PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA"

Transkripsi

1 98 PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA Sumaryadi (2005), menyatakan bahwa perencanaan adalah salah satu fungsi dari seluruh proses manajemen untuk pencapaian tujuan tertentu. Prinsip yang dipegang sebagai acuan dalam menyusun tujuan dan cara-cara bagaimana mencapai tujuan baik yang bersifat jangka pendek, menengah maupun panjang adalah harus diarahkan pada pemandirian masyarakat dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Atau dengan kata lain pembangunan ditujukan untuk kemandirian masyarakat. Konsisten dengan hal itu maka program pemberdayaan komunitas dirancang untuk meningkatkan kehidupan seluruh komunitas dengan partisipasi aktif, melalui inisiatif yang datang dari komunitas itu sendiri. Maksudnya adalah supaya komunitas dapat menentukan keputusan berkenaan dengan nasib masa depannya sendiri, dalam rangka pencapaian kemandirian komunitas. Selaras dengan adagium pekerjaan sosial, yaitu to help people to help themselves, memandang orang miskin bukan sebagai objek pasif yang hanya dicirikan oleh kondisi dan karakteristik kemiskinan, tetapi merupakan aktor yang memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan yang sering digunakannya dalam mengatasi berbagai permasalahan ekonomi seputar kemiskinannya. Ada tiga alasan utama mengapa partisipasi aktif dari komunitas menjadi penting dalam penyusunan program pemberdayaan komunitas. Pertama, adalah melalui partisipasi komunitas dapat diperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap komunitas setempat, yang tanpa kehadirannya maka program akan mengalami kegagalan. Kedua, bahwa komunitas lebih mempercayai program pembangunan jika dilibatkan dalam proses, persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program tersebut. Ketiga, adanya anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila komunitas dilibatkan dalam pembanguan masyarakat. Dalam rangka penyusunan program kegiatan yang partisipatif dan berbasis pada potensi yang ada di Desa Kudi, maka hasil kajian yang sudah dijabarkan

2 99 pada uraian sebelumnya dijadikan bahan untuk menyusun rencana kegiatan. Tahapan dalam menyusun rancangan tersebut meliputi; 1. Identifikasi potensi penguatan kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga. 2. Identifikasi permasalahan dalam penguatan kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga. 3. Identifikasi permasalahan dan kebutuhan komunitas pada aras kelompok. 4. Identifikasi permasalahan dan kebutuhan komunitas pada aras individu. 5. Penyusunan program. Identifikasi Potensi Penguatan Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga Dalam sebuah diskusi kelompok yang terfokus dibahas potensi-potensi yang dapat dikembangkan dalam upaya pemberdayaan terhadap komunitas di Desa Kudi. Potensi tersebut dirinci dalam kategori asset komunitas yang terdiri dari; sumberdaya manusia (human asset), sumberdaya alam (natural asset), sumberdaya kelembagaan (social and institutional asset), dan sumberdaya buatan (man made asset). Penduduk Desa Kudi yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani merupakan potensi sumberdaya manusia yang cukup strategis, karena mereka merupakan golongan mayoritas yang memungkinkan dapat diorganisir menjadi sebuah kekuatan dalam masyarakat. Semangat kerja keras dan nilai-nilai kerjasama yang ada didalamnya merupakan potensi yang dapat dikembangkan kearah pengembangan masyarakat. Sumberdaya lokal yang mendukung terhadap penguatan kelembagaan antara lain adalah lahan yang luas. Meskipun tergolong pada lahan tandus dan marjinal, akan tetapi pemanfaatan lahan sangat diperlukan untuk berlangsungnya sebuah aktivitas usaha pertanian dalam arti luas. Hasil-hasil produksi pertanian, peternakan, dan kehutanan, yang belum dapat dipasarkan secara luas memiliki potensi untuk dapat dikembangkan melalui penguatan kelembagaan. Komunitas sudah memiliki kelembagaan yang dukungan dari pihak; kelembagaan pemerintahan (Pemerintah Kabupaten),

3 100 kelembagaan keuangan (BPR). Merupakan peluang positif yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan kelembagaan. Sumber dana yang telah ada menjadi milik kelompok dari bantuan modal, merupakan potensi yang cukup baik untuk pengembangan usaha. Asset lainnya yang berupa sumberdaya buatan, walaupun relatif sederhana dapat menopang aktivitas dari kelembagaan di Desa Kudi. Jalan darat yang menghubungkan antar daerah, bendungan dan aliran irigasi teknis. Kesemuannya itu dapat dijadikan sebagai sarana dan prasarana untuk penguatan Kelembagaan Koperas RT. Identifikasi Permasalahan dalam Penguatan Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga Berdasarkan kajian secara komprehensif tentang potensi yang ada di masyarakat dan hasil evaluasi terhadap program pengembangan masyarakat yang telah dilaksanakan dapat dipelajari bahwa program pemberdayaan yang telah berjalan belum mampu memberdayakan anggota yang sebagian besar adalah petani miskin. Hasil analisis terhadap kelembagaan diketahui; (i) Kapasitas anggota dan pengurus masih lemah, yaitu tingkat pendidikan anggota rendah, tingkat pendapatan anggota rendah, pengetahuan pengurus tentang perkoperasian dan kemampuan manajemen usaha masih rendah; (ii) Modal sosial yang ada pada masyarakat belum dapat dikembangkan, yaitu tingkat kepercayaan antar anggota maupun dengan pengurus masih rendah, jaringan kerja masih terbats; (iii) Kondisi lingkungan belum kondusif untuk dapat mendorong terjadinya proses penguatan kelembagaan, yaitu lahan yang tandus, kebijakan pemerintah yang tidak peka sosial, dukungan dari berbagai pihak (pemerintah, swasta, dan LSM) masih lemah. Berkaitan dengan hal tersebut maka kinerja kelembagaan belum dapat mencapai hasil yang optimal. Di sisi lain, kapasitas individu petani miskin juga menjadi faktor lainnya yang berkaitan dengan penguatan kelembagaan. Dengan demikian untuk menyusun program penguatan kelembagaan dapat dilihat dari dua aras yang saling berkaitan, yaitu aras kelompok atau dan aras individu atau rumahtangga petani miskin sebagai anggota.

