BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gigi, dan 1% terdapat dalam darah (Hill, 1998).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gigi, dan 1% terdapat dalam darah (Hill, 1998)."

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Tulang adalah struktur hidup yang tersusun oleh protein dan mineral. Penyusun utama tulang adalah protein yang disebut kolagen serta mineral tulang yaitu kalsium fosfat. Lebih dari 99% kalsium tubuh terdapat dalam tulang dan gigi, dan 1% terdapat dalam darah (Hill, 1998) Struktur Tulang Tulang sebagian besar terdiri atas matriks tulang, substansi interstisial bermineral yang di depositkan dalam lapisan atau lamel. Substansi interstisial tulang tersebut disebut lakuna, yang tersebar merata dan diisi oleh sel tulang atau osteosit. Secara garis besar tulang ada dua tipe yaitu tulang kompak dan tulang trabecular. Pada tulang kompak terdapat tiga pola umum yaitu: (Fawcett,2002). (a) Sebagian besar tersusun konsentris mengelilingi saluran vaskuler memanjang, membentuk unit silindris yang disebut system harvers atau osteon. (b) Diantara system harvers terdapat potongan tulang berlamel dengan berbagai ukuran dan bentuk tak teratur inilah yang disebut sistem interstisial. (c) Permukaan luar tulang korteks tepat dibawah periosteum, sedangkan pada permukaan dalam terdapat sejumlah lamel yang berjalan tidak terputus-putus yang disebut lamel sikumferens. Tulang trabekular tidak ditembus pembuluh darah, oleh karena itu tidak terdapat system harvers. Lapisan luar periosteum adalah jaringan ikat yang relatif aseluler dengan banyak pembuluh darah. Terdapat sharpey fibers yang berfungsi mengikat

2 periosteum dengan erat pada tulang dibawahnya. Dinding bagian dalam tulang dilapisi oleh lapisan endosteum yang merupakan lapisan sel yang tipis. Semua rongga dari tulang, diantaranya saluran harvers dilapisi olah lapisan endosteum (Fawcett,2002) Komposisi Tulang Unsur yang membentuk tulang adalah mineral (komponen anorganik) yaitu sekitar 65%, matriks (komponen organik) yaitu sekitar 35% yang terdiri dari sel-sel osteoblas, osteoklas, osteosit dan air. Matriks organik terdiri atas serat-serat kolagen yang terbenam dalam substansi dasar kaya proteoglikan. Kolagen tulang merupakan komponen organik terbesar yang membentuk tulang merukapan 90% dari bagian organik matriks tulang, terutama kolagen tipe I yang berfungsi menahan regangan. Unsur anorganik tulang yaitu mineral terdiri atas endapan sejenis kalsium fosfat yang tersusun membentuk kristal hidroksiapatit. Unsur anorganik atau mineral berfungsi menahan beban tekanan (Fawcett,2002) Sel Tulang Pada sel tulang dibedakan empat jenis sel tulang: sel osteoprogenitor, osteoblast, osteosit, osteoklas (Leeson dkk,1995). a. Sel Osteoprogenitor Sel osteoprogenitor merupakan sel induk yang berkembang dari mesenkim, yang memiliki daya mitotik dan kemampuan untuk berkembang menjadi sel tulang dewasa. Sel ini ditemuan pada permukaan tulang dalam perosteum, pada endosteum, dan dalam saluran vaskular dari tulang kompakta. Ada dua jenis sel osteoprogenitor yaitu preosteoblas dan preosteoklas.

3 Preosteoblas memiliki sedikit retikulum endoplasma dan akan menghasilkan osteoblas, dan preosteoklas mengandung lebih banyak mitokondria dan ribosom bebas dan menghasilkan osteoklas (Leeson dkk, 1995). b. Osteoblas osteoblast berhubungan dengan pembentukan tulang dan ditemukan pada permukaan tulang, yaitu tempat matriks tulang ditambahkan. Bentuk selnya macam-macam, dari kuboid sampai piramidal dan seringkali berwujud lembaran utuh yang menyerupai susunan epitel. Intinya besar dan biasanya mempunyai satu anak inti. Sitoplasmanya sangat basophil karena kandungan nukleoprotein yang berperan untuk sintesis unsur organik matriks tulang, seperti kolagen dan glikoprotein. Di dalam sitoplasma, terdapat butir-butir halus osteoblas di daerah terjadinya endapan pada matriks. Osteoblast mengandung enzim fosfatase alkali, yang menandakan bahwa merka tidak saja berhubungan dengan pembuatan matriks, tetapi juga dengan proses klasifikasinya. Sel-sel ini mempunyai tonjolantonjolan sitoplasma mirip jari yang menjulur kedalam matriks tulang yang sedang dibentuk dan berhubungan dengan tonjolan-tonolan sitoplasma osteoblast yang berdekatan (Leeson dkk,1995). c. Osteoklas Osteoklas adalah sel raksasa berinti banyak yang besar dan jumlah anak intinya sangat bervariasi. Terdapat dekat pada permukaan tulang, seringkali dalam lekukan dangkal yang dikenal sebagai lakuna Howship. Permukaan tulang dekat osteoklas sering kehilangan sebagian mineralnya, dan ada kemungkinan bahwa sel-sel ini terlibat dalam resorbsi tulang, meskipun mekanisme kerjanya yang tepat belum jelas. Osteoklas mengeluarkan kolagenase dan enzim proteolitik lain

4 yang menyebabkan matriks tulang melepaskan bagian substansi dasar yang mengapur. Sesudah proses reasorbsi selesai, osteoklas menghilang, dapat disebabkan karena osteoklas berdegenerasi atau berubah lagi menjadi sel tulang (Leeson dkk,1995). d. Osteosit Osteosit atau sel tulang adalah osteoblast yang terpendam dalam matriks tulang. Sitoplasmanya bersifat basophil ringan yang ternyata mengandung titiktitik lemak, sejumlah glikogen, dan butir-butir halus mirip dengan yang terdapat di dalam osteoblast. Osteosit berasal dari osteoblas yang pada akhir proses mineralisasi terhimpit oleh ekstraselular matriks. Osteosit merupakan sel yang sensitif terhadap tekanan mekanik, berperan dalam pemeliharaan massa dan struktur tulang serta mengontrol pergerakan ion dan mineralisasi tulang (Leeson dkk, 1995). 2.2 Bone Graft Graft adalah suatu bagian jaringan yang diambil dari satu tempat dan ditransplantasikan ke tempat lain, baik pada individu yang sama maupun yang berlainan, tujuannya untuk menggantikan atau memperbaiki kerusakan jaringan, atau untuk menstimulasi regenerasi tulang dan perlekatan ligament periodontal yang baru pada gigi. Kerusakan tulang didefinisikan sebagai celah pada tulang yang membutuhkan pengisian tulang baru. Definisi tersebut berlaku untuk pengisian tulang pada kerusakan periodontal, pemasangan implant dan ruang yang terjadi setelah oprasi atau karena penyakit. Graft sudah digunakan secara luas sampai sekarang, karena merupakan salah satu jaringan yang sama, yang digunakan sebagai pengganti dengan tujuan adanya perbaikan kerusakan jaringan

5 (Garg dkk,1999 cit Makkunrai, 2011) Autogtaft Autograft juga dikenal dengan sebutan self-graft. Autograft adalah jaringan graft yang diambil dari individu yang sama. Fresh autograft adalah materi graft tulang yang paling ideal. Graft ini unik karena merupakan satu-satunya graft yang mempunyai supply living, serta immunocompatible. Graft ini paling sering digunakan pada prosedur bedah mulut dan maxillofacial dan bisa didapatkan dari berbagai sumber (Peterson dkk, 2004). Autograft dapat diambil dari iliac crest atau tulang pada bagian intraoral, seperti: sympisis mandibula, tuberositas maxilla, ramus, dan eksostosis (Garg dkk, 1999 cit Makkunrai, 2011). Autograft dapat ditransplantasikan dengan menjaga suplai darah ke graft. Keuntungan dari autograft adalah menyediankan sel osteogenik yang berguna dalam formasi pembentukan tulang dan tidak menimbulkan respon imunologis. Kerugian dari autograft yaitu mengharuskan operasi pada daerah lain untuk mendapatkan graft ini yang dapat menyebabkan luka baru pada daerah tersebut, dan kemungkinan jumlah tulang yang dibutuhkan tidak tercukupi apabila diambil dari daerah intraoral (Peterson dkk, 2004; Garg dkk, 1999 cit Makkunrai, 2011) Allograft Allograft juga dikenal dengan sebutan homograft. Jenis graft tulang ini sudah digunakan secara klinis lebih dari 100 tahun. Allograft merupakan graft yang didapat dari individu lain dari spesies yang sama. Allograft dapat diambil dari kadaver, donor hidup yang mempunyai hubungan darah, dan donor hidup yang tidak mempunyai hubungan darah. Karena setiap individu tidak memiliki genetik yang sama, tindakan rutin yang harus dilakukan adalah mengurangi

6 antigenitas dari graft ini. Bahan allograft yang paling sering digunakan adalah freeze-dried (Peterson dkk, 2004). Keuntungan allograft adalah (Peterson dkk,2004): a. Ketersediaan graft yang lebih cepat didapat b. Tidak memerlukan operasi pada bagian lain tubuh pasien sehingga mengurangi jumlah anesthesia dan waktu bedah, mengurangi risiko perdarahan, dankomplikasi lebih sedikit c. Dapat diperoleh tulang yang hampir sama bentuknya dengan resipien,misalnya pada kasus allogenik mandibular dapat digunakan untuk rekonstruksi defek mandibula Kerugian dari graft ini adalah kualitas dari graft tulang tergantung dari riwayat medis donor, dapat meningkatkan terjadinya penolakan system imun dan transmisi penyakit infeksi, seperti HIV dan hepatitis C, tidak bersifat osteogenik sehingga formasi tulang membutuhkan waktu yang lama dan sebagai hasilnya volume tulang yang terbentuk lebih sedikit dibandingkan dengan autograft (Peterson dkk, 2004) Alloplast Bahan alloplast merupakan graft pengganti tulang yang berasal dari bahan sintetik, Alloplast tersedia dalam berbagai tekstur, ukuran, dan bentuk. Bahan alloplast ini terdiri atas 4 jenis, yaitu: keramik, polimer, kalsium karbonat, dan komposit. Keuntungan dari alloplast adalah bahan ini mudah diperoleh, ukuran dan bentuknya bervariasi. Sedangkan kekurangannya adalah adanya kemungkinan penolakan tubuh terhadap benda asing dan hanya memiliki efek osteokonduktif saja. Bahan alloplast harus bersifat biokompatibel (tidak toksik, tidak

7 menimbulkan reaksi alergi, tidak bersifat karsinogenik, dan tidak menimbulkan inflamasi), memiliki sifat osteoinduksi, dapat diresorpsi tubuh, radiopak, tahan terhadap prosedur sterilisasi, mudah dibentuk sesuai kebutuhan, murah harganya, stabil terhadap perubahan temperatur dan kelembaban (Garg dkk, 1999 cit Makkunrai, 2011) Xenograft Xenograft juga dikenal dengan sebutan heterograft. Xenograft adalah graft yang diambil dari spesies yang berbeda. Spesies yang biasa digunakan adalah sapi muda (Peterson dkk, 2004). Xenograft telah digunakan sejak abad ke- 17. Xenograft digunakan sebagai material untuk mengisi defek yang kecil pada rahang dan klinisi pada umumnya menegaskan bahwa graft ini tidak memberikan efek osteogenik tetapi menstimulasi pembentukan matriks dari pertumbuhan tulang baru dengan proses penyembuhan tulang yang berjalan lambat. Keuntungan xenograft adalah graft ini tidak memerlukan bedah pada bagian tubuh lain pasien, dan dapat diperoleh kuantitas tulang yang lebih banyak. Kerugian dari xenograft adalah tidak dapat menghasilkan sel-sel hidup dalam proses osteogenesis (Peterson dkk, 2004) Bovine Bone Xenograft merupakan bahan graft yang berasal dari spesies yang berbeda, jenis spesies yang umum digunakan adalah sapi, disebut dengan bovine bone. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa bone graft dari jaringan tulang sapi dapat merangsang pertumbuhan matriks tulang dari defek tulang resipien. Tulang sapi yang digunakan tentunya harus berasal dari sapi sehat dan mendapatkan sertifikasi kesehatan dari dokter. Hewan herbivora itu juga harus terbebas dari

8 virus penyebab penyakit menular, misalnya virus antraks. Oleh karena itu, tulang sapi yang akan digunakan sebagai bahan xenograft dipersiapkan khusus, bukan tulang sapi dari tempat pemotongan hewan. Tujuannya, agar tidak terjadi penolakan ketika bone graft tersebut ditanamkan ke dalam tubuh manusia. Apabila bahan bone graft tidak steril, pasien beresiko terkena infeksi. Setelah mengeliminasi bakteri dan virus, tahap selanjutnya, tulang sapi di proses dalam berbagai bentuk, ukuran dan jenis. Misalnya berbentuk serbuk, batangan padat, dan batangan berpori. Bentuk serbuk biasanya digunakan untuk mengisi defek tulang rahang gigi. Sedangkan bentuk blok biasa digunakan untuk mengisi defek tulang yang lebih besar (Abbas,2009 cit Makkunrai, 2011). Ukuran partikel bovine bone terbagi menjadi 4, yaitu: <150 µm ; µm ; µm; >710 µm (Lesmono,2011). Biomaterial xenograft seperti bovine bone, bertindak sebagai pemicu perbaikan dan pembawa faktor induksi tulang. Peran pembawa faktor induksi tulang dapat dilaksanakan oleh tulang cancellous atau kortikal sapi, baik makro maupun mikrogranular, deproteinized atau demineralized. Selain menyediakan struktur pendukung dan konduksi tulang, bovine bone juga dapat menyediakan kalsium dan fosfor dalam jumlah yang tinggi, yang penting untuk pembentukan jaringan tulang baru (Damien dkk, 1995; Sciadini, 1997 cit Makkunrai, 2011). Menurut jenisnya, bovine bone terbagi menjadi 2 yaitu demineralized bovine bone dan deproteinized bovine bone (Lesmono, 2012). Pada deproteinized bovine bone, material diproses sedemikian rupa sehingga semua bahan organik hilang dan hanya menyisakan komponen hidroksiapatit (hidroksiapatit merupakan mineral alami pada tulang dan gigi). Struktur tulang yang tersisa sangat berpori

9 dan memiliki struktur yang sama seperti tulang alami. Pola weblike disebut trabeculation, dan memiliki pola umum yang sama seperti demineralized bovine bone. Xenograft bersifat osteokonduktif yang merupakan proses resorbsi graft, kemudian diganti oleh tulang baru dari resipien secara bertahap. Kontribusi graft dimulai dengan proses osteokonduksi yaitu membuat kerangka seperti matriks tulang dijaringan resipien. Kemudian dilanjutkan dengan stimulasi pembentukan tulang sebagai proses osteoinduksi (Simon,1994 cit Makkunrai, 2011). Adsorbsi xenograft yang diukur oleh sel-sel, secara langsung berhubungan dengan kecepatan dan jumlah tulang baru yang terbentuk. Kapasitas perbaikan tulang tergantung oleh ukuran partikel graft tulang (Tajoedin dkk, 2000) Demineralized bovine bone Menurut jenisnya, bovine bone terbagi menjadi 2 yaitu demineralized bovine bone dan deproteinized bovine bone (Lesmono, 2012). Demineralized bovine bone diproses dengan menghilangkan semua komponen mineral didalamnya sehingga mengandung kolagen tipe I murni (Babbush, 2001). Dalam penggunaannya, kemungkinan unsur mineral yang terkandung dalam hidroksiapatit deproteinized bovine bone lebih cepat diserap oleh tubuh dibandingkan unsur protein yang terkandung dalam demineralized bovine bone (Makkunrai, 2011) Deproteinized bovine bone Deproteinized bovine bone diproses dengan menghilangkan semua protein sehingga menandung fully dense hidroxyapatite (Babbush, 2001). Deproteinized bovine bone menjadi semakin populer untuk prosedur grafting. Penelitianpenelitian histologis juga menunjukkan bahwa generasi baru produk deproteinized

10 bovine bone sangat biokompatibel dan menimbulkan respon imunologi histologi yang terdeteksi (Lieberman, 2005). Deproteinized bovine bone adalah salah satu bahan grafting paling banyak diteliti karena kesamaannya dengan manusia (Hallman, 2008). Dengan dieliminasinya unsur protein menjadikan deproteinized bovine bone lebih aman dari penularan penyakit (Norton dkk, 2003). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Caneva dkk, tidak ada residu partikel deproteinized bovine bone yang terdeteksi setelah 4 bulan penyembuhan, hal ini menunjukkan bahwa deproteinized bovine bone dapat terreasorbsi sempurna (Caneva dkk, 2011). Deproteinized bovine bone telah terbukti aman dan memiliki banyak keuntungan dalam beberapa eksperimental yang telah dilakukan (Yildirim dkk, 2000). Gambar 1 Bentuk partikel dari deproteinized bovine bone (Buser, 2009) Dalam penggunaannya, kemungkinan unsur mineral yang terkandung dalam hidroksiapatit deproteinized bovine bone lebih cepat diserap oleh tubuh dibandingkan unsur protein yang terkandung dalam demineralized bovine bone Mekanisme Graft Tulang Terdapat 3 proses yang berhubungan dengan graft tulang, yaitu (Garg,1999 cit Makkunrai, 2011): 1. Osteokonduksi

11 Osteokonduksi merupakan suatu proses untuk menstimulasi osteogenesis. Osteokonduksi memberikan sebuah matriks fisik atau scaffolding yang sesuai untuk deposisi dari tulang baru. Graft osteokonduksi dapat merangsang pertumbuhan tulang dan menyebabkan aposisi tulang dari tulang yang telah ada, tetapi tidak memproduksi formasi tulang ketika diletakkan didalam jaringan lunak. Untuk merangsang pertumbuhan tulang melalui permukaannya, suatu graft osteokonduktif memerlukan kehadiran tulang yang ada atau sel mesenkim yang terdiferensisasi. 2. Osteoinduksi Suatu mekanisme terjadinya pembentukan tulang baru oleh pengerahan secara aktif sel pluripotensial host menjadi kondroblas atau osteoblas. Graft osteoinduktif dapat digunakan untuk meningkatkan regenerasi tulang, dan tulang dapat tumbuh atau meluas sampai ke daerah yang secara normal jarang ditemukan. 3. Osteogenesis Osteogenesis merupakan pembentukan dan perkembangan dari tulang. Suatu graft osteogenik berasal atau terbentuk dari jaringan yang terlibat di dalam pertumbuhan atau perbaikan tulang. Sel osteogenik dapat merangsang formasi tulang dalam jaringan lunak atau mengaktivasi pertumbuhan tulang dengan cepat pada daerah tulang. 2.3 Darah Darah manusia terdiri atas unsur-unsur padat berupa eritrosit, leukosit dan trombosit, yang tersuspensi dalam media cair yang disebut plasma. Plasma itu sendiri terdiri dari air, elektrolit, metabolit, nutrien, protein, dan hormon. Plasma

12 manusia mempunyai kadar total protein sekitar 7,0 7,5 g/dl, yang membentuk bagian utama unsur padat dalam plasma (Murray, 2003) Fungsi Darah Darah berfungsi untuk mengirim oksigen dan zat-zat yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan kimia hasil metabolisme yang mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Sebelum menjadi darah yang mature dan dilepaskan ke dalam sirkulasi, sel-sel darah harus melewati tahap proliferasi dan diferensiasi atau yang disebut hematopoiesis (Junquiera dkk, 2007) Golongan Darah Darah dibagi dalam berbagai golongan dan jenis sesuai dengan jenis antigen yang terdapat dalam sel nya. Golongan darah O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin anti-a dan aglutinin anti-b sedangkan darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-b, dan darah golongan B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti-a. Sedangkan darah golongan AB mengandung aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung aglutinin sama sekali (Guyton and Hall, 2006) Relasi Bone Graft Dengan Pembentukan Tulang Pada tempat yang akan dibentuk tulang, mesenkim terdiri atas sel-sel jaringan ikat primitif yang saling berhubungan melalui cabang-cabang protoplasma, tetapi protoplasma tersebut tidak menyatu. Substansi interselnya bersifat semi-cairan yang mengandung serat kolagen halus. Lapisan atau membran mesenkimal ini menjadi sangat vaskular oleh karena itu sejumlah sel berkembang menjadi sel osteogenik atau sel osteoprogenitor. Sel-sel ini membesar dan

13 berbentuk polihedral dan sitoplasmanya menjadi basofilik. Sel ini disebut osteoblas (Leeson, 1990). Osteoblas merupakan jaringan tulang yang berperan mensintesis kolagen untuk membentuk osteoid sebagai bahan dasar tulang pada proses remodelling tulang. Untuk membentuk tulang, osteoblas memerlukan sumber bahan anorganik berupa garam kalsium yang didapat dari darah vaskular yang sekaligus akan mendorong dan memicu aktivitas osteoblas. Pertukaran nutrien, O 2, dan metabolit antara osteosit dan kapiler darah terjadi melalui kanalikuli (saluran kecil yang menembus matriks). Dengan adanya kanalikuli, osteosit dapat berhubungan satu dengan lainnya, dengan permukaan dalam dan luar tulang dan dengan pembuluh darah yang melalui matrix. Pembuluh darah yang terhubung satu dengan yang lainnya melalui celah antar ruang bovine bone akan menyebabkan terjadinya aktivasi osteoblas. Sifat osteokonduktif dari bovine bone akan merangsang pertumbuhan matriks tulang dan kemudian akan terjadi osteogenesis yang akan menstimulasi pembentukan tulang (Junquiera dkk, 2007). 2.4 Proses Remodeling Tulang Pembentukan dan mineralisasi dikenal sebagai remodeling tulang (pembentukan kembali). Tujuan remodeling tulang adalah untuk mereparasi kerusakan tulang akibat kelelahan atau fatigue damage, mencegah proses penuaan atau aging. Proses remodeling diatur oleh sel osteoblas dan osteoklas yang tersusun dalam struktur yang disebut bone remodeling unit (BRU). BRU merupakan suatu struktur temporer yang aktif saat modeling dan remodeling (Compston, 2001).

14 Gambar 2 Proses Remodeling Tulang (Compston, 2001) Secara singkat pada gambar 2.2 digambarkan tahapan siklus remodeling tulang sebagai berikut (Compston, 2001) : a. Quiescence, yaitu fase tenang, permukaan tulang sebelum terjadi resorpsi. b. Aktivation, dimulai saat osteoklas teraktivasi dan taksis (pergerakan dan arah perpindahan dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan) ke permukaan tulang. c. Resorption, dimana osteoklas berada pada permukaan tulang. Osteoklas akan mengikis permukaan tulang, melarutkan mineral, matriks tulang, membuat lubang (resorption pit ) dan selanjutnya tertarik dalam resorption pit. d. Bone formation, imana osteoblas akan membentuk tulang baru dengan memproduksi matriks tulang osteoid. e. Mineralization, dimana permukaan tulang telah ditutupi dengan sel-sel pelapis oleh proses modeling dan remodeling.

15 2.5 Antikoagulan Antikoagulan adalah bahan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya pembekuan darah. Antikoagulan bekerja dengan mematikan aktivitas dari faktor V dan faktor VIII yang teraktivasi (Guyton and Hall, 2006). Antikoagulan yang paling penting adalah antikoagulan yang membuang trombin dari darah yang dibentuk selama pembekuan. Selama pembekuan, kira-kira 85-90% trombin yang terbentuk dari protrombin diadsorbsi ke dalam benang-benang fibrin begitu benang fibrin ini terbentuk, dan ini tentunya membantu mencegah penyebaran trombin ke dalam darah di daerah lain, sehingga dapat mencegah penyebaran bekuan yang berlebihan (Guyton and Hall, 2006). Heparin merupakan antikoagulan kuat lainnya. Tetapi kadarnya dalam darah normal sangat rendah, sehingga hanya dalam kondisi fisiologik tertentu saja antikoagulan ini memiliki fungsi yang besar (Guyton and Hall, 2006). Kumarin merupakan kelompok antikoagulan oral yang terdiri dari warfarin (coumadin) dan dikumarol. Apabila warfarin diberikan, maka protrombin dan faktor-faktor VII, IX, dan X dalam plasma yang semuanya dibentuk dihati, kadarnya akan menurun. Warfarin menimbulkan efek ini dengan cara berkompetisi dengan vitamin K dalam menduduki tempat reaktif pada proses enzimatik pembentukan protrombin dan tiga faktor pembekuan lainnya, sehingga menghambat kerja vitamin K (Guyton and Hall, 2006). Antikoagulan pilihan untuk penyimpanan darah saat ini adalah citrate phosphate dextrose adenine-1 (CPDA-1). Dengan antikoagulan CPDA-1, darah dapat disimpan 35 hari pada suhu 1-6 ºC. Darah yang mengandung antikoagulan

16 yang telah dikeluarkan dari kantung darah mengalami proses koagulasi dalam waktu kurang lebih 1 jam (Guyton and Hall, 2006). 2.6 Larutan Saline Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi Natrium Klorida 9,0 gram. Natrium Klorida 0,9% adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh, karena alasan ini, tidak ada reaksi hipersensitivitas dari natrium klorida. Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapun (Mckenry, 1991). Natruim Klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah. Natrium Klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering digunakan Natrium Klorida 0,9%. Ini adalah konsentrasi normal dari Natrium Klorida dan untuk alasan ini Natrium Korida disebut juga normal saline (Mckenry, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang seperti halnya jaringan hidup lainnya pada tubuh manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang seperti halnya jaringan hidup lainnya pada tubuh manusia dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan salah satu penyusun tubuh yang sangat penting dan merupakan salah satu jaringan keras yang terdapat dalam tubuh manusia. Tulang mengandung 30% serabut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah

BAB I PENDAHULUAN. sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2009 didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah tulang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang alveolar. Di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari matriks dan sel-sel. Tulang mengandung matriks organik sekitar 35%, dan matriks anorganik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kejadian fraktur tidak hanya terjadi pada manusia. Fraktur pada hewan merupakan kasus yang juga biasa ditangani oleh dokter hewan baik dari Rumah Sakit Hewan maupun Klinik Hewan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pencangkokan tulang. Tulang merupakan jaringan kedua terbanyak. tahun dilakukan diseluruh dunia (Greenwald, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pencangkokan tulang. Tulang merupakan jaringan kedua terbanyak. tahun dilakukan diseluruh dunia (Greenwald, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang yang menyangga struktur berdaging, melindungi organ vital seperti yang terdapat didalam tengkorak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses kesembuhan fraktur dimulai segera setelah tulang mengalami kerusakan, apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis dan biologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. prosedur yang kompleks dengan kemungkinan resiko terhadap pasien

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. prosedur yang kompleks dengan kemungkinan resiko terhadap pasien BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Prosedur tandur tulang (bone grafting) merupakan prosedur operasi untuk menggantikan tulang dimana prosedur ini merupakan prosedur yang kompleks dengan kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket infraboni merupakan kerusakan tulang yang terjadi pada jaringan pendukung gigi dengan dasar poket lebih apikal daripada puncak tulang alveolar yang terjadi akibat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Makroskopis Tulang Kelinci Implan terlihat jelas sebagai massa berbentuk padat berwarna putih pada bagian korteks hingga bagian medula tulang. Hasil pemeriksaan makroskopis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang kedokteran gigi. Indikasi pencabutan gigi bervariasi seperti pernyakit periodontal,

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN TULANG SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN TULANG SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN TULANG SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Jaringan Tulang 1. Jaringan Tulang Rawan 2. Jaringan Tulang Keras / Sejati 1. Jaringan Tulang Rawan Fungsi jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan tulang adalah salah satu jaringan yang sering digunakan untuk transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah ortodontik, bedah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi yang dapat menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan ditandai dengan

Lebih terperinci

Tulang Rawan. Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi

Tulang Rawan. Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi Tulang Rawan Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi Suatu tulang rawan memiliki khondrosit yang tersimpan di dalam ruangan (lacunae) dalam matriks ekstraselular. Tulang rawan mengandung banyak air (menyebabkannya

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan jaringan karena penyakit keturunan, luka berat dan kecelakaan menempati posisi kedua penyebab kematian di dunia. Pengobatan konvensional yang umum dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan untuk prosedur transplantasi (Ana dkk., 2008). Setiap tahun, lebih dari lima ratus ribu prosedur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Dasar Tulang Tulang merupakan bentuk spesial dari jaringan ikat yang membentuk sebagian besar kerangka vertebrata yang lebih tinggi. 10,11 Tulang merupakan jaringan hidup

Lebih terperinci

JARINGAN IKAT KHUSUS. Tulang Rawan dan Tulang

JARINGAN IKAT KHUSUS. Tulang Rawan dan Tulang JARINGAN IKAT KHUSUS Tulang Rawan dan Tulang PENDAHULUAN Tulang rawan & Tulang adlh jaringan2 kerangka = jaringan ikat lainnya tdd sel, serat dan substansi dasar. Matriks / subs interseluler = serat +

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai dari kelainan kongenital dan dapatan, termasuk juga inflamasi dan gangguan perkembangan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori Hidroksiapatit berpori digunakan untuk loading sel (Javier et al. 2010), pelepas obat (drug releasing agents) (Ruixue et al. 2008), analisis kromatografi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan PENDAHULUAN Latar Belakang Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan kesayangan terutama anjing dan kucing. Fraktur pada hewan, umumnya disebabkan oleh trauma seperti terbentur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kedokteran gigi erat sekali kaitannya dengan penyakit yang dapat berujung pada kerusakan atau defek pada tulang alveolar, salah satunya adalah periodontitis. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur dan Biologi Dasar Tulang Tulang merupakan jaringan penghubung yang terdiri dari fase mineral dan organik yang secara khusus dirancang untuk berperan sebagai struktur

Lebih terperinci

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo Jaringan Hewan Compiled by Hari Prasetyo Tingkatan Organisasi Kehidupan SEL JARINGAN ORGAN SISTEM ORGAN ORGANISME Definisi Jaringan Kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan fungsi yang sama untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Bone Tissue Engineering (BTE) Bone Tissue Engineering merupakan suatu teknik yang terbentuk dari dua prinsip keilmuan, antara "sciences" dan "engineering" yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Penyembuhan Luka Penyembuhan luka adalah suatu proses pembentukan jaringan sehingga kembali seperti semula atau dengan kata lain penggantian jaringan yang rusak atau mati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho dkk., 2007). Selain fungsi mekanis, tulang juga berperan penting dalam aktivitas metabolik (Meneghini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pathologic fracture). Menurut Piermattei et al. (2006), sekitar 75 80% kejadian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pathologic fracture). Menurut Piermattei et al. (2006), sekitar 75 80% kejadian PENDAHULUAN Latar Belakang Fraktur merupakan kasus yang sering terjadi pada manusia maupun hewan. Fraktur pada hewan umumnya disebabkan karena trauma dan penyakit (pathologic fracture). Menurut Piermattei

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur dengan cara menggerakkan gigi geligi tersebut ke tempat yang ideal. Pergerakan gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekitar 40% kerusakan jaringan keras tubuh karena tulang rapuh, kanker tulang atau kecelakaan banyak terjadi di Indonesia, sisanya karena cacat bawaan sejak

Lebih terperinci

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan 1. Jaringan Tumbuhan a. Jaringan Meristem (Embrional) Kumpulan sel muda yang terus membelah menghasilkan jaringan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Pengertian Tulang Tulang merupakan jaringan ikat, terdiri dari sel, serat, dan substansi dasar yang berfungsi untuk penyokong dan pelindung kerangka. Tulang merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Makroskopis

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Makroskopis 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Makroskopis Keadaan normal struktur tulang panjang seperti os tibia memiliki bentuk yang kompak dan padat. Pembuatan lubang dengan menggunakan bor gigi pada os tibia

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dilakukan analisis efek pemberian tiga jenis pasta hasil yang diproduksi oleh BATAN, yaitu pasta Injectable Bone Xenograft (IBX) yang menggunakan

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tulang Jaringan tulang merupakan unsur pokok kerangka orang dewasa. Pada tubuh seseorang, 18% dari berat badannya merupakan berat dari jaringan tulang. Beberapa

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang hingga manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan

BAB I PENDAHULUAN. organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan jenis jaringan ikat padat yang tersusun dari garam organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Garam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bermetabolisme secara aktif dan terintegrasi. Tulang merupakan material komposit,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bermetabolisme secara aktif dan terintegrasi. Tulang merupakan material komposit, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Penyembuhan pada Fraktur. Tulang adalah suatu jaringan biologis yang bersifat dinamis dan terdiri dari sel-sel yang bermetabolisme secara aktif dan terintegrasi. Tulang

Lebih terperinci

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh berbagai hal. Nekrosis jaringan pulpa dan penyakit periodontal, misalnya, dapat menyebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tulang

TINJAUAN PUSTAKA Tulang 4 TINJAUAN PUSTAKA Tulang Tulang merupakan jaringan ikat khusus yang berfungsi sebagai alat penyokong, pelekatan, perlindungan, dan penyimpanan mineral. Konsekuensinya, jaringan ini dilengkapi dengan rigiditas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur

BAB I PENDAHULUAN. jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bone grafting merupakan prosedur kedua terbanyak dalam hal transplantasi jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur ini

Lebih terperinci

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari

Lebih terperinci

BAB 2 DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BONE ALLOGRAFT. Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang melibatkan struktur

BAB 2 DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BONE ALLOGRAFT. Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang melibatkan struktur BAB 2 DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BONE ALLOGRAFT Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang melibatkan struktur penyangga gigi baik jaringan lunak maupun jaringan keras. Perubahan yang terjadi pada

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur atau patah tulang merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab kematian penduduk

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS TINJAUAN TEORI 1. Definisi Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal didefinisikan sebagai pendalaman sulkus gingiva secara patologis, merupakan gejala klinis paling penting dari penyakit periodontal. Pendalaman sulkus

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB IV Darah Darah berfungsi sebagai : 1. Alat transport O 2 dari paruparu diangkut keseluruh tubuh. CO 2 diangkut dari seluruh tubuh ke paruparu. Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari dalam Laurencin and Nair,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari dalam Laurencin and Nair, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tissue Engineering (TE) adalah suatu interdisipliner ilmu biomedis yang menggabungkan berbagai ilmu pengetahuan seperti material, teknik, kimia, biologi sel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini, 9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang mempunyai karakterisktik meningkatnya nilai glukosa plasma darah. Kondisi hiperglikemia ini diakibatkan

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9). BAB 2 IMPLAN GIGI 2.1 Definisi Implan Gigi Implan gigi merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang sehingga diperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal. Implan gigi adalah

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sedang dikembangkan saat ini adalah komposit kolagen hidroksiapatit.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sedang dikembangkan saat ini adalah komposit kolagen hidroksiapatit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bidang kesehatan mengalami perkembangan yang pesat. Kualitas hidup manusia bergantung pada kesehatan organ dan jaringan. Terganggunya fungsi organ atau jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan yang memilki nilai gizi tinggi. Kandungan zat gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan jika menutupi gigi yang akan dicabut (Archer, 1975). Pencabutan gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan jika menutupi gigi yang akan dicabut (Archer, 1975). Pencabutan gigi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi adalah tindakan pengambilan gigi pada soketnya tanpa atau dengan pembukaan jaringan lunak dan jaringan keras. Pengurangan tulang dilakukan jika

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi sel darah. Karena peranannya ini, kerusakan tulang dapat

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi sel darah. Karena peranannya ini, kerusakan tulang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulang memiliki peranan yang penting dalam tubuh manusia. Fungsi tulang antara lain sebagai pembentuk kerangka tubuh, tempat menempelnya otot dan jaringan, penyimpan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Darah Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi,

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.1 1. Bentuknya bulat pipih, berumur 120 hari, tidak berinti dan cekung bagian. Hal tersebut adalah ciri-ciri... leukosit trombosit

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Identitas Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Cirebon Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Program/Semester : XI IPA/1 Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah tanggal. Selama lebih dari 35 tahun dental implantology telah terbukti

BAB I PENDAHULUAN. telah tanggal. Selama lebih dari 35 tahun dental implantology telah terbukti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak diperkenalkannya implan gigi oleh Brånemark pada tahun 1960an, implan gigi telah menjadi pilihan perawatan untuk menggantikan gigi asli yang telah tanggal. Selama

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari sampai waktu panen domba. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan suhu tubuh,

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patah tulang atau fraktur merupakan keadaan dimana terjadi diskontinuitas pada tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat yaitu tidak lagi terbatas pada tumpatan dan pencabutan gigi, namun salah satunya adalah perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan data di Asia, Indonesia adalah negara dengan jumlah penderita patah tulang tertinggi. Pada tahun 2015 RS. Orthopedi Prof. Dr. Soeharso terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk

I. PENDAHULUAN. bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan rehabilitasi saat ini semakin banyak diperlukan oleh masyarakat. Pada bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk merehabilitasi tulang

Lebih terperinci

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO SISTEM SIRKULASI 1. Darah 2. Alat Peredaran Darah 3. Proses Peredaran Darah 4. Peredaran Darah Hewan 5. Kelainan Dan Penyakit 1. DARAH Cairan yang berwarna merah

Lebih terperinci

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ STRUKTUR TUBUH MANUSIA SEL (UNSUR DASAR JARINGAN TUBUH YANG TERDIRI ATAS INTI SEL/ NUCLEUS DAN PROTOPLASMA) JARINGAN (KUMPULAN SEL KHUSUS DENGAN BENTUK & FUNGSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi implan tulang merupakan pendekatan yang baik (Yildirim, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi implan tulang merupakan pendekatan yang baik (Yildirim, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia menghadapi permasalahan serius dalam aktivitasnya yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit. Kasus kecelakaan kerap mengakibatkan korbannya menderita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Penyembuhan Fraktur Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

Penyembuhan luka jaringan keras pascatrauma

Penyembuhan luka jaringan keras pascatrauma Penyembuhan luka jaringan keras pascatrauma A. Tajrin Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia Koresponden: tajrinumi@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan bedah minor yang sering dilakukan dan menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang alveolar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keberadaan mikroorganisme. Lingkungan di mana manusia hidup terdiri dari banyak jenis dan spesies mikroorganisme. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010 menginformasikan bahwa kasus patah tulang meningkat setiap tahun sejak 2007. Pada 2007 tercatat ada 22,815

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu konservasi gigi. Idealnya gigi dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Arteri karotid merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang terdapat pada ke dua sisi leher yaitu sisi kiri yang disebut arteri karotid kiri dan sisi kanan yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Tumbuhnya insidensi lesi yang terjadi pada tulang. rawan ditandai oleh peningkatan tajam dari individu

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Tumbuhnya insidensi lesi yang terjadi pada tulang. rawan ditandai oleh peningkatan tajam dari individu BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Tumbuhnya insidensi lesi yang terjadi pada tulang rawan ditandai oleh peningkatan tajam dari individu dalam bidang olahraga dan terjadinya penekanan lebih besar pada

Lebih terperinci

BAB 2 BONE GRAFT DAN JENIS BONE GRAFT

BAB 2 BONE GRAFT DAN JENIS BONE GRAFT BAB 2 BONE GRAFT DAN JENIS BONE GRAFT 2.1 Defenisi Bone Graft Graft adalah suatu bagian jaringan yang diambil dari satu tempat dan ditransplantasikan ke tempat lain, baik pada individu yang sama maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka pencabutan gigi di Indonesia relatif masih tinggi. Rasio penambalan dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang dilaksanakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas. 1 Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan mengeluarkan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Penyakit keturunan di mana penderitanya mengalami gangguan dalam pembekuan darah disebut... Leukopeni Leukositosis Anemia Hemofilia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. ini adalah dengan cara mengumpulkan massa tulang secara maksimal selama masa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. ini adalah dengan cara mengumpulkan massa tulang secara maksimal selama masa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Latihan Fisik Strategi untuk mencegah terjadinya osteoporosis yang sedang berkembang dewasa ini adalah dengan cara mengumpulkan massa tulang secara maksimal selama masa pertumbuhan

Lebih terperinci

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT Tulang yang kuat benar-benar tidak terpisahkan dalam keberhasilan Anda sebagai seorang atlet. Struktur kerangka Anda memberikan kekuatan dan kekakuan yang memungkinkan

Lebih terperinci

ANALISIS DERAJAT KRISTALINITAS, UKURAN KRISTAL DAN BENTUK PARTIKEL MINERAL TULANG MANUSIA BERDASARKAN VARIASI UMUR DAN JENIS TULANG MELLY NURMAWATI

ANALISIS DERAJAT KRISTALINITAS, UKURAN KRISTAL DAN BENTUK PARTIKEL MINERAL TULANG MANUSIA BERDASARKAN VARIASI UMUR DAN JENIS TULANG MELLY NURMAWATI ANALISIS DERAJAT KRISTALINITAS, UKURAN KRISTAL DAN BENTUK PARTIKEL MINERAL TULANG MANUSIA BERDASARKAN VARIASI UMUR DAN JENIS TULANG MELLY NURMAWATI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahunnya. Sihombing (2009) menyebutkan bahwa menurut data "Indonesian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahunnya. Sihombing (2009) menyebutkan bahwa menurut data Indonesian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi osteoporosis dan cacat tulang di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Sihombing (2009) menyebutkan bahwa menurut data "Indonesian White Paper" yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SEROLOGI IMUNOLOGI IMUNODIFUSI GANDA

LAPORAN PRAKTIKUM SEROLOGI IMUNOLOGI IMUNODIFUSI GANDA LAPORAN PRAKTIKUM SEROLOGI IMUNOLOGI IMUNODIFUSI GANDA DI SUSUN OLEH : Maulina (0801027) Kelompok III` Tanggal praktikum: 22 Desember 2011 Dosen: Adriani Susanty, M.Farm., Apt Asisten: Gusti Wahyu Ramadhani

Lebih terperinci