BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih menghadapi sejumlah permasalahan, baik di bidang ekonomi, sosial, hukum, politik, maupun sejumlah aspek kehidupan lainnya. Beberapa masalah yang belum dapat diselesaikan oleh pemerintah adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang pertanian karena kesuburan lahan dan sebagian besar masyarakatnya adalah petani. Namun kenyataanya sebagian besar petani masih miskin dan memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka tidak mampu. Umumnya para petani miskin tersebut tinggal di daerah pedesaan. Hal ini menjadikan bahwa daerah pedesaan masih menjadi pusat kemiskinan baik dari infrastruktur maupun secara ekonomi, informasi dan pendidikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2009 jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat 32,53 juta jiwa (14,15%), dimana 20,65 juta jiwa penduduk miskin tersebut berada di daerah pedesaan dengan mata pencaharian utama disektor pertanian. Pada umumnya petani di daerah pedesaan berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Pada bulan Maret 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin turun menjadi 31,02 juta jiwa (13,33%). Pemerintah telah berhasil menurunkan angka kemiskinan sebanyak 1,57 juta jiwa (0,82%), namun kemiskinan di daerah pedesaan akan terus manjadi masalah pokok nasional sehingga penanggulangan kemiskinan tetap menjadi program prioritas untuk tercapainya kesejahteraan sosial bagi

2 masyarakat. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin ( diakses pada 22 Mei 2013). Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyatakan jumlah penduduk miskin Indonesia per Maret 2013 mencapai 28,07 juta jiwa, turun 520 ribu dibandingkan September 2012 yang tercatat 28,59 juta jiwa. Jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Indonesia mencapai 28,07 juta jiwa (11,37%). Jumlah penduduk miskin di kawasan perkotaan berkurang atau dari 10,51 juta jiwa menjadi 10,33 juta jiwa. Sedangkan di daerah pedesaan berkurang dari 18,09 juta jiwa menjadi 17,74 juta jiwa. Secara keseluruhan jumlah penduduk miskin sejak 2006 hanya mengalami penurunan yaitu dari 36,1 juta jiwa (16,66%) menjadi 28,07 juta jiwa (11,37%) pada Maret 2013 ( dikases pada tanggal 04 Juli 2013). Penduduk miskin di Sumatera Utara pada Maret 2013 mencapai jiwa (10,06%), angka ini berkurang sebanyak jiwa bila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin September 2012 yang berjumlah jiwa (10,41%). Selama periode September Maret 2013, penduduk miskin di daerah pedesaan berkurang orang (dari orang pada September 2012 menjadi orang pada Maret 2013), sedangkan di daerah perkotaan berkurang orang (dari orang pada September 2012 menjadi orang pada Maret 2013). Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2013 adalah 9,98%, jumlah ini menurun dibanding September 2012 yaitu 10,28%. Begitu juga dengan penduduk miskin di daerah pedesaan, yaitu dari 10,53% pada September 2012 turun

3 menjadi 10,13% pada Maret Pada Maret 2013 garis kemiskinan Sumatera Utara secara total sebesar Rp per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp , dan untuk daerah pedesaan sebesar Rp per kapita per bulan. Pada periode September Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. P1 turun dari 1,82 pada September 2012 menjadi 1,54 pada Maret 2013, dan P2 turun dari 0,50 pada September 2012 menjadi 0,37 pada Maret Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit ( diakses pada tanggal 04 Juli 2013). Dilihat dari sisi mata pencaharian penduduk desa, kemiskinan mayoritas terjadi pada penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini selaras dengan pernyataan Menteri pertanian yang menyatakan bahwa 70% masyarakat miskin di Indonesia adalah petani. Namun hingga Maret 2011 kondisi kehidupan para petani di Indonesia masih miskin. Dari sensus pertanian terakhir tahun 2003, penduduk yang rentan miskin sebanyak 27 juta jiwa, jumlah tersebut berasal dari petani gurem. Petani gurem ini mengolah tanah garapannya di bawah 0,5 hektar. Hasil proyeksi Serikat Petani Indonesia (SPI) pada tahun 2008 juga mencatat jumlah petani gurem di Indonesia berjumlah 15,6 juta jiwa (55,1%). Kondisi petani ini semakin memprihatinkan karena pertanian di Indonesia secara umum masih subsiten, kepemilikan lahan yang sempit berdampak kepada pendapatan para petani yang masih rendah. Disatu sisi petani tidak memiliki sertifikat yang biasa digunakan sebagai agunan. Dengan kondisi ini menjadikan petani terjebak kepada tengkulak maupun rentenir yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Meski

4 kondisi tercekik namun itulah solusinya para petani bisa mendapatkan modalnya. Dalam kondisi seperti ini pemerintah justru mengeluarkan kebijakan melalui berbagai Undan-undang yang menyimpang dari UUD 1945 pasal 33 dan UUPA 5 tahun Sebagai contoh UU No.7/2004 tentang Sumber Daya Air yang mengakibatkan privatisasi sumber air, UU No.18/2004 tentang perkebunan yang mengakibatkan ratusan petani dikriminalkan, Perpres 36/2005 dan revisi Perpres 67/2006 tentang pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan UU No.27/2007 tentang penanaman modal yang membenarkan pemodal menguasai secara dominan disektor pertanian pangan dan perkebunan ( diakses pada 04 Juli 2013). Masalah yang paling mendasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal. Sebagian besar petani mengalami kekurangan modal untuk pertanian dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan masalah pertanian di Indonesia. Sudah sejak lama Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat petani. Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar mampu meningkatkan taraf hidupnya. Berbagai bentuk bantuan juga telah dilaksanakan mulai dari subsidi pupuk, Kredit Usaha Tani (KUT), dan bantuan-bantuan lainnya. Namun petani Indonesia masih berpendapatan rendah dan masih berfikir belum mampu bergerak sendiri dalam melaksanakan usaha taninya. Dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di daerah pedesaan, Bapak Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah, mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri). Salah satu program yang dilakukan secara terintegrasi dengan

5 program PNPM-Mandiri adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Program ini dilaksanakan pada tahun 2008 oleh Departemen Pertanian. Dalam pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Departemen Pertanian, Menteri Pertanian membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor: 545/Kpts/OT.160/9/2007. Menteri Pertanian juga membentuk Komite Pengarah, Penyuluh Pendamping, dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Komite Pengarah adalah komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa yang terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani. Penyuluh Pendamping adalah penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mendampingi petani, kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam pelaksanaan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Sedangkan Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian di bidang keuangan mikro yang direkrut oleh Kementerian Pertanian untuk melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam pengembangan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) didampingi oleh tenaga Penyuluh

6 Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani untuk mencapai tujuan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja di daerah pedesaan. Sebagai wujud dari pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah Kabupaten Tanjab Timur. Berkat bantuan dana dari program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) ini, anggota kelompok tani dapat mengelola hasil pertanian secara maksimal, sehingga areal pertanian bertambah, hasil produksi meningkat dan laju pertumbuhan ekonomi semakin membaik. Sebagai contoh misalnya di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Batanghari, desa Dendang, Kecamatan Dendang. Anggota kelompok tani di desa ini mengembangkan budidaya tanaman holtikultura jenis kedele, cabe, dan sayur-mayur lainnya. Sebelum mendapatkan dana program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) mereka hanya menggunakan modal sendiri dengan hasil produksi yang pas-pasan. Namun setelah mendapatkan bantuan dana Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) hasil panen mereka menjadi meningkat ( diakses pada 22 Mei 2013). Program yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia. Khususnya petani pedesaan yang tergolong petani miskin. Program ini diharapkan mampu meringankan para petani pedesaan dalam bertani. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwasanya tujuan dari progaram ini akan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

7 Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) sangat bermanfaat Bagi usaha pertanian di Sumatera Utara. Sebagai contoh adalah kabupaten Deli Serdang. Modal yang diberikan melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) itu dimanfaatkan untuk pembelian gabah padi, pupuk, pestisida, dan obat-obatan. Deli Serdang merupakan sentra pertanian di Sumatera Utara yang memiliki luas lahan pertanian 90,234 hektar atau 36,27% dari luas daerah Deli Serdang yang tercatat hektar. Pada tahun 2009 tercatat produksi padi sebesar ton, meningkat menjadi ton, tahun 2011 meningkat lagi menjadi ton, kemudian pada tahun 2012 menjadi ton. Seiring peningkatan produksi padi yang terus meningkat, maka otomatis berpengaruh signifikan terhadap produksi beras, di mana tahun 2009 mencapai ton, tahun 2010 meningkat menjadi ton dan tahun 2011 menjadi ton, sementara tahun 2012 sebesar ton ( deli-serdang-lumbung-padi-sumatera-utara.html/ diakses pada tanggal 23 Juni 2013). Kabupaten Langkat juga mampu menunjukkan peningkatan pengelolaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Dalam kurun waktu tiga tahun, yaitu dimulai pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, ke 84 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) penerima dana program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Langkat mampu mendapatkan laba sebesar Rp 729 juta lebih. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) mampu mengelola dana pokok yang disalurkan dari kegiatan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) tersebut dengan baik. Pada tahun 2008 lalu, pemerintah pusat kemudian mengucurkan dana program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Kabupaten Langkat untuk 35 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dengan

8 dana pokok diterima secara global sebesar Rp 3,5 miliar. Masing-masing Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) menerima dana sebesar Rp Hingga akhir Juli 2011, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) tersebut sudah memiliki modal akhir Rp 3,7 miliar lebih. Hingga akhir Juni 2011, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) tersebut sudah mendapatkan laba sebesar Rp 267 juta lebih. Pada 2009 Langkat juga menerima bantuan dana program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) sebesar Rp 2,7 miliar, yang diperuntukkan kepada 27 Gapoktan terpilih. Hingga akhir Juli 2011, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) tersebut sudah memiliki modal akhir sebesar Rp 2,9 miliar lebih, atau tercatat hingga akhir Juli 2011, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) tersebut mendapatkan laba sebesar Rp 287 juta lebih. Pada 2010, 22 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Langkat yang belum menerima dana program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), kembali menerima dana sebesar Rp 2,2 miliar. Tercatat hingga Juli 2011, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) tersebut sudah memiliki modal akhir Rp 2,3 miliar lebih, atau tercatat hingga akhir Juli 2011, Gapoktan tersebut mendapatkan laba dari pengelolaan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) sebesar Rp 174 juta lebih ( diakses pada tanggal 16 Juli 2013) Penelitian yang relevan tentang pengaruh program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Juni IPB meneliti Gapoktan Rukun Makmur yang dibentuk oleh tim Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Kabupaten Bogor. Anggota Gapoktan ini berjumlah 140 orang. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa produksi per hektar gabah kering panen sebelum adanya PUAP yang peroleh petani responden adalah kilogram per musim. Dengan harga gabah kering

9 panen (HGP) yang berlaku di petani adalah Rp per kilogram, maka penerimaan total yang didapat adalah sebesar Rp Untuk produksi yang diperoleh setelah adanya program PUAP yaitu kilogram dengan rata-rata penerimaan total sebesar Rp Perubahan penerimaan ini dinilai positif bagi pendapatan petani karena adanya peningkatan sebesarnya Rp Peningkatan hasil produksi ini tidak diikuti dengan peningkatan harga produksi petani. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, adanya perubahan tinggi rendahnya produksi dikarenakan hasil dari bimbingan penyuluhan yang memberikan arahan tentang penggunaan dosis pupuk, cara penggunaan, dan waktu pelaksanaan. Selain itu juga dikarenakan penggunaan pupuk organik. Dari gambaran hasil peningkatan produksi telah menunjukkan manfaat adanya bantuan dari program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) kepada petani. Salah satu desa yang melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) adalah desa Dipar Hataran, Kecamatan Jorlanghataran, Kabupaten Silamulungun. Masyarakat di desa Dipar Hataran secara mayoritas adalah petani dan sebagian kecil adalah buruh tani harian. Hampir seluruh wilayah dari desa tersebut dijadikan perladangan dan persawahan oleh masyarakat setempat. Sehubungan dengan pekerjaan masyarakat yang sebagian besar adalah petani dan buruh tani harian, masyarakat di desa Dipar Hataran tergolong masyarakat yang belum sejahtera (petani miskin). Kemiskinan yang dialami oleh petani di desa Dipar Hataran diakibatkan oleh kurangnya modal dan tenaga penyuluh pendamping dalam bertani. Kurangnya modal mengakibatkan sebagian petani di desa Dipar Hataran meminjam modal untuk bertani. Modal tersebut akan dilunasi setelah petani tersebut panen dengan bunga yang lumayan tinggi. Selain dari masalah modal, para petani di desa Dipar Hataran

10 juga memerlukan penyuluh pendamping dalam bertani untuk meningkatkan hasil pertaniannya. Rendahnya produksi yang dialami petani desa Dipar Hataran dikarenakan kurangnya bimbingan penyuluhan yang memberikan arahan tentang penggunaan dosis pupuk, cara penggunaan, dan waktu pelaksanaan. Dana yang diberikan pemerintah kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) desa Dipar Hataran berjumlah Rp , ditambah dengan pemberian pupuk organik dan pestisida lainnya yang semuanya dimanfaatkan dalam pertanian. Dana ini dicairkan langsung melalui rekening ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Dengan bantuan dana ini hasil panen Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) desa Dipar Hataran meningkat, bahkan petani di desa tersebut sudah bisa mengembangkan pertaniannya sendiri. Sebelumnya mereka terkendala bahan baku, namun dari dana ini, kami tidak lagi terkendala bahan baku, karena hasil panen meningkat. Awalnya kelompok tani menganggap bantuan dana program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) itu sebagai dana segar yang digelontorkan secara cuma-cuma oleh pemerintah. Namuan setelah mendapat pembinaan secara kolektif dari tim teknis, Gapoktan desa Dipar Hataran menyadari dan merasakan manfaatnya. Pengelolaan bantuan yang diberikan pemerintah mampu meningkatkan semangat para petani desa Dipar Hataran dalam proses pertanian. Menurut ketua Gabungan Kelompok Tani desa Dipar Hataran, Hingga akhir Juni 2013, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) tersebut telah mendapatkan berbagai keuntungan dari pengelolaan dana program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) ini. Peran pemerintah dalam program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dapat terlihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat petani di desa Dipar Hataran. Bantuan dana dan penyuluhan kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) desa Dipar Hataran mempunyai dampak yang positif, sehingga

11 memaksimalkan kinerja petani setempat untuk mengelola lahan yang dimilki dan bantuan dana yang diberikan. Masyarakat desa Dipar Hataran menggunakan kesempatan pada saat penyuluhan untuk mengetahui cara bertani yang lebih maju dan lebih baik. Pengetahuan yang diperoleh melalui penyuluh pendaming akan dimanfaatkan petani untuk meningkatkan pendapatannya. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi masalah serta mengurangi kemiskinan di Indonesia. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang merupakan bentuk pemberdayaan petani dari Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) ini mampu meningkatkan hasil tani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani di daerah pedesaan. Penulis tertarik untuk meneliti program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Desa Dipar Hataran yang hasilnya dituangkan dalam skripsi dengan judul: Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Terhadap Kesejahteraan Petani Di Desa Dipar Hataran Kecamatan Jorlanghataran Kabupaten Simalungun. 1.2 Perumusan Masalah Suatu penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah. Dengan demikian dalam penelitian perlu ditegaskan pokok masalah. Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: apakah ada pengaruh program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) terhadap kesejahteraan petani di desa Dipar Hataran Kecamatan Jorlanghataran Kabupaten Simalungun?

12 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di desa Dipar hataran Kecamatan Jorlanghataran Kabupaten Simalungun Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka: a. Pengembangan konsep dan teori-teori yang berkenaan dengan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dan masalahnya b. Pengembangan model pemberdayakan masyarakat petani miskin pedesaan dan pemecahan masalah kemiskinan petani. 1.4 Sistematika Penulisan Adapun rencana dan hasil penelitian ini dituliskan sebagai laporan penelitian menurut sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori teori yang mendukung dalam penelitian ini, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian, tipe penelitian, populasi, dan sampel penelitian. Teknik penarikan sampel yang

13 digunakan seta teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang ditetapkan. BAB IV : GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan deskripsi lokasi penelitian atau sejarah singkat dan gambaran umum dari lokasi penelitian. BAB IV : ANALISIS DATA Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat kesimpulan penelitian dan saran yang direkomendasikan penulis berdasarkan kesimpulan penelitian yang diperoleh.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari konteks pembangunan dan upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Selama ini sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari

BAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertanian sebagai sumber kehidupan yang strategis. Istilah kehidupan diartikan sebagai keinginan untuk bertahan disertai usaha untuk memperolehnya. Ketika kehidupan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kesejahteraan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan sumber

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan terus mengupayakan pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan, I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian memiliki peran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Oleh karena itu, pertanian memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam pembangunan perekonomian nasional diantaranya sebagai penyedia bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beragam yang menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di Indonesia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah negara. Peran sektor pertanian sebagai penyedia bahan makanan utama merupakan peran strategis terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai sektor primer memiliki kewajiban untuk memberikan kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga tani.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Pertanian di Indonesia membutuhkan perhatian dan peran pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris karena sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris karena sebagian besar penduduknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris karena sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Oleh karena itu pertanian memegang peranan sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian yang merupakan pekerjaan bercocok tanam, dalam kehidupan petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan suatu program yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja dan pengentasan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan

BAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan sosial yang sangat kompleks di Indonesia adalah kemiskinan. Dari tahun ke tahun kemiskinan menjadi topik yang hangat untuk dibahas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peran penting mewujudkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Selain itu sektor pertanian memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modal merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting keberadaannya dalam usahatani. Keterbatasan modal masih menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan bagian pokok didalam kehidupan dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan sandang, pangan, maupun papan yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Sebenarnya negara ini diuntungkan karena dikaruniai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat, juga merupakan sektor andalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Pengertian dan Batasan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Pengertian dan Batasan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) 2.1.1 Pengertian dan Batasan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) a. Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun demikian, tiap tahun penduduk yang tidak cukup makan makin banyak jumlahnya. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN 5 2012, No.149 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TANGGAL : 1 Pebruari 2012 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP. 1 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah atas rahmat dan karunia-nya, sehingga Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaa (PUAP) tahun 2010 ini dapat tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini sektor pertanian tetap dijadikan sebagai sektor andalan, karena sektor ini telah terbukti tetap bertahan dari badai krisis moneter, sementara itu sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. APBN untuk pertanian di Indonesia bahkan juga di adakannya subsidi

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. APBN untuk pertanian di Indonesia bahkan juga di adakannya subsidi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan suatu negara berkedaulatan yang membentang luas wilayahnya dari Sabang sampai Merauke, yang memiliki ribuan pulau dan merupakan negara agraris. Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penduduk suatu Negara (Todaro, 1990).

PENDAHULUAN. penduduk suatu Negara (Todaro, 1990). 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu amanat dari Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 ditetapkan bahwa tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan pertanian yang berbasis agribisnis dimasa yang akan datang merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah memiliki manfaat sebagai media budidaya yang menghasilkan bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki manfaat bersifat fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut membuat mereka jatuh kejurang kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut membuat mereka jatuh kejurang kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sejak krisis multi dimensi tahun 1998 hingga saat ini masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang

BAB I PENDAHULUAN. giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai daerah agraris juga merupakan Negara berkembang yang sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN : 2089-8592 EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) Khairunnisyah Nasution Dosen Fakultas Pertanian UISU, Medan ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermatapencaharian sebagai petani. Kondisi geografis negara Indonesia terletak di

BAB I PENDAHULUAN. bermatapencaharian sebagai petani. Kondisi geografis negara Indonesia terletak di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Kondisi geografis negara Indonesia terletak di wilayah tropis, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang melaksanakan pembangunan disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan, karena sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah pokok dalam pembangunan disetiap negara.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah pokok dalam pembangunan disetiap negara. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah pokok dalam pembangunan disetiap negara. Persoalan kemiskinan sering ditemukan di negara-negara berkembang seperti yang banyak tejadi di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

ABSTRACT. Hendra Saputra 1) dan Jamhari Hadipurwanta 2) ABSTRAK

ABSTRACT. Hendra Saputra 1) dan Jamhari Hadipurwanta 2) ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM BLM PUAP DI GAPOKTAN TRI LESTARI, KAMPUNG TRI TUNGGAL JAYA, KECAMATAN BANJAR AGUNG, KABUPATEN TULANG BAWANG Hendra Saputra 1) dan Jamhari

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka PUAP adalah sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat, merupakan bagian dari pelaksanaan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pembangunan pertanian memerlukan peran penyuluh pertanian sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di beberapa tempat, jagung merupakan bahan pokok makanan utama pengganti beras atau sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Disampaikan Pada Rakornas Gubernur Dan Bupati/Walikota DEPARTEMEN PERTANIAN Jakarta, 31 Januari 2008 1 LATAR BELAKANG Pengembangan Usaha

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/12/32/Th.XVI, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PER MUSIM TANAM UNTUK SATU HEKTAR LUAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Sehingga

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Di mana kondisi geografis yang berada di daerah tropis dengan iklim, tanah

Lebih terperinci