lnvestigasi ORIENTASI WIRAUSAHA PENGUSAHA BORDIR DAN MAKANAN RINGAN KOTA BUKITTINGGI
|
|
- Yohanes Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 lnvestigasi ORIENTASI WIRAUSAHA PENGUSAHA BORDIR DAN MAKANAN RINGAN KOTA BUKITTINGGI Afifah 1), Gustina 2), 1) Administrasi Niaga, Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Padang, Padang Kampus Limau Manis Padang 2) Administrasi Niaga, Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Padang, Padang Kampus Limau Manis Padang afifahdgtawero@yahoo.com 1), umiyazid@gmail.com 2) Abstrak Selain dari keindahan alam yang merupakan daya tarik utama kota sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia bagian barat, Kota Bukititnggi juga memiliki produk-produk industri kecil berupa produk makanan ringan dan bordir. Kedua jenis produk ini turut mendukung kepuasan wisatawan yang datang berkunjung dan sekaligus menjadi ikon pariwisata Kota Bukittinggi. Untuk itu pemerintah daerah setempat melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitasnya. Kesuksesan produk industri kecil makanan ringan dan bordir meningkatkan kinerja usaha, tentunya tidak bisa datang dari upaya penguatan dari pemerintah daerah saja, harus juga ditunjang dari orientasi wirausaha para pengusaha yang terlibat didalamnya. Pada penelitian ini dilakukan investigasi tingkat orientasi wirausaha pengusaha bordir dan makanan ringan. Investigasi dilakukan dengan alat penelitian berupa kuesioner yang merujuk pada teori Covin dan Slevin. Investigasi dilakukan pada sampel sebanyak 80 orang yang diambil secara simple random sampling. Data investigasi tersebut dianalisis secara deskriptif. Hasilnya orientasi wirausaha pengusaha bordir maupun makanan ringan belum menunjukkan performa terbaik.. Kata kunci : Bukittinggi, makanan ringan, bordir 1. Pendahuluan Sumatera Barat adalah salah satu daerah yang menjadi tujuan wisata di Indonesia bahagian barat. Keelokan alam, budaya masyarakat, aneka kuliner dan cenderamata yang unik menjadi daya tarik turis lokal maupun internasional. Berbicara tentang kuliner, Sumatera Barat mempunyai makanan Rendang yang telah diakui sebagai salah satu makanan terlezat di dunia. Selain Rendang, daerah Sumatera Barat juga mempunyai banyak jenis makanan ringan yang digemari oleh wisatawan seperti: keripik Sanjai, keripik yang terbuat dari ketela pohon, Kelamai atau dodolnya masyarakat Sumatera Barat dan sebagainya. Untuk cenderamata, Sumatera Barat mempunyai beberapa produk yang khas diantaranya: produk bordir yang diaplikasikan pada mukena, jilbab maupun baju; kerajinan perak; kain tenun dan lainnya. Kuliner dan cenderamata yang khas tersebut ditawarkan oleh hampir setiap kota yang ada di Sumatera Barat termasuk kota Bukittinggi. Kota ini merupakan kota yang banyak dituju oleh wisatawan apabila berkunjung ke Sumatera Barat. Di kota Bukittinggi wisatawan akan dimanjakan dengan berbagai macam kuliner termasuk makanan ringan dan cenderamata berupa produk bodir. Usaha makanan ringan memang menjadi salah satu usaha yang menyokong kehidupan masyarakat Bukittinggi. Usaha ini dikelola dalam bebagai skala, mulai dari skala mikro (usaha rumahan), usaha kecil sampai dengan skala menengah (UMKM). Ditinjau dari bahan baku utama yang digunakan, usaha makanan ringan di Bukittinggi membuat produk makanan dengan bahan dasar sepert i: padipadian, buah-buahan, umbi dan kacang-kacangan. Dalam menjalankan usahanya, UMKM makanan ringan ini menghadapi permasalahan dibidang produksi dan pemasaran [1]. Permasalahan yang muncul dibidang produksi diantaranya: produktivitas yang rendah, belum menerapkan HCCP (hazard analysis and critical control points) dan produk belum standar. Dari bidang pemasaran teridentifikasi masalah belum berkembangnya lembaga pemasaran/trading House, persaingan antara sesama pengusaha sangat tinggi dan kemasan produk yang belum mendukung. Penelitian yang dilakukan oleh Ansofino menemukan permasalahan lain yakni tidak adanya kontrak kerjasama antara pelaku industri dan terbatasnya akses permodalan [2]. Lebih lanjut penelitian ini juga menemukan bahwa UMKM memiliki kapasitas produksi yang besar, hasil produksi tersebut umumnya dipasarkan di pasar lokal, sangat sedikit yang diekspor. 9
2 Usaha lain yang menyokong kehidupan masyarakat dan pariwisata Bukittinggi adalah usaha bordir. Sama halnya dengan usaha makanan ringan, usaha bordir juga tidak lepas dari permasalahan. Hasil observasi di lapangan dan survei pada beberapa pedagang bordir diketahui bahwa kinerja bisnis usaha bordir secara umum menurun. Indikasi penurunan kinerja bisnis dapat dilihat dari: a) berkurangnya jumlah unit usaha bordir yang aktif beroperasi, b) perdagangan bordir yang berpusat di Pasar Aur Kuning lebih banyak menjual produk bordir dari daerah lain seperti: bordir Tasik Malaya, c) Pasar Ateh sebagai pasar wisata belanja bordir di Bukittinggi terlihat lengang dan tidak bergairah serta dan para pedagang banyak yang mengeluhkan pendapatan penjualan bordir mereka hanya cukup untuk menutup biaya operasional. Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi UMKM makanan ringan dan bordir tersebut, muncul dugaan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh orientasi pelaku usaha dalam menjalankan usaha. Kohli & Jaworski berpendapat bahwa sebuah usaha akan berkinerja baik dan perolehan pendapatnya tinggi apabila berorientasi pasar [3], berbeda dengan pendapat Covin dan Slevin, usaha akan berkinerja baik adalah usaha yang berorientasi wirausaha [4]. Namun Gristein berpendapat bahwa kedua orientasi ini hendaknya dimiliki oleh sebuah usaha, dimana pelaku usaha yang berorientasi pasar dan berorientasi wirausaha akan berprilaku berjuang keras untuk mengungkap kebutuhan dan keinginan konsumen yang tersembunyi serta memanfaatkan peluang pasar [5]. Pendapat ini senada dengan hasil penelitian Maatoofi dan Tajeddini [6], Renko dan Brannback [7], Todorovic dan Jun Ma [8]. Akan tetapi pada penelitian ini, orientasi usaha yang digali hanyalah orientasi wirausaha karena orientasi ini diyakini merupakan orientasi dasar yang sebuah usaha harus punyai agar dapat tetap beroperasi dan berjuang mengembangkan usahanya. Metode yang diterapkan untuk mengungkap tingkat orientasi wirausaha usaha makanan ringan dan bordir adalah membuat dan menyebarkan kuesioner tentang orientasi wirausaha. Kuesioner tersebut disusun berdasakan teori yang telah teruji dan sudah digunakan oleh para peneliti sebelumnya. Salah satu tim peneliti yang sudah mengaplikasikan teori orientasi wirausaha adalah Fairoz, Hirobumi dan Tanaka [9]. Mereka meneliti tingkat orientasi wirausaha Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada di Sri Lanka, hasilnya: a) 52% UKM di Sri Lanka sudah mempunyai orientasi wirausaha di level cukup, b) dimensi orientasi wirausaha meliputi: inovatif, proaktif dan keberanian mengambil resiko berkolerasi signifikan dengan pertumbuhan market share dan c) dimensi proaktif berkorelasi positif dengan kinerja bisnis. Hasil studi ini juga digunakan oleh pembuat kebijakan di Sri Lanka untuk membuat berbagai perencanaan pengembangan UKM. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak-pihak yang bertangungjawab seperti: pemerintah kota Bukiittinggi untuk membuat perencanaan pengembangan UMKM makanan ringan dan bordir Bukittinggi. Kontibusi lainnya untuk para pengusaha UMKM yakni sebagai bahan untuk mengevaluasi diri agar semua aspek orientasi wiausaha. 2. Tinjauan Pustaka Orientasi wirausaha didefinisikan sebagai penggambaran bagaimana new entry dilaksanakan oleh perusahaan. Secara sederhana orientasi wirausaha merupakan proses dan aktivitas pembuatan keputusan yang mendorong new entry sedangkan kewirausahaan dianggap sebagai produk dari orientasi wirausaha. Konsep orientasi wirausaha yang dikembangkan oleh para peneliti berasal dari konsep Lumpkin dan Dess serta Covin dan Slevin [10]. Pada dasarnya konsep dua kelompok peneliti ini tidak jauh berbeda, hanya dimensi pengukur yang membedakan. Covin dan Slevin berpendapat dimensi untuk mengukur orientasi wirausaha meliputi: inovatif (innovation), keberanian mengambil resiko (risk taking), proaktif (proactiveness). Sementara Lumpkin dan Dess berpendapat tidak tiga dimensi itu saja yang menjadi dimensi pengukur orientasi wirausaha tetapi terdapat dua dimensi lainnya yakni: kompetitif agresif dan otonomi. Innovativeness (inovatif) menurut Lumpkin dan Dess adalah kecenderungan perusahaan untuk menggunakan dan mendukung ide-ide baru, sesuatu yang baru, percobaan dan proses kreatif yang dihasilkan dalam bentuk produk baru, pelayanan dan proses teknologi [10]. Inovatif merupakan komponen yang penting karena merefleksikan tingkat pentingnya sebuah usaha untuk mengejar kesempatan baru. Risk Taking (pengambil resiko) mempunyai pengertian yang bervariasi berdasarkan pada konteks pengaplikasiannya. Dalam konteks strategi, menurut Baird dan Thomas yang juga disepakati leh Lumpkin & Dess mengidentifikasi 3 (tiga) tipe resiko strategik yaitu: a) venturing into the unknown, b) committing a relatively large portion of assets, c) borrowing heavily [10]. Perusahaan yang beroperasi efektif dan berpikiran untuk pengembangan ke depan akan menerima dan menggunakan dimensi risk taking ini untuk mengukur orientasi wirausaha. Resiko tidak saja dihadapi tetapi memerlukan penanganan yang tepat agar tidak berdampak buruk pada usaha. Penanganan resiko merupakan suatu proses, dimana proses tersebut dimulai dari pengidentifikasian, menganalisis, meredakan dan mencegah terulangnya resiko. Dengan demikian keputusan yang diambil merupakan keputusan yang sudah rasional, keputusan dengan memperhatikan berbagai pertimbangan. Proactiveness 10
3 (Proaktif) merujuk kepada bagaimana sebuah usaha dihubungkan dengan kesempatan pasar dan cara memasukinya. Lumpkin dan Dess berpendapat bahwa sikap proaktif dapat juga dikatakan sebagai inisiatif dan perilaku yang ditujukan untuk membentuk lingkungan yaitu mempengaruhi tren dan mungkin saja menciptakan permintaan [10]. Sikap proaktif ini cenderung disamakan dengan sikap yang menyerang/mencari sasaran secara baik. Lawan dari sikap proaktif ini adalah bertahan atau menunggu,tidak melakukan gerakan apabila tidak mendapat hambatan. Sikap proaktif ini dibutuhkan sekali pada lingkungan yang kompetitif. Sikap ini berfungsi untuk menyikapi dinamika lingkungan, pembaharuan dan resiko yang mungkin dihadapi. Autonomy (otonomi) merujuk pada tindakan bebas dari individu atau team dalam mengeluarkan ide atau visi dalam menyelesaikan permasalahan. Secara umum dapat juga dimaknai sebagai kemampuan dan kesanggupan diri mengejar kesempatan. Pada perusahaan kecil diketahui bahwa sifat dan perluasan perilaku otonomi dapat dikenali dengan menginvestigasi bagaimana tersentralnya sebuah kepemimpinan atau seberapa sering seorang menejer melimpahkan kewenangan dan kepercayaan pada tenaga ahli. Competitive Aggresive (agresif kompetitif) adalah kecenderungan perusahaan untuk menantang secara langsung dan intensif pesaing, untuk masuk atau meningkatkan posisi di pasar [10]. Kompetitif agresif adalah karakteristik responsif, yang berupaya membentuk konfrontasi head to head. Kompetitif agresif juga merefleksikan metode kompetisi yang tidak lagi konvensional. Dimensi pengukuran orientasi wirausaha yang dikemukakan oleh Covin dan Slevin digunakan oleh Renko, Carsrud, Brannback dalam penelitian mereka yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara orientasi pasar, orientasi wirausaha dan kemampuan teknologi dengan inovasi produk. Objek penelitian mereka adalah perusahaan kecil yang ada di negara United State dan Scandavia. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa kemampuan teknologi berpengaruh positif terhadap inovasi produk. Kemampuan teknologi diukur dengan jumlah biaya R&D yang dikeluarkan perusahaan dan jumlah paten [7]. Renko, Carsrud, Brannback juga menambahkan satu parameter lain yaitu: pertanyaan yang menggali informasi seberapa banyak produk atau servis yang sudah diteliti dan dikembangkan oleh perusahaan. Demikian juga dengan Gurbuz dan Aykol meneliti wirausaha dengan lebih dalam lagi dengan memilih variabel entrepreneurial management dan entrepreneurial orientation untuk melihat perkembangan perusahaan kecil, menggunakan dimensi pengukur orientasi wirausaha yang sama. Dua variabel ini pada awalnya berasal dari konsep yang sama tetapi untuk memenuhi tujuan penelitian variabel ini dipisahkan. Entrepreneurial orientation merupakan variabel strategi perusahaan dan entrepreneurial management merupakan praktek manajemen. Walaupun dipisahkan ternyata dua variabel ini tetap saling melengkapi dan memberikan pengaruh positif bagi perkembangaan perusahaan kecil di Turkey [4]. Pada penelitian yang akan dilakukan mengaplikasikan dimensi pengukur orientasi wirausaha Covin dan Slevin dengan tiga dimensi sementara dimensi autonomy dan kompetitif agresif tidak digunakan karena dimensi tambahan yang disampaikan oleh Lumpkin dan Dess dipahami sudah masuk dalam dimensi proaktif. Penelitian ini juga mengembangkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pengembangan dilakukan pada indikator pembentuk dimensi, indikator yang didesain disesuaikan dengan keadaan UMKM makanan ringan dan bordir di Bukittinggi. Pengembangan lainnya adalah penelitian sebelumnya dilakukan di daerah Eropa dan Turkey, dimana karakteristik Usaha Kecil Menengah di sana berbeda dengan karakteristik UMKM di Indonesia. 3. Metode Penelitian Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Isi kuesioner merupakan pengembangan dari kuesioner yang digunakan oleh peneliti sebelumnya. Pengembangan isi kuesioner disesuaikan dengan kondisi usaha makanan ringan dan bordir di Bukittinggi. Kuesioner dibentuk dari tiga dimensi mencangkup: inovasi, proaktif dan keberanian mengambil resiko. Dimensi inovatif menggali tentang: produk, inovasi proses produksi dan perkembangan teknologi terkait usaha. Dimensi proaktif mengetahui tentang: respon terhadap pembaharuan ide, perubahan lingkungan, perubahan tren. Sedangkan dimensi keberanian mengambil resiko menelusuri: keberanian dalam menghadapi tantangan, perubahan dan kondisi ketidakpastian. Kuesioner disusun secara sistematis menggunakan Skala Liker s dengan rentang jawaban 1-5. Skala 1 mewakili pendapat yang sangat negatif dan skala 5 mewakili pendapat sangat positif atau rentang pendapat dari sangat tidak setuju sangat setuju. Kuesioner atau instrument penelitian yang telah disusun diuji internalnya (uji reliabilitas) dengan Cronbach Alpha Test. Alasan pemilihan metode ini adalah karena data yang akan dianalisis berskala interval dan sesuai dengan pendapat Sekaran bahwa uji konsisten antar-item yang paling popular dalam berbagai kasus penelitian serta memiliki keandalan adalah Cronbach Alpha Test [11]. Semakin dekat nilai Cronbach Alpha dengan 1, berarti akan semakin tinggi tingkat reliabilitas konsistensi internalnya. Penelitian ini memakai standar minimal koefisien alpha (α) bernilai 0.5 Guilford dalam Maman, dkk [12]. Data yang diperoleh melalui kuesioner diolah atau dianalisis secara deskriptif, yaitu analisis yang 11
4 menggambarkan suatu objek yang diteliti secara sistematik dan actual serta hubungannya dengan fenomena yang sedang terjadi Maholtra [13]. Dari analisis data akan diketahui bagaimana tingkat inovasi, proaktifitas dan keberanian mengambil resiko pengusaha makanan ringan dan bordir di Bukittinggi. Hasil analisis lainnya adalah diketahuinya tingkat orientasi wirausaha masing-masing usaha sebagai jawaban atas rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya. 4. Hasil dan Pembahasan Orientasi wirausaha dapat dikatakan sebagai upaya yang dilakukan untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan. Merujuk pada pendapat Covin dan Slevin, setidaknya tiga upaya yang harus dilakukan agar tidak kalah dalam menghadapi persaingan. Tiga upaya tersebut meliputi: upaya untuk inovatif, proaktif dan berani mengambil resiko. Semakin maksimal suatu usaha mengupayakan tiga aspek tersebut maka akan semakin tangguh usaha tersebut menghadapi persaingan. Sebaliknya apabila suatu usaha tidak mempedulikan atau kurang tanggap terhadap tiga aspek orientasi wirausaha tersebut maka akan sulit untuk menghadapi berbagai dinamika persaingan. Lambat laun ketidakpedulian tersebut akan berpengaruh negatif terhadap kineja usaha. Inovatif. Sebuah usaha yang berada pada pasar yang tingkat persaingannya tinggi akan menjadikan inovasi sebagai salah satu strategi untuk bertahan. Usaha bordir dan makanan ringan adalah bentuk usaha yang tingkat persaingannya tinggi. Usaha bordir dan makanan ringan relatif mudah untuk dimulai tetapi tidak mudah untuk bertahan, agar mampu bertahan maka pengusaha dituntut untuk terus mencari dan menciptakan hal baru dan bernilai bagi konsumennya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha makanan ringan di Bukittinggi kurang berupaya untuk inovatif. Terlihat dari jumlah pengusaha yang antusias untuk mengikuti perkembangan teknologi dan informasi terkait dengan usaha makanan ringan yang sedikit hanya 46.5% dari sampel, 35% pengusaha yang melakukan inovasi terhadap produk dan 60% tidak pernah melakukan inovasi dalam proses produksi. Rendahnya upaya inovasi ini membuat produk makanan ringan di Bukittinggi dari waktu ke waktu tidak ada perubahan baik dari segi mutu maupun pemasarannya. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap pariwisata, wisatawan yang berkunjung ke Bukittinggi banyak membeli oleh-oleh makanan tidak di Bukittinggi tetapi di kota Padang. Produk yang dibeli di Padang sebenarnya adalah produk yang banyak dihasilkan oleh UMKM di Bukittinggi seperti keripik singkong. Alasannya produk sudah terkemas dengan baik, kualitas rasa dan bentuk yang lebih baik dan harga yang standar. Berbeda dengan usaha bordir; 77% dari pengusahanya mengikuti perkembangan teknologi dan informasi tentang dunia usaha bordir, 70% pengusaha selalu berusaha menciptakan motif baru bodir, 57.5% melakukan inovasi dalam proses penjualan bordir. Temuan dari usaha bordir ini menunjukkan bahwa usaha ini sudah berupaya untuk inovatif. Inovasi yang dilakukan oleh pengusaha tergolong pada radical innovation menurut Damapour [14]. Pembaharuan dilakukan berdasarkan pada pengembangan produk bordir yang telah ada sebelumnya. Pembaharuan yang terus dilakukan tersebut membuat produk bordir Bukittinggi terus diminati wisatawan. Proaktif Sikap proaktif dapat dikatakan sebagai sikap yang selalu punya inisiatif untuk mencari sasaran yang lebih baik. Sikap ini bertolak belakang dengan sikap menunggu atau mengikuti apa yang dilakukan pesaing. Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan usaha makanan ringan kurang proaktif dalam menghadapi persaingan dan perubahan. Kesimpulan ini didukung oleh data: 45% saja pengusaha makanan ringan yang mempunyai inisiatif dan mempelopori terjadinya perubahan, 52.5% pengusaha sudah merespon dan memproduksi makanan yang sedang tren dan 52.5% pengusaha mempelopori kebaharuan ide atau produk. Dengan rendahnya proaktifitas pengusaha makanan ringan menyebabkan tidak adanya pembaharuan yang cukup signifikan terjadi pada produk makanan ringan di Bukittinggi. Mutu produk, kemasan dan cara penjualan umumnya masih mempertahankan cara lama. Demikian juga dengan usaha bordir Bukittinggi, usaha ini juga mempunyai proaktifitas yang rendah. Temuan ini didukung oleh data; 42.5% saja pengusaha bordir berusaha menjadi inisiator pertama menjual produk bordir yang berbeda dengan produk yang beredar di pasaran, sisanya menjual produk bordir yang sudah biasa beredar dipasaran atau mengikuti produk yang biasa dijual pesaing. Produk bordir yang sudah umum diproduksi adalah: mukena, pakaian wanita, jilbab. Sebahagian kecil pengusaha bordir yang menjadi inisiator menjual produk bordir yang berbeda, memproduksi produk meliputi: tablak meja, seprai dan serbet. Produk-produk baru tersebut diterima dan direspon oleh pasar lokal maupun nasional. Artinya pengusaha harus lebih proaktif mencari dan membuat produk baru untuk memperbaiki kinerja bisnis dan sekaligus menghilangkan kejenuhan pasar atas barangbarang yang sudah biasa diproduksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Weerawardena 2003 [15] yang menyatakan bahwa tingkat proaktifitas yang belum mencapai titik maksimal akan menganggu kinerja dari usaha. 12
5 Risk Taking atau Berani Mengambil Resiko Berani mengambil resiko merupakan sikap yang harus dimiliki setiap wirausahawan, karena usaha mereka akan dihadapkan pada berbagai tantangan serta ketidakpastian. Usaha makanan ringan dan bordir termasuk usaha yang sarat dengan tantangan serta ketidakpastian, sebagai contoh: produk yang diproduksi belum tentu disukai oleh konsumen, perubahan selera konsumen, perubahan trend fashion dan sebagainya. Untuk menghadapi semua itu perlulah pengusaha mempunyai sikap berani menghadapi resiko. Dari hasil penelitian diketahui keberanian mengambil resiko pengusaha makanan ringan di Bukittinggi masih tergolong rendah. 50% dari sampel penelitian menyatakan tidak berani menghadapi tantangan bisnis, 57,5% dari mereka juga tidak berani menghadapi perubahan yang terjadi dalam bisnis makanan ringan dan tidak berani mengambil peluang baru yang ada. Kurangnya keberanian mengambil resiko menjadi pendukung rendahnya proaktifitas pengusaha makanan ringan, sehingga sulit inovasi tercipta. Pengusaha makanan ringan takut jika melakukan atau membuat inovasi atas makanan ringan yang diproduksi membuat keuntungan yang diperoleh berkurang atau ditinggalkan oleh pasar. Padahal inovasi sangat dibutuhkan sekali pada usaha makanan ringan karena usaha yang sama akan banyak dijumpai, konsumen mempunyai banyak pilihan untuk memuaskan selera mereka. Produk yang inovatiflah yang mampu menarik konsumen dan sekaligus sebagai senjata menghadapi pesaingan. Untuk usaha bordir mempunyai kesimpulan yang tidak jauh berbeda. Keberanian mengambil resiko pengusaha bordir Bukittinggi juga tergolong rendah. Pengusaha bordir yang berani menghadapi perubahan hanya 35%, pengusaha yang berani menghadapi ketidakpastian usaha bordir hanya 40%. Datadata yang diperoleh ini semakin memperjelas alasan kenapa produk bordir di Bukittinggi tidak mengalami banyak perubahan dari masa ke masa. Pengusaha tidak berani mengembangkan bordir pada jenis produk lain kalaupun ada usaha inovasi yang dilakukan hanya untuk produk bordir yang sudah ada. Pengusaha bordir sangat menyadari bahwa produk bordir dari daerah lain telah menyerbu pasar mereka dan merebut hati konsumen tetapi sikap berani menghadapi perubahan itu cukup sulit ditumbuhkan. Dari hasil penelitian tersebut dapat diduga bahwa kinerja bisnis usaha makanan ringan dan bordir tidaklah menduduki posisi terbaik. Lumpkin dan Dess, menyatakan setiap usaha yang berkeinginan untuk mendapatkan keuntungan tinggi selayaknya mempunyai keberanian mengambil resiko yang lebih tinggi dalam menangkap peluang pasar [10]. 5. Kesimpulan dan Saran Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tingkat orientasi wirausaha usaha makanan ringan dan bordir belum mencapai titik yang maksimal. Hal ini ditandai dengan masih banyak komponen orientasi wirausaha yang belum optimal dilaksanakan oleh pengusaha kedua jenis usaha tersebut. Pengusaha makanan ringan dinilai berorientasi wirausaha rendah karena kurang inovatif, kurang proaktif dalam menghadapi perubahan dan kurang berani menghadapi resiko atau ketidakpastian. Sedikit berbeda dengan usaha bordir, usaha ini sudah berorientasi wirausaha tetapi belum maksimal dilakukan. Terlihat dari sikap pengusaha yang sudah mau berinovasi tetapi kurang proaktif dan kurang berani menghadapi resiko. Dapat disimpulkan bahwa upaya inovasi yang dilakukan oleh pengusaha bordir lebih lambat daripada upaya inovasi yang dilakukan oleh pesaing. Keterlambatan tersebut terjadi karena pengusaha kurang proaktif dan tidak mempunyai keberanian yang tinggi menghadapi resiko usaha. Penelitian ini mempunyai beberapa kelemahan yakni: 1) jumlah sampel penelitian yang digunakan tidak begitu banyak disebabkan kurangnya infomasi tentang berapa jumlah pasti UMKM makanan ringan dan bordir yang ada di Bukittinggi. Kurangnya informasi tersebut membuat perhitungan jumlah sampel minimal tidak ada, 2) sampel penelitian tidak proposional penyebarannya, 3) indikator penelitian masih berpeluang untuk diperluas. Bagi peneliti berikut hendaknya dapat mengatasi kelemahan penelitian ini dengan: 1) mencari infomasi jumlah pasti UMKM makanan ringan dan bordir yang ada di Bukittinggi sehingga dapat ditentukan berapa jumlah minimal sampel yang harus dipenuhi, 2) infomasi tentang jumlah pasti UMKM makanan ringan dan bordir dapat juga digunakan untuk memproposionalkan penyebaran sampel, 3) peluasan indikator pengukur dimensi orientasi wirausaha dapat dilakukan agar penggambaran dimensi orientasi wirausaha semakin jelas. Daftar Pustaka [1] Dinas Koperasi dan Perdagangan Propinsi Sumatera Barat, 2010, Draft Peta Panduan Pengembangan Industri Pengolahan Makanan Ringan, Padang: Dinas Koperasi dan Perdagangan Propinsi Sumatera Barat [2] Ansofino, 2012, Grand Desain Industri Unggulan Dalam Rangka Menuju Perubahan Struktural Perekonomian Sumatera Barat, Menara Ilmu, Januari,1(27) [3] Kohli, A. K. & Jaworski, B. J., 1990, Market Orientation: The Construct Research Propositions and Managerial Implications, Journal of Marketing, Issue 54, pp
6 [4] Gurbuz, G. Aykol, S, 2009, Entrepreneurial Management Entrepreneurial Orientation and Turkish Small Firm Growth, Management Research News, 32: [5] Grinstein, A. 2008, The Relationships Between Market Orientation and Alternative Strategic Orientations A Meta-Analysis, European Journal of Marketing, 42: [6] Maatoofi, A.R. Tajeddini, K, 2011, Effect of Market Orientation and Entrepreneurial Orientation on Innovation Evidence from Auto Parts Manufacturing in Iran, Journal of Management Research, 11:20-30 [7] Renko, M. Carsrud, Alan. Brannback, M, 2009, The Effect of A Market Orientation, Entrepreniurial Orientation, and Technological Capability on Innovativeness: A Study of Young Biotechnology Ventures in United State and in Scandinavia, Journal of Small Business Management, 47: [8] Todorovic, Z.W. & Jun Ma, 2008, Entrepreneurial and Market Orientation Relationship to Performance: The Mulicultural Perspective, Journal of Enterprising Communities People and Place in The Global Economy, 2:21-36 [9] Fairoz, F.M. Hirobumi, T. Tanaka Y, 2010, Entrepreneurial Orientation and Business Performance of Small and Medium Scale Enterprises of Hambantota District Sri Lanka, Asian Social Science, 6:34-46 [10] Lumpkin, G.T. Dess, Gregory G, 1996, Clarifying the Entrepreneurial Orientation Construct and Linking It to Performance, The Academy of Management Review, 21: [11] Sekaran, Uma, 2006, Research Methods For Business, Edisi 4, Jakarta:Salemba Empat [12] Maman, Abdurahman. Sambas, A.M. Ating, Somantri, 2011, Dasar-Dasar Metode Statistika Untuk Penelitian, Pustaka Setia, Bandung [13] Maholtra, N.K, 2005, Riset Pemasaran Pendekatan Terapan, Edisi 4, PT Indeks [14] Damanpour, F. 1991, Organizational Innovation: A Meta Analysis Of Effects of Determinants and Moderators, Academy of Management Journal.34: [15] Weerawardena, Jay, 2003, Exploring The Role of Market Learning Capability in Competitive Strategy, European Journal of Marketing, 37: Biodata Penulis Afifah, memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E), Program Studi Manajemen [Universitas Andalas], lulus tahun Tahun 2011 memperoleh gelar Master of Sains (M.Si) dari Program Studi Manajemen [Universitas Padjajaran]. Saat ini sebagai Staf pada Jurusan Administrasi Niaga Program studi Administrasi Bisnis [Politeknik Negeri Padang]. Gustina, memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E), Program Studi Manajemen [Universitas Andalas], lulus tahun Tahun 2011 memperoleh gelar Master of Sains (M.Sc) dari Finance and Islamic Banking [International Islamic Univesity Malaysia]. Saat ini sebagai Staf pada Jurusan Administrasi Niaga Program studi Administrasi Bisnis [Politeknik Negeri Padang]. 14
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan merupakan serangkaian aktivitas yang melibatkan daya kreativitas dan inovasi untuk memecahkan permasalahan dan untuk menangkap peluang pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peluang baru merupakan ancaman bagi pengusaha apotek. Meskipun layanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Apotek merupakan tempat untuk pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Kepmenkes No.1332/MENKES/SK/X/2002).
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari teori Lumpkin dan Dess 1996 dapat disimpulkan jika orientasi
Lebih terperinciISSN : AGRITEPA, Vol. II, No.2, Januari Juni 2016
PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN MANAJEMEN KUALITAS TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) INDUSTRI PANGAN DI KOTA BENGKULU EFFECT OF ORIENTATION ENTREPRENEURSHIP AND
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).
Lebih terperinciPengembangan Alat Ukur Penilaian Pertumbuhan Perusahaan Pada Industri Kecil Menengah (IKM) di Kota Surakarta
Pengembangan Alat Ukur Penilaian Pertumbuhan Perusahaan Pada Industri Kecil Menengah (IKM) di Kota Surakarta Zenithia Intan Martomo *1), Eko Liquiddanu 2), Wahyudi Sutopo 3) 1, 2, 3) Jurusan Teknik Industri,
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA UMKM BIDANG KULINER DI YOGYAKARTA
PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA UMKM BIDANG KULINER DI YOGYAKARTA Dwi Wahyu Pril Ranto (Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta) ABSTRACT The purpose of this study is to examine
Lebih terperinciPengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Produk Pada Agroindustri Kopi Di Kota Bukittinggi
Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id) Vol. 6, No.1: 1-6 April 2017 Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Produk Pada Agroindustri
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang menentukan kinerja pada industri mikro, kecil, dan menengah (IKM) makanan khas minang di kota Padang dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang dilahkukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. yang seara langsung telah mempengaruhi cara pengusaha menciptakan dan
1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kompetitif, yang seara langsung telah mempengaruhi cara pengusaha menciptakan dan mempertahankan operasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia mengalami tantangan dalam menghadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia mengalami tantangan dalam menghadapi AFTA,ACFTA, dan MEA. Pemberlakuan perjanjian-perjanjian tersebut pada akhir 2015 menjadi sebuah realita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian. Bab ini berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan masalah dan
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI PASAR, ORIENTASI TEKNOLOGI DAN INOVASI PRODUK TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING USAHA SONGKET SKALA KECIL DI KOTA PALEMBANG
PENGARUH ORIENTASI PASAR, ORIENTASI TEKNOLOGI DAN INOVASI PRODUK TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING USAHA SONGKET SKALA KECIL DI KOTA PALEMBANG Heri Setiawan Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Sriwijaya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Orientasi Kewirausahaan Grinstein (2008) menyatakan bahwa terdapat serangkaian proses-proses ketika perusahaan membuat suatu keputusan strategi. Hal ini diwujudkan dalam bentuk
Lebih terperinciBAB III PERUMUSAN MASALAH
BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Perubahan lingkungan bisnis telah menantang perusahaan-perusahaan untuk dapat bersaing dengan ketat. Perusahaan yang dapat menerapkan strategi bisnisnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan pola pikir manusia mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami banyaknya perubahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KONSEPTUAL
7 BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL 2.1 Intensitas Kewirausahaan Sebagaimana dikatakan sebelumnya, kewirausahaan adalah faktor kunci yang menentukan kegiatan pengembangan kapabilitas perusahaan. Orientasi kewirausahaan
Lebih terperinciPENGARUH ENTREPRENEURIAL LEADERSHIP TERHADAP PRODUCT INNOVATION PADA INDUSTRI MAKANAN DI YOGYAKARTA
PENGARUH ENTREPRENEURIAL LEADERSHIP TERHADAP PRODUCT INNOVATION PADA INDUSTRI MAKANAN DI YOGYAKARTA Dwi Wahyu Pril Ranto Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta email : dwi_lombok@yahoo.com ABSTRACT
Lebih terperinciAnalisis Kinerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dengan dan Tanpa Pinjaman Di Kabupaten Jember
1 Analisis Kinerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dengan dan Tanpa Pinjaman Di Kabupaten Jember (Analysis Performance of Micro, Small and Medium Enterprise (SMEs) With and Without Loans in Jember
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Keunggulan Bersaing Untuk dapat bertahan, apalagi untuk memenangkan persaingan, maka setiap perusahaan harus menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi
Lebih terperinci2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang, termasuk pembangunan di bidang ekonomi adalah sektor perindustrian. Dalam era globalisasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembiayaan lokal (Soelistianingsih, 2013). Fakta yang terjadi di lapangan justru menunjukkan sebaliknya. Tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi krisis ekonomi yang melanda dunia membuat banyak perusahaan besar di beberapa negara mengalami kerugian. Di satu sisi, kondisi ini menjadikan banyak
Lebih terperinciABSTRAK. 1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember. 2 Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember
Pengaruh Faktor Sumber Daya Berbasis Pengetahuan (Knowledge Based Resources) dan Orientasi Entrepreneurship Terhadap Kinerja Usaha Pada Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Jember Peneliti : Hadi Paramu 1
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. analisis data yang dilakukan, implikasi penelitian, keterbatasan penenlitian dan
BAB V PENUTUP Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis data yang dilakukan, implikasi penelitian, keterbatasan penenlitian dan sara-saran yang dapat diberikan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia adalah salah satu sektor yang memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa era globalisasi sekarang ini, setiap perusahaan ditantang untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya, atau dengan kata lain setiap perusahaan
Lebih terperinciINVESTIGASI TINGKAT INOVASI USAHA PARA PENGUSAHA KERUPUK SANJAI BUKITTINGGI
INVESTIGASI TINGKAT INOVASI USAHA PARA PENGUSAHA KERUPUK SANJAI BUKITTINGGI Afifah Dosen Politeknik Negeri Padang Jurusan Administrasi Niaga email: afifahdgtawero@yahoo.com ABSTRACT Sanjai crackers are
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP STRATEGI BISNIS DALAM MENINGKATKAN KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)
ORBITH VOL. 11 NO. 1 MARET 2015 : 24 29 ANALISIS PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP STRATEGI BISNIS DALAM MENINGKATKAN KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) Oleh: Bambang Sudarsono Staf Pengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja organisasi merupakan sebuah alat ukur untuk menilai dan mengevaluasi berhasil atau tidak tujuan organisasi. Kinerja didefinisikan sebagai suatu gambaran
Lebih terperinciJurnal Sosio Humaniora Vol. 3 No. 4, September 2012 ISSN :
MENINGKATKAN KINERJA UMKM INDUSTRI KREATIF MELALUI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN ORIENTASI PASAR: KAJIAN PADA PERAN SERTA WIRAUSAHA WANITA DI KECAMATAN MOYUDAN, KABUPATEN SLEMAN, PROPINSI DIY Gumirlang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum keberadan perusahaan kecil dan menengah (UKM) di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan UKM terbukti
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan Deskripsi Penelitian
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh modal sosial, orientasi kewirausahaan dan kinerja bisnis terhadap kesuksesan wirausaha. Penelitian
Lebih terperinciPengaruh Pelatihan Entrepreneurship dan Manajemen Usaha terhadap Pendapatan Usaha Mikro Makanan dan Minuman
Sri Harini, Pengaruh Pelatihan Entrepreneurship dan Manajemen Usaha Pengaruh Pelatihan Entrepreneurship dan Manajemen Usaha terhadap Pendapatan Usaha Mikro Makanan dan Minuman Sri Harini Jurusan Manajemen
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kemampuan dan atau kemauan sendiri (Saiman, 2009:43).
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kewirausahaan Kewirausahaan adalah hal-hal atau upaya-upaya yang berkaitan dengan penciptaan kegiatan atau usaha aktivitas bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 22,7 juta perusahaan di Indonesia usaha mikro dan kecil mendominasi dari sisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sensus Ekonomi 2006 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, dari total 22,7 juta perusahaan di Indonesia usaha mikro dan kecil mendominasi dari sisi unit usaha (persentase
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
xxxviii BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah Usaha Kecil dan Menengah yang berlokasi di kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi yang digunakan
Lebih terperinciKeywords: resource-based strategy, orientation of entrepreneurship, competitive advantage
Pengaruh Strategi Resource-Based terhadap Keunggulan Bersaing yang Dimediasi oleh Orientasi Kewirausahaan (Studi pada Usaha Kecil Menengah Sasirangan Kota Banjarmasin) Defin Shahrial Putra Program Pascasarjana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii PERNYATAAN ORISINALITAS...iii KATA PENGANTAR...iv ABSTRAK...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR LAMPIRAN...xii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena UMKM dapat menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan Gross Domestic Product
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu penopang ekonomi karena UMKM dapat menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan Gross Domestic Product
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang semakin ketat, perubahan lingkungan yang cepat, dan kemajuan teknologi yang pesat mendorong pelaku usaha selalu melakukan perubahan yang berorientasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil menengah (UKM) sering disebut juga sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan penting untuk suatu Negara atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan daya saing demi memajukan perekonomian masing-masing. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terpadat ke empat di dunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk, dan terbatasnya lapangan pekerjaan, tidak mudah bagi masyarakat
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI PASAR, BUDAYA ORGANISASI DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA USAHA (Studi pada Usaha Kecil Pengolahan di Kota Palembang)
PENGARUH ORIENTASI PASAR, BUDAYA ORGANISASI DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA USAHA (Studi pada Usaha Kecil Pengolahan di Kota Palembang) Heri Setiawan 1 Abstract This study aimed to analyze
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI PASAR, BUDAYA ORGANISASI DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA USAHA (Studi pada Usaha Kecil Pengolahan di Kota Palembang)
PENGARUH ORIENTASI PASAR, BUDAYA ORGANISASI DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA USAHA (Studi pada Usaha Kecil Pengolahan di Kota Palembang) Heri Setiawan Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan zaman pada saat ini menyebabkan persaingan bisnis semakin kompetitif. Hal ini merupakan tantangan bagi para pelaku usaha untuk meningkatkan strategi dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. daya untuk mencari peluang menuju sukses. Munculnya kreatifitas dan
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Orientasi Kewirausahaan Suryana (2006) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan kota kreatif dengan potensi sumber daya manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota Bandung telah dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengana baik dan benar. Salah
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI PASAR DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA PEMASARAN MELALUI INOVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
PENGARUH ORIENTASI PASAR DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA PEMASARAN MELALUI INOVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi pada UMKM Batik di Jawa Tengah) Giska Ova Gradistya 1, Naili Farida 2
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, memberikan banyak dampak positif dalam persaingan usaha. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KINERJA PEMASARAN DENGAN FAKTOR LINGKUNGAN SEBAGAI VARIABEL MODERAT
UPAYA PENINGKATAN KINERJA PEMASARAN DENGAN FAKTOR LINGKUNGAN SEBAGAI VARIABEL MODERAT Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara e-mail: amin2udin@gmail.com Kata kunci: orientasi wirausaha, kreativitas
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Pengembangan kreativitas sebagai usaha yang mendukung peningkatan inovasi baik untuk suatu produk maupun jasa harus senantiasa terus dilakukan. Hal ini salah satunya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN
PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN Oleh: Sri Wening, Enny Zuhni K, Sri Emy Yuli S A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan warisan
Lebih terperinciPertanyaan yang diberikan kepada Bapak Agung selaku generasi ke - 3 usaha Soto
Arief, Mohamad ; Thoyib, Armanu ; Sudiro, Achmad ; Rohman, Fatcur. 2013. The Role Of Entrepreneurial Orientation On The Firm Performance Through Strategic Flexibility ; A Conceptual Approach. Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan juga akan diikuti dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis kuliner bersifat sangat dinamis dan akan terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan juga akan diikuti dengan semakin bertambahnya kompetitor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam suatu perekonomian bisnis kecil mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam meningkatkan kekuatan perekonomian negara dengan penciptaan lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,
Lebih terperinciKEBERADAAN PAJAK UMKM BAGI PEMBANGUNAN INDONESIA. Oleh : Rum Riyanto.S. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah penyumbang
KEBERADAAN PAJAK UMKM BAGI PEMBANGUNAN INDONESIA Oleh : Rum Riyanto.S. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah penyumbang terbesar PDB Indonesia. Pada tahun 2008, kontribusi UMKM mencapai 53,6%
Lebih terperinciHUBUNGAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN PASAR, INOVASI, SERTA KINERJA PERUSAHAAN
HUBUNGAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN PASAR, INOVASI, SERTA KINERJA PERUSAHAAN Oleh: Cecep Hidayat E-mail:ceceph1267@gmail.com Departemen Manajemen, sekolah bisnis dan manajemen, Universitas Bina Nusantara
Lebih terperinciPENGARUH PENGARUH LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN LINGKUNGAN INTERNAL TERHADAP ORIENTASI WIRAUSAHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN
KEWIRAUSAHAAN PENGARUH PENGARUH LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN LINGKUNGAN INTERNAL TERHADAP ORIENTASI WIRAUSAHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN Oleh: Anna Wulandari ABSTRAK Membangun jiwa dan semangat
Lebih terperinciSTUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA
STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA Esti Dwi Rinawiyanti Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut 1, Surabaya, Indonesia E-mail: estidwi@ubaya.ac.id
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et.
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. al (2011) yang berjudul The Effect Of Transformational Leadership, Empowerment Toward
Lebih terperinciPENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA UKM DI KOTA PALEMBANG
PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA UKM DI KOTA PALEMBANG Muji Gunarto Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Bina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu badan usaha yang sangat membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Sebuah penelitian memerlukan adanya metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis. Tahapan-tahapan penelitian disusun secara
Lebih terperinciRANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH
RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: HENDRA YUDHO PRAKOSO L2D 004 318 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki keunggulan bersaing. Menurut Kotler, (2005) Keunggulan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan dalam dunia usaha yang semakin pesat menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pengembangan dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah, perbankan, swasta, lembaga
Lebih terperinciBAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Usaha mikro kecil menengah (UMKM) mempunyai peran yang vital dalam perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan (Kompas, 2015). Sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai hampir 150 % untuk setiap item makanan apabila dikelola dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bisnis rumah makan adalah bisnis yang memiliki banyak potensi serta prospek untuk berkembang dengan cepat yang dapat membawa keuntungan yang mencapai hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi sebagai tempat usaha yang cukup banyak menyerap tenaga kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran industri dalam sebuah negara atau kota dapat kita lihat dalam bagaimana peran industri sebagai salah satu penggerak roda perekonomian di tempat dia berdiri.
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI PASAR, ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA PEMASARAN UMKM BATIK DI KABUPATEN JOMBANG
PENGARUH ORIENTASI PASAR, ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA PEMASARAN UMKM BATIK DI KABUPATEN JOMBANG Yahya Reka Wirawan Dosen Prodi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Madiun reka_wan@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia telah berkembang ke arah yang lebih baik. Hal ini terlihat sejalan dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis, dimana semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi kendaraan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data dari badan pusat statistik dari tahun 2000 hingga 2012 menunjukkan kenaikan jumlah kendaraan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia selalu menarik untuk diteliti dan diperbincangkan. Negara kepulauan terbesar di dunia ini memiliki tantangan tersendiri dalam mengatur kegiatan ekonominya
Lebih terperinciBISNIS PLAN JILBAB SHOP
BISNIS PLAN JILBAB SHOP Oleh : Citra Mulia 1110011211190 Dosen : Yuhelmi, S.E, M.M Mata Kuliah : Kewirausahaan 1 I. LATAR BELAKANG Bukittinggi merupakan sebuah kota yang berada di Sumatera Barat yang dikenal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki keanekaragaman seni dan budaya. Hal ini yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA TAHUN 2015 ABSTRAK
ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA TAHUN 2015 Malik Cahyadin 1, dan Lely Ratwianingsih 2 1,2 Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas
Lebih terperinciKAPABILITAS KEWIRAUSAHAAN DAN PROFITABILITAS: PERAN MODERASI FLEKSIBILITAS STRATEGI
KAPABILITAS KEWIRAUSAHAAN DAN PROFITABILITAS: PERAN MODERASI FLEKSIBILITAS STRATEGI Maria Pampa Kumalaningrum Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta Jalan Seturan Yogyakarta 55281 Telepon 0274 486321,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bandung merupakan kota yang terkenal dengan industri kreatif di bidang fashion, dengan desain yang unik dan mengikuti trend masa kini. Bandung sebagai kota mode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis moneter yang terjadi secara mendadak dan di luar perkiraan pada akhir 1990-an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. Dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan dewasa ini dituntut agar lebih inovatif dan kreatif dalam bersaing agar mampu memenangkan
Lebih terperincimasukan untuk menentukan strategi bisnis, terkait dengan kegiatan orientasi pasar
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Orientasi pasar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan kita telah berhasil menghasilkan lulusan dengan tanda lulus belajar untuk masuk ke pasar kerja namun sayangnya kenaikan jumlah lapangan kerja kalah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan
36 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan pengertian atau definisi yang dijadikan petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bergerak di bidang industri, penjualan maupun jasa. Maka akan terjadi suatu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan modern akan memberikan dampak positif berkaitan dengan bisnis bagi perusahaan yang bergerak di bidang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Produk Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan penyajiannya (Kotler, 2001:126). Produk adalah suatu sifat yang kompleks
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemajuan perekonomian mempengaruhi kehidupan masyarakat. Peningkatan status sosial dan ekonomi masyarakat berakibat pada perubahan perilaku dan gaya hidup
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pada hasil pembahasan tentang orientasi kewirausahaan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pada hasil pembahasan tentang orientasi kewirausahaan terhadap Ibu Lala sebagai generasi penerus dari soto ayam Pak NO, Ibu Lala menjalankan usaha nya dibantu oleh
Lebih terperinciNadia Dwi Irmadiani. Administrasi Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang, 50275, Indonesia
Analisis Membangun Orientasi Pasar dan AdaptabilitasLingkungan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Melalui Competitive Advantage Dalam Mencapai Kinerja Pemasaran (Studi Pada UKM Produk Unggulan Sentra Batik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, terutama ditinjau dari segi jumlah unit usaha dan daya serap tenaga kerja. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kegemaran masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kegemaran masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi makanan ringan, kue kering merupakan alternatif konsumen dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Kue kering
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada UMKM yang bergerak dibidang usaha kuliner di Kota Semarang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Orientasi Pasar, Inovasi Produk, Kinerja Pemasaran
Judul : Peran Inovasi Produk Memediasi Orientasi Pasar Terhadap Kinerja Pemasaran (Studi pada industri rumah makan di Kota Denpasar) Nama : Gst.Ag.Ayu Widyaningsih NIM : 1306205023 ABSTRAK Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia, ini bisa dilihat dari proporsi UMKM sebesar 99,99% dari total keseluruhan
Lebih terperinci