PEMODELAN JARINGAN DISTRIBUSI PUPUK PT. X DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING
|
|
- Irwan Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMODELAN JARINGAN DISTRIBUSI PUPUK PT. X DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING Evy Hendriarianti*, Bobby O.P. Soepangkat**, Nurhadi Siswanto** * ITN Malang, hendriarianti@yahoo.com **Program Studi MMT-ITS ABSTRAK PT. X selaku produsen pupuk terlengkap di Indonesia berupaya memperbaiki sistim distribusi dengan mengoptimalkan penggunaan supply point. Untuk memperoleh jumlah dan lokasi supply point yang optimal dilakukan pemodelan dengan menggunakan integer programming. Model yang dibuat mempunyai fungsi tujuan meminimalkan total biaya distribusi yang terdiri atas biaya tetap (sewa dan pengelolaan supply point), biaya transportasi dari supply point kekota yang dilayani, dan biaya transportasi dari lokasi PT. X ke supply point. Fungsi pembatas dalam model ini diantaranya jumlah supply point harus lebih kecil atau sama dengan jumlah supply point saat ini (19 supply point), satu kota dilayani oleh satu supply point dan adanya keterbatasan dari kapasitas supply point. Dengan menggunakan data realisasi penjualan selama periode Juli 2006 sampai dengan Juni 2007, diperoleh 4 (empat) lokasi supply point yang optimal untuk area pelayanan di Pulau Jawa. Penurunan total biaya distribusi dari sistim distribusi sekarang adalah sebesar 21,77%. Kata kunci: sistim distribusi, supply point, integer programming PENDAHULUAN PT. "X" merupakan salah satu produsen pupuk terlengkap di Indonesia dengan hasil produksi utama pupuk jenis urea, SP-36, ZA dan phonska. Dalam manajemen pemasaran, seluruh kegiatan harus direncanakan, diorganisir, dilaksanakan dan dikendalikan agar dapat memenuhi kehendak konsumen, pemilik, penyalur dan semua pihak yang berkepentingan. Salah satu bagian dari strategi pemasaran pupuk adalah dalam hal distribusi yang bertujuan memberikan jaminan penyediaan pupuk kepada konsumen sampai di lokasi yang terdekat. Pola distribusi pupuk oleh PT. "X" dapat digambarkan sebagai berikut. PT. "X" menunjuk distributor untuk membantu memasarkan pupuk. Dalam operasionalnya, distributor dibantu oleh sub-distributor atau penyalur dan pengecer karena luasnya wilayah pemasaran dan banyaknya jumlah konsumen yang harus dilayani. Selain distributor, konsumen-konsumen potensial dapat langsung membeli dengan harga khusus untuk pembelian minimal 500 ton tiap jenis pupuk. PT. "X" juga membentuk gudang-gudang supply point untuk lebih mendekatkan barang dengan konsumen sehingga masalah kelangkaan pupuk tidak perlu terjadi lagi. Dalam usahanya untuk memenuhi strategi pemasaran dan distribusi pada kondisi persaingan global, PT. "X" memandang perlu untuk meningkatkan kemampuan pemasaran dan distribusinya dengan melakukan pengaturan supply point agar dapat beroperasi secara optimal.
2 PERUMUSAN MASALAH Bagaimana menentukan supply point agar dapat melayani konsumen dengan biaya seminimal mungkin di Pulau Jawa dan bagaimana membandingkan biaya distribusi dari supply point ke kota-kota permintaan kondisi sekarang dengan model yang akan dibuat. BATASAN MASALAH DAN ASUMSI a. Obyek pembahasan adalah pengaturan jumlah dan letak supply point yang melayani kebutuhan pupuk. b. Data yang digunakan adalah data realisasi penjualan pupuk periode Juli 2006 sampai dengan Juni c. Daerah penelitian adalah Pulau Jawa. d. Transportasi pupuk dari lokasi PT. "X" ke supply point menggunakan truk. e. Data sekunder yang diperoleh dianggap benar. f. Biaya transportasi, sewa supply point dan pengoperasiannya berdasarkan harga tahun 2006 dan tidak ada perubahan tarip, TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Lokasi Dalam industri-industri yang sangat kompetitif, suatu perusahaan mungkin memilih menempatkan gudang di suatu pasar tertentu, walaupun untuk dapat beroperasi, gudang tersebut membutuhkan biaya yang tentu saja akan membebani biaya produk dalam jangka pendek. Namun dengan adanya gudang tersebut, berarti akan terdapat persediaan di suatu tempat yang akan memungkinkan perusahaan tersebut mengisi persediaan konsumen lebih cepat daripada pesaingnya. Bagi pelanggan, hal ini adalah penanganan pesanan yang lebih cepat dan penanganan menyeluruh dari persediaan dasamya; sedangkan bagi perusahaan, disamping penghematan biaya transportasi, gudang juga memberikan manfaat dalam bentuk tingkat pelayanan bagi pelanggan. Dengan demikian, keberadaan gudang yang semakin dekat dengan pasar sangat penting, baik bagi perusahaan maupun pelanggan. Berdasarkan kondisi diatas, muncul beberapa pertanyaan mendasar yang harus dijawab, yaitu: 1. Berapa banyakjumlah gudang yang harus ada dalam jaringan distribusi, seberapa besar dan di pasar mana gudang akan didirikan? 2. Pelanggan yang mana yang akan dilayani oleh gudang-gudang tersebut? Pabrik mana yang akan memasok gudang tersebut? 3. Produk yang mana yang harus disediakan di setiap gudang dan mana yang dikirim langsung dari pabrik? Menurut Heragu (1997) permasalahan diatas dapat dikateg orikan menjadi tiga kategori, yaitu ; 1. Permasalahan lokasi. 2. Permasalahan alokasi. 3. Permasalahan lokasi - alokasi. Permasalahan lokasi berkaitan dengan penempatan satu atau lebih fasilitas (baru) pada satu atau lebih lokasi yang potensial, sehingga jumlah alternatif lokasi yang ada minimal harus sama dengan jumlah fasilitas yang akan ditempatkan pada lokasi tersebut. Dalam hal ini permintaan di lokasi-lokasi yang akan dilayani dapat dipenuhi A-39-2
3 seluruhnya dari fasilitas yang melayaninya. Tujuan dari permasalahan lokasi ini adalah meminimalkan total biaya distribusi. Permasalahan alokasi berkaitan dengan usaha melayani konsumen jika diketahui tingkat permintaan yang ada, kapasitas produksi atau suplai serta biaya yang harus dikeluarkan untuk melayani konsumen dari suatu fasilitas. Dengan kata lain, masalah alokasi adalah masalah seberapa banyak masing-masing fasilitas dalam melayani setiap konsumen. Dalam kasus ini, fasilitas yang melayani sudah ada (tidak perlu ditentukan lagi). Permasalahan lokasi-alokasi adalah gabungan antara kedua permasalahan diatas dimana tidak hanya menentukan jumlah dan letak fasilitas saja tetapi juga berapa banyak yang dapat diterima konsumen dari suatu fasilitas. Dalam permasalahan lokasi, menurut Chaudhry et al. (1995), Alp et al. (2003), Caprara et al. (2000), dan Church (2003), secara global dapat dibedakan atas permasalahan covering, center dan median. Perbedaan penggunaan ketiga pendekatan didasarkan pada fungsi obyektif dari penentuan lokasi fasilitas. Permasalahan covering berusaha memaksimalkan titik-titik yang dapat dilayani oleh suatu fasilitas dalam suatu jarak tertentu. Dengan demikian seberapa jauh daerah yang terlayani ditetapkan terlebih dahulu. Permasalahan center didasarkan pada usaha untuk meminimalkan jarak maksimum (terjauh) fasilitas ke lokasi dimana permintaan berada. Terakhir adalah permasalahan median yang fungsi obyektifnya adalah meminimalkan jumlah jarak yang ditempuh dari fasilitas ke seluruh permintaan yang dilayani, dengan kata lain meminimalkan biaya total transportasi antara fasilitas dengan permintaan yang dilayaninya. Berdasarkan kondisi diatas, maka pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan p-median (multi median) karena yang ingin diminimalkan adalah biayabiaya yang terkait dengan proses distribusi produk. Dikatakan p-mediqn karena yang ingin ditempatkan tidak hanya satu fasilitas saja, tetapi p fasilitas. Formulasi Permasalahan p-median Fungsi tujuan permasalahan p-median adalah meminimalkan total biaya pelayanan yang dinyatakan sebagai total pembobotan permintaan-jarak antara setiap titik permintaan dengan fasilitas yang terdekat (Daskin, 1995). Pada formulasi p-median ini fungsi obyektifya merupakan usaha untuk meminimalkan biaya transportasi dari fasilitas j ke kota i. Fungsi obyektif berdasarkan pada biaya transportasi saja belum cukup. Ada biaya yang muncul akibat adanya fasilitas tersebut yang sifatnya tetap. Hubungan antara kedua biaya dapat dijelaskan sebagai berikut (Daskin, 1995): Biaya transportasi akan semakin turun dengan semakin banyaknya fasilitas yang didirikan. Namun pendirian fasilitas ini akan mengakibatkan munculnya biaya pendirian dan operasional fasilitas. Semakin banyak fasilitas yang didirikan, maka biaya pengadaan fasilitas akan semakin besar sehmgga pertukaran (trade-off) antara kedua biaya ini sangat diperlukan. Biaya tetap diatas mengisyaratkan bahwa biaya ini akan tetap pada batasan tertentu terkait dengan ukuran fasilitas yang didirikan yang mengacu pada kapasitas fasilitas tersebut. Dengan demikian diperlukan suatu batasan bahwa aliran produk yang melalui fasilitas tersebut tidak melebihi kapasitasnya. Modifikasi formulasi permasalahan P-median diatas menurut Daskin (1995) disebut juga sebagai capacitated fixed charge facility location, dengan batasan adalah jumlah fasilitas yang akan didirikan. A-39-3
4 METODE PENELITIAN Secara garis besar proses penelitian ini dibagi dalam lima tahap, yaitu tahap identifikasi perumusan dan kebutuhan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap verifikasi dan validasi model, dan terakhir tahap analisis dan interpretasi/pengambilan keputusan. Data yang dikumpulkan diperoleh dari: Perusahaan, yang meliputi: a. Data realisasi penjualan periode Juli 2006 sampai dengan Juni Data biaya transportasi. Data biaya tetap pengadaan dan operasional supply point. b. Data Biro Pusat Statistik, yang meliputi: Data jarak antar kota di Pulau Jawa. Data luas lahan dan pertambahannya. Data kebutuhan pupuk. Pada tahap pengolahan data dilakukan penentuan nilai-nilai konstanta fungsi pembatas, pembuatan model jaringan distribusi, dan penyelesaian model. PENGUMPULAN DATA Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kebutuhan pupuk, data biaya transportasi, data biaya tetap dan kapasitas supply point. Data-data tersebut merupakan data sekunder yang berasal dari perusahaan dan Biro Pusat Statistik (BPS) Surabaya. Data Kebutuhan Pupuk Pada penelitian ini diperlukan data kebutuhan pupuk atau data penjualan pupuk setiap kabupaten/kotamadya. Dari perusahaan diperoleh data realisasi penjualan pada supply point yang ada untuk periode Juli 2006 sampai dengan Juni Oleh karena itu diperlukan data-data sekunder dari Biro Pusat Statistik untuk menentukan data kebutuhan pupuk per kabupaten/kotamadya yang ada di Pulau Jawa. Data-data sekunder tersebut sebagai berikut: Data Kebutuhan Pupuk per Ha 2005/2006 Data Luas Panen 2005 Data Pertambahan Luas Panen di Indonesia tahun 2004/2005 Data Biaya Transportasi dan Data Jarak Antar Kota Data biaya transportasi yang diperlukan adalah data biaya transportasi antar kota di Pulau Jawa. Dari perusahaan diperoleh data biaya transportasi dari lokasi perusahaan ke kota-kota di Pulau Jawa, sehingga diperlukan data jarak antar kota di Pulau Jawa untuk menentukan biaya transportasi antar kota yang dihitung berdasarkan biaya transportasi dari lokasi perusahaan ke kota-kota dipulau Jawa. Data Biaya Tetap dan Kapasitas Supply Point point. Data biaya tetap yang dimaksud disini adalah biaya sewa dan pengelola supply A-39-4
5 PENGOLAHAN DATA Pengolahan data diperlukan untuk memenuhi data-data yang diperlukan dalam pembuatan model permasalahan transportasi. Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan untuk menentukan kebutuhan pupuk tiap kabupaten adalah sebagai berikut: 1. Menentukan Kebutuhan Pupuk Tiap Kabupaten Berdasarkan Data dari BPS. Pada langkah ini, kebutuhan pupuk per kabupaten ditentukan dari kebutuhan setiap jenis pupuk untuk setiap jenis tanaman dan dari luas panen setiap jenis tanaman untuk tiap kabupaten. 2. Menentukan Kebutuhan Pupuk Data BPS Tahun 2006/2007. Data terbaru dari BPS yang diperoleh adalah data untuk tahun 2005, sehingga diperlukan data pertumbuhan luas panen untuk menentukan data kebutuhan pupuk untuk tahun 2006/ Menentukan Kebutuhan Pupuk Tiap Kabupaten berdasarkan data Realisasi Penjualan Perusahaan. Pada langkah ini terlebih dahulu diasumsikan area pelayanan setiap supply point dan dihitung presentasenya/komposisinya. Komposisi kebutuhan pupuk setiap area pelayanan untuk data dari BPS diasumsikan sama dengan komposisi kebutuhan pupuk dari area pelayanan untuk data realisasi penjualan. 4. Menentukan Biaya Transportasi Antar Kota di Pulau Jawa Perhitungan biaya transportasi antar kota di pulau Jawa dihitung berdasarkan biaya transportasi dari lokasi P.T. X ke kota-kota di Pulau Jawa. Biaya per km per ton berbeda-beda untuk setiap kota,tetapi pada umunya terdapat kecenderungan bahwa semakin jauh jarak semakin murah biaya transportasinya. Pada beberapa kota kecenderungan ini tidak berlaku karena kondisi lapanganyang sulit, misalnya kotakota di pulau Madura memerlukan biaya tambahan untuk angkutan kapal dan kotakota atau kabupaten-kabupaten yang mempunyai medan sulit untuk mencapainya. Karena tidak diperolehnya struktur tarif yang baku dari perusahaan, maka perhitungan biaya transportasi antar kota dihitung dari nilai rata-rata untuk rentang jarak tertentu. PEMODELAN Formulasi model ditentukan untuk jangka waktu satu tahun sesuai dengan data realisasi penjualan yang diperoleh yaitu untuk periode Juli 2006 sampai dengan Juni 2007, sehingga biaya sewa dan pengelolaan supply point (biaya tetap) serta kapasitas supply point diperhitungkan untuk satu tahun. Ada 19 kota yang berfungsi sebagai supply points dan 88 Kabupaten/Kotamadya sebagai tempat penjualan pupuk. Formulasi model permasalahan dinyatakan sebagai berikut: Fungsi tujuan: 88 Minimisasi Z = j 1 88 (fj.xj + j 1 4 n 1 hin.yij( αij +ßj ) ) Fungsi pembatas : 1. Jumlah supply point tidak boleh lebih dari yang ada saat ini (19 supply point). 88 j 1 Xj Hanya dapat menempatkan titik permintaan pada supply/point yang ada. -Yij + Xj 0 i,j A-39-5
6 3. Setiap titik permintaan i dipenuhi oleh satu supply point j. 88 j 1 Yij = 1 4. Pembatas integral Xj = 0,1 Yij = 0,1 i j i,j 5. Aliran produk yang melalui supply point tidak melebihi kapasitasnya. 88 j 1 4 n 1 hin.yij kj.xj Variabel input: fj = biaya tetap (biaya sewa supply point dan pengelola) pada kota j (Rp/tahun) αij = biaya transportasi dari supply point j ke kota i (Rp/ton) hin = permintaan pada kota i untuk produk jenis n (ton) kj = kapasitas supply point (ton/tahun) Variabel keputusan: Yij = 1 bila kota i di\a.y am supply point ] = 0 bila tidak Xj = 1 bila kotaj mempakan supply point = 0 lainnya HASIL PEMODELAN Dari hasil pemodelan, terdapat 4 (empat) lokasi supply point yang optimal yaitu Tuban, Gresik, Sragen, dan Indramayu dengan total biaya transportasi sebesar Rp ,- (sebelas milyar lima ratus juta rupiah ) selama periode satu tahun (Juli 2006 sampai dengan Juni 2007). Supply point Tuban melayani 4 kota di Jawa Timur, 9 kota di Jawa tengah dan 8 kota di Jawa Barat dengan total suplai sebesar ,67 ton. Supply point Gresik melayani 26 kota di Jawa Timur, 15 kota di Jawa Tengah dan 4 kota di Jawa Barat dengan total suplai sebesar ,34 ton. Supply point Sragen melayani 12 kota di Jawa Tengah dan 8 kota di Jawa Barat dengan total suplai sebesar ,50 ton, sedangkan supply point Indramayu hanya melayani dua kota di Jawa Barat yaitu Indramayu dan Tangerang dengan total suplai sebesar ,11 ton. Output pemodelan jaringan distribusi pupuk PT."X" ini lebih optimal dibandingkan dengan sistim distribusi yang ada saat ini. Dari 19 supply point yang ada hanya supply point Sragen dan Indramayu yang masih bisa digunakan tetapi perlu dibuka supply point baru pada kota Gresik dan Tuban. Total biaya distribusi yang digunakan saat ini sebesar Rp ,- (empat belas milyar tujuh ratus juta rupiah). Jika dibandingkan dengan model sistim distribusi yang telah dibuat, terjadi penurunan biaya distribusi sebesar 21,77 %. ANALISIS DAN INTERPRETASI Dari hasil pemodelan dapat dilihat bahwa ada beberapa kabupaten/kotamadya yang tidak dilayani oleh supply point terdekat melainkan dilayani oleh supply point yang lebih jauh. Sebagai contoh adalah beberapa kota di Jawa Barat, misalnya kota Sukabumi yang dilayani oleh supply point Tuban, kota Tasikmalaya yang dilayani oleh supply point Gresik dan kota Pandeglang yang dilayani oleh supply point Sragen. Jika dilihat dari biaya transportasinya tentu saja lebih mahal, tetapi karena kapasitas supply point yang terdekat sudah tidak mencukupi, maka terpaksa dilayani oleh supply point A-39-6
7 yang lebih jauh. Tetapi keputusan ini mempunyai total biaya transportasi yang minimum daripada harus mendirikan supply point. Secara teoritis (Daskin, 1995), hal ini dapat dijelaskan karena pertukaran (trade-off) antara biaya transportasi dan biaya tetap (sewa dan operasional supply point) diperlukan untuk meminimalkan total biaya transportasi. Selain itu, ada beberapa kota di Jawa Tengah misalnya Pekalongan, Batang, Pemalang yang tidak dilayani oleh supply point yang terdekat yaitu Sragen tetapi dilayani oleh supply point Gresik meskipun kapasitas supply point Sragen masih memungkinkan untuk menyuplai kota-kota tersebut. Hal ini disebabkan karena biaya transportasi dari lokasi PT."X" ke lokasi supply point Gresik jauh lebih murah dibandingkan ke lokasi supply point Sragen dan biaya transportasi dari Gresik ke kota-kota tersebut sedikit lebih mahal, sehingga total biaya transportasinya masih lebih murah jika disuplai dari Gresik KESIMPULAN Dari hasil pemodelan sistim distribusi pupuk PT."X" diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk melayani pasar di Pulau Jawa selama periode Juli 2000 sampai dengan Juni 2001, ditentukan sebanyak 4 (empat) l okasi supply point yang optimal pada kota Tuban, Gresik, Sragen dan Indramayu. Hasil pemodelan ini lebih optimal dibandingkan dengan kondisi eksisting dengan 19 supply point. 2. Dengan model yang telah dibuat diperoleh penurunan biaya total distribusi sebesar 21,77 % dari Rp ,- (empat belas milyar tujuh ratusjuta rupiah) menjadi Rp ,- (sebelas milyar lima ratusjuta rupiah) untuk periode Juli 2006 sampai Juni SARAN 1. Untuk pembuatan model yang lebih representatif disarankan membuat peramalan data penjualan berdasarkan data penjualan selama minimal 5 (lima) tahun. Sehingga bisa diprediksi besarnya penghematan yang bisa dilakukan selama beberapa tahun kemudian. 2. Perusahaan seharusnya mempunyai struktur tarif transportasi antar kota berdasarkan jarak dan kondisi medan perjalanan. 3. Untuk kepentingan penelitian lebih lanjut, disarankan menambah variabel keputusan mengenai jumlah rate/hari dan kapasitas truk yang digunakan sehingga dapat memberikan masukan yang lebih banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan. DAFTAR PUSTAKA Alp, O., Z. Drezner, and E. Erkut, An Efficient Genetic Algorithm for the p- Problem, Annals of Operations Research 122 (2003), pp Median Caprara, A., M. Fischetti, and P. Toth, Algorithms for set covering problem, Annals of Operations Research 98 (2000), pp Chaudhry, S.S., In-Chan Choi, and David K. Smith, Facility location with and without maximum distance constraints through the p-median problem, International Jornal of Operation and Production Management,Vol. 15, Issue 10 (1995), pp A-39-7
8 Church, R.L., COBRA: A new formulation of the classic p-median location problem, Annals of Operation Research 122 (2003), pp Heragu, S., Facilities Design, PWS Publishing Company (1997). Daskin, M.S., Network and Discrete Location, Model, Algorithms, and Application, John Wiley and Sons Inc. (1995). A-39-8
9 A-39-9
10 A-39-10
11 A-39-11
12 A-39-12
PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI PUPUK UREA JAWA TIMUR DI PT X
PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI PUPUK UREA JAWA TIMUR DI PT X Bobby O.P. Soepangkat*, Nurhadi Siswanto*, Evy Hendriarianti** *Program Studi MMT-ITS ** ITN Malang, e-mail:hendriarianti@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciModel Penentuan Lokasi Pendirian Distribution Center
Petunjuk Sitasi: Wati, P. E., Nuha, H., & Murnawan, H. (2017). Model Penentuan Lokasi Pendirian Distribution Center. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H70-74). Malang: urusan Teknik Industri Universitas
Lebih terperinciPenentuan Lokasi Gudang Penyangga Regional PT. X Wilayah Jawa Timur
184 Penentuan Lokasi Gudang Penyangga Regional PT. X Wilayah Jawa Timur Septiandre 1*, Nurhadi Siswanto 2 1 Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2 Teknik Industri,
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI GUDANG PENYANGGA REGIONAL PT PETROKIMIA GRESIK YANG OPTIMAL UNTUK PENDISTRIBUSIAN PUPUK DI JAWA TENGAH
PENENTUAN LOKASI GUDANG PENYANGGA REGIONAL PT PETROKIMIA GRESIK YANG OPTIMAL UNTUK PENDISTRIBUSIAN PUPUK DI JAWA TENGAH Evvy Triana Setiyowati, Ahmad Rusdiansyah Program Pascasarjana Magister Manajemen
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
ANALISIS PENENTUAN LOKASI REGIONAL DISTRIBUTION CENTER DI PULAU JAWA UNTUK OPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN DAN PENINGKATAN ORDER FULFILLMENT RATE PADA PT. XYZ GRESIK Bortiandy TPL Tobing dan Ahmad Rusdiansyah
Lebih terperinciSTUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK
STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT SEMEN GRESIK Ikhyandini GA dan Nadjadji Anwar Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang proses distribusi yang efektif dan efisien menjadi salah satu faktor yang posisinya mulai sejajar dengan indikator-indikator yang lain dalam
Lebih terperinciPengembangan Model Capacitated Maximal Covering Location Problem (CMCLP) Dalam Penentuan Lokasi Pendirian Gudang
https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol19.no1.21-27 Pengembangan Model Capacitated Maximal Covering Location Problem (CMCLP) Dalam Penentuan Lokasi Pendirian Gudang Putu Eka Dewi Karunia Wati *, Hilyatun Nuha
Lebih terperinciPEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK)
TM. 091486 - Manufaktur TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) Cipto Adi Pringgodigdo 2104.100.026 Dosen
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, serta manfaat penelitian yang dapat diperoleh. 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Lebih terperinciPERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)
PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) Rezki Susan Ardyati dan Dida D. Damayanti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciDisain Jejaring (Network Design)
Disain Jejaring (Network Design) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran Disain Jejaring Jejaring Fasilitas Perusahaan Kebutuhan pergudangan Analisis
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan Pada Bab I ini akan dibahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan, serta batasan-batasan masalah yang akan menjadi pembatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di abad ke-21 ini dunia perekonomian dan bisnis industri manufaktur berkembang sangat pesat. Beragam produsen seakan dituntut untuk bekerja cepat dan berlomba-lomba
Lebih terperinciPROGRAMA INTEGER. Model Programa Linier : Maks. z = c 1 x 1 + c 2 x c n x n
PROGRAMA INTEGER Model Programa Linier : Maks. z = c 1 x 1 + c 2 x 2 +. + c n x n d. k. a 11 x 1 + a 12 x 2 +.a 1n x n < b 1.. a m1 x 1 + a m2 x 2 +.a mn x n < b m x 1 ; x 2 ;.x n > 0 Semua variabel keputusan
Lebih terperinciLAPORAN RESMI MODUL II DYNAMIC PROGRAMMING
LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR LAPORAN RESMI MODUL II DYNAMIC PROGRAMMING I.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan produk dari pihak supplier ke pihak konsumen dalan suatu supply chain (Chopra, 2010, p86). Distribusi terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk menghasilkan suatu produk berkualitas sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi merupakan kegiatan inti dari perusahaan, dalam proses produksi perusahaan dituntut untuk menghasilkan suatu produk berkualitas sesuai keinginan konsumen.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Pendistribusian barang atau jasa merupakan salah satu bagian penting dari kegiatan sebuah instansi pemerintah ataupun perusahaan tertentu Masalah transportasi merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang berdiri di tengah kehidupan masyarakat. Berdirinya suatu perusahaan di tengah-tengah kehidupan masyarakat mempunyai tujuan
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG
V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG 5.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat 5.1.1. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur
Lebih terperinciOPTIMASI KUAT TEKAN DAN DAYA SERAP AIR DARI BATAKO YANG MENGGUNAKAN BOTTOM ASH DENGAN PENDEKATAN RESPON SERENTAK
OPTIMASI KUAT TEKAN DAN DAYA SERAP AIR DARI BATAKO YANG MENGGUNAKAN BOTTOM ASH DENGAN PENDEKATAN RESPON SERENTAK Ricky Afi Damaris (), Bobby O. P. Soepangkat () Mahasiswa MMT ITS, Staf Pengajar MMT ITS
Lebih terperinciPERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA
PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SURYA MEDIA PERDANA SURABAYA SKRIPSI Oleh : TRI PRASETYO NUGROHO
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Optimalisasi Distribusi Sistem distribusi adalah cara yang ditempuh atau digunakan untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan manufaktur semakin ketat. Hal ini mendorong perusahaan untuk mencari strategi yang tepat agar dapat
Lebih terperinciSupply Chain Management Tembakau Kabupaten Sumenep dengan Multi Supplier, Kelompok Tani, dan Gudang Perusahaan
Petunjuk Sitasi: Winarso, k., Akhmad, S., & Nabil, A. (2017). Supply Chain Management Tembakau Kabupaten Sumenep dengan Multi Supplier, Kelompok Tani, dan Gudang Perusahaan. Prosiding SNTI dan SATELIT
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Serangkaian kegiatan yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem distribusi pupuk terdapat beberapa masalah yang mucul. Masalah sistem distribusi pupuk antara lain berupa masalah pengadaan pupuk, penentuan stock, proses
Lebih terperinciPenentuan Lokasi Pangkalan Kapal Search and Rescue Studi Kasus : di Wilayah Indonesia Timur. Ferico Yofi Erlangga
Penentuan Lokasi Pangkalan Kapal Search and Rescue Studi Kasus : di Wilayah Indonesia Timur Ferico Yofi Erlangga 4106100017 Dosen Pembimbing : Firmanto Hadi ST., MSc. PENDAHULUAN Negara kepulauan Upaya
Lebih terperinciPROGRAM LINEAR MULTI-OBJECTIVE DENGAN FIXED-WEIGHT METHOD
PROGRAM LINEAR MULTI-OBJECTIVE DENGAN FIXED-WEIGHT METHOD 1 Fhani Mulyani Zenis, 2 M. Yusuf Fajar, Drs.,M.Si., 3 Dr.Yani Ramdani, Dra.,M.Pd. 1 Jurusan Matematika, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang industri semen, dengan kapasitas total produksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. Semen Gresik (Persero). Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri semen, dengan kapasitas total produksi kurang lebih 9 juta ton pertahun. Semen
Lebih terperinciPERANCANGAN TATALETAK GUDANG DENGAN METODA DEDICATED STORAGE LOCATION POLICY (Studi Kasus : PT. X)
PERANCANGAN TATALETAK GUDANG DENGAN METODA DEDICATED STORAGE LOCATION POLICY (Studi Kasus : PT. X) Reinny Patrisina 1, Indawati 2 1) Studio Tata Letak Fasilitas Pabrik Jurusan Teknik Industri Fakultas
Lebih terperinciSUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan salah satu permasalahan yang terdapat pada bidang Riset Operasional. Dalam kehidupan nyata, VRP memainkan peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengkoordinasi penggunaan sumber daya yang berupa sumber daya manusia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen operasi adalah kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasi penggunaan sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya
Lebih terperinciKONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet
Lebih terperinciKONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan produk yang siap jual. Setelah menghasilkan produk yang siap jual, maka proses selanjutnya
Lebih terperinciPERANCANGAN ALGORITMA HEURISTIK UNTUK PENYELESAIAN PERMASALAHAN SWAP-BODY VEHICLE ROUTING PROBLEM
PERANCANGAN ALGORITMA HEURISTIK UNTUK PENYELESAIAN PERMASALAHAN SWAP-BODY VEHICLE ROUTING PROBLEM Pembimbing: Dr. Eng. Ir. Ahmad Rusdiansyah, M.Eng, CSCP Disusun Oleh: Jurusan Teknik Industri Andre T.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksud
Lebih terperinciOleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom
Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan
Lebih terperinciAnalisis Kebijakan Pertanian Volume 1 No. 1, Mei 2003 : 90-95
CUPLIKAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70/MPP/Kep/2/2003 Tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Pasal 1 Dalam keputusan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendistribusian adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen sehingga penggunaannya
Lebih terperinciPERENCANAAN TATA LETAK GUDANG PENYIMPANAN PRODUK PT PIPA BAJA DENGAN METODE DEDICATED STORAGE
PERENCANAAN TATA LETAK GUDANG PENYIMPANAN PRODUK PT PIPA BAJA DENGAN METODE DEDICATED STORAGE Yhongki Feryndra Nugraha 1) dan Moses Laksono Singgih 2) 1) Program Magister Manajemen Teknologi, Institut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan produk ke tangan pemakai akhir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pabrik atau distributor tentunya memiliki konsumen-konsumen yang harus dipenuhi kebutuhannya. Dalam pemenuhan kebutuhan dari masing-masing konsumen
Lebih terperinciPERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA
PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SURYA MEDIA PERDANA SURABAYA SKRIPSI Oleh : TRI PRASETYO NUGROHO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. Berdiri sejak 15 Desember 1999, menjadi suplemen Jawa Pos. Perkembangan Radar Malang sangat pesat
Lebih terperinciPENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E
PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E (Studi Kasus: PT ISM Bogasari Flour Mills Surabaya) Edi Suhandoko, Bobby
Lebih terperinciProduksi Kopi (kg / ha)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Aceh Tengah memiliki sumber daya alam yang cukup beragam dan potensial untuk tujuan investasi baik di bidang pertanian maupun perdagangan. Dilihat
Lebih terperinciMANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI
MANAJEMEN TRANPRTASI DAN DISTRIBUSI PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tidak dapat lepas dari persoalan transportasi, baik untuk pengadaan bahan baku ataupun dalam mengalokasikan barang jadinya. Salah satu metode yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat mendukung untuk sektor usaha pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia mendukung berkembangnya sektor pertanian
Lebih terperinciRelayout Gudang Produk Polypropylene Dengan Metode Dedicated Storage
Relayout Gudang Produk Polypropylene Dengan Metode Dedicated Storage Evi Febianti Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Email: evifebianti@yahoo.com M. Adha Ilhami
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep Supply Chain Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem logistik yang bertanggungjawab akan perpindahan material antar fasilitas. Distribusi berperan dalam membawa
Lebih terperinciMerancang Jaringan Supply Chain
Merancang Jaringan Supply Chain Pendahuluan Perancangan jaringan supply chain juga merupakan satu kegiatan penting yang harus dilakukan pada supply chain management. Implementasi strategi supply chain
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu sektor pertanian menjadi salah satu sektor
Lebih terperinciModel Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT Petrokimia Gresik
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-11 Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Indoberka Investama merupakan perusahaan nasional yang bergerak di bidang kontruksi, pabrikasi, dan distributor rangka atap. Bentuk badan usaha dari PT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan jenis tanaman serealia yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk
Lebih terperinciPENENTUAN JUMLAH FORKLIFT PADA PROSES PEMUATAN DI GUDANG PT. CM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT
PENENTUAN JUMLAH FORKLIFT PADA PROSES PEMUATAN DI GUDANG PT. CM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT Yudo Haryo Kusumo 1), Nurhadi Siswanto 2), Bobby Oedy P. Soepangkat 3) 1) Manajemen Industri,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Simulasi 2.1.1. Pengantar Simulasi Dalam dunia manufaktur, simulasi digunakan untuk menentukan schedule produksi, inventory level, dan prosedur maintenance, merencanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 sebesar 5,1%. Kondisi ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi ekonomi Indonesia yang belum membaik sejak tahun 2013, dan kondisi ekonomi global yang juga mengalami perlambatan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,
Lebih terperinciPENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW
INFOMATEK Volume 19 Nomor 1 Juni 2017 PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW Tjutju T. Dimyati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan Abstrak: Penentuan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Rancamaya yang berlokasi di Jl. Raya Rancamaya Rt 01/01, Kampung Rancamaya Kidul, Desa Rancamaya,
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN PUPUK DI WILAYAH SULAWESI TENGAH MELALUI MODEL TRANSSHIPMENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE VOGEL APPROXIMATION
JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 211-221) ISSN : 2450 766X OPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN PUPUK DI WILAYAH SULAWESI TENGAH MELALUI MODEL TRANSSHIPMENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE VOGEL APPROXIMATION M.
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis Pada awalnya penelitian tentang sistem pertanian hanya terbatas pada tahap budidaya atau pola tanam, tetapi pada tahun
Lebih terperinciPENYELESAIAN MULTIPLE DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) MENGGUNAKAN METODE INSERTION HEURISTIC
PENYELESAIAN MULTIPLE DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) MENGGUNAKAN METODE INSERTION HEURISTIC Dima Prihatinie, Susy Kuspambudi Andaini, Darmawan Satyananda JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam barang atau produk baru yang diharapkan dapat terjual di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini para produsen saling bersaing dalam memproduksi berbagai macam barang atau produk baru yang diharapkan dapat terjual di pasaran sehingga pendapatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan semakin ketat. Pada jenis perusahaan manufaktur, hanya perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian yang semakin berkembang membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Pada jenis perusahaan manufaktur, hanya perusahaan yang mampu menekan biaya
Lebih terperinciBOKS 2 ANALISIS SINGKAT FAKTOR PENYEBAB VOLATILITAS HARGA DAGING AYAM RAS DI PROPINSI BANTEN DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA
BOKS 2 ANALISIS SINGKAT FAKTOR PENYEBAB VOLATILITAS HARGA DAGING AYAM RAS DI PROPINSI BANTEN DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA I. Latar Belakang Inflasi Banten rata-rata relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Transportasi merupakan bagian dari distribusi. Ong dan Suprayogi (2011) menyebutkan biaya transportasi adalah salah
Lebih terperinciPERENCANAAN PRODUKSI PAKAN TERNAK PADA PT ABC MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING
PERENCANAAN PRODUKSI PAKAN TERNAK PADA PT ABC MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING Dwi Wulandhari 1), Nurhadi Siswanto 2), dan Bobby O. P. Soepangkat 3) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat dan peningkatan permintaan pelayanan lebih dari pelanggan. Dalam memenangkan persaingan tersebut
Lebih terperinciAPLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN
APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN Hari Purnomo, Sri Kusumadewi Teknik Industri, Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyakarta ha_purnomo@fti.uii.ac.id,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI METODE NWC DAN MODI DALAM PENGOPTIMALAN BIAYA PENDISTRIBUSIAN PUPUK (STUDI KASUS : PT. PERKEBUNAN RIMBA AYU)
Majalah Ilmiah INTI, Volume 12, Nomor 2, Mei 217 ISSN 2339-21X IMPLEMENTASI METODE NWC DAN MODI DALAM PENGOPTIMALAN BIAYA PENDISTRIBUSIAN PUPUK (STUDI KASUS : PT. PERKEBUNAN RIMBA AYU) Mohd. Rifqi Lutfir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia perindustrian tidak akan luput dari adanya persaingan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Dimana berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usaha bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena
Lebih terperinciIII METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian
III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian Sebuah manajemen rantai pasok yang baik memerlukan berbagai keputusan yang berhubungan dengan aliran informasi, produk dan dana. Rancang bangun rantai pasokan untuk
Lebih terperinciPENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK
PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK Oleh AGI SUGIHARTO ( 24 2014 048 ) JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNOLOGI SIPIL DAN PERENCANAAAN INSTITUT TEKNOLOGI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
Lebih terperinciPERHITUNGAN SUBSIDI PUPUK 2004 BERDASARKAN ALTERNATIF PERHITUNGAN SUBSIDI ATAS BIAYA DISTRIBUSI
PERHITUNGAN SUBSIDI PUPUK 2004 BERDASARKAN ALTERNATIF PERHITUNGAN SUBSIDI ATAS BIAYA DISTRIBUSI MOHAMAD MAULANA Pusat Analisis Sosial Ekonoi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Bogor Jl. A
Lebih terperinciBAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI
BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI 5.1. Perilaku Produsen Jika konsumen didefinisikan sebagai orang atau pihak yang mengkonsumsi (pengguna) barang dan jasa maka produsen adalah orang atau pihak yang memproduksi
Lebih terperinciOleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom
Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Perancangan jaringan supply chain merupakan kegiatan strategis yang perlu dilakukan. Tujuanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang permintaanya berubah secara dinamis
Lebih terperinciAGRIBISNIS UBI KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA DIANA CHALIL. Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara
AGRIBISNIS UBI KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA DIANA CHALIL Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ubi kayu (manihot esculenta crant)
Lebih terperinciAGRIBISNIS UBI KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA DIANA CHALIL. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas SUMATERA UTARA
AGRIBISNIS UBI KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA DIANA CHALIL Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas SUMATERA UTARA I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ubi kayu (manihot esculenta crant)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Ke - 10
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Pertemuan Ke - 10 1 PENDAHULUAN Dalam melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, seringkali tidak bisa ditempuh dengan satu moda
Lebih terperinciSILABUS MATA KULIAH. Pengalaman Pembelajaran. 1. Mendiskusikan pentingnya. perancangan tata
SILABUS MATA KULIAH Program Studi : Teknik Industri Kode Mata Kuliah : TKI-310 Nama Mata Kuliah : Perancangan Tata Letak Fasilitas Jumlah SKS : 2 Semester : VI Mata Kuliah Pra Syarat : TKI-307 Perencanaan
Lebih terperinciV. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani
V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan
Lebih terperinciAnalisis Hubungan Kluster Industri dengan Penentuan Lokasi Pelabuhan: Studi Kasus Pantai Utara Pulau Jawa
Analisis Hubungan Kluster Industri dengan Penentuan Lokasi Pelabuhan: Studi Kasus Pantai Utara Pulau Jawa Oleh : Maulana Prasetya Simbolon 4104 100 072 Pembimbing : Ir. Tri Achmadi, P.hD. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian ini dilakukan di PT. Karunia Alam Segar pada tahapan ini di lakukan observasi data dari perusahaan di mana untuk
Lebih terperinciPENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Risa Rininta 1), Nurhadi Siswanto 2), dan Bobby O. P. Soepangkat 3) 1) Program
Lebih terperinciManajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq
Manajemen Tranportasi dan Distribusi Dosen : Moch Mizanul Achlaq Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat
Lebih terperinci