4 101 Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Komunitas Pada Aras Kelompok Upaya untuk mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan komunitas petani miskin pada aras kelompok, dilaksanakan dengan wawancara mendalam dan diskusi kelompok dengan anggota dan pengurus yang tergolong sebagai petani miskin. Hasil identifikasi dibahas dalam Diskusi Kelompok Terfokus terhadap perwakilan anggota dan pengurus, dan aparat desa, untuk bersama-sama menyusun lebih rinci dan menyusun skala prioritas permasalahan. Dari hasil diskusi kelompok terfokus tersebut dihasilkan suatu kesimpulan bahwa masalah inti yang dihadapi oleh yang belum dapat memberdayakan anggota adalah karena kinerja yang belum optimal. Hal ini berkaitan dengan adanya berbagai kendala dan masalah yang dihadapi pada masing-masing kelembagaan. Kasus 04 Dusun Sukosari, masalah utama yang dihadapi untuk dapat mengoptimalkan kinerja dalam rangka pemberdayaan anggota adalah masih lemahnya kapasitas anggota yang sebagian besar adalah petani miskin. Sehingga mereka belum dapat memanfaatkan pelayanan yang diberikan oleh. Kasus 02 Dusun Setren, masalah utamanya adalah terletak pada sistem pengelolaan yang masih dilakukan secara tradisional. Berkaitan dengan hal tersebut maka 02 Dususn Setren tidak mampu berinteraksi dengan pelaku ekonomi lain yang pengelolaan usahanya sudah menerapkan sistem manajemen modern. Kasus 02 Dusun Pundung masalah utama yang dihadapi adalah masih sangat mendasar, yaitu masalah kepemimpinan dan belum adanya kesadaran kelompok dalam kehidupan berkoperasi. Berkaitan dengan hal itu maka 02 Dusun Pundung menghadapi permasalahan baik dalam hal pengelolaan maupun pelayanan. Identifikasi permasalahan pada tiga kasus di Desa Kudi dapat dilihat pada Tabel 17.

5 102 Tabel 17. Identifikasi permasalahan aras kelompok pada tiga kasus Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 No Masalah Utama Penyebab Alternatif Pemecahan 1. Pelayanan belum dapat diakses secara optimal oleh petani miskin Masih lemahnya kapasitas petani miskin (Kasus 04 Dusun Sukosari) Peraturan yang dikembangkan oleh Kelembagaan tidak sesuai dengan kondisi sosial komunitas Meningkatkan kapasitas petani miskin; Pelatihan ketrampilan usaha Pendampingan Membangun peraturanperaturan yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi anggota 2. Kurang mampu dalam pengelolaan usaha (Kasus 02 Dusun Setren) 3. Fungsi dan peranan Kelembagaan Koperasi RT tidak jelas (Kasus 02 Dusun Pundung) 4. Asset yang dimiliki kecil (Kasus pada semua ) 5. Jaringan kerja dan jenis usaha yang dikembangkan masih terbatas Pengetahuan pengurus dan anggota tentang perkoperasian dan manajemen usaha masih sangat terbatas Kelembagaan masih disatukan dengan struktur Kelemb agaan RT; Struktur kepengurusan menjadi satu dengan kepengurusan RT Pemupukan modal usaha kecil Tingkat pendapatan anggota rendah Kesadaran anggota untuk menabung masih rendah Kurang adanya kerjasama antar anggota, sesama koperasi, maupun dengan swasta Meningkatkan pengetahuan pengurus dan anggota tentang perkoperasian; Pendidikan perkoperasian Pelatihan manajemen usaha Memisahkan dengan struktur Kelembagaan RT; pembentukan kepengurusan baru Meningkatkan modal usaha ; Meningkatkan simpanan pokok dan simpanan wajib anggota Menyehatkan pengembalian pinjaman (pokok dan jasa bunga) Meningkatkan kerjasama antar anggota, sesama koperasi, dan menjalin hubungan kerjasama dengan swasta Perluasan jenis usaha; Membuka usaha baru yang berbasis pada komunitas (perdagangan hasil pertanian dan pengadaan sarana produksi pertanian) Sumber; Diolah dari hasil FGD

6 103 Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Komunitas Pada Aras Individu Meskipun masalah penguatan kelembagaan terfokus pada pendekatan kelompok namun penguatan kapasitas individu juga merupakan unsur penting. Karena efektivitas kinerja organisasi akan dapat dicapai dengan baik apabila efektivitas kinerja individu sudah dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil kajian terhadap keberdayaan yang sebagian besar anggotanya adalah petani miskin. Diperoleh beberapa permasalahan pokok individu petani miskin yang berkaitan dengan penguatan Kelembagaan. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Identifikasi permasalahan aras individu pada tiga kasus Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 No Masalah Utama Penyebab Alternatif Pemecahan 1. Keterlibatan individu dalam pengambilan keputusan masih rendah Pelatihan dinamika kelompok (Kasus 04 Dusun Sukosari dan 02 Dusun Pundung) 2. Kesulitan memperoleh sarana produksi pertanian (pupuk, obat-obatan) dan harga mahal Terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan individu dalam pemecahan masalah Rendahnya kepercayaan diri dalam interaksi sosial Masih dominannya peran tokoh dalam proses pengambilan keputusan Masih langkanya pelaku usaha lokal yang menyediakan sarana prasarana pertanian dan mampu menampung hasil produksi pertanian Pelatihan partisipatif Membentuk usaha kelompok di bidang pertanian yang difasilitasi Kesulitan dalam pemasaran hasil produksi pertanian dan tidak ada kepastian harga jual (Kasus pada semua ) 3. Tidak memiliki usaha lain selain dibidang pertanian (Kasus pada semua ) Terbatasnya perolehan informasi Terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan usaha (tidak mampu melihat peluang usaha) Terbatasnya modal Melakukan kerjasama antar dan memperluas jaringan kerja dengan kelembagaan lain Menciptakan lapangan kerja baru; Pelatihan ketrampilan dan manajemen usaha Bantuan modal usaha Sumber; Diolah dari hasil FGD

7 104 Penyusunan Program Kerja Aras Kelompok dan Individu Berdasarkan identifikasi masalah dan kebutuhan yang ada sebagaimana telah dijelaskan pada uraian sebelumnya, selanjutnya dipilih alternatif kegiatan untuk mengatasi permasalahan tersebut secara bersama-sama dengan pengurus dan anggota, tokoh koperasi, petugas pembina Kopersi RT, dan aparat desa setempat dalam forum diskusi yang terfokus. Hasil diskusi tentang penetapan rencana kegiatan tersebut dikategorikan ke dalam empat strategi pokok Penguatan Kelembagaan, yaitu; 1. Penguatan struktur dan kultur kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga 2. Penguatan kapasitas komunitas petani miskin 3. Penguatan ekonomi kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga 4. Pengembangan jenis usaha dan perluasan jaringan kerja kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga Penguatan Struktur dan Kultur Kelembagaan Prioritas program ditujukan untuk 02 Dusun Pundung. Program ini bertujuan untuk memperbaiki struktur dan kultur kelembagaan yang ada di komunitas. Karena dengan keberadaan yang masih dikelola dan menjadi satu dengan kelembagaan RT maka peran dan fungsi kelembagaan menjadi tidak jelas. Nilai-nilai dan norma yang dikembangkan juga masih dipengaruhi dengan nilai-nilai yang ada pada kelembagaan RT. Kelembagaan RT sebagai kelembagaan pemerintahan, memiliki peran dan fungsi melakukan tugas di bidang pelayanan umum (pemerintahan, kemasyarakatan, dan pembangunan). Sedangkan sebagai kelembagaan ekonomi atau badan usaha, meskipun berwatak sosial akan tetapi pada dasarnya memiliki peran dan fungsi melakukan kegiatan usaha yang tunduk pada hukum ekonomi dan prinsip-prinsip koperasi. Sehingga struktur dan kultur yang dikembangkan dalam kelembagaan perlu dipisahkan dengan struktur dan kultur kelembagaan RT.

8 105 Dengan adanya pemisahan struktur dari struktur RT maka posisi dan peran pada masing-masing pengurus maupun anggota menjadi jelas. Meskipun kegiatan masih menjadi satu dengan kegiatan RT, dengan adanya perbedaan peran dan fungsi pada masing-masing kelembagaan, maka warga juga akan mudah untuk memposisikan dirinya, kapan dia berkedudukan sebagai anggota warga RT dan kapan berperan sebagai anggota. Dengan demikian hak dan kewajiban mereka akan semakin jelas dan mudah disadarinya. Prioritas program adalah 02 Dusun Pundung, dan untuk mengimplementasikan maksud dan tujuan program maka beberapa kegiatan yang dilakukan adalah; (i) Sosialisasi nilai-nilai koperasi dan pembentukan struktur organisasi ; dan (ii) Pemilihan kepengurusan. Rincian rencana kegiatan dijabarkan pada Tabel 19. Sosialisasi Nilai-Nilai Koperasi dan Pembentukan Struktur Organisasi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperjelas dan memperkuat keberadaan, fungsi dan peran. Pelaksana kegiatan adalah seluruh warga RT atau anggota. Struktur organisasi yang dibentuk menyesuaikan dengan kondisi dan kemampuan komunitas. Sehingga dalam pembentukkan struktur organisasi tidak bersifat baku. Tim pengembangan tingkat desa bertugas memfasilitasi kegiatan pembentukan struktur organisasi. Waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan ini ditentukan pada tanggal 25 Juli Tempat menyesuaikan kesepakatan dengan komunitas (rumah kediaman ketua RT), sehingga diharapkan kegiatan ini dapat diikuti oleh seluruh warga RT atau anggota. Sebelum kegiatan dilaksanakan, tim pengembangan memberikan penguatan kepada komunitas dengan mensosialisasikan tentang perkoperasian dan bagaimana cara berkoperasi yang baik dan benar. Penanaman terhadap nilai-nilai koperasi perlu disampaikan kepada komunitas. Selanjutnya Tim pengembangan memandu forum diskusi pembentukan struktur organisasi yang harus dipisahkan dengan struktur organisasi RT.

