BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Sebuah penelitian memerlukan adanya metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis. Tahapan-tahapan penelitian disusun secara sistematis untuk memperoleh hasil penelitian yang baik. Tahapan-tahapan penelitian untuk mengidentifikasi budaya perusahaan di PT Paya Pinang dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah 29

2 4.1.1 Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Permasalahan di dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi budaya perusahaan yang ada di PT Paya Pinang sudah sejauh mana tingkat kewirausahaannya (entrepreneurship). Budaya perusahaan yang entrepreneurial diyakini mampu membantu perusahaan-perusahaan untuk dapat terus bertahan dan sukses menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang cepat. Tujuan penelitian proyek akhir ini adalah untuk mengidentifikasikan budaya yang ada di PT Paya sehingga dapat terlihat budaya-budaya yang sudah kuat tingkat kewirausahaannya dan budaya-budaya yang masih lemah tingkat kewirausahaannya. Budaya-budaya perusahaan yang sudah entrepreneurial diharapkan dapat terus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan dan perusahaan dapat memperoleh masukan dalam membuat rencana dan strategi untuk memperkuat budaya perusahaan yang belum entrepreneurial Studi Pustaka Peneliti melakukan studi pustaka untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep mengenai budaya perusahaan, entrepreneurship, dan corporate entrepreneurship (intrapreneurship) dimana konsep-konsep ini digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua set kuesioner yaitu EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) dan ELQ (Entrepreneurial Leadership Questionnaire). Dua set kuesioner EOS dan ELQ ini disebarkan pada responden yaitu karyawan dan jajaran manajerial di PT Paya Pinang. EOS dan ELQ adalah kuesioner yang disusun oleh Neal Thornberry untuk mengukur orientasi entrepreneurial dalam suatu perusahaan. EOS digunakan untuk memahami dimana kekuatan dan dimana kelemahan orientasi entrepreneurial sebuah perusahaan. Thornberry 30

3 memberi catatan bahwa EOS tidak didesain untuk menyediakan jawaban-jawaban tentang bagaimana sebuah perusahaan dapat menjadi lebih entrepreneurial, tetapi menyediakan sebuah landasan untuk membicarakan dan memprioritaskan fokus dan aksi entrepreneurial (Thornberry, 2006). ELQ oleh penciptanya Thornberry dibuat untuk memetakan empat tipologi pemimpin yang entrepreneurial (Entrepreneurial Leadership Typologies). ELQ akan menggolongkan manajer ke dalam empat tipologi pemimpin yang entrepreneurial yaitu tipe Miners, Explorers, Accelerators, dan Integrators. ELQ, sama seperti EOS, adalah sebuah alat diagnosa yang membantu organisasi merencanakan strategi untuk menghidupkan kembali semangat entrepreneurial (Thornberry, 2006) Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada karyawan dan manajer di PT Paya Pinang. Jumlah responden yang terlibat dalam pengisian kuesioner adalah sebanyak 104 orang untuk EOS dan 23 orang untuk ELQ. Wawancara juga dilakukan untuk mendapatkan informasi langsung tentang budaya perusahaan di PT Paya Pinang. Wawancara yang dilakukan hanya pada beberapa orang dari level manajerial di PT Paya Pinang. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya diolah dengan Microsoft Excel untuk mendapatkan perhitungan rata-rata dari tiap pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Data yang diperoleh dari wawancara diolah untuk mendukung dan memperkuat hasil data dari kuesioner tentang budaya intrapreneurship di PT Paya Pinang Analisis dan Pembahasan Tahap analisis dan pembahasan dalam penelitan ini dilakukan setelah data yang didapatkan telah diolah. Analisis dan pembahasan terhadap budaya perusahaan di PT Paya 31

4 Pinang didasarkan dari data yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan konsep-konsep tentang budaya intrapreneurship dan informasi aktual tentang budaya perusahaan di PT Paya Pinang yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan langsung peneliti Kesimpulan dan Saran Proyek penelitian akhir ini diakhiri dengan memberikan kesimpulan dan saran yang dapat digunakan sebagai landasan untuk membicarakan dan memprioritaskan fokus dan aksi intrapreneurship yang dapat diambil oleh PT Paya Pinang. Kesimpulan dan saran yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak perusahaan dan untuk penelitian selanjutnya tentang intrapreneurship Pengumpulan dan Pengolahan Data Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Penggunaan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi secara tertulis dari responden tentang budaya perusahaan yang ada di PT Paya Pinang saat ini. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah EOS dan ELQ yang sudah memuat pertanyaan-pertanyaan mengenai budaya perusahaan yang entrepreneurial sehingga tujuan penelitian untuk mengidentifikasi budaya perusahaan di PT Paya Pinang dapat tercapai. Wawancara juga dilakukan sebagai teknik pengumpulan data untuk memperoleh gambaran tentang budaya perusahaan dari pelaku budaya di perusahaan dan sebagai informasi tambahan yang mendukung hasil kuesioner Teknik Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini, kuesioner yang dibagikan kepada responden berisi pertanyaanpertanyaan dimana responden diminta untuk memberi tanggapannya dengan memilih salah satu pilihan jawaban. Pilihan jawaban dari responden yang masih bersifat kualitatif kemudian 32

5 dikuantitatifkan dengan menggunakan skala Likert. Menurut Kinner dalam Husein Umar (1999) penentuan skor pada masing-masing item pertanyaan terhadap masalah yang diteliti diukur dengan skala Likert, yaitu skala yang berhubungan dengan pernyataan sikap seseorang terhadap sesuatu. Skala Likert yang digunakan dalam kuesioner memberikan kebebasan bagi responden untuk menentukan pilihan tanggapan atas pertanyaan yang diajukan. Setiap pertanyaan dalam kuesioner diukur dengan menggunakan skala Likert lima poin, mulai dari 1 = sangat setuju, 2 = tidak setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju untuk EOS, dan mulai dari 1 = sangat jarang, 2 = jarang, 3 = ragu-ragu, 4 = sering, dan 5 = sangat sering untuk ELQ Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner sebagai instrumen pengukuran perlu untuk diuji validitasnya untuk mengetahui valid tidaknya. Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur (Umar, 1999). Kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur harus dapat menukur apa yang ingin diukurnya. Untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%, item-item yang tidak berkorelasi secara signifikan dinyatakan gugur. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1995). Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner perlu untuk diuji reliabilitasnya untuk mengetahui bagaimana butir-butir pertanyaan dalam kuesioner dapat berhubungan dan mengidentifikasi butir-butir pertanyaan dalam kuesioner yang bermasalah dan harus direvisi atau harus dihilangkan. Uji reliabilitas untuk mengukur reliabilitas kuesioner menggunakan Cronbach s Alpha. Penggunaan Cronbach s Alpha untuk mengukur reliabilitas karena koefisien Cronbach s Alpha merupakan koefisien realibilitas yang dapat menggambarkan variasi secara lengkap dari item-item sehingga dapat mengevaluasi konsistensi internal, ditunjukkan dengan rumus: 33

6 α = k. r 1 ( k 1) r Dimana: α = koefisien reliabilitas Cronbach s Alpha k = jumlah variabel manifes yang membentuk variabel lain r = rata-rata korelasi antar variabel manifes Guilford dalam Nurhayati (2002) mengklasifikasikan hasil yang diperoleh dari pengujian validitas dan keandalan sebagai berikut: Tabel 4.1 Klasifikasi Nilai Koefisien Keandalan Nilai Koefisien Tingkat Korelasi < 0,2 Tidak Ada 0,2 0,4 Rendah 0,4 - < 0,7 Sedang 0,7 - < 0,9 Tinggi 0,9 - < 1 Tinggi Sekali 1 Sempurna Hasil uji validitas EOS dengan jumlah responden 629 dan menggunakan faktor error 5% diperoleh nilai r table sebesar 0,077, nilai ini kemudian dibandingkan dengan koefisien korelasi (r) hasil perhitungan. Nilai Cronbach Alpha yang didapat dari hasil uji statistik dan nilai koefisien korelasi (r) hasil perhitungan terlihat pada tabel di bawah ini: 34

7 Tabel 4.2 Nilai Cronbach Alpha dan Koefisien Korelasi (r) Hasil Perhitungan Faktor Alpha Cronbach Corrected item total correlation Umum < r < Rencana Strategis < r < Cross Functionality < r < Dukungan < r < Intelijen Pasar < r < Risiko < r < Kecepatan < r < Fleksibilitas < r < Fokus < r < Masa Depan < r < Orientasi Individu < r < Nilai cronbach alpha yang didapat dari hasil perhitungan dengan menggunakan data survei apabila dibandingkan dengan klasifikasi nilai koefisien keandalan menurut Guilford ternyata semua data reliabel dengan tingkat korelasi sedang hingga tinggi. Pembandingan koefisien korelasi (r) hasil perhitungan di atas dengan r table menunjukkan bahwa semua pertanyaan valid terhadap kategori yang diukur. 4.3 Analisis dan Interpretasi Hasil Analisis dan Interpretasi Hasil EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) EOS adalah survei yang digunakan untuk mengukur orientasi entrepreneurial di suatu perusahaan. Orientasi entrepreneurial yang diukur dikategorikan kedalam sebelas dimensi kunci yaitu penilaian perusahaan secara umum, rencana strategi, cross-functionality, dukungan terhadap ide baru, intelijen pasar, keberanian untuk mengambil risiko, kecepatan dalam menangani masalah, fleksibilitas, fokus, orientasi pada masa depan dan orientasi individu. Besar kecilnya nilai yang didapat dari hasil EOS menunjukkan seberapa entrepreneurial sebuah perusahaan. 35

8 Rentang persepsi untuk nilai EOS dengan menggunakan skala Likert lima poin adalah sebagai berikut: Tabel 4.3. Rentang Persepsi EOS Persepsi Rentang Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju Hasil EOS yang dilakukan di PT Paya Pinang dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 di bawah ini. Tabel 4.4 Hasil EOS di PT Paya Pinang Dimensi Kunci Nilai Rata-Rata Persepsi Umum 3.05 Ragu-ragu Rencana Strategi 3.04 Ragu-ragu Cross Functionality 3.45 Setuju Dukungan 3.39 Ragu-ragu Intelijen Pasar 3.41 Setuju Risiko 2.69 Ragu-ragu Kecepatan 3.74 Setuju Fleksibilitas 2.93 Ragu-ragu Fokus 3.65 Setuju Masa Depan 3.32 Ragu-ragu Orientasi Individu 2.29 Tidak setuju Gambar 4.2 Karakteristik Intrapreneurship di PT Paya Pinang Orientasi Individu Masa Depan Fokus Umum Rencana Strategi Cross Functionality Dukungan Fleksibilitas Intelijen Pasar Kecepatan Resiko 36

9 Budaya intrapreneurship di PT Paya Pinang masih kurang memadai, ditunjukkan dari hasil EOS dengan angka 2,29 (tidak setuju) hingga 3,74 (setuju) dalam skala 5. Hanya ada 4 dimensi yang dapat dikategorikan setuju, selebihnya ada pada kategori ragu-ragu dan tidak setuju. Budaya intrapreneurship di PT Paya Pinang masih perlu ditingkatkan lagi, terutama pada dimensi-dimensi dalam EOS yang bernilai rendah Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Kondisi Perusahaan Secara Umum Hasil EOS untuk dimensi Umum di PT Paya Pinang menunjukkan nilai yang kurang memuaskan, yaitu 3,05 (ragu-ragu). Dimensi umum pada EOS adalah untuk menilai sifat-sifat entrepreneurial perusahaan secara umum. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai perusahaan mengenai kondisi perusahaan secara umum dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5 Pertanyaan untuk Dimensi Umum No. Pertanyaan 1 Menekankan pengendalian anggaran secara ketat (-) 2 Memberikan reward bagi seorang manajer yang melakukan cost cutting (+) 3 Menyediakan dana untuk peluang bisnis baru (+) 4 Menyediakan dana untuk ide-ide yang benar-benar bagus (+) 5 Membutuhkan banyak tahapan persetujuan untuk mendapatkan dana investasi di luar anggaran (-) Keterangan: (+) = menambah nilai-nilai entrepreneurial (-) = mengurangi nilai-nilai entrepreneurial (reverse-scored) Nilai rata-rata untuk setiap pertanyaan dalam dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 37

10 Umum Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 Gambar 4.3 Nilai Rata-rata tiap pertanyaan pada Dimensi Umum Dimensi umum bernilai rendah disebabkan oleh: Pengendalian anggaran secara ketat terjadi di perusahaan ini (nilai 2,33), kebutuhan dana untuk peremajaan tanaman tua (replanting) dan ekspansi perusahaan di masa depan membuat kebijakan pengendalian anggaran yang ketat menjadi pilihan yang diambil perusahaan. Perusahaan tidak mempunyai kebijakan memberikan reward kepada manager yang melakukan cost cutting (dengan nilai 2,82). Peran staf lapangan hingga manajer sangat penting dimana mereka ditargetkan untuk mencapai target produksi kelapa sawit tetapi tidak terlalu menekankan pada cost cutting. Sehingga manager tidak terlalu memikirkan bagaimana melakukan cost cutting dalam pekerjaannya. Birokrasi di perusahaan Paya Pinang yang cukup rumit dan berlapis membuat tahapan persetujuaan untuk dana investasi di luar anggaran menjadi tidak mudah (dengan nilai 2,71). Keadaan ini sebenarnya kurang menguntungkan apabila opportunity yang ada ternyata cukup baik. Hal-hal yang positif dalam dimensi ini adalah perusahaan menyediakan dana untuk peluang bisnis baru, tetapi apabila peluang bisnis baru itu telah direncanakan dengan baik dan masuk dalam anggaran (dengan nilai 3,55). Hal positif lainnya adalah perusahaan menyediakan dana untuk ide-ide yang benar-benar bagus (dengan nilai 3.84). Hal ini cukup baik karena PT Paya Pinang mendukung ide-ide bagus dari karyawan sekaligus mereka tidak segan mengeluarkan dana yang nantinya akan memberikan keuntungan juga bagi perusahaan. 38

11 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Rencana Strategi Hasil EOS untuk dimensi Rencana Strategi di PT Paya Pinang masih kurang memuaskan, dengan nilai 3,04 (ragu-ragu). Dimensi ini mengukur budaya perusahaan dalam hal perencanaan strategi perusahaan apakah sudah memiliki ciri-ciri sebagai perusahaan yang bersifat entreprenurial atau belum. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai perusahaan mengenai rencana strategi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6 Pertanyaan untuk Dimensi Rencana Strategi No. Pertanyaan 1 Menggunakan proses perencanaan strategi yang formal (-) 2 Membiarkan strategi tumbuh dan mungkin berubah mengikuti tren pasar (+) 3 Mengharapkan para manajer untuk selalu berpedoman pada rencana dan anggaran tahunan (-) 4 Tidak mempunyai rencana yang jelas (-) 5 Sangat bergantung pada konsultan di luar perusahaan untuk membuat strategi (-) Keterangan: (+) = menambah nilai-nilai entrepreneurial (-) = mengurangi nilai-nilai entrepreneurial (reverse-scored) Nilai rata-rata untuk setiap pertanyaan dalam dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Rencana Strategi Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 Gambar 4.4 Nilai Rata-rata tiap pertanyaan pada Dimensi Rencana Strategi 39

12 Pada dimensi Rencana Strategi rendahnya nilai disebabkan oleh dua hal utama yaitu perusahaan masih menggunakan proses perencanaan strategi yang sangat formal (2,02) dan perusahaan sangat mengharapkan para manajer untuk selalu berpedoman pada rencana dan anggaran tahunan (2,12). Jarang terjadi manajer menjalankan aktivitas di perusahaan diluar rencana dan anggaran tahunan. Perencanaan strategi juga bersifat sangat formal melalui beberapa tahapan hingga akhirnya disetujui dan dijalankan. Perusahaan seharusnya memberikan peran yang lebih besar pada manajer dalam perencanaan strategi tanpa proses yang rumit hingga strategi disetujui. Kedua hal ini harus lebih ditingkatkan agar perusahaan dapat memiliki jiwa intrapreneurship yang kuat dan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan bisnis yang ada. PT Paya Pinang telah cukup baik dalam hal: Membiarkan strategi tumbuh dan mungkin berubah mengikuti tren pasar (3,10). Perusahaan mengetahui pentingnya strategi mengikuti tren pasar disebabkan oleh persaingan yang ketat dalam agribisnis dan dinamisnya perubahan pada pasar. Perusahaan memiliki rencana yang jelas (4,31), tetapi pelaksanaannya sangat bergantung dari kemampuan dan keterampilan para staf dan manager di lapangan yang memberikan mereka kesempatan untuk menjalankan rencana strategi dengan cara mereka sendiri. Bagi PT Paya Pinang peran konsultan cukup penting dalam mengadopsi teknologi baru di bidang perkebunan tetapi tidak mutlak bergantung pada konsultan dalam hal penerapan teknologinya di perusahaan ini (3,66) Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Cross Functionality Hasil EOS untuk dimensi Cross Functionality di PT Paya Pinang menunjukkan nilai yang cukup memuaskan, yaitu 3,45 (ragu-ragu), nilai yang cukup baik ini harus dipertahankan atau bahkan lebih ditingkatkan. Dimensi ini mengukur orientasi entrepreneurial dalam hal hubungan antar fungsi atau antar departemen dalam perusahaan. Nilai yang cukup pada dimensi ini menunjukkan bahwa di PT Paya Pinang terjadi hubungan kerjasama antar departemen yang cukup baik, dan manajemen perusahaan mendukung aktivitas ini. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai perusahaan mengenai cross functionality dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 40

13 Tabel 4.7 Pertanyaan untuk Dimensi Cross Functionality No. Pertanyaan 1 Memiliki sedikit hambatan untuk kerjasama antar departemen /fungsi (+) 2 Mempunyai departemen-departemen yang mau membagi ide dan informasi satu dengan yang lain (+) 3 Mendorong kegiatan diskusi antar departemen/antar fungsi dan pemecahan masalah (+) 4 Secara formal memberikan penghargaan terhadap kerjasama antar departemen/antar fungsi (+) 5 Merotasi karyawan pada fungsi-fungsi yang berbeda sebagai bagian dari proses formal pengembangan SDM (+) Keterangan: (+) = menambah nilai-nilai entrepreneurial (-) = mengurangi nilai-nilai entrepreneurial (reverse-scored) Nilai rata-rata untuk setiap pertanyaan dalam dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Cross Functionality Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 Gambar 4.5 Nilai Rata-rata tiap pertanyaan pada Dimensi Cross Functionality Nilai rendah pada dimensi cross functionality yaitu perusahaan masih memiliki sedikit hambatan untuk kerjasama antar departemen/fungsi (2,33). Hambatan untuk kerjasama antar departemen/fungsi antara lain karena luasnya areal perkebunan yang membuat karyawan antar departemen/afdeling tidak sering bertemu dalam lingkungan kerja, dan jarak kantor pusat dan lokasi perkebunan yang cukup jauh membuat kerjasama menjadi kurang intens. 41

14 Selain hal di atas, hal-hal lain dalam dimensi ini telah memiliki nilai yang cukup baik yang harus dipertahankan atau bahkan lebih ditingkatkan. Nilai tertinggi dari dimensi ini adalah perusahaan mempunyai departemen-departemen yang mau membagi ide dan informasi satu dengan yang lain (3,85) dan mendorong kegiatan diskusi antar departemen/antar fungsi dan pemecahan masalah (3,84). Hal ini terjadi ketika para staf lapangan dan manager, begitu juga dengan para karyawan berkumpul dalam rapat maupun acara non formal untuk membahas atau mendiskusikan masalah yang terjadi di lapangan dan saling berbagi informasi. Merotasi karyawan pada fungsi-fungsi yang berbeda sebagai bagian dari proses formal pengembangan SDM (3,69) juga dilakukan oleh PT Paya Pinang sebagai sebuah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis staf dan karyawan dalam departemen yang berbeda Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Dukungan Terhadap Ide Baru Hasil EOS untuk dimensi dukungan terhadap ide-ide baru di PT Paya Pinang menunjukkan nilai yang cukup memuaskan, yaitu 3,39 (ragu-ragu), yang harus lebih ditingkatkan lagi. Munculnya ide-ide baru yang tidak atau kurang mendapat dukungan dari manejemen perusahaan akan menghambat berkembangnya sifat-sifat entrepreneurial dalam perusahaan. Semakin tinggi nilai pada dimensi ini menunjukkan bahwa manajemen telah cukup baik dalam merespon ide-ide baru yang berasal dari karyawan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai perusahaan mengenai dukungan terhadap ide-ide baru dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 42

15 Tabel 4.8 Pertanyaan untuk Dimensi Dukungan terhadap Ide Baru No. Pertanyaan 1 Secara umum, manajemen mendukung kita untuk memikirkan cara-cara baru dan berbeda dalam mengerjakan sesuatu (+) 2 Ada satu fungsi penting di dalam organisasi, yang tanggung jawab utamanya adalah untuk inovasi dan pengembangan bisnis baru (+) 3 Kami memiliki sarana sumbang saran yang berhasil dalam menampung ide-ide karyawan. (+) 4 Organisasi segan mempertanyakan/mengubah cara-cara lama yang sudah ada di dalam organisasi dalam menghadapi sesuatu.(-) 5 Kami sering bertemu secara informal untuk mendiskusikan ide bisnis baru.(+) Keterangan: (+) = menambah nilai-nilai entrepreneurial (-) = mengurangi nilai-nilai entrepreneurial (reverse-scored) Nilai rata-rata untuk setiap pertanyaan dalam dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Dukungan Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 Gambar 4.6 Nilai Rata-rata tiap pertanyaan pada Dimensi Dukungan terhadap Ide Baru Dalam dimensi ini semua pertanyaan yang diajukan memiliki nilai yang hampir merata yaitu di atas 3, dimana secara keseluruhan masih dalam kategori cukup memuaskan. Nilai terendah dalam dimensi ini adalah 3,22 untuk hal para karyawan, staf dan manager sering bertemu secara informal untuk mendiskusikan ide bisnis baru, karena dalam acara formal seperti rapat mereka tidak sering melakukannya. Hal ini terjadi karena jalur birokrasi yang besar membuat pelaksanaan ide bisnis baru membutuhkan waktu yang lama untuk terwujud. 43

16 Perusahaan seharusnya lebih cepat dan berani untuk menindak lanjuti ide bisnis baru yang berasal dari karyawan yang mungkin merupakan peluang besar dalam bisnis. Nilai yang cukup baik yang harus dipertahankan atau bahkan lebih ditingkatkan dalam dimensi ini adalah karyawan, staf, dan manager memiliki sarana sumbang saran yang berhasil dalam menampung ide-ide karyawan (3,64), ini terjadi karena kedekatan hubungan antara para staf, manager dengan karyawan. Para karyawan tidak ragu memberi masukan kepada atasannya dalam masalah pekerjaan dan bagi atasan hal ini dianggap positif atau bagus. Hal ini berhubungan dengan manejemen secara umum mendukung karyawan untuk memikirkan caracara baru dan berbeda dalam mengerjakan sesuatu dengan nilai 3,37. Tetapi sayangnya perusahaan masih enggan untuk mengubah cara-cara lama yang sudah ada dalam menghadapi sesuatu (3,36). Seharusnya perusahaan lebih sering lagi mengubah cara-cara lama dalam menghadapi sesuatu apabila penggunaan cara-cara lama tidak memberikan hasil yang baik Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Intelijen Pasar Hasil EOS untuk dimensi Intelijen Pasar di PT Paya Pinang menunjukkan nilai yang cukup memuaskan, yaitu 3.41 (setuju), yang harus dipertahankan. Yang diukur dalam dimensi ini adalah kemampuan perusahaan dalam membaca trend pasar dan bagaimana kemampuan perusahaan dalam melayani pelanggan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai perusahaan mengenai intelijen pasar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 44

17 Tabel 4.9 Pertanyaan untuk Dimensi Intelijen Pasar No. Pertanyaan 1 Konsumen adalah raja bagi perusahaan kami. (+) 2 Kecuali kamu berada di divisi pemasaran atau penjualan, dorongan untuk bertemu konsumen sangat kurang. (-) 3 Perusahaan secara rutin melakukan survey kepuasan konsumen dan menyebarkan hasilnya secara internal untuk semua pihak dalam perusahaan. (+) 4 Manajemen puncak jarang sekali mengunjungi konsumen secara langsung. (-) 5 Sebagian besar karyawan mengetahui siapa pesaing utama dan bagaimana cara kami bersama-sama mengahadapinya. (+) Keterangan: (+) = menambah nilai-nilai entrepreneurial (-) = mengurangi nilai-nilai entrepreneurial (reverse-scored) Nilai rata-rata untuk setiap pertanyaan dalam dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Intelejen Pasar Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 Gambar 4.7 Nilai Rata-rata tiap pertanyaan pada Dimensi Intelijen Pasar Nilai tertinggi dalam dimensi ini adalah konsumen dianggap raja bagi perusahaan (3,95). Hal ini sangat penting bagi perusahaan untuk meningkatkan hubungan kerjasama yang baik dengan konsumen. Karena perusahaan ini biasanya sudah memiliki kontrak penjualan produksi dengan konsumen, baik kontrak jangka panjang atau jangka pendek sehingga interaksi karyawan di luar divisi pemasaran, begitu juga dengan manejemen puncak, dengan konsumen tidak terlalu intens. Walaupun begitu, perusahaan menyadari pentingnya menjalin hubungan kerjasama yang 45

18 baik dengan konsumen seperti menjaga mutu produk, dan kuantitas produk yang diminta oleh konsumen. Hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki dalam dimensi ini adalah sebagian besar karyawan mengetahui siapa pesaing utama dan bagaimana cara kami bersama-sama menghadapinya dengan skor 2,95. Karyawan pada low level management kurang memahami siapa pesaing utama dan apa yang diperbuat pesaing utama dalam persaingan di agribisnis. Dalam hal ini peran mid level dan top level management yang mengetahui siapa pesaing utama untuk mensosialisasikan kepada low level management tentang persaingan dalam industri ini yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat bersaing ketat dengan kompetitor Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Pengambilan Risiko Hasil EOS untuk dimensi Pengambilan Risiko di PT Paya Pinang menunjukkan nilai yang kurang memuaskan, yaitu 2.69 (ragu-ragu). Peluang bisnis yang ada di pasar bergerak sangat cepat, sehingga keputusan dalam menangkap peluang itu mengandung risiko dan memerlukan keberanian. Keberanian untuk mengambil risiko sangat penting untuk dapat menangkap peluang yang ada di pasar. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai perusahaan mengenai pengambilan risiko dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 46

19 Tabel 4.10 Pertanyaan untuk Dimensi Pengambilan Risiko No. Pertanyaan 1 Perusahaan kami bangga akan orientasi dan budaya konservatif (anti perubahan). (-) 2 Kami berhati-hati untuk tidak membuat kesalahan. (-) 3 Kami berani melakukan investasi bisnis baru hanya berdasarkan intuisi tanpa menggunakan analisis mendalam. (+) 4 Orang-orang yang di dalam organisasi secara umum memiliki kebebasan dan keberanian yang cukup besar untuk mencoba hal baru dan gagal. (+) 5 Kita berbicara banyak tentang perlunya pengambilan risiko dalam perusahaan, namun kenyataannya orang-orang yang berani mencoba dan gagal tidak bertahan lama di perusahaan tersebut (bisa karena di hukum, di pecat, dll). (-) 6 Kami lebih memilih untuk tumbuh berkembang secara terencana dan terkontrol. (-) Keterangan: (+) = menambah nilai-nilai entrepreneurial (-) = mengurangi nilai-nilai entrepreneurial (reverse-scored) Nilai rata-rata untuk setiap pertanyaan dalam dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Resiko Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 No.6 Gambar 4.8 Nilai Rata-rata tiap pertanyaan pada Dimensi Pengambilan Risiko Ada dua hal yang memiliki nilai baik dalam dimensi pengambilan risiko yaitu orientasi dan budaya konservatif yang tidak disetujui karyawan (3,73) dan orang-orang (karyawan) yang berani mencoba dan gagal tidak bertahan lama di perusahaan juga tidak disetujui karyawan (3,65). Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan meningkatnya tingkat pendidikan para karyawan membuat mereka menyadari bahwa budaya konservatif tidak lagi sesuai untuk perusahaan. Karyawan menyadari bahwa perubahan sangat cepat terjadi dalam semua aspek 47

20 kehidupan begitu juga dalam pekerjaan mereka. Karyawan memiliki keinginan untuk dipercaya mencoba hal baru dalam pekerjaan mereka walaupun berisiko kegagalan dan mereka tidak setuju dengan pemecatan atas kegagalan mereka. Dua hal di atas yang memiliki nilai cukup baik ini menunjukkan bahwa sifat-sifat entrepreneurial sudah dimiliki karyawan yang harus dipertahankan. Nilai rendah dalam dimensi pengambilan risiko yaitu: Karyawan berhati-hati untuk tidak membuat kesalahan (1,78). Berhati-hati untuk tidak membuat kesalahan pada satu sisi memang baik tetapi di sisi lain membuat karyawan menjadi lebih pasif karena mereka lebih baik menunggu instruksi atasan daripada bekerja sendiri karena tidak mau apabila kesalahan terjadi ditimpakan kepada mereka. Pasifnya karyawan dapat membuat pekerjaan menjadi tertunda dan peluang yang ada terlewatkan. Perusahaan tidak memiliki cukup keberanian untuk melakukan investasi bisnis baru hanya berdasarkan intuisi tanpa menggunakan analisis mendalam (2,48). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih baik melewatkan peluang bisnis baru jika mereka belum mengetahui secara mendalam tentang peluang bisnis baru tersebut. Karyawan dalam perusahaan secara umum belum memiliki kebebasan dan keberanian yang cukup besar untuk mencoba hal baru dan gagal (2,77). Karyawan secara umum belum cukup berani mengambil risiko kegagalan, begitu juga dengan risiko kesuksesan, yang akan mempengaruhi karir mereka. Perusahaan lebih memilih untuk tumbuh berkembang secara terencana dan terkontrol (1,72). Perusahaan tidak mengambil risiko untuk rugi dengan cepat atau memperoleh keuntungan dengan cepat melalui keputusan atau tindakan yang berisiko, mereka lebih baik menjalankan perusahaan dengan terencana dan terkontrol Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Kecepatan Hasil EOS untuk dimensi Kecepatan di PT Paya Pinang menunjukkan nilai yang cukup baik, yaitu 3,74 (setuju). Dimensi kecepatan sangat penting bagi perusahaan yang mengukur kecepatan perusahaan dalam menangkap dan merespon segala sesuatu yang dapat berguna bagi 48

21 kepentingan perusahaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai perusahaan mengenai kecepatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.11 Pertanyaan untuk Dimensi Kecepatan No. Pertanyaan 1 Keluhan-keluhan konsumen ditangani secara cepat dan efisien. (+) 2 Masalah-masalah yang ada tidak bisa diselesaikan secara cepat. (-) 3 Para manajer memiliki otonomi yang besar dalam membuat keputusan. (+) 4 Konsumen menggambarkan kita sebagai perusahaan yang bergerak cepat.(+) Keterangan: (+) = menambah nilai-nilai entrepreneurial (-) = mengurangi nilai-nilai entrepreneurial (reverse-scored) Nilai rata-rata untuk setiap pertanyaan dalam dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Kecepatan Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju No.1 No.2 No.3 No.4 Gambar 4.9 Nilai Rata-rata tiap pertanyaan pada Dimensi Kecepatan Semua hal dalam dimensi kecepatan memiliki nilai yang cukup baik dan pada tingkatan persepsi setuju (diatas 3,40). Perusahaan dan karyawan setuju bahwa dimensi kecepatan penting bagi kesuksesan dan keberlangsungan perusahaan di masa depan. Perusahaan menangani keluhan-keluhan konsumen secara cepat dan efisien (4,19) karena mereka menyadari kepuasan konsumen adalah hal penting untuk kerjasama jual beli yang baik di masa datang. Karyawan menganggap penting menyelesaikan masalah yang terjadi di lapangan untuk segera diselesaikan (3,41) karena akan mempengaruhi produksi perusahaan. Para manajer juga dituntut untuk membereskan masalah yang muncul di lapangan secara cepat yang membuat manajemen 49

22 perusahaan memberikan otonomi yang besar bagi para manajer dalam membuat keputusan, manajer diminta aktif dalam penanganan masalah sebelum masalah di lapangan menjadi lebih besar. Perusahaan juga merasa cukup puas bahwa mereka saat ini mampu memenuhi keinginan konsumen sehingga perusahaan menilai bahwa konsumen menggambarkan perusahaan ini sebagai perusahaan yang bergerak cepat Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Fleksibilitas Hasil EOS untuk dimensi Fleksibilitas di PT Paya Pinang menunjukkan nilai yang kurang memuaskan, yaitu 2,93 (ragu-ragu). Dimensi ini mengukur bagaimana fleksibilitas perusahaan dalam bertindak dan mengambil keputusan, seberapa mudahnya perusahaan menyesuaikan diri terhadap masalah yang dihadapi dan perubahan yang terjadi di pasar. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai perusahaan mengenai fleksibilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.12 Pertanyaan untuk Dimensi Fleksibilitas No. Pertanyaan 1 Kami sangat bergantung pada team ad hoc /jangka pendek dalam menyelesaikan masalah-masalah. (+) 2 Ketika kami melihat peluang bisnis, kami lambat dalam mengalokasikan sumber daya untuk menangkap peluang tersebut. (-) 3 Kami sering memindahkan orang-orang ke beberapa fungsi dan departemen yang berbeda untuk meningkatkan perspektif (cara padang) yang lebih luas. (+) 4 Orang-orang diharapkan untuk melalui tahap-tahap yang telah ditentukan dalam menyelesaikan pekerjaan. (-) 5 Kami tidak mementingkan penggunaan status jabatan dan gelar di dalam perusahaan. (+) Keterangan: (+) = menambah nilai-nilai entrepreneurial (-) = mengurangi nilai-nilai entrepreneurial (reverse-scored) Nilai rata-rata untuk setiap pertanyaan dalam dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 50

23 Fleksibilitas Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 Gambar 4.10 Nilai Rata-rata tiap pertanyaan pada Dimensi Fleksibilitas Nilai rendah dalam dimensi fleksibilitas yang perlu mendapatkan perhatian dan ditingkatkan dalam dimensi ini adalah: Perusahaan kurang sering membuat team ad hoc/jangka pendek dalam menyelesaikan masalah (2,85). Team jangka pendek dalam perusahaan berguna untuk menyelesaikan masalah secara cepat yang tidak memerlukan tahapan-tahapan formal dalam penyelesaian masalah. Karyawan sangat diharapkan mengikuti tahap-tahap formal yang telah ditetapkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan (2,03). Perusahaan kurang fleksibel dalam penyelesaian masalah karena mengandalkan tahapan formal dalam penyelesaiannya. Seharusnya PT Paya Pinang dapat lebih cepat menyelesaikan masalah dengan membentuk team jangka pendek yang dapat bergerak lebih cepat karena pembentukan team jangka pendek ini tidak melewati birokrasi yang rumit dan tahapan formal. PT Paya Pinang masih menganggap penting penggunaan status jabatan dan gelar di dalam perusahaan (2,85). Mementingkan penggunaan status jabatan dan gelar dapat membuat kesenjangan antar karyawan. Proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah menjadi lebih lambat karena karyawan dengan status atau gelar yang lebih rendah merasa tidak perlu untuk terlibat dalam penyelesaian masalah, padahal ide atau solusi masalah yang lebih baik dapat berasal dari siapa saja. Hal-hal lain di dalam dimensi Fleksibilitas ini yang telah telah menunjukkan nilai yang cukup baik adalah: 51

24 PT Paya Pinang sudah cukup baik dalam mengalokasikan sumber daya yang tersedia ketika melihat peluang bisnis baru (3,53). PT Paya Pinang mampu dengan cepat mengalokasikan sumber daya yang tersedia untuk mengerjakan peluang bisnis baru, perusahaan ini sudah cukup fleksibel dalam hal pengalokasian sumber daya untuk menangkap peluang bisnis baru. PT Paya Pinang sering memindahkan orang-orang ke beberapa fungsi dan departemen yang berbeda untuk meningkatkan perspektif (cara padang) yang lebih luas (3,38). Proses perpindahan karyawan ke fungsi yang berbeda di perusahaan ini berjalan lancar dan cepat Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Fokus Hasil EOS untuk dimensi Fokus di PT Paya Pinang menunjukkan nilai yang cukup baik dengan nilai 3,65 (setuju). Dimensi ini mengukur bagaimana fokus perusahaan dalam menjalankan bisnis mereka yang sudah ada atau yang sedang berjalan dan fokus perusahaan dalam menangkap peluang bisnis baru. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai perusahaan mengenai fokus dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.13 Pertanyaan untuk Dimensi Fokus No. Pertanyaan 1 Kami hanya melakukan beberapa hal, tetapi kami mengerjakanya dengan baik. (+) 2 Kita adalah organisasi yang terkotak-kotak, sangat jarang bagian yang satu tidak mengetahui apa yang dilakukan bagian yang lain.(-) 3 Manajemen puncak memiliki visi yang sangat jelas mengenai kemana arah kita dan bagaimana mencapainya. (+) 4 Jika kamu bertanya pada dua orang yang berbeda tentang strategi perusahaan, kamu mungkin akan mendapat dua jawaban yang berbeda.(-) 5 Kami cukup mau mengeluarkan uang, selama itu untuk hal-hal yang benar. (+) 6 Bahkan orang-orang yang bekerja pada level terbawah tahu mengenai visi perusahaan. (+) Keterangan: (+) = menambah nilai-nilai entrepreneurial (-) = mengurangi nilai-nilai entrepreneurial (reverse-scored) 52

25 Nilai rata-rata untuk setiap pertanyaan dalam dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Fokus Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 No.6 Gambar 4.11 Nilai Rata-rata tiap pertanyaan pada Dimensi Fokus Hasil EOS untuk dimensi fokus secara keseluruhan telah memiliki nilai yang cukup baik, tetapi masih ada hal yang perlu untuk diperbaiki dalam dimensi ini yaitu low level management dalam PT Paya Pinang tidak tahu mengenai visi perusahaan (2,86). Hal ini terjadi karena manajemen puncak tidak mengkomunikasikan dan mensosialisasikan visi perusahaan dengan baik walaupun manajemen puncak memiliki visi jelas. Sangat disayangkan karena mengkomunikasikan visi perusahaan kepada karyawan akan membantu meningkatkan kinerja perusahaan, karyawan mengetahui kemana arah perusahaan dan bagaimana mencapainya. Hasil EOS dalam dimensi ini yang sudah bernilai baik yang harus dipertahankan atau bahkan lebih ditingkatkan: Manajemen puncak memiliki visi yang sangat jelas mengenai kemana arah perusahaan dan bagaimana mencapainya (4,07). Manajemen puncak telah memiliki visi yang jelas, tetapi disayangkan visi perusahaan ini tidak tersosialisasikan secara menyeluruh kepada karyawan. Karyawan hanya melakukan beberapa hal, tetapi mereka mengerjakannya dengan baik (3,83). Karyawan memiliki motivasi yang baik dan fokus dalam mengerjakan pekerjaan mereka. Perusahaan bukan organisasi yang terkotak-kotak, karyawan mengetahui apa yang dilakukan bagian lain (3,96). Karyawan antar bagian memiliki hubungan yang baik sehingga mereka mengetahui dan cukup peduli atas apa yang terjadi di luar bagian mereka. 53

26 Karyawan memiliki pemahaman yang sama tentang strategi perusahaan (3,06). Strategi perusahaan sudah cukup baik dikomunikasikan ke karyawan, dan karyawan juga memiliki pemahaman yang sama tentang apa yang diinginkan manejemen puncak dalam hal strategi perusahaan. Perusahaan bersedia mengeluarkan dana, selama itu untuk hal-hal yang benar (3,74). Untuk menjamin karyawan tetap fokus pada pekerjaan mereka, perusahaan bersedia mengeluarkan dana untuk hal-hal yang benar selama itu memberikan manfaat bagi karyawan dan perusahaan Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Orientasi Masa Depan Hasil EOS untuk dimensi Masa Depan di PT Paya Pinang menunjukkan nilai yang kurang memuaskan, ditunjukkan dengan nilai 3,32 (ragu-ragu). Dimensi ini mengukur perilaku perusahaan dalam memandang masa depan apakah perilaku perusahaan sudah entreprenurial dalam menghadapi masa depan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai perusahaan mengenai orientasi masa depan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.14 Pertanyaan untuk Dimensi Masa Depan No. Pertanyaan 1 Kami sadar bahwa perusahaan kami adalah perusahaan yang terdepan/terbaik dibidangnya. (+) 2 Kami tidak banyak berinvestasi di R&D. (-) 3 Perusahaan kami senang menciptakan pasar yang benar-benar baru berdasarkan produkproduk yang sangat inovatif, dimana konsumen sendiri belum tahu kalau mereka membutuhkannya. (+) 4 Kami cenderung lebih sebagai pengikut/ follower daripada pemimpin dalam pengembangan produk baru. (-) 5 Secara umum, para karyawan tidak diberikan penghargaan dalam bereksperimen mencoba hal-hal baru. (-) Keterangan: (+) = menambah nilai-nilai entrepreneurial (-) = mengurangi nilai-nilai entrepreneurial (reverse-scored) 54

27 Nilai rata-rata untuk setiap pertanyaan dalam dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Masa Depan Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 Gambar 4.12 Nilai Rata-rata tiap pertanyaan pada dimensi Masa Depan Hasil EOS dalam dimensi ini yang sudah cukup baik adalah: Karyawan sadar bahwa perusahaan adalah yang terbaik/terdepan di bidangnya (3,65). Hal ini menunjukkan bahwa karyawan di PT Paya Pinang memiliki semangat entrepreneurial ingin menjadi yang terbaik yaitu mereka menginginkan perusahaan tempat mereka bekerja menjadi yang terbaik di bidangnya. Perusahaan cenderung lebih memilih sebagai pemimpin dalam pengembangan produk baru (3,37). Karyawan menginginkan PT Paya Pinang lebih sebagai pemimpin dalam pengembangan produk baru daripada sebagai follower, tetapi untuk mewujudkan hal ini beberapa aspek lain dalam corporate entrepreneurship dalam perusahaan ini terlebih dahulu harus ditingkatkan. Secara umum, karyawan diberikan penghargaan dalam bereksperimen dalam mencoba hal-hal baru (3,87). Karyawan memiliki harapan bahwa PT Paya Pinang memberikan mereka penghargaan dalam mencoba hal-hal baru dan lebih mendorong karyawan untuk lebih berani dalam mencoba hal-hal baru. Hasil EOS dalam dimensi ini yang nilainya kurang memuaskan dan perlu ditingkatkan adalah: Perusahaan tidak banyak berinvestasi di R&D (2,93). Untuk mewujudkan sebagai pemimpin dalam pengembangan produk baru, perusahaan seharusnya lebih banyak lagi 55

28 mengeluarkan dana untuk R&D dan tidak hanya mengandalkan lembaga-lembaga penelitian perkebunan dalam hal R&D. Perusahaan belum mengambil langkah atau memikirkan untuk menciptakan pasar yang benar-benar baru berdasarkan produk-produk yang sangat inovatif, dimana konsumen sendiri belum tahu kalau mereka membutuhkannya (2,77). Untuk menjadikan PT Paya Pinang sebagai pemimpin dalam bidangnya seharusnya perusahaan ini lebih banyak berinvestasi dalam pengembangan produk dan berani meluncurkannya ke pasar Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Orientasi Individu Hasil EOS untuk dimensi Orientasi Individu di PT Paya Pinang adalah yang terendah di antara nilai dimensi-dimensi lainnya, dengan nilai 2,29 (tidak setuju). Dimensi ini mengukur sifat-sifat entrepreneurship yang diterapkan dan dimiliki oleh para karyawan di dalam perusahaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai perusahaan mengenai orientasi individu dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.15 Pertanyaan untuk Dimensi Orientasi Individu No. Pertanyaan 1 Saya sering berangan-angan menciptakan dan menjalankan bisnis sendiri. (+) 2 Saya tidak menilai diri saya sebagai pemberontak (suka mempertanyakan hal-hal yang tidak benar). (-) 3 Jalan tercepat untuk mencapai puncak adalah dengan melakukan pekerjaan anda sebaikbaiknya sesuai deskripsi pekerjaan yang telah ditentukan. (-) 4 Saya sering berkhayal/melamun ditempat kerja. (+) 5 Saya suka mempertanyakan dan berusaha merubah status quo. (+) 6 Saya tidak menyukai orang yang suka melanggar aturan. (-) 7 Sangat penting bagi saya untuk mendapatkan gaji yang adil dan pasti. (-) 8 Saya rela menukar gaji saya sekarang dengan gaji yang lebih rendah dan kepemilikan saham pada suatu perusahaan baru, yang berisiko sekalipun. (+) 9 Saya lebih nyaman dalam suatu lingkungan yang relatif lebih terstruktur/teratur. (-) Keterangan: (+) = menambah nilai-nilai entrepreneurial (-) = mengurangi nilai-nilai entrepreneurial (reverse-scored) 56

29 Nilai rata-rata untuk setiap pertanyaan dalam dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Orientasi Individu Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 No.6 No.7 No.8 No.9 Gambar 4.13 Nilai Rata-rata tiap pertanyaan pada Dimensi Orientasi Individu Dari hasil EOS terlihat bahwa karyawan PT Paya Pinang kurang memiliki sifat entrepreneurial, hanya ada satu hal yang memiliki nilai di atas 3 yaitu karyawan memiliki angan-angan untuk menciptakan dan menjalankan bisnis sendiri (3,54). Para karyawan telah memiliki angan-angan dalam hal kewirausahaan, tetapi sayangnya mereka tidak cukup berani dalam mengambil risiko dan mereka masih lebih nyaman bekerja dalam lingkungan yang teratur dan mendapatkan gaji yang adil. Hal ini dikarenakan mereka belum cukup berani untuk menukar suatu kepastian dengan ketidakpastian dari bisnis baru dan karena kondisi Indonesia saat ini dimana sangat sulit memperoleh pekerjaan. Selain hal di atas semua nilai dalam dimensi ini berada dibawah tiga. Hasil EOS lainnya dalam dimensi Orientasi Individu adalah: Sangat penting bagi para karyawan untuk mendapatkan gaji yang adil dan pasti (1,71). Seorang intrapreneur seharusnya mendapatkan promosi dan gaji atau bonus yang besar ketika keberhasilannya mencoba hal-hal baru memberikan kontribusi cukup besar ke perusahaan tetapi karyawan PT Paya Pinang lebih mementingkan kepastian dalam hal penggajian. Kepastian memperoleh gaji yang tetap setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sulitnya mendapatkan pekerjaan adalah salah satu faktor karyawan tidak berani mengambil risiko dan memilih mendapatkan gaji yang adil dan pasti. Karyawan tidak menilai dirinya sendiri sebagai pemberontak (suka mempertanyakan hal-hal yang tidak benar), dengan nilai 2,51. Karyawan juga tidak menyukai orang yang suka 57

30 melanggar aturan (2,10). Salah satu karakter seorang intrapreneur adalah memiliki jiwa pemberontak. Pemberontakan yang mereka lakukan sebenarnya karena mereka yakin dan menganggap cara mereka lebih baik dalam menyelesaikan masalah atau menghasilkan lebih baik daripada cara biasa sesuai aturan perusahaan. Jalan tercepat untuk mencapai puncak adalah dengan melakukan pekerjaan anda sebaikbaiknya sesuai deskripsi pekerjaan yang telah ditentukan (2,00). Karyawan juga tidak suka mempertanyakan dan berusaha merubah status quo (2,73). Hal-hal ini menunjukkan bahwa para karyawan PT Paya Pinang sudah terbiasa dalam lingkungan kerja yang birokratis dan karena mereka tidak berani mengambil risiko yang dapat menggangu karir mereka sekalipun yang mereka pertanyakan dan berusaha dirubah adalah hal yang lebih baik. Karyawan tidak suka berkhayal/melamun di tempat kerja (1,82). Berkhayal di tempat kerja adalah dengan membayangkan sesuatu yang baru, membayangkan pekerjaan mereka dikerjakan dengan cara yang berbeda, sesuatu yang belum terjadi yang bertujuan menghasilkan ide-ide yang inovatif. Nilai yang rendah dalam pertanyaan ini menunjukkan karyawan PT Paya Pinang jarang membayangkan pekerjaan mereka dilakukan dengan cara yang baru. Karyawan lebih nyaman dalam lingkungan kerja yang relatif lebih terstruktur/teratur (1,84). Intrapreneurship sering membutuhkan lingkungan kerja yang relatif tidak teratur yang malah mempercepat pekerjaan karena karyawan memiliki kebebasan yang lebih besar dalam bekerja dan prioritas pekerjaan mana yang mereka anggap lebih penting. Karyawan tidak rela menukar gaji mereka sekarang dengan gaji yang lebih rendah, disertai kepemilikan saham pada suatu perusahaan baru, yang berisiko sekalipun (2,35). Hal ini menunjukkan bahwa karyawan tidak terlalu berani mengambil risiko untuk menukar gaji yang pasti mereka dapat setiap bulannya dengan risiko ketidakpastian penghasilan dari bisnis yang baru Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Kondisi Perusahaan Dimensi Kondisi Perusahaan dalam EOS merupakan informasi tambahan untuk mendapatkan respon dari karyawan tentang bagaimana penilaian mereka terhadap kinerja 58

31 perusahaan dibanding kompetitor, pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM), dalam hal inovasi, dan dalam hal penggajian. Analisis terhadap dimensi Kondisi Perusahaan adalah sebagai berikut: Dalam hal kinerja perusahaan dibanding kompetitor, dari 104 responden komposisi jawaban dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Kinerja Perusahaan dibanding Kompetitor 5% 4% 26% Sangat Baik Di atas rata-rata Rata-rata 44% 21% Di baw ah ratarata Sangat buruk Gambar 4.14 Komposisi Jawaban dalam hal Kinerja Perusahaan Para karyawan sebagian besar menilai kinerja perusahaan berada pada tingkatan rata-rata yaitu 44%. Yang menilai di atas rata-rata sebesar 21% dan sangat baik 26%. Ini menunjukkan bahwa PT Paya Pinang seharusnya lebih meningkatkan kinerjanya agar terus dapat bertahan dalam persaingan dengan kompetitor. Untuk meningkatkan kinerja PT Paya Pinang yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan orientasi entrepreneurial perusahaan terutama pada dimensi-dimensi EOS yang bernilai rendah seperti orientasi individu para karyawan terhadap sifat-sifat yang entrepreneurial, keberanian mengambil risiko, dan fleksibilitas. 59

32 Dalam hal pemberdayaan SDM, dari 104 responden komposisi jawaban dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pemberdayaan SDM 11% 6% 46% 28% 9% Sangat baik Di atas rata-rata Rata-rata Di baw ah ratarata Sangat Buruk Gambar 4.15 Komposisi Jawaban dalam hal Pemberdayaan SDM Dalam hal pemberdayaan SDM sebagian besar para karyawan juga masih menilai PT Paya Pinang berada pada tingkatan rata-rata sebesar 46%, hanya 9% yang menilai di atas ratarata dan 28% yang menilai sangat baik. PT Paya Pinang harus meningkatkan lagi pemberdayaan SDM, mengingat hal ini sangat vital bagi PT Paya Pinang, seperti yang tertuang dalam visi PT Paya Pinang yang bertumpu pada potensi insani. Kelangsungan dan kesuksesan perusahaan ini salah satunya bergantung pada pemberdayaan SDM yang baik secara terus menerus. Untuk meningkatkan pemberdayaan SDM, PT Paya Pinang dapat melakukan seleksi penerimaan karyawan yang lebih baik, meningkatkan skill karyawan yang sudah ada melalui pelatihanpelatihan, dan manejemen mendukung dan mendorong karyawan untuk memiliki sifat-sifat entrepreneurial. 60

4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA

4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian merupakan langkah langkah dalam penelitian yang dilakukan dengan maksud agar hasil yang sistematis dapat diperoleh,

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Entrepreneurial Orientation Survey

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Dalam suatu penelitian diperlukan metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis agar mengarah pada penelitian baik. Pada

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang terstruktur berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian secara sistematis. Dengan metodologi penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA.

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. DAFTAR PUSTAKA Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. Kuratko, Donald F. & Richard M. Hodgetts (00) Entrepreneurship:

Lebih terperinci

Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi

Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Fokus Solusi Bisnis Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi dan misi dari organisasi, serta strategi yang telah dirumuskan sebelumnya. Salah

Lebih terperinci

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Hasil yang diperoleh dari EOS menunjukkan nilai dimensi kunci dengan rentang angka 2.46 3.70 (skala 5) dimana rincian nilai untuk tiap dimensi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. Morris, Michael H., 2002, Corporate Entrepreneurship, South-Western, Ohio. Pinchot III, Gifford, 1985,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York DAFTAR PUSTAKA 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York 2. Kuratko, Donald F. & Hodgetts, Richard M., 2004, Entrepreneurship: Theory, Process, and Practice,

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS. Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah

BAB III SOLUSI BISNIS. Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa salah

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS. Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar

BAB III SOLUSI BISNIS. Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar pembahasannya, maka pada proyek akhir ini perlu

Lebih terperinci

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah Sejak pasca krisis perbankan pada akhir tahun 1990 an hingga saat ini sejumlah bank bank besar yang lebih sehat baik bank lokal maupun bank asing

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Hasil Analisis Budaya perusahaan merupakan salah satu aspek yang penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil analisis mengenai budaya perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pembatasan solusi bisnis dalam penelitian ini ditentukan agar perusahaan memiliki beberapa alternatif mengenai bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Penelitian yang dilakukan dalam proyek akhir ini terbatas sampai dengan identifikasi dan usulan rencana implementasi dari

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pembatasan dalam penelitian proyek akhir ini dilakukan agar memiliki solusi yang terarah dan spesifik dalam memecahkan

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Perubahan lingkungan bisnis telah menantang perusahaan-perusahaan untuk dapat bersaing dengan ketat. Perusahaan yang dapat menerapkan strategi bisnisnya

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: MUFTI ARDIAN NIM :

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: MUFTI ARDIAN NIM : ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR Oleh: MUFTI ARDIAN NIM : 29105020 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manejemen

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Hasil Survei EOS menunjukkan bahwa secara umum penilaian terhadap orientasi entrepreneurial di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung ternyata tidak

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY

LAMPIRAN A. Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY DAFTAR PUSTAKA Asisthariani, 2007, Analisis Budaya Kewirausahaan Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tangan di Bandung dan Yogyakarta Menggunakan Alat Ukur EOS & ELQ, Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. Moeljono, Djokosantoso, 2005, Good Corporate Culture Srbagai Inti Dari Good Corporate Governance,

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Sebagai kesimpulan dari penelitian yang menggunakan instrumen Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) dapat dinyatakan bahwa secara umum corporate

Lebih terperinci

Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1) ABSTRACT

Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1)   ABSTRACT PENILAIAN DAN ANALISIS CORPORATE ENTREPRENEURSHIP CULTURE UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT EFEKTIVITAS PERUSAHAAN DI PT. PDAM TIRTA DHARMA BANYUMAS KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1) E-mail: daryono_jvc@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Pada umumnya, hasil EOS di BCA menunjukkan bahwa budaya intrapreneurship di BCA sudah cukup memadai, namun masih perlu ditingkatkan lagi.

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat dari penelitian ini adalah TBI masih sangat perlu memperbaiki banyak

Lebih terperinci

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rekomendasi 4.1.1 Rekomendasi untuk Peningkatan Lingkungan Entrepreneurial Rekomendasi yang diberikan disini adalah untuk mengetahui apa yang seharusnya

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG Penelitian Proyek Akhir Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: 29105340 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Pada beberapa bagian penting, budaya organisasi dalam suatu perusahaan dibangun oleh beberapa orang utama (main figures) yang ada masuk ke dalam

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Setelah menjalankan penelitian di PT. Bank Negara Indonesia cabang ITB memakai EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) dan ELQ (Entrepreneurial

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company.

DAFTAR PUSTAKA. Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company. DAFTAR PUSTAKA Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company. Graves, D., (1986) Corporate Culture Diagnosis and Change: Auditing and Changing the Culture

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Adonisi,Mandla, 2003, The Relationship Between Corporate Entrepreneurship, Market Orientation, Organisational Flexibility and Job Satisfaction, University of Pretoria, South Africa. Christensen,Karina,

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA Oleh : NURIANA PRAMITASARI NIM : 29105343 Program Studi Manajemen Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Instititut Teknologi Bandung Menyetujui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam. Hanya perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu menghadapi

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah untuk Dipecahkan Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang sangat cepat. Terdapat banyak sekali perusahaan yang mengelola perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey Survey kepuasan dosen dan tenaga kependidikan di Unswagati rutin dilakukan pada setiap tahun, hal ini sesuai dengan prosedur mutu yang telah ditetapkan yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang melakukan penelitian sebelumnya harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan pada penelitiannya, karena hal tersebut akan membantu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang akan melakukan penelitian harus mengetahui serta menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. membuat prediksi atau pun mencari implikasi.

III. METODE PENELITIAN. membuat prediksi atau pun mencari implikasi. III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Azwar (2008 : 7) penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pemilihan Tanah Abang sebagai lokasi penelitian karena sekitar 80% pedagang yang memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG Oleh: MEDIANY KRIS EKA PUTRI NIM 29105327 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini adapun objek penelitiannya adalah Malcolm Baldrige national quality award

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Utara No. 9A, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta 11510

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Utara No. 9A, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta 11510 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dituju untuk melakukan penelitian dalam mengumpulkan data adalah Bank Bukopin cabang Esa Unggul yang bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis,

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan bisnis dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, tentunya untuk dapat bersaing sebuah perusahaan memerlukan adanya sistem manajemen

Lebih terperinci

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen 69 Bab IV Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen IV.1 Perancangan Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Berdasarkan Perspektif Zachman Pada bab IV, telah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam suatu penelitian harus mempergunakan metode yang tepat dan sesuai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam suatu penelitian harus mempergunakan metode yang tepat dan sesuai 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Bentuk dan Penelitian Dalam suatu penelitian harus mempergunakan metode yang tepat dan sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini mempergunakan metode

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah Penelitian adalah kegiatan dalam mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data yang dilakukan secara sistematis dan objektif

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Corbett, D., 1992, Australian Public Sector Management, St. Leonards, NSW: Allen & Unwin.

DAFTAR PUSTAKA. Corbett, D., 1992, Australian Public Sector Management, St. Leonards, NSW: Allen & Unwin. DAFTAR PUSTAKA Aucion, P., 1990. Administrative Reform in Public Management: paradigms, principles, paradoxes and pendulums, Governance, Vol. 3., No. 2., p. 116. Biantong, Alvin T, 2007. Analisis Budaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tahap Penelitian Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu pemetaan kompetensi dan analisis kebutuhan pelatihan. Dua tahap ini merupakan satu rangkaian yang tidak dipisahkan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha restoran saat ini dinilai sebagai bisnis yang berprospek tinggi. Perkembangan usaha restoran di Kota Bogor telah menimbulkan persaingan dalam

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA Aldianto, Leo, 2006, Bahan Presentasi: Entrepreneurship & Intrapreneurship, MBA- ITB: n.p Azwar, Saifuddin, 2000. Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. sandal Ardiles. Berdiri sejak tahun 1981, dan sampai saat ini, jumlah karyawan yang bekerja

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. sandal Ardiles. Berdiri sejak tahun 1981, dan sampai saat ini, jumlah karyawan yang bekerja BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. SS Utama adalah perusahaan yang bergerak pada bidang pembuatan sepatu dan sandal Ardiles. Berdiri sejak tahun 1981,

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 17 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah sensus karena penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah sensus karena penelitian 26 III. METODE PENELITIAN A. Metode, Lokasi, dan Waktu Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah sensus karena penelitian ini melibatkan seluruh anggota populasi dari daerah penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Metodologi digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang kekuatan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang jumlahnya sedikit namun menguasai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan mempunyai kebijakan-kebijakan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kebijakan-kebijakan tersebut di ambil dan dilaksanakan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN PENELITIAN

BAB III TEMUAN PENELITIAN BAB III TEMUAN PENELITIAN Bab ini menyajikan hasil uji validitas dan reabilitas instrumen penelitian. Uji ini digunakan untuk mengukur kesahihan dan kevalidan suatu item pertanyaan. Berikutnya adalah analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penulis memilih lokasi penelitian di Salwa Laundry di kota Serang dan penelitian ini dilakukan kurang lebih terhitung dari bulan April sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode survei, dimana data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Bina Nusantara Business School, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu pendekatan yang bersifat ilmiah yang dilakukan pada pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007). Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut. Tabel 3.1 Desain Penelitian TUJUAN JENIS METODE UNIT ANALISIS TIME HORIZON PENELITIAN PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang menentukan kinerja pada industri mikro, kecil, dan menengah (IKM) makanan khas minang di kota Padang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 62 BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data langkah selanjutnya yang berupa nilai kepuasan pelanggan. Pada Tugas Akhir ini nilai kepuasan pelanggan dilihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Pekerja merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu perusahaan, karena pekerja adalah yang menggerakan faktor-faktor produksi lainnya untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI. PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI. PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG Oleh: SUDHARMA SEMIDANG PUTRA NIM: 29105329 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para karyawan, namun pencapaian tujuan belum tentu benar-benar efektif. Jadi pada

BAB I PENDAHULUAN. para karyawan, namun pencapaian tujuan belum tentu benar-benar efektif. Jadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Proses manajemen menghendaki adanya keteraturan dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Tanpa adanya keteraturan pencapaian tujuan dapat saja diselesaikan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan sistematis yang hasilnya berguna untuk mengetahui persoalan atau keadaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan sistematis yang hasilnya berguna untuk mengetahui persoalan atau keadaan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisa data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pegawai merupakan asset utama perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam proses untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran melalui metode ilmiah guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Bandar Betsy PT Perkebunan

BAB III BAHAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Bandar Betsy PT Perkebunan BAB III BAHAN METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kebun Bandar Betsy PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Pelaksanaan penelitian ini dimulai bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini yaitu penabung Bank Bukopin Cabang Pembantu Ungaran.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini yaitu penabung Bank Bukopin Cabang Pembantu Ungaran. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Dan Sampel Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian. Populasi penelitian ini yaitu penabung Bank Bukopin Cabang Pembantu Ungaran. Sampel adalah sebagian

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Untuk membantu perusahaan dalam mempersiapkan diri mengimplementasikan MBCfPE di dalam organisasi, maka penulis mencoba untuk membuat suatu model yang bertujuan: - Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian ini metode deskriptif yang digunakan untuk

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD Kelas : LMA3 Andy Gracia 1701498540 Junaidy 1701498534

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi responden Profil responden digambarkan dengan menganalisa karakteristik sosial dan demografi responden. Karakteristik demografi dilihat dari umur dan jenis kelamin, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Cimanggu yang terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi : Merupakan data yang langsung didapatkan melalui penyebaran kuisioner

METODE PENELITIAN. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi : Merupakan data yang langsung didapatkan melalui penyebaran kuisioner 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi : 3.1.1 Data Primer Merupakan data yang langsung didapatkan melalui penyebaran kuisioner

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer dan kepala bagian di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer dan kepala bagian di BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer dan kepala bagian di masing-masing Rumah Sakit Swasta di Bandar lampung. Adapun kriteria Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang dan jasa yang diproduksi dapat sampai ditangan konsumen. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. barang dan jasa yang diproduksi dapat sampai ditangan konsumen. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan agar barang dan jasa yang diproduksi dapat sampai ditangan konsumen. Dalam keadaan seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah Cooper dan Emory

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk

Bab 3 METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk Bab 3 METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menganalisis sebuah model yang telah dikembangkan pada bab sebelumnya. Langkah-langkah yang akan dijelaskan dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran KOGUPE SMAN 46 Jakarta merupakan koperasi konsumen di kawasan Jakarta Selatan yang bergerak di bidang usaha pertokoan dan simpan pinjam. Dalam upaya memenuhi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Penilaian Citra Perusahaan Oleh Konsumen Pada

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian adalah Total

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian adalah Total BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian adalah Total Quality Management yang dimoderasi oleh sistem penghargaan sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Jenis dan Metode Tujuan Penelitian Unit Analisis Time Horison T 1 Kausalitas Survei Individu Responden Cross Section T 2 Kausalitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan

BAB III METODE PENELITIAN. berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Waktu Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk ditetapkan, hal ini untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, karakterisitik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang digunakan untuk mengetahui nilai variabel X yakni keunggulan asosiasi merek,

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR. Oleh: DESVIANA PRANATALIA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR. Oleh: DESVIANA PRANATALIA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR Oleh: NIM: 29105073 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung 2008 ANALISIS BUDAYA

Lebih terperinci