BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi yang dapat menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan ditandai dengan terbentuknya poket dan atau resesi (Prathap dkk., 2013). Menurut Fedi dkk. (2005) poket periodontal (true pocket) adalah pendalaman sulkus gingiva yang disertai penurunan junctional epithelium kearah apikal. Berdasarkan letak dasar poket terhadap puncak tulang alveolar, poket periodontal terbagi menjadi dua jenis, yaitu poket supraboni dan infraboni. Poket supraboni adalah pendalaman sulkus gingiva dengan posisi dasar poket terletak lebih kearah koronal daripada puncak tulang alveolar sedangkan poket infraboni adalah pendalaman sulkus gingiva dengan posisi dasar poket terletak lebih kearah apikal daripada puncak tulang alveolar. Newman dkk. (2015) mengatakan bahwa terjadinya poket periodontal karena peradangan kronis pada jaringan periodontal akan diikuti dengan adanya resorbsi tulang alveolar. Resorbsi tulang alveolar dapat terjadi dalam 2 macam kondisi, yaitu resorbsi tulang horizontal dan vertikal/ angular. Menurut Fedi dkk. (2005) resorbsi tulang horizontal adalah penurunan ketinggian puncak tulang alveolar, sedangkan resorbsi tulang vertikal/ angular adalah kehilangan tulang yang membentuk sudut tajam terhadap permukaan akar. Poket supraboni dihubungkan dengan resorbsi tulang horizontal dan poket infraboni dikaitkan dengan resorbsi tulang vertikal/angular. Poket infraboni 1

2 2 dengan tipe kerusakan tulang vertikal/angular dirawat dengan tindakan bedah flap yang sebelumnya didahului tindakan scaling dan root planing. Kaushal dkk. (2014) mengatakan bahwa bedah flap saja belum optimal mengupayakan terjadinya regenerasi jaringan periodontal dengan cepat dan baik. Bashutski dkk. (2009) juga menyatakan penambahan bahan cangkok tulang pada tindakan open flap debridement terbukti lebih baik dalam merangsang regenerasi jaringan periodontal yang secara klinis ditunjukkan dengan penurunan probing depth dan peningkatan clinical attachment level serta regenerasi tulang alveolar dengan adanya penambahan ketinggian dan ketebalan tulang yang ditunjukkan melalui gambaran rontgen. Menurut Newman dkk. (2015) bahan cangkok tulang yang ideal mempunyai 3 sifat utama untuk dapat menggantikan dan merangsang pembentukan tulang baru, yaitu osteokonduksi, osteoinduksi, dan osteogenesis. Kaushal dkk. (2014) mengatakan bahwa sifat-sifat ideal bahan cangkok tulang dimiliki oleh autograft, tetapi karena banyak kekurangan dalam aplikasi dan ketersediaan bahan, maka diupayakan jenis bahan cangkok tulang dari sumber lain. Bahan cangkok tulang jenis alloplastik akhir-akhir ini banyak dikembangkan karena mempunyai beberapa kelebihan, yaitu tidak menyebabkan reaksi imunologis, tidak berpotensi menularkan penyakit, dan tersedia dalam jumlah banyak. Alloplastik sebagai bahan cangkok tulang dapat dibuat dari Calcium phosphate, coral dan ganggang laut, turunan dari hydroxyapatite, dan polimer yang berasal dari bahan-bahan alam (Kaushal dkk., 2014).

3 3 Ana dkk. (2007) menyatakan bahwa sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mulai dikembangkan bahan cangkok tulang alloplastik dengan porositas 150 mikron yang akan membuat bahan tersebut dapat menyaring hanya sel-sel penulangan baru (osteoblas) saja yang dapat masuk dan bahan dasarnya berasal dari sumber daya alam, serta dikemas dalam sediaan komposit padat yang dilapis gelatin sehingga cukup stabil dan praktis saat digunakan. Material baru tersebut komposisinya menyerupai struktur anorganik tulang, yaitu bahan cangkok tulang Carbonate-Hydroxyapatite (CHA) (Ana dkk., 2009). Menurut Kaushal dkk. (2014) penggunaan bahan cangkok tulang menunjukkan hasil yang lebih baik secara klinis dalam mengisi defek tulang alveolar daripada perawatan dengan open flap debridement saja. Athar dkk. (2014) mengatakan bahwa kecepatan regenerasi jaringan lunak (gingiva dan ligamen periodontal) dan jaringan keras (tulang alveolar dan cementum) berbeda, jaringan lunak dapat lebih cepat mengalami regenerasi daripada jaringan keras, sehingga bila regenerasi jaringan lunak lebih dahulu terbentuk pada area yang seharusnya diisi oleh jaringan keras, maka akan terjadi long junctional epithelium. Hal tersebut menyebabkan dibutuhkan bahan tambahan yang dapat mencegah terjadinya long junctional epitelium. Terbentuknya long junctional epithelium dapat dicegah bila pertumbuhan sel-sel epitel bisa ditekan atau tempat yang seharusnya diisi oleh jaringan keras dapat dijauhkan dari sel-sel tersebut. Metode tambahan perawatan jaringan periodontal untuk mencegah terjadinya pola penyembuhan yang tidak diinginkan

4 4 tersebut dikenal dengan nama Guided Tissue Regeneration (GTR). Guided tissue regeneration adalah prosedur bedah flap yang diikuti dengan aplikasi membran. Perawatan kombinasi yang pernah dilakukan menggunakan bahan cangkok tulang hydroxyapatite dengan membran terbukti menyebabkan adanya penurunan probing depth dan peningkatan clinical attachment level (Bashutsky dkk., 2009). Membran merupakan bahan bio-inert yang berfungsi untuk mencegah terjadinya long junctional epithelium, melindungi bekuan darah, dapat berperan sebagai scaffold, dan mencegah sel-sel jaringan lunak (epitel dan jaringan ikat) bermigrasi ke defek tulang serta memberi kesempatan sel-sel osteogenik membentuk tulang baru. Membran telah diproduksi dari bahan biokompatibel dan dibagi menjadi 2 jenis utama, yaitu non-resorbable dan resorbable membrane (Newman dkk., 2015). Penyembuhan jaringan periodontal akan terjadi setelah dilakukan perawatan open flap debridement. Penilaian klinis dengan evaluasi kedalaman poket pada penyembuhan jaringan periodontal tersebut dilakukan minimal 1 bulan setelah operasi. Evaluasi penyembuhan jaringan periodontal yang menggunakan aplikasi membran pada defek tulang alveolar pada minggu ke-4 menunjukkan ruangan dibawah membran yang berdekatan dengan gigi telah terisi dengan tulang alveolar (Gehrig dkk., 2008). Goeneveld dan Burger (2000) menyatakan bahwa penyembuhan kerusakan tulang terjadi setelah 1 bulan aplikasi bahan cangkok tulang dan setelah 3 bulan akan terlihat jelas perubahannya pada pemeriksaan radiografis. Proses mineralisasi dan pemadatan tulang akan meningkat secara signifikan pada 6 bulan

5 5 setelah cangkok tulang. Menurut Hallman dkk. (2001) maturasi tulang alveolar membutuhkan waktu penyembuhan yang bervariasi antara 3 sampai 6 bulan dan tergantung dari beberapa hal seperti: umur subjek, faktor-faktor penyembuhan luka, serta luas kerusakan tulang alveolar yang diberi bahan cangkok tulang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan: Apakah terdapat perbedaan efek bahan cangkok tulang Carbonate-hydroxyapatite dengan dan tanpa membran perikardium pada perawatan poket infraboni dengan parameter klinis probing depth, clinical attachment level, ketinggian dan densitas tulang alveolar? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efek bahan cangkok tulang Carbonate-hydroxyapatite dengan dan tanpa membran perikardium pada perawatan poket infraboni dengan parameter klinis probing depth, clinical attachment level, ketinggian dan densitas tulang alveolar. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi ilmiah tentang perbedaan efek bahan cangkok tulang Carbonate-hydroxyapatite dengan dan tanpa membran perikardium pada

6 6 perawatan poket infraboni dengan parameter klinis probing depth, clinical attachment level, ketinggian dan densitas tulang alveolar. 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan terapi kombinasi bedah flap perawatan poket infraboni. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang evaluasi klinis perawatan poket infraboni dengan kombinasi bahan cangkok tulang dan membran yang pernah ada yaitu: Clinical Evaluation of Porous Hydroxyapatite Bone Graft (Periobone G) with and without Collagen Membrane (Periocol) in The Treatment of Bilateral Grade II Furcation Defects in Mandibular First Permanent Molars (Prathap dkk., 2013). Hasil dari penelitian tersebut kedua kelompok perlakuan menghasilkan peningkatan yang signifikan secara statistik pada clinical attachment level dan penurunan kedalaman probing baik secara vertikal maupun horizontal. Penelitian lain yang hampir sama yaitu: Clinical and Histologic Evaluation of A Granular Bovine Bone Biomaterial Used as An Adjunct to GTR with a Bioresorbable Bovine Pericardium Collagen Membrane in The Treatment of Intrabony Defects (Stavropoulos dkk., 2011); dengan hasil penyembuhan jaringan periodontal tidak sama pada semua pasien. Perbaikan klinis yang signifikan telah diamati 1 dan 3 tahun setelah operasi (p<0,01 masing-masing rata-rata PD 4,4 ± 1,6 dan 4,7 ± 1,4 mm dan CAL 3,9 ± 1,4 mm dan 3,5 ± 1,3 mm). Evaluasi histologis menyatakan pembentukan sementum selular baru dan ligamen periodontal baru pada 4 dari 5 kasus.

7 7 Umumnya partikel-pertikel xenograft tampak tertanam di dalam jaringan ikat tanpa ada bukti pembentukan tulang baru. Penelitian tentang pengaruh bahan cangkok tulang Carbonate-hydroxyapatite dengan dan tanpa membran perikardium pada perawatan poket infraboni dengan parameter klinis probing depth, clinical attachment level, ketinggian dan densitas tulang belum pernah dilakukan.