Perancangan dan Simulasi Reaktor Plug Flow Adiabatis untuk Reaksi Pembuatan 1,3 Butadiena Menggunakan Program Scilab 5.1.1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perancangan dan Simulasi Reaktor Plug Flow Adiabatis untuk Reaksi Pembuatan 1,3 Butadiena Menggunakan Program Scilab 5.1.1"

Transkripsi

1 Perancangan dan Simulasi Reaktor Plug Flow Adiabatis untuk Reaksi Pembuatan 1,3 Butadiena Menggunakan Program Scilab Disusun Oleh: Sherly Zagita L.N Farel Abdala LABORAORIUM KOMPUASI PROSES UNIVERSIIAS DIPONEGORO SEMARANG 2015 MODEL DAN KOMPUASI PROSES 1

2 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Reaktor adalah suatu proses dimana suatu tempat terjadinya suatu reaksi berlangsung, baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara fisika (Cordelia, 2015). Berdasarkan prosesnya, reaktor dibagi menjadi 3 yaitu: reaktor batch, reaktor kontinyu, dan reaktor semi batch (Maranatha, 2015). Pada reaktor kontinyu, proses umpan dan produk mengalir secara terus-menerus. Reaktor kontinyu dibagi menjadi 2, yaitu mixed flow reaktor (MFR) dan plug flow reaktor (PFR). Plug flow reaktor atau reaktor alir pipa merupakan reaktor dimana umpan masuk pada masukan pipa, terjadi reaksi sepanjang pipa lalu keluar, konversi semakin lama semakin tinggi di sepanjang pipa, contohnya petrokimia dan pertamina (Maranatha, 2015). Reaktor alir pipa dapat digunakan baik pada fase cair maupun gas. Keuntungan menggunakan reaktor alir pipa adalah konversinya cukup tinggi dibanding reaktor tangki berpengaduk dan waktu yang relatif lebih singkat (Maranatha, 2015). Model PFR seringkali digunakan untuk sebuah reaktor yang mana sistem reaksi (gas atau cair) mengalir pada kecepatan relatif tinggi (Re>>, sampai mendekati PF) melalui suatu vessel kosong atau vessel yang berisi katalis padat yang di packed. PFR tidak menggunakan peralatan pengaduk, untuk menghasilkan backmixing. PFR dapat digunakan dalam skala besar untuk produksi komersial, atau di laboratorium atau operasi skala pilot untuk mendapatkan data perancangan (Budiaman, 2007). Seorang sarjana teknik kimia sangat perlu untuk belajar tentang reaktor kimia agar dapat merancang sebuah reaktor,mampu memilih tipe atau jenis reaktor yang tepat untuk sebuah proses,kemudian dapat menentukan keadaan operasi suatu reaktor dan memilih atau menghitung alat-alat pembantu yang digunakan seperti alat pemurnian hasil dan lain-lain.untuk mempermudahkan dalam menghitung keadaan operasi suatu reaktor maka dapat dilakukan dengan memanfaatkan program scilab. I.2. Rumusan Masalah Reaksi pembuatan 1,3 butadiena dari 1 butenaberlansung pada suhu o C dan tekanan 1 bar dengan jenis reaksi eksotermis, irreversible dan paralel dalam reaktor alir pipa adiabatis. Melalui tugas ini, mahasiswa diminta membuat sebuah program yang dapat membantu dalam menyelesaikan berbagai persamaan yang ada pada reaksi tersebut. Penyelesaian yang akan dipelajari dan dilakukan dalam tugas ini yaitu penyelesaian MODEL DAN KOMPUASI PROSES 2

3 melalui metode numerik dengan pemodelan reaksi pada program Scilab versi Pemodelan matematis dilakukan untuk mengetahui hubungan suhu reaksi terhadap efek panas dan mengetahui hubungan volume optimum reaktor alir pipa terhadap suhu reaksi dan konversi dengan pemodelan matematis. I.3. ujuan ujuan yang ingin dicapai dari tugas ini adalah: 1. Untuk memahami metode pemodelan matematis dengan menggunakan perangkat lunak Scilab Untuk mengetahui hubungan suhu reaksi terhadap konversi dengan pemodelan matematis. 3. Untuk mengetahui hubungan volume optimum reaktor alir pipa terhadap suhu reaksi dan konversi dengan pemodelan matematis. I.4. Manfaat Manfaat dari tugas ini adalah: 1. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan suhu reaksi terhadap konversi pada perancangan reaktor dengan pemodelan matematis. MODEL DAN KOMPUASI PROSES 3

4 BAB II INJAUAN PUSAKA 2.1. Dasar eori Reaktor Kimia Reaktor kimia berdasarkan prosesnya dibedakan menjadi 3, yaitu: 1. Reaktor Batch Gambar 2.1. Reaktor Batch Reaktor batch ini dalam prosesnya tidak ada massa masuk dan keluar selama reaksi. Jadi bahan dimasukkan, direaksikan beberapa waktu / hari (residence time) dan dikeluarkan sebagai produk dan selama proses tidak ada umpan-produk mengalir. Reaktor batch ini umumnya digunakan pada bahan berfase cair-cair ataupun cair-padat, skala proses yang kecil, proses yang membutuhkan waktu yang lama dan proses yang sulit diubah menjadi kontinyu (Maranatha, 2015). Keuntungan dari penggunaan reaktor batch ini di antaranya lebih murah dan lebih mudah dalam pengoperasian dan pengontrolan. Sedangkan kekurangannya adalah tidak bisa untuk memproduksi dengan skala yang besar, tidak baik/sesuai dengan bahan gas karena rentan bocor serta lebih banyak membutuhkan pekerja untuk melakukan pengawasan dari awal proses hingga akhir proses. Persamaan-persamaan yang terkait dalam reaktor batch di antaranya : dijelaskan melalui persamaan berikut : Misalkan dari laju pengurangan reaktan A pada suatu reaksi. Neraca massanya dapat r A = 1 d N A V dt Jika N A0 merupakan jumlah mol A mula-mula dan N A0 X adalah jumlah reaktan A yang telah bereaksi pada waktu t. Maka konversi dapat ditulis dengan persamaan berikut : [ N A ]=[N A 0 ] [ N A 0. X ] Stoikiometri dari reaktor batch : MODEL DAN KOMPUASI PROSES 4

5 abel 2.1 Stoikiometri Reaktor Batch (Fogler, 2004) maka dapat ditulis juga, N A0 dx dt = r A.V dx dt=n A 0 r A.V X(t) dx t=n A 0 0 r A.V t=c A 0 X 0 d X A r A C A = C A0 (1-X) (Fogler, 2004) 2. Reaktor Alir (Continous Flow) Pada reaktor kontinyu ini terdapat pemasukan reaktan maupun pengeluaran hasil selama reaksi berlangsung. Reaktor kontinyu ini paling banyak digunakan di berbagai industri kimia. Kelebihan penggunaan kontinyu ini di antaranya alat lebih kecil dan murah, bahan yang diolah lebih sedikit sehingga resiko kerusakan bahan lebih kecil, kondisi operasi lebih seragam, produknya seragam, biaya operasi dan investasi rendah serta pengendalian kondisi operasi yang lebih mudah (Marathana, 2015). Jenis reaktor kontinyu diantaranya sebagai berikut : a. Mixed flow reactor MODEL DAN KOMPUASI PROSES 5

6 Gambar 2.2. Reaktor Alir angki Berpengaduk Mixed low reactor ini atau biasa disebut juga CSR (Reaktor Alir angki Berpengaduk)dimana umpan masuk, diproses beberapa waktu (residence time) lalu produk keluar. Biasanya reaktor jenis ini disusun paralel sehingga mempunyai kapasitas yang besar dan efisien waktu. Kelebihan dari penggunaan reaktor ini adalah suhu dan konsentrasi di tiap titik sama karena menggunakan pengaduk serta mudah dalam pengontrolan suhu sehingga kondisi operasi isotermal dapat terpenuhi. Sedangkan kekurangan dalam penggunaan reaktor ini di antaranya tidak cocok digunakan jika reaktan dalam fase gas dan untuk volume yang sama, konversi yang didapatkan lebih rendah dari jenis reaktor kontinyu yang lain yaitu plug flow reactor (PFR). Persamaan persamaan yang terkait adalah sebagai berikut : Neraca massa reaktor : V = F j 0 F j r j Umumnya, konversi akan meningkat dengan peningkatan waktu tinggal bahan dalam reaktor. Untuk reaksi kontinyu, waktu tinggal meningkat dengan meningkatnya volume reaktor sehingga dalam hal ini konversi adalah fungsi dari volume reaktor. F A = F A0 (1-X) F A0 = C A0. V 0 Asumsi gas ideal : Dimana : C AO y A0 P 0 0 P A0 R C A 0 = P A 0 = y A 0.P 0 R 0 R 0 : Konsentrasi masuk (mol/l) : Fraksi mol A masuk : ekanan otal masuk (kpa) : Suhu masuk (K) : ekanan parsial masuk (kpa) : Konstanta gas ideal Menghitung volume reaktor yang dibutuhkan : MODEL DAN KOMPUASI PROSES 6

7 F A 0 F A = r A.V V = F A 0. X A r A keluar b. Plug Flow Reactor (RAP) Gambar 2.3. Reaktor Alir Pipa Reaktor alir pipa merupakan reaktor di mana cairan bereaksi dan mengalir dengan cara melewati tube (tabung) dengan kecepatan tinggi, tanpa terjadi pembentukan arus putar pada aliran cepat. Reaktor alir pipa pada hakekatnya hampir sama dengan pipa dan relatif cukup mudah dalam perancangannya. Reaktor ini biasanya dilengkapi dengan selaput membran untuk menambah yield produk pada reaktor. Produk secara selektif ditarik dari reaktor sehingga keseimbangan dalam reaktor secara kontinu bergeser membentuk lebih banyak produk. Pada umumnya reaktor alir pipa dilengkapi dengan katalisator. Seperti sebagian besar reaksi pada industry kimia, reaksinya membutuhkan katalisator secara signifikan pada suhu layak (standar). Dalam RAP, satu atau lebih reaktan dipompakan ke dalam suatu pipa. Biasanya reaksi yang digunakan pada reaktor ini adalah reaksi fasa gas. Reaksi kimia berlangsung sepanjang pipa sehingga semakin panjang pipa maka konversi yield akan semakin tinggi. Di dalam reaktor alir pipa, fluida mengalir dengan perlakuan yang sama sehingga waktu tinggal (τ) sama untuk semua elemen fluida. Fluida sejenis yang mengalir melalui reaktor ideal ini disebut dengan plug. Saat plug mengalir sepanjang reaktor alir pipa, fluida bercampur sempurna dalam arah radial bukan dalam arah axial (dari arah depan atau belakang). Setiap plug dengan volume berbeda dinyatakan sebagai kesatuan yang terpisah-pisah (hampir seperti batch reaktor) dimana plug mengalir turun melalui pipa reaktor ini (Yahdi, 2013). MODEL DAN KOMPUASI PROSES 7

8 Persamaan yang berlaku pada Plug flow reactor (RAP) adalah sebagai berikut : d F A dv = r A F A 0 dx dv = r A V =F A 0 X 0 Neraca massa : Konversi dan ukuran reaktor : d X A r A F J ( y ) F J ( y+ Ay )+r J. AV =0 Beberapa hal penting dalam reaktor alir pipa adalah: (Fogler, 2004) 1. Perhitungan dalam model RAP mengasumsi kan tidak terjadi pencampuran (mixing) dan reaktan bergerak secara aksial bukan radial. 2. Katalisator dapat dimasukkan melalui titik yang berbeda dari titik masukan dimana katalisator ini diharapkan dapat mengoptimalkan reaksi dan terjadi penghematan. 3. Umumnya RAP memiliki konversi yang lebih besar dibandingkan dengan reaktor alir tangki berpengaduk (RAB) dalam volume yang sama. Artinya, dengan waktu tinggal yang sama reaktor alir pipa memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan RAB. 3. Reaktor semi batch Biasanya berbentuk tangki berpengaduk MODEL DAN KOMPUASI PROSES 8

9 Gambar 2.4. Reaktor Semi Batch Kondisi Operasi Jenis reaktor berdasarkan kondisi operasinya dibedakan menjadi 2 yaitu reaktor adiabatis dan non adiabatis. Penggolongan ini berdasarkan ada tidaknya perpindahan panas antara reaktor dengan sekitarnya. 1. Reaktor adiabatis Reaktor Adiabatis adalah reaktor yang dalam prosesnya tidak ada perpindahan panas antara reactor dengan sekelilingnya. Ditinjau dari segi operasionalnya, reactor adiabatic yang paling sederhana, cukup dengan menyekat reactor, sehingga tidak ada panas yang hilang ke sekelilingnya. 2. Reaktor non-adiabatis Dikatakan reaktor Non-Adiabatis apabila terdapat perpindahan panas antara reaktor dengan sekelilingnya Reaksi Endotermis dan Reaksi Eksotermis A. Reaksi Eksoterm Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau pada reaksi tersebut dikeluarkan panas. Pada reaksi eksoterm harga ΔH = negatif ( ) Contoh : CaO(s) + CO2(g) CaCO3(s) kj ΔH = kj B. Reaksi Endoterm Pada reaksi terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem atau pada reaksi tersebut dibutuhkan panas. Pada reaksi endoterm harga ΔH = positif ( + ) Contoh : MODEL DAN KOMPUASI PROSES 9

10 CaCO 3 (s) CaO(s) + CO 2 (g) kj ΔH = kj (Etna, 2011) Reaksi Reversible danreaksi Irreversible A. Reaksi reversible Reaksi reversible adalah suatu reaksi yang berlangsung dalam dua arah. Zat hasil reaksi dapat bereaksi kembali membentuk pereaksi. Misalnya reaksi pembentukan ammonia dari gas hydrogen dan gas nitrogen. B. Reaksi irreversible Reaksi irreversible adalah suatu reaksi yang berlangsung dalam satu arah. Zat hasil reaksi tidak dapat bereaksi kembali membentuk pereaksi. Misalnya reaksi pembentukan garam klorida dari asam klorida dan natrium hidroksida. (Susila, 2009) Unimolekular dan Bimolekular 1. Reaksi unimolekuler Hanya 1 mol reaktan yang bereaksi. Contoh : N 2 O 5 N 2 O 4 + ½ O 2 2. Reaksi bimolekuler Ada 2 mol reaktan yang bereaksi. Contoh : 2HI H 2 + I 2 (Sastrohamidjojo, 2005) Reaksi Seri dan Parallel Reaksi yang terjadi di dalam suatu reaktor jarang sekali hanya terdiri satu buah reaksi (reaksi tunggal/ single reaction) tetapi kebanyakan yang terjadi MODEL DAN KOMPUASI PROSES 10

11 adalah reaksi ganda (multiple reaction) yang akan dihasilkan produk yang diinginkan dan produk yang tidak diinginkan. Reaksi ganda terdiri dari reaksi paralel dan reaksi seri. 1. Reaksi paralel Reaksi paralel atau reaksi samping (competitive reaction) yaitu dari reaktan yang sama menghasilkan produk yang berbeda melalui jalur reaksi yang berbeda pula. (Levenspiel, 1999) A R A S 2. Reaksi seri Reaksi seri yaitu dari reaktan terbentuk produk antara yang aktif kemudian lebih lanjut berubah menjadi produk lain yang stabil. (Levenspiel, 1999) A R S 2.2. Studi Kasus Dasar Reaksi 1,3 butadiena banyak digunakan dalam industri kimia untuk bahan dasar pembuatan karet sintetis. Katalis yang digunakan adalah campuran Al2O3 dan Cr2O3 yang berbentuk serbuk. Katalis yang digunakan mempunyai komposisi 80% Al2O3 dan 20% Cr2O3 dengan umur katalis bulan. Reaksi oxydehidrogenasi butena menjadi 1,3 butadiena adalah termasuk reaksi heterogen yang melibatkan dua fase, katalis bentuk padat dan reaktan dalam bentuk gas. Reaksi utama yang terjadi C4H8 C4H8 + ½ O2 C4H6 + H2 C4H6 + H2O Reaksi samping yang terjadi C4H8 C4H6 + H2 MODEL DAN KOMPUASI PROSES 11

12 2.2.2 injauan ermodinamika Pembentukan 1,3 butadiena dengan bahan baku butena adalah reaksi yang bersifat eksotermis. C4H8 C4H6 + H2 Entalpi reaksi standar (ΔH298) untuk reaksi 1 adalah cal/gmol. C4H8 + ½ O2 C4H6 + H2O Entalpi reaksi standar (ΔH298) untuk reaksi 1 adalah cal/gmol. Secara keseluruhan reaksi bersifat eksotermis, artinya ada sejumlah panas yang dilepaskan oleh reaksi pembentukan 1 gmol 1,3-butadiena pada kondisi standar 298 K. Agar produk dapat terlepas dari situs aktifnya maka langkah ini diperlakukan suhu yang tinggi. Suhu tinggi juga diperlukan untuk mempercepat deaktivasi produk di permukaan katalis. Reaksi bersifat dapat balik (reversibel) atau searah (irreversibel) dapat ditentukan secara termodinamika, yaitu berdasarkan persamaan Van t Hoff Dengan, d( G R ) d = H R 2 (2.1) G = -R ln K (2.2) data-data energi Gibbs (Gibbs heat of formation) ΔG f C 4 H 8 = -239,577 kj/mol ΔG f C 4 H 6 = -135,871 kj/mol ΔG f H 2 = 0 kj/mol ΔG Reaksi = ΔG 298 produk - ΔG 298 reaktan ΔG f total =(-135,871+0) ( -239,577) = -375,448 kj/mol MODEL DAN KOMPUASI PROSES 12

13 PLUG FLOW REAKOR Konstanta kesetimbangan reaksi standart pada suhu 298,15 K dapat dihitung, dengan: K exp G R K exp ( 375,448) kj mol kj o o mol K 298,15 K K exp 0,1515 K 1,1636 Harga K yang sangat besar menunjukkan menunjukkan bahwa reaksi pembentukan 1,3 butadiena bersifat searah (irreversibel) Permasalahan Diketahui Reaksi dekomposisi sebagai berikut: C 4 H 8 C 4 H 6 + H 2 C 4 H 8 + 1/2 O 2 C 4 H 6 + H 2 O direaksikan pada suhu 100 K dengan asumsi kecepatan reaksi: -r C4H8 = (10/hr) C C4H8 Umpan masuk reaktor pada tekanan 100 kpa dan suhu 100 K, terdiri dari A dan B murni dalam perbandingan yang stoikiometris. Diinginkan hasil konversi dari reaksi ini sebesar 80%. Data - data kinetika diketahui sebagai berikut : Reaksi 1: C 4 H 8 C 4 H 6 + H 2 - r 1A = k 1A C A Reaksi 2: C 4 H 8 + 1/2 O 2 C 4 H 6 + H 2 O - r 2A = k 2A C 2 A Asumsi : H Rx1A = kj/mol H Rx2A C PC4H8 C PC4H6 C PH2 C PO2 C PH2O k 1 k 2 = kj/mol = kj/mol.k = kj/mol.k = 288 kj/mol.k = 294 kj/mol.k = 753 kj/mol.k MODEL DAN KOMPUASI PROSES 13

14 k 1 A =10exp[ E 1 R ( )] s 1 E 1 = kj/mol k 2 A =0.09 exp[ E 2 R ( )] dm 3 mol. s E 2 a F AO F DO = kj/mol = C = 14,7 kmol.a/h = 14,7 kmol.a/h Reactor akan dioperasikan pada kondisi adiabatis. Dari persoalan diatas, akan dicari hubungan hubungan suhu reaksi terhadap efek panas dan hubungan volume optimum reaktor alir pipa terhadap suhu reaksi dan konversi. MODEL DAN KOMPUASI PROSES 14

15 BAB III MEODE PENYELESAIAN 3.1. Permodelan Reaksi utama yang terjadi: C 4 H 8 C 4 H 6 + H 2 C 4 H 8 + 1/2 O 2 C 4 H 6 + H 2 O Asumsi: A B + C A + 1/2 D B + E Gambar 3.1. Permodelan Reaktor Alir Pipa Keterangan : F A0 = Laju alir komponen A masuk sistem F A = Laju alir komponen A keluar sistem V = Volume pipa pada suatu titik di dalam sistem o = Suhu feed masuk sistem = Suhu reaksi i = Suhu produk keluar sistem 3.2. Algoritma Neraca massa: [ Kecepatan Aliran A masuk sistem ] + [ Kecepatan Perubahan A Karena Reaksi Dalam Sistem] - Kecepatan Aliran A [ Keluar Sistem F A0 + r A. V - F A = ] = Akumulasi A dalam [ Sistem ] d N A dt Karena pada kondisi steady state, maka d N A dt = 0 MODEL DAN KOMPUASI PROSES 15

16 F A0 + r A. V - F A = 0 : V lim V 0 d F A dv +r A =0 r A = d F A dv r A dv =df... (1) F = FA0 (1-X A ) persamaan (2) (1) df = -F A0 dx A...(2) r A dv = F A0 d X A dv = F A0 d X A r A Laju reaksi: dv d X A = F A 0 r A... (3) -ra= -k 1 Ca - k 2 Ca 2 Cd 1/2... (4) Stoikiometri : Karena berada pada fase gas, maka : C A = C A 0(1 X A ) 1+ε( X A ) P 0 P 0 Nilai P = P 0 Nilai ε dicari dengan cara : ε= y A0.δ ε=( ) ε =1 maka persamaan C A menjadi : MODEL DAN KOMPUASI PROSES 16

17 C A = C A 0(1 X A 1 ) X A (5) C B =Cao X A (6) C B =C c M= C DO C AO C D =C AO (M X A 2 )...(7) C E =C AO X A 2...(8) Neraca Panas [Laju alir panas ke sistem dari lingkungan de dt ] - [ Laju kerja sistem dalam lingkungan +[Laju energi yang ] ditambahkan ke sistem dari laju alir massa yang masuk [Laju energi yang ]- meninggalkan sistem dari laju alir massa yang keluar Q - W + Fin.Ein - Fout.Eout = ] = [ Laju akumulasi energi pada sistem ] W = - F in P V in + F out P V out + W s Q + (F in P V in F out P V out W s ) + F in E in F out E out = de dt Q W s + F in (E in + P in V A0 ) F out (E out + P out V A ) = de dt E = U i Hi = U i + PV MODEL DAN KOMPUASI PROSES 17

18 Q W s + F in H in F out H out = de dt Work shaft diabaikan maka W s = 0 Karena sistem merupakan sistem adiabatis, maka Q = 0 Sistem steady state de dt = 0 Maka persamaannya menjadi : F H F out H out =0... (1) In = F i 0 H i 0 =H A 0 F A 0 +H B 0 F B0 +H C 0 F C Out = F i H i =H A F A +H B F B +H C F C +... Stoikiometri : F A = F A0 (1-X A ) F B = F A0 (θ B + X A ) F C = F A0 (θ C + X A ) Kombinasi Stoikiometri (1) F H F out H out =0 F A 0 θ i ( H i 0 H i ) H Rx ( ) F A0 X A =0 Dengan : H i H i 0 =[ H + i( R) R Maka persamaannya menjadi : ] C pi d [ H + i 0 ( R) R F A 0 θ i C pi d H Rx ( ) F A 0 X A =0 i0 ] C pi0 d = C pi d i0 Nilai H Rx ( ) = H Rx ( R )+ C p d, sehingga : R F A 0 θ i i0 C pi d ( H Rx ( R )+ C p d R ) F X =0 A0 A MODEL DAN KOMPUASI PROSES 18

19 Dibagi F A0 θ i i0 θ i i0 C pi d ( H Rx ( R )+ C p d R ) X =0 A C pi d H Rx ( R ) X A C p d X A =0 R Diturunkan terhadap volume ( θ i C pi +X A C p ) d dv ( H Rx ( R ) X A + R C p d ) dx A dv =0 dx dv diambil dari neraca massa dx dv = r A F A 0 Maka persamaannya menjadi : ( H Rx ( R ) X A C p d d dv = r A R ) F A0 θ i C pi + X A C p H RX ( )= H RX ( R )+ Cp( R ) H RX 1 ( R )= H RX 2 ( R )= ,240 H RX ( R )= H RX 1 ( R )+ H RX 2 ( R ) Cp 1 =Cp B +Cp C Cp A Cp 2 =Cp B +Cp E Cp A 1 /2Cp D C p = Cp 1 + Cp 2 Cp Cp i =R r R d Cp i =R ( α + Bβ+ γ 2 + δ 2 )d R Cp i =R[ α+ β γ 3 3 δ 1] R MODEL DAN KOMPUASI PROSES 19

20 ( 3 R 3 ) δ ( 1 1 R ) ( 2 R 2 )+ γ 3 α ( R )+ β 2 Cp i =R θ i Cp i = ( 3 R 3 ) δ ( 1 1 R ) ( 2 R 2 )+ γ 3 α ( R )+ β 2 θ. R Hubungan Suhu dengan konversi Untuk mendapatkan hubungan suhu dan konversi, maka perlu dilakukan perkalian antara persamaan d dv dan dv dx sehingga nantinya didapatkan d dx d dv x dv = d d X A d X A SAR d = ( H. r Rx 1 A1 )+( H. r Rx2 A 2 ) dx A r A. θ i C pi d=(-deltahrx1*-ra1)+(-deltahrx2*-ra2)/(-ra*zigma) Input Data: 3.3. Logika Pemrograman FAO, Cao, O, CP, Hrx, k1, k2, XA, v, Cp Menghitung nilai dari MODEL DAN KOMPUASI PROSES Input 20 END

21 3.4. Bahasa Pemrograman clear clc function d=suhu(xa, ) Fao=14.7; Fbo=0; Fco=0; Fdo=14.7; Feo=0; R=8.314; deltahrx1=-540; deltahrx2=109240; deltahrx=deltahrx1+deltahrx2; Cpa=126.26; Cpb=225.97; Cpc=288; Cpd=294; Cpe=753; deltacp1=cpb+cpc-cpa; deltacp2=cpb+cpe-cpa-(1/2*cpd); deltacp=deltacp1+deltacp2; E1= ; k1=10*exp((e1/r)*(1/300-1/)); E2= ; k2=0.09*exp((e2/r)*(1/300-1/)); Xa1=0.8*Xa Xa2=0.2*Xa Cao=0.05 Cdo=0.05 Ca=Cao*(1-Xa1)/(1+0.8*Xa1)*0/; Cb=Cao*Xa1*0/; Cc=Cao*Xa1*0/; M=Cdo/Cao Cd=Cao*(M-Xa2)*0/; Ce=Cao*Xa2*0/; ra1=-k1*ca; MODEL DAN KOMPUASI PROSES 21

22 ra2=-k2*ca^2*cd^1/2; ra=ra1+ra2 tetaa=fao/fao; tetab=fbo/fao; tetac=fco/fao; tetad=fdo/fao; tetae=feo/fao; zigma=((tetaa*cpa)+(tetab*cpb)+(tetac*cpc)+(xa1*deltacp1))+ ((tetaa*cpa)+(0.5*tetad*cpd)+(tetab*cpb)+(tetae*cpe)+(xa2*deltacp2)) d=(-deltahrx1*-ra1)+(-deltahrx2*-ra2)/(-ra*zigma) endfunction 0=265; Xa0=0; Xa=0:0.025:0.8 =ode(0,xa0,xa,suhu) Xa=Xa' =' disp(" xa ") disp([xa ]) clf plot2d(xa,,3) xtitle('hubungan suhu vs konversi','konversi','suhu'); MODEL DAN KOMPUASI PROSES 22

23 BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA 4.1. Hasil Simulasi Hasil simulasi dari penyelesaian persamaan-persamaan yang telah diinput pada scipad kemudian akan ditampilkan running di bagian console dengan tampilan seperti dibawah ini : Sedangkan tampilan grafik yang dihasilkan sebagai berikut : MODEL DAN KOMPUASI PROSES 23

24 4.2. Analisa Hasil MODEL DAN KOMPUASI PROSES 24

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER PENDEK 2009-2010 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Senin, 19 Juli 2010 / Siti Diyar Kholisoh, ST, MT

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER GENAP 2010-2011 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Siti Diyar Kholisoh & I Gusti S. Budiaman / Juni 2011

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS BESAR MATA KULIAH MODEL DAN KOMPUTASI PROSES

LAPORAN TUGAS BESAR MATA KULIAH MODEL DAN KOMPUTASI PROSES LAPORAN TUGAS BESAR MATA KULIAH MODEL DAN KOMPUTASI PROSES Perancangan dan Simulasi Reaktor CSTR Non Adiabatis Untuk Reaksi Dehidrogenasi Isopropanol Menjadi Aseton Menggunakan Program Scilab 5.1.1. Disusun

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 % BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (PT. KMI, 2015) Fase : Cair Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85%

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Proses Pembuatan Trimetiletilen Secara umum pembuatan trimetiletilen dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu pembuatan trimetiletilen dari n-butena

Lebih terperinci

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA DAN ALAT UKUR REAKTOR KIMIA

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA DAN ALAT UKUR REAKTOR KIMIA MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA DAN ALAT UKUR REAKTOR KIMIA Disusun oleh: Andri Heri K 1314017 Deddy Wahyu Priyatmono 1414904 Defrizal Rizki Pradana 1414909 Ferry Setiawan 1314048 Nungki Merinda Sari 1514030

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Proses Pembuatan Disodium Fosfat Anhidrat Secara umum pembuatan disodium fosfat anhidrat dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Acrylonitrile Fase : cair Warna : tidak berwarna Aroma : seperti bawang merah dan bawang putih Specific gravity

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku Etanol Fase (30 o C, 1 atm) : Cair Komposisi : 95% Etanol dan 5% air Berat molekul : 46 g/mol Berat jenis :

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung, dan Produk Spesifikasi Bahan Baku 1. Metanol a. Bentuk : Cair b. Warna : Tidak berwarna c. Densitas : 789-799 kg/m 3 d. Viskositas

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Benzena a. Rumus molekul : C6H6 b. Berat molekul : 78 kg/kmol c. Bentuk : cair (35 o C; 1 atm) d. Warna :

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BB II URIN PROSES.. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul 6 H 5 H OH. Proses pembuatan

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN DAN DESKRIPSI PROSES. Paraldehida merupakan senyawa polimer siklik asetaldehida yang

BAB II PEMILIHAN DAN DESKRIPSI PROSES. Paraldehida merupakan senyawa polimer siklik asetaldehida yang BAB II PEMILIHAN DAN DESKRIPSI PROSES A. Macam-macam Proses Paraldehida merupakan senyawa polimer siklik asetaldehida yang dihasilkan dengan mereaksikan katalis asam dengan asetaldehida. Beberapa jenis

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna BAB II DESKRIPSI PROSES 1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 1.1. Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (www.kaltimmethanol.com) Fase (25 o C, 1 atm) : cair Warna : jernih, tidak berwarna Densitas (25 o C)

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk II... Spesifikasi bahan baku. Epichlorohydrin Rumus Molekul : C 3 H 5 OCl Wujud : Cairan tidak berwarna Sifat : Mudah menguap Kemurnian : 99,9%

Lebih terperinci

TUTORIAL III REAKTOR

TUTORIAL III REAKTOR TUTORIAL III REAKTOR REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE EQUILIBRIUM CSTR R. YIELD R. EQUIL R. PLUG R. STOIC R. GIBBS R. BATCH REAKTOR EQUILIBRIUM BASED R-Equil Menghitung berdasarkan kesetimbangan

Lebih terperinci

REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS CSTR R. PLUG R.BATCH

REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS CSTR R. PLUG R.BATCH TUTORIAL 3 REAKTOR REAKTOR KIMIA NON KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS KINETIK CSTR R. PLUG R.BATCH MODEL REAKTOR ASPEN Non Kinetik Kinetik Non kinetik : - Pemodelan Simulasi

Lebih terperinci

B T A CH C H R EAC EA T C OR

B T A CH C H R EAC EA T C OR BATCH REACTOR PENDAHULUAN Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. adalah sistem reaksi serta sistem pemisahan dan pemurnian.

BAB II DESKRIPSI PROSES. adalah sistem reaksi serta sistem pemisahan dan pemurnian. BAB II DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemrosesan yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku 2.1.1.1. Ethylene Dichloride (EDC) a. Rumus Molekul : b. Berat Molekul : 98,96 g/mol c. Wujud : Cair d. Kemurnian

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual.

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual. II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BAB II URAIAN PROSES 2.1. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul C 6 H 5 CH 2 OH. Proses

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku tert-butyl alkohol (TBA) Wujud Warna Kemurnian Impuritas : cair : jernih : 99,5% mol : H 2 O

Lebih terperinci

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi MODUL 1 TERMOKIMIA Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia. Sebagai prasyarat untuk mempelajari termokimia, kita harus mengetahui tentang perbedaan kalor (Q)

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Bahan Baku 1. Gliserin (C3H8O3) Titik didih (1 atm) : 290 C Bentuk : cair Spesific gravity (25 o C, 1atm) : 1,261 Kemurnian : 99,5 %

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari

TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari TERMODINAMIKA (II) Dr. Ifa Puspasari PV Work Irreversible (Pressure External Constant) Kompresi ireversibel: Kerja = Gaya x Jarak perpindahan W = F x l dimana F = P ex x A W = P ex x A x l W = - P ex x

Lebih terperinci

Kinetika kimia. Shinta Rosalia Dewi

Kinetika kimia. Shinta Rosalia Dewi Kinetika kimia Shinta Rosalia Dewi Pendahuluan Termodinamika Kinetika Reaksi Mekanika fluida Pindah panas neraca massa ekonomi mendesain reaktor kimia Pendahuluan (cont ) Kinetika reaksi adalah studi tentang

Lebih terperinci

PENGANTAR TEKNIK KIMIA JOULIE

PENGANTAR TEKNIK KIMIA JOULIE PENGANTAR TEKNIK KIMIA JOULIE Chemical Engineering PENGANTAR TEKNIK KIMIA Chemical Engineering 11 Kompetensi : Memiliki kemampuan mengenal secara umum peranan, manfaat dan resiko industri kimia. Memiliki

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

Teknik Reaksi Kimia Lanjut

Teknik Reaksi Kimia Lanjut UNIVERSITAS INDONESIA Teknik Reaksi Kimia Lanjut Pasca Sarjana Dicka A Rahim [ 110610795 ] Rindang Isnaniar Wisnu Aji [ 1106109043 ] 01 D E P O K P4 5 A Reaksi fase liquid : A + B C Mengikuti persamaan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Etil Akrilat dari Asam Akrilat dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus molekul : C2H5OH

Prarancangan Pabrik Etil Akrilat dari Asam Akrilat dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus molekul : C2H5OH DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku Utama a. Etanol Sifat fisis : Rumus molekul : C2H5OH Berat molekul, gr/mol : 46,07 Titik didih, C : 78,32 Titik lebur,

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai

II. DESKRIPSI PROSES. Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai II. DESKRIPSI PROSES 2.1 Macam Macam Proses 1. Proses Formaldehid Du Pont Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai berikut : CH 2 O + CO + H 2 O HOCH 2 COOH 700 atm HOCH 2 COOH

Lebih terperinci

BAB IV TERMOKIMIA A. PENGERTIAN KALOR REAKSI

BAB IV TERMOKIMIA A. PENGERTIAN KALOR REAKSI BAB IV TERMOKIMIA A. Standar Kompetensi: Memahami tentang ilmu kimia dan dasar-dasarnya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan se-hari-hari terutama yang berhubungan langsung dengan kehidupan. B. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol alkohol

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol alkohol BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metanol Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol alkohol lain seperti, ester, keton, eter, dan sebagian besar pelarut organik. Metanol sedikit

Lebih terperinci

H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G)

H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G) H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES 16 BAB II DESRIPSI PROSES II.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk II.1.1. Spesifikasi Bahan Baku Nama Bahan Tabel II.1. Spesifikasi Bahan Baku Propilen (PT Chandra Asri Petrochemical Tbk) Air Proses (PT

Lebih terperinci

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g)

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia tercapai jika: Laju reaksi maju dan laju reaksi balik sama besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai dalam industri kimia. Pada industri berskala besar, reaktor alir tangki berpengaduk lebih sering

Lebih terperinci

Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia

Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia Dalam kesetimbangan kimia terdapat 2 reaksi yaitu reaksi irreversible dan reaksi reversible. Reaksi irreversible (reaksi searah) adalah reaksi yang berlangsung searah.

Lebih terperinci

Gambar 1 Proses Reaksi Kimia

Gambar 1 Proses Reaksi Kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Industri kimia, penggunaan reaktor merupakan jantung dari proses kimia untuk mendapatkan produk yang diinginkan. Untuk perancangan reaktor skala industri tersebut,

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB II DISKRIPSI PROSES 14 BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku a. CPO (Minyak Sawit) Untuk membuat biodiesel dengan kualitas baik, maka bahan baku utama trigliserida yang

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Kimia dan Reaktor; Teori dan Soal Penyelesaian dengan SCILAB oleh Kusmiyati, S.T., M.T., Ph.D. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU

Kinetika Reaksi Kimia dan Reaktor; Teori dan Soal Penyelesaian dengan SCILAB oleh Kusmiyati, S.T., M.T., Ph.D. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Kinetika Reaksi Kimia dan Reaktor; Teori dan Soal Penyelesaian dengan SCILAB oleh Kusmiyati, S.T., M.T., Ph.D. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398;

Lebih terperinci

KINETIKA KIMIA. SHINTA ROSALIA DEWI

KINETIKA KIMIA. SHINTA ROSALIA DEWI KINETIKA KIMIA. SHINTA ROSALIA DEWI Kinetika kimia Shinta Rosalia Dewi Pendahuluan Kinetika Reaksi Mekanika fluida mendesain reaktor kimia Pindah panas neraca massa ekonomi Termodinamika Pendahuluan (cont

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Bab 4

Kesetimbangan Kimia. Bab 4 Kesetimbangan Kimia Bab 4 Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK. - p-xylene : max 0,50 % wt. - m-xylene : max 0,30 % wt. - o-xylene : max 0,20 % wt

BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK. - p-xylene : max 0,50 % wt. - m-xylene : max 0,30 % wt. - o-xylene : max 0,20 % wt BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK 2.1.1. Bahan Baku Toluene Fasa Kenampakan Kemurnian : cair : jernih : min 99,0 % wt Impuritas - p-xylene : max 0,50 % wt - m-xylene : max

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES.1 Jenis-jenis bahan baku dan proses Proses pembuatan VAM dapat dibuat dengan dua proses, yaitu proses asetilen dan proses etilen. 1. Proses Dasar Asetilen Reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

I. Beberapa Pengertian Dasar dan Konsep

I. Beberapa Pengertian Dasar dan Konsep BAB II ENERGETIKA I. Beberapa Pengertian Dasar dan Konsep Sistem : Bagian dari alam semesta yang menjadi pusat perhatian kita dengan batasbatas yang jelas Lingkungan : Bagian di luar sistem Antara sistem

Lebih terperinci

A. KESEIMBANGAN DINAMIS

A. KESEIMBANGAN DINAMIS 1 Tugas Kimia IV Prakerin KESEIMBANGAN KIMIA Coba kamu perhatikan proses pendidihan air dengan panci tertutup. Pada waktu air menguap, uap air akan tertahan dalam tutup panci. Selanjutnya, uap air akan

Lebih terperinci

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi:

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi: Nama : Fitria Puspita NIM : 1201760 Kelas : Pendidikan Kimia A Soal Soal Kesetimbangan Kimia SBMPTN 2014 Untuk soal no 1-3, bacalah narasi berikut. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi BAB II DASAR TEORI Pengujian reduksi langsung ini didasari oleh beberapa teori yang mendukungnya. Berikut ini adalah dasar-dasar teori mengenai reduksi langsung yang mendasari penelitian ini. 2.1. ADSORPSI

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

REAKTOR BATCH Chp. 12 Missen, 1999

REAKTOR BATCH Chp. 12 Missen, 1999 REKTOR BTCH Chp. 12 Missen, 1999 BTCH VERSUS CONTINUOUS OPERTION DESIGN EQUTIONS FOR BTCH RECTOR (BR) Pertimbangan umum t adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk mencapai konversi f 1 sampai f 2 adalah

Lebih terperinci

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan Uap mengembun dengan laju

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Kemurnian : minimal 99% : maksimal 1% propana (CME Group) Density : 600 kg/m 3. : 23,2 % berat dari udara.

BAB II DESKRIPSI PROSES. Kemurnian : minimal 99% : maksimal 1% propana (CME Group) Density : 600 kg/m 3. : 23,2 % berat dari udara. 15 BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku Butana Bentuk Warna : cair jenuh : jernih Kemurnian : minimal 99% Impuritas : maksimal 1% propana (CME Group)

Lebih terperinci

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesetimbangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini sedang berusaha untuk tumbuh dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki negara agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia KIM 2 A. PENDAHULUAN B. REAKSI KESETIMBANGAN. α = KESETIMBANGAN KIMIA. materi78.co.nr. setimbang

Kesetimbangan Kimia KIM 2 A. PENDAHULUAN B. REAKSI KESETIMBANGAN. α = KESETIMBANGAN KIMIA. materi78.co.nr. setimbang konsentrasi laju reaksi materi78.co.nr Kesetimbangan Kimia A. PENDAHULUAN Reaksi satu arah (irreversible) atau reaksi tidak dapat balik adalah reaksi yang terjadi pada satu arah, dan produknya tidak dapat

Lebih terperinci

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj BAB III KESETIMBANGAN KIMIA Amonia (NH 3 ) merupakan salah satu zat kimia yang paling banyak diproduksi. Amonia digunakan terutama untuk membuat pupuk, yaitu urea dan ZA. Penggunaan amonia yang lain, yaitu

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB II DISKRIPSI PROSES 19 BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pembantu, dan Produk 2.1.1 Spesifikasi bahan baku a. N-Butanol (PT. Petro Oxo Nusantara) Rumus molekul : C4H9OH Fase : Cair Berat Molekul :

Lebih terperinci

4/16/2017. Start-up CSTR A, B Q A, B A, B. I Gusti S. Budiaman, Gunarto, Endang Sulistyawati Siti Diyar Kholisoh. (Levenspiel, 1999, page 84)

4/16/2017. Start-up CSTR A, B Q A, B A, B. I Gusti S. Budiaman, Gunarto, Endang Sulistyawati Siti Diyar Kholisoh. (Levenspiel, 1999, page 84) April 2017 I Gusti S. Budiaman, Gunarto, Endang Sulistyawati Siti Diyar Kholisoh PERANCANGAN REAKTOR (1210323) SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016-2017 JURUSAN TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Reaktor

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP & K-13 kimia K e l a s XI TERMOKIMIA I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Menjelaskan hukum kekekalan energi, membedakan sistem dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin LAMPIRAN A REAKTOR Fungsi = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil Asetat. Jenis = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin Waktu tinggal = 62 menit Tekanan, P Suhu operasi

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses II. DESKRIPSI PROSES A. Macam- Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Tritolyl Phosphate dari Cresol dan POCl3 Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Tritolyl Phosphate dari Cresol dan POCl3 Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus melakukan pembangunan di berbagai sektor untuk mengurangi ketergantungan dari negara lain. Menurut Prosiding Simposium Nasional

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Pemilihan Proses Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut

Lebih terperinci

HUKUM TERMODINAMIKA I

HUKUM TERMODINAMIKA I HUKUM TERMODINAMIKA I Pertemuan 3 Sistem Isotermal: Suhu-nya tetap Adiabatik: Tidak terjadi perpindahan panas antara sistem dan lingkungan Tertutup: Tidak terjadi pertukaran materi dengan lingkungan Terisolasi:

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis besar,

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI BAB 2 DASAR TEORI Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sumber nabati yang dapat diperbaharui untuk digunakan di mesin diesel. Biodiesel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

TERMOKIMIA. Sistem terbagi atas: 1. Sistem tersekat: Antara sistem dan lingkungan tidak dapat terjadi pertukaran energi maupun materi

TERMOKIMIA. Sistem terbagi atas: 1. Sistem tersekat: Antara sistem dan lingkungan tidak dapat terjadi pertukaran energi maupun materi TERMOKIMIA almair amrulloh 12:04:00 AM 11 IPAKimia 11 IPA Asas kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi energi dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lain

Lebih terperinci

BAB 1 Energi : Pengertian, Konsep, dan Satuan

BAB 1 Energi : Pengertian, Konsep, dan Satuan BAB Energi : Pengertian, Konsep, dan Satuan. Pengenalan Hal-hal yang berkaitan dengan neraca energi : Adiabatis, isothermal, isobarik, dan isokorik merupakan proses yang digunakan dalam menentukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengolah an Kimia

BAB I PENDAHULUAN. Pengolah an Kimia BAB I PENDAHULUAN Proses kimia terdiri dari tahapan pengolahan, yaitu: pengolahan fisika awal seperti permurnian/purifikasi bahan, perubahan fasa (cair ke uap, uap ke cair, padat ke cair); pengolahan kimia

Lebih terperinci

Bab 4 Termodinamika Kimia

Bab 4 Termodinamika Kimia Bab 4 Termodinamika Kimia Kimia Dasar II, Dept. Kimia, FMIPA-UI, 2009 Keseimbangan Pada keseimbangan Tidak stabil Stabil secara lokal Lebih stabil 2 2 Hukum Termodinamika Pertama Energi tidak dapat diciptakan

Lebih terperinci

BAB 9. KINETIKA KIMIA

BAB 9. KINETIKA KIMIA BAB 9 BAB 9. KINETIKA KIMIA 9.1 TEORI TUMBUKAN DARI LAJU REAKSI 9.2 TEORI KEADAAN TRANSISI DARI LAJU REAKSI 9.3 HUKUM LAJU REAKSI 9.4 FAKTOR-FAKTOR LAJU REAKSI 9.5 MEKANISME REAKSI 9.6 ENZIM SEBAGAI KATALIS

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan II. DESKIPSI POSES A. Jenis - Jenis Proses a) eaksi Acetylene (C2H2) dengan Hydrogen Chloride (HCl) Menurut Nexant s ChemSystem Process Evaluation/ esearch planning (2007), metode pembuatan VCM dengan

Lebih terperinci

n Biasa disebut juga sebagai piston flow, ideal n Reaktor ini juga disebut sebagai reaktor alir pipa n Di dalam RAP, fluida mengalir dengan pola

n Biasa disebut juga sebagai piston flow, ideal n Reaktor ini juga disebut sebagai reaktor alir pipa n Di dalam RAP, fluida mengalir dengan pola Kinetika dan Katalisis Semester Gasal 1/11 KINETIK REKSI HOMOGEN SISTEM REKTOR LIR Siti D iyar K holisoh PRODI TEKNIK KIMI - FTI UPN VETERN YOGYKRT Jum at, 3 Desember 1 PENGNTR Klasifikasi sistem reaktor

Lebih terperinci

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka waktu reaksi berlangsung pada suhu 90 o C Susu dipasteurisasi

Lebih terperinci

-Ibnu Fariz A -Akhmad Rivaldi C -Ghanang Samanata Y -Fadlan Izra -Raihan Aldo -Dimas Nur. Kelompok 6 Termokimia, Arah dan Proses

-Ibnu Fariz A -Akhmad Rivaldi C -Ghanang Samanata Y -Fadlan Izra -Raihan Aldo -Dimas Nur. Kelompok 6 Termokimia, Arah dan Proses -Ibnu Fariz A -Akhmad Rivaldi C -Ghanang Samanata Y -Fadlan Izra -Raihan Aldo -Dimas Nur Kelompok 6 Termokimia, Arah dan Proses Pendahuluan Termokimia mempelajari perubahan energi yang menyertai reaksi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES 10 BAB II DESKRIPSI PROSES A. Macam-macam Proses Pembuatan kalium hidroksida ini dapat dilakukan dengan dua macam proses, yaitu; pembuatan kalium hidroksida dengan proses boiling dan pembuatan kalium hidroksida

Lebih terperinci

SISTEM DAN LINGKUNGAN

SISTEM DAN LINGKUNGAN SISTEM DA LIGKUGA Sistem: dapat berupa suatu zat atau campuran zat-zat yang dipelajari sifat-sifatnya pada kndisi yang dapat diatur. Segala sesuatu yang berada diluar sistem disebut lingkungan. Antara

Lebih terperinci

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Studi eksperimental pembuatan biodiesel dengan Reactive Distillation melalui rute transesterifikasi trigliserida

Lebih terperinci

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan Hukum III termodinamika Hukum termodinamika terkait dengan temperature nol absolute. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu system mencapai temperature nol absolute, semua proses akan berhenti dan

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m Kesetimbangan Kimia A b d u l W a h i d S u r h i m 2 0 1 4 Rujukan Chapter 12 dan 14: Masterton, William L. and Hurley, Cecile N. 2009. Chemistry: Principles and Reactions. Sixth Edition. Books/Cole.

Lebih terperinci

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung? Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Chapter 8 Kinetika Kimia Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Termokimia adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi dengan panas. Cakupan Perubahan energi yang menyertai reaksi kimia Reaksi kimia yang

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA SOAL KIMIA KELAS : XI IPA PETUNJUK UMUM. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI I. HUKUM DASAR ILMU KIMIA

STOIKIOMETRI I. HUKUM DASAR ILMU KIMIA STOIKIOMETRI I. HUKUM DASAR ILMU KIMIA a. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama. Contoh: S + O 2 SO 2 2 gr 32 gr 64 gr b. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik n-butiraldehid dengan Proses Hidroformilasi Propilen Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik n-butiraldehid dengan Proses Hidroformilasi Propilen Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku a. Propilen (C 3 H 6 ) Berat molekul : 42 gr/mol Titik didih : -47,75 C 47,7 C Titik beku : -185,25 C Densitas

Lebih terperinci

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

Perancangan Proses Kimia PERANCANGAN

Perancangan Proses Kimia PERANCANGAN Perancangan Proses Kimia PERANCANGAN SISTEM/ JARINGAN REAKTOR 1 Rancangan Kuliah Section 2 1. Dasar dasar Penggunaan CHEMCAD/HYSYS 2. Perancangan Sistem/jaringan Reaktor 3. Tugas 1 dan Pembahasannya 4.

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Tim Dosen Kimia Dasar FTP

Kesetimbangan Kimia. Tim Dosen Kimia Dasar FTP Kesetimbangan Kimia Tim Dosen Kimia Dasar FTP Pengertian kesetimbangan kimia Suatu sistem dikatakan setimbang jika dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama atau dengan kata lain tidak terjadi

Lebih terperinci

PROSES ADIABATIK PADA REAKSI PEMBAKARAN MOTOR ROKET PROPELAN

PROSES ADIABATIK PADA REAKSI PEMBAKARAN MOTOR ROKET PROPELAN PROSES ADIABATIK PADA REAKSI PEMBAKARAN MOTOR ROKET PROPELAN DADANG SUPRIATMAN STT - JAWA BARAT 2013 DAFTAR ISI JUDUL 1 DAFTAR ISI 2 DAFTAR GAMBAR 3 BAB I PENDAHULUAN 4 1.1 Latar Belakang 4 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013

Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013 Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013 PENGERTIAN Termokimia adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi dengan panas. HAL-HAL YANG DIPELAJARI Perubahan energi yang menyertai

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

Gambar 7.4 skema trickle bed reactor

Gambar 7.4 skema trickle bed reactor Gambar 7.4 skema trickle bed reactor Gambar 7. 5 Skema Slurry Reactor Gambar 7.6 plug flow reactor yang dirangkai serie Reaktor tersebut dapat saja dioprasikan dalam rangkaian seri atau paralel. Dalam

Lebih terperinci