BAHAN CANGKOK DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BOVINE BONE XENOGRAFT (DFDBBX) DAN HYDROXYAPATITE BOVINE BONE XENOGRAFT (HA-BBX)
|
|
- Inge Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3 BAHAN CANGKOK DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BOVINE BONE XENOGRAFT (DFDBBX) DAN HYDROXYAPATITE BOVINE BONE XENOGRAFT (HA-BBX) Oleh I Wayan Wirata Luh Made Sudimartini I Wayan Nico Fajar Gunawan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i
4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul BAHAN CANGKOK DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BOVINE BONE XENOGRAFT (DFDBBX) DAN HYDROXYAPATITE BOVINE BONE XENOGRAFT (HA-BBX). Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran membangun penulis terima dengan tangan terbuka. Denpasar, Januari 2016 Penulis ii
5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.. ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR... iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cangkok Demineralized freeze-dried bovine bone xenograft (DFDBBX) Hydroxyapatite bovine bone xenograft (HA-BBX). 7 BAB III 3.1 Kesimpulan Saran 9 DAFTAR PUSTAKA iii
6 DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1. Demineralized freeze-dried bovine bone xenograft (DFDBBX)...12 Gambar 2. Hydroxyapatite bovine bone xenograft (HA-BBX)...13 iv
7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah suatu kondisi dimana terjadi pemisahan kontinuitas atau kesinambungan suatu tulang. Klasifikasi fraktur secara umum, menurut Junquera dan Carneiro (1995), fraktur akan menyebabkan kerusakan sel-sel tulang sehingga tulang akan kehilangan kontinuitasnya. Setelah mengalami fraktur, tulang secara normal akan membentuk kalus untuk menstabilkan fragmen patahan tulang sehingga lamela tulang dapat tumbuh kembali dan mengisi rongga tulang yang terbentuk akibat fraktur. Meskipun terbentuknya kalus bersifat positif, tetapi apabila tumbuh berlebihan akan menyebabkan tulang tidak lagi berbentuk seperti sebelum mengalami fraktur. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan kalus yang berlebihan biasanya berkaitan dengan posisi fragmen patahan yang tidak stabil. Suatu kesembuhan sempurna senantiasa dikehendaki agar pertumbuhan kalus minimal. Imobilisasi fragmen tulang, yang menjadi penyebab pertumbuhan kalus dapat dikurangi dengan pemasangan pin atau kompresi terhadap sisi fragmen. Tujuan penanganan fraktur adalah agar terjadi kesembuhan secara primer (primary union) tanpa terbentuk kalus periosteum dan endosteum. Secara umum, fraktur sederhana mudah ditangani dengan cara memfiksasi fragmen patahan tulang menggunakan pin intrameduller maupun eksternal fiksator. Namun, pada fraktur multiple, patahan tulang kecil amat sulit untuk disatukan kembali menggunakan pin maupun eksternal fiksator, sehingga dalam kasus ini diperlukan metode khusus, yaitu pencangkokan tulang (bone grafting). Pencangkokan tulang didefinisikan sebagai teknik operasi untuk mengganti tulang yang hilang menggunakan material bahan cangkok tulang. Material bahan cangkok tulang yang ideal harus memiliki potensi untuk mempertahankan sel tetap hidup, tidak menimbulkan reaksi imunologik, mudah didapat, memberi kekuatan sekeliling tulang, dan tidak menyebarkan penyakit (Becker et al.,1998). 1
8 Bahan cangkok tulang dapat berfungsi sebagai 1) Osteokonduktor karena berperan sebagai jembatan (scaffold) yang akan membantu pembentukan tulang, 2) Osteoinduktor karena berperan dalam merangsang pembentukan tulang baru, dan 3) Osteogenesis karena mengandung bahan yang berperan membantu produksi bahan pembentuk tulang (Greenwald, 2001). Bahan cangkok tulang berdasarkan sumbernya dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu : 1) Autograft apabila berasal dari tulang individu yang bersangkutan, 2) Allograft apabila berasal dari tulang individu yang lain pada spesies yang sama, 3) Xenograft apabila berasal dari spesies yang berbeda, biasanya diambil dari tulang spongiosa sapi umur dibawah 2 tahun dengan melalui skrining yang ketat, dan 4) Synthetic graft apabila berasal dari bahan buatan atau sintetik (Lindhe, 2008, Abbas dkk., 2005, Greenwald, 2001). Berdasarkan proses pembuatan bahan cangkok tulang xenograft, dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu : (1) Bahan cangkok tulang yang dihilangkan kandungan mineralnya (Demineralized freeze-dried bovine bone xenograft (DFDBBX)) dan (2) Bahan cangkok tulang yang tidak dihilangkan mineralnya (hydroxyapatite bovine bone xenograft) (Anonim, 2011). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditarik permasalahan yaitu apa yang dimaksud dengan demineralized freeze dried bovine bone xenograft (DFDBBX) dan hydroxyapatite bovine bone xenograft, bagaimana cara pembuatannya serta kelebihan dan kekurangannya. 1.3 Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan artikel ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pengertian bahan cangkok demineralisasi (demineralized freeze dried bovine bone xenograft (DFDBBX)) dan bahan cangkok mineralisasi (hydroxyapatite 2
9 bovine bone xenograft), bagaimana cara pembuatan serta kelebihan dan kekurangannya. 3
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cangkok Tulang (Bone grafting) Pencangkokan tulang (Bone grafting) didefinisikan sebagai teknik operasi untuk mengganti tulang yang hilang menggunakan material bahan cangkok tulang. Material bahan cangkok tulang yang ideal harus memiliki potensi untuk mempertahankan sel tetap hidup, tidak menimbulkan reaksi imunologik, mudah didapat, memberi kekuatan sekeliling tulang, dan tidak menyebarkan penyakit (Becker et al.,1998). Bahan cangkok tulang yang ideal adalah bahan yang bersifat biocompatible, bioabsorbable, osteokonduktif, osteoinduktif, strukturnya sama dengan tulang, mudah digunakan, dan murah. Bahan cangkok tulang terbagi atas autograft, allograft, dan xenograft. Menurut McAllister dan Haghighat (2007) penggunaan bahan cangkok didasarkan pada asumsi sebagai bahan regeneratif yang memiliki potensi osteogenik (mengandung sel pembentuk tulang), bersifat osteoinduksi (mengandung substansi induksi tulang), atau osteokonduksi (membentuk scaffold pada formasi tulang). Bahan cangkok tulang merupakan jaringan yang diharapkan dapat hidup pada inang setelah ditanam dan ikut dalam proses regenerasi. Bahan cangkok harus mampu menyatu dalam proses penyembuhan sehingga dapat berfungsi alami (Grant et al., 1988). Tujuan dilakukannya pencangkokan tulang antara lain untuk pengisian tulang pada area kerusakan dan regenerasi tulang baru (Brunsvold dan Melloning, 1993). Pemberian bahan cangkok tulang pada kasus fraktur ataupun tindakan bedah memerlukan pertimbangan-pertimbangan karena kerusakan tulang dengan lebar kurang dari 2 mm memiliki potensi regenerasi tulang yang baik sehingga tidak diperlukan diberikan bahan cangkokan tulang, sedangkan pada kerusakan tulang dengan lebar lebih dari 2 mm secara umum memiliki potensi regenerasi tulang yang lebih kecil sehingga diperlukan bahan cangkok tulang untuk membantu regenerasi tulang (Fedi dkk., 2005). 4
11 2.2 Demineralized freeze-dried bovine bone xenograft (DFDBBX) Demineralized freeze-dried bovine bone xenograft digunakan sebagai bahan cangkok kerusakan tulang pada hewan dan manusia. Pada kedokteran umum, bahan ini merupakan bahan alternatif yang direkomendasikan menggantikan bahan cangkok tulang autograft. Bahan cangkok tulang autograft dinilai memiliki beberapa kelemahan signifikan antara lain keterbatasan penyediaan tulang autograft sebagai donor dan dapat mengakibatkan kematian jaringan selama proses pengambilan bahan cangkok tulang pada donor (Torricelli et al., 2002). Pencangkokan tulang didasarkan pada kemungkinan terjadinya proses induksi tulang, melalui kemampuan bahan cangkok tulang untuk menarik sel-sel multipotensial dari resipien yang terdapat disekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena cangkok tulang mengandung mediator osteoinduksi yang disebut bone morphogenetic proteins (BMPs) yaitu suatu protein hyodrophobic dalam matrix tulang yang mempengaruhi diferensiasi sel mesenkim menjadi osteoblas dan kondroblas yang ikut dalam proses penyembuhan tulang baru (Wirjokusumo, 2001; Rummelhart et al., 1989; Burchardt, 1987). Penggunaan bahan cangkok tulang demineralisasi pada praktek klinis didasarkan pada kemampuan osteokonduksi dan osteoinduksi. Osteoinduksi tergantung pada aktivitas BMPs yang terdapat pada matriks tulang organik. Formasi tulang ektopik yang telah diteliti secara biokimia, histologis, dan histokimia menunjukkan terjadinya tulang baru dalam proses perbaikan. Penelitian terkini menunjukkan bahwa potensial osteogenik yang dimiliki demineralized freeze-dried bovine bone xenograft (DFDBBX) berhubungan dengan sejumlah protein yang terkandung di dalamnya dan memiliki potensi osteoinduksi dan mengandung transforming growth factor β (TGF β) dan BMPs (Plata et al., 2002). Becker et al. (1998) telah mengisolasi adanya BMPs yang berasal dari tulang cortical manusia dan tulang sapi dimana protein tersebut menunjukkan inisiasi pembentukan tulang. Penelitian yang dilakukan pada hewan mamalia menunjukkan adanya protein induksi tulang mamalia, yang disebut bovine BMPs (bovine bone 5
12 morphogenetic proteins ) / osteogenic proteins (OPs) dan baboon BMPs/OPs yang mempengaruhi diferensiasi tulang (Ripamonti dan Renton, 2006). Penggunaan bahan xenograft menurut Plata et al. (2002) tidak ada respon sistemik dan lokal imun yang menyertai pada pencangkokan tulang dengan bahan bovine bone xenograft. Tujuan penggunaan bahan cangkok tulang xenograft, antara lain : (a) Menghindari kemungkinan kematian jaringan disebabkan tindakan bedah kedua untuk mengambil donor, dan keterbatasan penyediaan tulang autograft sebagai donor dan (b) Sifat osteoinduksi yang diperkirakan lebih banyak dibanding bahan lain (Torricelli et al., 2002). Salah satu kekurangan dari xenograft adalah kemungkinan adanya resiko penyebaran penyakit, namun demikian dengan radiasi dan penambahan ethylene oxide diharapkan dapat memperkecil resiko tersebut (Brunsvold dan Mellonig, 1993). Demineralized freeze-dried bovine bone xenograft (DFDBBX) merupakan bahan cangkok tulang yang berasal dari tulang sapi, yang mengalami proses demineralisasi dengan pendinginan, kemudian dicairkan dengan asam hidroklorik sehingga akan menampakkan komponen-komponen matriks tulang yang berhubungan dengan fibril kolagen yang disebut BMPs. Bahan anorganik dari bovine bone graft mampu mendukung perlekatan dan proliferasi sel-sel osteoblas, yang merupakan langkah awal untuk proses osteogenesis. Bahan tersebut akan mendukung matriks tulang untuk regulasi, melalui 3 mekanisme : (1) Membentuk spasi bahan pengisi yang kuat; (2) Membentuk perlekatan dan proliferasi osteoblast; dan (3) Sebagai sarana untuk menstimulasi pembentukan tulang (Stephan et al., 1999). Proses pembuatan demineralisasi meliputi beberapa tahapan, yaitu : 1) Pemotongan tulang sesuai ukuran yang diperlukan, 2) Pencucian menggunakan larutan H2O2, 3) Pencucian menggunakan NaCl 0,9 %, 4) Proses defatting untuk menghilangkan sisa-sisa lemak, 5) Pencucian ulang dengan larutan NaCl 0,9%, 6) Proses perendaman dengan HCl selama jam, 7) Proses pencucian dengan akuades steril sampai ph kembali normal, 8) Proses Freeze-dried, dan 9) Proses Pengemasan ( Anonim, 2011). 6
13 Gambar 1. Demineralized freeze-dried bovine bone xenograft (DFDBBX) DFDBBX memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari DFDBBX adalah karena banyak mengandung protein growth factor dan struktur bahan cangkok ini tidak rapuh atau cukup kuat sehingga mempermudah saat aplikasi pada penanganan kasus fraktur yang terdapat gap. Kekurangan DFDBBX adalah proses mineralisasi tulang lebih lama dibanding HA-BBX sehingga proses remodeling tulang juga lebih lama dibanding dengan HA-BBX. 2.3 Hydroxyapatite bovine bone xenograft (HA-BBX) Merupakan bahan cangkok tulang atau bahan substitusi tulang yang berasal dari sapi yang masih memiliki kandungan mineral. Hydroxyapatite (HA) bovine bone xenograft dibuat melalui proses tertentu sehingga dapat menghilangkan antigenisitas dan potensi respon inflamasi bagi penerima (Hislop et al., 1993, Cohen et al., 1994). Menurut Dersot et al. (1995) hydroxyapatite merupakan bahan yang mudah diresorbsi oleh osteoklas (multinucleated giant cells), sehingga dapat menyebabkan substitusi dan renovasi pada tulang. 7
14 Proses pembuatan HA-BBX meliputi beberapa tahapan, yaitu : 1) Pemotongan tulang sesuai ukuran yang diperlukan, 2) Pencucian menggunakan larutan H2O2, 3) Pencucian menggunakan NaCl 0,9 %, 4) Proses defatting untuk menghilangkan sisa-sisa lemak, 5) Pencucian ulang dengan larutan NaCl 0,9%, 6) Deproteinasi dengan cara proses pembakaran pada suhu 1000 o C 7) Proses pencucian dengan akuades steril, 8) Proses pengeringan dengan oven pada suhu 100 o C, dan 9) Proses Pengemasan (Anonim, 2011). Gambar 2. Hydroxyapatite bovine bone xenograft (HA-BBX) Kelebihan HA adalah berpengaruh lebih cepat memacu proses mineralisasi tulang sehingga mempercepat proses remodeling tulang. Kekurangan HA-BBX adalah bentuk sediaan bahan cangkok tulang ini memiliki struktur yang lebih rapuh dibandingkan DFDBBX sehingga saat aplikasi pada penanganan kasus fraktur model gap lebih sulit. 8
15 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Metode khusus pencangkokan tulang (bone grafting) dapat dilakukan pada penanganan fraktur untuk menyatukan patahan tulang yang sulit disatukan, baik dengan bahan cangkok yang bersifat demineralisasi maupun yang bersifat mineralisasi. Karena masing-masing bahan cangkok memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari DFDBBX adalah karena banyak mengandung protein growth factor dan struktur bahan cangkok ini tidak rapuh atau cukup kuat sehingga mempermudah saat aplikasi pada penanganan kasus fraktur yang terdapat gap. Kekurangan DFDBBX adalah proses mineralisasi tulang lebih lama dibanding HA-BBX sehingga proses remodeling tulang juga lebih lama dibanding dengan HA-BBX. Namun kelebihan dari HA-BBX adalah berpengaruh lebih cepat memacu proses mineralisasi tulang sehingga mempercepat proses remodeling tulang. 3.2 Saran Penelitian- penelitian lanjutan diperlukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh bahan cangkok tulang terhadap kekuatan tulang pasca fraktur sehingga akan lebih spesifik mengetahui manfaat penambahan bahan cangkok tulang.. 9
16 DAFTAR PUSTAKA Abbas, B., Pandansari, P., dan Anas, F., Status Bank Jaringan di Indonesia, disampaikan pada seminar pemanfaatan teknologi nuklir bidang kesehatan di propinsi NTB. 21 Juni Anonim, Instalansi Biomaterial Bank Jaringan RSUD. Dr. Soetomo. Surabaya. Becker, W., Clokie C., Sannerby L,. Urist, M.R., and Becker, B.B., Histologic finding after implantation and evaluation of different grafting materials and titanium miro screws into extraction socket : case reports. J. Periodontal. 69: Burchardt, H and Enneking, W.F Transpalantation of bone. Surg. Clin. North. Am. 58: Brunsvold, M.A,. and Mellonig, J.T., Bone graft and periodontal regeneration. Periodontology.200: Cohen, R., Mullarky, R., Noble, B., Comeau, R, Neiders, M., Phenotypic characterisation of mononuclear cells following anorganic bovine bone implantation in rats. J. Periodontol. 65: Dersot, J.M., Colombier, M.L., Lafont J, Baroukh B, Septier D, Saffar JL Multinucleated giant cells elicited around hydroxyapatite particles implanted in craniotomy defects are not osteoclasts. Anat. Rec. 242: Fedi, P.F., Vernino, A.R., dan Gray, J.L Silabus peridonti. Ed. Ke-4. hal , EGC. Jakarta. Grant, D.A., Stern, I.B., and Listgarten, M.A., Periodontics, the C.V. Mosby Co., st.louis. p Hislop, W.S., Finlay, P.M., Moos, K.P., A preliminary study into the use of anorganic bone in oral and maxillofacial surgery. Br. J. Oral Maxillofac. Surg. 31: Junquera, C.L, Carnerio J, Kelly R.O., Basic histology, 8 th ed., pp Prentice-Hall International, USA. Lindhe, J., Lang, N.P., and Karring, T, Clinical periodontology and implant densitry, 5 th ed. Blackwell Munksgaard. Hongkong ,
17 McAllister, B.S., and Haghighat, K., Bone augmentation techniques. J. Periodontal. 78 : Plata, D.V., Scheyer, E.T and Mellonig,J.T., Clinical comparison of an enamel matriw derivative used alone or in combination with a bovine- derived xenograft for treatment of periodontal osseous defect in humans. J.periodontal. 73: Ripamonti, U., and Renton, L., Bone morphogeetic proteins and the induction of periodontal tissue regeneration. Peridontology : Rummelhart, J.M., Mellonig, J.T., Gray, J.L., and Towle, H.J, A comparison of freeze-dried bone allograft and demineralized freeze-dried bone allograft in human periodontal osseous defects. J.periodontal osseous defect. J. Periodontal. 60: Stephan, E.B.,Jang, D., Lynch, S., Bush, P., and Dziak, R., Anorganic bovine bone supports osteoblastic cell attachment and proliferation. J. Periodontal. 70 : Toricelli, P., Fini, m., Giavaresi, G., Rimondini, l., and Giardino, R, Characterization of bone defect repair in young and aged rat femur induced by xenogenic demineralized bone matrix. J. Periodontal. 73: Wirjokusum, S., Aplikasi klinis biomaterial di bidang bedah mulut dalam the 1 st indonesian tissue bank scientific meeting and workshop on biomaterial application. hal 43-44, Surabaya. 11
PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses kesembuhan fraktur dimulai segera setelah tulang mengalami kerusakan, apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis dan biologis
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kejadian fraktur tidak hanya terjadi pada manusia. Fraktur pada hewan merupakan kasus yang juga biasa ditangani oleh dokter hewan baik dari Rumah Sakit Hewan maupun Klinik Hewan.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan
PENDAHULUAN Latar Belakang Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan kesayangan terutama anjing dan kucing. Fraktur pada hewan, umumnya disebabkan oleh trauma seperti terbentur
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. (pathologic fracture). Menurut Piermattei et al. (2006), sekitar 75 80% kejadian
PENDAHULUAN Latar Belakang Fraktur merupakan kasus yang sering terjadi pada manusia maupun hewan. Fraktur pada hewan umumnya disebabkan karena trauma dan penyakit (pathologic fracture). Menurut Piermattei
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi yang dapat menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2009 didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah tulang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari matriks dan sel-sel. Tulang mengandung matriks organik sekitar 35%, dan matriks anorganik
Lebih terperinciI.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh berbagai hal. Nekrosis jaringan pulpa dan penyakit periodontal, misalnya, dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai dari kelainan kongenital dan dapatan, termasuk juga inflamasi dan gangguan perkembangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan pencangkokan tulang. Tulang merupakan jaringan kedua terbanyak. tahun dilakukan diseluruh dunia (Greenwald, 2002).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang yang menyangga struktur berdaging, melindungi organ vital seperti yang terdapat didalam tengkorak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket infraboni merupakan kerusakan tulang yang terjadi pada jaringan pendukung gigi dengan dasar poket lebih apikal daripada puncak tulang alveolar yang terjadi akibat
Lebih terperinciBAB 2 DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BONE ALLOGRAFT. Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang melibatkan struktur
BAB 2 DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BONE ALLOGRAFT Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang melibatkan struktur penyangga gigi baik jaringan lunak maupun jaringan keras. Perubahan yang terjadi pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Bone Tissue Engineering (BTE) Bone Tissue Engineering merupakan suatu teknik yang terbentuk dari dua prinsip keilmuan, antara "sciences" dan "engineering" yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang seperti halnya jaringan hidup lainnya pada tubuh manusia dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan salah satu penyusun tubuh yang sangat penting dan merupakan salah satu jaringan keras yang terdapat dalam tubuh manusia. Tulang mengandung 30% serabut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan bedah minor yang sering dilakukan dan menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang alveolar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang alveolar. Di Indonesia, penyakit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kedokteran gigi erat sekali kaitannya dengan penyakit yang dapat berujung pada kerusakan atau defek pada tulang alveolar, salah satunya adalah periodontitis. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan jenis jaringan ikat padat yang tersusun dari garam organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Garam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal merupakan gejala klinis utama dari penyakit periodontal. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang dikenal, supraboni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. prosedur yang kompleks dengan kemungkinan resiko terhadap pasien
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Prosedur tandur tulang (bone grafting) merupakan prosedur operasi untuk menggantikan tulang dimana prosedur ini merupakan prosedur yang kompleks dengan kemungkinan
Lebih terperinciAgus Purnomo dan Dhirgo Adji
JS V 30 (1), Juli 2012 JURNAL SAIN VETERINER ISSN : 0126-0421 Ekspresi Bone Morphogenetic Protein-2 untuk Mengukur Efektivitas Biomaterial Freeze Dried Bovine Bone Xenograft (FDBBX) sebagai Bahan Penyambung
Lebih terperinciKarakterisasi Hydroxyapatite Alami yang Dibuat dari Tulang Sapi dan Cangkang Telur sebagai Bahan untuk Donor Tulang (Bone Graft)
2017, 6(1): 9-13 ISSN 2301-5977, e-issn 2527-7154 Karakterisasi Hydroxyapatite Alami yang Dibuat dari Tulang Sapi dan Cangkang Telur sebagai Bahan untuk Donor Tulang (Bone Graft) Ahmad Taufik, Arif Zuhan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bone grafting merupakan prosedur kedua terbanyak dalam hal transplantasi jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur ini
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patah tulang atau fraktur merupakan keadaan dimana terjadi diskontinuitas pada tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur dapat disebabkan oleh trauma
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dilakukan analisis efek pemberian tiga jenis pasta hasil yang diproduksi oleh BATAN, yaitu pasta Injectable Bone Xenograft (IBX) yang menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akan mengalami peningkatan populasi orang tua pada tahun 2025 sebanyak 301% dari
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia Harapan Hidup (UHH), di seluruh dunia mengalami kenaikan dari usia 67 tahun pada tahun 2009 menjadi 71 tahun pada tahun 2013. Indonesia diprediksi akan mengalami
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sedang dikembangkan saat ini adalah komposit kolagen hidroksiapatit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bidang kesehatan mengalami perkembangan yang pesat. Kualitas hidup manusia bergantung pada kesehatan organ dan jaringan. Terganggunya fungsi organ atau jaringan
Lebih terperinciBAB 2 BONE GRAFT DAN JENIS BONE GRAFT
BAB 2 BONE GRAFT DAN JENIS BONE GRAFT 2.1 Defenisi Bone Graft Graft adalah suatu bagian jaringan yang diambil dari satu tempat dan ditransplantasikan ke tempat lain, baik pada individu yang sama maupun
Lebih terperinciProses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)
Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mekanime patologi. Penyembuhan tulang atau union dapat dinilai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyembuhan tulang adalah proses metabolisme fisiologi yang kompleks pada tulang fraktur melibatkan macam variasi zat biokimia, seluler, hormonal dan mekanime patologi.
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari dalam Laurencin and Nair,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tissue Engineering (TE) adalah suatu interdisipliner ilmu biomedis yang menggabungkan berbagai ilmu pengetahuan seperti material, teknik, kimia, biologi sel
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gigi, dan 1% terdapat dalam darah (Hill, 1998).
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Tulang adalah struktur hidup yang tersusun oleh protein dan mineral. Penyusun utama tulang adalah protein yang disebut kolagen serta mineral tulang yaitu kalsium fosfat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho dkk., 2007). Selain fungsi mekanis, tulang juga berperan penting dalam aktivitas metabolik (Meneghini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor (PGFs) sebagai mediator biologis dalam proses regenerasi periodontal. Bahan-bahan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang kedokteran gigi. Indikasi pencabutan gigi bervariasi seperti pernyakit periodontal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Tumbuhnya insidensi lesi yang terjadi pada tulang. rawan ditandai oleh peningkatan tajam dari individu
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Tumbuhnya insidensi lesi yang terjadi pada tulang rawan ditandai oleh peningkatan tajam dari individu dalam bidang olahraga dan terjadinya penekanan lebih besar pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan tulang adalah salah satu jaringan yang sering digunakan untuk transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah ortodontik, bedah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur atau patah tulang merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab kematian penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan untuk prosedur transplantasi (Ana dkk., 2008). Setiap tahun, lebih dari lima ratus ribu prosedur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagai distributor beban gaya yang bekerja pada tulang subkondral yang terletak
digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kartilago artikuler merupakan satu jaringan yang unik dengan fungsi sebagai distributor beban gaya yang bekerja pada tulang subkondral yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Regenerasi jaringan periodontal merupakan tujuan utama terapi periodontal (Uraz dkk., 2013). Salah satu tindakan terapi periodontal ialah bedah periodontal sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tulang Jaringan tulang merupakan unsur pokok kerangka orang dewasa. Pada tubuh seseorang, 18% dari berat badannya merupakan berat dari jaringan tulang. Beberapa
Lebih terperinciCHIP FREEZE DRIED CANCELLOUS BONE ALLOGRAFT AS SCAFFOLD TO FILL SMALL BONE DEFECT IN LONG BONE
CHIP FREEZE DRIED CANCELLOUS BONE ALLOGRAFT AS SCAFFOLD TO FILL SMALL BONE DEFECT IN LONG BONE Ronald Vinantius Munthe* Heri Suroto** *Resident of Orthopaedic and Traumatology Department, **Senior Consultant
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan. masyarakat dunia, khususnya negara berkembang.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia, khususnya negara berkembang. Menurut World Health Organization (WHO), kecelakaan lalu lintas
Lebih terperinciABSTRACT. Tjok Agung Y. Vidyaputra. KEYWORDS: VEGF, Calcium Sulfate, bone defects, osteoblast, type I collagen, bone recycling, liquid nitrogen
ABSTRACT VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) IN CALCIUM SULFATE INDUCES MORE OSTEOBLASTS AND TYPE I COLLAGEN IN RATS WITH FEMUR BONE DEFECTS AFTER BONE RECYCLING GRAFT WITH LIQUID NITROGEN Tjok Agung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Penyembuhan Fraktur Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal didefinisikan sebagai pendalaman sulkus gingiva secara patologis, merupakan gejala klinis paling penting dari penyakit periodontal. Pendalaman sulkus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini,
9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang mempunyai karakterisktik meningkatnya nilai glukosa plasma darah. Kondisi hiperglikemia ini diakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekitar 40% kerusakan jaringan keras tubuh karena tulang rapuh, kanker tulang atau kecelakaan banyak terjadi di Indonesia, sisanya karena cacat bawaan sejak
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus cedera di Indonesia dapat dilihat melalui data morbiditas dan
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus cedera di Indonesia dapat dilihat melalui data morbiditas dan mortalitas penyakit di Rumah Sakit, cedera menduduki urutan ketiga terbanyak proporsi
Lebih terperinciSTUDI RADIOGRAFIS TULANG FEMUR ANJING PASCA PEMASANGAN EQUINE CORTICAL BONE XENOGRAFT DAN DEMINERALIZED EQUINE CORTICAL BONE XENOGRAFT
STUDI RADIOGRAFIS TULANG FEMUR ANJING PASCA PEMASANGAN EQUINE CORTICAL BONE XENOGRAFT DAN DEMINERALIZED EQUINE CORTICAL BONE XENOGRAFT Tri Utami¹, I Wayan W 2, Dhirgo Adji 3 1 Departemen Klinik, Reproduksi
Lebih terperinciPenyembuhan luka jaringan keras pascatrauma
Penyembuhan luka jaringan keras pascatrauma A. Tajrin Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia Koresponden: tajrinumi@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Makroskopis Tulang Kelinci Implan terlihat jelas sebagai massa berbentuk padat berwarna putih pada bagian korteks hingga bagian medula tulang. Hasil pemeriksaan makroskopis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, meliputi empat fase, yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan luka
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA EFEK PEMBERIAN GRAFT TULANG BERBENTUK PASTA DENGAN BERBAGAI KOMPOSISI DAN KONSENTRASI TERHADAP VIABILITAS SEL OSTEOBLAS, IN VITRO SKRIPSI NADHIA ANINDHITA HARSAS 0205000591 FAKULTAS
Lebih terperinciPROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita *
PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA Sartika Puspita * * Pogram Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Pulpa gigi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memproduksi sel darah. Karena peranannya ini, kerusakan tulang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulang memiliki peranan yang penting dalam tubuh manusia. Fungsi tulang antara lain sebagai pembentuk kerangka tubuh, tempat menempelnya otot dan jaringan, penyimpan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori
TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori Hidroksiapatit berpori digunakan untuk loading sel (Javier et al. 2010), pelepas obat (drug releasing agents) (Ruixue et al. 2008), analisis kromatografi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Penyembuhan Luka Penyembuhan luka adalah suatu proses pembentukan jaringan sehingga kembali seperti semula atau dengan kata lain penggantian jaringan yang rusak atau mati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas struktur tulang, tulang rawan dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah rusaknya kontinuitas struktur tulang, tulang rawan dan lempeng pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma maupun non trauma. Kejadian fraktur dapat diakibatkan
Lebih terperinci1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan jaringan karena penyakit keturunan, luka berat dan kecelakaan menempati posisi kedua penyebab kematian di dunia. Pengobatan konvensional yang umum dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010 menginformasikan bahwa kasus patah tulang meningkat setiap tahun sejak 2007. Pada 2007 tercatat ada 22,815
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRODUKSI FOSFATASE ALKALI OLEH OSTEOBLAS YANG DISTIMULASI GRAFT BERBENTUK PASTA PADA BERBAGAI KOMPOSISI, KONSENTRASI, DAN WAKTU YANG BERBEDA (IN VITRO) SKRIPSI RININTA APRILIA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sehingga menurunkan kualitas hidup individu (Deumens et al., 2010). Kejadian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan saraf tepi dapat memicu kelumpuhan motoris dan sensoris sehingga menurunkan kualitas hidup individu (Deumens et al., 2010). Kejadian kerusakan saraf tepi traumatik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu konservasi gigi. Idealnya gigi dalam keadaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur dan Biologi Dasar Tulang Tulang merupakan jaringan penghubung yang terdiri dari fase mineral dan organik yang secara khusus dirancang untuk berperan sebagai struktur
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Taksonomi domba lokal (Ovis aries) yaitu (Herren 2000): Gambar 1 Domba Lokal Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Artiodactyla Famili : Bovidae
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bermetabolisme secara aktif dan terintegrasi. Tulang merupakan material komposit,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Penyembuhan pada Fraktur. Tulang adalah suatu jaringan biologis yang bersifat dinamis dan terdiri dari sel-sel yang bermetabolisme secara aktif dan terintegrasi. Tulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Carranza & Newman,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Carranza & Newman, 1996; Teronen dkk., 1997).
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
12 dianalisis menggunakan uji statistik analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjut Duncan dengan taraf kepercayaan 5%. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Proliferasi Sel Tingkat Proliferasi Sel Berdasarkan
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH),
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu penelitian akan dilakukan selama 6 (enam) bulan. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pusat Bioamterial dan Bank Jaringan Rumah Sakit Umum
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan dan biasanya berhubungan dengan hilangnya fungsi. 1 Saat barier rusak akibat ulkus, luka
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari sampai waktu panen domba. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan suhu tubuh,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan rehabilitasi saat ini semakin banyak diperlukan oleh masyarakat. Pada bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk merehabilitasi tulang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian luka pada kecelakaan seiring waktu semakin meningkat. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO) melaporkan kecelakaan lalu lintas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang, tulang rawan dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fraktur 2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Fraktur Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang, tulang rawan dan lempeng pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma dan non
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari
BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan jika menutupi gigi yang akan dicabut (Archer, 1975). Pencabutan gigi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi adalah tindakan pengambilan gigi pada soketnya tanpa atau dengan pembukaan jaringan lunak dan jaringan keras. Pengurangan tulang dilakukan jika
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI RADIOGRAFISTINGGI DAN DENSITAS TULANG ALVEOLAR PADA TERAPI PERIODONTITIS DENGAN ALLOGRAFT(DFDBA)DIBANDINGKAN XENOGRAFT
UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI RADIOGRAFISTINGGI DAN DENSITAS TULANG ALVEOLAR PADA TERAPI PERIODONTITIS DENGAN ALLOGRAFT(DFDBA)DIBANDINGKAN XENOGRAFT TESIS RIANI 0906601153 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 14 PENANGGULANGAN CACAT TULANG
Penanggulangan cacat tulang 198 BAB 14 PENANGGULANGAN CACAT TULANG Penyakit periodontal menyebabkan perusakan pada jaringan periodonsium, termasuk pada tulang alveolar. Kehilangan tulang (bone loss) yang
Lebih terperinciDASAR PEMIKIRAN PERAWATAN PERIODONTAL
Dasar pemikiran perawatan periodontal 1 BAB 1 DASAR PEMIKIRAN PERAWATAN PERIODONTAL Perawatan periodontal, seperti halnya perawatan medis dan dental lainnya, adalah didasarkan pada suatu dasar pemikiran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Makroskopis
30 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Makroskopis Keadaan normal struktur tulang panjang seperti os tibia memiliki bentuk yang kompak dan padat. Pembuatan lubang dengan menggunakan bor gigi pada os tibia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang. tidak dapat dipungkiri pada saat ini.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri pada saat ini. Penemuan dan penelitian yang baru pun sangat dinantikan dan dibutuhkan manfaatnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan pendukung gigi disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal
Lebih terperinciPengaruh pemberian plasma kaya trombosit terhadap ekspresi VEGF pada proses penutupan defek kalvaria menggunakan karbonat apatit
Pengaruh pemberian plasma kaya trombosit terhadap ekspresi VEGF pada proses penutupan defek kalvaria menggunakan karbonat apatit 1 Agung S. Pranoto, 2 Maximillian Ch. Oley, 2 Eko Prasetyo 1 PPDS Ilmu Bedah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel Langerhans di epidermis, yakni sel efektor imunogen pada kulit, penurunan daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka pencabutan gigi di Indonesia relatif masih tinggi. Rasio penambalan dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan data di Asia, Indonesia adalah negara dengan jumlah penderita patah tulang tertinggi. Pada tahun 2015 RS. Orthopedi Prof. Dr. Soeharso terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut sangat rentan dengan terjadinya perlukaan, termasuk gingiva.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga mulut sangat rentan dengan terjadinya perlukaan, termasuk gingiva. Gingiva merupakan membran mukosa yang melekat erat pada periosteum tulang maksila dan mandibula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan perlukaan (Wray dkk.,
Lebih terperinciKERAMIK SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI BONE GRAFT
KERAMIK SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI BONE GRAFT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : NURUL HUDA Br.REGAR NIM : 040600066 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Luka trauma gigi dan mulut dapat bersifat cepat, tiba-tiba dan tidak terduga,
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka trauma gigi dan mulut dapat bersifat cepat, tiba-tiba dan tidak terduga, oleh sebab itu dokter gigi harus siap dalam menghadapi kasus darurat pada waktu kapan saja.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat yaitu tidak lagi terbatas pada tumpatan dan pencabutan gigi, namun salah satunya adalah perawatan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN PLATELET RICH PLASMA PADA BOVINE POROUS BONE MINERAL TERHADAP PENYEMBUHAN JARINGAN PERIODONTAL PADA TERAPI POKET INFRABONI
PENGARUH PENAMBAHAN PLATELET RICH PLASMA PADA BOVINE POROUS BONE MINERAL TERHADAP PENYEMBUHAN JARINGAN PERIODONTAL PADA TERAPI POKET INFRABONI Puspito Ratih Hardhani*, Sri Pramestri Lastianny**, dan Dahlia
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami
1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan menopause sebagai berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat,
Lebih terperinci