EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DESA BANJARARUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DESA BANJARARUM"

Transkripsi

1 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DESA BANJARARUM Selama ini pemerintah telah mempergunakan sistem top-down melalui sejumlah kebijakan pembangunan. Dalam perjalanan pembangunan terasa ada banyak kelemahan yang terjadi, sehingga pembangunan tidak dapat mencapai hasil yang memuaskan. Beberapa kritik yang dilontarkan terhadap sisi kelemahan seperti terjadinya marginalisasi kemanusiaan, pengkikisan daya kemampuan dan kreativitas masyarakat, terjadinya perlakuan dan penyelesaian permasalahan kemiskinan secara seragam dengan tanpa menghiraukan persoalan secara kasual/lokal. Bertolak dari beberapa kritik tersebut akhirnya terlontar pendekatan buttom-up yang mencoba mengedepankan kepentingan arus bawah, dengan menggali aspirasi dan membuka kesempatan berkreasi serta mengartikulasikan keinginan masyarakat. Dilihat dari sudut pandang kedua pendekatan tersebut, Proyek Penanggulanan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) lebih merupakan perpaduan antara top-down dan buttom-up. Kedua pendekatan ini terefleksi pada proses perumusan kebijakan yang dilakukan oleh dua unsur yaitu pemerintah dan masyarakat. Di tingkat pusat dirumuskan kebijakan berupa Pedoman Pelaksanaan Program yang bersifat normatif disertai dengan batasan-batasan administratif. Sedangkan di bawah terjadi proses interaksi secara terpadu antara kebijakan normatif dan administratif tersebut dengan aspirasi dan kreativitas masyarakat selaras dengan kasus maupun potensi yang dimiliki. Proses interaksi ini berlangsung dalam forum Musyawarah Dusun (musdus), Musyawarah Desa (musdes) dan Musyawarah Antar Desa (MAD). Melalui interaksi tersebut terjadilah, mekanisme pengkajian produk kebijakan dengan penyesuaian terhadap kebutuhan dan kepentingan lokal. Dari proses interaktif tersebut dapat dirumuskan dan ditetapkan teknis operasionalnya, sehingga muncul sebuah kebijakan teknis yang mengakomodasi persoalan-persoalan lokal, sehingga bentukbentuk kegiatannya berintikan muatan lokal yang benar-benar diperlukan oleh masyarakat. Produk kebijakan pemerintah yang terbentuk melalui pendekatan campuran (mixed approach) saat ini cukup tepat untuk digunakan. Bentuk campuran dua

2 pendekatan top-down dan buttom-up dapat mengakomodasi persoalan lokal yang dihadapi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah yang telah ditentukan oleh pemerintah. Dengan demikian baik kepentingan pemerintah yang berskala nasional dalam rangka mensejahterakan rakyat maupun kepentingan lokal masyarakat dapat dipadukan dalam bentuk kegiatan yang nyata, dan bermanfaat secara langsung. Pendekatan ini dinilai lebih efektif karena ; Pertama sifat program menjadi fleksibel, sehingga mampu merespon dan menampung kepentingan pembangunan masyarakat secara kasuistik. Kedua masyarakat yang sudah cukup kritis perlu mendapatkan ruang yang lebih leluasa untuk melakukan problem solving melalui diskusi atau musyawarah, sehingga bentuk kegiatan yang diputuskan adalah produk lokal. Dengan demikian masyarakat mempunyai rasa tanggung jawab atas berhasil tidaknya program. Disinilah peran serta atau partisipasi masyarakat sebagai komponen penting dalam proses pemberdayaan. Program tersebut pada dasarnya memiliki kesamaan tujuan dan penyempurnaan dari program-program sejenis yang lebih dahulu dilaksanakan, namun di lapangan masih terdapat kelemahan-kelemahan dalam proses pemberdayaan masyarakat terutama pada lembaga lokal yang tidak kuat dan tidak sustainable, sehingga menghambat keberhasilan program. Untuk mengetahui program apa yang sesuai dengan kebutuhan masayarakat perlu kiranya dilakukan evaluasi terhadap program-program tersebut. Program pengembangan masyarakat yang dievaluasi di desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Proyek Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan proyek pemerintah yang berupaya memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat dibangun gerakan bersama dalam menanggulangi kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan di wilayah bersangkutan. Instansi pelaksana (executing agency) atau penyelenggara kegiatan adalah Direktorat jenderal Perumahan dan Pemukiman

3 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah dan sumber dana program P2KP berasal dari pemerintah (APBN) dan pinjaman luar negeri (Bank Dunia). Pendekatan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh program P2KP adalah melalui kelembagaan, yaitu Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) sebagai pelaksanaan dan pengelolaan program P2KP dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai pengguna dana atau pemanfaat. Adapun tujuan dari program P2KP adalah : 1. Membangun atau mengukuhkan kelembagaan masyarakat yang representatif dan akuntabel yang mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin serta memperkuat suara masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan. 2. Mendorong kepada pemerintah daerah untuk makin tanggap memenuhi kebutuhan masyarakat miskin melalui peningkatan kemitraan dengan kelembagaan masyarakat. 3. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat miskin, terutama dalam pelayananpelayanan pendanaan, sosial serta sarana dan prasarana. Program dana bergulir P2KP ditujukan bagi pengembangan usaha yang mampu membuka lapangan kerja dan peningkatan pendapatan serta kegiatan-kegiatan produktif lainnya. Ketika awal program, kelompok sasaran program dana bergulir yang dilaksanakan oleh BKM Desa Banjararum adalah masyarakat atau rumah tangga miskin yang akan memulai usaha baru dan masyarakat yang telah memiliki usaha. Namun karena masyarakat yang baru memulai usaha banyak terjadi kemacetan, pengurus BKM menetapkan bahwa kelompok sasaran yang layak memperoleh bantuan modal (pinjaman) adalah pemilik usaha yang telah berjalan dan mampu menyediakan syarat agunan. Hal tersebut dilakukan agar dana bantuan lancar dan dapat disalurkan kepada masyarakat lain yang belum mendapatkan pinjaman. Pengelolaan Program P2KP di Desa Banjararum Alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang diterima oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Desa Banjararum pada tahun 2003 sebesar Rp ,00. dan digunakan untuk kegiatan usaha ekonomi produktif, melalui pinjaman modal usaha dengan jasa pinjaman sebesar 18 % per tahun. Proses pelaksanaan

4 pinjaman melalui beberapa tahap yakni : masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat mengajukan usulan atau proposal pinjaman kepada BKM melalui Unit Pengelola Keuangan (UPK). Pendekatan kelompok yang dilakukan program P2KP merupakan upaya pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat, seperti dalam hal pembuatan perencanaan melalui pengajuan usulan/proposal dan pengelolaan dana. Setelah diteliti kelayakan besarnya pinjaman oleh Unit Pengelola Keuangan, selanjutnya dibawa ke rapat BKM dan usulan tersebut akan diseleksi kembali dengan melihat skala prioritas dan kemampuan dana yang tersedia. Setelah proses penyeleksian dilakukan dan memenuhi syarat, BKM mencairkan dana untuk KSM yang disetujui.untuk menentukan besarnya pinjaman ada ketentuan bagi peminjam yang baru pertama kali pinjam boleh meminjam maksimum Rp ,00, kemudian untuk perguliran berikutnya, apabila pembayarannya lancar selanjutnya besarnya pinjaman bisa meningkat begitu seterusnya, bahkan ada yang sampai Rp ,00 untuk satu KSM dengan jumlah anggota 8 orang. Pengguliran dana program P2KP yang dilakukan BKM Desa Banjararum sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 dari modal Rp ,00, secara kumulatif telah bergulir sebesar Rp ,00. Jumlah sebesar ini sudah termasuk tambahan dana dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sebesar Rp ,00. Mengenai penggunaan jasa pinjaman sebesar 18% per tahun ditentukan sebagai berikut : 50% digunakan untuk operasional BKM termasuk pemberian Insentive Pengembalian Tepat Waktu (IPTW), 30% untuk pemupukan modal, 10% untuk Sosial (membantu Posyandu), 8% untuk membantu pembangunan fisik (korban gempa), 2% untuk cadangan apabila terjadi resiko.semua ini dikelola oleh sebuah Tim yang terdiri dari : Koordinator BKM : Jaswaldi Unit Pengelola Keuangan Manager : Suryanti Kasir : Tutiek Unit Pengelola Lingkungan : Sanijo Unit Pengelola Sosial : Suyono Anggota BKM sebanyak 11 orang

5 Dari hasil wawancara dengan pengurus BKM diperoleh informasi bahwa pelaksanaan program P2KP yang dimulai tahun 2003 merupakan program pemberdayaan masyarakat setelah PPK, sehingga didalam pelaksanaannya dapat bekerja sama dalam hal menyeleksi calon peminjam. Seperti penuturan ibu Ttk (kasir BKM) berikut ini : Untuk memutuskan pengajuan pinjaman disetujui atau tidak, kami juga bekerja sama dengan Tim Pelaksana Kegiatan Desa PPK, terutama dalam hal pemberian informasi tentang calon peminjam, hal ini kami lakukan untuk mencegah terjadinya kemacetan program. Meskipun demikian masih saja terjadi tunggakan yang relatif besar yakni Rp ,00.Untuk mengatasinya bagi penunggak akan dikenakan denda sebesar 2% dari besarnya tunggakan, sedang prosesnya dilakukan pemberian peringatan, penagihan, pemanggilan untuk mendapatkan kejelasan tentang kesanggupan membayar, pada akhirnya mereka akan tertutup akses fasilitas pinjaman. Dari beberapa kasus di KSM kebanyakan tunggakan justru dilakukan oleh ketua kelompok yakni anggota sudah mengangsur lewat ketua kelompok, tetapi oleh ketua kelompok tidak disetorkan ke BKM, melainkan dipakai untuk keperluan pribadi, sehingga pada saat anggota akan meminjam kembali karena merasa sudah lunas, ternyata tidak bisa, akibatnya kelompok macet dan sebelum ketua kelompok dapat melunasi anggota akan tertutup akses pinjamannya. Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Dilihat dari segi bentuk dan muatannya, kebijakan program PPK yang ditetapkan oleh pemerintah pusat lebih merupakan bingkai program yang memfasilitasi terjadinya forum demokrasi dalam menentukan jalan keluar atas persoalan-persoalan lokal. Wujud paling teknis dari program ini berupa bentuk dan jenis kegiatan, sistem manajemen kegiatan, mekanisme kerja, dan besarnya dana serta tenaga yang dialokasikan pada setiap kegiatan sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat, yang diselaraskan dengan kemampuan kelompok masyarakat untuk membangun aktivitas ekonomi produktif. Program Pengembangan Kecamatan, dinilai dari sudut pandang pendekatan yang dipergunakan dalam merumuskan kebijakan, setapak lebih maju dibandingkan dengan

6 program-program pengentasan kemiskinan yang lain. Meskipun masih terdapat beberapa kelemahan, akan tetapi partisipasi nyata masyarakat dalam pengambilan keputusan cukup diperhitungkan. Dengan demikian konsep pembangunan pemberdayaan masyarakat sudah terekspresikan melalui proses dinamis yang terjadi dalam musyawarah dusun, musyawarah desa dan musyawarah antar desa. Konsep fasilitator mulai muncul di dalam program, sekaligus merupakan pertanda bahwa agen-agen pembangunan menempatkan masyarakat sasaran program sebagai subyek (pelaku) pembangunan, baik dari perencanaan operasional, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan sampai dengan evaluasi dan pelestarian program. Sedangkan pemerintah dan agen-agen pembangunan yang lain berposisi sebagai fasilitator. Rancangan kebijakan seperti ini akan mempunyai peluang lebih besar untuk memberdayakan masyarakat. Pengelolaan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Kecamatan Kalibawang merupakan salah satu dari 10 Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang mendapatkan dana Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Kecamatan Kalibawang mendapatkan dana PPK sejak digulirkannya PPK secara nasional pada tahun 1998/1999 dengan dana sebesar Rp , tahun 2000 sebesar Rp ,- dan tahun 2001 sebesar Rp ,- Keseluruhan dana bantuan PPK selama tiga tahun tersebut digunakan untuk kegiatan usaha ekonomi produktif. Dari hasil jasa perguliran dana yang digunakan untuk membangun prasarana dan sarana ekonomi serta kegiatan pelatihan ketrampilan usaha bagi masyarakat miskin. Karena keberhasilan dalam pengelolaan PPK selama tiga tahun yang ditandai dengan berkembangnya dana PPK, maka pada tahun 2002 Kecamatan Kalibawang merupakan satu-satunya Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo yang mendapat reward/ganjaran sebesar Rp ,- dari pemerintah pusat. Untuk mengelola dan pengguliran dana PPK ditempuh mekanisme seperti dalam Gambar 2 berikut ini :

7 Gambar 2 : Bagan Mekanisme Pengelolaan Dana dan Perguliran Dana PPK di Kecamatan Kalibawang. MAD Tim Verifikasi UPK Musyawarah Desa Musyawarah Dusun LPMD Tim Pelaksana Desa K e l o m p o k M a s y a r a k a t Keterangan : PengajuanUsulan Pendelegasian Pencairan Konsultasi Sumber : Kantor Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Kalibawang Di sini dapat dilihat bahwa pengelolaan dan pengguliran dana PPK, diawali dari pihak pemanfaat dana PPK yang tergabung dalam kelompok mengajukan proposal yang berisi identitas, dan besarnya pinjaman. Kemudian ketua kelompok akan membawa usulan tersebut ke musyawarah dusun. Hasil dari musyawarah dusun kemudian dilanjutkan ke musyawarah desa, yang akhirnya diseleksi oleh Tim Verifikasi kemudian UPK menyelenggarakan Musyawarah Antar Desa (MAD). Semua usulan yang masuk sangat ditentukan oleh forum tersebut. Dari hasil MAD hari berikutnya dana dapat dicairkan melalui Tim Pelaksana Kegiatan Desa yang akan diteruskan ke ketua kelompok, kemudian ketua kelompok akan membagikannya kepada anggota.

8 Pengelolaan Dana PPK Di Tingkat Desa Banjararum Desa Banjararum merupakan salah satu dari empat desa yang ada di wilayah Kecamatan Kalibawang, yang mempunyai pedukuhan paling banyak yakni 26 pedukuhan, dengan 49 kelompok penerima manfaat, sehingga permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan dana PPK juga relatif banyak. Inilah alasan mengapa desa Banjararum dipilih sebagai lokasi dalam kajian ini. Seperti desa-desa lain yang berada di wilayah Kecamatan Kalibawang, pengelolaan dana PPK di desa Banjararum telah dimodifikasi dengan gagasan masyarakat yang berupa, pemanfaatan dana untuk tahun pertama sampai dengan tahun ketiga secara keseluruhan dimanfaatkan untuk kegiatan usaha ekonomi produktif yang berupa kegiatan ekonomi simpan pinjam dan non simpan pinjam. Dari jasa simpan pinjam tersebut dikelola untuk kegiatan pembangunan prasarana dan sarana ekonomi, serta pelatihan bagi penduduk yang belum mempunyai usaha, pembuatan jalan dusun, dan membiayai kegiatan operasional. Mengenai prosedur peminjaman harus melalui kelompok, baik kelompok yang sudah ada (PKK dusun, dasa wisma, karang taruna dan sebagainya) maupun kelompok baru dengan catatan kelompok tersebut sudah berjalan minimal satu tahun. Mengenai besarnya jasa pinjaman ditentukan sebagai berikut ; pada awalnya 20%, kemudian turun menjadi 18% dan saat ini menjadi 16% per tahun Seperti apa yang dituturkan oleh Bendahara Tim Pelaksana Desa (ibu Krn) sebagai berikut : Untuk penentuan besarnya jasa pinjaman di tingkat kelompok sangat bervariasi ada yang tetap menarik jasa pinjaman 20% dengan pertimbangan yang 4% masuk kas kelompok yang akan digunakan untuk kepentingan bersama. Ada yang menarik 18%, karena yang 2% untuk tambahan tabungan dan ada yang tetap menarik 16%, ini semua sangat tergantung pada hasil kesepakatan kelompok. Sedang prosedur pengajuan pinjaman dengan mengajukan proposal yang berisi identitas peminjam dan besarnya pinjaman yang kemudian mendapat pengesahan dari ketua kelompok. Kelompok membuat rincian jumlah pinjaman masing-masing anggota yang akan dibawa ke musyawarah dusun (musdus) dari musdus dibawa ke musyawarah

9 desa (musdes) kemudian akan masuk ke tim verifikasi dan penentuan terakhir di musyawarah antar desa ( MAD). Setelah disetujui forum dana segera cair, ketua kelompok dapat mengambil melalui Tim Pelaksana Kegiatan desa yang pada akhirnya sampai di tangan anggota kelompok. Dalam mengelola dana PPK Kecamatan Kalibawang telah melakukan berbagai strategi pengendalian antara lain dengan memberikan sangsi denda sebesar 5% dari jumlah angsuran bagi penunggak dan memberikan reward (ganjaran) bagi peminjam yang dapat mengangsur tepat waktu dengan istilah IPTW (Insentif Pengembalian Tepat Waktu) sebesar bunga satu kali angsuran untuk setiap tahunnya. Di samping itu juga diadakan pendampingan kelompok, meskipun masih terbatas pada kelompok yang bermasalah yakni berupa penagihan dan membantu mencarikan jalan keluarnya, dan apabila ada yang terpaksa belum dapat membayar sampai bertahun tahun, terpaksa kelompok menyerahkan urusannya ke Tim Pelaksana Desa, kalau belum juga dapat diselesaikan akan dibantu Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan. Di sini akan dipelajari penyebab pemanfaat dana PPK tidak dapat mengembalikan pinjamannya, kalau penyebabnya karena musibah seperti gagal panen, atau bangkrut dalam berdagang, maka akan dibuat penjadwalan ulang dalam mengangsur dalam arti setiap bulan harus mengangsur berdasarkan kemampuan yang bersangkutan dan tanpa dikenai bunga dan sangsi dalam arti hanya mengembalikan pokok pinjaman sampai lunas, kemudian setelah lunas dapat pinjam kembali. Seperti apa yang dialami ibu Smrh (40tahun) mempunyai 2 anak dan bersuamikan seorang sopir, yang pada tahun 1998 pinjam dana PPK sebesar 1 juta yang digunakan untuk berdagang (membuka warung di rumahnya yang kebetulan letaknya strategis) dan berhasil, kemudian setelah lunas pinjam lagi 3 juta, karena usahanya semakin berkembang maka setelah lunas pinjam lagi 5 juta dapat dikembalikan tepat waktu, kemudian pinjam lagi 5 juta tetapi karena musibah yakni suaminya yang berprofesi sebagai sopir mengalami kecelakaan lalulintas sehingga ibu Smrh harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, di samping itu juga dagangannya sebagian dihutang oleh beberapa tetangganya, maka ibu Smrh yang baru mengangsur sebanyak 4 kali kemudian berhenti tidak dapat mengangsur, semua barang dagangan habis untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Setelah beberapa tahun tidak mengangsur, maka ibu Smrh mendapat pembinaan dari Tim Pelaksana Kegiatan Desa

10 Banjararum, yakni ibu Smrh yang kemudian mempunyai usaha menggoreng ayam yang dititipkan di 5 tempat angkringan dengan penghasilan sekitar ribu /hari dan suami berdagang kayu bakar dengan penghasilan sekitar Rp ,-/ 3 5 hari. Untuk mengembalikan pinjaman dana PPK ibu Smrh mengangsur Rp ,- setiap bulannya, dengan harapan apabila sudah lunas akan meminjam kembali untuk membuka warung seperti semula. Mekanisme pengajuan pinjaman dan pembayaran angsuran Dalam upaya mencapai tujuan PPK salah satu aspek kegiatannya adalah penyaluran dana pinjaman kepada kelompok-kelompok yang mengajukan pinjaman. Penyaluran dana pinjaman tersebut tetap mengedepankan aspek pemberdayaan pada tingkat kelompok, dengan mekanisme pengangsuran dan pembayaran sebagai berikut : 1. Anggota kelompok mengajukan pinjaman atau membayar angsuran melalui pengurus kelompok. 2. Pengurus kelompok mengajukan daftar pengajuan pinjaman anggota atau menyerahkan uang dan daftar pembayar angsuran anggota kelompok kepada Tim Pelaksana Kegiatan tingkat Desa 3. Tim Pelaksana Kegiatan Desa mengajukan rincian pinjaman atau menyetorkan uang angsuran kelompok kepada Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan 4. Jadwal pembayaran angsuran khusus desa Banjararum telah disepakati 1 hari kerja dalam 1 bulan yaitu setiap tanggal 22 dengan ketentuan sebagai berikut : a. Apabila tanggal 22 jatuh pada hari Jum at, maka pelaksanaan angsuran dilaksanakan pada hari sebelumnya yaitu Kamis b. Apabila tanggal 22 jatuh pada hari Sabtu atau Minggu maka pembayaran angsuran dilaksanakan pada hari Senin Pencairan dana pinjaman biasanya dilakukan setelah Musyawarah Antar Desa (MAD), dengan mekanisme kebalikan saat pengajuan yakni dari Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan turun ke Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Desa kemudian masing-masing pengurus kelompok mengambil di kantor Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Desa, yang pada akhirnya akan dibagikan kepada anggota kelompok. Mengenai besarnya pinjaman sesuai yang di sepakati pada saat Musyawarah Antar Desa.

11 Dalam rangka pelaksanaan PPK, seluruh kegiatan Tim Pelaksana Kegiatan Desa mendapatkan dana dari dana operasional TP PPK. Sumber dana operasional TP PPK terdiri dari dana keuntungan (jasa pinjaman), dana 0,5% dan dana denda. Dana 0,5% adalah dana yang berdasarkan keputusan MAD merupakan dana yang dialokasikan sebagai insentif bagi Tim Pelaksana Kegiatan Desa dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan dana denda adalah dana yang dikenakan kepada kelompok yang pembayaran angsurannya tidak tepat waktu maupun tidak sesuai jumlahnya. Denda bagi kelompok yang tidak tepat pembayaran angsurannya adalah 5% dari jumlah tertunggak. Dari denda 5% disetor ke UPK 2% sedangkan 3% untuk TPK Desa. Maksud dari pemberian denda ini supaya pemanfaat dana PPK berusaha mengangsur tepat waktu, selain denda juga diberlakukan pemberian reward (ganjaran) bagi mereka yang dapat mengangsur tepat waktu yakni pengembalian bunga satu kali dalam satu tahun, pemberian kaos, dan kalender. Semua ini dilakukan sebagai upaya preventif maupun represif untuk keberhasilan PPK. Selain itu masih banyak upaya yang dilakukan seperti ; 1. Selektivitas yang diperketat bagi calon pemanfaat dana PPK 2. Pembinaan terhadap kelompok yang bermasalah 3. Pemanggilan terhadap pengurus/anggota kelompok bermasalah 4. Mengadakan perjanjian ulang dengan disertai pembayaran sebesar 10% dari besarnya tunggakan dan sisanya diangsur maksimal 12 kali dalam 1 tahun serta masih diikuti dengan pemberian jaminan yang berujud surat-surat penting (BPKB,Akte Tanah) Walaupun demikian dalam pengelolaan dana PPK masih saja ditemui banyaknya tunggakan, dan berdasarkan laporan pertanggungjawaban akhir tahun 2006 besarnya tunggakan yang sudah jatuh tempo Rp ,- Menurut bendahara Tim Pelaksana Kegiatan desa tunggakan sebesar itu terjadi sejak awal pengguliran dana PPK, sekitar tahun Hal ini terjadi karena dana yang tersedia relatif besar dan diupayakan semua dipinjamkan, maka kurang selektif dalam menyetujui besarnya pinjaman maupun calon peminjam. Di samping itu adanya anggapan bahwa dana tersebut hibah dari pemerintah sehingga ada sebagian warga masyarakat yang tidak mempedulikan keberlangsungan perputaran dana, dan ini oleh pengurus dianggap penyebar virus bagi warga yang lain. Berdasarkan pengalaman

12 tersebut, maka pengurus dalam mengajukan calon peminjam lebih hati-hati, dan sampai sekarang masalah penunggak masih terus ditangani dengan berbagai cara dengan melihat kasus per kasus, penanganan mereka yang memang baru terkena musibah seperti gagal panen atau bangkrut akan berbeda dengan mereka yang memang punya karakter bandel (menomor duakan urusan mengangsur pinjaman). Perguliran Dana PPK Untuk melihat perkembangan perguliran dana PPK selama tahun dapat dilihat dari rekapitulasi data yang diambil dari laporan pertanggung jawaban akhir tahun 2006 sebagai berikut : Gambar 3. Perguliran Dana PPK Desa Banjararum tahun Volume pinjaman (dalam satuan ribuan) Tahun Besarnya dana yang dipinjam oleh kelompok-kelompok yang berada di desa Banjararum dari tahun ke tahun relatif dinamis. Hal ini sangat dipengaruhi oleh situasi yang ada, seperti yang diceritakan oleh Sekretaris Tim Pelaksana Kegiatan Desa bahwa pada awal perguliran dana PPK ketersediaan dana belum begitu besar dan tingkat sosialisasi program belum merata, sehingga pemanfaat dana masih terbatas. Tahun-tahun berikutnya mulai ada peningkatan terutama pada tahun 2000 dan tahun 2001 menunjukkan peningkatan yang relatif tinggi, dimana dana PPK sudah mulai berkembang ditambah dengan reward (ganjaran) yang diperoleh sebesar Rp ,-. Ternyata prestasi yang diperoleh juga berdampak yakni semakin besar pula tunggakan, sehingga pada tahun 2002 sampai tahun 2004 mengalami penurunan akibat terjadinya kredit macet, sehingga mulai saat itu ada suatu ketentuan yang bertujuan

13 menyeleksi calon peminjam dari tingkat kelompok dan lebih luwes dalam menerima angsuran. Dulu kalau jumlahnya belum penuh angsuran tidak diterima, sekarang terkumpul berapapun pengurus kelompok akan menerimanya, bahkan ada ketua kelompok yang menutup lebih dahulu kalau sudah batas waktunya, dengan harapan kelompok dapat menerima Insentif Pengembalian Tepat Waktu (IPTW).Dan sejak saat itu yakni tahun 2005 mulai menunjukan kenaikan dan pada tahun 2006 menunjukan sedikit penurunan. Dana Pembangunan Sarana Prasarana Dana Pembangunan sarana prasarana adalah dana keuntungan PPK yang dialokasikan sebagai stimulan pembangunan pada tingkat dusun. Selama tujuh kali tutup buku mendapat dana sebesar Rp ,- dengan perincian sebagai berikut : Tutup buku I tahun 2000 sebesar Rp ,- Tutup buku II tahun 2001 sebesar Rp ,- Tutup buku III tahun 2002 sebesar Rp ,- Tutup buku IV tahun 2003 sebesar Rp ,- Tutup buku V tahun 2004 sebesar Rp ,- Tutup buku VI tahun 2005 sebesar Rp ,- Tutup buku VII tahun 2006 sebesar Rp ,- Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini : Gambar 4. Dana Pembangunan Sarana Prasarana Desa Banjararum Tahun SHU Tahun

14 Dana tersebut diperoleh dari pembagian sisa hasil usaha (SHU) Program Pengembangan Kecamatan Kalibawang. Berdasarkan hasil Musyawarah Antar Desa (MAD) berhasil diputuskan beberapa ketentuan sebagai berikut : Lima puluh persen (50%) SHU dibagi rata untuk tiap desa dan sisanya 50% lagi dengan sistem kompetisi (perebutan). Sistem tersebut berdasarkan bunga dan denda yang berhasil dikumpulkan desa dengan perimbangan besarnya tunggakan.dari dana tersebut dibagikan kepada tiap-tiap dusun yang mengacu pada hasil Musdus dengan ketentuan 50% dibagi rata tiap dusun dan 50% dengan sistem kompetisi tiap-tiap dusun dengan perimbangan besarnya bunga dan tunggakan kelompok-kelompok pemanfaat dana PPK yang berada di dusun tersebut. Pembangunan sarana prasarana yang dibiayai dari dana PPK ternyata dapat memancing swadaya masyarakat lebih besar dari dana PPK itu sendiri. Hal ini menunjukan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana yang didanai PPK sangat tinggi. Berkaitan dengan pencairan dana PPK fase III (Pasca Bencana) dana tersebut baru dapat dicairkan apabila dapat menurunkan tunggakan minimal 5% dari seluruh tunggakan. Karena waktu yang mendesak dan sukar dapat terpenuhi (sebesar kurang Rp ,-) dan demi menyelamatkan dan terlaksananya semua kegiatan yang akan didanai PPK pasca bencana, maka Tim Pelaksana Kegiatan Desa Banjararum memberanikan diri untuk mengurangi tunggakan tersebut dengan mencairkan dana sarana prasarana yang belum dicairkan sebesar Rp dan beban tersebut akan ditanggung oleh dusun-dusun yang akan diputuskan pada musyawarah desa (musdes) pada bulan-bulan yang akan datang baik teknis maupun ketentuan yang lain Dana Sosial Tim Pelaksana Kegiatan tingkat desa Banjararum melalui LPMD telah menyalurkan dana bagi kepentingan yang bersifat sosial yaitu bantuan terhadap korban bencana alam dan pembinaan dusun.. Dana yang disalurkan untuk kepentingan tersebut berasal dari dana operasional LPMD. Dana pembinaan sebesar Rp ,- untuk pedukuhan dan Rp ,- untuk bantuan administrasi KKLKMD. Tiap pedukuhan menerima dana pembinaan sebesar Rp ,- selain itu dalam kurun waktu tahun 2006 dana sosial yang dialokasikan dalam RAPB yang diperuntukan untuk bantuan kecelakaan

15 dan atau kematian (bagi pelaku PPK) sebesar Rp ,- belum digunakan, dengan alasan belum adanya kriteria yang jelas tentang penggunaan dana sosial tersebut. Selain itu Tim Pelaksana Kegiatan Desa pada tahun 2006 telah menerima usulan pelatihan bagi kelompok pembuatan minyak kelapa untuk 20 orang dan kelompok peternak ayam buras sebanyak 20 orang Keikutsertaan dalam kegiatan yang mengarah pada pemberdayaan Kegiatan yang mengarah pada pemberdayaan masih sangat terbatas, yakni baru dapat melibatkan anggota Tim Pelaksana Kegiatan Desa, dan beberapa pengurus kelompok saja. Mengenai bentuk kegiatannya antara lain : 1. Mengikuti pelatihan manajemen organisasi yang diselenggarakan oleh PPK maupun LPMD 2. Mengikuti pelatihan administrasi keuangan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan PPK 3. Mengadakan cross cek tentang catatan angsuran kelompok bersama UPK 4. Bersama UPK mengadakan kursus/ pelatihan pembuatan minyak goreng dengan sistem fermentasi, emping melinjo, krupuk, anyam-anyaman dan ternak buras serta pertanian. Musyawarah Desa Forum ini dilaksanakan bersamaan dengan musyawarah LPMD yang diadakan setiap bulan antara tanggal 5 sampai tanggal 10. Forum ini berfungsi sebagai tempat menampung, dan menyalurkaan aspirasi warga serta untuk menentukan kegiatan-kegiatan pembangunan, kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan PPK termasuk pengusulan pinjaman dana oleh warga dan pemecahan masalah yang ada secara bersamasama. Dalam musyawarah desa dihadiri oleh : 1. Lurah Desa 2. Tim Koordinasi PPK desa 3. Ketua Umum LPMD selaku penanggung jawab PPK di desa 4. Pengurus LPMD, Pengawas serta Tim Koordinasi 5. Kepala-Kepala Dukuh

16 6. Ketua/wakil KKLKMD 7. Wakil-wakil kelompok Setiap penyelenggaraan musyawarah desa dihadiri sekitar orang, sehingga cukup mewakili kepentingan warga. Kesimpulan Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat Berdasarkan hasil evaluasi program yang dilakukan terhadap Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kelompok sasaran program pengembangan masyarakat baik program P2KP maupun PPK adalah para pemilik usaha yang sudah berjalan untuk mengembangkan usahanya. Secara umum tanggapan masyarakat atas kedua program sangat positif. Hal tersebut tampak dari besarnya peranserta masyarakat dalam memanfaat kedua program. 2. Penetapan pemilik usaha sebagai sasaran pada kedua program menyebabkan program belum menyentuh masyarakat miskin, yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, sehingga program belum mampu memecahkan permasalahan pengangguran dan keluarga miskin. 3. Peran program dalam mengangkat masyarakat sebagai subyek dalam kegiatan belum terwujud. Anggota hanya sekedar penerima atau pelaksana program yang berjalan sendiri-sendiri setelah menerima bantuan. Keterlibatan anggota (peminjam) dalam pengambilan keputusan sangat kurang. Hal ini tampak dari sikap anggota yang selalu menyerahkan semua urusan kelompok kepada ketua. 4. Proses pembelajaran masyarakat dalam kegiatan dana bergulir, dimana masyarakat mampu merencanakan dan mengelola dana pinjaman sesuai dengan kebutuhan belum terwujud pada kedua program Pengurus Tim Pelaksana Kegiatan Desa, hanya menerima usulan warga, mengadakan verifikasi dan memutuskan usulan. Setelah dana cair pengurus tidak melakukan pemantauan kesesuaian penggunaan dana pinjaman dengan kemampuan mengangsur.

17 5. Kurangnya sosialisasi yang mendalam tentang program baik kepada anggota kelompok maupun masyarakat pada umumnya menyebabkan pemahaman tentang program hanya sekedar proses peminjaman, penyaluran dan pengembalian dana pinjaman saja. 6. Keterlibatan kepala dusun, kepala desa terhadap kedua program hanya terjadi pada awal perguliran dana, yaitu ketika sosialisasi dan proses peminjaman saja. Sementara keterlibatan untuk pengawasan atau tanggung jawab moral terhadap pelaksanaan kegiatan sangat kurang. Masih ada anggapan dari pengurus lingkungan bahwa tanggungjawab kegiatan ada di pengelola program, padahal dalam PPK terdapat pengembalian jasa pinjaman untuk dusun. Dari hasil evaluasi program pengembangan masyarakat di atas, meskipun kedua program memiliki kesamaan, namun Program Pengembangan Masyarakat (PPK) lebih dapat memberdayakan masyarakat melalui kelompok-kelompok masyarakat yang sudah ada dan dapat menghidupkan kembali forum-forum komunikasi pembangunan seperti musyawarah dusun, musyawarah desa yang dulunya tidak dapat berjalan rutin, dengan adanya PPK dapat dilaksanakan secara rutin, sehingga aspirasi masyarakat untuk kemajuan wilayahnya dapat tersalur, meskipun dalam pelaksanaannya belum optimal. Hal ini dapat dilihat pada saat musyawarah dusun yang diselenggarakan setiap bulan untuk membahas pengajuan pinjaman dana PPK yang harus ditanda tangani Kepala Dusun dan membahas rencana penggunaan dana PPK dari pengembalian jasa pinjaman yang biasanya untuk pembangunan sarana prasana dusun. Atas dasar hasil evaluasi tersebut, maka kajian ini lebih mendalami Program Pengembangan Kecamatan, khususnya pada organisasi Tim Pelaksana Kegiatan Desa dan Kelompok Pemanfaat dana PPK agar dapat efektif dalam mencapai tujuannya, sehingga dapat mendukung keberhasilan Program Pengembangan Kecamatan.

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Latar Belakang Krisis di Indonesia berlangsung panjang, karena Indonesia memiliki faktor internal yang kurang menguntungkan. Faktor internal tersebut berupa konflik kebangsaan, disintegrasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa Program Pengembangan Kecamatan;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Program Pinjaman Bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Pinjaman bergulir

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian yang didapatkan dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah kemiskinan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo Para calon penerima dana bergulir yang ingin mendapatkan fasilitas kredit dana bergulir dari Dinas

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 68 TAHUN 2008/434.013/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT A. Profil Pelaksanaan Perjanjian dalam Program Nasional

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN 1. Pengertian 1 2. Pengelola Bergulir 2 3. Penerima Manfaat Bergulir 2 4. Ketentuan

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 160 TAHUN 2014 TANGGAL 3-3 - 2014 PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN BANTUAN (COMMUNITY DEVELOPMENT) UNTUK MENGENTASKAN KEMISKINAN (CDMK) BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi sehingga cara pemecahannya diperlukan suatu strategi komprehensif, terpadu, dan terarah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran pada hasil Perencanaan Jangka Menengah (PJM) menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG nis 2006 11-08-2006 1.2005Draft tanggal, 28 Juli 2006 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA PENJAMINAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN ORGANISASI LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN DANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut para ahli, kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan, karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL - 1

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN 5.1. Evaluasi Persiapan (Input) Program Sebelum kegiatan pinjaman bergulir dalam kelurahan yang bersangkutan dimulai,

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang Mengingat : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang sangat kompleks. Kemiskinan dapat dilihat dari dua sudut, yaitu material dan kultural. Dua sudut pandang tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut diberlakukannya Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-1998 belum menunjukkan angka yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.403, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. BSPS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2018 2018 TENTANG BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2012 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Lebih terperinci

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG W/ W Menimbang Mengingat BADAN KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, a. bahwa Kebijakan Pokok

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 63 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 15 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam merealisasikan kesejahtraan masyarakat.program

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam merealisasikan kesejahtraan masyarakat.program BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Objek Penelitian Penanggulangan kemiskinan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan operasional merupakan komitmen pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggapi segala hal masyarakat semakin kritis untuk menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggapi segala hal masyarakat semakin kritis untuk menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Akan tetapi penanganannya selama

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan adalah salah satu masalah kemanusiaan yang sedang dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut karena kemiskinan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. danusahanya sudah berjalan sejak tahun Pada tanggal 20 Juli 2007

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. danusahanya sudah berjalan sejak tahun Pada tanggal 20 Juli 2007 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam (UEK- SP) Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam sudah lama berkembang danusahanya sudah berjalan sejak

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DANA REVOLVING KEGIATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA MISKIN DAN ALIH PROFESI PENAMBANG PASIR KABUPATEN BANTUL TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci