupakan luasan instalasi pabrik, tidak termasuk lahan permukiman industri besar dan fasilitas lainnya. Kawasan industri besar yang ditetapkan dalam RTRW merupakan pemantapan dari kompleks industri besar yang telah ada sebelumnya, yaitu PIM, AAF, dan KKA. Beberapa kegiatan yang sudah ada di sekitar kawasan KEK Lhokseumawe, diantaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang dikelola PLN dengan kapasitas 200 MW, saat ini sedang dalam taraf pengerjaan dan diperkirakan akan dapat beroperasi pada akhir tahun Di dalam kawasan ini juga terdapat PLTG kepunyaan PT. LNG Arun dengan kapasitas 8 x 20 MW. Di sisi Barat terdapat PT. AAF yang kondisi saat ini sangat memprihatinkan, karena dimungkinkan akan menjadi besi tua karena keterbatasan bahan baku. PT. AAF sudah tidak beroperasi lagi semenjak Desember tahun Kawasan strategis yang berada di Kota Lhokseumawe terdiri dari Kawasan Strategis Nasional yang ditetapkan dalam RTRWN, Kawasan Strategis Provinsi yang ditetapkan dalam RTRW Aceh dan Kawasan Strategis Kota yang ditetapkan dalam RTRW Kota Lhokseumawe. Untuk kawasan industri besar, meliputi Kawasan Industri Lhokseumawe, yang terletak di Blang Lancang, Kecamatan Muara Satu, seluas kurang lebih 915 Ha.kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional dengan sudut pandang kepentingan 24

39 ekonomi. Kawasan peruntukan industri besar Kota Lhokseumawe ini adalah industri pengolahan migas (LNG Arun) yang kedepan direncanakan m enjadi Terminal Regasifikasi seiring dengan berakhirnya eksplorasi gas Arun. Gambar 2.6 memberikan foto udara kawasan existing industri Lhokseumawe. Gambar 2.13 Kawasan existing Industri Lhokseumawe ( PT. Arun, PT. PIM dan PT. AAF ) 2.3. Komponen Sosial dan Ekonomi Komponen Sosial Kota Lhokseumawe A. Demografi Jumlah penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2013 mencapai jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa. Jika dibandingkan dengan luas wilayah Kota Lhokseumawe yang seluas 181,06 Km 2, maka kepadatan penduduk di kota ini mencapai jiwa per Km 2. 25

40 Dari empat kecamatan yang ada di Kota Lhokseumawe, Kecamatan Banda Sakti adalah kecamatan dengan penduduk terbanyak, mencapai jiwa. Kecamatan Blang Mangat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu jiwa. Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan Lhokseumawe Tahun 2013 Kecamatan/ Sub District (1) Penduduk/ Population Luas Wilayah/ Area (Km²) Kepadatan/ Density (jiwa/km²) (2) (3) (4) 1 Blang Mangat , Muara Dua , Muara Satu , Banda Sakti , Jumlah/Total , Sumber : Lhokseumawe Dalam Angka 2014 Komposisi penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2013 untuk kelompok usia 0-14 tahun sebesar 32,07 persen. Kelompok usia tahun 65,32 persen dan kelompok usia 65 tahun ke atas 2,61 persen. Rasio beban tanggungan (dependency ratio) sebesar 53,09 yang berarti sebanyak 53 penduduk usia non produktif (usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) di Kota Lhokseumawe di tanggung oleh 100 penduduk usia produktif (usia tahun). 26

41 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Usia Produktif Kota Lhokseumawe Tahun 2013 Kelompok Usia (1) 0-4 tahun tahun 65+ tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan L+P (2) (3) (4) Jumlah Angka Ketergantungan 54,50 51,72 53,09 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lhoseumawe 2014 B. Aspek Ketenagakerjaan Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di Kota Lhokseumawe tahun 2013 adalah sebesar jiwa. Dari sejumlah itu penduduk perkotaan yang bekerja mempunyai persentase sebesar 75,34 persen, sisanya adalah penduduk pedesaan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kota Lhokseumawe pada tahun 2013 adalah 56,77. TPAK merupakan rasio antara angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja. Angka ini juga dapat menggambarkan jumlah penduduk yang masuk dalam dunia kerja. Angka TPAK sebesar 56,77 dapat diartikan diantara 100 orang penduduk usia kerja terdapat sekitar 56 orang yang bekerja atau mencari pekerjaan. TPAK penduduk pedesaan di Kota Lhokseumawe lebih besar daripada penduduk perkotaan. Hal ini menunjukkan keadaan bahwa penduduk pedesaan lebih banyak yang bekerja dan aktif mencari pekerjaan dibanding penduduk perkotaan. Tabel 2.4 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Berdasarkan Sektor Pekerjaan Utama di Kota Lhokseumawe Tahun