9 106 Diskusi dilaksanakan oleh seluruh warga RT atau anggota. Setelah warga RT berhasil membuat struktur organisasi dan menentukan peran masing-masing bagian yang ada dalam struktur organisasi, kegiatan selanjutnya adalah warga RT mengadakan pemilihan kepengurusan dan memberi nama tersebut yang dapat membedakan antara satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh; Mandiri. Pemberian identitas ini, dapat membantu dalam menghilangkan kesan terhadap yang sulit dibedakan dengan RT. Pemilihan Kepengurusan. Kegiatan pemilihan kepengurusan merupakan kegiatan lanjutan dari penguatan struktur kelembagaan. Berkaitan dengan hal itu maka pelaksanaan kegiatan waktu dan tempat adalah bersamaan dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut. Pelaksana kegiatan adalah seluruh anggota. Kegiatan difasilitasi oleh tim pengembangan. Tujuan dilaksanakannya kegiatan pemilihan kepengurusan baru pada adalah; disamping dimaksudkan untuk memperbaiki pengelolaan usaha yang dilakukan oleh, kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran aktif dari seluruh anggota dan menanamkan nilai-nilai demokrasi yang ada dalam koperasi kepada komunitas. Sehingga dalam proses pemilihan kepengurusan tersebut harus bersifat demokratis dan partisipatif. Artinya seluruh anggota harus berperan aktif dalam mengikuti proses jalannya pemilihan kepengurusnan, setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk dapat duduk sebagai pengurus, satu orang anggota memiliki hak satu suara dan bebas menentukan dukungannya.

10 107 Tabel 19. Rencana kegiatan penguatan struktur dan kultur kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 Masalah Tujuan Kegiatan Pelaksana Instansi Pendukung Memperjelas dan 1. Penguatan Seluruh Pemerintah memperkuat struktur dan warga RT 02 Desa Kudi keberadaan, peran kultur dan fungsi Koperasi kelembagaan RT Struktur kepengurusan masih menjadi satu dengan struktur kepengurusan RT (Kasus pada 02 Dusun Pundung) Menanamkan nilainilai koperasi kepada komunitas Memperbaiki pengelolaan usaha simpan pinjam 2. Pemilihan kepengurusan Tim pengembangan tingkat desa Waktu & Tempat Dilaksanakan 25 Juli 2006 Bertempat di Rumah kediaman Ketua RT 02 Dusun Pundung Mekanisme/Metode 1. Kegiatan difasilitasi oleh Tim pengembangan tingkat desa 2. Sebelum dilakukan kegiatan penguatan struktur kelembagaan, tim pengembangan memberikan sosialisasi tentang perkoperasian 3. Dalam penguatan struktur kelembagaan perlu disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan komunitas 4. Dala m hal pemilihan kepengurusan, Proses pemilihan dilakukan secara demokratis dan partisipatif Prioritas 02 Dusun Pundung 107

11 108 Penguatan Kapasitas Komunitas Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani miskin baik kemampuan secara kelompok maupun individu. Program ini merupakan upaya meningkatkan kapasitas sumberdaya petani miskin melalui perubahan sikap dan perilaku, sehingga mampu mengelola usaha kelompoknya (), memiliki kepercayaan diri dalam berinteraksi sosial, mampu membaca peluang usaha dan mampu mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya secara efekektif dan efesien. Sebagai implementasi dari program ini maka kegiatan yang dilakukan adalah meliputi; (i) Pelatihan manajemen usaha koperasi; dan (ii) Pelatihan teknis ketrampilan usaha; pengupasan mete dan batik tulis. Rincian rencana kegiatan disajikan pada Tabel 20. Pelatihan Manajemen Usaha Koperasi. Kegiatan ini merupakan upaya meningkatkan kapasitas kelompok khususnya pengurus dalam mengelola usahanya sehingga mampu mengarahkan anggotanya untuk berperan secara aktif dalam pencapaian yang diharapkan bersama. Selain kegiatan itu diharapkan mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya kelompok dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Pelaksana kegiatan adalah Pengurus yang berpredikat sebagai petani miskin yang didukung oleh Pemerintah Desa kudi, Pemerintah Kecamatan Batuwarno dan Dinas PERINDAGKOP dan PENDAL Kabupaten Wonogiri. Materi pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan peserta dan dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan pengalaman masing-masing peserta dengan prioritas 02 Dusun Setren. Waktu pelaksanaan kegiatan ini, dilakukan pada saat musim petani tidak banyak pekerjaan merawat usaha pertaniannya di sawah, yaitu Bulan Juli Lamanya waktu pelatihan lima hari dengan metode ceramah, tanya jawab, dan praktek. Tempat pelatihan di SD Negeri II Desa Kudi. Setelah peserta selesai mengikuti pelatihan, dilakukan evaluasi bersama yang dibuat oleh pelatih dan peserta.

12 109 Pelatihan Ketrampilan Teknis Usaha. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada petani miskin, yang memiliki minat dan berkeinginan untuk melakukan usaha akan tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup terhadap bidang usaha yang ingin ditekuninya. Kegiatan pelatihan ketrampilan teknis usaha yang dilaksanakannya lebih banyak latihan dan praktek secara langsung terhadap materi pelatihan daripada teori. Materi pelatihan sesuai dengan yang dikehendaki komunitas yaitu; pelatihan pengupasan mete dan batik tulis. Pilihan terhadap materi pelatihan tersebut memungkinkan untuk dilaksanakan, karena disamping diinginkan oleh komunitas, juga potensi lokal mendukung, Pada hakekatnya komunitas sudah melaksanakan usaha tersebut akan tetapi pengerjaannya masih belum baik. Selama ini mereka hanya mengupas mete dengan alat yang sederhana dan penanganannya masih dengan cara-cara yang tradisional. sehingga hasil kupasan kacang mete banyak yang pecah, sedangkan yang diminati oleh konsumen/pasar adalah dibutuhkan kacang mete yang kering, bersih dan utuh. Sedangkan pada kegiatan pelatihan batik tulis yang dibutuhkan oleh komunitas adalah ketrampilan dalam membuat motif dan corak batik. Karena selama ini mereka hanya menjadi buruh pekerja nutul kain mori yang sudah ada coraknya yang didatangkan dari kota Solo. Dalam kegiatan ini Pemerintah Desa Kudi bekerjasama dengan Dinas PERINDAGKOP dan PENDAL Kabupaten Wonogiri memfasilitasi kegiatan pelatihan. Pemerintah Desa Kudi memfasilitasi penyediaan tempat dan bahan baku pelatihan, sedangkan Dinas Perindagkop dan Pendal Kabupaten Wonogiri adalah menyediakan pelatih dan materi pelatihan. Waktu pelaksanaan kegiatan ini, dilakukan pada saat musim petani tidak banyak pekerjaan merawat usaha pertaniannya di sawah, yaitu Bulan Juli Lamanya waktu pelatihan 5 hari dengan metode ceramah, tanya jawab, dan praktek. Tempat pelatihan di Balai Desa Kudi. Setelah peserta selesai mengikuti pelatihan, dilakukan evaluasi bersama yang dibuat oleh pelatih dan peserta.

13 110 Tabel 20. Rencana kegiatan penguatan kapasitas komunitas di Desa Kudi Tahun 2006 Masalah Tujuan Kegiatan Pelaksana Instansi Pendukung Waktu & Tempat Mekanisme/Metode Meningkatkan Pelatihan Pengurus Dinas Juli 2007 kemampuan petani manajemen Perindagkop dan (5 hari) miskin supaya usaha yang Pendal mampu mengelola koperasi berpredikat Kabupaten Tempat SD usaha sebagai petani Wonogiri Negeri II Desa dengan baik miskin Kudi (sesuai dengan Tim kaidah-kaidah pengembangan manajemen koperasi) Kabupaten Kurang mampu dalam pengelolaan usaha (Kasus pada 02 Dusun Setren) Pemerintah Desa Kudi 1. Pelatihan difasilitasi oleh Pemerintah Desa Kudi 2. Peserta pelatihan diutamakan kepada pengurus yang berpredikat sebagai petani miskin 3. Identifikasi pelatihan sesuai dengan kebutuhan latihan bagi peserta sesuai tingkat kemampuan masing-masing 4. Materi disusun oleh Tim pengembangan Koperasi RT dari Dinas Perindag Kop dan Pendal Kabupaten Wonogiri 5.Metode yang digunakan; ceramah, diskusi, dan praktek 6.Evaluasi dilaksanakan oleh pelatih dan peserta dengan indikator yang ditetapkan secara bersama. Prioritas 02 Dusun Setren 110

14 111 Tabel 20. (sambungan) Tidak memiliki usaha selain dibidang pertanian (Kasus Koperasi RT 04 Dusun Sukosari) Memberikan Pelatihan Anggota Dinas Juli 2007 (lima ketrampilan usaha ketrampilan Perindagkop dan hari) supaya petani teknis usaha; Pendal memiliki peluang pengupasan Tim Kabupaten Tempat Balai untuk dapat mete dan pengembangan Wonogiri Desa Kudi bekerja dan batik tulis berusaha selaian di Kabupaten bidang pertanian Pemerintah Desa Kudi 1.Pelatihan difasilitasi oleh Pemerintah Desa Kudi; penyediaan tempat, bahan baku untuk praktek 2.Peserta pelatihan diutamakan kepada anggota yang berpredikat sebagai petani miskin, dan belum memiliki usaha lainnya selain bertani/buruh tani 3.Pelatih, dan peralatan untuk praktek pelatihan dari Tim pengembangan dari Dinas Perindag Kop dan Pendal Kabupaten Wonogiri 4.Metode yang digunakan; ceramah, diskusi, dan praktek 5.Evaluasi dilaksanakan oleh pelatih dan peserta dengan indikator yang ditetapkan secara bersama. 04 Dusun Sukosari 111

15 112 Penguatan Ekonomi Kelembagaan. Program ini merupakan strategi ketiga setelah adanya penguatan struktur maupun kultur, dan Penguatan kapasitas komunitas. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan asset dan mendidik petani miskin untuk gemar berinvestasi dan memiliki keberanian untuk melakukan usaha. Sasaran program adalah seluruh yang ada di Desa Kudi. Setelah komunitas memahami dan menyadari cara-cara berkoperasi yang baik dan benar serta mampu mengelola usahanya, maka mereka diajak untuk berinvestasi dengan meningkatkan simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan mana suka. Komunitas juga harus mulai berani untuk berinteraksi dan memanfaatkan fasilitas program pemberdayaan yang telah disediakan oleh pihak pemerintah, yaitu adanya pinjaman sangat lunak dari BPR. Untuk dapat mencapai hal tersebut di atas, sebagai implementasi dari program ini, kegiatan yang dilakukan adalah meliputi; (i) Meningkatkan simpanan anggota yang terdiri dari; simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan mana suka anggota; (ii) Mengajukan pinjaman ke BPR. Rincian rencana kegiatan disajikan pada Tabel 21. Meningkatkan Simpanan Anggota. Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk modal dan meningkatkan asset. Kegiatan dilakukan secara swadana oleh anggota. Bagi yang belum melaksanakan simpanan anggota secara tertib, maka kegiatan awal adalah menertibankan pemupukan modal dengan cara mengadakan simpanan anggota. Sedangkan bagi yang telah melaksanakan simpanan anggota secara rutin sebagaimana disebutkan di atas, maka simpanan tersebut dinaikkan. Jumlah dan besaran simpanan anggota disesuaikan dengan kemampuan komunitas. Untuk batas maksimal tidak ditentukan akan tetapi batas minimal harus dibatasi pada masing-masing anggota ; 1. Simpanan pokok : Lima Belas Ribu Rupiah per anggota 2. Simpanan wajib : Satu Ribu Rupiah per anggota per bulan 3. Simpanan mana suka : Lima Ratus Rupiah per anggota per bulan

16 113 Untuk memotivasi anggota gemar berinvestasi, maka harus melaksanakan aturan yang adil, yaitu dengan cara memberikan batasan maksimal kepada anggotanya berdasarkan jumlah tabungan yang ada pada. Selanjutnya juga harus membagikan Sisa Hasil Usaha supaya anggota dapat menikmati manfaat mereka berinvestasi. Sehingga pada saat tutup buku akhir tahun kegiatan anggota diajak untuk meningkatkan tabungannya diharapkan tidak banyak mengalami kendala. Simpanan pokok minimal setiap tiga tahun sekali dinaikkan, sedangkan untuk simpanan wajib dinaikkan setiap pergantian tahun. Waktu untuk melaksanaklan kegiatan ini dapat dilaksanakan sewaktu-waktu mulai Bulan Januari Bertempat pada masing-masing dilaksanakannya aktivitas atau kegiatan usaha simpan pinjam. Melakukan Pinjaman Kepada BPR. Kegiatan ini merupakan upaya penggalian potensi terhadap sumber-sumber keuangan yang memungkinkan dapat dijangkau oleh komunitas. Karena pihak perbankkan memiliki aturan yang sudah baku, maka sebaiknya komunitas menyesuaikan diri sehingga dapat berinteraksi dengan pihak bank. Oleh karena itu kegiatan ini dilaksanakan setelah diadakan pembenahan organisasi dan manajemen, serta penguatan kapasitas petani miskin baik secara individu maupun kelompok. Maksud dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan uang tunai dalam jumlah yang layak digunakan usaha ekonomi produktif. Waktu untuk melaksanaklan kegiatan dapat dilaksanakan sewaktu-waktu mulai Bulan Januari Bertempat pada masingmasing. Pelaksana kegiatan pinjaman kepada BPR Kecamatan Batuwarno ini adalah pengurus beserta anggota. Besarnya jumlah pinjaman yang diajukan adalah Satu Juta Rupiah dengan besaran bunga pinjaman lima persen per tahun. Pengembalian pinjaman dilakukan dengan cara diangsur sebanyak tiga puluh enam kali atau selama tiga tahun. Pihak penjamin pinjaman adalah Pemerintah Kabupaten Wonogiri.

17 114 Tabel 21. Rencana kegiatan penguatan ekonomi kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 Masalah Tujuan Kegiatan Pelaksana Instansi Waktu & Mekanisme/Metode Pendukung Tempat Meningkatkan Anggota BPR Kecamatan modal usaha Batuwarno Pemupukan modal usaha kecil (Kasus pada semua ) 1. Meningkatkan simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan mana suka anggota 2. Mengajukan pinjaman ke BPR Pemerintah Kabupaten Wonogiri Dilaksanakan setiap waktu mulai Bulan Januari 2007 Tempat aktivitas A. Meningkatkan Simpanan Anggota; 1. Penentuan besarnya simpanan pokok, wajib, dan mana suka disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anggota batas minimal; - Simpanan pokok : Rp per anggota - Simpanan wajib : Rp per anggota per bulan - Simpanan mana suka: Rp. 500,- per anggota per bulan 2. Besarnya simpanan anggota digunakan untuk menentukan batas maksimal pinjaman masing-masing anggota. 3. Penambahan simpanan pokok ditingkatkan setiap tiga tahun sekali 4. Penambahan simpanan wajib ditingkatkan setiap pergantian tahun 114

18 115 Tabel 21. (sambungan) B. Pengajuan pinjaman BPR; 1. Mengajukan pinjaman untuk tambah modal pada BPR Kecamatan Batuwarno Rp ,- 2. Besarnya bunga pinjaman 5% per tahun dengan perincian; - PAD: 1% - Operasional : 1% - BKK : 1% 3. Pengembalian dilakukan dengan cara diangsur 36X (tiga tahun) 4. Pihak penjamin pinjaman adalah Pemerintah Kabupaten Wonogiri 115

19 116 Pengembangan Jenis Usaha dan Perluasan Jaringan Kerja Kelembagaan Program ini merupakan strategi tahap akhir dalam penguatan kelembagaan dalam rangka pemberdayaan anggota. Program ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota yang sebagian besar adalah petani miskin. Untuk dapat memberdayakan mereka, dituntut mampu memberikan pelayanan kepada anggota secara optimal. Kondisi kemiskinan yang dialami oleh petani miskin menjadikan mereka memiliki banyak keterbatasan dalam meningkatkan usahanya. Mereka mengalami ketidakberdayaan dalam memperoleh sarana produksi dengan harga yang murah, dan tidak memiliki harga tawar yang tinggi pada saat penjualan hasil panenanya. Sehingga keuntungan yang didapat dari usaha pertaniannya tersebut tidak memadai (mendapatkan keuntungan yang layak). Kebanyakan petani miskin dalam pengadaan kebutuhan sarana produksi usahanya (pupuk, pestisida, benih, dll.) masih dilakukan secara individu dan harus menempuh tempat yang cukup jauh dari daerahnya. Dilihat dari jumlah barang yang didapat dengan biaya yang harus dikeluarkannya (transportasi) sangat tidak efisien. Demikian juga ketika menjual hasil panenanya yang sedikit, mereka harus banyak mengeluarkan ongkos untuk tenaga dan transportasi yang banyak. Hal inilah yang melatar belakangi petani miskin menghendaki mampu berperan membantu mengatasi kesulitan usaha yang dialami oleh petani miskin tersebut. Untuk maksud itulah maka beberapa kegiatan yang dilakukan dalam program ini adalah; (i) membuka usaha baru, yaitu melakukan kegiatan perdagangan dengan menyediakan sarana produksi untuk usaha pertanian, dan membeli hasil produksi pertanian; (ii) Membangun kerjasama dengan pelaku ekonomi lain, yaitu KUD maupun pihak swasta yang usahanya bergerak di bidang pertanian. Rincian rencana ditunjukkan pada Tabel 22. Membuka Usaha Baru. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu petani miskin dalam melakukan kegiatan usahanya supaya lebih produktif. Sehingga hasil keuntungan yang didapatkan akan meningkat. Demikian pula sebaliknya

20 117 manfaat yang dapat diperoleh bagi adalah adanya pemasukan atau penambahan keuntungan usaha. Dengan adanya kegiatan tersebut maka keuntungan proses kegiatan ekonomi tidak keluar dari komunitas. Karena perolehan keuntungan yang didapat oleh pada akhirnya juga dinikmati oleh komunitas. Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada bulan Oktober 2007 oleh seluruh anggota dan pengurus, dengan mekanisme kegiatan sebagai berikut; 1. Pelayanan pengadaan sarana produksi pertanian; a. Koperasi Menginfentarisir sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani miskin (pestisida, pupuk, benih, dll.) b. melakukan pengadaan bahan saprodi c. mendistribusikan sarana produksi pertanian kepada petani miskin yang membutuhkan d. Sistem pembayaran disesuaikan dengan kemampuan masing-masing petani miskin 2. Pelayanan pembelian hasil produksi pertanian; a. Hasil pertanian ditampung (pengepul) oleh b. Penentuan harga sesuai kesepakatan dengan petani miskin c. memasarkan hasil tampungan produksi pertanian yang berasal dari petani miskin d. Sistem pembayaran kepada petani miskin dilakukan dengan cara-cara yang disepakati bersama Membangun Kerjasama dengan Kelembagaan Lain. Kerjasama dengan kalangan dunia usaha bertujuan untuk membuka, menyiapkan dan mengembangkan akses pasar dan manfaat kesejahteraan laiinnya. Prinsip dalam kerjasama ini adalah; saling menguntungkan atau saling memperkuat (sinergi), yaitu; (i) Adanya keterlibatan petani miskin () dalam pengambilan keputusan dalam berbagai kegiatan usaha; (ii) Memberikan ruang yang cukup bagi petani miskin () untuk menentukan pilihan dan mengatur sumberdaya sendiri; (iii) Adanya tanggung jawab bersama terhadap keputusan

21 118 yang diambil; (iv) Sistem dan prosedur kerjasa mudah dan bersifat terbuka; (v) Masing-masing memiliki kedudukan yang setara, dan saling menghormati. Untuk dapat terlaksanakannya kegiatan ini, maka peran secara aktif dari Pemerintah Desa Kudi, Pemerintah Kecamatan Batuwarno dan Dinas Perindagkop dan Pendal Kabupaten Wonogiri sangat diperlukan. Pemerintah Desa dan Pemerintah Kecamatan memfasilitasi; (i) Pertemuan antara, petani miskin, KUD Kecamatan Batuwarno, dan pihak swasta (UD. Suluh Tani, UD. Sari Wono); dan (ii) Ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan pencapaian bentuk kerjasama. Sedangkan Dinas Perindagkop dan Pendal Kabupaten Wonogiri melakukan perlindungan terhadap dalam melakukan kerjasama dengan KUD/ UD. Sari Wono; 1. Bentuk-bentuk kerjasama antara, KUD Kecamatan Batuwarno, dan UD. Sari Wono-Sidoharjo dituangkan dalam kesepakatan tertulis yang disaksikan oleh Kepala Desa Kudi dan Camat Batuwarno, dan diketahui oleh Kepala Dinas Perindagkop dan Pendal Kabupaten Wonogiri 2. Pengenaan sangsi ijin usaha kepada terhadap pihak-pihak yang melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat bersama Kegiatan ini dilaksanakan oleh pengurus dan anggota pada Bulan Oktober 2007, dan bertempat di Balai Desa Kudi.

22 119 Tabel 22. Rencana kegiatan pengembangan jenis usaha Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 Masalah Tujuan Kegiatan Pelaksana Instansi Waktu & Mekanisme/Metode Pendukung Tempat Meningkatkan Pengurus dan KUD Kecamatan Oktober 2007 pelayanan anggota Koperasi Batuwarno kepada petani RT Bertempat di miskin Balai Desa Kudi Jenis usaha masih terbatas dan jaringan kerja terbatas (Kasus pada semua Koperasi RT) Membuka usaha baru; 1. Penyediaan sarana produksi untuk pertanian 2. Membeli hasil produksi pertanian Membangun kerjasama dengan; 1.KUD Kecamatan Batuwarno 2.Pihak swasta; UD. Suluh Tani- Wonogiri, UD. Sari Wono- Sidoharjo Pemerintah Desa Kudi Pemerintah Kecamatan Batuwarno Dinas Perindagkop dan Pendal Kabupaten Wonogiri A. Pelayanan pengadaan sarana produksi pertanian; 1. Koperasi Menginfentarisir sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani miskin (pestisida, pupuk, benih, dll.) 2. melakukan pengadaan bahan saprodi 3. mendistribusikan sarana produksi pertanian kepada petani miskin yang membutuhkan 4. Sistem pembayaran disesuaikan dengan kemampuan masing-masing petani miskin B. Pelayanan pembelian hasil produksi pertanian; 1. Hasil pertanian ditampung (pengepul) oleh Koperasi RT 2. Penentuan harga sesuai kesepakatan dengan petani miskin 119

23 120 Tabel 22. (sambungan) memasarkan hasil tampungan produksi pertanian dari petani miskin disetorkan kepada KUD/UD. Sari Wono 4. Sistem pembayaran kepada petani miskin dilakukan dengan cara-cara yang disepakati bersama C. Prinsip dalam melakukan kerjasama adalah saling menguntungkan atau saling memperkuat (sinergi) D. Pemerintah Desa dan Pemerintah Kecamatan memfasilitasi bentuk kerjasama; 5. Memfasilitasi pertemuan antara, petani miskin, KUD Kecamatan Batuwarno, dan pihak swasta (UD. Suluh Tani. UD. Sari Wono) 6. Ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan pencapaian bentuk kerjasama 120

24 121 Tabel 22. (sambungan) E. Dinas Perindagkop dan Pendal Kabupaten Wonogiri melakukan perlindungan terhadap Koperasi RT dalam melakukan kerjasama dengan KUD/ UD. Sari Wono; 1. Bentuk-bentuk kerjasama antara, KUD Kecamatan Batuwarno, dan UD. Sari Wono-Sidoharjo dituangkan dalam kesepakatan tertulis yang disaksikan oleh Kepala Desa Kudi dan Camat Batuwarno, dan diketahui oleh Kepala Dinas Perindagkop dan Pendal Kabupaten Wonogiri 2. Pengenaan sangsi ijin usaha kepada terhadap pihak-pihak yang melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat bersama 121

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS 53 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat baik perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOPERASI RUKUN TENAGGA

TINJAUAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOPERASI RUKUN TENAGGA 45 TINJAUAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOPERASI RUKUN TENAGGA Pembentukan Komunitas Menurut sejarah pembentukan komunitas, terbentuknya komunitas petani miskin sangat terkait dengan sejarah perkembangan pemerintahan

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM)

PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM) PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM) Proses Penyusunan Rencana Program Pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di tingkat Desa Tonjong

Lebih terperinci

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA. Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA. Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara untuk Petani Penyewa PEDOMAN WAWANCARA Nama : Sebastian R.S. Saragih NIM : 030901012 Judul : Pola Ketergantungan Petani Penyewa terhadap Pemilik Tanah (Studi Kasus di Desa

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008). 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Peran Kelembagaan Pertanian Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh

Lebih terperinci

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR PERATURAN DESA BATUJAJAR BARAT NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) TAHUN 2017 PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL 2-8 - 2011 PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT I. LATAR BELAKANG Mayoritas masyarakat Kabupaten Garut bermata

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan I. PENDAHULUAN Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Beberapa hal yang mendasari perlunya pembaruan kebijakan pembangunan air minum dan penyehatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 115 8.1 Kesimpulan Dari hasil kajian tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) (suatu kajian penguatan kapasitas

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK PEMBAHASAN UMUM Temuan yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya memperlihatkan bahwa dalam menghadapi permasalahan PBK di Kabupaten Kolaka, pengendalian yang dilakukan masih menumpu pada pestisida sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PEREKONOMIAN BERBASIS KERAKYATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

dan jumlah pesanan. Dalam pemasaran hasil produknya kurang

dan jumlah pesanan. Dalam pemasaran hasil produknya kurang BABV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, serta analisis hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebelum mengikuti pelatihan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan PENGANTAR Latar Belakang Pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu Berdasarkan hasil pendataan sosial ekonomi penduduk (PSEP) yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2005 diketahui jumlah keluarga miskin di Desa Sitemu 340 KK. Kriteria

Lebih terperinci

KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUWU LIMPAS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012 Halaman : i Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara merupakan bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan sumberdaya sesuai dengan kewenangan atau mandat

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

VI. PROFIL DAN DINAMIKA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KELURAHAN MAHARATU

VI. PROFIL DAN DINAMIKA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KELURAHAN MAHARATU 68 VI. PROFIL DAN DINAMIKA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KELURAHAN MAHARATU 6.1. Profil KUBE Suka Makmur KUBE Suka Makmur berada di Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru, berdiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN 111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Kemasyarakatan Menurut Selo Soemarjan (1964), istilah lembaga kemasyarakatan sebagai terjemahan dari Social Institution, istilah lembaga kecuali menunjukkan kepada

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci menjabarkan secara rinci situasi dan kondisi poktan sebagai

Lebih terperinci

V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS

V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS 5.1 Bantuan Modal 5.1.1 Bantuan Modal dari BUMN Bantuan dari pemerintah berupa pinjaman modal dan prasarana produksi pernah dilaksanakan sebelum tahun 2001 (Diperindag

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 4 Oktober 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 3/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN

Lebih terperinci

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan 13. URUSAN KETAHANAN PANGAN Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Lebih terperinci

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

BAB III Tahapan Pendampingan KTH BAB III Tahapan Pendampingan KTH Teknik Pendampingan KTH 15 Pelaksanaan kegiatan pendampingan KTH sangat tergantung pada kondisi KTH, kebutuhan dan permasalahan riil yang dihadapi oleh KTH dalam melaksanakan

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN, DAN PEMBINAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN

72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN 72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN 7.1. PENYUSUNAN STRATEGI PROGRAM Rancangan strategi program pemberdayaan dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) pada tanggal 24 Desember 2007, jam 09.30

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, 333333333333 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA Ascosenda Ika Rizqi Dosen, Universitas Merdeka Pasuruan, Jl. H. Juanda 68, Kota Pasuruan Abstrak Desa merupakan

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM

PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM Latar Belakang Dalam rangka memberikan akses terhadap sumberdaya finansial bagi masyarakat miskin dan sektor informal, pengembangan keswadayaan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci