Bab Enam. Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab Enam. Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab Enam Pembahasan Bab ini akan membahas keterhubungan antara beberapa variabel yang terkait dengan kinerja industri kreatif. Kinerja industri kreatif perlu mendapat perhatian dalam hubungannya dengan variabel lain sebagaimana dibahas dalam bab sebelumnya yaitu: knowledge management; intellectual capital, knowledge broker. Dalam bab ini akan dibahas pengaruh antara knowledge management terhadap intellectual capital; pengaruh intellectual capital terhadap kinerja industri kreatif; pengaruh knowledge management terhadap kinerja industri kreatif; serta moderasi knowledge broker dalam keterhubungannya dengan knowledge management dan intellectual capital. Pengaruh Knowledge Management Terhadap Intellectual Capital Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa Knowledge management mempunyai kontribusi yang berarti terhadap intellectual capital dengan arah hubungan positif (searah). Artinya knowledge management yang dimiliki mampu meningkatkan intellectual capital industri kreatif. Kondisi demikian terlihat dari dimensi Knowledge management yang terdiri dari: people, process, technologi yang terjabarkan dari masing-masing dimensi sebagaimana dimensi people (merangsang 177

2 berbagi pengetahuan, memelihara berbagi pengetahuan, penggunaan pengetahuan) mampu memberikan perubahan terhadap intellectual capital. Demikian juga dimensi process (mencari pengetahuan, membuat berbagi pengetahuan, menangkap berbagi pengetahuan), serta dimensi technology (menyimpan pengetahuan, membuat pengetahuan, memungkinkan orang lain bekerja sama mudah diakses) mampu memberikan perubahan terhadap intellectual capital. Fenomena yang sama juga berada pada dimensi intellectual capital yang menunjukkan dari masing-masing dimensi sebagaimana dimensi human capital (Attitude, Competencies, Education, Knowledge, Skills) yang sangat baik. Demikian juga dimensi structural capital tercermin dari indikator: Copyright, Corporate, Design rights, Financial relations, culture, information technology infrastructure, dan management process yang sangat baik. Hal yang sama nampak pada dimensi relational capital yang tercermin dalam indikator: brand, company name, customers, distribution channels, franchise agreements, loyalty yang sangat baik. Temuan diatas sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya diantaranya yang disampaikan oleh Nazem (2012): bahwa dimensi manajemen pengetahuan memiliki efek langsung pada modal intelektual. Temuan dari Nazem (2012) ini, lebih jauh lagi, menunjukkan peran manajemen pengetahuan berpengaruh terhadap modal intelektual. Pendapat yang sama dari Hsu dan Sabherwal (2011) mendukung bahwa dampak manajemen pengetahuan pada modal intelektual. Demikian juga Huang (2011): terdapat pengaruh positif yang signifikan dari manajemen pengetahuan tentang modal intelektual. Marr (2003) juga menggaris bawahi peran manajemen pengetahuan pada peningkatan modal intelektual dalam organisasi. Temuan lain dari Rastogi (2002), Wiig (1997), Daud dan Yusoff (2011) juga mengkaji peran manajemen pengetahuan dan hubungannya dengan modal intelektual. Shih et al., (2011) mendukung 178

3 hubungan antara manajemen pengetahuan dan modal manusia. Modal manusia dalam kajian tersebut (Shih et al.,2011) adalah salah satu dimensi modal intelektual. Dalam model yang disajikan oleh Coukas-Semmel (2002), peran manajemen pengetahuan dan dimensi pada modal intelektual dan dimensi - modal manusia, modal struktural, dan pelanggan (relasional). Hipotesis dan temuan dalam studi ini didasari oleh pijakan bahwa intellectual capital yang dimiliki oleh SDM dalam organisasi tercipta sebagai akibat dari adanya manajemen/ pengelolaan pengetahuan yang sistematis dan kokoh. Walaupun penelitian tersebut menghasilkan temuan knowledge management (KM) mempunyai kontribusi (pengaruh) yang sangat berarti (signifikan) terhadap intellectual capital, namun secara empirik pelaksanaan KM berjalan secara konvensional. Artinya pelaksanaan KM pada industri kreatif cenderung bersifat informal dalam pengelolaan pengetahuannya (knowledge management) yang menghasilkan proses KM berjalan cukup, dengan pengertian bahwa kegotong royongan dalam keseharian karyawan dalam bekerja, curahan-curahan pengalaman dan pengetahuan yang pernah dimiliki secara tidak formal dapat didiskusikan dengan baik, yang dapat mendorong komunikasi antar individu. Gambaran KM secara empirik dapat terlihat saat penyebaran kuesioner yang disertai dengan diskusi wawancara dalam memperjelas pernyataan dan jawaban: a. Walaupun pelaksanaan KM seperti di atas, namun masih terselip adanya keinginan berbagi pengetahuan (knowledge sharing) sesama karyawan industri kreatif. Karyawan cenderung bersifat ingin tahu, niat untuk membagi pengetahuan cukup ada, walaupun sifatnya cenderung informal dalam pembicaraan keseharian sambil bekerja. b. Karyawan terbiasa dengan kebiasaan rutinitas aktivitas sehari-hari yang bekerja sambil ngobrol, secara tidak langsung terjadi proses transfer 179

4 pengetahuan dari karyawan satu ke karyawan yang lain. Namun demikian berbagi pengetahuan dapat diperkuat dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat membantu dalam pelaksanaannnya sebagaimana halnya melalui forum diskusi online, intranet, ekstranet. c. Faktor lain dalam knowledge management yang cukup tersebut adalah mencari pengetahuan baik melalui cara tradisional (trial and error)dalam industri kreatif yaitu melihat, meniru, menambahi, menandai, memberikan perbedaan terhadap produk/ karya yang dihasilkan, walaupun secara etika bisnis hal tersebut cenderung tindakan kearah penjiplakan dalam hal menentukan desain produk, strategi pemasaran, kisaran harga, cara pelayanan, serta rencana pengembangan produk agar lebih kreatif dan inovatif. Gambaran KM pada industri kreatif terdapat beberapa hal yang kurang baik dalam proses KM, yaitu: Keinginan untuk menularkan pengetahuan yang belum maksimal, dapat disebabkan lemahnya budaya berbagi pengetahuan yang ada pada industri kreatif, minimnya keinginan memelihara berbagi pengetahuan. Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Wongso Wijoyo salah satu pelaku industri kreatif sub sektor periklanan terkait dengan knowledge management : 180

5 Begini lho pak, apa itu yang disebut knowledge management, disini apakah itu ada atau tidak yang jelas pegawai saya bekerja setiap hari apakah hal itu dibilang rajin.apakah dia mau cerita pengalamannya biasanya terjadi saat bekerja sambil ngobrol. Unsur kegototong royongan dalam perusahaan saya mungkin termasuk dalam knowledge management ya.ngobrol keseharian itu biasanya sambil tukar pikiran. ftengalaman biasanya banyak digunakan untuk dirinya sendiri dalam menghadapi persoalan.ngajari teman lewat pengalaman lebih mudah dicontoh temannya yang butuh.dikatakan enggan bercerita tentang pengetahuan/ pengalaman ya ada benarnya. Mengelola itu ya gampang-gampang susah. Susahnya kadang karyawan males cari ide baru, gampangnya kalau dikasih conto cepat nyonto/nirunya, kadang ditambahi ini itu bisa menjadi berbeda.sumber : wawancara dilakukan tgl 4 Nopember Menyimak dari uraian di atas tentang pelaksanaan KM dalam industri kreatif, nampak bahwa proses KM sudah berjalan di dalam aktivitas industri kreatif sehari-hari dengan model secara konvensional dan sederhana. Kondisi demikian sudah barang tentu sangat perlu mendapat pertimbangan pihak lain untuk membantu memaksimalkan pelaksanaan KM di dalam industri kreatif. Fenomena knowledge management tersebut sangat mempunyai keterkaitan dengan karakteristik responden. Beberapa di antaranya adalah prosentase tingkat pendidikan terakhir dari pengelola/ pimpinan di industri kreatif Jawa Timur. Komposisi pendidikan SMA mempunyai prosentase terbesar (55,42%) dibandingkan pendidikan S1 maupun S2. Di samping proporsi tingkat pendidikan yang rendah juga lama usaha dari sub sektor tersebut, dimana sebanyak 58,23% lama usahanya masih dibawah 5 tahun. Hal lain adalah sedikitnya jumlah SDM yang diberdaya gunakan dalam industri kreatif termasuk dalam kelompok UKM kreatif. Dari responden sebanyak 249, terdapat 85,54% industri kreatif yang mempunyai SDM < 10 karyawan. Kaarakteristik lain yang menonjol adalah jumlah SDM wanita, 181

6 walaupun jumlahnya tidak terlalu extrim, yaitu sebanyak 54,62% namun perlu mendapat perhatian. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Industri Kreatif Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa intellectual capital mempunyai kontribusi yang sangat berarti terhadap kinerja industri kreatif. Artinya semakin kuat kemampuan intellectual capital yang dimiliki semakin tinggi pula kinerja industri kreatif. Dimensi intellectual capital yang kuat tersebut tercermin dari indikator masing masing dimensi intellectual capital: human capital, structural capital, dan relational capital yang dalam pelaksanaannya berjalan sangat baik. Kondisi demikian terjabarkan dari masing-masing dimensi sebagaimana dimensi human capital (Attitude, Competencies, Education, Knowledge, Skills) yang sangat baik. Demikian juga dimensi structural capital tercermin dari indikator: Copyright, Corporate, Design rights, Financial relations, culture, information technology infrastructure, dan management process yang sangat baik. Hal yang sama nampak pada dimensi relational capital yang tercermin dalam indikator: brand, company name, customers, distribution channels, franchise agreements, loyalty yang sangat baik. Dimensi intellectual capital yang kuat tersebut tercermin dari indikator masing masing dimensi sebagaimana dimensi human capital (attitude, competence, education, knowledge, skills, dan copyright). Demikian juga dimensi structural capital dengan indikator: corporate culture, design rights, financial relations, information technology infrastructure, management processes,dan brand. Hal yang sama dimensi relational capital dengan indikator: company name, customers, distribution channels, franchise agreements, loyalty. 182

7 Gambaran kekuatan intellectual capital yang terjadi ditemukan saat penyebaran kuesioner yang disertai dengan diskusi wawancara dengan sejumlah pernyataan dan jawaban yang memperjelas hal tersebut. Adapun pernyataan-pernyataan dimaksud sebagai berikut: a. Karyawan secara umum sikapnya baik, tanggap dan segera merespon dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap (attitude) yang baik tersebut dalam hal melakukan pekerjaan, bekerja sesuai uraian jabatan, bukan bekerja baik karena perintah pimpinan. Tanggap dan peduli terhadap kondisi lingkungan kerja. b. Semangat/ motivasi karyawan baik dalam melaksanakan pekerjaan. Semangat kerja yang merupakan cerminan dari motivasi merupakan dasar bagi kinerja karyawan. Industri kreatif yang merupakan kegiatan usaha yang didasari unsur kreativitas sangat penting untuk menghasilkan produk yang kreatif dan inovatif. c. Sebagian besar pekerjaan bersifat rutin, karyawan saya secara umum mudah memahami. Kerutinan dalam bekerja analog dengan kebiasaan dalam bekerja, sehingga akan menjadikan karyawan mudah dalam menjalankan pekerjaannya. Namun walau pun ada unsur kerutinan dalam bekerja, unsur kreatif (ketidak rutinan) lebih menonjol dalam pekerjaan dalam sub sektor industri kreatif. d. Karyawan cenderung terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan dalam sub sektor periklanan, sub sektor permainan interaktif, sub sektor komputer dan piranti lunak, sub sektor musik, sub sektor TV & radio, sub sektor video film & fotographie membutuhkan keterampilan lebih khusus. e. Usaha saya memiliki pelanggan sebagai modal yang sangat penting bagi perusahaan. Kemampuan melayani dan memuaskan pelanggan merupakan salah satu dari modal relasi (relational capital) dalam industri 183

8 kreatif. Karyawan diupayakan selalu menjalin dan membina hubungan yang baik dengan pelanggan. h. Usaha saya sering mempunyai kerjasama dengan mitra kerja. Mitra kerja dalam hal ini sebagai pihak untuk menjalin terkait dengan pekerjaannya, misalnya dalam sub sektor periklanan bermitra dengan para pebisnis yang akan mengiklankan produk. Dalam sub sektor musik bermitra dengan industri rekaman, dalam sub sektor TV & radio bermitra dengan pemasang iklan. Demikian juga sub sektor komputer & piranti lunak akan bermitra dengan para pemasok bahan dan pengguna. i. Usaha saya menjalin kerjasama untuk mendistribusikan hasil. Walaupun industri kreatif tidak selalu mempunyai mitra kerja dalam penjualan produk, namun kendala pendistribusian masih dapat diatasi. Adapun fenomena kinerja industri kreatif yang tinggi dapat tercermin saat penyebaran kuesioner yang disertai dengan diskusi wawancara dalam memperjelas pernyataan dan jawaban: a. Setahap demi tahap pertumbuhan labanya cenderung meningkat walaupun sedikit b. Secara pelan-pelan penjualan juga meningkat c. Selalu berusaha melakukan pembaharuan produk baru d. Pangsa pasar cenderung tumbuh dari waktu ke waktu e. Memberi peluang kesempatan kerja bagi karyawan baru untuk lebih maju Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Sangaji salah satu pelaku industri kreatif sub sektor musik terkait dengan intellectual capital adalah sebagai berikut: 184

9 Karyawan saya dapat dikatakan sikapnya dalam kerja baiklah, banyak nurutnya, termasuk tanggap pada pengguna. Anak-anak cepat sekali bertindak jika ada keluhan dari pengguna. Anak-anak tekadnya (motivasi) besar sekali, walau kadang dia belum tentu mampu, tapi yang penting kemauannya tinggi. Masalah pelanggan memang saya tanamkan bahwa pelanggan adalah raja dan ladang emas yang harus dijamu. Anak-anak megang kata-kata saya itu.saya menanmkan pada mereka bahwa yang kita jual adalah pelayanan Sumber: wawancara dilakukan tgl 12 Nopember 2015 Berpijak pada uraian di atas dengan dimensi intellectual capital yang cukup kuasakan berdampak terhadap meningkatnya kinerja industri kreatif. Kajian tersebut senada sebagaimana temuan Bontis et al., (2000) menyatakan bahwa Intelellectual Capital yang terdiri dari 3 elemen yaitu human capital, structural capital, relational capital, dimana seluruh element intelellectual capital mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja bisnis. Demikian juga temuan dari Maditinos et al., (2010), menghasilkan kesimpulan bahwa intelellectual capital memiliki hubungan positif terhadap kinerja bisnis di kedua jenis industri. Hal senada disampaikan oleh Cabrita dan Bontis (2008) dengan tujuan dalam penelitian untuk menguji antarhubungan dan interaksi antara komponen modal intelektual dan kinerja bisnis di Portugal industri perbankan. Menghasilkan temuan bahwa modal intelektual memiliki dampak yang signifikan dan substantif terhadap kinerja. Dengan memaksimalkan IC yang dimiliki perusahaan yang tercermin dalam peningkatan human capital, structural capital dan relational capitalnya maka akan membawa dampak terhadap peningkatan kinerja bisnis. Pentingnya modal intelektual (IC) untuk keberhasilan perusahaan yang saat ini secara luas diakui oleh beberapa peneliti dan praktisi (Brooking, 1996; Edvinsson dan Malone, 1997; Hussi dan Ahonen, 2002; Kujansivu dan Lo nnqvist, 2007; Marr dan schiuma, 2001; Mayo, 2001; Roos 185

10 et al., 1997; Sveiby, 1997). Selain intelellectual capital yang penting untuk organisasi, juga merupakan salah satu faktor yang paling penting bagi pembangunan sosial dan ekonomi (Bontis, 2004;. Medina et al., 2007). Marr et al., (2003) menyimpulkan dua hal tentang keadaan penelitian intelellectual capital, pertama, penelitian yang menghasilkan hubungan yang erat antara IC dengan pembangunan sosial, dan kedua, penelitian yang menghasilkan keeratan hubungan antara IC yang mendorong kinerja bisnis. Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Industri Kreatif Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Industri Kreatif Tanpa Variabel Kontrol Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa knowledge management (KM) belum mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan berlawanan. Artinya perubahan knowledge management yang dimiliki tidak memberikan efek perubahan terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan terbalik. Kondisi seperti tersebut di atas menunjukkan bahwa KM tidak dapat secara langsung memberikan efek perubahan terhadap kinerja industri kreatif. Maknanya bahwa KM harus memanfaatkan keberadaan intellectual capital sebagai mediasi pengaruhnya terhadap kinerja industri kreatif. Fenomena knowledge management yang demikian tersebut dapat diduga bahwa efek langsung (hubungan langsung) dari perubahan KM adalah perubahan intellectual capital. Intellectual capital dalam organisasi tercipta sebagai akibat dari adanya manajemen/ pengelolaan pengetahuan yang sistematis dan kokoh. Penangkapan pengetahuan, penyimpanan dan pendistribusian serta penerapan pengetahuan tidak dapat terjadi secara kebetulan dan tidak sistematis, akan tetapi melalui pengelolaan pengetahuan (knowledge management) yang baik. Makna dari uraian di 186

11 atas menunjukkan bahwa ketersediaan dan lahirnya intellectual capital yang handal dibangun dari pengelolaan pengetahuan yang sistematis. Sebagaimana yang disampaikan Nonaka dan Takeuchi (1995), perusahaan di Jepang keterampilannya menjadi sukses karena terdapat pengelolaan/ penciptaan pengetahuan (management/ creation of knowledge) pada organisasi. Makna dari kalimat Nonaka dan Takeuchi (1995), di atas adalah intellectual capital yang berwujud keterampilan adalah hasil terbentuknya knowledge management yang kokoh. Gambaran Knowledge management yang kurang maksimal tersebut terlihat dari dimensi dan indikator dari variabel knowledge management sebagaimana dimensi people (merangsang berbagi pengetahuan, memelihara berbagi pengetahuan, penggunaan pengetahuan) tercermin dalam uraian berikut. Sebagian besar masalah KM dalam usaha kecil menengah termasuk industri kreatif adalah kelemahan dalam berbagi pengetahuan. Jikapun berbagi pengetahuan dapat berjalan namun dengan proses sederhana yaitu melalui ngobrol dan curahan pendapat sesama karyawan. Hal lain yang menjadi lemahnya proses KM dalam hal memelihara pengetahuan. Kegiatan ini merupakan hal yang tidak menarik karena merupakan kegiatan yang secara rutin dilakukan sehingga pengetahuan tersebut tetap terpelihara dalam kemampuan karyawan. Menggunakan pengetahuan dalam kegiatan sehari-hari adalah mudah, namun menggunakan pengetahuan dalam menghadapi persoalan adalah tidak mudah. Demikian juga dimensi process dengan indikator: mencari pengetahuan, membuat berbagi pengetahuan, menangkap berbagi pengetahuan: 187

12 Mencari pengetahuan identik dengan belajar dan bertanya kepada pihak/sumber pengetahuan. Secara psikologis kegiatan itu menjadi beban bagi karyawan yang melakukan. Hal yang sama juga rendahnya berbagi pengetahuan, yang sangat terkait dengan kegiatan mencari pengetahuan. Sementara itu pada dimensi technology dengan indikator: menyimpan pengetahuan, membuat pengetahuan, memungkinkan orang lain bekerja sama mudah diakses: IT yang dibutuhkan dan digunakan dalam industri kreatif cukup tinggi intensitasnya. Namun seringkali keberadaan (ketersediaannya tidak maksimal). Sehinga aksesbilitas pengetahuan dan pendistribusian pengetahuan tidak dapat maksimal. Berpijak pada uraian di atas dengan dimensi knowledge management yang lemah maka tidak memberikan efek terhadap kinerja industri kreatif. Bahkan yang terjadi, arah hubungan antara knowledge management dan kinerja industri kreatif mempunyai arah hubungan yang negatif. Artinya kenaikan knowledge management yang dimiliki cenderung tidak berakibat terhadap kinerja industri kreatif. Temuan di atas tidak sejalan dengan kajian riset Mills dan Smith (2011) serta Hassan (2012). Dimana Mills dan Smith (2011) mengkaji dari sumber daya knowledge management pada kinerja perusahaan, tujuannya untuk menunjukkan knowledge management berdampak pada kinerja perusahaan. Sedangkan, Hassan (2012) mengkaji peran pengelolaan pengetahuan dalam meningkatkan kinerja perusahaan di beberapa perusahaan Mesir dengan hasil yang menunjukkan hubungan positif antara knowledge management dan kinerja perusahaan. Selaras dengan hal tersebut didukung pernyataan Azadehdel, et al., (2013), hasil kajian menunjukkan bahwa ada hubungan antara KM (tacit pengetahuan) dan 188

13 inovasi kualitas dan juga di antara kualitas inovasi dan kinerja perdagangan dan manufaktur perusahaan di provinsi Guilan. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang disertai dengan diskusi wawancara dalam memperjelas pengisian jawaban, diperoleh beberapa temuan: a. Knowledge management pada industri kreatif masih lemah. Butiran indikator tersebut dinyatakan rendah (tidak kokoh) terkait dengan hal-hal : merangsang berbagi pengetahuan, mencari pengetahuan, membuat berbagi pengetahuan, menangkap berbagi pengetahuan, menyimpan pengetahuan, membuat pengetahuan. b. Dalam penyebaran pengetahuan dapat berawal dari pengetahuan yang berasal dari pengalaman (tacit) kearah pengetahuan explicit. Ada banyak hal menarik yang diungkapkan terkait knowledge management pada industri kreatif banyak tacit knowledge tidak mudah dibagikan (di-sharing-kan). Hal tersebut terkait dari pengalaman pribadi, akan tetapi karyawan yang bersangkutan sulit untuk menjelaskan sebagai bentuk penyebaran pengetahuan. c. Proses sharing pengetahuan belum tentu sama sebagaimana secara konsep dari tacit ke explicit, lalu dari explicit kembali ke tacit lagi. Biasanya berupa standard baku tertentu sebagai misalnya panjang, lebar, ketebalan dan ukuran lainnya, yang dapat di explicitkan dalam bentuk standard. Upaya yang bisa dilakukan adalah melalui dokumentasi. Hasil dari dokumentasi yang berupa gambar bisa digunakan oleh orang lain untuk mendapatkan knowledge. d. Kemampuan pelaku industri kreatif untuk menghasilkan temuan mutakhir yang dimulai dari dasar (nol) untuk menemukan terobosan adalah sesuatu yang tidak mudah terjadi. Biasanya yang sering terjadi kemunculan ide yang kreatif berasal dari pengalaman 189

14 sebelumnya atau dapat juga berasal dari diskusi (sharing) dari sesama rekan kerja di industri kreatif. Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Samadikun salah satu pelaku industri kreatif sub sektor komputer & piranti lunak terkait dengan knowledge management sebagai berikut: Saya bisa memahami kalau knowledge management itu penting dalam usaha saya. Apalagi usaha saya komputer mesti dibutuhkan itu., tapi yaitu perihal menciptakan pengetahuan kayaknya belum dapat dilakukan disini, yang sudah pasti ya memanfaatkan pengetahuan komputer. Itu sama dengan menciptakan sesuatu mulai dari nol. Tapi mungkin saja sebenarnya bisa terjadi, tapi hingga sekarang kayaknya belumlah. Bercerita tentang pengalaman kerja biasanya terjadi antara senior dan yunior, namun itu nggak gampang apalagi yang sifatnya seni, kalau tentang ukuran dan panjang gampang menceritakannya Sumber : wawancara dilakukan tgl 27 Nopember 2015 Padahal seharusnya dengan adanya KM, karyawan dapat lebih siap atas perubahan. Dampak-dampak ini membuat karyawan merasa lebih baik karena pengetahuan yang diperoleh dan peningkatan keterampilan serta dampak meningkatnya nilai pasar/market value mereka dibandingkan karyawan organisasi lain. Dampak langsung KM pada kinerja organisasi muncul ketika pengetahuan digunakan untuk menciptakan produk inovatif yang dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan atau ketika strategi KM selaras dengan strategi bisnis. Sehingga dampak langsung berkaitan dengan pendapatan dan/ atau biaya dan secara eksplisit berkaitan dengan visi atau strategi organisasi. Tujuan KM berupaya untuk mentransfer knowledge dalam bentuk tacit ke explicit, kemudian dari explicit kembali menjadi tacit knowledge, dan seterusnya hingga membentuk spiral Nonaka. Knowledge pada awalnya digambarkan sebagai noktah yang kemudian berpusar semakin membesar sebagai gambaran bahwa knowledge yang ada semakin berkembang. 190

15 Konsep dari spiral Nonaka ini juga berlaku dalam industri kreatif, semakin sering terjadi sharing pengetahuan dilakukan, maka corak lagu/ disain iklan/ macam permainan interaktif/ variasi gambar yang dihasilkan juga akan dapat memenuhi keinginan. Diharapkan melalui sharing pengetahuan tacit dan explicit, akan diperoleh berbagai macam pengetahuan yang dapat memperkaya wawasan desain tertentu. Tidak mudah untuk mendokumen tasikan desain dan seni kreatif dan inovasi ke dalam tulisan-tulisan. Pengaruh Knowledge Management Terhadap Kinerja Industri Kreatif dengan Variabel Kontrol Merujuk bahasan fenomena knowledge management tersebut sangat mempunyai keterkaitan dengan kharakteristik responden. Beberapa diantaranya adalah prosentase tingkat pendidikan terakhir dari pengelola/ pimpinan di industri kreatif Jawa Timur. Komposisi pendidikan SMA mempunyai prosentase terbesar (55,42%) dibandingkan pendidikan S1 maupun S2. Tingkat pendidikan pengelola/ pimpinan yang sebagian besar rendah inilah yang memungkinkan pelaksanaan knowledge management yang terjadi di industri kreatif berjalan tidak maksimal. Di samping proporsi tingkat pendidikan yang rendah juga lama usaha dari sub sektor tersebut, dimana sebanyak 58,23% lama usahanya masih dibawah 5 tahun. Artinya sebanyak 58,23% industri kreatif tersebut mempunyai masa/ lama usaha < 5 tahun. Dengan lama usaha < 5 tahun tersebut sangat mungkin sekali proses knowledge management belum berjalan dengan baik,dengan pengertian pengalaman pimpinan dalam mengelola belum lama, serta karyawan belum banyak mempunyai pengalaman, sehingga proses berbagi pengetahuan dari pengetahuan tacit (pengalaman) ke explicit tidak maksimal. Hal lain yang menyebabkan knowledge management demikian adalah sedikitnya jumlah SDM yang diberdaya gunakan, walaupun industri kreatif termasuk dalam kelompok UKM kreatif, namun dengan sedikitnya SDM yang digunakan akan memperlemah pengayaan dan pengembangan 191

16 pengetahuan. Dari responden sebanyak 249, terdapat 85,54% industri kreatif yang mempunyai SDM < 10 karyawan. Karakteristik lain yang menonjol adalah jumlah SDM wanita, walaupun jumlahnya tidk terlalu extrim, yaitu sebanyak 54,62% namun perlu mendapat perhatian. Dua karakteristik: lama usaha industri kreatif yang relatif dini (< 5 tahun), dan tingkat pendidikan terakhir pimpinan/ pengelola industri kreatif adalah SMA, dipertimbangkan dimasukkan sebagai variabel kontrol. Untuk membuktikan ke dua hal tersebut perlu dilakukan pengujian, dengan meletakkan sebagai variabel Dummy dengan, D = 0 untuk kategori < 5 tahun, D = 1 untuk kategori 5 tahun. Demikian juga D = 0 untuk kategori < SMA, D = 1 untuk kategori> SMA. Selanjutnya dimasukkan sebagai variabel kontrol dalam hubungannya antara knowledge management terhadap kinerja industri kreatif. Berikut hasil olahan PLS sebagaimana tampak pada gambar 6.1. Gambar 6.1. MODEL PLS TAHAP 1 (dengan memasukkan variabel kontrol) 192

17 Berdasarkan gambar 6.1. model PLS nampak bahwa adanya model dasar: model struktural yang mengubungkan antara variabel knowledge management terhadap intellectual capital dengan menempatkan tingkat pendidikan dan lama usaha sebagai variabel kontrol. Demikian juga nampak adanya model struktural yang menghubungkan antara variabel knowledge management terhadap kinerja industri kreatif dengan menempatkan hal yang sama tingkat pendidikan dan lama usaha sebagai variabel kontrol. Akan tetapi dalam hal ini hanya pengaruh knowledge management terhadap kinerja industri kreatif saja yang akan dibahas, hal tersebut diduga 2 (dua) karakteristik responden tersebut sebagai penyebab: tidak adanya pengaruh yang signifikan antara knowledge management terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan negatif. Mengacu gambar 6.1. di atas nampak adanya model pengukuran dengan indikator dengan loading factor yang lebih kecil dari Indikator yang demikian tidak memenuhi syarat, sehingga perlu dihapus. Perubahan dari langkah tersebut menghasilkan model PLS sebagai berikut. Gambar 6.2. MODEL PLS TAHAP 2 (dengan memasukkan variabel kontrol) Sumber: hasil olah data PLS 193

18 194 Mengacu gambar 6.2. di atas nampak bahwa indikator-indikator yang mempunyai factor loading lebih kecil dari 0.50 telah dihapus semua, sehingga seluruh indikator dapat dikatakan valid. Selanjutnya dapat dilihat koefisien path pada inner model seperti pada tabel 6.1. Lama Usaha * Know. Management -> Kinerja.Ind.Kreatif Pendidikan * Know. Management -> Kinerja.Ind.Kreatif Tabel 6.1. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) Standard Error (STERR) T Statistics ( O/STERR ) Keterangan Signifikan Signifikan Batas signifikansi : Loading factor (original sample) 0,50 (Ghozali, 2008)atau Z α 1,645 (Z α = 0,05 (5%) Sumber: hasil olah data PLS Berpijak pada tabel 6.1.di atas menghasilkan temuan: 1. Dengan menempatkan lama usaha sebagai variabel kontrol, knowledge management mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan selaras. Artinya perubahan knowledge management terhadap perubahan kinerja industri kreatif benar-benar bukan disebabkan oleh variabel di luar variabel penelitian (disebabkan oleh lama usaha). Maknanya semakin lama masa usaha industri kreatif, akan menyebabkan pengaruh antara knowledge management terhadap perubahan kinerja industri kreatif semakin kuat. 2. Dengan menempatkan tingkat pendidikan sebagai variabel kontrol, knowledge management mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan selaras. Artinya perubahan knowledge management terhadap perubahan kinerja industri

19 kreatif benar-benar bukan disebabkan oleh variabel diluar variabel penelitian (disebabkan oleh tingkat pendidikan). Maknanya semakin tinggi pendidikan pengelola industri kreatif, akan menyebabkan pengaruh antara knowledge management terhadap perubahan kinerja industri kretaif semakin kuat. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa: knowledge management mempunyai pengaruh non signifikan terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan negatif (sebagaimana sub bab 6.3), disebabkan karena lama usaha industri kreatif masih dini (< 5 tahun), dan tingkat pendidikan pengelola industri kreatif masih SMA. Moderasi Knowledge Broker dalam Hubungannya dengan Knowledge Management dan Intellectual Capital Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa moderasi knowledge broker dalam hubungannya dengan knowledge management dan intellectual capital mempunyai peranan yang kuat. Hal ini mengandung makna bahwa knowledge broker benar-benar mempunyai peranan yang dapat memperkuat dalam keterhubungannya antara knowledge management dengan intellectual capital industri kreatif. Peran knowledge broker dalam memperkuat hubungan antara knowledge management dan intellectual capital tersebut didukung oleh kekuatan knowledge broker tersebut tercermin dari sebaran nilai rata- rata sebesar 4.389, yang mencerminkan knowledge broker mempunyai peranan yang kuat dalam keterhubungan antara knowledge management dengan intellectual capital. Maknanya keberadaan knowledge broker sangat dibutuhkan sekali untuk memperkuat keterhubugannya antara knowledge management dan intellectual capital industri kreatif. 195

20 Uraian yang mendukung pernyataan di depan yaitu oleh Ziam, Landry, dan Amara, (2009), dalam Knowledge brokers: a winning strategy for improving knowledge transfer and use in the field of health. Dalam konteks ini, broker pengetahuan dapat memainkan peran penting dalam pembaharuan pengetahuan mendukung perawatan yang berkualitas dan membenarkan alokasi resources. Dalam meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan, beberapa strategi untuk meningkatkan pemanfaatan pengetahuan dan inovasi telah diprioritaskan melalui peran broker pengetahuan (knowledge broker). Mengacu dari uraian di atas bahwa dengan adanya KB akan berdampak terhadap pembaharuan pengetahuan, dan inovasi pengetahuan. Padahal pengetahuan dalam industri kreatif yang lebih operasional adalah pengetahuan dalam menciptakan produk kreatif, dan pengetahuan pembaharuan produk inovatif yang dibangun melalui kemampuan modal intelektualnya. Jika ditinjau ulang tentang Framework Knowledge Broker (Oldham dan McLean, 1997) yang terdiri dari: "Interface" menghubungkan pengguna dan pencipta "Direct" mengacu pada fakta bahwa dalam beberapa kasus ada interface langsung antara menggunakan pengetahuan dan menciptakan pengetahuan, "Distributor" menyebarkan pengetahuan (contohnya termasuk penerbit, on-line penyedia, dll), "Integrator" mengambil ilmu yang dibuat oleh orang lain dan menafsirkannya untuk kepentingan pengguna tertentu (contohnya termasuk konsultan, Komisi Royal, kebijakan organisasi penelitian, transfer teknologi). Di samping itu sebagai "Intermediaries" yang menghubung kan pengguna dan pencipta, dan yang terakhir adalah sebagai "Broker" mirip dengan perantara, perbedaannya adalah bahwa seperti dengan real estate atau broker saham, broker pengetahuan memperoleh pendapatan yang merupakan fungsi dari nilai dipertukarkan dalam transaksi antara pengguna dan pencipta. 196

21 Uraian yang mendukung pernyataan di atas yaitu oleh Ziam, Landry, dan Amara, (2009), dalam Knowledge brokers: a winning strategy for improving knowledge transfer and use in the field of health. Dalam konteks ini, broker pengetahuan dapat memainkan peran penting dalam pembaharuan pengetahuan mendukung perawatan yang berkualitas dan membenarkan alokasi resources. Dalam meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan, beberapa strategi untuk meningkatkan pemanfaatan pengetahuan dan inovasi telah diprioritaskan melalui peran broker pengetahuan (Knowledge Broker). Terkait dengan temuan dalam studi ini yang mencerminkan knowledge broker mempunyai peranan yang kuat dalam keterhubungan antara knowledge management dengan intellectual capital, secara empirik hal tersebut tercermin sebagaimana pernyataan responden dalam pengisian kuesioner yang disertai dengan wawancara dapat digambarkan: a. Responden memberikan pernyataan usaha saya memanfaatkan Broker pengetahuan untuk memperoleh tambahan pengetahuan yang terkait dengan usaha saya. b. Responden memberikan pernyataan usaha saya memanfaatkan Broker pengetahuan untuk memperjelas penggunaan sebuah pengetahuan yang sebelumnya masih ragu dan kurang jelas. c. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker pengetahuan untuk konsultasi dan perlindungan dari resiko usaha. d. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker pengetahuan dalam mendukung pengetahuan bagi perusahaan e. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker pengetahuan dalam meniningkatkan usaha dalam industri kreatif. f. Responden memberikan pernyataan usaha saya, memanfaatkan Broker pengetahuan dalam menerapkan pengetahuan dalam pengelolaan model (produk baru/ cara baru/ metode baru). 197

22 Kutipan wawancara berikut dari Bpk. Edward salah satu pelaku industri kreatif sub sektor film, video & photo graphie terkait dengan knowledge broker sebagai berikut: Usaha saya ini bergerak dalam industri kreatif video & photo graphie, sering menggunakan apa itu calo atau perantara bisa juga disebut broker ya, bukan makelar khan, ha..ha Biasanya dia menenawarkan jasanya untuk pengembangan pengetahuan audio visual. Mau tidak mau ya mau karena itu penting seperti misalnya untuk editan photo atau video. Sebenarnya setelah diberitahu mudah sekali. Tapi karena tidak tahu ya sepertinya sulit ha..ha Namanaya seni video ya harus telaten dihayati tidak bisa dengan matematis saja. Sering juga dia menyarankan agar menambah alat ini itu agar dapat melayani order dari konsumen Sumber : wawancara dilakukan tgl 8 Desember 2015 Fenomena knowledge broker dalam industri kreatif sering digambarkan sebagaimana halnya jika memerlukan masukan dari luar organisasi/ perusahaan, mereka cenderung berguru/ belajar dengan sesama praktisi industri kreatif, baik dalam hal menabah pengetahuan bidang periklanan, musik, film, video, radio dan telivisi maupun pengetahuan lainnya. Tak jarang kolaborasi terjadi di antara dua atau lebih praktisi tersebut. Seorang praktisi industri kreatif mengungkapkan adanya semangat berbagi di antara praktisi industri, dengan tujuan untuk mengembangkan industri kreatif. Namun melalui peran KB yang dalam hal ini diwakili pihak peneliti dalam diskusi penelitian (yang dimaksud FGD) yang berperan sebagai pihak mediasi dan difusi pengetahuan dapat membantu cepatnya pencerahan berbagi pengetahuan tersebut. Dalam sub sektor percetakan, keberadaan KB yang dalam hal ini diwakili pihak penerbit buku (sebagai produser ) menghubungkan penulis buku dan pengguna (pembaca). Dalam hal sub sektor industri musik KB yang dalam hal ini diwakili konsultan hukum (sebagai "Integrator") yang menghubungkan 198

23 antara pengetahuan/ undang-undang pembajakan dengan industri kreatif musik yang memerlukan pihak lain dalam menafsirkan sesuatu persoalan. Keberadaan KB yang demikian penting sehingga KB dapat berperan sebagai penguat keterhubungannya antara knowledge management dengan intellectual capital. Berpijak pada uraian di atas maka keberadaan knowledge broker dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap hubungan perubahan antara knowledge management dengan intellectual capital industri kreatif dapat berupa sebagaimana hal berikut: memanfaatkan broker pengetahuan untuk membangun akses ke pengetahuan dari luar kedalam industri kreatif; memanfaatkan broker pengetahuan untuk internalisasi (penghayatan) pengalaman agar penggunaan pengetahuan tersebut lebih tepat; memanfaatkan broker pengetahuan dalam menghubungkan pengetahuan dari sumber pengetahuan ke industri kreatif; memanfaatkan broker pengetahuan dalam mendukung pengetahuan bagi industri kreatif. Mengacu dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya KB akan berdampak terhadap pembaharuan pengetahuan, dan inovasi pengetahuan. Padahal pengetahuan dalam industri kreatif yang lebih operasional adalah pengetahuan dalam menciptakan produk kreatif, dan pengetahuan pembaharuan produk inovatif yang dibangun melalui kemampuan modal intelektualnya. Sintesa Penelitian Proses manajemen dalam menangkap pengetahuan, menyerap pengetahuan, mendistribusikan dan menerapkan pengetahuan di dalam industri kreatif adalah merupakan aktivitas dalam pengelolaan pengetahuan (knowledge management). Dengan proses pengelolaan pengetahuan yang 199

24 kokoh tersebut akan menghasilkan sebuah modal pengetahuan yang lebih operasional. Modal tersebut merupakan modal kemampuan intelektual. Semakin kuatnya modal intelektual tersebut yang tercermin dengan semakin kuatnya modal insani, modal struktural, dan modal relasional yang dimiliki industri kreatif. Uraian tersebut di atas digambarkan dalam sebuah model empirikal sebagai berikut. Gambar 6.2.Model Empirikal Penelitian yang Dihasilkan Pendidikan (variabel kontrol) Memediasi KM-KIK Knowledge Management Intellectual Capital Kinerja Indust Kreatif Lama Usaha (variabel kontrol) Knowledge Broker MemoderasiKM-IC Sumber : Model olahan dikembangkan untuk Disertasi ini Awal dari model struktural adalah pengaruh antara knowledge management (KM) dengan intellectual capital mempunyai kontribusi yang berarti dengan arah hubungan positif (searah). Artinya knowledge management yang dimiliki mampu memberikan efek perubahan terhadap intellectual capital industri kreatif. Sebagaimana yang disampaikan Nonaka dan Takeuchi (1995), perusahaan di Jepang keterampilannya menjadi sukses karena terdapat pengelolaan/ penciptaan pengetahuan (management/ creation of knowledge) pada organisasi. Makna dari kalimat Nonaka dan Takeuchi 200

25 (1995), di atas adalah intellectual capital yang berwujud keterampilan adalah hasil terbentuknya knowledge management yang kokoh. Pelaksanaan KM dalam industri kreatif tidak dapat terlepas dari 3 komponen dalam KM yang terdiri (Cong dan Pandya, 2003): people, process, dan technology. Terkait dengan ke 3 komponen sebagai sumber daya, perspektif Resources Based View (RBV) merupakan suatu perspektif organisasi dalam bidang stratejik yang mengfokuskan pada tingkat sumberdaya organisasi, berupaya memiliki sumberdaya yang menonjol dan memaksimalkan keseluruhan sumberdaya yang dimiliki organisasi dibandingkan dengan pesaing. Asumsi dasar teori RBV adalah bahwa kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung kepada keunikan sumberdaya yang ada dalam organisasi (Wernefelt, 1984). Keunikan salah satu sumberdaya yaitu sumberdaya manusia dalam industri kreatif adalah sumberdaya yang mengahasilkan karya yang didasari dengan bakat dan kreatifitas yang menghasilkan karya inovatif. Meningkatnya intellectual capital yang dimiliki sebagaimana tersebut di atas akan memberikan efek perubahan terhadap kinerja industri kreatif dengan arah hubungan selaras sebagai model struktural ke dua. Artinya intellectual capital yang dimiliki benar-benar mampu memberikan efek peningkatan terhadap kinerja industri kreatif. Modal intelektual paling tepat digambarkan sebagai informasi dan pengetahuan dalam perusahaan. Informasi sifatnya lebih statis; sedangkan pengetahuan bersifat dinamis. Pengetahuan adalah bahan baku perusahaan yang paling penting. Modal intelektual adalah sumber yang paling penting dari nilai tambah serta output. Jika pengetahuan tidak dikelola dengan baik, akan dapat merugikan bisnis. Modal intelektual bukan hanya masalah hukum, tetapi harus meningkatkan kekayaan bersih perusahaan (Adrian, 2008). 201

26 Sementara itu sebagai model struktural ketiga adalah pengaruh secara langsung antara knowledge management dengan kinerja industri kreatif tidak mempunyai kontribusi yang berarti dengan arah hubungan yang terbalik (negatif). Artinya KM yang terdapat pada industri kreatif secara langsung belum mampu memberikan kontribusi terhadap kinerja industri kreatif. Tidak signifikan pengaruh antara knowledge management dengan kinerja industri kreatif dengan arah hubungan negatif, menjadikan pengaruh secara tidak langsung menjadi pilihan. Artinya intellectual capital berperan sebagai variabel mediasi pengaruh antara knowledge management dengan kinerja industri kreatif. Peran intellectual capital sebagai mediasi tersebut memang mengindikasikan bahwa proses transfer pengetahuan secara bertahap melalui pemahaman dalam penerimaan sikap (attitude), competencies, knowledge, design rights, financial relations, culture, information technology infrastructure, dan beberapa indikator dalam relational capital seperti brand, company name, customers, distribution channels, franchise agreements, loyalty yang sangat baik. Melalui pemahaman indikator dalam dimensi human capital tersebut akan menghasilkan efek perubahan terhadap performance (kinerja) industri kreatif. Chen et al., (2004) state that there is a positive relationship between intellectual capital and enterprise performance. Cabrita and Bontis (2007): state that each variables of the intellectual capital interact with the business performance. Kehadiran knowledge broker (KB) dapat berperan sebagai variabel moderator dalam pengaruh knowledge management dengan kinerja industri kreatif merupakan model struktural yang ke empat. Keberadaan KB dalam hal ini sangat membantu sekali dalam megangkat kondisi pelaksanaan knowledge management dalam industri kreatif yang belum maksimal terutama terkait dengan transfer pengetahuan. Melalui KB tersebut diharapkan kendala dalam menangkap pengetahuan, penggunaan 202

27 pengetahuan, pendistribusian pengetahuan, dan mengkreasi pengetahuan dapat diatasi dengan adanya KB. Melalui KB proses pembelajaran akan terjadi dalam transfer pengetahuan. Industri kreatif sebagai organisasi tentunya memerlukan proses belajar dalam memperoleh pengetahuan dari sumber pengetahuan. Pembelajaran organisasi (organization learning) memerlukan karyawan yang memiliki kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan. Dalam konsep organization learning (OL) bahwa pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah modal intelektualnya (Senge 1990). Sementara itu broker (atau knowledge broker) merupakan agen yang memfasilitasi difusi pengetahuan (Aldrich dan von Glinow, 1992); dan konsultan di sini berperan sebagai fasilitator proses inovasi (Bessant dan Rush, 1995). Berpijak pada uraian di atas maka keberadaan knowledge broker dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap hubungan perubahan antara knowledge management dengan intellectual capital industri kreatif dapat berupa sebagaimana hal berikut: memanfaatkan broker pengetahuan untuk membangun akses ke pengetahuan dari luar kedalam industri kreatif; memanfaatkan broker pengetahuan untuk internalisasi (penghayatan) pengalaman agar penggunaan pengetahuan tersebut lebih tepat; memanfaatkan broker pengetahuan dalam menghubungkan pengetahuan dari sumber pengetahuan ke industri kreatif; memanfaatkan broker pengetahuan dalam mendukung pengetahuan bagi industri kreatif. 203

28 Yang perlu mendapat perhatian adalah pengaruh knowledge management terhadap kinerja industri kreatif tidak signifikan dengan arah hubungan tidak searah. Di mana setelah memasukkan 2 karakteristik responden yaitu lama usaha (< 5 th) dan pendidikan terakhir responden (SMA) sebagai variabel kontrol menghasilkan temuan bahwa ke dua karakteristik responden tersebut benar-benar sebagai variabel yang dapat mengontrol perubahan variabel bebas terhadap variabel tergantung. Artinya perubahan knowledge management terhadap perubahan kinerja industri kreatif benar-benar bukan disebabkan oleh variabel di luar variabel penelitian (disebabkan oleh lama usaha dan tingkat pendidikan). Maknanya semakin tinggi pendidikan pengelola industri kreatif, dan semakin lama usaha industri kreatif, akan menyebabkan pengaruh antara knowledge management terhadap kinerja industri kreatif semakin kuat. 204

Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi

Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi Bab Tujuh Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi Bab ini menyajikan kesimpulan dan saran dari hasil-hasil temuan teoritis dan empiris serta implikasi teoritis dan manajerial,

Lebih terperinci

Temuan Empirik Dan Statistik Industri Kreatif di Jawa Timur

Temuan Empirik Dan Statistik Industri Kreatif di Jawa Timur Bab Lima Temuan Empirik Dan Statistik Industri Kreatif di Jawa Timur Temuan Empirik dan Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Tanggapan Responden Terhadap Variabel-Variabel Penelitian Untuk menerangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Data Menurut Parker (1993) data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item, kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pesatnya pesaingan dalam era globalisasi, organisasi dituntut agar mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi penelitian diambil dengan metode probability sampling

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi penelitian diambil dengan metode probability sampling BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Saham Jerman dengan periode pengamatan yang dipilih yaitu tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad

BAB I PENDAHULUAN. keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan tren dari ekonomi tradisional (tanah, tenaga kerja, dan keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad terakhir. Dalam ekonomi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi saat ini pertumbuhan perekonomian dunia telah berkembang. Perusahaan-perusahaan harus dengan cepat mengubah cara strategi bisnisnya supaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses untuk mengoptimalisasi kekayaan intelektual yang dapat dilihat dari kinerja karyawan di suatu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business

BAB V PENUTUP. terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business performance (NFPI) pada UKM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah tahun Populasi penelitian diambil dari data yang terdaftar di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah tahun Populasi penelitian diambil dari data yang terdaftar di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak disektor Construction, Real Estate and Property dan Mining and Mining Service yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN MELALUI APLIKASI MODEL SECI

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN MELALUI APLIKASI MODEL SECI BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN MELALUI APLIKASI MODEL SECI A. Deskripsi Hasil Penelitian Hasil pengolahan data berdasarkan jawaban kuesioner dari 103 responden, diharapkan dapat

Lebih terperinci

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur Strategi t & Pengukuran Manajemen Pengetahuan Apa yang bisa diukur Apa yang bisa diukur tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur 1 Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Knowledge Pengetahuan dalam Kusumadmo (2013), adalah penggunaan informasi dan data secara penuh yang dilengkapi dengan potensi ketrampilan, kompetensi, ide, intuisi, komitmen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global, dimana perkembangan pada sektor perekonomian telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. global, dimana perkembangan pada sektor perekonomian telah membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi melahirkan fenomena baru dalam struktur perekonomian global, dimana perkembangan pada sektor perekonomian telah membawa perubahan yang cukup

Lebih terperinci

Taryana Suryana. M.Kom

Taryana Suryana. M.Kom Knowledge Management Taryana Suryana. M.Kom taryanarx@yahoo.com http://kuliahonline.unikom.ac.id 1 Pendahuluan Knowledege dapat didefinisikan sebagai pemahaman terhadap sesuatu melalui proses atau pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektual pada perusahaan jasa dan manufaktur di Indonesia. Modal intelektual merupakan

BAB I PENDAHULUAN. intelektual pada perusahaan jasa dan manufaktur di Indonesia. Modal intelektual merupakan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang yang mendasari penelitian modal intelektual pada perusahaan jasa dan manufaktur di Indonesia. Modal intelektual merupakan salah satu

Lebih terperinci

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENDAHULUAN Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai tambahan siklus KM Terintegrasi Strategi KM terkait dengan business objective organisasi keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melakukan perluasan usaha. Akan tetapi, semua itu tidak sepenuhnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melakukan perluasan usaha. Akan tetapi, semua itu tidak sepenuhnya dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada bidang ekonomi, inovasi teknologi dan semakin ketatnya persaingan perdagangan bebas yang telah dilakukan oleh berbagai industri di Indonesia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal, dan tenaga kerja terampil di kawasan Asia Tenggara. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. modal, dan tenaga kerja terampil di kawasan Asia Tenggara. Sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ASEAN Economic Community (AEC) merupakan kesepakatan di bidang ekonomi sebagai upaya meningkatkan perekonomian di kawasan ASEAN dengan membentuk pasar tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang, perkembangan teknologi meningkat secara pesat. Agar dapat terus bertahan dengan cepat perusahaan-perusahaan mengubah dari bisnis yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Knowledge-based economyditandai dengan kemajuan di bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Knowledge-based economyditandai dengan kemajuan di bidang teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Knowledge-based economy adalah sebuah istilah yang luas digunakan untuk mendeskripsikan ekonomi global masa kini (Ting dan Lean, 2009). Knowledge-based economyditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rencana pengembangan industri kreatif Indonesia tahun 2025 yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya evaluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya merupakan suatu indikasi bahwa terdapat faktor lain di dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya merupakan suatu indikasi bahwa terdapat faktor lain di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterbatasan kemampuan laporan keuangan dalam menjelaskan nilai perusahaan yang sebenarnya merupakan suatu indikasi bahwa terdapat faktor lain di dalam perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. A. Deskripsi Objek Penelitian. melibatkan beberapa variabel dependen yaitu Value Added Capital Employed

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. A. Deskripsi Objek Penelitian. melibatkan beberapa variabel dependen yaitu Value Added Capital Employed BAB IV HASIL DAN ANALISIS A. Deskripsi Objek Penelitian Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian ini melibatkan beberapa variabel dependen yaitu Value Added Capital Employed (VACA),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik ke arah dominasi pengetahuan dengan penerapan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik ke arah dominasi pengetahuan dengan penerapan manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dewasa ini memunculkan perubahan pandangan mengenai sumber daya yang bersifat stratejik bagi perusahaan. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1990-an, dimulailah era baru ekonomi dunia yang mengintensifkan informasi dan kreativitas, era tersebut populer dengan sebutan ekonomi kreatif atau industri

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung penelitian ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung penelitian ini: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang diungkap pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu beserta

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh:

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS Tugas Mata Kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: Armiastho Adi Saputro P056100132.35E MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pengetahuan Manajemen pengetahuan berfungsi mewujudkan bagaimana suatu organisasi dapat meningkatkan sumber daya informasi serta pengetahuannya dengan mencari, mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis sebagai akibat dari efek globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku bisnis menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Internet telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai organisasi, khususnya di dunia usaha. Internet menyediakan banyak kelebihan dalam dunia usaha, seperti tersedianya

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mengubah cara berbinis mereka. Kemampuan bersaing tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mengubah cara berbinis mereka. Kemampuan bersaing tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya perekonomian suatu negara dan tingkat persaingan bisnis yang semakin meningkat, hal ini memaksa banyak perusahaan mengubah cara berbinis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Deskriptif Data Penelitian Gambaran data hasil penelitian dapat digunakan untuk memperkaya pembahasan, melalui gambaran data tanggapan responden

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3 KNOWLEDGE MANAGEMENT Pertemuan 3 : Model Knowledge Management Pertemuan 3 Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Model KM Memahami kunci utama model teoritis knowledge management yang digunakan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hadirnya World Trade Organization (WTO) pada tingkat global dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hadirnya World Trade Organization (WTO) pada tingkat global dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas yang mengharuskan setiap negara harus siap dengan adanya persaingan dunia bisnis yang semakin meningkat. Hadirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001: 231). Ini sesuai dengan resource based theory (Wernerfelt, 1984: 174)

BAB I PENDAHULUAN. 2001: 231). Ini sesuai dengan resource based theory (Wernerfelt, 1984: 174) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan ekonomi telah tumbuh semakin pesat ditandai dengan berkembangnya teknologi informasi yang semakin cepat, persaingan bisnis yang makin ketat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi memberi perubahan pada seluruh aspek kehidupan, dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, gaya hidup, sistem pertukaran informasi dan perubahan

Lebih terperinci

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta BAB 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta 4.1.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan 4.1.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu jalur formal, non formal dan informal (Depdiknas, 2003). Salah satu pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan Daya Saing UMKM, Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, Vol. 10 No. 2 Oktober 2013, hal..

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan Daya Saing UMKM, Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, Vol. 10 No. 2 Oktober 2013, hal.. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modal intelektual kini banyak dibicarakan dan dianggap penting oleh banyak praktisi. Modal Intelektual atau intellectual capital kini disadari merupakan faktor yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital 4.1 Deskripsi Objek Penelitian BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan. Penelitian dilakukan pada industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan bisnisnya

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan bisnisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi dan perdangangan bebas telah terjadi dan setiap negara harus siap dengan adanya persaingan di dunia bisnis yang kian kompetitif. Meningkatnya persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dengan adanya sektor UKM, pengangguran akibat angkatan kerja

Lebih terperinci

Gunadarma Tagline. Loo

Gunadarma Tagline. Loo Loo Gunadarma Tagline P E N G A R U H C U S T O M E R R E L AT I O N S H I P M A N A G E M E N T D A N N I L A I P E L A N G G A N T E R H A D A P L O YA L I TA S P E L A N G G A N PA D A I N D U S T R

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur atau jasa. Jika membicarakan mengenai sebuah bisnis maka ada

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur atau jasa. Jika membicarakan mengenai sebuah bisnis maka ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin pesat mendorong berbagai sektor usaha untuk lebih maju dan berkembang. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan manusia tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berakibat pada krisis keuangan namun juga berakibat pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berakibat pada krisis keuangan namun juga berakibat pada krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara berkembang seperti Indonesia saat ini peran perbankan sangat berpengaruh membantu meningkatkan perekonomian di Indonesia, terutama perekonomian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambah dan keunggulan bersaing pada perusahaan modern (Chen,et al.2005:161).

BAB I PENDAHULUAN. tambah dan keunggulan bersaing pada perusahaan modern (Chen,et al.2005:161). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena pergeseran tipe masyarakat dari masyarakat industrialis dan jasa ke masyarakat pengetahuan menyebabkan perusahaan semakin menitik beratkan akan pentingnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era ekonomi modern saat ini menuntut persaingan ketat dalam penciptaan nilai. Seluruh perusahaan berusaha melakukan pengelolaan modalnya demi meningkatkan nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka Teori dan Penurunan Hipotesis 1. Rerangka Teori a. Teori Stakeholder Teori yang mendasari penelitian ini, yaitu stakeholder theory yang merupakan teori yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengharuskan perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengharuskan perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi dan persaingan yang ketat pada saat ini mengharuskan perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya agar dapat terus bertahan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan bisnis perusahaan-perusahaan asing yang masuk ke Indonesia menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan bisnis perusahaan-perusahaan asing yang masuk ke Indonesia menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran kinerja keuangan perusahaan sangat perlu untuk dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan bisnis dari tahun ke tahun. Kemajuan bisnis perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu organisasi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu organisasi, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, penggunaan aset tidak berwujud memiliki dampak yang signifikan pada keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu organisasi, sehingga menciptakan bidang studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini perekonomian dunia mengalami perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru yang berbasis

Lebih terperinci

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan 18 2. Mengadakan sharing vision secara periodik Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung dengan perangkat Information Communication Technology (ICT)

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung dengan perangkat Information Communication Technology (ICT) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat serta persaingan bisnis yang semakin meningkat menyebabkan banyak perusahaan terutama Perseroan Terbatas (PT) dituntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi diwarnai dengan meningkatnya informasi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan informasi menuntut perusahaan untuk memiliki Sumber

Lebih terperinci

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY (Sumber : Hilmi Aulawi, Rajesri Govindaraju, Kadarsah Suryadi, Iman Sudirman) Fakultas Teknologi Industri, Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, intensitas kompetisi dan persaingan ketat antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut meningkatkan kompetensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Knowledge Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : "Knowledge merupakan campuran dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini semua sektor industri tidak hanya di Indonesia bahkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini semua sektor industri tidak hanya di Indonesia bahkan di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini semua sektor industri tidak hanya di Indonesia bahkan di dunia mengalami persaingan global yang semakin ketat dan pesat. Salah satu sektor industri

Lebih terperinci

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Organization Services Berdiri sejak tahun 1991, Dunamis merupakan mitra berlisensi dari FranklinCovey - sebuah organisasi global yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri telekomunikasi dan teknologi informasi, perusahaan perlu untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan perubahan dalam bidang ekonomi membawa dampak yang besar terhadap tata kelola suatu bisnis dan strategi bersaing perusahaan. Perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bidang usaha namun juga terjadi lintas sektor. Setiap badan usaha harus

BAB I PENDAHULUAN. atau bidang usaha namun juga terjadi lintas sektor. Setiap badan usaha harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Persaingan bisnis tidak saja terjadi antar perusahaan dalam suatu industry atau bidang usaha namun juga terjadi lintas sektor. Setiap badan usaha harus memiliki keunggulan

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung kepada kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dengan teknologi yang berkembang saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dengan teknologi yang berkembang saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dengan teknologi yang berkembang saat ini, banyak perusahaan dituntut agar bisa berkembang dengan inovasi inovasi terbaru untuk menghadapi tantangan

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada awalnya perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan industri. Seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Knowledge Management System Pada point ini membahas mengenai landasan teori knowledge management system yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan penulisan ini. 2.1.1.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan global dalam transformasi ekonomi, baik secara regional maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu dari era pertanian

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi menuntun perusahaan untuk melakukan pembaharuan dengan cara berfikir global dan bertindak secara lokal. Inovasi teknologi yang makin mempercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan mampu bersaing menjadi yang terbaik. Perusahaan mempunyai dua

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan mampu bersaing menjadi yang terbaik. Perusahaan mempunyai dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan bisnis di Indonesia saat ini menunjukkan kemajuan yang semakin pesat dengan bertambahnya perusahaan dari hari ke hari didukung dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetisi. Manajemen pengetahuan berorientasi pada knowledge-based

BAB I PENDAHULUAN. kompetisi. Manajemen pengetahuan berorientasi pada knowledge-based BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan manajemen pengetahuan kini sudah banyak dilakukan pada industri kreatif termasuk di dunia pendidikan dan organisasi yang berbasis kompetisi. Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi informasi, dan peningkatan dalam ilmu pengetahuan turut mengubah cara pandang perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi. Hal ini disebabkan manajemen sumber

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi menyebabkan perusahaan harus terus mengembangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat meningkatkan keunggulan kompetitif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Total Quality Management (TQM) 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) Total Quality Management (TQM) merupakan suatu bukti pendekatan sistematis terhadap perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 350 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1. Kesimpulan Dalam bab ini digambarkan kesimpulan tentang temuan penelitian, hasil analisis penelitian, dan fenomena yang relevan untuk diungkap sebagai bagian penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990 an, perhatian terhadap praktik pengelolan asset tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990 an, perhatian terhadap praktik pengelolan asset tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1990 an, perhatian terhadap praktik pengelolan asset tidak berwujud (intangible asset) telah meningkatkan secara dramatis. Salah satu pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagian besar perusahaan termasuk perusahaan konsultan kontruksi bertujuan untuk tumbuh dan sukses dalam bisnis mereka. Pertumbuhan adalah aspek penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya yang sebelumnya berdasarkan pada tenaga kerja (labor-based business)

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya yang sebelumnya berdasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan makin ketatnya persaingan antar perusahaan akibat adanya pasar bebas dan globalisasi yang menuntut perusahaan untuk mengubah strategi bisnisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan mempunyai peranan penting dalam kemajuan suatu organisasi, khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak organisasi semakin

Lebih terperinci