VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY
|
|
- Widyawati Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY 7.1. Karakteristik Responden Tingkat Umur Tingkat umur responden berkisar antara tahun. Berdasarkan sebaran normal umur responden dikelompokkan menjadi empat yaitu: (1) tahun, (2) tahun, (3) 50-55, dan (4) tahun. Berikut merupakan sebaran anggota Gapoktan Desa Banyuroto berdasarkan tingkat umur dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini. 18% 46% 4% 32% Gambar 6. Sebaran Tingkat Umur Berdasarkan Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa sebaran umur reponden paling banyak berada pada selang tahun. Hal tersebut menandakan anggota Gapoktan telah mapan dalam usia dan pengalamannya sebagai petani, dan juga dapat menjalankan perannya di masyarakat Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan sebuah gambaran secara umum untuk melihat kualitas sumberdaya manusia di suatu tempat. Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempunyai pengaruh nyata terhadap pengetahuan, keterampilan, kemampuan, serta cara berpikir dan sudut pandang suatu permasalahan, teknologi, 77
2 dan perubahan. Keragaan pendidikan pada anggota Gapoktan Desa Banyuroto dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini. 61% 0% 14% 25% SD SMP/Tsanawiyah SMA/Aliyah Perguruan Tinggi Tidak Sekolah Gambar 7. Sebaran Tingkat Pendidikan sebanyak 61% telah mengenyam pendidikan hingga ke tingkat SMA dan sederajat. Hal ini menandakan bahwa anggota gapoktan sudah sadar akan pendidikan, serta didukung oleh akses pendidikan dan sarana prasarana lain yang menunjang Pekerjaan Utama Pekerjaan utama anggota Gapoktan Desa Banyuroto menggambarkan aktivitas keseharian dan sumber pendapatan utama mereka. Pekerjaan utama anggota Gapoktan Desa Banyuroto 100% adalah sebagai petani pemilik. Hal ini menggambarkan bahwa anggota gapoktan adalah petani yang memang bertani sudah cukup lama dan turun-temurun, sehingga sudah memiliki lahan garapan sendiri Penguasaan Lahan Penguasaan lahan merupakan total luas lahan yang dikelola oleh petani yang tergabung dalam keanggotaan Gapoktan Desa Banyuroto. Luas lahan yang dikelola bervariasi mulai dari luas lahan yang sempit (<0,5 ha), luas lahan yang 78
3 sedang (0,5-1 ha). dan luas lahan yang besar (>1 ha). Sebaran mengenai penguasaan lahan dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini. 18% 36% > 1 ha 46% 0,5-1 ha < 0,5 ha Gambar 8. Sebaran Penguasaan Lahan oleh Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Lahan yang dimiliki anggota Gapoktan Desa Banyuroto terbilang cukup bervariasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, 18% anggota memiliki lahan seluas >1 ha, 36% memiliki lahan seluas <0,5 ha, dan 46% memiliki lahan seluas 0,5-1 ha. Lahan yang dikuasai ini adalah kepemilikan pribadi, dan biasanya mereka menanam dengan sistem tumpang sari dan rotasi tanaman diatasnya Alasan Memilih Menjadi Petani Strawberry Terkait dengan program Prima Tani, BPTP Jawa Tengah melakukan percontohan budidaya strawberry. Percontohan tersebut mendapat respon positif dari para petani. Dalam perkembangannya, permintaan produk budidaya strawberry, berupa buah dan bibit tanaman starwberry semakin bertambah. Kondisi tersebut mendorong petani yang telah membudidayakan strawberry berusaha memperluas skala usahanya dan para petani lain berkeinginan untuk masuk dalam usaha budidaya strawberry. Alasan mereka beralih menjadi petani strawbery pun beragam, yaitu berdasarkan keahlian, tidak ada pilihan lain, atau memang strawbery memiliki peluang yang lebih besar dan menguntungkan. 79
4 Berikut ini pada Gambar 9 disajikan sebaran alasan anggota Gapoktan Desa Banyuroto menjadi petani strawberry. 78% 11% 11% Berdasarkan keahlian Tidak ada pilihan lain adanya pangsa pasar Gambar 9. Sebaran Alasan Memilih Menjadi Petani Strawberry oleh Sebanyak 78% anggota Gapoktan Desa Banyuroto beralasan bahwa strawberry memang memiliki peluang lebih besar dan lebih menguntungkan. Hal ini didukung dengan adanya pengukuhan Desa Banyuroto sebagai kawasan agrowisata penunjang pengembangan kawasan agropolitan Merapi-Merbabu, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut dan mencari produk yang unik, salah satunya adalah strawberry. Oleh karena itu, mereka beralih bertani strawberry. Pangsa pasar ini semakin besar karena produk buah strawberry yang dibudidayakan secara organik terbukti memiliki kelebihan daya tahan dan rasa dibanding buah strawberry yang dibudidayakan menggunakan bahan-bahan anorganik yang telah berkembang di daerah lain Kemandirian Petani Kemandirian merupakan totalitas kepribadian individu yang dimiliki setiap individu tak terkecuali petani sebagai sumberdaya manusia pertanian. Pembentukan Gapoktan Desa Banyuroto tentunya diharapkan dapat berperan terhadap kemandirian petani yang pada penelitian ini parameter kemandirian yang diukur, yaitu: 1) bargaining position petani, 2) kemandirian petani secara teknik 80
5 bertanam, dan 3) kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan permodalan pertanian Peran Gapoktan terhadap Bargaining Position Petani Komoditi strawberry di Desa Banyuroto merupakan pengembangan dari komoditi yang sebelumnya kurang diperhatikan tetapi ternyata mempunyai prospek yang baik. Budidaya strawberry diarahkan ke pertanian organik dengan tujuan nantinya akan menjadi komoditi unggulan dalam agrowisata. Pengembangan strawberry juga memanfaatkan potensi agrowisata untuk pemasarannya. Keputusan pemasaran dan distribusi yang dilakukan oleh para petani ketika musim panen tiba dan permintaan buah strawberry meningkat kebanyakan adalah: 1) menjualnya langsung ke pengumpul yang datang langsung ke kebun-kebun strawberry mereka, 2) membuka kebun wisata edukasi petik strawberry untuk para wisatawan yang datang, atau 3) memasok langsung kepada para penjaja strawberry yang ada di sekitar tempat wisata. Jalinan kemitraan dalam memasok komoditi strawberry kepada konsumen belum dilakukan oleh gapoktan. Hal ini dikarenakan masih banyaknya pengumpul atau tengkulak yang langsung mendatangi petani ketika musim panen tiba, sehingga petani sulit untuk bergerak mencari mitra. Selain itu, masih kurangnya promosi dan dukungan dari pihak terkait masalah pemasaran juga menyebabkan petani masih tergantung kepada tengkulak. Petani juga mencari kepastian pemasaran produk agar produk pertanian yang dihasilkan tidak cepat busuk dan petani cepat memperoleh perputaran uang. Bargaining position petani setelah bergabung dalam keanggotaan Gapoktan Desa Banyuroto tentunya sangat diharapkan oleh para petani. Bargaining position 81
6 berpengaruh terhadap keberlanjutan usahatani. Bargaining position juga merupakan insentif tersendiri bagi petani agar lebih bersemangat menjalankan aktivitas pertaniannya. Tabel 22 menyajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap bargaining position petani. Tabel 22. Sebaran Persepsi Terhadap Bargaining Position Petani Bargaining Position Jumlah Persentase Tinggi 3 10,71% Sedang 21 75% Rendah 4 14,28% Jumlah % Sebanyak 75% anggota Gapoktan Desa Banyuroto berpendapat bahwa bargaining position mereka sedang. Sedangkan sisanya sebanyak 10,71% berpendapat bargaining position meningkat tinggi, dan sebanyak 14,28% berpendapat bargaining position tidak meningkat. Hal ini disebabkan introduksi strawberry dari Prima Tani telah membawa banyak manfaat kepada para petani, karena komoditi ini langsung bisa diterima dan menjadi primadona. Namun, masih terkendala pada pemasaran dalam skala yang lebih besar lagi. Komoditas strawberry dikembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan usaha strawberry dengan orientasi agrowisata. Kegiatan yang dapat dilakukan berupa penataan tanaman di lahan untuk tujuan petik sendiri dan pengembangan sistem rotasi agar setiap saat dapat melayani permintaan konsumen. Selain itu, untuk mengantisipasi over supply buah strawberry karena adanya penanaman strawberry dalam skala luas, maka diintroduksikan penanganan pasca panen berupa pengolahan buah strawberry antara lain untuk minuman, sirup, dan selai, tetapi introduksi ini kurang berjalan dan belum ada realisasinya. 82
7 Kemandirian Petani Secara Teknik Bertanam Penyuluhan dan introduksi mengenai strawberry yang diberikan oleh para penyuluh tentunya diharapkan dapat menjadikan petani mandiri secara teknik bertanam. Teknik bertanam strawberry organik yang diperkenalkan, masih dipertahankan dan terus dikembangkan oleh para petani. Tabel 23 berikut ini menyajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap tingkat kemandirian petani secara teknik bertanam. Tabel 23. Sebaran Persepsi Terhadap Kemandirian Petani Secara Teknik Bertanam Kemandirian petani dalam teknik bertanam Jumlah Persentase Tinggi 24 85,71% Sedang 4 14,28% Rendah `0 0% Jumlah % Sebanyak 85,71% petani yang tergabung dalam keanggotaan gapoktan menyatakan bahwa kemandirian mereka secara teknik bertanam tinggi. Sedangkan hanya 14,28% yang menyatakan kemandirian secara teknik bertanam meningkat sedang, hal ini dikarenakan mereka merasa telah banyak mempelajari teknik bertanam secara turun temurun dan berdasarkan pengalaman pribadi Kemampuan Petani Memenuhi Kebutuhan Permodalan Gapoktan mempunyai fungsi sebagai satuan unit usaha keuangan mikro, yaitu menyediakan modal usaha dan menyalurkan secara kredit atau pinjaman kepada para petani yang memerlukan. Gapoktan Desa Banyuroto juga menjalankan fungsi tersebut selama berdiri hingga sekarang. Gapoktan juga telah membantu dan memfasilitasi kelompok tani yang membutuhkan permodalan dengan cara meneruskan proposal yang dibuat dan bernegosiasi dengan pihak stakeholders yang berwenang. Tabel 24 berikut ini menyajikan jawaban anggota 83
8 gapoktan terhadap peran gapoktan memfasilitasi pemenuhan permodalan bagi para petani anggotanya. Tabel 24. Peran Gapoktan Memfasilitasi Kebutuhan Permodalan Anggota Apakah Gapoktan Memfasilitasi Kebutuhan Modal Anggotanya Jumlah Persentase Ya % Tidak 0 0% Jumlah % Seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto sepakat bahwa Gapoktan telah melaksanakan fungsinya untuk memfasilitasi petani anggotanya mendapatkan bantuan permodalan. Permodalan yang pernah mereka terima berasal dari dana PUAP Kementerian Pertanian RI. Bantuan permodalan ini digunakan untuk membeli ternak sapi guna pemenuhan kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman. Sehingga diharapkan biaya produksi petani dapat berkurang karena adanya penghematan biaya pupuk kandang. Selain itu, pupuk kandang yang mereka hasilkan juga dapat didistribusikan untuk petani lain yang berada di wilayah Desa Banyuroto. Pengelolaan terhadap pengembalian dana PUAP tersebut baru dalam tahap perencanaan karena pembayaran oleh petani anggota belum selesai dilakukan. Rencananya, Gapoktan Desa Banyuroto akan mengusung konsep unit usaha keuangan mikro yang akan semakin memudahkan kelompok dan rukun tani yang ada di dusun-dusun mengakses permodalan atau menjalankan usaha bersama yang dapat menghasilkan keuntungan bagi Gapoktan Desa Banyuroto beserta seluruh anggotanya. Tabel 25 berikut ini menyajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai peningkatan kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan permodalan untuk kegiatan pertaniannya. 84
9 Tabel 25. Sebaran Persepsi Mengenai Kemampuan Petani dalam Memenuhi Kebutuhan Permodalan Kemampuan Petani dalam Memenuhi Kebutuhan Permodalan Jumlah Persentase Tinggi 11 39,28% Sedang 17 60,71% Rendah `0 0% Jumlah % Sebanyak 60,71% petani anggota gapoktan berpendapat bahwa kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan permodalan hanya meningkat sedang. Hal ini disebabkan mereka kebanyakan menggunakan modal mandiri atau modal keluarga untuk membiayai usahataninya karena sudah dilakukan secara turun-temurun. Selain itu, mereka sudah terbiasa mengurus permodalan sendiri ke Bank BRI cabang Kecamatan Sawangan, Bank BPR, atau meminjam modal kepada kerabat dan keluarga sejak dulu ketika awal bertani. Masalah permodalan selama ini bukan menjadi permasalahan mendasar bagi petani, karena mereka sudah terbiasa bertani sejak dulu dan kondisi pertanian disana tergolong stabil Kesejahteraan Petani Adanya gapoktan diharapkan dapat berperan terhadap penciptaan kesejahteraan petani anggotanya. Pada penelitian ini, indikator kesejahteraan yang digunakan adalah melalui perhitungan perbandingan pendapatan petani antar produk pertanian dan nilai tukar petani untuk produk strawberry hasil inovasi teknologi yang diperkenalkan oleh para penyuluh Peningkatan Pendapatan Petani Perumusan inovasi teknologi dan kelembagaan yang disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan komoditas unggulan/potensial harus memiliki daya ungkit bagi peningkatan 85
10 pendapatan petani. Dampak langsung yang terlihat dengan berkembangnya usaha strawberry di Desa Banyuroto adalah peningkatan pendapatan rumah tangga dibandingkan dengan hanya mengusahakan sayuran yang harganya berfluktuasi serta masih erat sekali dengan sistem ijon. Sebelum strawberry diintroduksikan, pola tanam sayuran di petani umumnya adalah kubis, tomat, dan cabe secara bergiliran dalam setahun. Adanya usaha strawberry menggeser sebagian usaha sayuran, namun petani dengan penguasaan lahan agak luas masih tetap mengusahakan sayuran disamping strawberry. Selain itu, usahatani strawberry memberikan pendapatan tunai secara kontinyu setiap hari selama setahun. Komoditas strawberry dikembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan usaha strawberry dengan orientasi agrowisata. Kegiatan yang dilakukan berupa penataan tanaman di lahan untuk tujuan petik sendiri dan pengembangan sistem rotasi agar setiap saat dapat melayani permintaan konsumen. Keputusan beralih menjadi petani strawberry kebanyakan disebabkan memang karena adanya peluang dan pangsa pasar. Hal ini didukung dengan jumlah panenan strawberry sebanyak kg setiap dua hari sekali selama musim kemarau dan hanya 5 kg setiap seminggu sekali selama musim hujan, serta harga jual strawberry yang tinggi yaitu Rp /kg ke pengumpul dan Rp /kg jika dijual langsung ke konsumen melalui kebun petik yang mereka dirikan sendiri di atas lahan pertanian mereka. Sebagai gambarannya, berikut disajikan analisis usahatani strawberry Desa Banyuroto pada Tabel
11 Tabel 26. Analisis Usahatani Strawberry Desa Banyuroto N o m o r U r a i a n Biaya , Skala Usaha (ha) Hasil (kg) Harga jual (Rp) Nilai hasil (Rp) Biaya produksi (Rp): a. Biaya naungan (mulsa)/musim b. Sarana produksi: Bibit/benih Pupuk Pestisida c. Tenaga persiapan dan penanaman/musim d. Tenaga petik/musim e. Lain-lain Pendapatan bersih/musim (Rp) Pendapatan bersih/bln (Rp) Peluang usaha strawberry Desa Banyuroto juga terlihat dari harga jual yang paling tinggi per kilogramnya dibandingkan dengan produk-produk pertanian lain yang juga diusahakan petani Gapoktan Desa Banyuroto. Gambar 10 berikut ini menyajikan perbandingan harga jual produk pertanian ke pengumpul dari sayur dan buah yang banyak diusahakan oleh petani Desa Banyuroto. daun bawang seledri cabe kubis strawberry - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 strawberry kubis cabe seledri daun bawang Rp/kg 15,000 1,200 8,000 3,500 3,000 Sumber: Data Primer 2012 Gambar 10. Perbandingan Harga Jual Antar Produk Pertanian 87
12 Dari data primer mengenai pendapatan petani tiap bulannya dapat dilihat bahwa pendapatan rumah tangga petani memang mengalami kenaikan ketika mengadopsi tanaman strawberry sebagai tanaman pertanian yang mereka pilih untuk ditanam. Kenaikan pendapatan yang terjadi tergantung dengan pilihan tanaman pendukung yang mereka tanam dalam sistem rotasi yang terjadi serta optimalisasi penggunaan lahan, alokasi sumberdaya pendukung pertanian, dan keputusan pemasaran. Kenaikan terbesar dialami oleh petani yang memutuskan untuk menanam kubis, yaitu sekitar 177% ketika mengganti lahan tanamnya menjadi strawberry. Hal ini dikarenakan harga jual kubis memang rendah dan berfluktuatif. Sedangkan untuk petani yang menanam cabe, seledri, dan daun bawang, kenaikan pendapatan yang mereka alami masing-masing sekitar 148%, 151%, 74%. Daun Bawang Seledri Cabe Kubis Strawberry Perbandingan Pendapatan Per Bulan Dalam Skala Usaha 0,1 Ha Gambar 12. Perbandingan Pendapatan Per Bulan Usahatani dalam Skala Usaha 0,1 Ha 88
13 Nilai Tukar Petani Nilai Tukar petani dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan petani. Secara umum nilai tukar petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto tergolong relatif baik. Tabel 27 menyajikan tingkat nilai tukar petani strawberry anggota Gapoktan Desa Banyuroto Tabel 27. Nilai Tukar Petani Strawberry Gapoktan Desa Banyuroto Nomor Nilai Tukar Petani 1. Terendah 0, Tertinggi 1, Rataan 1, Median 1,0704 Data pada Tabel 27 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tukar petani strawberry Desa Banyuroto relatif baik yaitu 1,1296. Hal ini menandakan bahwa produktivitas kerja petani cukup baik dan total pendapatan rumah tangga petani di lokasi penelitian sudah dapat mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga selama setahun, baik untuk pengeluaran pangan maupun pengeluaran nonpangan. Hal ini berarti pula bahwa apabila petani menginvestasikan dalam kegiatan usahatani dan non pertanian, maka petani akan memperoleh manfaat sebesar 112,96%. Hasil ini menggambarkan bahwa kebutuhan primer seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan sekunder lainnya dapat dicukupi dan masih bisa menabung sebesar 12,96% dari total pengeluaran. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto sebagai wadah program-program inovasi teknologi Prima Tani telah berhasil meningkatkan nilai tukar petani Keberlanjutan Pertanian Keberlanjutan pertanian dinilai dari persepsi petani anggota mengenai tingkat penggunaan pestisida dan pupuk organik, serta tingkat pencemaran air dan tanah yang terjadi akibat adanya aktivitas pertanian di Desa Banyuroto. 89
14 Penggunaan Pestisida Organik Strawberry yang dikembangkan oleh anggota Gapoktan Desa Banyuroto sudah organik. Petani sama sekali tidak menggunakan pestisida anorganik dalam proses pengolahan tanah hingga pemanenannya. Seluruh anggota Gapoktan sepakat bahwa strawberry yang ditanam jika ditambahkan pestisida anorganik hasilnya malah tidak terlalu baik rasa dan penampilannya bahkan terkadang strawberry banyak yang mati. Selama ini juga tidak ada kasus hama yang menyerang tanaman strawberry mereka. Kendala utama strawberry di Desa Banyuroto hanyalah musim penghujan yang terjadi berkepanjangan karena dapat menyebabkan gagal atau busuk buah. Jadi, petani sama sekali tidak mengeluarkan biaya apapun untuk pestisida organik. Berikut ini disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai penggunaan pestisida anorganik dalam usahatani strawberry. Tabel 28. Penggunaan Pestisida Anorganik dalam Pertanian Strawberry Apakah Petani Masih Menggunakan Pestisida Anorganik Jumlah Persentase Ya 0 0% Tidak % Jumlah % Dari Tabel 28 diatas dapat dilihat bahwa seluruh petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto sepakat bahwa mereka tidak menggunakan pestisida anorganik dalam pertanian strawberry mereka. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang sama dan materi penyuluhan yang masih diterapkan hingga kini. Namun, berbeda halnya dengan produk pertanian lain yang biasa ditanam, seperti sayur-sayuran yang banyak dibudidayakan. Petani masih sulit untuk beralih ke pertanian organik. Tabel 29 berikut ini disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa 90
15 Banyuroto mengenai penggunaan pestisida organik dalam kegiatan usahatani mereka. Tabel 29. Sebaran Persepsi Mengenai Tingkat Penggunaan Pestisida Organik Tingkat Penggunaan Pestisida Organik Jumlah Persentase Tinggi 2 7,14% Sedang 20 71,42% Rendah `6 21,42% Jumlah % Petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto memang menggunakan sistem rotasi untuk lahan pertaniannya. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan unsur hara pada tanah. Umur tanaman strawberry biasanya hanya 1-1,5 tahun. Strawberry biasanya ditumpangsarikan dengan seledri atau daun bawang. Setelah itu, tanaman strawberry diganti dengan tanaman sayur-sayuran yang lain, seperti cabe, kol, wortel,sawi putih, atau tembakau. Strawberry juga bisa dibilang sebagai penetral tanah kembali, karena petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto belum terbiasa membudidayakan sayur-sayuran organik karena terkendala permintaan pasar yang selalu ada, sehingga dibutuhkan proses produksi yang cepat dan massal, walaupun sudah ada pelatihan mengenai pembuatan pupuk atau pestisida organik Penggunaan Pupuk Organik Pupuk organik yang digunakan untuk strawberry adalah pupuk kandang. Pupuk kandang diberikan pada saat pengolahan tanah dilakukan. Setelah itu hingga umur tanaman tidak produktif, strawberry tidak ditambahkan pupuk apapun baik organik maupun anorganik. Strawberry Desa Banyuroto cepat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan hidup sangat baik di Desa Banyuroto. Berikut ini disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa 91
16 Banyuroto mengenai penggunaan pupuk anorganik dan tingkat penggunaan pupuk organik pada usahatani strawberry yang mereka jalankan. Tabel 30. Penggunaan Pupuk Anorganik dalam Pertanian Strawberry Apakah Petani Masih Menggunakan Pupuk Anorganik Jumlah Persentase Ya 0 0% Tidak % Jumlah % Tabel 31. Sebaran Persepsi Mengenai Tingkat Penggunaan Pupuk Organik Tingkat Penggunaan Pupuk Organik Jumlah Persentase Tinggi 0 0% Sedang 23 82,14% Rendah `5 17,85% Jumlah % Gapoktan Desa Banyuroto bekerjasama dengan pihak terkait memfasilitasi para petani untuk pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida organik. Contoh yang nyata yaitu teknologi pengelolaan kotoran ternak sapi menjadi kompos dan pupuk cair dari urine sapi. Tetapi, setelah itu gapoktan tidak membantu mengawasi dalam penerapan petani memakai pupuk dan pestisida organik hingga sekarang. Hal ini karena gapoktan menyerahkan keputusan usahatani sepenuhnya kepada para petani. Pengetahuan petani tentang manfaat pupuk organik sebenarnya sangat banyak. Petani berpendapat bahwa dengan pemakaian pupuk organik sebenarnya bisa menghemat biaya perawatan, menjaga kesuburan tanah, serta hasil panen nantinya akan lebih aman untuk dikonsumsi. Tetapi, petani juga berpendapat bahwa lingkungan sekitar belum mendukung untuk bertani secara organik, karena produksi pupuk organik membutuhkan waktu dan ketelatenan, sayuran organik lama pertumbuhannya dan sulit untuk produksi massal, padahal petani harus 92
17 memenuhi permintaan sayur-sayuran setiap harinya. Hal ini menyebabkan petani masih kembali kepada pupuk anorganik untuk proses produksinya Pencemaran Air dan Tanah Sesuai dengan panduan pelaksanaan Prima Tani, maka inovasi teknologi diusahakan dapat memenuhi kriteria, salah satunya adalah sesuai dengan karakteristik tanah, air, iklim. Hal ini dimaksudkan agar setiap inovasi teknologi yang diperkenalkan ramah terhadap lingkungan dan tidak membawa perubahan besar untuk lingkungan. Berikut ini disajikan sebaran persepsi petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai tingkat pencemaran air dan tanah akibat aktivitas pertanian di Desa Banyuroto. Tabel 32. Sebaran Persepsi Mengenai Pencemaran Air dan Tanah di Desa Banyuroto Tingkat Pencemaran Air dan Tanah akibat Pertanian Jumlah Persentase Tinggi 0 0% Sedang 2 7,14% Rendah 26 92,85% Jumlah % Petani Desa Banyuroto yang memiliki lahan di daerah lereng atau daerah yang kemiringannya curam menerapkan terasering. Mereka sudah terbiasa bertani di lahan yang miring atau curam. Sumber air yang mereka gunakan untuk bertani berasal dari air tanah atau air sungai, karena Desa Banyuroto juga dilewati beberapa aliran sungai dan kali Analisis Kualitas Kelembagaan dan Perannya Terhadap Kemandirian, Kesejahteraan Petani, dan Keberlanjutan Pertanian Strawberry Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto tentunya berperan terhadap aktivitas pertanian anggotanya, terutama terhadap kemandirian, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian strawberry. Hasil penelitian menunjukkan 93
18 bahwa kualitas kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto telah berdampak bagi kemandirian petani secara teknik bertanam dan kesejahteraan petani, namun belum memberikan pengaruh terhadap bargaining position petani, pemenuhan kebutuhan permodalan petani, dan pertanian berkelanjutan. Tingkat penerimaan petani terhadap inovasi teknologi dan kelembagaan, adanya kesempatan mengemukakan pendapat dan berdiskusi, serta pemberian motivasi dalam setiap melaksanakan kegiatan berpengaruh bagi outcome kelembagaan gapoktan. Hal ini juga dapat dijadikan evaluasi agar gapoktan bisa meningkatkan dan memaksimalkan kinerjanya untuk memberikan manfaat lebih banyak lagi bagi petani anggotanya maupun petani di luar anggota gapoktan. Tabel 33 berikut ini disajikan hasil analisis kualitas kelembagaan dengan outcome kelembagaan. Tabel 33. Matriks Analisis Kualitas kelembagaan dengan Outcome Kualitas No Kelembagaan 1 Kelengkapan kelembagaan Analisis Kualitas Terhadap Outcome Kelembagaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan kelembagaan menurut persepsi responden telah lengkap. Tetapi, hal ini tidak berpengaruh banyak terhadap kemandirian, kesejahteraan ekonomi, maupun keberlanjutan pertanian strawberry. Walaupun kelembagaan yang ada lengkap, tetapi aktor yang selalu paling dominan hanyalah ketua, sekretaris, dan bendahara dalam kegiatan apapun. Sehingga, aktor lain belum berperan banyak dalam menjalankan kegiatan kelembagaan maupun dalam memajukan fungsi gapoktan. 2 Uraian kerja pengurus kelembagaan 3 Periode pergantian pengurus Uraian kerja pengurus kelembagaan masih kurang jelas. Seksi humas dan seksi pemasaran seharusnya digiatkan kembali untuk membantu mengembangkan Gapoktan Desa Banyuroto menjadi unit pemasaran yang ideal. Seksi permodalan juga seharusnya lebih aktif untuk membuka peluang dan akses permodalan bagi petani-petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto yang membutuhkan permodalan lebih besar untuk mengembangkan usahanya. Uraian kerja pengurus kelembagaan yang masih kurang jelas menyebabkan belum meningkatnya bargaining position petani dan petani masih harus mengakses sumber permodalan sendiri untuk menjalankan aktivitas usahataninya. Periode pergantian pengurus Gapoktan Desa Banyuroto dilakukan tidak teratur. Selain itu pengurus yang diganti biasanya hanya sekedar formalitas untuk bertukar peran saja. Belum ada manajemen yang baik dari kepengurusan. Hal ini menyebabkan belum adanya pembaruan peran pengurus mengikuti perkembangan zaman. Seharusnya pencarian dan penjalinan kemitraan pemasaran atau lobi harga jual produk pertanian bisa dijalankan oleh seksi yang bersangkutan. 94
19 No Kualitas Kelembagaan 4 Pengetahuan anggota terhadap kelembagaan 5 Kesempatan mengemukakan pendapat dan berdiskusi 6 Motivasi dalam meksanakan kegiatan 7 Penerimaan inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan 8 Tingkat kegunaan kegiatan kelembagaan Analisis Kualitas Terhadap Outcome Kelembagaan Seluruh anggota telah paham terhadap kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Hal ini tercermin oleh manfaat yang mereka rasakan selama bergabung dalam kelembagaan tersebut. Mereka juga secara sadar ikut menjalankan aturan main yang berlaku dalam gapoktan. Seringnya pertemuan dengan penyuluh menyebabkan petani dengan cepat memahami dan mempraktikkan ilmu-ilmu pertanian modern yang dibawa oleh penyuluh. Sehingga, petani merasa mereka sudah mandiri secara teknik bertanam dan perbaikan kesejahteraan petani pun juga dirasakan oleh para petani. Seluruh anggota gapoktan sepakat bahwa ketua selaku pemimpin selalu mengemukakan pendapat dan berdiskusi dalam setiap menyelesaikan masalah. Ketua juga merangkul seluruh anggotanya dengan baik. Hal ini merupakan insentif tersendiri bagi anggota untuk menjalankan kegiatan pertanian maupun kelembagaan dengan baik. Hal ini pula yang berdampak langsung bagi adanya perbaikan kesejahteraan anggota. Motivasi dalam kelembagaan yang diberikan oleh ketua gapoktan cukup tinggi. Tetapi, ketua belum bisa memotivasi anggotanya untuk mendukung dan menerapkan pertanian organik yang banyak diajarkan oleh para penyuluh. Seharusnya, ada insentif dan motivasi tersendiri mengenai semangat pertanian organik di kalangan petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto. Hal ini bisa menjadi kebaikan dan contoh bagi para petani lain di Desa Banyuroto. Penerimaan terhadap inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan oleh anggota gapoktan tinggi. Kinerja inilah yang paling berpengaruh nyata terhadap outcome kelembagaan yang diharapkan. Berkat penerimaan dan kesadaran yang tinggi inilah, banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh petani, walaupun sebenarnya gapoktan harus terus mendapatkan pendampingan intensif agar bisa mengembangkan unit-unit usaha lain yang berguna bagi petani anggotanya. Sebagian besar petani anggota merasa kegiatan kelembagaan sangatlah berguna bagi kegiatan pertanian mereka. Mereka sudah mandiri secara teknik bertanam, tidak menggunakan pupuk dan pestisida anorganik untuk strawberry, serta adopsi usahatani strawberry yang menguntungkan. 95
I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian di era global ini masih memainkan peran penting. Sektor pertanian dianggap mampu menghadapi berbagai kondisi instabilitas ekonomi karena sejatinya manusia memang
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan,
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang tempat program Prima Tani dilaksanakan. Lokasi penelitian ini
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciVI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
109 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data yang telah penulis lakukan dalam penelitian tentang Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,
Lebih terperinciGambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten
Lebih terperinciM-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN
M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Topografi Desa Banyuroto terletak di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan batas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk
Lebih terperinciVI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK
VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN
ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN (Studi Kasus di Desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin) Oleh : Adreng Purwoto*) Abstrak Di masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA
BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1
1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak
Lebih terperinciTahun Bawang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Selo Ngisor, Desa Batur, Kecamatan getasan terletak sekitar 15 km dari Salatiga, dibawah kaki gunung Merbabu (Anonim, 2010). Daerah ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan. Ketersediaan pangan yang cukup menjadi isu nasional untuk mengentaskan kerawanan pangan di berbagai daerah.
Lebih terperinciRenstra BKP5K Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf
Lebih terperinciPELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Tommy Purba dan Abdullah Umar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan terintegrasi yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. Pembangunan kedua sektor ini bertujuan
Lebih terperinciVI. TATA KELOLA DAN KUALITAS KELEMBAGAAN GAPOKTAN DESA BANYUROTO. kelembagaan formal yang sengaja ditumbuhkan, dibentuk, dan disosialisasikan di
VI. TATA KELOLA DAN KUALITAS KELEMBAGAAN GAPOKTAN DESA BANYUROTO 6.1. Struktur Gapoktan Desa Banyuroto Kelembagaan yang ada dalam Gapoktan Desa Banyuroto merupakan kelembagaan formal yang sengaja ditumbuhkan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan
Lebih terperinciVI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan
Lebih terperinciX. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO
X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi
Lebih terperincisosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.
85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang
Lebih terperinciVI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN
VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok tani yang ada dan akan kembali lagi untuk petani maka akan banyak
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Kelompok Tani Kelompok tani merupakan salah satu lembaga yang terbentuk dalam masyarakat yang mayoritas melakukan budidaya pertanian. Kelompok tani terbentuk karena
Lebih terperinciPERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN
Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 1 Juni 2015 2 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN Annisa Aprianti R 1 1) Fakultas Agrobisnis dan Rekayasa Pertanian, Universitas
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di Indonesia untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhan serta permintaan masyarakat. Keanekaragaman
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis yang sangat cocok untuk pertanian. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia yaitu sebagai petani. Sektor
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih menghadapi sejumlah permasalahan, baik di bidang ekonomi, sosial, hukum, politik, maupun
Lebih terperinciBAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA
59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima
Lebih terperinciACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan
ACARA 3. KELEMBAGAAN!! Instruksi Kerja : a. Setiap praktikan mengidentifikasi kelembagaan pertanian yang ada di wilayah praktek lapang yang telah ditentukan. b. Praktikan mencari jurnal mengenai kelembagaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi jenis Arabika masuk ke Jawa dari Malabar pada tahun 1699 dibawa oleh kapitalisme Belanda perkembangannya sangat pesat dan hal ini tidak bisa dilepaskan dari sistem
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi
Lebih terperinciKETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG
KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR
PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci menjabarkan secara rinci situasi dan kondisi poktan sebagai
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani
Lebih terperinciBAB III LAPORAN PENELITIAN
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA
Lampiran 1 Questioner ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA 1. Pertanyaan dalam Kuisioner ini tujuannya hanya semata-mata untuk penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian
Lebih terperinciBAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI
BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan
Lebih terperinciVIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG
133 VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 8.1. Pendahuluan Kabupaten Gowa mensuplai kebutuhan bahan material untuk pembangunan fisik, bahan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya
Lebih terperinciVI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berwawasan lingkungan merupakan implementasi dari konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yang bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai
PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mayoritas penduduk di negara berkembang adalah petani. Oleh karena itu, pembangunan pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH
67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperinciKELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA DESA BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN
KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA DESA BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN Wahyuning K. Sejati dan Herman Supriadi PENDAHULUAN Kelembagaan merupakan organisasi atau kaidah baik formal maupun informal yang mengatur
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten
BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinci