EFEKTIVITAS KELOMPOK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS KELOMPOK"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS KELOMPOK Efektivitas kelompok diukur dari sejauh mana kelompok dapat mencapai tujuannya, untuk itu terlebih dahulu perlu dideskripsikan pengelolaan kelompok baik bagi kelompok Rukun Tetangga 78 maupun kelompok UsahaBersama Semangka. Kelompok Rukun Tetangga 78 Terbentuknya kelompok didasarkan adanya Program Pengembangan Kecamatan yang memberikan penawaran pinjaman dana untuk modal usaha. Hal ini ditanggapi secara positif oleh beberapa orang yang kebetulan pada waktu itu memang membutuhkan dana untuk usaha, dengan pertimbangan pengurusannya mudah, tanpa anggunan, dan dapat meminjam dalam jumlah yang relatif besar. Karena adanya beberapa kemudahan itulah maka mereka bergabung membentuk kelompok. Kelompok ini tidak dapat berdiri sendiri, karena dalam persyaratannya harus kelompok yang sudah berumur minimal satu tahun, maka kelompok ini menggunakan payung organisasi Rukun Tetangga 78, sehingga nama kelompoknya adalah kelompok Rukun tetangga 78. Jumlah anggota sekitar 8 sampai 10 orang, dengan mata pencaharian bervariasi seperti pedagang barang bekas (rongsokan), gabah (padi), material, dan tukang kayu. Kelompok Rukun Tetangga 78 berdiri dari tahun 1999 sampai sekarang, dan telah terjadi pergantian pengurus sebanyak dua kali yakni tahun dan tahun 2005 sampai sekarang. Susunan pengurus tahun adalah : Ketua : Widi Sekretaris : Mulyono Bendahara : Muryadi Meskipun telah dibentuk kepengurusan, tetapi dalam pelaksanaannya semua urusan kelompok di jalankan ketua, anggota tahunya beres, asal setiap bulan dapat mengangsur sesuai dengan aturan yang disepakati, seperti apa yang dijelaskan oleh bp. Grn yang menjabat sebagai ketua kelompok (2005) sebagai berikut : Berdasarkan hasil kesepakatan anggota, uang kas diperoleh dari sisa angsuran misalnya setiap pinjam Rp ,- anggota mengangsur Rp ,- selama 12 bulan, padahal dalam ketentuannya jasa pinjaman ditentukan 16% pertahun, sehingga setiap tahun kelompok mempunyai dana cadangan sebesar Rp ,- per sejuta. Rata rata kelompok mencairkan dana sekitar Rp ,- per

2 tahunnya. Jadi uang kas yang terkumpul untuk setiap tahunnya sejumlah 30 x Rp , = Rp ,- dan masih ditambah dengan Insentif Pengembalian Tepat Waktu yang besarnya 1 x jasa pinjaman per tahunnya, yakni 30 x Rp ,- = Rp ,-. Untuk setiap akhir pelunasan angsuran terkumpul dana kelompok sejumlah Rp Rp ,- = Rp ,- kemudian dibagikan kepada anggota berdasarkan besarnya pinjaman per satu juta. Besarnya pinjaman rata rata Rp ,- - Rp ,- sesuai dengan kemampuan mengangsur masing masing anggota. Penggunaannya pun menjadi urusan masing masing anggota dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pembayaran angsuran paling lambat tanggal 20 setiap bulannya, dengan pertimbangan tanggal 22 uang yang sudah terkumpul harus disetor ke bendahara Tim Pengelola Kegiatan Desa. 2. Anggota diwajibkan datang pada saat verifikasi dan pencairan dana yang biasanya bertempat di rumah ketua kelompok. Setelah proposal kelompok tiba di UPK kemudian Tim Verfikasi mendatangi kelompok untuk mengadakan klarifikasi rencana penggunaan dana PPK, dan membuat perkiraan tentang kemampuan mengangsur anggota kelompok.selain dua kali pertemuan kelompok seperti tersebut di atas, kelompok Rukun Tetangga 78 tidak mengadakan pertemuan bulanan, karena uang angsuran dapat diserahkan langsung di rumah ketua atau diserahkan pada saat pertemuan rutin tingkat RT yang diselenggarakan setiap minggu legi. Di tingkat RT inilah ajang komunikasi dan saling tukar infomasi antar warga terjadi. Ketua RT sekaligus memonitor pengelolaan kelompok. Aturan tersebut dari tahun ke tahun berjalan lancar, sampai pada tahun 2005, terjadi penyalah gunaan dana angsuran yakni uang angsuran anggota tidak disetorkan kepada Tim Pelaksana Kegiatan Desa, tetapi digunakan untuk keperluan pribadi ketua sampai pada saat pembagian uang kas yang biasanya berfungsi sebagai dana cadangan apabila ada anggota yang belum dapat mengangsur tepat waktu dan akan dibagi sebagai tabungan anggota pada akhir angsuran ternyata tidak bisa dibagi karena uangnya tidak ada.masalah ini kemudian ditangani oleh Tim Pelaksana Desa, kelompok sempat berhenti selama 3 bulan, setelah masalah dapat diselesaikan, maka dibentuk kepengurusan baru tahun sekarang dengan susunan sebagai berikut ; Ketua Kelompok : Giran Ambyah

3 Sekretaris : Tukimin Bendahara : Tjipto Madyo Dengan tetap menjalankan aturan kelompok yang dibuat terdahulu, yang menarik dari kelompok ini adalah anggota selalu berusaha menutupi kesalahan ketua lama, yakni mereka mengatakan pergantian ketua disebabkan karena kesibukan ketua sehingga tidak dapat menjalankan fungsi sebagai ketua. Mengenai perkembangan performa kelompok termasuk statis, hal ini dapat dilihat dari awal berdiri sampai sekarang jumlah anggota, dan besarnya jumlah pinjaman tidak banyak perubahan. Umur dari kelompok ini dapat dikatakan hanya satu tahun karena setelah angsuran lunas, maka anggota boleh melanjutkan menjadi anggota kelompok, atau berhenti atau ganti orang lain yang masuk menjadi anggota baru, sehingga keanggotaannya silih berganti. Oleh karena tujuan kelompok adalah untuk mendapatkan pinjaman uang dengan mudah, maka dengan ketentuan yang ada, dirasa sudah cukup terpenuhi. Efektivitas Kelompok Rukun Tetangga 78 Untuk mengamati efektivitas kelompok dilihat dari prinsip prinsip kerja sama yang efektif yakni; suasana kelompok, kepemimpinan bergilir, perumusan tujuan, fleksibilitas, mufakat, kesadaran kelompok dan penilaian yang kontinu. 1. Suasana kelompok Kedekatan tempat tinggal yakni lingkup rukun tetangga (RT), merupakan salah satu alasan terbentuknya kelompok dalam mencapai tujuan bersama yakni memperoleh pinjaman modal usaha dan dapat membayar angsuran dengan lancar. Meskipun penggunaannya sendiri-sendiri, tetapi kelompok mempunyai dana cadangan yang dikumpulkan dari pembulatan uang angsuran anggota yang berfungsi sebagai sarana mengatasi masalah apabila ada anggota yang belum dapat membayar angsuran, di samping itu juga berfungsi sebagai tabungan yang akan dibagikan pada saat akhir pelunasan. Dengan adanya kesepakatan yang demikian anggota menjadi lebih tenang. Kelompok Rukun Tetangga 78 secara formal tidak menyelenggrakan pertemuan rutin tersendiri, tetapi diikutkan dalam pertemuan rutin lingkup RT yang diselenggarakan

4 setiap minggu legi. Menurut penuturan dari salah satu anggota yakni bp.jnt.sebagai berikut : Saya tertarik bergabung dalam kelompok ini karena sama-sama orang tidak punya / derajat sama dan kompak. Dari kondisi demikian menjadikan anggota termotivasi untuk tetap menjadi anggota kelompok. 2. Kepemimpinan bergilir Sejak awal berdiri sampai sekarang telah terjadi dua kali pergantian pengurus yang disebabkan karena terjadinya penyalah gunaan dana angsuran anggota. Kebiasaan yang ada apabila seseorang dipilih sebagai ketua akan dipakai terus, apalagi untuk kelompok yang hanya beranggotakan 9 orang. Seperti apa yang dituturkan bp. Grn sebagai berikut ; Saat ini saya duduk di dua kelompok sebagai ketua, ketua di kelompok pengajian, ketua di kelompok Rukun Tetangga 78 Sebetulnya bp Grn sudah berusaha memberi kesempatan kepada anggotanya untuk pergantian kepemimpinan, tetapi tidak disetujui dengan alasan kondisi kelompok sudah berjalan dengan baik, mereka khawatir apabila ketua diganti justru kelompok tidak dapat berjalan dengan lancar. 3.Perumusan Tujuan Meskipun secara eksplisit tujuan kelompok tidak tertulis, tetapi secara implisit tujuan masing-masing anggota dapat ditangkap yakni mendapatkan pinjaman modal usaha, dan dapat membayar angsuran dengan lancar, dengan jalan mentaati aturan kelompok yang telah disepakati bersama.seperti apa yang disampaikan oleh ketua kelompok (Bp. Grn) sebagai berikut :

5 Tujuan kelompok saya yakni mendapatkan pinjaman sesuai dengan pengajuan, dapat mengembalikan pinjaman sesuai peraturan, sehingga dapat menerima IPTW Dan tujuan ini menjadi tujuan semua anggota kelompok. 4.Fleksibilitas Dalam melaksanakan kesepakatan anggota kelompok, sering terjadi sesuatu di luar perhitungan sebelumnya, misalnya telah disepakati bahwa pembayaran angsuran sudah harus terkumpul di rumah ketua tanggal 20 setiap bulannya, tetapi dalam pelaksanaannya sering ada anggota yang belum dapat membayar sampai waktu yang telah ditentukan, untuk itu ketua dapat mencarikan jalan keluarnya, yakni kalau hanya mundur beberapa hari akan ditutup dulu, dengan adanya prinsip mong tinemong (saling menjaga perasaan), maka hal ini dapat berjalan dengan lancar. Hal ini diperjelas dengan penjelasan dari Bp. Grn sebagai berikut : Meskipun terjadi pergantian pengurus dikelompok kami, tetapi suasana kelompok, kegiatan dan tujuan kelompok masih dapat berjalan seperti biasa 5. Mufakat Untuk menghargai jerih payah ketua yang harus mengurus semua keperluan anggota seperti pengajuan pinjaman, mengambil dana pinjaman, menyetorkan uang angsuran anggota dan mengkoordinir anggota pada saat tim verifikasi datang, anggota berinisiatif untuk mengurangi sebagian dana cadangan untuk uang transpot ketua. Hal ini tampak pada apa yang dituturkan Bp. Cpt sebagai berikut : meskipun ketua kelompok tidak meminta, tetapi kami anggota mufakat mengambil sebagian uang kas sebesar Rp ,- per bulan untuk transpot ketua. Karena ketua merasa bahwa apa yang dilakukan untuk kegiatan sosial maka ketua akan lega trimo (ikhlas) dalam menjalankan perannya. 6. Kesadaran kelompok Peraturan kelompok dibuat berdasarkan kesepakatan anggota pada saat kelompok terbentuk, dan menjadi pegangan untuk mengatur kehidupan berkelompok, sehingga

6 masing masing merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Hal ini sesuai dengan penjelasan bp. Grn (ketua Kelompok) sebagai berikut : Kami ini orang tidak punya, bisanya hidup dari kebersamaan, sehingga apa yang sudah disepakati akan dipatuhi 7. Pelaporan yang kontinyu Kelompok Rukun Tetangga 78 setiap saat pelunasan (angsuran terakhir) selalu membagikan dana cadangan dan Insentif Pengembalian Tepat Waktu (IPTW) kepada anggotanya, dan ini sekaligus berfungsi sebagai pelaporan tugas ketua kepada anggota Hal ini dipertegas oleh penjelaskan bp.grn (Ketua Kelompok) sebagai berikut : Saat pembagian dana cadangan dan IPTW sangat ditunggu tunggu semua anggota karena biasanya dapat untuk menutup kekurangan sebelumnya Kelompok Usaha Bersama Semangka Kelompok Usaha Bersama Semangka terbentuk, dari keberhasilan Bp. Jk dalam mengelola lahan dengan jenis tanaman cabe, yang sekali tanam dapat panen sekitar 20 sampai 27 kali. Menurut penjelasan dari Bp. Jk keberhasilan menanam cabe melalui beberapa kali percobaan yang memakan waktu panjang dan hasilnya bisa dinikmati orang banyak karena siapa saja boleh meniru. Kebetulan Bp. Jk mempunyai Kakak dan adik yang semua mempunyai mata pencaharian pokok sebagai pegawai negeri, Bp. Jk satusatunya orang yang bermata pencaharian sebagai petani, sehingga dengan tersedianya lahan milik keluarga pengelolaannya dipercayakan kepada bp. Jk. Dengan adanya penawaran pinjaman dana PPK, mereka membentuk kelompok Usaha Bersama Semangka pada tahun 2000 sampai sekarang dengan susunan pengurus sebagai berikut : Ketua : Jaka Sekretaris : Nuraini Bendahara : Karni Yuliati Anggota berjumlah 6 orang, dengan jenis usaha yang sama yakni mengolah lahan dengan jenis tanaman cabe.

7 Peraturan kelompok dibuat satu kali pada saat kelompok terbentuk yakni jasa pinjaman ditentukan 20% per tahun dengan perician 16 % disetorkan ke Tim Pelaksana Kegiatan Desa dan yang 4% per tahun digunakan untuk operasional pengurus dan apabila ada salah satu anggota yang tidak dapat membayar tepat waktu akan ditutup pengurus dengan konsekuensi Insentif Pengembalian Tepat Waktu (IPTW) yang besarnya 1 x bunga angsuran dalam satu tahun menjadi hak pribadi pengurus. Cara membayar angsuran disetorkan ke ketua kelompok, kalau sudah terkumpul baru diberikan ke Tim Pelaksana Kegiatan Desa setiap 4 bulan sekali dengan pertimbangan disesuaikan dengan masa panen. Menjelang pengajuan pinjaman ketua kelompok menghitungkan semua pengeluaran untuk sarana produksi masing-masing anggota. Setelah dana pinjaman diterima anggota, maka akan diserahkan kembali kepada ketua untuk pembelian sarana produksi, dari pengolahan lahan, memetik hasil sampai pemasarannya ditangani ketua, dengan cara mempekerjakan tetangganya yang tidak memiliki lahan sebagai buruh tanam sampai petik, sedang pemasarannya sudah ada tengkulak yang membeli di tempat. Dengan cara seperti ini semua pihak merasa diuntungkan, sehingga kerja sama yang terjadi saling memanfaatkan dan bagi mereka ini dirasakan cukup adil, meskipun tidak memiliki kas kelompok. Dengan melihat kemampuan mengangsur dari hasil panen tanamannya, maka kelompok Usaha Bersama Semangka diperbolehkan mengangsur pinjaman 4 bulan 1x dalam waktu 1 tahun dengan pinjaman dana relatif besar berkisar Rp ,- - Rp ,- untuk masing-masing anggota. Cara mengangsur uang pinjaman disetor langsung ke ketua, dan penggunaan sisa pinjaman diatur pengurus seperti yang dikatakan bendahara kelompok ibu Skrn : Anggota diwajibkan membayar jasa pinjaman 20 % dari pokok pinjaman, dengan perincian 16% masuk ke Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan, sedang yang 4% untuk operasional pengurus, dan apabila ada anggota yang terlambat dalam mengangsur akan ditutup pribadi pengurus dengan konsekuensi IPTW (Insentif Pengembalian Tepat Waktu) yang akan diberikan sejumlah 1 x bunga dalam satu tahun menjadi hak pribadi pengurus. Dari kondisi tersebut, kelompok dapat mengatasi kesulitan dalam mengangsur pinjaman, dan ini terjadi pada waktu-waktu tertentu saja.

8 Kelompok Usaha Bersama Semangka ini bersifat mandiri artinya tidak berinduk pada organisasi lain, sehingga aturan yang dipakai oleh kelompok berdasarkan kesepakatan anggota, meskipun terkesan ketua kelompok lebih dominan dalam hal memutuskan aturan. Kelompok tidak mengadakan pertemun rutin dengan pertimbangan kerena semua anggota adalah saudara (kakak beradik) maka komunikasi setiap saat dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Meskipun hanya 2x dalam 1 tahun seluruh anggota kelompok ini berkumpul, yakni pada saat verifikasi dan pada saat pencairan dana, tetapi komunikasi tetap dapat berjalan karena sewaktu-waktu anggota ada kesulitan bisa langsung menghubungi ketua baik di rumah maupun di sawah. Melihat prospek yang sangat bagus, maka pak Jk mengembangkan usahanya dengan sistem bapak angkat. Bermula dari banyaknya pemuda yang menganggur, dan melihat masih ada lahan yang belum tergarap, muncul pemikiran bapak Jk untuk menggabungkan antara mereka yang mempunyai kemampuan mengangsur dengan pemuda yang potensial untuk mengolah lahan dibawah bimbingan bapak Jk. Dengan sistem bagi hasil. Hal ini seperti apa yang diceritakan Bp. Jk : Kalau dilihat dari jumlah anggota dari awal berdiri sampai sekarang jumlahnya tidak berubah, tapi kegiatannya berkembang seperti adanya sistem bapak angkat, yakni dengan melibatkan pemuda di sini yang belum mempunyai pekerjaan untuk mengolah lahan garapan dengan tanaman cabe, sedang yang mengangsur warga yang memiliki dana dengan sistem bagi hasil. Dengan demikian Kelompok Usaha Barsama Semangka dari kegiatannya menanam cabe dapat membawa manfaat untuk berbagai pihak seperti : mereka yang tidak mempunyai lahan garapan menjadi punya pekerjaan karena menjadi buruh mengolah lahan, sedang yang perempuan biasanya menjadi buruh petik, pemuda mengelola lahan dengan sistem bagi hasil, anggota kelompok dan pengurus kelompok mendapat tambahan penghasilan, di samping itu masyarakat dusun juga mendapat manfaat dari pengembalian jasa pinjaman dari Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan, dimana sebagian dikembalikan ke dusun untuk bantuan pembangunan fisik, yang jumlahnya sama untuk masing-masing dusun dan ada yang dikompetisikan melalui ketertiban pembayaran angsuran dan besarnya pinjaman.

9 Efektivitas Kelompok Usaha Bersama Semangka 1.Suasana kelompok Kesamaan jenis usaha anggota kelompok, menjadikan dasar untuk mendekatkan anggota pada tujuan yang sama yakni mendapatkan tambahan penghasilan melalui pengelolaan lahan.apalagi anggota kelompok masih ada ikatan persaudaraan yakni kakak beradik, yang kebetulan tempat tinggalnya berdekatan, sehingga komunikasi yang terjadi berjalan lancar. Jumlah keanggotaannya tetap, sehingga merekatkan hubungan antar anggota.adanya kepuasan akan hasil yang didapat menyebabkan anggota berkeinginan untuk tetap menjadi anggota. 2. Kepemimpinan bergilir Dalam kelompok Usaha Bersama Semangka, belum pernah ada pergantian pengurus, peran pemimpin sangat besar. Dalam pengambilan keputusan, seperti penyusunan program kerja, penentuan kegiatan dan pengelolaan kelompok, anggota mempercayakan pada ketua kelompok.hal ini dijelaskan dengan pernyataan salah satu anggota kelompok Usaha Bersama (bp.skr): Anggota tidak ikut menyusun program kerja kelompok karena tidak mengerti, jadi terserah ketua. Pokoknya anggota di sini percaya saja pada ketua. Yang penting kami bisa memperoleh pinjaman uang dan dapat membayar cicilan serta ada tambahan penghasilan Pernyataan tersebut menunjukkan tentang peran pemimpin (ketua) yang sangat besar dalam pengambilan keputusan, sehingga terkesan ada dominasi dari ketua. 3.Perumusan tujuan Tujuan kelompok merupakan integrasi dari tujuan masing masing anggota. Kelompok Usaha Bersama Semangka yang semua anggotanya bermata pencaharian pokok sebagai pegawai negeri dan memiliki lahan garapan berkeinginan untuk mendapat tambahan penghasilan. Dengan melihat keberhasilan Bpk. Jk dalam menanam cabe, mereka bergabung membentuk kelompok Usaha Bersama, dengan mengajukan pinjaman dana PPK

10 4. Fleksibilitas Kelompok Usaha Bersama Semangka yang semua anggotanya masih mempunyai ikatan persaudaran (kakak beradik) dalam kehidupan berkelompok lebih menggambarkan keluwesannya terutama dalam hal penyelesaian masalah apabila terjadi penunggakan angsuran dari salah satu anggotanya. Mereka akan mengatasi dengan jalan menawarkan siapa yang akan menutup dulu, dan sebagai konsekuensinya IPTW akan diberikan kepada yang menutup angsuran tersebut. 5. Mufakat Sebagian aturan kelompok dibuat oleh pengurus seperti ; besarnya jasa pinjaman diputuskan ketua dan disepakati anggota. Sepanjang aturan tersebut dirasa adil bagi kedua belah pihak, hal ini tidak menjadi masalah. Hal ini diperkuat dari pernyataan bp. Tr (anggota) sebagai berikut : Kami semua tahu kalau jasa pinjaman yang ditentukan ketua relatif tinggi, tapi saya ikhlas karena imbang dengan apa yang saya dapat 6. Kesadaran kelompok Masing masing anggota mempunyai kesadaran terhadap kelompok, sesuai peranan, fungsi dan kegiatan masing masing anggota dalam kehidupan berkelompok.meskipun aturan kelompok dibuat oleh pengurus, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan dalam kehidupan berkelompok, masing masing anggota mematuhinya. Seperti yang disampaikan bp.tr sebagai berikut : Kami sadar bahwa ketua telah melakukan tugasnya sebagaimana mestinya,maka apa yang menjadi keputusannya, dirasa adil 7. Penilaian yang kontinyu Penilaian yang kontinu merupakan evaluasi terhadap perencanaan kegiatan dan pengawasan sehingga dapat diketahui tercapai tidak tujuan kelompok. Kelompok Usaha Bersama Semangka tidak mempunyai dana kelompok, sehingga mereka tidak mengadakan pelaporan kelompok. Setiap pinjaman lunas, kelompok langsung mengajukan pinjaman untuk pengolahan lahan berikutnya. Seperti apa yang disampaikan ibu Krn (bendahara) sebagai berikut :

11 Untuk urusan kelompok anggota tahunya beres, semua urusan dipercayakan penguruskarena mereka merasa selama ini telah menerima tambahan penghasilan Untuk mengetahui efektivitas kelompok Rukun Tetangga 78 dan kelompok Usaha Bersama Semangka dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini : Tabel 6 Unsur-Unsur Efektivitas Kelompok Rukun Tetangga 78 dan Kelompok Usaha Bersama Semangka Unsur-unsur Suasa Peru Fleksi Mu Kesa na musan bili fa daran Efektivitas klpk tujuan tas kat klpk No Kepe mim pinan bergi lir Peni laian yg konti nyu Kelompok R.T. 78 v v v v v v v 2 U.B. Semangka v v v v v v v Sumber : dioleh dari hasil wawancara dengan responden, tahun 2007 Keterangan : 1= kurang mendukung 2= mendukung Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa kelompok Rukun Tetangga 78 unsure-unsur yang mendukung efektivitas kelompok lebih sedikit dibanding dengan kelompok Usaha Bersama Semangka dimana perbedaan terletak pada suasana kelompok, kesadaran kelompok dan penilaian yang kontinyu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok Usaha Bersama Semangka relatif lebih efektif dari kelompok Rukun Tetangga 78. Meskipun demikian kedua kelompok belum menunjukkan efektivitas yang maksimal.

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN A. Diskripsi Wilayah 1. Keadaan Geografis, Demografis dan Susunan Pemerintahan Desa

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian yang didapatkan dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR A. Profil Desa Jenggrik KABUPATEN NGAWI 1. Kondisi Geografis Desa Jenggrik Desa Jenggrik adalah salah satu desa dari

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK GANTI RUGI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

BAB III PRAKTEK GANTI RUGI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL BAB III PRAKTEK GANTI RUGI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL A. Gambaran Umum Desa Brangsong Kec. Brangsong Kab. Kendal 1. Keadaan Geografis dan Susunan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Tipe Kajian

METODE KAJIAN. Tipe Kajian METODE KAJIAN Tipe Kajian Tipe kajian dalam rancangan ini adalah Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan, dan lain-lain); penilaian dan perumusan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi lingkungan

Lebih terperinci

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN BAB III PELAKSANAAN AKAD UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Tanjung merupakan salah satu

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN GADAI GANTUNG SAWAH DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ADAT

BAB III PERBANDINGAN GADAI GANTUNG SAWAH DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ADAT BAB III PERBANDINGAN GADAI GANTUNG SAWAH DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ADAT A. Gambaran Umum Desa Mekarjati, Kecamatan Hargeulis, Kabupaten Indramayu Mekarjati adalah desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi Tabel Triangulasi Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP 1. M.Basuki Sutopo (ketua UPK) 2. Kholidah (Kader SPP) 3. Suranti (Ketua Badan Pengawas UPK) Dana yang dikeluarkan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. BAB III GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. A. Profil Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan 1.

Lebih terperinci

BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG 35 BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG A. Monografi dan Demografi Desa Budugsidorejo Kecamatan Sumobito kabupaten Jombang 1. Keadaan Monografi Desa

Lebih terperinci

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana V. HASIL DANPEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu petani penangkar benih padi yang bermitra dengan UPT Balai Benih Pertanian

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI A. Gambaran umum Desa Pondowan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati 1. Letak geografis Desa Pondowan

Lebih terperinci

BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun

BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun 1. Keadaan Geografis dan Struktur Pemerintahan Desa Brumbun

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Beton 1. Letak geografis beserta struktur pemerintahan desa Desa Beton

Lebih terperinci

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA. Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA. Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara untuk Petani Penyewa PEDOMAN WAWANCARA Nama : Sebastian R.S. Saragih NIM : 030901012 Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah (Studi Kasus di Desa

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Kebomas terletak di Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penduduk Kelurahan Kebomas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Desa Desa

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO A. Gambaran Umum Desa Pucuk Letak Daerah dan Keadaan Alam Desa Pucuk terletak di Kecamatan Dawarblandong

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Makarti merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Makarti merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan 46 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Makarti Desa Makarti merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Desa ini terdiri dari

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG. KEWENANGAN PERIKATAN PINJAMAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG. KEWENANGAN PERIKATAN PINJAMAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN PERIKATAN PINJAMAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. FAUZIAH BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 18 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 18 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 18 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 592 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYERTAAN MODAL (INVESTASI) DAERAH UNTUK KELOMPOK USAHA PERTANIAN

Lebih terperinci

Bab 1 Pemerintahan Desa

Bab 1 Pemerintahan Desa Bab 1 Pemerintahan Desa Pernahkah kalian mengamati orang mengurus Kartu Tanda Penduduk? Tentu orang tersebut terlebih dahulu pergi ke ketua RT setempat. Kemudian ke kantor kepala desa/kelurahan dan dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo. BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik 1. Demografi Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Keadaan Umum Desa Sukomalo 1. Tata letak Desa Sukomalo Desa Sukomalo merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI TENTANG UP2K (USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA) DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB III DESKRIPSI TENTANG UP2K (USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA) DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB III DESKRIPSI TENTANG UP2K (USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA) DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT A. Sejarah Berdirinya Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Usaha

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto Koperasi Ttani Sari Ngaglik sebagai pusat pelayanan perekonomian untuk menyalurkan

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN A. Gambaran Umum Desa Bajur 1. Letak Lokasi Masyarakat Bajur merupakan salah satu suku bangsa yang berada di wilayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS Pringgodani Lembaga Keuangan Syariah merupakan lembaga Islam yang memiliki kegiatan pembiayaan yang

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK BAGI HASIL PENGOLAAN LAHAN TAMBAK DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK BAGI HASIL PENGOLAAN LAHAN TAMBAK DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN BAB III PRAKTIK BAGI HASIL PENGOLAAN LAHAN TAMBAK DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Desa Rejosari Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan Pada bab ini akan diuraikan tentang

Lebih terperinci

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK A. Gambaran Umum Desa Masaran Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan

Lebih terperinci

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro 46 BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro Modal sosial merupakan hal yang penting dalam membentuk suatu kerjasama,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

III. METODE PENELITIAN. deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT 6.1 Kelembagaan Pengurusan Hutan Rakyat Usaha kayu rakyat tidak menjadi mata pencaharian utama karena berbagai alasan antara lain usia panen yang lama, tidak dapat

Lebih terperinci

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Deskripsi dan Perkembangan Kegiatan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari didirikan pada tahun 1993. Pada awalnya, KUSP (KUSP) Gotong Royong

Lebih terperinci

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PERKUATAN PERMODALAN BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL GUBERNUR NANGGROE

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Desa Sejarah Desa Sugihwaras tidak lepas dari sejarah tokoh

Lebih terperinci

VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY

VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY 7.1. Karakteristik Responden 7.1.1. Tingkat Umur Tingkat umur responden berkisar antara 40-60 tahun.

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT A. Profil Pelaksanaan Perjanjian dalam Program Nasional

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN BARANG KREDITAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN BANDAR KEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG

BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN BARANG KREDITAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN BANDAR KEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN BARANG KREDITAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN BANDAR KEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG A. Keadaan Umum Desa Brangkal Kecamatan Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk kelanjutanhidupnya, oleh karena itu terpenuhinya pangan menjadi hak asasi bagisetiap orang.berdasarkan hal itu

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA BANJARARUM

PETA SOSIAL DESA BANJARARUM PETA SOSIAL DESA BANJARARUM Gambaran Lokasi Desa Banjararum merupakan satu dari empat desa yang berada di wilayah Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 39 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 39 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 39 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 423 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA ORGANISASI DAN PROFESI SERTA BANTUAN

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Bp/ Ibu/ Sdr dimohon untuk mengisi data demografi pada kotak di samping pertanyaan atau memberikan tanda ( ) pada tempat yang telah disediakan : Nama Responden : Nama KAP : Jenis Kelamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. area Pura Jala Sidhi Amerta dan melayani simpan pinjam untuk umat Hindu. Pada

BAB I PENDAHULUAN. area Pura Jala Sidhi Amerta dan melayani simpan pinjam untuk umat Hindu. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Koperasi Jala Bhakti Sedana merupakan koperasi yang berada di sekitar area Pura Jala Sidhi Amerta dan melayani simpan pinjam untuk umat Hindu. Pada Koperasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN/UTANG PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah. Dalam suatu pembiayaan memang mengandung resiko, meskipun BMT Citra Keuangan

Lebih terperinci

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DESA BANJARARUM

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DESA BANJARARUM EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DESA BANJARARUM Selama ini pemerintah telah mempergunakan sistem top-down melalui sejumlah kebijakan pembangunan. Dalam perjalanan pembangunan terasa ada banyak

Lebih terperinci

PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA

PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA 98 PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA Sumaryadi (2005), menyatakan bahwa perencanaan adalah salah satu fungsi dari seluruh proses manajemen untuk pencapaian tujuan tertentu. Prinsip

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Tabuk Kabupaten Banjar tentang praktek zakat bersyarat, maka diperoleh 6 (enam) b) Umur : 39 tahun

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Tabuk Kabupaten Banjar tentang praktek zakat bersyarat, maka diperoleh 6 (enam) b) Umur : 39 tahun BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Kasus Perkasus Berdasarkan hasil wawancara langsung yang penulis lakukan kepada para responden dan informan yang ada di Desa Sungai Bakung Kecamatan Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih menghadapi sejumlah permasalahan, baik di bidang ekonomi, sosial, hukum, politik, maupun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

Pada awal berdirinya pokdakan, usaha yang dilakukan oleh sebagian PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN

Pada awal berdirinya pokdakan, usaha yang dilakukan oleh sebagian PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN 2014/01/05 17:18 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan, Artikel Penyuluhan PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN Program Usaha Mina Pedesaaan (PUMP) yang dikeluarkan oleh KKP sejak tahun 2011

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian Tipe kajian yang digunakan dalam kajian ini adalah tipologi Kajian Deskripsi. Menurut Sitorus dan Agusta (2004) kajian deskripsi merupakan kajian yang mendokumentasikan

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO A. Gambaran Umum Objek Penelitian Pada bab ini akan diuraikan tentang objek penelitian dengan maksud untuk menggambarkan objek

Lebih terperinci

BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT A. Sejarah Ringkas Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB IV TAHU MERCON SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI DOMPET DHUAFA SEMARANG DALAM PENDAYAGUNAAN ZAKAT

BAB IV TAHU MERCON SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI DOMPET DHUAFA SEMARANG DALAM PENDAYAGUNAAN ZAKAT BAB IV TAHU MERCON SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI DOMPET DHUAFA SEMARANG DALAM PENDAYAGUNAAN ZAKAT A. Analisis Peran Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa melalui Program Tahu Mercon di Semarang Program

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR BADAN USAHA MILIK DESA SUKAWENING KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT BAB I NAMA,WAKTU DAN KEDUDUKAN BAB II SIFAT DAN TUJUAN

ANGGARAN DASAR BADAN USAHA MILIK DESA SUKAWENING KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT BAB I NAMA,WAKTU DAN KEDUDUKAN BAB II SIFAT DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR BADAN USAHA MILIK DESA SUKAWENING KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT BAB I NAMA,WAKTU DAN KEDUDUKAN Pasal 1 1) Badan Usaha Milik Desa bernama : Wening Jaya 2) Badan Usaha Milik Desa didirikan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WOANOAYU KABUPATEN SIDOARJO. 1. Keadaan Geografis Desa Sumberrejo

BAB III DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WOANOAYU KABUPATEN SIDOARJO. 1. Keadaan Geografis Desa Sumberrejo BAB III DESKRIPSI PENGUPAHAN PENGGARAPAN SAWAH DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WOANOAYU KABUPATEN SIDOARJO A. Deskripsi Tentang Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian tersebut, meliputi beberapa bagian,

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pemerintah Indonesia mulai mencanangkan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI

BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI Desa Babakan Pari berada di ketinggian 600 m dpl, luas wilayah desa 212.535 ha adalah bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG

SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 26 SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG Mochammad Kamil Malik

Lebih terperinci

A. Pertanyaan untuk anggota kelompok. Nama : TTL : Usia : Suku : Agama : Jurusan : Anak Ke. Dari.. Bersaudara Tempat tinggal :

A. Pertanyaan untuk anggota kelompok. Nama : TTL : Usia : Suku : Agama : Jurusan : Anak Ke. Dari.. Bersaudara Tempat tinggal : DAFTAR PERTANYAAN Tinjauan Komunikasi Kelompok Kecil mengenai Sikap Taat Akan Norma (Studi Kasus Kelompok Kecil Re uwel Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan Fakultas Hukum)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH A. Letak Geografis Desa Kecamatan 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading Desa Batur terletak di Kecamatan Gading,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah

BAB I PENDAHULUAN. melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam gerakan pembangunan keluarga sejahtera nasional, pemerintah melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah melaksanakan berbagai

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGHASILAN TETAP, TUNJANGAN, TAMBAHAN TUNJANGAN, PENERIMAAN LAIN YANG SAH DAN JAMINAN KESEHATAN BAGI KEPALA

Lebih terperinci

Pemberdayaan Ekonomi Kumpulan Pengajian Perempuan (KPP) Al Munajad Dan Baitul Muqorrobin Desa Tahunan Jepara

Pemberdayaan Ekonomi Kumpulan Pengajian Perempuan (KPP) Al Munajad Dan Baitul Muqorrobin Desa Tahunan Jepara Pemberdayaan Ekonomi Kumpulan Pengajian Perempuan (KPP) Al Munajad Dan Baitul Muqorrobin Desa Tahunan Jepara Noor Arifin 1, Hadi Ismanto 2, Eko Nur Fu ad 3 1,2,3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNISNU Jepara

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Letak geografis yang penulis ambil sebagai obyek pembahasan

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Dalam bab ini akan dijabarkan tentang profil keluarga dampingan termasuk perekonomian keluarga dampingan berupa pendapatan dan pengeluaran keuangan dari keluarga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam merealisasikan kesejahtraan masyarakat.program

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam merealisasikan kesejahtraan masyarakat.program BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Objek Penelitian Penanggulangan kemiskinan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan operasional merupakan komitmen pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 67 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN/ UTANG BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting

Lebih terperinci