STUDI RADIOGRAFIS TULANG FEMUR ANJING PASCA PEMASANGAN EQUINE CORTICAL BONE XENOGRAFT DAN DEMINERALIZED EQUINE CORTICAL BONE XENOGRAFT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI RADIOGRAFIS TULANG FEMUR ANJING PASCA PEMASANGAN EQUINE CORTICAL BONE XENOGRAFT DAN DEMINERALIZED EQUINE CORTICAL BONE XENOGRAFT"

Transkripsi

1 STUDI RADIOGRAFIS TULANG FEMUR ANJING PASCA PEMASANGAN EQUINE CORTICAL BONE XENOGRAFT DAN DEMINERALIZED EQUINE CORTICAL BONE XENOGRAFT Tri Utami¹, I Wayan W 2, Dhirgo Adji 3 1 Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana, Jl. Adi Sucipto, Penfui, Kupang, NusaTenggara Timur; 2 Laboratorium Bedah dan Radiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jl. P.b.Sudirman, Denpasar, Bali; 3 Departemen Bedah dan Radiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Jl Fauna. 2 Karangmalang, Yogyakarta tamya_trico@yahoo.co.id ABSTRAK Xenograft adalah bahan cangkok tulang yang berasal dari tulang spesies berbeda, maupun terbuat dari bahan sintetik atau alami. Xenograft dapat digunakan sebagai bahan pengganti fragmen tulang pada kebanyakan kasus fraktur. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran radiografis tulang femur anjing pasca penggunaaan bahan cangkok tulang demineralized equine cortical bone xenograft (DECBX) dan equine cortical bone xenograft (ECBX). Bahan cangkok tulang ECBX maupun DECBX berasal dari tulang kortikal kuda. Potongan tulang dihilangkan lemak dan protein kemudian dilanjutkan dengan proses demineralisasi (DECBX) dan tanpa demineralisasi (ECBX). Penelitian ini menggunakan anjing jantan berumur 3-4 bulan sebanyak 6 ekor dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, kelompok I diberi bahan cangkok DECBX dan kelompok II diberi bahan cangkok ECBX. Monitoring perkembangan kesembuhan tulang dilakukan pada 24 jam, minggu ke-2, minggu ke-4, dan minggu ke-8 pasca operasi melalui pemeriksaan radiografis dengan pengambilan foto rontgen. Hasil analisis radiografis menunjukkan adanya penyatuan fragmen dan keseragaman opasitas tulang pada Kelompok I terjadi pada minggu ke-8 pasca operasi, sedangkan Kelompok II pada minggu ke-8 belum terjadi absorbsi bahan cangkok, penyatuan fragmen maupun keseragaman opasitas tulang. Kata kunci: demineralized equine cortical bone xenograft, radiografis, tulang ISBN

2 PENDAHULUAN Trauma akibat kecelakaan dapat menimbulkan kerusakan yang serius pada tulang hewan yang cedera. Hilangnya kesinambungan baik secara utuh maupun sebagian pada jaringan tulang yang mengalami cedera dikenal dengan istilah fraktur. Kondisi demikian memerlukan penanganan serius, terutama pada kondisi tulang yang patah menjadi beberapa fragmen. Penggantian fragmen tulang yang hilang membutuhkan bahan cangkok pengganti tulang untuk memperbaiki kerusakan tulang (Kao, 2004). Bahan cangkok tulang dapat berasal dari tulang individu yang bersangkutan (autograft), tulang yang diambil dari individu berbeda pada spesies yang sama (allograft) dan tulang yang diambil dari spesies yang berbeda (xenograft). Tindakan cangkok tulang diperlukan untuk merangsang proses penyembuhan tulang dan mengisi bagian tulang yang hilang (Greenwald et al., 2008; Finkemeier, 2002). Autograft merupakan pilihan utama dalam perbaikan kerusakan tulang karena mempunyai potensi osteogenesis, osteoinduksi maupun osteokonduksi yang baik, namun penggunaan autograft ini memiliki banyak keterbatasan, diantaranya menimbulkan luka sayatan tambahan pada hewan yang tentunya dapat menimbulkan rasa sakit dan panjangnya durasi anastesi. Allograft juga umum digunakan, namun ketersediaannya juga dibatasi oleh persediaan tulang donor (Dimitriou et al., 2011; Finkemeier, 2002; Enneking et al., 1980). Dengan terbatasnya persediaan autograft maupun allograft maka upaya penanganan fraktur dengan bahan cangkok tulang dapat dilakukan dengan menggunakan bahan lain, seperti xenograft. Bone Xenograft dapat diperoleh dari berbagai tulang hewan, salah satunya dari tulang kuda. Penggunaan tulang kuda sebagai bahan bone xenograft dengan berbagai macam metode perlakuan seperti deproteinasasi, pemanasan, pembekuan dapat diterima oleh tubuh resipien (Heo et al., 2011; Fujinaga and Koike, 1976). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran radiografis tulang femur anjing pasca pemasangan bahan cangkok tulang DECBX dan ECBX sebagai bahan pengganti fragmen tulang. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian ini telah mendapat Rekomendasi dari Komisi Ethical Clearance dengan nomor: 235/KEC-LPPT/III/2015. Enam ISBN

3 ekor anjing jantan lokal berumur 3-4 bulan digunakan sebagai hewan coba dalam penelitian ini. Bahan cangkok tulang dalam penelitian ini berasal dari tulang kortek kuda yang diperoleh dari rumah pemotongan kuda di Segoroyoso, Kabupaten Bantul, Provinsi D.I.Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam penelitian, antara lain: atropin sulfat, anestetika ketamin - silazin HCL, antibiotika amoksisilin, anthelmetika (pirantel pamoat), vaksin DHPPi2 (EURICAN 4), alkohol 70%, iodin povidon 10%, NaCl 0,9% steril, chloroform, methanol, HCL, aquades dan bahan pendukung lainnya. Pembuatan Bone Xenograft. Tulang kuda dibersihkan dari sisa otot dan jaringan lunak menggunakan skalpel, kemudian tulang dipotong menjadi beberapa potongan dengan ukuran 1 x 1 cm. Potongan tulang selanjutnya dicuci menggunakan aquades dan diteruskan dengan NaCl 0.9%, kemudian direndam dalam larutan chloroform methanol untuk dihilangkan lemak dan protein permukaannya. Proses selanjutnya dalam pembuatan bone xenograft DECBX adalah demineralisasi potongan tulang dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Adji et al.(2014). Demineralisasi tulang dilakukan dengan merendam tulang ke dalam larutan HCl selama 2 minggu. Demineralisasi sempurna ditandai dengan konsistensi tulang menjadi lunak dan translucent (transparan). Perlakuan Fraktur Tulang. Anjing diadaptasikan selama 1 minggu. Semua anjing diberikan anthelmetika dan vaksinasi, diberi pakan komersial (dogfood) dan air minum (RO) diberikan secara ad libitum. Diafisis tulang femur kiri dibor dengan diameter 1 cm dan lubang hasil pengeboran diberi bahan cangkok tulang. Enam ekor anjing dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, masing-masing tiga ekor anjing. Kelompok I diberi bahan cangkok tulang demineralized equine cortical bone xenograft (DECBX), kelompok II diberi bahan cangkok tulang equine cortical bone xenograft (ECBX). Teknik Pengambilan Foto Rontgen. Pengambilan gambar foto rontgen dilakukan pada 24 jam, minggu kedua, minggu keempat dan minggu kedelapan pasca operasi dengan posisi hewan rebah lateral (left lateral recumbency) dan proyeksi gambar secara mediolateral difokuskan pada tulang femur kiri. Evaluasi keberhasilan penggunaan bahan cangkok tulang ini dapat diketahui melalui gambaran radiografis dengan melihat absorbsi bahan cangkok, pembentukan kalus atau jaringan tulang baru, fusi antar segmen tulang dan keseragaman opasitas pada tulang yang diberi bahan cangkok tulang DECBX maupun ECBX. ISBN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran bulat radiolusen dengan diameter 1 cm di bagian tengah diafisis tulang femur kiri anjing kelompok I merupakan tampilan dari DECBX sebagai pengganti fragmen tulang yang hilang akibat pengeboran (Gambar 1A). Bahan cangkok tulang DECBX pada tampilan radiografis menunjukkan gambaran radiolusen karena kandungan mineral bahan cangkok tulang sebagian besar telah hilang akibat proses demineralisasi (Gambar 1A), sedangkan pada bahan cangkok ECBX menunjukkan tampilan radiopak karena bahan cangkok tersebut masih memiliki kandungan mineral tulang (Gambar 1B). Demineralisasi bahan cangkok tulang dapat dilakukan dengan berbagai larutan kimia, termasuk dengan menggunakan asam hidroklorida. Proses demineralisasi dilakukan untuk menghancurkan mineral dan materi antigenik dalam tulang, sehingga menurunkan stimulasi antigenik dan meningkatkan pelepasan Bone Morphogenetic Protein (Riley et al., 1996). Hasil pemeriksaan radiografis pada periode 24 jam pasca operasi belum terlihat adanya pembentukan kalus pada kedua kelompok perlakuan (Gambar 1A dan 1B), karena pada periode ini sedang berlangsung fase inflamasi. Menurut Harwood et al. (2010) fase inflamasi timbul setelah terjadi gangguan atau luka pada tulang dan jaringan lunak disekitarnya, puncak peradangan timbul dalam waktu 48 jam (Sfeir et al., 2005) dan berlangsung sekitar 3-4 hari (Harwood et al., 2010; Johnson et al., 2005), kemudian diikuti hemoragi, thrombosis, kematian tulang pada ujung patahan dan pembentukan hematoma (Kealy et al., 2011). Gambar 1. Radiografis mediolateral diafisis tulang femur kiri anjing pada 24 jam pasca operasi. A, demineralized equine cortical bone xenograft (DECBX) tampak berbentuk bulat radiolusen berdiameter 1 cm (tanda panah merah). B, equine cortical bone xenograft (ECBX) tampak berbentuk bulat radiopak berdiameter 1 cm (tanda panah hitam) ISBN

5 Gambar 2. Radiografis mediolateral tulang femur kiri anjing pada minggu ke- 2 pasca operasi. A, pita kalus tipis disekitar bahan cangkok DECBX. B, Gambaran bulat radiopak merupakan bahan cangkok ECBX (tanda panah hitam) Perubahan densitas di bagian tepi fragmen tulang pada kedua kelompok resipien terlihat pada pemeriksaan radiografis minggu ke-2 pasca operasi. Pita kalus berupa gambaran radiopak tipis terlihat disekitar daerah yang diberi bahan cangkok DECBX maupun ECBX (Gambar 2A dan 2B). Gambaran ini merupakan respon awal kesembuhan tulang. Henry (2013) menyebutkan bahwa kesembuhan awal ditandai dengan perubahan garis fraktur yang lebih tipis dan pembentukan kalus. Jembatan kalus mulai terbentuk pada minggu ke-2 pasca fraktur. Kalus berasal dari invasi dan diferensiasi sel mesenkimal (Denny and Butterworth, 2000). Perubahan radiografis dalam kurun waktu hari pasca fraktur ditandai dengan adanya reaksi periosteal, pembentukan kalus, penurunan ukuran gap fraktur dan kalus mulai mengalami mineralisasi (Kealy et al., 2011; Henry, 2013). Gambar 3. Radiografis mediolateral tulang femur kiri anjing pada minggu ke-4 pasca operasi. A, Gambaran bulat radiolusen pada anjing kelompok I terlihat mengecil. B, Gambaran bulat radiopak bahan cangkok ECBX (tanda panah hitam) pada diafisis femur anjing kelompok II masih terlihat. ISBN

6 Perubahan densitas di bagian tepi fragmen tulang pada kedua kelompok resipien terlihat pada pemeriksaan radiografis minggu ke-2 pasca operasi. Pita kalus berupa gambaran radiopak tipis terlihat disekitar daerah yang diberi bahan cangkok DECBX maupun ECBX (Gambar 2A dan 2B). Gambaran ini merupakan respon awal kesembuhan tulang. Henry (2013) menyebutkan bahwa kesembuhan awal ditandai dengan perubahan garis fraktur yang lebih tipis dan pembentukan kalus. Jembatan kalus mulai terbentuk pada minggu ke-2 pasca fraktur. Kalus berasal dari invasi dan diferensiasi sel mesenkimal (Denny and Butterworth, 2000). Perubahan radiografis dalam kurun waktu hari pasca fraktur ditandai dengan adanya reaksi periosteal, pembentukan kalus, penurunan ukuran gap fraktur dan kalus mulai mengalami mineralisasi (Kealy et al., 2011; Henry, 2013). Kelompok I mengalami peningkatan densitas akibat pembentukan kalus pada minggu ke-4 pasca operasi. Bahan cangkok DECBX yang di transplantasikan telah mengalami degradasi dan mineralisasi pada minggu ke-4 pasca operasi, meskipun belum sempurna (Gambar 3A). Pada periode yang sama, bahan cangkok ECBX yang ditransplantasikan pada diafisis tulang femur anjing Kelompok II masih terlihat dan mengalami sedikit penurunan ukuran diameter. Gambar 4. Radiografis mediolateral tulang femur kiri anjing pada minggu ke-8 pasca operasi. A, tampak keseragaman struktur diafisis tulang (tanda panah merah). B, pita kalus tipis dibagian diafisis tulang (tanda panah hitam). C, peningkatan densitas disekitar ECBX (tanda panah kuning). D, penurunan ukuran gambaran radiopak ECBX (tanda panah biru) ISBN

7 Hasil pemeriksaan radiografis minggu ke-8 pasca operasi menunjukkan bahwa bahan cangkok DECBX telah diabsorpsi sehingga gambaran bulat radiolusen sudah tidak terlihat (Gambar 4A dan 4B), penyatuan fragmen dan keseragaman opasitas diafisis tulang juga terlihat pada kelompok I. Pada periode pemeriksaan yang sama, bahan cangkok ECBX belum diabsorbsi secara sempurna, penyatuan fragmen tulang maupun keseragaman opasitas pada bagian tengah diafisis tulang femur yang diberi bahan cangkok pada kelompok II (Gambar 4C dan 4D) juga belum terjadi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa penggunaan bahan cangkok tulang kortikal kuda tanpa demineralisasi secara radiografis masih terlihat pada minggu ke-16 (Fujinaga and Koike, 1976), dan minggu ke-24 pasca operasi (Heo et al., 2011). Absorbsi bahan cangkok tulang pasca transplantasi dapat terjadi dalam waktu singkat maupun lama (Burchardt et al.,1977; Burchardt, 1987; Choi et al., 1996). Proses absorbsi bahan cangkok dan penyatuan fragmen pada kelompok I terjadi lebih cepat dibandingkan pada kelompok II. Hal ini disebabkan karena bahan cangkok tulang yang telah didemineralisasi sudah tidak memiliki kandungan mineral, sehingga proses absorbsi dapat berjalan lebih cepat. Selain itu, komposisi bahan cangkok tulang demineralisasi berupa protein non collagen, growth factors dan collagen (Joshi et al., 2010; Sutherland and Bostrom, 2005) memiliki potensi biologi osteoinduktif dan sebagian osteokonduktif yang berperan mempercepat pertumbuhan tulang baru (Zimmermann and Moghaddam, 2011; Kutler et al., 1993). KESIMPULAN Proses kesembuhan tulang secara radiografis ditandai dengan pembentukan tulang baru, penyatuan fragmen tulang dan keseragaman opasitas tulang resipien. Berdasarkan hasil pemeriksaan radiografis dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa proses kesembuhan tulang secara radiografis pada kelompok I terlihat pada minggu ke-8 pasca operasi, sedangkan dari hasil pemeriksaan radiografis kelompok II pada minggu ke-8 pasca operasi belum menunjukkan gambaran absorbsi bahan cangkok, penyatuan fragmen maupun keseragaman opasitas diafisis tulang. ISBN

8 DAFTAR PUSTAKA Adji, D., Utami, A.D., and Utami, T Efektifitas Tulang Kuda yang Didekalsifikasi Sebagai Bahan untuk Reparasi Fraktur Radius-Ulna pada Anjing. Hibah Penelitian Pengembangan Bagian Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gadjah Mada Burchardt H., Glowczewskie, F.P. and Enneking, W.F Allogeneic segmental fibular transplants in azathioprine-immunosuppressed dogs. Journal of Bone and Joint Surgery (America), 59: Burchardt, H Biology of bone transplantation. Orthopedic Clinics of North America, 18: Choi, I.H., Kim, H.G. and Sasaki, N Effectiveness of freeze-dried bone grafts on the non-union fracture of dogs. Korean Journal of Veterinary Research, 36: Denny, H.R. and Butterworth, S.J A Guide to Canine and Feline Orthopaedic Surgery. 4 th ed. Blackwell Science. Dimitriou, R., Jones E., McGonagle, D. and Giannoudis, P.V Bone Regeneration: current concepts and future directions. BMC Med., 9:66. Eesa, M.J., Mahdi, A.K. and Al-Mutheffer, E.A Radiological and Histopathological Study of The Effect of Omental Pedicle Flap on The Transverse and Oblique Rib Fracture in Dogs. Iraqi J of Vet Sci., 23: Enneking, W.F., Eady, J.L. and Burchardt, H Autogenous cortical bone grafts in the reconstruction of the femur in revision total hip arthroplasty. Clinical Orth and Related Res., Finkemeier, C.G Bone Grafting and Bone Graft substitutes. J Bone Joint Surg Am., 84: Fujinaga, T. and Koike, T An Examination of Graft Alteration and Recipient Response to Processed Mare Cortical Bone Xenografting. Jap J vet Res.,4:1-12. Greenwald, A.S., Bodes, S.D. and Goldberg Bone-Graft Substitutes: Fact, fictions and applications. 75 th Annual Meeting American Academy of Orthopaedic Surgeons. San Francisco, California. Harwood, P.J., Newman, J.B. and Michael, A.L.R An update on fracture healing and non-union. Mini symposium: Basic science of trauma. Orthopaedic and Trauma, 24:1. Henry, G.A Fracture Healing abd Complications. In: Thrall D.E. Textbook of Veterinary Diagnostic Radiology. 6 th ed. Elsevier Saunders.United States of America. P: ISBN

9 Heo, S.H., Na, C.S. and Kim, N.S Evaluation of equine cortical bone transplantation in a canine fracture model. Vet Medicine, 3: Joshi, D.O., Tank, P.H., Mahida, H.K., Dhami, M.A., Vedpathak, H.S. and Karle, A.S Bone Grafting: An Overview. Veterinary World, 3(4): Kao, R.T Periodontal regeneration reconstructive surgery. In Rose, L.F., Mealey, B.L. and Genco, R.J. Eds. Periodontic medicine, surgery and Implants. St Louis. Saunders Elsevier. P: Kealy, J.K., McAllister, H. and Graham, J.P Diagnostic Radiology and Ultrasonography of the Dog and Cat. 5 th ed. Elsevier Saunders. Kutler, N., Reuter, J., Kirchner, T., Priessuiz, B. and Sebald, W Osteoinductive, morphogenic, and Biomechanical Properties of Autolyzed Antigen Extracted, Allogenic Human Bone. J. Oral Maxilofac Surg. 51 (12); Riley, E.H., Lane, J.M., Urist, M.R., Lyons, K.M. and Lieberman, J.R Bone Morphogenetic Protein-2: Biology and Application. Clin. Orthop. Relat. Res., 324: Sutherland, D., and Bostrom, M Graft and Bone graft Substitutes. Bone Regeneration and Repair Biology and Clinical Applicatin. Lieberman J.R., Friedlander G.E. (ed).humana Press. Zimmermann, G. and Moghaddam, A Allograft bone matrix versus synthetic bone graft substitutes. Injury, 42:S16 S21. ISBN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pathologic fracture). Menurut Piermattei et al. (2006), sekitar 75 80% kejadian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pathologic fracture). Menurut Piermattei et al. (2006), sekitar 75 80% kejadian PENDAHULUAN Latar Belakang Fraktur merupakan kasus yang sering terjadi pada manusia maupun hewan. Fraktur pada hewan umumnya disebabkan karena trauma dan penyakit (pathologic fracture). Menurut Piermattei

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kejadian fraktur tidak hanya terjadi pada manusia. Fraktur pada hewan merupakan kasus yang juga biasa ditangani oleh dokter hewan baik dari Rumah Sakit Hewan maupun Klinik Hewan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan PENDAHULUAN Latar Belakang Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan kesayangan terutama anjing dan kucing. Fraktur pada hewan, umumnya disebabkan oleh trauma seperti terbentur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses kesembuhan fraktur dimulai segera setelah tulang mengalami kerusakan, apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis dan biologis

Lebih terperinci

Karakterisasi Hydroxyapatite Alami yang Dibuat dari Tulang Sapi dan Cangkang Telur sebagai Bahan untuk Donor Tulang (Bone Graft)

Karakterisasi Hydroxyapatite Alami yang Dibuat dari Tulang Sapi dan Cangkang Telur sebagai Bahan untuk Donor Tulang (Bone Graft) 2017, 6(1): 9-13 ISSN 2301-5977, e-issn 2527-7154 Karakterisasi Hydroxyapatite Alami yang Dibuat dari Tulang Sapi dan Cangkang Telur sebagai Bahan untuk Donor Tulang (Bone Graft) Ahmad Taufik, Arif Zuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang seperti halnya jaringan hidup lainnya pada tubuh manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang seperti halnya jaringan hidup lainnya pada tubuh manusia dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan salah satu penyusun tubuh yang sangat penting dan merupakan salah satu jaringan keras yang terdapat dalam tubuh manusia. Tulang mengandung 30% serabut

Lebih terperinci

BAHAN CANGKOK DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BOVINE BONE XENOGRAFT (DFDBBX) DAN HYDROXYAPATITE BOVINE BONE XENOGRAFT (HA-BBX)

BAHAN CANGKOK DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BOVINE BONE XENOGRAFT (DFDBBX) DAN HYDROXYAPATITE BOVINE BONE XENOGRAFT (HA-BBX) BAHAN CANGKOK DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BOVINE BONE XENOGRAFT (DFDBBX) DAN HYDROXYAPATITE BOVINE BONE XENOGRAFT (HA-BBX) Oleh I Wayan Wirata Luh Made Sudimartini I Wayan Nico Fajar Gunawan FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh berbagai hal. Nekrosis jaringan pulpa dan penyakit periodontal, misalnya, dapat menyebabkan

Lebih terperinci

Agus Purnomo dan Dhirgo Adji

Agus Purnomo dan Dhirgo Adji JS V 30 (1), Juli 2012 JURNAL SAIN VETERINER ISSN : 0126-0421 Ekspresi Bone Morphogenetic Protein-2 untuk Mengukur Efektivitas Biomaterial Freeze Dried Bovine Bone Xenograft (FDBBX) sebagai Bahan Penyambung

Lebih terperinci

CHIP FREEZE DRIED CANCELLOUS BONE ALLOGRAFT AS SCAFFOLD TO FILL SMALL BONE DEFECT IN LONG BONE

CHIP FREEZE DRIED CANCELLOUS BONE ALLOGRAFT AS SCAFFOLD TO FILL SMALL BONE DEFECT IN LONG BONE CHIP FREEZE DRIED CANCELLOUS BONE ALLOGRAFT AS SCAFFOLD TO FILL SMALL BONE DEFECT IN LONG BONE Ronald Vinantius Munthe* Heri Suroto** *Resident of Orthopaedic and Traumatology Department, **Senior Consultant

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari matriks dan sel-sel. Tulang mengandung matriks organik sekitar 35%, dan matriks anorganik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi yang dapat menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah

BAB I PENDAHULUAN. sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2009 didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah tulang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai dari kelainan kongenital dan dapatan, termasuk juga inflamasi dan gangguan perkembangan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan post test only

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan post test only III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan post test only control group design yang menggunakan evaluasi secara histopatologi. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pencangkokan tulang. Tulang merupakan jaringan kedua terbanyak. tahun dilakukan diseluruh dunia (Greenwald, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pencangkokan tulang. Tulang merupakan jaringan kedua terbanyak. tahun dilakukan diseluruh dunia (Greenwald, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang yang menyangga struktur berdaging, melindungi organ vital seperti yang terdapat didalam tengkorak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan bedah minor yang sering dilakukan dan menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang alveolar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan

BAB I PENDAHULUAN. organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan jenis jaringan ikat padat yang tersusun dari garam organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Garam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket infraboni merupakan kerusakan tulang yang terjadi pada jaringan pendukung gigi dengan dasar poket lebih apikal daripada puncak tulang alveolar yang terjadi akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan. masyarakat dunia, khususnya negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan. masyarakat dunia, khususnya negara berkembang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia, khususnya negara berkembang. Menurut World Health Organization (WHO), kecelakaan lalu lintas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan untuk prosedur transplantasi (Ana dkk., 2008). Setiap tahun, lebih dari lima ratus ribu prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur

BAB I PENDAHULUAN. jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bone grafting merupakan prosedur kedua terbanyak dalam hal transplantasi jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur ini

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patah tulang atau fraktur merupakan keadaan dimana terjadi diskontinuitas pada tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010 menginformasikan bahwa kasus patah tulang meningkat setiap tahun sejak 2007. Pada 2007 tercatat ada 22,815

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Bone Tissue Engineering (BTE) Bone Tissue Engineering merupakan suatu teknik yang terbentuk dari dua prinsip keilmuan, antara "sciences" dan "engineering" yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan tulang adalah salah satu jaringan yang sering digunakan untuk transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah ortodontik, bedah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. prosedur yang kompleks dengan kemungkinan resiko terhadap pasien

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. prosedur yang kompleks dengan kemungkinan resiko terhadap pasien BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Prosedur tandur tulang (bone grafting) merupakan prosedur operasi untuk menggantikan tulang dimana prosedur ini merupakan prosedur yang kompleks dengan kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA Rekonstruksi mandibula masih merupakan tantangan yang kompleks. Tulang mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga dukungan jalan pernafasan.

Lebih terperinci

BAB 2 DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BONE ALLOGRAFT. Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang melibatkan struktur

BAB 2 DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BONE ALLOGRAFT. Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang melibatkan struktur BAB 2 DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BONE ALLOGRAFT Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang melibatkan struktur penyangga gigi baik jaringan lunak maupun jaringan keras. Perubahan yang terjadi pada

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari dalam Laurencin and Nair,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari dalam Laurencin and Nair, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tissue Engineering (TE) adalah suatu interdisipliner ilmu biomedis yang menggabungkan berbagai ilmu pengetahuan seperti material, teknik, kimia, biologi sel

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 12 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan bulan November 2012 di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk, Bogor. Analisis hormon testosteron

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 20 MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Proses penelitian berlangsung mulai dari bulan April 2009 sampai Agustus 2010. Operasi implantasi dilakukan di Laboratorium Bagian Bedah dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows. 18 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai Agustus 2011. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di Fasilitas Kandang

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang alveolar. Di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mekanime patologi. Penyembuhan tulang atau union dapat dinilai dari

BAB I PENDAHULUAN. mekanime patologi. Penyembuhan tulang atau union dapat dinilai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyembuhan tulang adalah proses metabolisme fisiologi yang kompleks pada tulang fraktur melibatkan macam variasi zat biokimia, seluler, hormonal dan mekanime patologi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental. laboratories in vivo pada tikus (Sprague Dawley) jantan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental. laboratories in vivo pada tikus (Sprague Dawley) jantan. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental laboratories in vivo pada tikus (Sprague Dawley) jantan. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini, 9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang mempunyai karakterisktik meningkatnya nilai glukosa plasma darah. Kondisi hiperglikemia ini diakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian luka pada kecelakaan seiring waktu semakin meningkat. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO) melaporkan kecelakaan lalu lintas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kedokteran gigi erat sekali kaitannya dengan penyakit yang dapat berujung pada kerusakan atau defek pada tulang alveolar, salah satunya adalah periodontitis. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. murni dengan nama dagang Suprasoft. Konsep penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. murni dengan nama dagang Suprasoft. Konsep penelitian ini adalah digilib.uns.ac.id 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Kolagen Tipe I yang dipakai dalam penelitian ini adalah Kolagen murni dengan nama dagang Suprasoft. Konsep penelitian ini adalah dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mengalami peningkatan populasi orang tua pada tahun 2025 sebanyak 301% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mengalami peningkatan populasi orang tua pada tahun 2025 sebanyak 301% dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia Harapan Hidup (UHH), di seluruh dunia mengalami kenaikan dari usia 67 tahun pada tahun 2009 menjadi 71 tahun pada tahun 2013. Indonesia diprediksi akan mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori Hidroksiapatit berpori digunakan untuk loading sel (Javier et al. 2010), pelepas obat (drug releasing agents) (Ruixue et al. 2008), analisis kromatografi

Lebih terperinci

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.5 Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental 2.6 Sampel 2.6.1 Jenis dan Kriteria Sampel Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

HASIL FUNGSIONAL SETELAH PROSEDUR FIBULA OSTEOSEPTOCUTANEUS FLAP UNTUK DEFEK JARINGAN LUNAK DAN TULANG PADA TIBIA

HASIL FUNGSIONAL SETELAH PROSEDUR FIBULA OSTEOSEPTOCUTANEUS FLAP UNTUK DEFEK JARINGAN LUNAK DAN TULANG PADA TIBIA HASIL FUNGSIONAL SETELAH PROSEDUR FIBULA OSTEOSEPTOCUTANEUS FLAP UNTUK DEFEK JARINGAN LUNAK DAN TULANG PADA TIBIA FUNCTIONAL OUTCOME OF FIBULAR OSTEOSEPTOCUTANEUS FLAP FOR SOFT TISSUE AND BONE LOSS OF

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari sampai waktu panen domba. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan suhu tubuh,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

BAB 2 BONE GRAFT DAN JENIS BONE GRAFT

BAB 2 BONE GRAFT DAN JENIS BONE GRAFT BAB 2 BONE GRAFT DAN JENIS BONE GRAFT 2.1 Defenisi Bone Graft Graft adalah suatu bagian jaringan yang diambil dari satu tempat dan ditransplantasikan ke tempat lain, baik pada individu yang sama maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga menurunkan kualitas hidup individu (Deumens et al., 2010). Kejadian

I. PENDAHULUAN. sehingga menurunkan kualitas hidup individu (Deumens et al., 2010). Kejadian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan saraf tepi dapat memicu kelumpuhan motoris dan sensoris sehingga menurunkan kualitas hidup individu (Deumens et al., 2010). Kejadian kerusakan saraf tepi traumatik

Lebih terperinci

BAB 11 KURETASE GINGIVAL

BAB 11 KURETASE GINGIVAL 161 Kuretase gingival BAB 11 KURETASE GINGIVAL Pada uraian berikut akan dibahas tiga tehnik bedah yang termasuk kategori kuretase, yaitu: kuretase gingival (gingival curettage), kuretase subgingival (subgingival

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mandibula adalah tulang rahang pembentuk wajah yang paling besar, berat

BAB 1 PENDAHULUAN. Mandibula adalah tulang rahang pembentuk wajah yang paling besar, berat BAB 1 PENDAHULUAN Mandibula adalah tulang rahang pembentuk wajah yang paling besar, berat dan kuat. Mandibula berfungsi dalam proses pengunyahan, penelanan dan bicara. Walaupun mandibula merupakan tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth,

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya (WHO, 2004).

Lebih terperinci

EFEK DEMINERALISASI DAN IRADIASI GAMMA TERHADAP KANDUNGAN KALSIUM DAN KEKERASAN TULANG BOVINE LIOFILISASI ABSTRAK

EFEK DEMINERALISASI DAN IRADIASI GAMMA TERHADAP KANDUNGAN KALSIUM DAN KEKERASAN TULANG BOVINE LIOFILISASI ABSTRAK Risa/ah Peltemuan //miah Pene/itian dan Pengembangan Ap/IKasi /sotop dan Radiasi, 2001 EFEK DEMINERALISASI DAN IRADIASI GAMMA TERHADAP KANDUNGAN KALSIUM DAN KEKERASAN TULANG BOVINE LIOFILISASI B. AbbasI.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental murni

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental murni BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental murni in vivo. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur merupakan terpisahnya kontinuitas tulang yang terjadi karena tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur merupakan terpisahnya kontinuitas tulang yang terjadi karena tekanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur merupakan terpisahnya kontinuitas tulang yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. Berdasarkan data Depkes RI pada tahun 2011 sebanyak 45.987

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal merupakan gejala klinis utama dari penyakit periodontal. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang dikenal, supraboni

Lebih terperinci

Penyembuhan luka jaringan keras pascatrauma

Penyembuhan luka jaringan keras pascatrauma Penyembuhan luka jaringan keras pascatrauma A. Tajrin Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia Koresponden: tajrinumi@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Farmakologi. Penelitian ini termasuk dalam lingkup kelimuan Biokimia dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan rancangan percobaan post test only control group design. Pengambilan hewan uji sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho dkk., 2007). Selain fungsi mekanis, tulang juga berperan penting dalam aktivitas metabolik (Meneghini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal didefinisikan sebagai pendalaman sulkus gingiva secara patologis, merupakan gejala klinis paling penting dari penyakit periodontal. Pendalaman sulkus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan jaringan karena penyakit keturunan, luka berat dan kecelakaan menempati posisi kedua penyebab kematian di dunia. Pengobatan konvensional yang umum dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah melakukan ekstraksi atau pencabutaan gigi, dimana

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember Juni 2002.

Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember Juni 2002. MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2001 - Juni 2002. Pemeliharaan dan pengamatan pertumbuhan ternak dilakukan di kandang Unggas Fakultas Petemakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Penyembuhan Luka Penyembuhan luka adalah suatu proses pembentukan jaringan sehingga kembali seperti semula atau dengan kata lain penggantian jaringan yang rusak atau mati

Lebih terperinci

Wan Rita Mardhiya, S. Ked

Wan Rita Mardhiya, S. Ked Author : Wan Rita Mardhiya, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UR http://www.yayanakhyar.co.nr PENDAHULUAN Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan Fisika kedokteran. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Tempat 1. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus cedera di Indonesia dapat dilihat melalui data morbiditas dan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus cedera di Indonesia dapat dilihat melalui data morbiditas dan 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus cedera di Indonesia dapat dilihat melalui data morbiditas dan mortalitas penyakit di Rumah Sakit, cedera menduduki urutan ketiga terbanyak proporsi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan BAB IV METODE PELAKSANAAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menyangkut bidang ilmu biokimia, ilmu gizi, dan patologi anatomi 4.2 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari

Lebih terperinci

drh. Ahmad Fauzi M.Sc

drh. Ahmad Fauzi M.Sc drh. Ahmad Fauzi M.Sc Definisi Enterotomy adalah operasi insisi (sayatan) pada usus Enterektomi adalah operasi pemotongan sebagian usus Enteropexy adalah fiksasi segmen usus ke dinding cavum abdomen. Indikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kecelakaan lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan sepanang tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur atau patah tulang merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab kematian penduduk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung Jaya Farm, Desa Varia Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Makroskopis Tulang Kelinci Implan terlihat jelas sebagai massa berbentuk padat berwarna putih pada bagian korteks hingga bagian medula tulang. Hasil pemeriksaan makroskopis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Penyembuhan Fraktur Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunya mengalami peningkatan, total jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan pusat statistik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan coba yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia secara geografis merupakan negara tropis yang kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Seiring perkembangan dunia kesehatan, tumbuhan merupakan alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sembuh tanpa jaringan parut. Penyembuhan fraktur bisa terjadi secara langsung atau

BAB I PENDAHULUAN. sembuh tanpa jaringan parut. Penyembuhan fraktur bisa terjadi secara langsung atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat partial ataupun total. 1 Penyembuhan fraktur adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakangPermasalahan. dental. Implan dental merupakan salah satu cara mengganti gigi yang hilang dengan

I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakangPermasalahan. dental. Implan dental merupakan salah satu cara mengganti gigi yang hilang dengan 1 I. PENDAHULUAN A. LatarBelakangPermasalahan Implan selain untuk tulang, juga digunakan untuk gigi dan disebut implan dental. Implan dental merupakan salah satu cara mengganti gigi yang hilang dengan

Lebih terperinci

Tulang Rawan. Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi

Tulang Rawan. Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi Tulang Rawan Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi Suatu tulang rawan memiliki khondrosit yang tersimpan di dalam ruangan (lacunae) dalam matriks ekstraselular. Tulang rawan mengandung banyak air (menyebabkannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan dengan beberapa

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Hip fracture (Carter, 2007)

Gambar 1.1 Hip fracture (Carter, 2007) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur tulang panggul yang dijelaskan pada Gambar 1.1 adalah suatu terminologi yang digunakan untuk menggambarkan fraktur tulang paha pada daerah pangkal proksimal

Lebih terperinci

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba 17 III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilakukan di kandang Mitra Maju yang beralamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka pencabutan gigi di Indonesia relatif masih tinggi. Rasio penambalan dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan post-test only control group design. Hewan uji dirandomisasi baik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan post-test only control group design. Hewan uji dirandomisasi baik BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni, dengan pendekatan post-test only control group design. Hewan uji dirandomisasi baik pada

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang 11 MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan di kandang FKH-IPB. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 2 FRAKTUR MANDIBULA. Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada. berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.

BAB 2 FRAKTUR MANDIBULA. Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada. berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar. BAB 2 FRAKTUR MANDIBULA 2.1 Definisi Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada mandibula. 14,15 Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Penelitian ini 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan post-test control design group. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 15 Tabel 8 Daftar komposisi media pada kultur mangga Komponen A B C D E Unsur makro ½ MS B5 B5 B5 ½B5 Unsur mikro MS MS MS MS MS Fe-EDTA ½MS MS MS MS MS Vitamin dan asam amino MS MS MS MS MS Asam askorbat

Lebih terperinci

SKIN GRAFT. Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP

SKIN GRAFT. Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP SKIN GRAFT Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP.132 308 599 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 1 PENDAHULUAN Kulit menutupi seluruh permukaan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Subjek Penelitian Subyek penelitian ini yaitu tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar, usia 90 hari dengan berat badan

Lebih terperinci