HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Makroskopis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Makroskopis"

Transkripsi

1 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Makroskopis Keadaan normal struktur tulang panjang seperti os tibia memiliki bentuk yang kompak dan padat. Pembuatan lubang dengan menggunakan bor gigi pada os tibia akan merubah struktur bagian tulang yang dibor tersebut. Penanaman implan pada bagian defek setelah pengeboran akan direspon oleh jaringan tubuh. Begitu juga apabila tidak diberi implan akan mengalami perbaikan secara alami di dalam tubuh. Tubuh akan merespon suatu defek untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Berikut hasil pengamatan makroskopis persembuhan kerusakan tulang segmental yang diimplantasi dengan HA-TKF (Tabel 1). Tabel 1 Perubahan makroskopis jaringan tulang tibia dan implan HA-TKF pada berbagai periode pemanenan Karakteristik pengamatan makroskopis Periode pemanenan HA-TKF yang diimplantasi pada tulang tibia domba 30 hari 60 hari 90 hari 1.Keadaan implan Terdegradasi Terdegradasi Terdegradasi 2.Warna Putih Putih Putih 3.Bentuk implan Pecah (+) Pecah (++) Pecah (+++) 4.Tingkat degradasi (+) (++) (+++) 5.Pertumbuhan jaringan baru ke dalam implan (+) (++) (+++) Keterangan: (+): sedikit; (++): banyak; (+++): semakin banyak Berdasarkan pengamatan makroskopis (Tabel 1), pada keseluruhan periode pemanenan bagian implan HA-TKF memperlihatkan keadaan implan terdegradasi. Degradasi terhadap implan HA-TKF semakin meningkat seiring lamanya periode penanaman. Tubuh dapat melakukan respon dengan mendegradasi implan karena implan HA-TKF merupakan bahan material yang bersifat biodegradabel dan dapat digunakan untuk menggantikan jaringan tulang (Sunil et al. 2008). Pemeriksaan makroskopis pada hari ke-30 pascaoperasi penanaman implan HA-TKF memperlihatkan adanya pertumbuhan jaringan ikat ke dalam implan (Gambar 6A). Pertumbuhan jaringan ini membuat keadaan implan menjadi terpecah dan terdegradasi dengan tingkat degradasi implan yang masih rendah (Gambar 6A). Menurut Bansal et al. (2009), dalam kondisi fisiologis normal, beberapa bahan hidroksiapatit komersial lain memiliki daya resorpsi yang lambat,

2 31 sedangkan trikalsium fosfat umumnya dapat diresorpsi setelah 6 minggu pascaoperasi. Implan yang diamati berwarna putih, dan memiliki konsistensi yang keras dan rapuh. Beberapa literatur juga menyebutkan komposisi bahan TKF memiliki sifat yang sangat rapuh (Viswanath et al. 2008). Keadaan berbeda terjadi pada tulang kontrol yang dipanen pada hari ke-30 tanpa pemberian implan. Secara makroskopis pada defek tulang kontrol memperlihatkan adanya massa jaringan ikat yang tumbuh menutup lubang defek (Gambar 6B). Massa jaringan tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan kalus. Pertumbuhan kalus terjadi pada awal minggu pertama sampai minggu keempat pasca kerusakan (Cheville 2006). Gambaran pengamatan makroskopis pada hari ke-60 pascaoperasi menunjukkan adanya peningkatan proliferasi jaringan ikat ke dalam bahan implan. Jaringan ikat tumbuh ke dalam implan seperti pada tahap 30 hari dan terjadi peningkatan degradasi (Gambar 6C). Hasil makroskopis memperlihatkan bentuk implan HA-TKF yang terpecah menjadi bagian yang lebih kecil dari pada bentuk implan pada pemanenan 30 hari. Pada daerah pinggir implan terlihat jelas pertumbuhan tulang tetapi bagian pusat implan belum terlihat adanya pertumbuhan. Sedangkan tulang kontrol memperlihatkan gambaran makroskopis dengan adanya massa jaringan pada lubang defek (Gambar 6D). Tahap persembuhan tersebut telah mencapai fase pertumbuhan kalus keras. Gambaran pengamatan makroskopis pada hari ke-90 memperlihatkan perubahan keadaan implan HA-TKF yang sudah terpecah menjadi ukuran yang lebih kecil. Pecahan tersebut terlihat seperti butiran-butiran serbuk implan HA- TKF. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama implan ditanam maka tubuh akan meresorpsi implan tersebut. HA-TKF merupakan senyawa apatit yang secara alami terdapat dalam tulang (Saraswathy et al. 2001), sehingga bahan yang serupa dapat diterima oleh tubuh dan tubuh akan merespon dengan melakukan degradasi dan resorpsi. Pada matriks tulang terdapat komponen HA berupa garam kristal (Guyton & Hall 2006) dan TKF yang merupakan mineral kalsium yang terdapat di dalam tubuh dalam jumlah yang rendah (Samuelson 2007). Implan HA-TKF terlihat tidak lagi dalam bentuk pellet yang padat tetapi berubah menyerupai bentuk granul karena adanya degradasi yang lebih besar (Gambar 6E). Pada area pinggir defek terlihat adanya pertumbuhan tulang mengarah ke pusat implan,

3 32 sedangkan pada tulang kontrol lubang defek telah menunjukkan adanya pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tersebut sudah mirip dengan tulang disekitarnya (Gambar 6F). A B s i s C D s i s E F s i s Gambar 6 Gambaran makroskopis persembuhan tulang perlakuan (kolom kiri) dan tulang kontrol (kolom kanan) dengan pemanenan pada hari ke-30 (A, B), ke-60 (C, D), dan hari ke-90 (E, F) pascaoperasi. Peningkatan degradasi ditandai dengan semakin banyaknya pertumbuhan jaringan ikat ke pusat implan ( ) dan terjadi perubahan struktur implan menjadi terpecah-pecah sehingga berubah menjadi bentuk granul pada hari ke-90. Persembuhan pada kelompok kontrol ditunjukkan pada lingkaran merah. s : sumsum tulang; i: implan. Bar : 5 mm.

4 33 Pengamatan Mikroskopis Gambaran Mikroskopis Preparat Tulang Gosok Proses penggosokan pada pembuatan preparat tulang gosok bertujuan untuk mendapatkan ketebalan minimum sehingga preparat mudah diamati dengan mikroskop cahaya. Saat proses penggosokan, bagian implan sulit untuk dipertahankan. Hal ini dikarenakan implan HA-TKF telah mengalami proses degradasi namun belum terbentuk tulang kompakta yang akan menggantikan implan dengan struktur tulang padat. Keadaan di pusat implan menjadi sangat rapuh sehingga dapat hilang karena proses mekanis saat penggosokan. Selain itu proses tersebut juga dapat mengikis jaringan ikat yang melekatkan tulang dengan implan. Pada preparat tulang gosok yang diimplan dengan HA-TKF, bagian pusat implan tidak dapat diamati. Pertumbuhan jaringan tulang tipe trabekular terlihat pada bagian batas antara implan dan tulang. Adanya sedikit celah antara implan dan tulang tersebut (bagian pinggir implan) diduga memberikan ruang untuk migrasi sel-sel osteogenik dalam melakukan proses perbaikan. Hal sebaliknya terjadi di pusat implan. Keadaan implan yang padat saat awal implantasi memungkinkan sulitnya vaskularisasi dan migrasi sel-sel osteogenik ke dalam implan, sehingga bagian pinggir antara tulang dan implan terlihat lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan bagian pusat implan. Pada preparat tulang gosok kelompok kontrol setelah pemanenan hari ke- 30, menunjukkan pertumbuhan tulang yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok perlakuan. Lubang defek telah diisi dengan pertumbuhan jaringan. Pertumbuhan tersebut berupa tulang trabekular. Tulang tersebut memiliki bentuk berlubang-lubang seperti anyaman jala. Jarak antara lubangnya lebih besar dari pada tulang kompakta (Samuelson 2007). Tipe tulang ini sering dideskripsikan sebagai tulang yang belum dewasa (immature bone). Jaringan tulang yang mengisi defek tersebut merupakan bentuk jaringan kalus. Kalus tulang atau kalus keras dapat terbentuk satu sampai empat minggu pasca kerusakan (Cheville 2006). Pola pertumbuhan kalus terlihat dimulai dari bagian yang masih memiliki unsur vaskular seperti bagian sisi defek, periosteum atau sumsum tulang menuju pusat defek. Gambaran bentukan kalus diperlihatkan pada gambar 7B.

5 34 A B Gambar 7 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan (A) dan tulang kontrol (B) pada hari ke-30 pascaoperasi. Tanda panah merah menunjukkan daerah pertumbuhan tulang baru berbentuk tulang trabekular dan lingkaran merah menunjukkan daerah defek. Pewarnaan Hematoksilin. Bar: 0,5 mm. Pada pengamatan preparat gosok yang diberi perlakuan implan selama 60 hari pascaoperasi terlihat pola pertumbuhan tulang di bagian pinggir menuju pusat implan. Pertumbuhan tersebut berasal dari bagian kerusakan di kedua sisinya. Selain itu pertumbuhan tulang trabekular juga aktif terjadi pada bagian pinggir tulang ke arah sumsum tulang (Gambar 8A). Proses ini terjadi karena bagian sumsum tulang mengandung bahan-bahan osteogenik (Kalfas 2001) seperti sel-sel osteoprogenitor yang akan berdeferesiasi menjadi sel osteoblas. Sel osteoblas ini yang nantinya akan berkembang menjadi struktur tulang yang kompak karena proses mineralisasi (Samuelson 2007). Pada preparat kelompok kontrol pengamatan pascaoperasi selama 60 hari, daerah defek yang tidak diberi implan mengalami pertumbuhan atau proses osteogenesis. Tulang yang terbentuk memperlihatkan keadaan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok perlakuan. Bentukan tulang tidak lagi seperti pengamatan kontrol 30 hari. Pada keadaan defek yang telah menutup mengalami peningkatan tahap perbaikan. Tulang menjadi lebih padat, kompak dan terlihat memiliki unsur-unsur seperti sistem osteonal, saluran Haver s dan saluran Volkmann (Gambar 9). Pertumbuhan tulang baru sudah mencapai tahap mature. Kepadatan tulang mature dalam bentuk kompak (kortikal) menghasilkan suatu kekuatan tulang (Baron & Emile 2003). Kekuatan tulang ini menyebabkan saat

6 35 dilakukan penggosokan struktur tulang tidak akan mengalami perubahan atau pengikisan dan bentukan tulang dapat diamati dengan baik. Pola pertumbuhan memperlihatkan tulang menutupi daerah defek. A B Gambar 8 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan (A) dan tulang kontrol (B) pada hari ke-60 pascaoperasi. Tanda panah merah menunjukkan daerah pertumbuhan tulang baru dan lingkaran merah menunjukkan daerah defek pada pertumbuhan tulang baru. Bagian persembuhan pada defek tulang kontrol (B) memperlihatkan bentukan tulang kompakta. Pewarnaan Hematoksilin. Bar: 0,5 mm H V OS Gambar 9 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang kontrol pada hari ke-60 pascaoperasi, terbentuk tulang kompakta dengan struktur osteon (lingkaran merah), saluran Haver s (H), saluran Volkmann (V), dan osteosit (OS). Pewarnaan Hematoksilin. Bar: 20µm

7 36 Pengamatan preparat gosok kelompok perlakuan pada hari ke-90 pascaoperasi memperlihatkan pada bagian pinggir antara implan dan tulang terjadi pertumbuhan tulang trabekular. Sedangkan bagian pusat implan belum menunjukkan adanya bentukan tulang kompakta seperti yang terjadi pada defek kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol bagian defek telah menutup dan berbentuk tipe tulang kompakta. Umumnya setelah 90 hari, perbaikan tulang telah mencapai tahap remodelling (Cheville 2006). Pada tahap ini kerusakan tulang telah kembali mempunyai bentuk, struktur, dan kekuatan mekanik seperti semula (Kalfas 2001). Pola pertumbuhan tulang terlihat menutupi lubang defek, dan pada kelompok perlakuan, pola pertumbuhan tulang menuju bagian pusat implan. A B Gambar 10 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan (A) dan tulang kontrol (B) pada hari ke-90 pascaoperasi. Tanda panah merah menunjukkan daerah pertumbuhan tulang baru dan lingkaran merah menunjukkan daerah defek pada pertumbuhan tulang baru. Pewarnaan Hematoksilin. Bar : 0,5 mm Secara keseluruhan daerah defek yang diimplantasi dengan HA-TKF, pertumbuhan dan regenerasi tulang terjadi lebih lambat dibandingkan dengan persembuhan defek tanpa pemberian implan. Pada kelompok kontrol menunjukkan pada daerah pengeboran setelah 90 hari keadaannya menutup, ditandai dengan adanya osteosit-osteosit yang mengalami kalsifikasi sehingga terbentuk struktur osteonal.

8 37 Gambaran Mikroskopis Preparat Tulang Dekalsifikasi Pemeriksaan dengan menggunakan preparat dekalsifikasi dan diwarnai dengan menggunakan Hematoksilin Eosin (HE) memperlihatkan perubahanperubahan secara mikroskopis baik dari segi implan HA-TKF dan respon jaringan terhadap perbaikan alami dan respon terhadap implan. Hasil secara detail pengamatan mikroskopis preparat dekalsifikasi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perubahan mikroskopis jaringan tulang tibia dan implan HA-TKF pada berbagai periode pemanenan Karakteristik pengamatan mikroskopis Periode pemanenan HA- TKF yang diimplan pada tulang tibia domba Keterangan 30 hari 60 hari 90 hari 1.Proliferasi jaringan ikat ke dalam implan (+) (++) (+++) Seperti membelah implan 2.Pertumbuhan jaringan tulang baru di pinggir implan (+) (++) (+++) Menyebar di beberapa lokasi pinggir implan 3.Pertumbuhan jaringan tulang (bone (-) (++) (+++) Berupa tulang rawan growth) baru di pusat implan 4. Proliferasi sumsum tulang * * * *Terdapat serpihan tulang, sumsum terlihat sel lemak dan neovaskularisasi 5.Ikatan antara tulang lama dengan implan * * * *Dilekatkan dengan jaringan ikat diantara keduanya 6.Pembentukan trabekular di dalam implan (+) (+) (+) 7.Biodegradasi (+) (++) (+++) 8.Reaksi inflamasi pada pinggir implan Neovaskularisasi di dalam implan (+) (++) (+++) Bertambah seiring peningkatan proliferasi jaringan ikat Keterangan (-): tidak ada; (+): sedikit; (++): banyak; (+++): sangat banyak Berdasarkan pengamatan mikroskopis tulang dekalsifikasi pada hari ke-30 pascaoperasi telah menunjukkan adanya proliferasi jaringan ikat ke dalam implan. Jaringan ikat yang masuk ke dalam implan berbentuk serabut dengan inti berwarna biru. Selain itu, neovaskularisasi banyak terdapat pada jaringan ikat di dalam implan (Gambar 12A). Hasil tersebut mengindikasikan HA-TKF memiliki sifat osteokonduktif. Menurut Kalfas (2001) osteokonduktif adalah sifat fisik dari graft dalam menjalankan fungsi sebagai scaffold untuk mendukung dalam persembuhan tulang. Biomaterial yang memiliki sifat osteokonduktif memungkinkan untuk pertumbuhan neovaskularisasi dan infiltrasi sel-sel precursor osteogenik ke dalam ruang graft. Jaringan ikat tumbuh mendesak tulang

9 38 dan membelah implan. Pertumbuhan jaringan dan neovaskularisasi di dalam implan menandakan adanya degradasi dan resorpsi jaringan terhadap implan HA- TKF. Ruang sumsum tulang terdapat banyak pembuluh darah dan sel-sel lemak (Gambar 12B), hal ini menunjukkan sumsum tulang dalam keadaan normal. Implan terlihat menempel di bagian tulang dengan dilekatkan oleh jaringan ikat. Pada area antara implan dengan tulang tidak terdapat reaksi inflamasi karena tidak ditemukannya sel-sel radang di area tersebut. HA-TKF merupakan senyawa kalsium yang tidak menimbulkan inflamasi, respon imunologi dan respon iritasi terhadap jaringan (Murugan dan Ramakrishna 2004). Namun, pada sisi implan yang berkontak dengan sumsum tulang terdapat tumpukan sel-sel darah merah yang menandakan adanya ruptur pembuluh darah. Pertumbuhan tulang rawan juga terlihat pada bagian pinggir implan (Gambar 11). Pada bagian implan HA-TKF yang telah diresorpsi akan digantikan dengan massa tulang rawan. Area pusat implan sebagian besar berupa massa HA- TKF yang berbentuk seperti serabut beraspek eosinofilik dalam preparat dekalsifikasi dengan pewarnaan HE. Pertumbuhan tulang yang berbentuk trabekular terjadi pada bagian pinggir defek (Gambar 12C). Os tibia HA-TKF JI Gambar 11 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan pada hari ke- 30 pascaoperasi. Tulang rawan ( ) terbentuk di bagian pinggir implan dan jaringan ikat (JI) tumbuh ke bagian pusat implan. Pewarnaan HE. Bar: 30µm.

10 39 A JI p p HA-TKF B p L C T Gambar 12 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan pada hari ke-30 pascaoperasi. A. Pertumbuhan jaringan ikat (JI) di pusat implan dan neovaskularisasi (p) di dalam implan HA-TKF. B. Daerah sumsum tulang dengan adanya neovaskularisasi (p) dan sel-sel lemak (L). C. Pertumbuhan trabekular (T) dengan regenerasi sel-sel tulang. Pewarnaan HE. Bar A&B: 10µm; C: 20µm.

11 40 Berbeda dengan keadaan persembuhan segmental tulang yang diimplan dengan HA-TKF, kelompok tulang kontrol pada pengamatan hari ke-30 pascaoperasi menunjukkan bagian defek tulang telah tertutup dengan tulang trabekular dan sebagian jaringan ikat (Gambar 13A). Jaringan ikat tersebut memiliki sel-sel dengan inti berwarna ungu dan berbentuk serabut. Daerah pinggir defek memperlihatkan proses persembuhan dengan ditandai pembentukan tulang baru. Pertumbuhan tulang baru tersebut berupa tulang trabekular atau beraspek spongiosa. Pada tulang trabekular ini terlihat sel-sel osteoblas berada di pinggir tulang (Gambar 13). Osteoblas membentuk formasi berderet menyerupai sel-sel epithelium. Pada daerah tengah tulang-tulang trabekular juga terlihat membentuk sel-sel osteosit yang terisolasi di dalam matrik karena proses mineralisasi. Pada daerah tengah defek juga terlihat jelas pertumbuhan tulang trabekular dan di sekitarnya terdapat pertumbuhan tulang secara meluas berupa penjuluran-penjuluran trabekular (Gambar 13A). Periosteum pada daerah defek menebal. Sumsum tulang dipenuhi sel-sel lemak dan pembuluh darah. A B T JI T JI OS M OB Gambar 13 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang kontrol pada hari ke-30 pascaoperasi. Gambar A merupakan area defek yang telah tertutup jaringan ikat (JI) dan tulang trabekular (T). Gambar B, pertumbuhan tulang trabekular di bagian pinggir defek, dengan adanya osteoblas (OB) dan pembentukan osteosit (OS) di tengah-tengah matriks tulang (M). Pewarnaan HE. Bar A: 40 µm, B: 20 µm. Persembuhan tulang kontrol pada hari ke-30 pascaoperasi secara keseluruhan menunjukkan perbaikan dan pertumbuhan tulang yang lebih baik dibandingkan dengan defek tulang yang diberi implan HA-TKF. Pertumbuhan

12 41 tulang berawal dari perbaikan dari pinggir defek kemudian ke bagian tengah defek. Degradasi dan resorpsi implan telah terjadi pada pengamatan di hari ke-30. Hasil pengamatan pada hari ke-60 pascaoperasi menunjukkan adanya peningkatan proliferasi jaringan ikat ke dalam implan dibandingkan pada pengamatan hari ke-30. Jaringan ikat mendegradasi implan seperti pada tahap 30 hari namun terjadi peningkatan degradasi. Pada daerah pinggir implan terlihat jelas pertumbuhan tulang trabekular. Keadaan pada pusat implan mengalami perubahan yaitu terbentuknya matriks tulang rawan. Zona tersebut memperlihatkan adanya kalsifikasi dan osifikasi. Kalsifikasi tulang rawan ditunjukkan dengan zona berwana biru dan matriks tulang ditandai dengan massa berwarna lebih eosinofilik. Proses perubahan ini ditunjukkan pada Gambar 14. Adanya persembuhan dengan munculnya massa tulang rawan menunjukkan bahwa HA-TKF dapat memberikan persembuhan tulang yang baik. Sebagian besar komposisi bahan anorganik tulang adalah fase hidroksiapatit, dan terkandung beberapa mineral lainnya yaitu karbonat, magnesium, flourida, klorida, kalium dan pirofosfat (Yusof 2008). Kandungan mineral ini memberikan kekerasan dan melindungi tulang dari kerusakan seperti patah. Apabila tahap mineral meningkat maka akan meningkatkan kekuatan dan kekakuan tulang (Yusof 2008). Hidroksiapatit mempunyai komposisi kimia yang hampir sama dengan tulang yang sebenarnya pada manusia, maka HA dianggap sangat sesuai digunakan untuk penggantian dan perbaikan jaringan tulang manusia yang rusak (Yusof 2008). Keadaan sumsum tulang memperlihatkan banyaknya pembuluh darah besar, selain itu sumsum tulang juga dipenuhi sel-sel lemak. Ikatan antara tulang dan implan diperantai oleh adanya jaringan ikat. Kemudian celah antara keduanya terlihat pertumbuhan jaringan tulang seperti tulang trabekular. Tulang trabekular juga tumbuh di dalam implan. Pertumbuhan tulang trabekular berawal dari daerah pinggir ke bagian pusat implan. Pembentukan tulang ditandai dengan hadirnya sel-sel osteoblas yang aktif mensintesis. Sel osteoblas aktif berbentuk kubus dan berderet di pinggir penjuluran tulang trabekular. Pertumbuhan tulang juga ditandai dengan adanya osteosit yang terisolasi di dalam matrik tulang trabekular. Daerah sekitar pertumbuhan tulang dipenuhi jaringan ikat dan bahan material implan HA-TKF.

13 42 HA-TKF JI M K Gambar 14 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan pada hari ke-60 pascaoperasi, terjadi perkembangan struktur implan dengan adanya indikasi pembentukan tulang rawan dan pertumbuhan jaringan ikat. Kalsifikasi tulang rawan (K) ditunjukkan dengan zona berwana ungu dan matriks tulang (M) ditandai dengan massa berwarna lebih eosinofilik. Pewarnaan HE. Bar: 20 µm. Pada daerah implan juga ditemukan sel-sel berinti banyak dan memiliki ukuran lebih besar dibandingkan sel-sel tulang lainnya. Sel tersebut diduga merupakan sel osteoklas. Sel osteoklas yang ditemukan memiliki banyak inti, dengan warna inti biru dan sitoplasma bersifat asidofilik berwarna merah dalam pewarnaan HE. Sel ini menandakan adanya proses bioresorpsi dan biodegradasi yang terjadi pada implan HA-TKF. Pada persembuhan tulang kontrol tanpa pemberian implan HA-TKF, jaringan memberikan respon yang berbeda. Pada pengamatan makroskopis, defek tulang telah ditutupi suatu massa jaringan. Hasil ini diperjelas dengan pemeriksaan secara mikroskopis. Pada hari ke-60 pascaoperasi massa jaringan tersebut merupakan pertumbuhan tulang. Pada sebagian lokasi, tulang tumbuh berbentuk trabekular namun sebagian besar tulang telah memasuki tahap tipe kompakta. Bagian pinggir tulang dekat dengan periosteum memperlihatkan aktifitas osteoblastik. Sebagian besar tulang telah membentuk struktur kompakta (Gambar 15).

14 43 PR P D K Gambar 15 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang kontrol pada hari ke-60 pascaoperasi, terjadi penebalan periosteum dan terbentuknya tulang yang divaskularisasi oleh pembuluh darah (PD), struktur kompakta sudah terlihat (K). Pewarnaan HE; Bar 40µm. Pada pemeriksaan mikroskopis antara tulang kontrol dan tulang perlakuan pada hari ke-60 pascaoperasi, menunjukkan adanya perbedaan. Pertumbuhan dan persembuhan pada tulang kontrol terjadi lebih cepat dibandingkan dengan tulang perlakuan. Gambaran mikroskopis pada kelompok perlakuan implan HA-TKF hari ke-90 menunjukkan adanya peningkatan proliferasi jaringan ke dalam pusat implan. Perubahan yang paling menonjol yaitu keberadaan tulang rawan yang semakin meluas dan lebih kompak dari perlakuan 30 dan 60 hari (Gambar 16). Adanya ikatan antara implan dengan tulang menunjukkan bahwa HA-TKF memiliki sifat bioaktif, yaitu mampu berkontak dengan sistem jaringan dan mampu bereaksi dengan jaringan dan menghasilkan ikatan kimia yang sangat baik (Purnama 2006). Tingkat biodegradasi dan resorpsi pada tahap ini menunjukkan intensitas tinggi. Implan yang ditanam sebagian besar didegradasi dan diserap oleh tubuh dan digantikan oleh jaringan baru. Pertumbuhan jaringan ikat dan pembuluh darah juga meningkat. Peningkatan jumlah pembuluh darah yang memvaskularisasi bagian pusat implan menunjukkan tingkat penyerapan yang semakin besar dan menandakan jaringan baru telah tumbuh secara meluas.

15 44 TR tulang JI Gambar 16 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang perlakuan pada hari ke-90 pascaoperasi. Tulang rawan (TR) dan jaringan ikat (JI) tumbuh secara meluas di bagian pusat dan pinggir implan. Pewarnaan HE; Bar: 20 µm. PR Gambar 17 Gambaran mikroskopis persembuhan tulang kontrol pada hari ke-90 pascaoperasi. Tulang terbentuk memenuhi lubang defek. PR: periosteum. Pewarnaan HE. Bar : 40µm. Gambaran defek tulang kontrol pada hari ke-90 menunjukkan lubanglubang yang terbentuk lebih sedikit, tulang memiliki tingkat kekompakan yang hampir sempurna, ditandai dengan adanya struktur seperti saluran Harver s,

16 45 osteosit yang telah tersebar dalam matriks dan saluran Volkmann. Daerah pengeboran dengan daerah sekitarnya terlihat memiliki struktur yang hampir mirip. Proses osteogenesis pada tulang kontrol terjadi lebih cepat dibandingkan dengan tulang yang ditanam implan HA-TKF. Kajian Morfologi Persembuhan Tulang Proses persembuhan pada kerusakan tulang segmental mirip dengan persembuhan fraktur. Pengeboran pada tulang akan membuat bagian tulang tersebut nekrosis dan terjadi peluruhan pembuluh darah dan tejadi ruptur kapilerkapiler darah (Cheville 2006). Pada tulang kontrol, lubang akan dipenuhi darah dan terjadi koagulasi oleh sel-sel darah yang diinduksi oleh fibrinogen kemudian terjadi lesio hematoma (Kalfas 2001). Begitu pula yang terjadi pada tulang yang diberi implan, adanya celah (gap), pori atau defek lain antara tulang dan implan maka akan terisi dengan bekuan darah sesaat setelah operasi (Brunski 1999). Kerusakan seluler membuat sebagian tulang kehilangan vaskularisasi atau terjadi kerusakan vaskuler, dan terjadi trauma serta nekrotik. Keadaan ini akan mengaktifkan sel-sel monosit, limfosit, sel-sel polimorfonuklear dan fibroblast yang akan menginfiltrasi tulang dengan diperantarai oleh prostaglandin (Kalfas 2001). Tahap ini sudah tidak teramati pada umur kerusakan 30 hari. Tahap inflamasi terjadi pada umur kerusakan sekitar dua atau tiga hari (Cheville 2006). Monosit yang masuk ke dalam daerah fraktur akan bertransformasi menjadi makrofag yang memainkan peranan penting dalam persembuhan tulang (Cheville 2006). Hal ini akan menyebabkan pembentukan jaringan granulasi, pertumbuhan jaringan pembuluh darah (neovaskularisasi), dan migrasi dari sel-sel osteogenik (Kalfas 2001). Umumnya pasca 30 hari terjadi kerusakan segmental atau fraktur pada tulang akan mengalami persembuhan dalam tahap remodelling (Cheville 2006). Penanaman implan HA-TKF di dalam kerusakan segmental memberikan suatu respon yang berbeda oleh jaringan tulang seiring dengan lamanya waktu penanaman implan, mulai hari ke-30, 60 dan 90 pascaoperasi, jaringan tulang mengikat implan melalui pertumbuhan jaringan ikat dan semakin meluas pada hari ke-60 dan 90. Jaringan ikat memiliki fungsi sebagai penunjang tubuh dan

17 46 merupakan jaringan penghubung di dalam tubuh (Astawan 2002). Proses osteointegrasi terjadi dengan pembentukan jaringan ikat pada pertautan antara tulang dan implan HA-TKF. Mengingat fungsi jaringan ini sebagai penunjang dan memelihara integritas struktur tubuh hewan maupun manusia. Jaringan ikat tidak hanya melapisi bagian pinggir implan tetapi juga tumbuh di dalam implan. Proliferasi jaringan ini berdampak pada keadaan implan. Bentuk implan yang semula ditanam memiliki bentuk padat dan utuh setelah 30 sampai 90 hari diimplantasi pada tulang domba mengalami degradasi dan terpecah oleh pertumbuhan jaringan ikat. Bahkan dalam pengamatan 90 hari implan sudah berbentuk menyerupai granul. Pada daerah implan menunjukkan adanya hubungan fibroseluler dengan bagian tulang yang lama, hal ini mengindikasikan terjadinya resorpsi dan proses penggantian di dalam implan (graft) secara ekstensif (Maiti et al. 1995). Pada preparat kontrol, jaringan ikat hanya muncul pada pengamatan hari ke-30. Hal ini membuktikan adanya persembuhan yang mencapai tahap pembentukan kalus. Kalus merupakan jaringan baru antara dua ujung fraktur yang kemudian akan berubah menjadi jaringan tulang (Dorland 2002). Pada fase ini tulang kontrol telah terbentuk kalus dan disini tulang menjadi osteoporotik akibat resorpsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel yang berkembang memiliki potensi kondrogenik dan osteogenik mulai membentuk jaringan kartilago dan tulang. Pada awal persembuhan akan terbentuk jaringan granulasi yang merupakan kalus lunak dan kemudian ketika berubah menjadi tulang rawan atau tulang dinamakan kalus keras (Cheville 2006). Pada pengamatan kelompok tulang kontrol hari ke-30, tulang baru sudah terbentuk di daerah pinggir defek dan sebagian tumbuh di pusat defek dengan berbentuk tulang trabekula. Pertumbuhan tulang baru ditandai dengan hadirnya sel-sel osteoblas dan osteosit. Sel osteoblas membentuk deretan di pinggir tulang trabekular yang baru. Sel tersebut berfungsi mensekresikan bahan-bahan matriks tulang dan membentuk osteoid. Kemudian sel osteoblas akan terisolasi di dalam matrik dan berubah menjadi sel osteosit. Pertumbuhan tulang terlihat mengarah ke dalam lubang segmen tempat pengeboran. Proses ini akan berlangsung secara

18 47 kontinyu sampai tulang mencapai stabilitas sempurna. Periosteum di daerah defek mengalami penebalan. Pertumbuhan tulang baru mulai tampak jelas pada hari ke-30 pascaoperasi penanaman implan HA-TKF. Pada periode ini pertumbuhan tulang terjadi di daerah pinggir implan di dekat sumsum tulang. Hal serupa terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Sunil et al. (2008) yang mengimplankan HA-TKF pada kelinci, setelah 8-12 minggu hasil mikroskopis menunjukkan pertumbuhan tulang mulai terjadi di pinggir kemudian tumbuh menuju pusat implan dan menyebar ke dalam implan. Penyebaran pertumbuhan tulang baru merupakan hasil dari aksi osteogenik yang berasal dari sumsum tulang di dalam ruang defek (Sunil et al. 2008). Tulang baru yang tumbuh berbentuk jala atau disebut tulang trabekular. Osteoblas sebagai sel pembentuk tulang terletak di pinggir tulang trabekular dan membentuk deretan seperti barisan sel epithelium. Sel osteoblas berasal dari sel osteogenik yang ada pada periosteum, endosteum atau sumsum tulang. Osteoblas akan aktif mensintesis komponen organik tulang atau disebut osteoid (prebone). Komponen tersebut berupa kolagen, proteoglikan dan glikoprotein (Samuelson 2007). Osteoid yang terbentuk berawal dari bahan dasar fibril kolagen yang belum berkapur dan bersifat lunak (Hartono 1989). Pada bagian tengah tulang trabekular memperlihatkan adanya sel-sel osteosit. Adanya sel-sel osteosit menandakan terjadinya perkembangan pada tulang trabekular. Sel osteosit merupakan perkembangan lanjutan dari sel-sel osteoblas yang terisolasi oleh matriks yang dihasilkan (Mills 2009). Osteosit berada dalam matriks membentuk suatu ruang berbentuk oval dan disebut lakuna (Samuelson 2007). Selanjutnya osteosit akan membentuk kanalikuli yang merupakan suatu penjuluran-penjuluran secara radial. Pertumbuhan tulang baru tidak hanya terjadi pada bagian perifer tetapi juga tumbuh di dalam pusat implan berupa pertumbuhan jaringan tulang rawan. Pertumbuhannya menyebar tidak beraturan. Massa tulang rawan di pusat implan ditemukan pada pemanenan hari ke-60 dan 90. Pembentukan jaringan tersebut menunjukkan bahwa persembuhan telah memasuki tahap perbaikan dengan pembentukan tulang rawan yaitu mencapai fase pembentukan kalus keras. Tulang

19 48 rawan yang terbentuk hanya bersifat sementara karena akan segera digantikan dengan woven bone yang kemudian akan mengalami remodelling menjadi lamellar bone. Matriks ekstraselular tulang rawan akan mengalami kalsifikasi, sehingga khondrosit mati. Adanya pertumbuhan tulang di dalam implan menandakan HA-TKF memiliki sifat osteokonduktif. Menurut Xue et al. (2009) HA-TKF keramik memiliki potensi sebagai osteokonduktif dan memiliki tingkat resorpsi optimal untuk pembentukan tulang. Osteokonduktif adalah sifat fisik dari graft dalam menjalankan fungsi sebagai scaffold untuk mendukung dalam persembuhan tulang. Osteokonduktif memungkinkan untuk pertumbuhan neovaskularisasi dan infiltrasi sel-sel prekursor osteogenik ke dalam ruang graft (Kalfas 2001). Pada penelitian ini proses resorpsi dan degradasi HA-TKF telah terjadi minimal pada hari ke-30 penanaman. Setelah tiga bulan HA-TKF diimplan pada tulang domba telah memperlihatkan pembentukan tulang yang belum merata di seluruh implan. Penelitian yang telah dilakukan Uchida et al. (1990) melaporkan pertumbuhan tulang secara sempurna di seluruh bagian pori implan HA-TKF terjadi setelah 12 bulan. Sehingga dalam penelitian ini perlu penambahan waktu implantasi sampai mencapai adanya pertumbuhan tulang yang optimal di dalam implan. Sel osteoklas memiliki peranan yang penting dalam resorpsi dan remodelling tulang (Samuelson 2007). Daya bioresorpsi menjadi salah satu syarat dalam menentukan biomaterial yang ideal. Hasil yang diperoleh menunjukkan HA-TKF mampu diresorpsi oleh jaringan tulang. Hadirnya sel-sel osteoklas yang ditemukan pada hari ke 60 di dalam daerah implan membuktikan HA-TKF memiliki potensi bioresorbabel. Osteoklas merupakan multinukleat giant sel yang memiliki 6-50 atau lebih inti sel yang berperan dalam penyerapan dan remodelling jaringan tulang (Samuelson 2007) dengan ukuran diameternya sekitar 40 sampai 100 µm (Dellman & Eurell 2002). Dalam pewarnaan HE, sitoplasmanya berwarna merah muda karena bersifat acidophilic dan inti sel berwarna biru karena memiliki sifat basophilic. Osteoklas berasal dari sumsum tulang dan merupakan derivat dari sel monosit. Osteoklas melakukan aksi resorpsi melalui reaksi enzimatis (Samuelson

20 ). Osteoklas akan mensekresikan berbagai bahan seperti asam laktat, asam sitrat, enzim hidrolitik kuat (acid hydrolase, collagenase, dll.) yang akan mencerna bahan matriks ekstraseluler. Berdasarkan hasil yang diperoleh, implan HA-TKF memiliki sifat biodegradabel dan bioresorbabel. Implan mulai terpecah di hari ke-30, tetapi implan masih terlihat dalam pengamatan setelah 60 dan pada 90 hari pascaoperasi. Pada akhir pengamatan sisa implan sudah sangat sedikit. Jika dibandingkan dengan persembuhan kontrol tanpa pemberian implan, kerusakan segmental pada tulang kontrol menunjukkan perbaikan dan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan kerusakan segmental yang diberi implan HA-TKF. Biodegradasi dari suatu bahan implan keramik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain seperti pori-pori (porosity), kepadatan (density), rasio bahan implan HA-TKF, ukuran partikel serta waktu dan temperatur pembuatan (Maiti et al. 1995). Pori-pori di dalam implan akan meningkatkan kemampuan ikatan tulang, karena beberapa alasan antara lain a) adanya pori-pori akan memperbesar area permukaan sehingga menghasilkan daya bioreabsorpsi yang tinggi, dan dapat lebih menginduksi bioaktivitas, b) pori-pori yang saling berhubungan dapat memberikan suatu kerangka atau tempat untuk pertumbuhan tulang ke dalam matriks implan, c) hubungan antara pori juga berfungsi sebagai tempat saluran vaskularisasi, sehingga pembuluh darah dapat masuk ke dalam implan dan dapat menyuplai nutrien untuk pertumbuhan tulang (Nandi et al. 2009). Pada penelitian ini porositas dan kepadatan dari implan HA-TKF yang digunakan belum diketahui secara mendetail sehingga perlu pengkajian lebih lanjut dalam mendesain struktur implan untuk meningkatkan daya biodegradasi dan resorpsi agar dapat mendukung persembuhan tulang dengan baik. Pada tulang perlakuan selama 30, 60 dan 90 hari pascaoperasi tidak memperlihatkan reaksi inflamasi. Tidak adanya reaksi inflamasi dan respon terhadap benda asing pada akhir pengamatan menandakan bahwa implan dapat digunakan sebagai alternatif penggantian tulang dalam mengisi defek tulang (Nandi et al. 2009) dan bersifat aman dan tidak toksik untuk tubuh. Tidak adanya reaksi penolakan oleh tubuh terhadap implan HA-TKF juga menunjukakan bahwa implan tersebut memiliki kecocokan dan bersifat biokompatibel dengan tubuh.

21 50 Bone graft dapat digunakan untuk membantu perbaikan berbagai kerusakan tulang, salah satunya adalah kerusakan fraktur. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan. Berdasarkan luka yang ada patah tulang dapat dibagi menjadi patah tulang terbuka dan patah tulang tertutup (Brinkker et al. 1983). Fraktur tulang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe antara lain seperti tipe transverse, oblique, spiral, comminuted (tulang patah pada beberapa fragmen) dan segmental berdasarkan keparahan gangguan pada tulang (Scott & McLaughlin 2007). Penanganan patah tulang atau fiksasi yang dilakukan tergantung dengan derajat keparahan gangguan pada tulang. Patah tulang luka terbuka dengan tipe comminuted memerlukan fiksasi menggunakan bone graft (Scot t & McLaughlin 2007). Pemasangan graft dalam penanganan fraktur tipe comminuted juga memerlukan fiksasi dengan menggunakan plate dan screw. Bone graft sintetik seperti HA-TKF dapat digunakan untuk menangani kerusakan tersebut. Bahan keramik seperti HA-TKF juga memiliki fungsi untuk berbagai macam aplikasi antara lain sebagai pengganti untuk jaringan yang berkapur dan membantu memperbaiki pembentukan tulang. Dalam bidang biomedis, biomaterial keramik dapat digunakan sebagai implan untuk defek pada tulang panjang, digunakan sebagai hip prosthesis implan, penanganan arthrodesis (Fossum et al. 2007), digunakan dalam implantasi untuk operasi spinal dan sebagai pelapis implan berbahan metal untuk keperluan ortopedik (Maxian et al. 1993; Hayashi et al. 1993; Nascimento et al. 2007). Dalam penelitian ini HA-TKF diaplikasikan sebagai bahan pengisi kerusakan segmental pada tulang panjang tibia. Implan ditanam pada bagian medial diafise tulang dan menunjukkan hasil adanya formasi pertumbuhan tulang yang menggantikan bone graft HA-TKF. Bahan tersebut memiliki laju resorpsi dan degradasi yang lebih cepat dibanding laju pertumbuhan dan pergantian tulangnya. Berdasarkan hasil tersebut bahan HA-TKF tersebut dimungkinkan cocok untuk penanganan defek kecil dan untuk persembuhan yang memerlukan waktu recovery yang cepat. Sedangkan apabila diaplikasikan untuk defek yang cukup besar akan beresiko terjadi pemendekan tulang karena faktor beban mekanik yang akan menekan ruang defek.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Makroskopis Tulang Kelinci Implan terlihat jelas sebagai massa berbentuk padat berwarna putih pada bagian korteks hingga bagian medula tulang. Hasil pemeriksaan makroskopis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tulang

TINJAUAN PUSTAKA Tulang 4 TINJAUAN PUSTAKA Tulang Tulang merupakan jaringan ikat khusus yang berfungsi sebagai alat penyokong, pelekatan, perlindungan, dan penyimpanan mineral. Konsekuensinya, jaringan ini dilengkapi dengan rigiditas,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tulang Komponen Seluler Tulang

TINJAUAN PUSTAKA Tulang Komponen Seluler Tulang 4 TINJAUAN PUSTAKA Tulang Kerangka tubuh terbentuk dari tulang rawan, tulang dan persendian. Tulang merupakan jaringan ikat khusus, karena mempunyai fungsi khusus serta komponennya terdiri dari sel-sel

Lebih terperinci

Tulang Rawan. Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi

Tulang Rawan. Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi Tulang Rawan Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi Suatu tulang rawan memiliki khondrosit yang tersimpan di dalam ruangan (lacunae) dalam matriks ekstraselular. Tulang rawan mengandung banyak air (menyebabkannya

Lebih terperinci

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN TULANG SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN TULANG SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN TULANG SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Jaringan Tulang 1. Jaringan Tulang Rawan 2. Jaringan Tulang Keras / Sejati 1. Jaringan Tulang Rawan Fungsi jaringan

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI PROSES PERSEMBUHAN KERUSAKAN SEGMENTAL PADA TULANG DOMBA YANG DIIMPLAN DENGAN KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT-TRIKALSIUM FOSFAT (HA-TKF)

KAJIAN MORFOLOGI PROSES PERSEMBUHAN KERUSAKAN SEGMENTAL PADA TULANG DOMBA YANG DIIMPLAN DENGAN KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT-TRIKALSIUM FOSFAT (HA-TKF) KAJIAN MORFOLOGI PROSES PERSEMBUHAN KERUSAKAN SEGMENTAL PADA TULANG DOMBA YANG DIIMPLAN DENGAN KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT-TRIKALSIUM FOSFAT (HA-TKF) ASMAWATI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses kesembuhan fraktur dimulai segera setelah tulang mengalami kerusakan, apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis dan biologis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan tulang adalah salah satu jaringan yang sering digunakan untuk transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah ortodontik, bedah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang seperti halnya jaringan hidup lainnya pada tubuh manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang seperti halnya jaringan hidup lainnya pada tubuh manusia dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan salah satu penyusun tubuh yang sangat penting dan merupakan salah satu jaringan keras yang terdapat dalam tubuh manusia. Tulang mengandung 30% serabut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Penyembuhan Fraktur Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang alveolar. Di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket infraboni merupakan kerusakan tulang yang terjadi pada jaringan pendukung gigi dengan dasar poket lebih apikal daripada puncak tulang alveolar yang terjadi akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari matriks dan sel-sel. Tulang mengandung matriks organik sekitar 35%, dan matriks anorganik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori Hidroksiapatit berpori digunakan untuk loading sel (Javier et al. 2010), pelepas obat (drug releasing agents) (Ruixue et al. 2008), analisis kromatografi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari sampai waktu panen domba. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan suhu tubuh,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Pengertian Tulang Tulang merupakan jaringan ikat, terdiri dari sel, serat, dan substansi dasar yang berfungsi untuk penyokong dan pelindung kerangka. Tulang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. prosedur yang kompleks dengan kemungkinan resiko terhadap pasien

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. prosedur yang kompleks dengan kemungkinan resiko terhadap pasien BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Prosedur tandur tulang (bone grafting) merupakan prosedur operasi untuk menggantikan tulang dimana prosedur ini merupakan prosedur yang kompleks dengan kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bermetabolisme secara aktif dan terintegrasi. Tulang merupakan material komposit,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bermetabolisme secara aktif dan terintegrasi. Tulang merupakan material komposit, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Penyembuhan pada Fraktur. Tulang adalah suatu jaringan biologis yang bersifat dinamis dan terdiri dari sel-sel yang bermetabolisme secara aktif dan terintegrasi. Tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang kedokteran gigi. Indikasi pencabutan gigi bervariasi seperti pernyakit periodontal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan untuk prosedur transplantasi (Ana dkk., 2008). Setiap tahun, lebih dari lima ratus ribu prosedur

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patah tulang atau fraktur merupakan keadaan dimana terjadi diskontinuitas pada tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah

BAB I PENDAHULUAN. sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2009 didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah tulang yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 20 MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Proses penelitian berlangsung mulai dari bulan April 2009 sampai Agustus 2010. Operasi implantasi dilakukan di Laboratorium Bagian Bedah dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kejadian fraktur tidak hanya terjadi pada manusia. Fraktur pada hewan merupakan kasus yang juga biasa ditangani oleh dokter hewan baik dari Rumah Sakit Hewan maupun Klinik Hewan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekitar 40% kerusakan jaringan keras tubuh karena tulang rapuh, kanker tulang atau kecelakaan banyak terjadi di Indonesia, sisanya karena cacat bawaan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur atau patah tulang merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab kematian penduduk

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan jaringan karena penyakit keturunan, luka berat dan kecelakaan menempati posisi kedua penyebab kematian di dunia. Pengobatan konvensional yang umum dilakukan

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Taksonomi domba lokal (Ovis aries) yaitu (Herren 2000): Gambar 1 Domba Lokal Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Artiodactyla Famili : Bovidae

Lebih terperinci

ANALISIS DERAJAT KRISTALINITAS, UKURAN KRISTAL DAN BENTUK PARTIKEL MINERAL TULANG MANUSIA BERDASARKAN VARIASI UMUR DAN JENIS TULANG MELLY NURMAWATI

ANALISIS DERAJAT KRISTALINITAS, UKURAN KRISTAL DAN BENTUK PARTIKEL MINERAL TULANG MANUSIA BERDASARKAN VARIASI UMUR DAN JENIS TULANG MELLY NURMAWATI ANALISIS DERAJAT KRISTALINITAS, UKURAN KRISTAL DAN BENTUK PARTIKEL MINERAL TULANG MANUSIA BERDASARKAN VARIASI UMUR DAN JENIS TULANG MELLY NURMAWATI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pencangkokan tulang. Tulang merupakan jaringan kedua terbanyak. tahun dilakukan diseluruh dunia (Greenwald, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pencangkokan tulang. Tulang merupakan jaringan kedua terbanyak. tahun dilakukan diseluruh dunia (Greenwald, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang yang menyangga struktur berdaging, melindungi organ vital seperti yang terdapat didalam tengkorak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan

BAB I PENDAHULUAN. organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan jenis jaringan ikat padat yang tersusun dari garam organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Garam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biomaterial logam, keramik, polimer dan komposit. kekurangan. Polimer mempunyai kekuatan mekanik yang sangat rendah

BAB I PENDAHULUAN. biomaterial logam, keramik, polimer dan komposit. kekurangan. Polimer mempunyai kekuatan mekanik yang sangat rendah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam aktivitasnya banyak menghadapi permasalahan serius yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit. Tercatat kecelakaan lalu lintas (lakalantas)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian luka pada kecelakaan seiring waktu semakin meningkat. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO) melaporkan kecelakaan lalu lintas

Lebih terperinci

JARINGAN IKAT KHUSUS. Tulang Rawan dan Tulang

JARINGAN IKAT KHUSUS. Tulang Rawan dan Tulang JARINGAN IKAT KHUSUS Tulang Rawan dan Tulang PENDAHULUAN Tulang rawan & Tulang adlh jaringan2 kerangka = jaringan ikat lainnya tdd sel, serat dan substansi dasar. Matriks / subs interseluler = serat +

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho dkk., 2007). Selain fungsi mekanis, tulang juga berperan penting dalam aktivitas metabolik (Meneghini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur

BAB I PENDAHULUAN. jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bone grafting merupakan prosedur kedua terbanyak dalam hal transplantasi jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla 4 TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba merupakan hewan ruminansia kecil yang telah dijinakkan sejak ribuan tahun yang lalu sebagai hewan gembala dataran rendah. Hal ini didasarkan pada penemuan tulang-belulang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian didapatkan dari perhitungan jumlah fibroblas dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan jumlah

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS TINJAUAN TEORI 1. Definisi Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tulang Jaringan tulang merupakan unsur pokok kerangka orang dewasa. Pada tubuh seseorang, 18% dari berat badannya merupakan berat dari jaringan tulang. Beberapa

Lebih terperinci

TAHAP-TAHAP PENYEMBUHAN FRAKTUR

TAHAP-TAHAP PENYEMBUHAN FRAKTUR TAHAP-TAHAP PENYEMBUHAN FRAKTUR Secara ringkas tahap penyembuhan tulang adalah sebagai berikut : 1. Stadium Pembentukan Hematom Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan 1. Jaringan Tumbuhan a. Jaringan Meristem (Embrional) Kumpulan sel muda yang terus membelah menghasilkan jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan bedah minor yang sering dilakukan dan menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang alveolar

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan METASTATIC BONE DISEASE PADA VERTEBRAE Annisa Rahmawati Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Laporan Pendahuluan METASTATIC BONE DISEASE PADA VERTEBRAE Annisa Rahmawati Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Laporan Pendahuluan METASTATIC BONE DISEASE PADA VERTEBRAE Annisa Rahmawati- 1006672150 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia I. PENDAHULUAN Metastase tulang merupakan penyebaran sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi implan tulang merupakan pendekatan yang baik (Yildirim, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi implan tulang merupakan pendekatan yang baik (Yildirim, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia menghadapi permasalahan serius dalam aktivitasnya yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit. Kasus kecelakaan kerap mengakibatkan korbannya menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi laka lantas MABES Polri tercatat ada 61,616 kasus kecelakaan lalu lintas di

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi laka lantas MABES Polri tercatat ada 61,616 kasus kecelakaan lalu lintas di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecelakaan dan penyakit merupakan permasalahan serius yang dihadapi oleh manusia didalam menjalani aktivitas kesehariannya. Tercatat kecelakaan lalu lintas di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan data di Asia, Indonesia adalah negara dengan jumlah penderita patah tulang tertinggi. Pada tahun 2015 RS. Orthopedi Prof. Dr. Soeharso terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan perlukaan (Wray dkk.,

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroksiapatit adalah sebuah molekul kristalin yang intinya tersusun dari fosfor dan kalsium dengan rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2. Molekul ini menempati porsi 65% dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Bone Tissue Engineering (BTE) Bone Tissue Engineering merupakan suatu teknik yang terbentuk dari dua prinsip keilmuan, antara "sciences" dan "engineering" yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang

Lebih terperinci

Penyembuhan luka jaringan keras pascatrauma

Penyembuhan luka jaringan keras pascatrauma Penyembuhan luka jaringan keras pascatrauma A. Tajrin Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia Koresponden: tajrinumi@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Fraktur femur!! 1. Definisi

Fraktur femur!! 1. Definisi Fraktur femur!! 1. Definisi Terputusnya kontinuitas batang femur yang bisaterjadi akibattrauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). 2. Etiologi a. Trauma Fraktur terjadi ketika tekanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan PENDAHULUAN Latar Belakang Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan kesayangan terutama anjing dan kucing. Fraktur pada hewan, umumnya disebabkan oleh trauma seperti terbentur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kedokteran gigi erat sekali kaitannya dengan penyakit yang dapat berujung pada kerusakan atau defek pada tulang alveolar, salah satunya adalah periodontitis. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi yang dapat menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gigi, dan 1% terdapat dalam darah (Hill, 1998).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gigi, dan 1% terdapat dalam darah (Hill, 1998). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Tulang adalah struktur hidup yang tersusun oleh protein dan mineral. Penyusun utama tulang adalah protein yang disebut kolagen serta mineral tulang yaitu kalsium fosfat.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan menopause sebagai berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mengalami peningkatan populasi orang tua pada tahun 2025 sebanyak 301% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mengalami peningkatan populasi orang tua pada tahun 2025 sebanyak 301% dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia Harapan Hidup (UHH), di seluruh dunia mengalami kenaikan dari usia 67 tahun pada tahun 2009 menjadi 71 tahun pada tahun 2013. Indonesia diprediksi akan mengalami

Lebih terperinci

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh berbagai hal. Nekrosis jaringan pulpa dan penyakit periodontal, misalnya, dapat menyebabkan

Lebih terperinci

Biokeramik pada Dental Implant

Biokeramik pada Dental Implant Biokeramik pada Dental Implant Latar Belakang Perkembangan ilmu kedokteran tak lepas dari peranan dan kerjasama engineer dalam menciptakan berbagai peralatan canggih yang menunjangnya. Bisa dikatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang membutuhkan perawatan saluran akar pada umumnya mengalami kerusakan pada jaringan pulpa dan mahkota, baik karena proses karies, restorasi sebelumnya atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil pengumpulan data dari observasi makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang pengaruh kasa hidrogel paduan kitosan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Penyembuhan Luka Penyembuhan luka adalah suatu proses pembentukan jaringan sehingga kembali seperti semula atau dengan kata lain penggantian jaringan yang rusak atau mati

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dilakukan analisis efek pemberian tiga jenis pasta hasil yang diproduksi oleh BATAN, yaitu pasta Injectable Bone Xenograft (IBX) yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. sebagai bahan dasar mini screw orthodontics terhadap reaksi jaringan dorsum

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. sebagai bahan dasar mini screw orthodontics terhadap reaksi jaringan dorsum BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang pengaruh implantasi subkutan logam kobalt kromium sebagai bahan dasar mini screw orthodontics terhadap reaksi jaringan dorsum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Skrining Fitokimia Hasil pengujian skrining fitokimia menunjukan bahwa ekstrak yang dioleskan pada hewan coba mengandung tannin, saponin, dan flavonoid (Tabel 1). Pada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus cedera di Indonesia dapat dilihat melalui data morbiditas dan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus cedera di Indonesia dapat dilihat melalui data morbiditas dan 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus cedera di Indonesia dapat dilihat melalui data morbiditas dan mortalitas penyakit di Rumah Sakit, cedera menduduki urutan ketiga terbanyak proporsi

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tulang Komponen seluler pada tulang terdiri dari osteogenik, osteoblas, osteoklas, osteosit, dan elemen hemapoietic dari sumsum tulang (Recker, 1992). Tulang sangat ahli dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fraktur 2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Fraktur Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tulang

TINJAUAN PUSTAKA Tulang 5 TINJAUAN PUSTAKA Tulang Tulang merupakan bagian substansial pada sistem skeletal manusia. Jaringan tulang mempunyai empat fungsi utama antara lain fungsi mekanik yaitu sebagai penyokong tubuh dan tempat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Proliferasi Berdasarkan Population Doubling Time (PDT) Population Doubling Time (PDT) adalah waktu yang diperlukan oleh populasi sel untuk menjadikan jumlahnya dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahunnya. Sihombing (2009) menyebutkan bahwa menurut data "Indonesian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahunnya. Sihombing (2009) menyebutkan bahwa menurut data Indonesian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi osteoporosis dan cacat tulang di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Sihombing (2009) menyebutkan bahwa menurut data "Indonesian White Paper" yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal

Lebih terperinci

Sistem Muskuloskeletal. Yuliati Departemen Biologi Oral

Sistem Muskuloskeletal. Yuliati Departemen Biologi Oral Sistem Muskuloskeletal Yuliati Departemen Biologi Oral Sistem Muskuloskeletal Bones internal framework Muscles generate force and movement Ligaments connect bones Tendons connect muscles to bone Semua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini, 9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang mempunyai karakterisktik meningkatnya nilai glukosa plasma darah. Kondisi hiperglikemia ini diakibatkan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 dianalisis menggunakan uji statistik analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjut Duncan dengan taraf kepercayaan 5%. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Proliferasi Sel Tingkat Proliferasi Sel Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan jika menutupi gigi yang akan dicabut (Archer, 1975). Pencabutan gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan jika menutupi gigi yang akan dicabut (Archer, 1975). Pencabutan gigi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi adalah tindakan pengambilan gigi pada soketnya tanpa atau dengan pembukaan jaringan lunak dan jaringan keras. Pengurangan tulang dilakukan jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai dari kelainan kongenital dan dapatan, termasuk juga inflamasi dan gangguan perkembangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh variasi..., Agung Prasetyo, FT UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh variasi..., Agung Prasetyo, FT UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan beberapa tahun terakhir dalam hal material bioaktif, polimer, material komposit dan keramik, serta kecenderungan masa depan kearah sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Darah adalah jaringan cair

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah salah satu organ terbesar dalam tubuh. Kulit menutupi tubuh 2 m 2, berat sekitar 3 kg atau 15% dari berat badan dan menerima 1/3 suplai sirkulasi darah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pathologic fracture). Menurut Piermattei et al. (2006), sekitar 75 80% kejadian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pathologic fracture). Menurut Piermattei et al. (2006), sekitar 75 80% kejadian PENDAHULUAN Latar Belakang Fraktur merupakan kasus yang sering terjadi pada manusia maupun hewan. Fraktur pada hewan umumnya disebabkan karena trauma dan penyakit (pathologic fracture). Menurut Piermattei

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Tanpa tulang tubuh tidak bisa berdiri tegak. Sel tulang alami pada tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Tanpa tulang tubuh tidak bisa berdiri tegak. Sel tulang alami pada tubuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Tulang atau kerangka merupakan penopang tubuh vertebrata dan juga tubuh manusia. Tanpa tulang tubuh tidak bisa berdiri tegak. Sel tulang alami pada tubuh manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroksiapatit [Ca 10 (PO 4 ) 3 (OH)] merupakan material biokeramik yang banyak digunakan sebagai bahan pengganti tulang. Salah satu alasan penggunaan hidroksiapatit

Lebih terperinci

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Arteri karotid merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang terdapat pada ke dua sisi leher yaitu sisi kiri yang disebut arteri karotid kiri dan sisi kanan yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov). pati. Selanjutnya, pemanasan dilanjutkan pada suhu 750 ºC untuk meningkatkan matriks pori yang telah termodifikasi. Struktur pori selanjutnya diamati menggunakan SEM. Perlakuan di atas dilakukan juga pada

Lebih terperinci