42 Klasifikasi Daerah Sektor Pedesaan Perkotaan Jumlah (1) (2) (3) (4) Pertanian Manufaktur Jasa Jumlah Sumber: BPS Kota Lhokseumawe Angka TPT Kota Lhokseumawe untuk penduduk laki-laki adalah 6,79 sedangkan angka TPT untuk penduduk perempuan lebih tinggi yaitu sebesar 8,92. Penggangguran terbuka sebagian besar adalah pencari kerja, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar angkatan kerja perempuan masih membutuhkan lapangan kerja untuk mereka. C. Indikator Pendidikan Penduduk Kota Lhokseumawe yang berumur 10 tahun ke atas pada tahun 2013 yang berijazah (pendidikan tertinggi yang ditamatkan) SMA sederajat sebesar 38,31 persen; berijazah SMP sederajat sebanyak 17,40 persen; SD sederajat sebanyak 22,51 persen; dan perguruan tinggi sebanyak 10,27 persen. Sementara itu persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang belum/tidak tamat SD adalah 11,51 persen. Berdasarkan fakta bahwa sebagaian besar penduduk berpendidikan SMA sederajat, maka pembangunan sumber daya manusia di bidang pendidikan di Kota Lhokseumawe dapat dikatakan telah berlangsung dengan baik karena sebagian besar penduduk telah melampaui Program Wajib Belajar 9 Tahun. Hal ini berkaitan dengan daya saing dengan sumber daya manusia daerah lain dalam menghadapi era kompetesi global sekarang ini. 28

43 Gambar 2.14 Persentase Penduduk menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kota Lhokseumawe Tahun 2013 Pada tahun 2013 angka melek huruf penduduk Kota Lhokseumawe umur 15 tahun ke atas mencapai 99,69 persen. Dengan kata lain, sebesar 0,31 persen penduduk umur 15 tahun ke atas di kota ini belum atau tidak dapat membaca dan menulis. Namun, dapat dimaklumi karena pada umumnya penduduk yang belum atau tidak membaca dan menulis tersebut terkonsentrasi pada penduduk kelompok umur tua. Gambar 2.15 Angka Melek Huruf di Kota Lhokseumawe Tahun

44 Sumber BPS Kota Lhokseumawe 2014 D. Indikator Kesehatan Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, maka angka harapan hidup penduduk di Kota Lhokseumawe pun mengalami peningkatan. Secara perlahan peluang hidup penduduk di Kota Lhokseumawe menunjukkan perbaikan pada tahun Angka harapan hidup penduduk kota ini pada tahun 2013 mencapai 72,03 tahun, sedikit lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 71,47 tahun. Hal ini berarti pada tahun tersebut penduduk Kota Lhokseumawe memiliki harapan hidup sekitar 71 tahun. Gambar 2.16 Angka Harapan Hidup di Kota Lhokseumawe Tahun

45 Sumber BPS Kota Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara A. Demografi Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara tercatat jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,69% per tahun. Luas wilayah 3.296,86 km 2 maka kepadatan penduduk mencapai 168 jiwa/km 2 dengan sebaran di 27 kecamatan selama periode tahun sebagaimana tercantum pada Tabel 2.2. Ditinjau dari distribusi penduduk terbesar di Kecamatan Lhoksukon mencapai jiwa dan kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Dewantara mencapai jiwa/km 2, sedangkan jumlah dan kepadatan penduduk terkecil di Kecamatan Geureudong Pase mencapai jiwa dan 17 jiwa/km 2. Bila dilihat dari letaknya, maka dapat diindikasikan bahwa kecamatan-kecamatan di sekitar sumbu wilayah atau di sekitar jalan nasional cenderung mempunyai jumlah dan kepadatan penduduk lebih besar. Tabel 2.4 Perkembangan Distribusi Penduduk Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tahun

46 No. Kecamatan Sawang ,999 35,457 2 Nisam ,473 17,702 3 Nisam Antara ,447 12,61 4 Banda Baro ,518 7,617 5 Kuta Makmur ,648 22,945 6 Simpang Kramat ,946 9,063 7 Syamtalira Bayu ,309 19,562 8 Geureudong Pase ,613 4,674 9 Meurah Mulia ,129 18, Matang Kuli ,035 17, Paya Bakong ,053 13, Pirak Timu ,624 7, Dewantara ,496 46,091 Jumlah , ,566 Sumber: Aceh Utara Dalam Angka Tahun 2014 B. Aspek Ketenagakerjaan Permasalahan seperti tingkat pengangguran, lapangan pekerjaan, produktivitas pekerja, usia kerja menjadi perhatian kebijakan pemerintah karena terkait dengan pertumbuhan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara masih menghadapi tantangan di bidang ketenagakerjaan, berupa terbatasnya lapangan kerja dan kualitas tenaga kerja yang relatif rendah. Tabel 2.5 Rasio Penduduk Kabupaten Aceh Utara yang Bekerja Selama Periode Tahun Rasio Penduduk yang Bekerja 32

47 Karakteristik Angkatan kerja Penduduk yang bekerja Rasio Penduduk yang Bekerja 2,37 2,30 0,75 0,75 Sumber : Dinsosnaker Kabupaten Aceh Utara 2014 C. Indikator Pendidikan Salah satu aspek pendidikan yang mempengaruhi IPM adalah Angka Melek Huruf (AMH). Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Pada periode , capaian angka melek huruf Kabupaten Aceh Utara selalu mengalami peningkatan. Angka melek huruf di pada tahun 2012 sebesar 90,50%, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang berada di tingkat 90,47%. Pencapaian angka melek huruf di Kabupaten Aceh Utara untuk tahun 2014 sudah mencapai 94,88%, hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.6 Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Aceh UtaraTahun Uraian Jumlah Penduduk Usia diatas 15 Tahun yang bisa Membaca dan menulis Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Persentase dapat baca tulis 90,47 90,48 90,50 90,47 94,88 (AMH) % % % % % Sumber : Disdikpora Kab. Aceh Utara 2015 Selain itu, aspek pendidikan yang menjadi salah satu indikator penting adalah Angka Pendidikan Tamatan (APT). APT bermanfaat untuk menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga berguna untuk 33

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mengembangkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2O17 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2O17 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2O17 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang No.28, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEREKONOMIAN. Kawasan Ekonomi Khusus. Arun Lhokseumawe. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6021). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah A. Letak Geografis Kabupaten Aceh Utara merupakan bagian dari Provinsi Aceh yang berada di

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Utara

Profil Kabupaten Aceh Utara Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Jumlah Penduduk : Jiwa (2010) Kecamatan : 27 Mukim : 70 Desa/kelurahan : 852/0 Kode area telepon : - Situs web resmi : - Profil Kabupaten Aceh Utara : Lhoksukon

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Profil Kota Lhokseumawe

Profil Kota Lhokseumawe Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Jumlah Penduduk : Jiwa (2010) Kecamatan : 4 Mukim : 9 Desa/kelurahan : 68/0 Kode area telepon : - Situs web resmi : - Profil Kota Lhokseumawe : Banda Sakti : Sebelah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016

Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 Bab I Pendahuluan I. LATAR BELAKANG Dalam rangka peningkatan kinerja Kabupaten Aceh Utara menjadi good governance yang harus di implementasikan oleh setiap penyelenggaraan Negara dalam mencapai tujuan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah sebagian besar disebabkan oleh perilaku manusia. Salah satu akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. berubah sebagian besar disebabkan oleh perilaku manusia. Salah satu akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai dapat dijadikan salah satu sumber air yang diandalkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan terhadap air, bila fungsi dan perilaku sungai dapat terkendali secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN Bab sebelumnya telah memaparkan konsep pembangunan wilayah berkelanjutan dan indikator-indikatornya sebagai landasan teoritis sekaligus instrumen dalam

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PEMENANG PELELANGAN Nomor: PML.140 /PENG /PAN/APBK/DINKES/2012.

PENGUMUMAN PEMENANG PELELANGAN Nomor: PML.140 /PENG /PAN/APBK/DINKES/2012. Nomor: PML.140 /PENG /PAN/APBK/DINKES/2012. : Pengadaan Konstruksi Pagar dan Penimbunan Gp. U Blang Asan Kec. Syamtalira Aron Pembukaan Penawaran : Senin, 23 April 2012 PML.126/TAP/PAN/APBK/2012, tanggal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH

BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH BUPATI ACEH UTARA PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 6 TAHUN 2016 TEN TANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT KABUPATEN AC EH UTARA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Provinsi Aceh. GAMBARAN UMUM WPPI ACEH Geografi

Provinsi Aceh. GAMBARAN UMUM WPPI ACEH Geografi Provinsi Aceh GAMBARAN UMUM WPPI ACEH Geografi Letak geografis Provinsi Aceh terletak di ujung barat laut Pulau Sumatera dengan Ibukota Banda Aceh yang memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang lalu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci