KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG"

Transkripsi

1 KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Deskripsi dan Perkembangan Kegiatan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari didirikan pada tahun Pada awalnya, KUSP (KUSP) Gotong Royong merupakan kelompok arisan yang dilakukan oleh warga RT 02. Kelompok ini didirikan atas inisiatif beberapa warga setelah RT menerima bantuan pemerintah untuk stimulan pengembangan kelembagaan ekonomi sebesar Rp ,00. Berdasarkan musyawarah bersama akhirnya disepakati untuk membentuk kelompok simpan pinjam. Sebagai modal awal, sejumlah 30 orang menghimpun dana dengan iuran sebanyak Rp ,00 per orang. Dana yang terkumpul ditambah dengan bantuan stimulan pemerintah sebanyak Rp ,00 kemudian dipinjamkan kepada anggota yang memerlukan dengan kewajiban membayar bunga pinjaman sebesar 2 persen per bulan. Pinjaman maksimal Rp ,00 dengan masa angsuran satu tahun. Pendirian kelompok dilatarbelakangi oleh kesulitan masyarakat terutama masyarakat yang bekerja sebagai buruh, serabutan, atau sektor informal untuk menjangkau pelayanan kredit dari lembaga keuangan atau bank komersial yang disebabkan oleh banyaknya persyaratan yang harus ditempuh untuk mengajukan pinjaman seperti harus menyertakan bukti-bukti kepemilikan (sertifikat tanah, BPKB), diketahui oleh aparat kelurahan setempat, survei kelayakan, memiliki pendapatan tetap, dan sebagainya. Tujuan dari KUSP ini adalah membantu anggota-anggotanya dalam memperoleh pinjaman untuk memenuhi kebutuhan modal atau kebutuhan lain yang mendesak dengan prosedur yang mudah berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong. KUSP Gotong Royong merupakan satu-satunya kelompok simpan pinjam yang dapat berkembang secara berkelanjutan. Pada awalnya, di RW IV terdapat lima kelompok simpan pinjam, tetapi dalam perkembangannya hanya KUSP Gotong Royong yang masih bertahan dan mengalami perkembangan. Jumlah anggota KUSP meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2003, seluruh rumah

2 51 tangga RT 02 yang berjumlah 68 kepala keluarga telah menjadi anggota. Jumlah ini kemudian meningkat setelah beberapa warga di luar RT 02 ikut bergabung menjadi anggota. Pada tahun 2004, jumlah anggota meningkat menjadi 72 orang dan pada tahun 2005 menjadi 78 orang. Perkembangan jumlah anggota dalam kurun lima tahun terakhir tersaji pada Tabel 7 dan Gambar 10. Tabel 7 Jumlah Anggota KUSP Gotong Royong No Tahun Jumlah Sumber: Catatan Sekretaris KUSP Jumlah Anggota Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun Gambar 10 Perkembangan Jumlah Anggota KUSP Gotong Royong Sampai tahun 2002, pelayanan yang diselenggarakan oleh KUSP Gotong Royong masih terbatas menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada anggota-anggotanya. Setiap anggota diwajibkan menyimpan uang sebagai simpanan pokok sebesar Rp 5.000,00 dan simpanan wajib per bulan sebesar Rp 1.500,00. Besarnya pinjaman kepada anggota maksimal Rp ,00 dengan masa angsuran maksimal 10 kali. Bunga pinjaman sebesar 2 persen per bulan dihitung dari sisa pinjaman terakhir. Anggota yang berhak memperoleh pinjaman

3 52 adalah mereka yang telah mempunyai simpanan minimal 75 persen dari rata-rata simpanan anggota terdahulu. Pada tahun 2003, KUSP ini mengembangkan pelayanannya dengan menyelenggarakan jaminan sosial untuk membantu perawatan kesehatan dan kematian anggota atau keluarganya. Sebelum tahun 2003, jaminan sosial diselenggarakan oleh RT 02 secara terpisah dengan KUSP. Setiap bulan warga RT melakukan iuran sosial sebesar Rp 200,00. Bagi warga RT yang sakit atau meninggal dunia menerima bantuan Rp ,00 untuk bantuan pengobatan dan Rp ,00 apabila ada yang meninggal dunia. Kemudian mulai tahun 2003 setelah semua keluarga RT 02 menjadi anggota KUSP, iuran untuk jaminan sosial dihapus dan sebagai gantinya diambil dari keuntungan usaha. Bunga pinjaman yang semula 2 persen dinaikkan menjadi 3 persen dan penerimaan bantuan dinaikkan menjadi Rp ,00 untuk bantuan pengobatan dan Rp ,00 untuk meninggal dunia. Dalam rangka mempercepat peningkatan aset dan memenuhi tuntutan anggota yang menginginkan peningkatan pinjaman, mulai bulan April 2006, simpanan wajib ditingkatkan menjadi Rp 2.000,00 dan pinjaman maksimal Rp ,00. Masa angsuran tetap 10 kali dan bunga pinjaman 3 persen dihitung dari sisa pinjaman. Pinjaman juga diberikan dalam bentuk sebrakan kepada anggota untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak seperti membayar sekolah anak atau membeli obat-obatan. Besarnya pinjaman sebrakan maksimal Rp ,00 dengan pembayaran bulan berikutnya tanpa dikenai bunga. Rata-rata jumlah anggota yang mengajukan pinjaman lima sampai delapan orang dan hampir semua peminjam mengajukan pinjaman maksimal (Rp ,00). Namun demikian, tidak semua anggota yang mengajukan pinjaman dapat terealisasikan. Jumlah anggota yang memperoleh pinjaman rata-rata hanya tiga sampai empat orang, tergantung pada jumlah uang yang masuk pada bulan resalisasi pinjaman. Penentuan anggota yang memperoleh pinjaman didasarkan pada nomor urut pengajuannya. Anggota yang tidak memperoleh pinjaman pada bulan itu, maka akan diberikan pada bulan berikutnya sesuai nomor urutan pengajuan. Jumlah peminjam biasanya akan meningkat pada bulan Juni, Juli, atau menjelang lebaran. Pada bulan Juni dan Juli adalah bulan menjelang tahun ajaran

4 53 baru bagi anak sekolah, sehingga banyak anggota yang mengajukan pinjaman untuk membiayai anak sekolah. Pada bulan Juli 2006, jumlah peminjam mencapai sepuluh orang dan hanya terealisasi sebanyak tiga orang. Pelaksanaan pelayanan keuangan berupa penerimaan simpanan, pemberian pinjaman dan pembayaran angsuran dilakukan sekali sebulan secara rutin pada tanggal 11 dan diikuti oleh seluruh anggota. Disamping penerimaan simpanan, pembayaran angsuran dan pemberian pinjaman, dalam kegiatan ini juga dilakukan rapat dan penyampaian berbagai informasi yang berkaitan dengan pengelolaan KUSP seperti laporan keadaan keuangan, penampungan saran dan usulan anggota dan masalah-masalah yang mungkin timbul berkaitan dengan pelaksanaan simpan pinjam. Kegiatan rutin KUSP setiap bulan diintegrasikan dengan kegiatan pertemuan RT O2. Meskipun tidak semua anggota berasal dari warga RT 02, tetapi mereka tetap mengikuti pertemuan karena agenda kegiatan KUSP dan kegiatan RT menjadi satu. Kegiatan didahului dengan pembayaran iuran KUSP dan iuran RT, kemudian dilanjutkan dengan rapat RT. Setelah rapat RT selesai dilanjutkan dengan rapat KUSP. Kegiatan pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 11 setiap bulan dengan tempat bergiliran di rumah anggota. Selain kegiatan rutin bulanan, juga diadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Kegiatan utama dalam RAT ini adalah penyampaian pertanggungjawaban pengurus, laporan keadaan keuangan, pembagian sisa hasil usaha (keuntungan usaha), reorganisasi kepengurusan, evaluasi dan penyusunan program kerja untuk satu tahun mendatang. Kegiatan RAT dipisahkan dengan kegiatan RT dalam kegiatan tersendiri. Pengintegrasian kegiatan RT dengan KUSP didasari oleh pertimbangan efisiensi, yaitu dapat melaksanakan dua kegiatan secara bersama-sama. Disamping itu, RT juga berkepentingan dengan KUSP. Hasil jimpitan RT dari penarikan warga Rp 100,00 per keluarga per hari, penarikan dana keamanan bagi warga yang tidak dikenakan wajib ronda Rp 1000,00 per bulan per keluarga, hasil penarikan pembayaran rekening listrik dan PDAM oleh kelompok remaja, dan hasil sewa barang inventaris RT disimpan di KUSP ini. Simpanan dari keuangan RT ini tidak diberikan bunga, namun KUSP membantu pembiayaan kegiatan RT

5 berupa bantuan pembangunan Rp ,00 per tahun. Pada tahun 2005 simpanan dari keuangan RT dan kelompok remaja ini sebesar Rp , Gambar 11 Kegiatan Pembayaran Simpanan dan Pinjaman pada KUSP Struktur Kelompok Kepengurusan Kepengurusan KUSP terbagi menjadi dua, yaitu pengurus dan pengawas. Pengurus adalah ketua, sekretaris, bendahara, dan pembantu. Kepengurusan dipilih oleh anggota pada rapat anggota tahunan dengan masa kerja dua tahun dan dapat dipilih kembali. Berdasarkan hasil reorganisasi pengurus yang telah diputuskan dalam Rapat Anggota Tahunan pada tanggal 19 Februari 2005, struktur organisasi Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong RW. IV Kwaluhan adalah sebagai berikut: 1. Pengurus, terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan pembantu. 2. Pengawas Keanggotaan Jumlah anggota KUSP Gotong Royong sampai akhir Tahun 2005 sebanyak 78 orang. Sebagian besar anggota berusia 41 tahun sampai 60 tahun, mencapai 64 persen dari seluruh anggota. Hampir semua anggota merupakan kepala rumah

6 tangga, sehingga dari komposisi berdasarkan jenis kelamin sebagian besar lakilaki. Karakteristik anggota berdasarkan usia dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 8 Tabel 8 Jumlah dan Persentasi Anggota KUSP Berdasarkan Usia dan Jenis No Kelamin Kelompok Usia Jumlah % Jenis kelamin L % P % ,6 2 2, , , , ,9 2 2, , ,4 4 5, ,8 5 6,4 5 6, > 2 2,6 1 1,3 1 1,3 Jumlah , ,3 55 Dalam aspek sosial dan ekonomi, orang usia 41 ke atas pada umumnya telah mapan. Mereka biasanya telah mempunyai pekerjaan, rumah tinggal, dan sumber pendapatan yang diandalkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya. Di sisi lain, pada usia tersebut kebutuhan rumah tangga juga meningkat, seperti membiayai anak sekolah di jenjang sekolah lebih tinggi, mengembangkan usaha, pemeliharaan kesehatan dan sebagainya. Peningkatan kebutuhan ini menyebabkan meningkatnya jumlah anggota yang mengajukan pinjaman pada bulan Juni, Juli dan menjelang lebaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya anggota yang mengajukan pinjaman pada bulan-bulan tersebut. Pada bulan Juni 2006, jumlah anggota yang mengajukan pinjaman sebanyak 8 orang dan pada bulan Juli 2006 sebanyak 10 orang. Berdasarkan mata pencaharian, jenis pekerjaan yang dilakukan oleh anggota KUSP beraneka ragam. Buruh dan serabutan merupakan pekerjaan yang banyak dilakukan oleh anggota KUSP. Secara lebih rinci, karakteristik keanggotaan berdasarkan jenis pekerjaan tersaji pada Tabel 9 dan Gambar 12

7 56 Tabel 9 Karakteristik Anggota KUSP Berdasarkan Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Jumlah % 1 Jasa Buruh Tukang Becak Pensiunan PNS Penjahit Serabutan Wiraswasta Janda Pensiunan Dagang Karyawan Swasta 4 5 Jumlah Jumlah Jasa Buruh Becak Pensiunan PNS Penjahit Serabutan Wiraswasta Janda Pensiun Dagang Swasta Jenis Pekerjaan Gambar 12 Keanggotaan KUSP Berdasarkan Jenis Pekerjaan. Jenis pekerjaan buruh dan serabutan atau sektor informal merupakan jenis pekerjaan terbanyak dilakukan oleh anggota KUSP. Pada umumnya orang dengan latar belakang pekerjaan seperti ini sering mengalami kesulitan untuk menjangkau lembaga keuangan formal atau bank disebabkan adanya kualifikasi penilaian bankable yaitu karakter, agunan, modal, kemampuan mengembalikan pinjaman dan kondisi sosial ekonomi. Keadaan ini menjadi salah satu faktor yang

8 57 mendorong mereka bergabung dalam KUSP dengan tujuan memperoleh manfaat berupa pinjaman yang mudah. Berdasarkan pendidikan, jenjang pendidikan SD merupakan jumlah terbanyak dari jenjang pendidikan yang dimiliki anggota, namun demikian, telah banyak pula anggota KUSP yang menempuh jenjang pendidikan menengah (SLTP dan SLTA). Karakteristik anggota KUSP berdasarkan pendidikan secara lebih lengkap tersaji pada Gambar 13 24% Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA 42% 6% 4% 1% 23% Sarjana Muda Sarjana Gambar 13 Keanggotaan KUSP Berdasarkan Pendidikan Tingkat pendidikan anggota KUSP paling banyak adalah SD, yaitu 32 orang atau 42 persen, diikuti dengan SLTP 19 orang atau 24 persen, SLTA 18 orang atau 23 persen, tidak tamat SD 5 orang atau 6 persen, sarjana muda 3 orang atau 4 persen dan sarjana 1 orang atau 1 persen. Pendidikan menggambarkan kapasitas pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki oleh anggota KUSP terkait dengan partisipasi mereka dalam organisasi yang diikuti. Tidak ada seorangpun pengurus KUSP yang berlatar belakang pendidikan SD atau SLTP dan pada umumnya mereka sebagai anggota yang pasif. Dalam pengambilan keputusan, mereka cenderung patuh pada pengurus atau pemimpinnya. Administrasi dan Manajemen KUSP KUSP adalah lembaga keuangan yang menyelenggarakan pelayanan simpanan dan pinjaman dengan tujuan membantu anggota-anggotanya dalam memenuhi kebutuhan. Untuk landasan operasional, motto dari KUSP ini adalah

9 58 Didasari Kekeluargaan dan Gotong Royong, Kita Ringankan Beban Anggota. Moto tersebut merupakan manifestasi bahwa KUSP bukan saja berfungsi ekonomi, tetapi juga sosial. Keberadaannya bukan saja untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi, tetapi juga mempererat kekelurgaan dan saling bantu diantara anggota. Dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, program kerja KUSP disusun dalam kurun satu tahun berdasarkan hasil musyawarah semua anggota pada rapat anggota tahunan. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan kemampuan KUSP. Apabila ada hal-hal atau keputusan yang dianggap penting bagi KUSP di luar program kerja maka diputuskan berdasarkan musyawarah pada rapat anggota rutin tiap bulan. Dalam penyusunan rencana ini, pengurus menyusun program kerja dalam kurun waktu satu tahun ke depan. Draft program kerja yang telah disusun kemudian di bawa ke forum musyawarah melalui rapat anggota tahunan untuk memperoleh tanggapan dan persetujuan seluruh anggota. Pengorganisasian kegiatan dalam KUSP tercermin dari pembagian tugas pengurus dan pengawas sesuai dengan bidang masing-masing. Bentuk-bentuk kegiatan sesuai dengan bidang tugas pengurus dan pengawas meliputi: 1. Bidang Organisasi a. Menyempurnakan dan melengkapi administrasi b. Mengadakan pertemuan anggota setiap bulan pada tanggal 11, pukul dengan tempat bergiliran antar anggota. c. Mengadakan rapat pengurus setiap bulan setelah selesai pertemuan rutin. d. Menerima pemeriksaan dari pengawas setiap tiga bulan. e. Menyelenggarakan rapat anggota tahunan f. Menerima anggota baru. g. Mengadakan reorganisasi pengurus. 2. Bidang Permodalan dan Kredit a. Menghimpun simpanan wajib anggota dari Rp ,00 b. Memberikan pinjaman bagi anggota maksimal Rp ,00, jasa 3 persen perbulan dan jumlah angsuran maksimal 10 kali.

10 59 c. Peminjam dikenakan potongan 1 persen dari jumlah pinjaman yang diterima untuk kas pembangunan RW. IV Kwaluhan. d. Memberikan layanan pinjaman sebrakan bagi anggota yang sangat membutuhkan dengan ketentuan wajib mengembalikan bulan berikutnya dan tidak dipungut jasa. e. Menyisihkan uang yang masuk sebesar Rp ,00 setiap bulan dan hasil usaha sebesar Rp ,00 setiap tahun untuk cadangan. f. Menghimpun simpanan pokok bagi anggota baru sebesar RP. 5000, Bidang Kesejahteraan Sosial a. Memberikan sumbangan sebesar Rp ,00 kepada anggota/ keluarga apabila anggota/ keluarga (suami, istri, anak, orang tua, dan mertua) meninggal dunia. b. Memberikan bantuan pengobatan kepada anggota/ keluarga sebesar Rp ,00 dan hanya berlaku sekali dalam waktu satu tahun tutup buku. c. Membagikan jasa dari Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada semua anggota pada akhir tutup buku menurut perbandingan jumlah simpanan. 4. Pengawas a. Memeriksa keadaan keuangan KUSP setiap tiga bulan b. Melaksanakan pemeriksaan keuangan pada akhir tahun tutup buku. c. Melaporkan hasil pemeriksaan keuangan kepada seluruh anggota dalam pertemuan rutin setiap tiga bulan dan rapat anggota tahunan. Pelayanan keuangan yang diselenggarakan oleh KUSP terdiri dari tiga bentuk pelayanan, yaitu simpanan, pinjaman dan jaminan sosial. Simpanan terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan pokok dikenakan pada anggota sekali ketika masuk menjadi anggota sebesar Rp 5.000,00. Simpanan wajib dilakukan setiap bulan sebesar Rp 2.000,00. Pinjaman diberikan kepada anggota yang telah memenuhi persyaratan, yaitu telah mempunyai simpanan minimal 75 persen dari rata-rata simpanan anggota terdahulu, yang pada akhir tahun 2005 mencapai Rp ,00. Bagi anggota yang masih mempunyai pinjaman tidak diperkenankan mengajukan pinjaman sampai terlunasi. Jaminan sosial diberikan apabila anggota atau keluarganya sakit atau meninggal dunia.

11 60 Apabila ada anggota atau keluarganya sakit dan dirawat di rumah sakit, akan memperolah bantuan perawatan sebesar Rp ,00 dan apabila meninggal dunia memperoleh bantuan kematian sebesar Rp ,00. Pemberian bantuan perawatan kesehatan untuk anggota atau keluarga yang mengalami sakit hanya dilakukan sekali dalam satu tahun. Pembukuan KUSP dilaksanakan secara sederhana, mudah dikerjakan dan dipahami oleh setiap anggota. Semua kegiatan pengelolaan KUSP dicatat dalam buku administrasi sesuai bidang tugas masing-masing pengurus. Buku administrasi tersebut meliputi: Buku Induk Anggota, Buku Kas, Buku Simpanan Anggota, Buku Piutang Anggota dan Buku iuran Wajib. Selain buku administrasi tersebut, setiap anggota memiliki buku yang berisi catatan iuran wajib, pinjaman, dan angsuran yang wajib dibawa pada pertemuan rutin bulanan. Laporan pertanggungjawaban pengurus dilakukan sekali dalam setahun melalui rapat anggota tahunan. Pengawasan dilakukan oleh seluruh anggota KUSP dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Pengurus wajib melaporkan keadaan keuangan kepada anggota setiap bulan pada pertemuan rutin dan menerima pemeriksaan dari pengawas setiap tiga bulan. 2. Setiap anggota berhak mengajukan pertanyaan atas laporan pengurus dan pengawas yang dirasa kurang jelas, dan berhak memberikan saran, pendapat serta pandangan demi kemajuan usaha simpan pinjam. 3. Pertanyaan, saran, pendapat, dan pandangan disampaikan secara tertib dan sopan. 4. Pengurus dan pengawas wajib memberikan penjelasan apabila diperlukan. Analisis Kelembagaan Dalam Aspek Pengembangan Ekonomi dan Sosial Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan ekonomi lokal merupakan kerjasama seluruh komponen masyarakat di suatu daerah (lokal) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang akan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup seluruh

12 61 masyarakat dalam komunitas (Syaukat dan Hendrakusumaatmaja, 2005). Dengan kata lain pengembangan ekonomi lokal merupakan sebuah perekonomian yang diselenggarakan atas dasar kemampuan dan potensi masyarakat yang ditujukan pada peningkatan kesejahteraan. Hal ini mengandung arti bahwa pengembangan ekonomi bertumpu pada pengembangan masyarakat, dibangun diatas realitas masyarakat, sehingga dapat menciptakan peningkatan kapasitas dan peningkatan ikatan dan jalinan masyarakat sebagai suatu sistem. Dalam konteks pengembangan masyarakat, pengembangan KUSP merupakan sarana untuk memberdayakan masyarakat. Hal ini ditandai oleh sifat dan bentuk KUSP, yaitu: pertama berbasis pada sumberdaya lokal, baik pada sumberberdaya manusia, sosial maupun finansial sehingga dapat memperkuat keswadayaan masyarakat. Kedua, dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal, sehingga dapat mengembangkan kapasitas sumberdaya manusia. Kendala yang umum terjadi pada pengembangan ekonomi lokal adalah masalah ketersediaan dana (financial avalability), pembentukan modal (capital formation) dan akses terhadap sumberdaya finansial. Akses terhadap modal bagi golongan miskin dan sektor informal merupakan hal penting dalam rangka peningkatan ekonomi. Salah satu faktor penyebab kemiskinan dan masalah yang yang umum dihadapi sektor informal dan usaha kecil adalah masalah sumberdaya, yaitu kurangnya akses terhadap lembaga finansial dan lemahnya kondisi sumberdaya manusia karena pendidikan rendah dan kurang keterampilan. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kelembagaan KUSP Gotong Royong merupakan program yang dapat membantu masyarakat memecahkan masalah dalam memperoleh modal bagi pengembangan usaha. Bagi golongan miskin dan sektor informal yang kesulitan untuk mengakses lembaga keuangan atau bank khususnya dalam pengajuan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan modal, KUSP ini sangat bermanfaat. Mereka bukan saja dapat memperoleh modal dengan prosedur yang mudah tetapi juga memiliki saham pada usaha simpan pinjam ini. Kebermanfaatan lain usaha yang dikelola oleh masyarakat ini adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola kelembagaan ekonomi.

13 62 Bantacut (2001) menyatakan bahwa salah satu kendala dalam pengembangan ekonomi lokal yang berbasis usaha kecil adalah kendala finansial. Kendala finansial menyebabkan pertumbuhan usaha kecil terhambat oleh ketersediaan modal baik untuk investasi maupun modal kerja. Masalah keterbatasan modal terjadi karena kesulitan dalam mengakses sumberdaya finansial dari lembaga keuangan formal. Dalam konteks ini, pengembangan KUSP merupakan alternatif bagi masyarakat setempat untuk mengatasi hambatan dalam mengakses sumberdaya finansial dan mengembangkan sumber-sumber pembiayaan sendiri. KUSP memiliki nilai strategis dalam pengembangan ekonomi lokal karena memungkinkan masyarakat setempat untuk memperoleh ketersediaan dana, membentuk modal bersama dan mengatasi kesulitan dalam mengakses sumberdaya finansial. Melalui KUSP ini masyarakat bukan saja sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai pengupaya, penilai dan pemelihara keberlanjutan pengembangan ekonomi. Gambar 14 Salah Satu Usaha yang Dilakukan Anggota dengan Modal Kerja dari Hasil Pinjaman di KUSP. Pengembangan Gerakan dan Modal Sosial Latar belakang masyarakat RW IV Kwaluhan melakukan gerakan sosial dengan membangun kelembagaan keuangan sendiri didorong oleh kenyataan

14 63 bahwa golongan miskin, para buruh, tukang, usaha kecil-kecilan, serabutan, atau sektor informal mengalami kesulitan untuk mengakses lembaga keuangan atau bank baik milik pemerintah maupun bank komersial untuk memenuhi kebutuhan modal atau kebutuhan lain. Banyaknya prosedur yang harus ditempuh untuk mengajukan pinjaman seperti harus memiliki agunan, menyertakan bukti-bukti kepemilikan seperti sertifikat tanah, BPKB, diketahui oleh aparat kelurahan setempat, survei kelayakan, memiliki pendapatan tetap, dan sebagainya merupakan hambatan yang membatasi kesempatan masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Berawal dari kondisi deprivasi inilah kemudian mereka melibatkan diri dalam gerakan sosial untuk mendorong perubahan. Dengan semakin membaiknya kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, gerakan sosial yang dikembangkan oleh masyarakat Kwaluhan tidak lagi didasarkan pada pelepasan diri dari ketidakadilan, melainkan pada pengharapan yang meningkat. Harapan akan kehidupan yang lebih baik dan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan mendorong mereka mengembangkan kelembagaan ekonomi yang telah mereka bangun secara bersama-sama. Gerakan sosial untuk mengembangkan kelembagaan ekonomi dalam bentuk usaha simpan pinjam sangat terkait dengan modal sosial. Fukuyama dalam Nasdian (2005), mengartikan modal sosial sebagai seperangkat nilai-nilai internal atau norma-norma yang disebarkan di antara anggota-anggota suatu kelompok yang mengijinkan mereka untuk bekerjasama antara satu dengan yang lain. Ia menambahkan bahwa prasyarat penting munculnya modal sosial adalah adanya kepercayaan (trust), kejujuran (honesty), dan timbal balik (resiprocity). Dari pengertian modal sosial itu tampak bahwa dalam gerakan sosial yang dilakukan masyarakat RW. IV Kwaluhan ada modal sosial. Gerakan sosial dimungkinkan apabila ada norma-norma yang disebarkan di antara anggota-anggota suatu kelompok yang mengijinkan mereka untuk bekerjasama antara satu dengan yang lain. Modal sosial menunjuk pada hubungan sosial, institusi dan struktur sosial serta berhubungan dengan trust, resiprositas, hak dan kewajiban serta jejaring sosial. Keberlanjutan dan berkembangnya usaha simpan pinjam RW IV Kwaluhan sampai saat ini karena terdapat kepercayaan antara anggota dan pengurus,

15 64 pengurus dengan anggota dan dengan lembaga. Hubungan antar anggota merupakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, pelaksanaan hak dan kewajiban anggota satu akan membantu anggota lain dalam menerima dan melaksanakan hak serta kewajibannya. Dari sisi program dan kegiatan, usaha simpan pinjam ini tidak hanya memanfaatkan modal sosial, tetapi juga mencakup pengembangannya. Kegiatan KUSP yang berlandaskan pada semangat gotong royong, kekeluargaan dan kepercayaan merupakan wujud dari pemanfaatan dan pengembangan modal sosial. Melalui kegiatan usaha simpan pinjam yang secara periodik mempertemukan semua anggota, juga menjadi sarana masyarakat untuk pengembangan hubungan-hubungan aktif, partisipasi, demokrasi, penguatan pemilikan komunitas, dan kepercayaan, sehingga modal sosial dalam masyarakat akan semakin kuat dan berkembang. Tindakan masyarakat untuk secara bersama-sama membangun kelembagaan dalam rangka mengatasi masalah-masalah dan memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial ini juga didorong oleh faktor psikologis. Terhambatnya akses terhadap sumberdaya (modal) ke lembaga finansial / perbankan memberikan motivasi kepada masyarakat RW.IV Kwaluhan untuk mengembangkan kelembagaan sendiri. Motivasi ini kemudian dilanjutkan dengan proses komunikasi diantara anggota masyarakat, sehingga tumbuh semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan kepercayaan yang diwujudkan dengan perilaku kerjasama yang saling memberikan keuntungan. Dari perspektif behavioral, tingkah laku yang dimunculkan seseorang tergantung pada konsekuensi yang akan diterima. Apabila konsekuensi yang diterima bersifat positif (reward) maka tingkah laku tersebut akan dimunculkan kembali dan sebaliknya apabila konsekuesinya negatif (punishment) maka kemungkinan besar tidak akan dimunculkan kembali. Berpijak dari perspektif ini, maka dapat dikatakan bahwa usaha simpan pinjam Gotong Royong memberikan manfaat (reward) bagi anggota yang dibuktikan dengan mereka dapat melaksanakan hak dan kewajiban sebagai anggota secara berkesinambungan dan semakin banyaknya anggota masyarakat yang bergabung di dalamnya.

16 65 Masalah yang menghambat KUSP untuk berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat adalah belum terbangunnya jejaring (networking), baik yang bersifat horisontal maupun vertikal. Dari dimensi modal sosial horisontal, ikatan-ikatan antar anggota telah terbangun dengan kuat, tetapi pertalian dengan komunitas di luar kelompok yang berupa jejaring dengan asosiasi-asosiasi atau lembaga-lembaga di luar komunitas sebagai stakeholders belum dilakukan. Dari dimensi vertikal, juga belum terbangun kolaborasi dengan program-program pengembangan ekonomi dari pemerintah dan jejaring dengan instansi terkait. Gambar 15 Melalui Kegiatan KUSP Warga Saling Bertemu dan Berkomunikasi. Pengembangan Kehidupan Ketetanggaan Pengembangan kehidupan ketetanggaan adalah pemberian desentralisasi kepada rumah tangga untuk bertanggungjawab dan menciptakan stabilitas dalam masyarakat (Peterman, 2000). Dalam konteks pengembangan masyarakat, pengintegrasian kegiatan KUSP dengan kegiatan RT atau RW merupakan strategi pemberdayaan yang bukan hanya mencakup pengembangan aksesibilitas terhadap sumberdaya finansial bagi masyarakat, tetapi juga pengembangan tanggungjawab dan pemeliharaan stabilitas dalam kehidupan masyarakat. KUSP beranggotakan seluruh rumah tangga RT 02 dan warga RT lain dalam wilayah RW IV Kwaluhan,

17 66 sehingga menjadi wahana untuk mempertemukan warga masyarakat dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi untuk saling berkomunikasi, menjalin hubungan interpersonal dan membangun solidaritas sosial. Realisasi dari tanggungjawab sosial dan penciptaan stabilitas dalam kehidupan bersama tercermin dari jaminan sosial yang diselenggarakan oleh KUSP. Jaminan sosial ini bukan saja membantu meringankan beban anggota apabila menghadapi resiko kematian dan sakit, tetapi lebih luas juga sebagai wujud dari solidaritas antar warga. Tanggung jawab dan menciptakan stabilitas dalam masyarakat secara lebih luas juga tercermin dari kegiatan-kegiatan kelompok yang terintegrasi dengan kegiatan-kegiatan RT atau RW. Pengintegrasian kegiatan kelompok dengan kegiatan RT atau RW memungkinkan anggota masyarakat untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat.

PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM

PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM Latar Belakang Dalam rangka memberikan akses terhadap sumberdaya finansial bagi masyarakat miskin dan sektor informal, pengembangan keswadayaan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian METODE KAJIAN Tipe Dan Aras Kajian Tipe Kajian Tipe kajian dalam kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan,

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS 53 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat baik perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat

Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat TINJAUAN PUSTAKA Kemiskinan Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat pada kondisi atau keadaan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR

BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR Dalam pengelolaan sebuah koperasi pegawai seperti KOWAR, sangat dibutuhkan pelaku-pelaku yang memiliki kemampuan dan tanggung jawab yang besar dalam mengelola koperasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN Gambaran Umum KSP Kasih Sentosa Kota Surakarta. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kasih Sentosa kota Surakarta di

BAB III PEMBAHASAN Gambaran Umum KSP Kasih Sentosa Kota Surakarta. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kasih Sentosa kota Surakarta di BAB III PEMBAHASAN 3.1. Gambaran Umum KSP Kasih Sentosa Kota Surakarta Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kasih Sentosa kota Surakarta di dirikan pada 11 Desember 2006. KSP memiliki badan hukum 188.4/360/BH/112006.

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN, Menimbang : a. bahwa usaha untuk menumbuhkembangkan inisiatif

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. Perumahan Puri Nirwana 3, Kelurahan Keradenan, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

ANGGARAN DASAR. Perumahan Puri Nirwana 3, Kelurahan Keradenan, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. ANGGARAN DASAR BAB I NAMA, WILAYAH, MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 NAMA (1) Berdasarkan rapat warga RT. 09 pada hari Sabtu, tanggal 27 Maret 2010, telah terbentuk Nama Simpan Pinjam yaitu Simpan Pinjam Warga

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR A. Profil Desa Jenggrik KABUPATEN NGAWI 1. Kondisi Geografis Desa Jenggrik Desa Jenggrik adalah salah satu desa dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOPERASI PEGAWAI NEGERI REPUBLIK INDONESIA ( KPRI... ) BOJONEGORO Nomor : /27-15/ I /2015 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR USAHA

KEPUTUSAN KOPERASI PEGAWAI NEGERI REPUBLIK INDONESIA ( KPRI... ) BOJONEGORO Nomor : /27-15/ I /2015 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR USAHA KEPUTUSAN KOPERASI PEGAWAI NEGERI REPUBLIK INDONESIA ( KPRI... ) BOJONEGORO Nomor : /27-15/ I /2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR USAHA Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka mencapai Tujuan pendirian

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Latar Belakang Krisis di Indonesia berlangsung panjang, karena Indonesia memiliki faktor internal yang kurang menguntungkan. Faktor internal tersebut berupa konflik kebangsaan, disintegrasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN 2011-2012 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Dana Pensiun Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG SALINAN PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEGIATAN UNIT USAHA JASA KEUANGAN MIKRO BADAN USAHA MILIK

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Strategi Kajian

METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Strategi Kajian METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Tipe kajian dalam rancangan kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif, yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan, dan lain-lain),

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KETUGASAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW)

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KETUGASAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KETUGASAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, kehidupan ekonomi di negara Indonesia semakin sulit. Usaha kecil, menengah bahkan usaha dengan modal besar sekalipun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO Menimbang : bahwa untuk memantapkan penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SUMBER PENDAPATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SUMBER PENDAPATAN DESA PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul

Lebih terperinci

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR PERATURAN DESA BATUJAJAR BARAT NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) TAHUN 2017 PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Lebih terperinci

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas).

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas). KOPERASI.. Nomor : 12 Pada hari ini, Kamis, tanggal 10-09-2015 (sepuluh September dua ribu lima belas). Pukul 16.00 (enam belas titik kosong-kosong) Waktu Indonesia Bagian Barat. ------- - Hadir dihadapan

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MAROBO, SALASSA, SUKAMAJU DAN BONE-BONE MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA BANJARARUM

PETA SOSIAL DESA BANJARARUM PETA SOSIAL DESA BANJARARUM Gambaran Lokasi Desa Banjararum merupakan satu dari empat desa yang berada di wilayah Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA PRIMER KOPERASI PEGAWAI UPN VETERAN YOGYAKARTA. Badan Hukum : 479 a/bh/xi/12-67 BAB I UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA PRIMER KOPERASI PEGAWAI UPN VETERAN YOGYAKARTA. Badan Hukum : 479 a/bh/xi/12-67 BAB I UMUM ANGGARAN RUMAH TANGGA PRIMER KOPERASI PEGAWAI UPN VETERAN YOGYAKARTA Badan Hukum : 479 a/bh/xi/12-67 BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga Primer Koperasi Pegawai UPN Veteran Yogyakarta yang selanjutnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR : 21 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI MALUKU GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa percepatan penurunan angka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 72 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGELOLAAN DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Menimbang : a. Mengingat : 1.

Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. Mengingat : 1. 2. 3. 4.

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk optimalisasi sumber pendapatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 4 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 4 SERI D BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 4 SERI D KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DI KELURAHAN BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang Mengingat : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 banyak menyebabkan munculnya masalah baru, seperti terjadinya PHK secara besar-besaran, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : Mengingat : a. b. 1. 2. 3. 4. 5. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2010-2011

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2010-2011 RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM 2010-2011 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Usaha Koperasi Simpan Pinjam Tahun

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 39 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA PADA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH

BAB IV KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH BAB IV KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH 4.1. Kondisi Geografis Kelurahan Pakembaran Di Kecamatan Slawi terdapat 5 Kelurahan dan 5 Desa.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN No. 9 Tahun 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU 1 PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA (BUMdes) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto Koperasi Ttani Sari Ngaglik sebagai pusat pelayanan perekonomian untuk menyalurkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA, LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA DAN DUSUN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 111 Undang-undang Nomor 22 Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KETUGASAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN ( LPMK ) WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. b. Mengingat

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA UJUNG TEBU KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN SERANG PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA UJUNG TEBU KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN SERANG PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA UJUNG TEBU KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN SERANG PENDAHULUAN Organisasi ekonomi perdesaan menjadi bagian penting sekaligus masih menjadi titik lemah

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA,

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa untuk membantu kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI

BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI Desa Babakan Pari berada di ketinggian 600 m dpl, luas wilayah desa 212.535 ha adalah bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 737 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA PERIMBANGAN DESA DI KABUPATEN SERANG BUPATI SERANG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci