Oleh LISKIARNI NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASILPERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh LISKIARNI NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASILPERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN"

Transkripsi

1 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LANGGENG MUARA MAKMUR PABRIK KELAPA SAWIT BEBUNGA DESA BINTURUNG LAMA, KECAMATAN PAMUKAN UTARA KABUPATEN KOTABARU, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh LISKIARNI NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASILPERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2009

2 2 HALAMAN PENGESAHAN Laporan ini disusun bedasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL), yang telah dilaksankan selama 3 bulan terhitung dari tanggal 03 Maret 2009 sampai dengan 30 Mei 2009 di PT. Langgeng Muara Makmur Pabrik Kelapa Sawit Bebunga, Desa Binturung Lama, Kecamatan Pamukan Utara Kabupaten Kota Baru Propinsi Kalimantan Selatan. Menyetujui, Pembimbing, Penguji, Elisa Ginsel Popang, S. TP NIP Rudito, S. TP, MP NIP Mengesahkan, Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Lulus Ujian Tanggal 23 Juli 2009 Ir. Wartomo, MP NIP

3 3 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-nya lah, penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Langgeng Muara Makmur Kota Baru Kalimantan Selatan. Keberhasilan dan kelancaran dalam melaksanakan PKL ini juga tidak lepas dari peran serta bantuan dari beberapa pihak, maka tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak dan Ibu saya, terima kasih yang tak terhingga atas semua doa dan restunya. 2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Diektur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan, S. TP., M. Sc, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. 4. Bapak Elisa Ginsel Popang, S. TP, selaku Dosen pembimbing dalam Praktek Kerja Lapang. 5. Bapak Rudito, S. TP. MP, selaku Dosen penguji dalam Praktek Kerja Lapang. 6. Bapak dan Ibu Teknisi dan Administrasi Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. 7. Bapak Achmad Nashor, selaku Factory Manager Pabrik Kelapa Sawit Bebunga.

4 4 8. Bapak Sumarjan Pakondo, selaku Koordinator Asisstant Pabrik Kelapa Sawit Bebunga. 9. Bapak Hidayatullah, selaku Asisstant Proses Shift I Pabrik Kelapa Sawit Bebunga. 10. Bapak Vernando Simatupang, selaku Asisstant Proses shift II PKS Bebunga. 11. Bapak Sahrir Gunawan, selaku Kasie Administrasi Pabrik Kelapa Sawit Bebunga. 12. Teman-teman PKL dan teman-teman Angkatan 06 TPHP terima kasih atas bantuan dan kerja samanya. 13. Semua pihak yang terlibat, baik dalam proses praktek dilapangan maupun dalam penyusunan dan pembuatan laporan ini. Penulis menyadari isi laporan ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis. Penulis Kampus Sei Keledang, Juni 2009

5 5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vii viii ix I. PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Hasil yang Diharapkan... 2 II. III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan... 3 B. Manajemen Perusahaan... 4 C. Lokasi dan Waktu Kegiatan... 7 HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Stasiun Penerimaan Buah Stasiun Perebusan Stasiun Penebahan Stasiun Pelumatan Stasiun Pengempaan Stasiun Pemurnian Minyak Stasiun Penimbunan B. Pengolahan Inti Kelapa Sawit Pemisahan Biji dan Serat Pemeraman Pemecahan Biji Pemisahan Inti dan Cangkang... 44

6 6 5. Pengeringan Inti Penimbunan Inti C. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Pengolahan Limbah Padat Pengolahan Limbah Cair D. Analisis Minyak Kelapa Sawit E. Analisis Inti Sawit IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 71

7 7 DAFTAR TABEL No. Tubuh Utama Halaman 1. Kriteria Buah di PT. Langgeng Muara Makmur Standar Sortasi pada PT. Langgeng Muara Makmur PKS Bebunga Spesifikasi Persyaratan Mutu CPO Menurut SNI Baku Mutu Limbah Cair pada PKS Bebunga... 54

8 8 DAFTAR GAMBAR No. Tubuh Utama Halaman 1. Struktur Organisasi Perusahaan PT. Langgeng Muara Makmur... 5

9 9 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman Lampiran 1. Gambar Peralatan dan Mesin PKS Bebunga Lampiran 2. Gambar Lay Out Pabrik di PT. Langgeng Muara Makmur.. 84

10 10 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia komoditi kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditi ini punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa. Di samping itu, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai seluruh dunia, sehingga secara terusmenerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini pun mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) harus dilakukan sesuai prosedur yang benar agar diperoleh hasil CPO dan init sawit yang bermutu tinggi. Tandan Buah Segar (TBS) yang akan diolah hendaknya harus benar-benar telah memenuhi syarat agar tidak menurunkan kualitas TBS, selain itu juga perlu diperhatikan pada saat awal sampai akhir proses pengolahan TBS. Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan berupa pengelolaan perkebunan swasta dan negeri berskala besar dan Perkebunan Inti Rakyat, terutama di Kalimantan. Selain itu dengan diadakannya pengembangan perkebunan kelapa sawit, maka akan tebuka peluang besar dalam penerimaan tenaga kerja khususnya tenaga yang terampil dan handal di bidang perkebunan.

11 11 Sehubungan hal di atas maka Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mempunyai program Praktek Kerja Lapang (PKL) dengan harapan agar para lulusannya mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang didapat selama PKL. B. Tujuan Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah: 1. Untuk dapat melihat secara langsung proses pengolahan kelapa sawit. 2. Untuk mengetahui standar mutu dari CPO dan inti sawit yang dihasilkan di PT. Langgeng Muara Makmur 3. Membandingkan antara teori yang didapat di bangku kuliah dengan hasil praktek kerja lapang di PT. Langgeng Muara Makmur PKS Bebunga. C. Hasil Yang Diharapkan Dengan adanya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, diharapkan agar mahasiswa dapat mempelajari dan memahami semua tahapan proses pengolahan kelapa sawit.

12 12 II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan Pabrik Kelapa Sawit Bebunga di bawah PT. Langgeng Muara makmur di dirikan pertama kali di area Pamukan dan Sungai Durian yang terletak di Desa Binturung lama Kecamatan Pamukan Utara Kabupaten Kota Baru Provensi Kalimantan Selatan. Dibangun pada tahun 1997, karena adanya krisis moneter sehingga pabrik selesai pada tahun 1999 dan siap beroperasai mengolah TBS pada tanggal 18 April 1999 dengan kapasitas olah 45 ton/jam. Pabrik Kelapa Sawit Bebunga dibangun pertama kalinya menampung TBS Area Sungai Durian dan Pamukan dari : - PT. Langgeng Muara makmur: Bebunga Estate, Bakau Estate, Sungai Cengal Estate dan Lanting Estate - PT. Laguna Mandiri: Rantau Estate, Sekayu Estate, dan Betung Estate - PT. Swadaya Andika: Selabak Estate dan Randi Estate - PT. Paripurna Swakarsa: Pondok Labu Estate, Binturung Estate dan Sesulung Estate. Sedangkan extension menjadi 60 ton/jam pada tahun Adanya extension karena tingginya pasokan TBS yang diterima, sehingga penambahan kapasitas perlu dilakukan. Dari tahun 1999 sampai dengan bulan 24 Oktober 2008 TBS yang di olah adalah Ton dengan CPO dan Inti Kelapa Sawit (IKS) yang dihasilkan adalah CPO Ton dan IKS Ton.

13 13 B. Manajemen Perusahaan Secara struktural seluruh kegiatan yang berlangsung di perkebunan berada dibawah pimpinan Director of Operations (DO). Namun kegiatan yang ada di kantor pusat berbeda dengan kepemimpinan di pabrik perkebunan. Seorang Director of Operations membawahi seorang Head Plantation Operations (HPO) yang bertanggung jawab terhadap semua urusan pabrik yang ada di Minamas Plantation. HPO membawahi General Manager (GM) Plantation Operations Region Kalimantan Selatan. GM di Kalimantan Selatan dijabat oleh Bapak Vengata Subramaniam. Beliau memegang 5 (lima) perusahaan yang wilayahnya berada di Kalimantan Selatan, dan salah satunya adalah PT. Langgeng Muara Makmur (PKS Bebunga). Pabrik Kelapa Sawit Bebunga dipimpin oleh seorang GM dan membawahi seorang Manager, staff GM dan sekretaris GM. Untuk yang menangani proses di pabrik dibawah kekuasaan Manager, Manager membawahi seorang Kepala Adminisrasi (KASI), seorang kepala Asisstant Proses, dan seorang Asisstant Maintanance. Untuk Mandor Proses ada 2 orang, untuk shift I Asisstant Proses I berpasangan dengan Mandor I, untuk shift II Asisstant Proses II berpasangan dengan Mandor II.

14 14 STRUKTUR ORGANISASI PKS BEBUNGA TAHUN 2008 Achmad Nashor Factory Manager Achmad Subakir Koordinator Asisten Vernado S Ass. Proses Shiff II Sumarjan Pakondo Asst. Proses Shift I Very Lesnarno P Asst. Maintenance Heldi Rosadi Asst. Bulking Sahrir Gunawan H Kasie Administrasi Yessa A Mau Mandor Pengiriman Nur Mashudi Huda Mandor Laborat Hasyim Asyári Mandor Prosses Shift II M Supaát Mandor Prosses Shift I Sugeng Hariyadi Mandor Bengkel Gunanto Mandor Elektrik Loth Anprang Sir Mandor Bulking Arbani Surya Ka Satpam Sudaryo Agung Pembukuan Note : Laboratorium dan pengiriman di handle langsung oleh Koordinator Assisten RW Utomo Mandor Mill Upkeep Sumarji Catur P Ka Gudang Sumber : Pabrik Kelapa Sawit, PT. Langgeng Muara Makmur, 2008 Gambar 1. Struktur Organisasi Perusahaan PT. Langgeng Muara Makmur

15 15 Keterangan: 1. Manajer Pabrik (Factory Manager) Merupakan pemegang jabatan tertinggi di PT. Langgeng Muara Makmur, PKS Bebunga yang membawahi seluruh karyawan, dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan lapangan dan administrasi. 2. Kasie Administrasi Kasie Administrasi sama dengan Kepala Tata Usaha. Kasie Administrasi bertanggung jawab atas semua hal yang ada di Kantor Besar, seperti pembukuan, bagian tanaman, personalia, kasir, pembelian, pergudangan, dan office boy. 3. Koordinator Asisten Merupakan pemegang jabatan tertinggi kedua setelah manager, Koordinator Asisten membawahi Semua Asisten dan kegiatan yang ada di kantor. 4. Asisten proses Asisten Proses atau Pengolahan merupakan bawahan dari Koordinator Asisten. Asisten Proses/Pengolahan adalah pemegang jabatan tertinggi di pabrik. Setiap Asisten Proses/Pengolahan bertanggung jawab atas pekerjaan yang dipegangnya. 5. Asisten Maintenenance Asisten Maintenenance memiliki tanggung jawab pada keadaan pabrik yang melakuakan perawatan, perbaikan, dan kebersihan di dalam pabrik.

16 16 6. Asisten Bulking Asisten Bulking bertanggung jawab dalam proses pengiriman atau penjualan produk yang berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Kelapa Sawit (IKS). 7. Mandor Mandor adalah pembantu Asisten Proses/Pengolahan yang bertugas di lapangan untuk mengarahkan dan mengawasi karyawan yang bekerja. C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilakukan di Minamas Plantation PT. Langgeng Muara Makmur, Pabrik Kelapa Sawit Bebunga, Desa Binturung lama, Kecamatan Pamukan Utara, Kabupaten Kota Baru, Propinsi Kalimantan Selatan. Terhitung selama 3 (tiga) bulan, dimulai dari tanggal 03 Maret sampai dengan 30 Mei 2009.

17 17 III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit 1. Stasiun penerimaan Buah a. Jembatan timbang (Weight Bridge) 1) Tujuan Untuk mengetahui berat bersih tandan buah sawit yang masuk ke pabrik. 2) Dasar Teori Menurut Anonim (1997), Setiap truk yang membawa buah kelapa sawit terlebih dahulu harus ditimbang pada jembatan timbang. Jembatan timbang digunakan untuk menimbang truk yang keluar masuk pabrik, baik truk yang mengangkut TBS, tankos, kernel, dan CPO. Jumlah berat TBS / kernel dapat diketahui dari selisih berat bruto ( berat truk dan buah / kernel ) dengan berat truknya saja. Penimbangan dilakukan pada waktu truk berisi buah atau yang lain dan pada saat truk kosong (setelah dibongkar di loading ramp). 3) Waktu dan Tempat Waktu : 7 Maret 2009 Tempat : Stasiun Penerimaan Buah

18 18 4) Alat dan Bahan Alat : Timbangan Indikator, Komputer, Mesin Printer, alat tulis. Bahan : Truk yang berisi TBS yang diangkut dari unit atau kebun. 5) Prosedur Kerja a) Buah diangkut dari unit atau kebun dengan menggunakan truk besar atau kecil b) Sopir/kernet terlebih dahulu melapor ke pos satpam serta menyerahkan Surat Pengantar Barang (SPB), kemudian truk menuju jembatan timbang c) Truk dan buah di timbang secara bersamaan dengan menggunakan timbangan elektrik ( Indikator) d) Setelah proses penimbangan, buah (TBS) ditumpahkan ke dalam hopper loading ramp, lalu truk yang kosong kembali kejembatan timbang dan ditimbang kembali truk yang kosong, maka akan diperoleh berapa berat buah yang masuk dengan mengetahui berat bruto (berat truk dan buah) dikurang berat truk kosong. 6) Hasil Yang Dicapai Berat TBS yang dikirim dari unit atau kebun. PT. Langgeng Muara Makmur menggunakan jenis timbangan elektronik Avery Berker model L225 sebanyak 2 unit, dengan kapasitas jembatan

19 19 timbang 40 ton. Ada 2 jenis truk yang mengangkut TBS dari kebun yaitu truk type P.S 6 ton TBS/truk dan truk type Hino 12 ton TBS/truk, sedangkan rata-rata TBS masuk dalam satu hari adalah 900 ton TBS. 7) Pembahasan Buah yang masuk ke PKS Bebunga dikirim dari unit kebun antara lain Bebunga Estate, Bakau Estate dan Sungai Cengal Estate. Dengan adanya stasiun penimbangan ini, maka dapat diketahui berat TBS yang masuk ke pabrik dan berat produksi yang diangkut keluar dari pabrik berupa CPO (Crude Palm Oil), IKS, Janjang kosong, Solid, dll. b. Grading/Sortasi a. Tujuan Tujuan dari sortasi yaitu untuk mengetahui mutu TBS yang dikirim dari kebun ke pabrik. b. Dasar Teori Grading atau sortasi adalah memilih TBS berdasarkan kriteria buah yang akan diolah di pabrik. Sortasi dilakukan pada setiap kebun dengan menentukan satu truk yang dianggap mewakili seluruh kebun, baik dari kebun sendiri maupun dari kebun pihak ketiga (Sunarko, 2007).

20 20 Tabel 1. Kriteria Buah di PT. Langgeng Muara Makmur Kreteria buah A. TBS Layak Proses Unripe (Mentah) Under Ripe (kurang masak) Ripe (Masak) Over Ripe Long Stalk TBS Tidak Layak Proses Kondisi TBS Jumlah brondolan per Kg janjang Brondolan yang lepas dari janjang 0% Brondolan yang lepas dari janjang kurang dari 2 brondolan per Kg janjang Brondolan yang lepas dari janjang 2 brondolan per Kg janjang. Brondolan yang lepas dari janjang lebih dari brondolan per Kg janjangan Segi penampakan (visual TBS) Warna buah masih hitam/hijau, bila ditekan masih terasa keras, daging buah putih, dan jika buah di cungkil kandungan minyak masih sedikit. Warna buah jingga kehitamhitaman dan warna daging buah kuning muda Warna buah jingga kehitamhitaman, bila ditekan keluar minyak berwarna kuning tua/oranye dan warna daging buah kuning tua/oranye ¾ brondolan lepas dari janjang (75%) dan warna buah jingga/kuning tua. Janjang buah dimana tangkai panjang lebih dari 3 cm. Restan > 3 hari 75% brondolan lepas dari janjang Warna buah hitam, tekstur Empty Bunch (janjang kosong) Rotten Bunch (janjang busuk) Jika brondolan yang lepas dari janjang sudah 90% Jika brondolan yang lepas dari janjang 25% telah busuk buah lembek, tangkai buah hitam dan berkerut, dan kadar minyak sudah banyak berkurang. Lebih hampir tidak ada brondolan normal yang tertinggal Sumber : Pabrik Kelapa Sawit, PT. Langgeng Muara Makmur, 2008 Pada umumnya gangangnya sudah busuk (berserat)

21 21 Standar sortasi TBS pada PT. Langgeng Muara Makmur PKS Bebunga yang masuk ke pabrik untuk diolah sesuai dengan standar yang ditentukan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Standar Sortasi pada PT. Langgeng Muara Makmur Kriteria Buah Batas Toleransi Unripe (Mentah) (0-4 brondolan yang lepas per janjang) Under ripe (Kurang matang) (5-9 brondolan yang lepas per janjang) Ripe (Matang) (10 atau lebih brondolan yang lepas per janjang) Empty bunch (Janjang kosong) Brondolan yang lepas per janjang >95 %) Long stalk (Gagang panjang) (Panjang gagang lebih dari 5 cm) Old bunch (Buah restan) (Lebih dari 48 jam setelah panen) Sumber : (Anonim, 2007) 0 % < 5 % > 95 % 0 % 0 % 0 % c. Waktu dan Tempat Waktu : 7 Maret 2009 Tempat : Loading Ramp d. Alat dan Bahan Alat : Loading ramp, truk, gancu, kertas kerja pemeriksaan, pormulir ratel, alat tulis, data BJR sensus kebun Bahan : TBS yang diangkut dari unit atau kebun e. Prosedur Kerja a) Pilih truk angkut buah yang akan digrading secara acak, memberitau sopir kalau buah akan digrading dan meminta Surat Pengantar Buah (SPB) untuk mencatat data TBS yang akan digrading.

22 22 b) Amati kenampakan TBS di atas truk sebelum di tumpah di hopper c) Dari janjang yang ditumpah ke atas loading ramp dilakukan grading buah minimal 200 janjang dengan memilih secara acak 100 janjang normal dan kelompokkan janjang menjadi 10 kelompok, masing-masing dalam 1 kelompok ada 10 janjang. d) Lakukan grading buah di atas loading ramp dengan memperhatikan keadaan buah, apakah buah termasuk buah ripe (matang), under ripe (kurang matang), unripe (mentah), empty buch (janjang kosong), long stalk (gagang panjang), dan old bunch (buah restan). e) Hasil pemeriksaan grading buah dicatat dalam laporan pemeriksaan mutu buah. f. Hasil Yang Dicapai Dari hasil sortasi pada 100 janjang TBS yang dilakukan di atas loading ramp pada PKS Bebunga didapat buah ripe 98 %, under ripe 2 %, long stalk 0 %, unripe 0 %, old bunch 0 % dan empty bunch 0 %. g. Pembahasan Tandan Buah Segar yang masuk ke PKS dilakukan sortasi secara random, setiap 1 truk mewakili setiap divisi atau unit yang masuk ke PKS, dimana tiap TBS yang masuk akan ditentukan yaitu apakah buah termasuk buah ripe, unripe, under ripe, empty bunch,

23 23 long stalk dan old bunch. Dari hasil sortasi yang dilakukan didapat buah ripe yaitu 98 %, dimana buah ripe yang dihasilkan berada diatas standar yang telah ditentukan yaitu > 95 %. Oleh karna itu dengan adanya sortasi, maka dapat diketahui mutu TBS yang masuk ke pabrik serta dengan adanya sortasi terhadap buah ripe yang optimal maka diperoleh mutu TBS yang bermutu baik yang mampu menghasilkan rendemen yang tinggi dengan kualitas yang baik pula. c. Loading Ramp 1) Tujuan Untuk menampung TBS yang diturunkan dari truk pengangkut dan untuk memudahkan masuknya buah ke dalam lori. 2) Dasar Teori Menurut Sunarko (2007), tandan buah segar yang sudah ditimbang langsung dimasukkan ke dalam loading and storage ramp. Setiap bays dari loading ramp dapat menampung TBS sebanyak 8 ton. Di dalam bays, TBS dibersihkan dari pasir dan kotoran lainnya dengan cara menyiramkan air dari atas. Cara ini dilakukan untuk menjaga mutu dan mengurangi keausan alat-alat pengolahan. Setelah bersih, TBS dimasukkan ke dalam lori-lori rebusan berkapasitas 2,5 ton TBS.

24 24 3) Waktu dan Tempat Waktu : 7 Maret 2009 Tempat : Loading Ramp 4) Alat dan Bahan Alat Baha : Hopper, pintu hidrolik, lori, kapstan, transfer trolly : TBS yang diangkut dari unit atau kebun 5) Prosedur Kerja a) Buah (TBS) yang dari kebun atau unit terlebih dahulu ditimbang di jembatan penimbangan. b) Setelah di timbang truk menuju tempat penampungan buah yaitu loading ramp, c) Di loading ramp Buah dimasukan kedalam hopper, dan buah jatuh kedasar loading ramp d) TBS dan brondolan yang di timbun di loading ramp dimasukkan ke dalam lori, setiap lori berisi 2,5 ton. e) Lori kemudian ditarik dengan menggunakan kapstan menuju transfer troly. f) Lori-lori tersebut oleh transfer troly dikirim ke rel perebusan dan ditarik oleh kapstan untuk dimasukkan kedalam sterillizer. 6) Hasil Yang Dicapai Tandan Buah Segar yang dkirim ke bejana perebusan akan direbus dan diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil). PKS Bebunga mempunyai 2 unit loading ramp, yaitu sisi kanan dan kiri. Masing-

25 25 masing sisi berjumlah 15 pintu dengan kapasitas tampung ± 18 ton TBS/pintu. 7) Pembahasan Loading ramp adalah suatu bangunan dengan lantai miring bersudut 27º yang dilengkapi pintu-pintu kelur buah yang digerakkan secara hidrolis, dan mempunyai kisi-kisi dari besi profil T dengan lebar 5 cm (kisi 10 mm) panjang 6 m. Lantai miring berfungsi untuk memudahkan proses pengisian buah ke dalam lori dan kisi-kisinya berfungsi untuk membuang/merontokkan kotoran, pasir dan kerikil yang terikut dalam buah. 2. Stasiun Perebusan a. Tujuan 1) Menghentikan aktivitas enzim yang terdapat dalam buah. 2) Memudahkan pelepasan brondolan dari tandannya. 3) Memudahkan proses pelumatan dan pengepresan buah. 4) Memudahkan proses pelepasan inti sawit dan cangkang. b. Dasar Teori Menurut Sunarko (2007), Tandan Buah Segar (TBS) dipanaskan menggunakan uap air dengan tekanan 2,6 kg/cm 2. Tandan buah segar (TBS) yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus di dalam sterilizer atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan

26 26 uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125 o C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya (Fauzi dkk, 2007). c. Waktu dan Tempat Waktu : 12, 13, 19 Maret 2009 Tempat : Stasiun Perebusan d. Alat dan Bahan Alat Bahan : Lori, kapstan, transfer trolly, sterilizer. : Buah (TBS dan brondolan) e. Prosedur Kerja 1. Sebelum proses perebusan dimulai, terlebih dahulu pengamanan harus bekerja dengan baik dan semua peneumatic value bekerja dengan baik 2. Lori yang dimasukkan ke dalam perebusan harus tidak lepas dari rel dengan jumlah lori 10 buah dan tersambung antara satu dengan lainnya 3. Masukkan lori ke dalam rebusan dan ditutup pintu rebusan dengan kuat. Siklus perebusan akan berjalan secara otomatis dengan total waktu menit 4. Alarm akan berbunyi jika perebusan telah selesai, buka pintu perebusan untuk mengeluarkan lori

27 27 f. Hasil Yang Dicapai Buah yang telah selesai direbus dan akan diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil). Di PKS Bebunga menggunakan 4 rebusan dengan kapasitas olah pabrik 45 ton/jam. Rebusan yang digunakan 2100 mm x mm panjang, dengan isi kg/lori atau 2,5 ton sekali proses. Apabila siklus perebusan 100 menit (termasuk buka tutup pintu rebusan) maka kebutuhan unit sterillizer untuk pabrik kapasitas 45 ton/jam adalah : 3 buah rebusan Jadi dengan kapasitas olah pabrik 45 ton/jam dibutuhkan 3 buah rebusan dalam setiap proses pengolahan. g. Pembahasan Tandan buah segar (TBS) yang ditumpuk di loading ramp dimasukkan ke dalam lori yang mana pada PKS Bebunga memiliki kapasitas muat lori 2,5 ton TBS/lori. Kemudian lori yang berisi TBS tersebut direbus dalam sterelizer atau ketel rebusan. Pabrik Kelapa Sawit Bebunga memiliki 4 (empat) ketel rebusan, tetapi yang digunakan hanya 3 (tiga) ketel rebusan dan 1 ketel rebusan standby. Proses perebusan yang digunakan adalah sistem triple peak yaitu

28 28 sistem tiga puncak, dimana pada peak 1 dan 2 untuk pembuangan udara yang ada dalam rebusan serta pembuangan kondesat sedangkan pada peak ke-3 untuk penyempurnaan perebusan. Pada saat proses perebusan berlngsung steam yang masuk ke bejana perebusan dioprasikan dengan panel control secara otomatis. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas (steam) selama menit, dengan besaran tekanan uap kerja yang dipakai 2,3-2,8 kg/cm Stasiun Penebahan a. Tujuan Untuk melepaskan brondolan dari janjangnya, dan untuk memudahkan proses selanjutnya. b. Dasar Teori Menurut Sunarko (2007), lori-lori tandan buah yang sudah direbus, ditarik keluar lalu diangkat menggunakan hoisting crane yang digerakkan dengan motor dan dapat bergerak di atas lintasan rel. Hoisting crane digunakan untuk mengangkat lori yang berisi tandantandan buah serta membalikkannya ke atas mesin penebah (threser) dengan tujuan melepaskan buah dari tandannya. Pembantingan tandan buah akan menyebabkan brondolan buah lepas dan kemudian masuk ke digester feed conveyor melalui conveyor dan elevator. Dalam proses ini kadang-kadang masih ada buah yang melekat dalam tandan kosong (katte koppen). Keadaan katte koppen dapat disebabkan beberapa faktor yaitu adanya buah sakit (abnormal) dari kebun, waktu

29 29 perebusan terlalu singkat, proses bantingan tidak tepat dan adanya buah mentah dari kebun. c. Waktu dan Tempat Waktu : 16 Maret 2009 Tempat : Stasiun penebahan d. Alat dan Bahan Alat : Lori, hoisting crane, hopper, threser, fruit elevator, conveyor under threser, bottom cross conveyor, horizontal empty bunch conveyor, inclined empty bunch conveyor, dan empty bunch hopper. Bahan : Buah yang telah direbus e. Prosedur Kerja 1. Buah yang telah direbus dalam lori ditarik keluar dari sterilizer. 2. Buah dari lori diangkat menggunakan hoisting crane ke hopper. 3. Buah dijatuhkan ke dalam mulut hopper dilengkapi dengan pipa penyanggah, sehingga buah jatuh dan proses penebahan sudah dimulai. 4. Buah dimasukkan ke mesin perontok (Threser) dengan menggunakan alat auto feeder. 5. Perontokan buah dilakukan dengan cara membanting buah dalam drum berputar dengan kecepatan berputar rpm/ menit.

30 30 6. Buah yang sudah terlepas dari tandan akan keluar melalui celah diantara batang-batang besi jatuh kedalam conveyor under tresher dan diteruskan oleh bottom cross conveyor menuju fruit elevator 7. Janjang yang telah kosong dari buah (brondolan) keluar dari threser masuk kedalam horizontal empty bunch conveyor lalu diteruskan melalui Inclined empty bunch conveyor dan masuk ke empty bunch hopper sebagai tempat pengumpulan janjang kosong. f. Hasil Yang Dicapai Buah hasil rebusan yang telah rontok atau terpisah dari janjangan/tandan (brondolan) dan Janjang Kosong (JJK). PKS Bebunga memiliki 3 unit threser dengan kapasitas olah 36 ton TBS/jam. g. Pembahasan Pemipilan adalah proses pemisahan antara janjang dan buah menjadi brondolan dengan sistem diputar dan dibanting, hal ini bertujuan untuk melepaskan semua buah dari tandannya. Alat yang digunakan pada PKS Bebunga adalah tromol pemipil berbentuk silinder yang dibangun dari batang-batang besi memanjang, sehingga buah dapat lolos di antara celah- celah batang besi, dan keluar dari batang tromol selama proses pemipilan.

31 31 4. Stasiun Pelumatan a. Tujuan Untuk memudahkan proses pengempaan sehingga dengan mudah biji dapat dipisahkan dari daging buah dengan tingkat kerugian sekecil-kecilnya. b. Dasar Teori Menurut Sunarko (2007), buah yang terlepas dari mesin bantingan langsung dimasukkan kedalam adukan (digester). Ketel ini memiliki daging rangkap dan as putar yang dilengkapi dengan pisaupisau pengaduk yang berputar pada as, sehingga daging buah (pericarp) pecah dan terlepas dari bijinya. Digester terdiri dari tabung silinder yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk ( stirring arms) dibagian dalamnya. Buah yang masuk kedalam digester diaduk sedemikian rupa agar minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah pada proses pengempaan (Pressing). Untuk memudahkan proses pelumatan dilakukan pemanasan dengan suhu ºC yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap 3kg/cm². Temperatur di dalam digester diusahakan jangan sampai 100 ºC karena minyak dan air akan bersatu membentuk emulsi yang akan menyulitkan pada proses pemisahan minyak selanjutnya.

32 32 c. Waktu dan Tempat Waktu : 11 Maret 2009 Tempat : Stasiun Digester d. Alat dan Bahan Alat Bahan : Fruit elevator, mesin pelumat (digester). : Brondolan yang telah direbus dan membrondol/terpipil dari tandan. e. Prosedur Kerja 1. Buah yang telah dirontokkan kemudian diantar naik oleh alat Fruit elevator menuju proses pelumatan (digester). 2. Didalam mesin pelumat (digester) buah akan diaduk untuk memudahkan pengepressan yang optimal sehingga mendapatkan minyak yang dinginkan 3. Pemanasan selama proses pengadukan adalah ± 95 o C untuk mempertinggi efek pengempaan (press) 4. Daging buah tidak boleh lumat menjadi bubur, struktur serabut dari daging buah harus masih tampak. 5. Minyak kasar dari buah yang keluar pada saat pengadukan harus dialirkan keluar dari bejana pengadukan (digester) untuk mencegah pembentukan emulsie.

33 33 f. Hasil Yang Dicapai Brondolan yang telah dilumatkan. PKS Bebunga mempunyai 6 unit digester dengan kapasitas olah 15 ton buah/jam. g. Pembahasan Digester adalah sebuah tabung silindris berbentuk vertikal yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk di bagian dalamnya. pada proses pengadukan harus menghasilkan massa yang merata (homogen) dan peremasan yang optimal, sehingga daging buah dapat terlepas seluruhnya dari biji. 5. Stasiun Pengempaan a. Tujuan Mengeluarkan atau memisahkan minyak dari daging buah kelapa sawit (ekstraksi minyak). b. Dasar Teori Menurut Sunarko, (2007), pengempaan dilakuakan untuk mengambil minyak dari massa adukan buah didalam mesin pengempaan secara bertahap dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari ketel adukan. Minyak yang keluar ditampung di sebuah talang dan dialirikan ke crude oil tank melalui vibrating screen Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, perlu dilakukan pengadukan selama menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau

34 34 ekstrasi. Tujuan ekstraksi untuk mengambil minyak dari massa adukan (Fauzi dkk, 2007). c. Waktu dan Tempat Waktu : 16 Maret 2009 Tempat : Stasiun Press d. Alat dan Bahan Alat Bahan : Kempa ulir (screw press). : Buah hasil pelumatan (digester), Air panas. e. Prosedur Kerja 1. Suhu air panas harus mencapai 90 o C 2. Tekanan press harus diatur agar kerugian minyak didalam ampas cukup rendah, sedangkan biji-biji yang pecah atau hancur harus juga rendah. 3. Buah yang telah diaduk, kemudian diteruskan ke mesin pengempa (pressing) untuk diambil minyaknya. 4. Ampas dan nut hasil dari proses pengempaan kemudian diteruskan untuk diproses lebih lanjut. 5. Apabila viskositas cairan yang tinggi, penambahan air panas bisa dilakukan dengan jumlah penambahan air berkisar % dari berat TBS diolah dengan temperatur ± 90 o C. 6. Minyak kasar yang dihasilkan ditampung pada sand trap tank dan disaring melalui vibrating screne dan terkumpul di Crude Oil Tank

35 35 (COT) sedangkan nut dan fibre masuk kedalam Cake Craker Conveyor (CBC). f. Hasil Yang Dicapai Pada proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar (crude oil). PKS Bebunga memiliki 6 unit screw press dengan kapasitas olah 15 ton buah/jam. g. Pembahasan Proses pengempaan adalah mengeluarkan atau memisahkan minyak dari daging buah kelapa sawit (ekstraksi minyak) dengan menggunakan alat screw press yang bekerja secara kontinue. Prinsip ekstraksi dengan cara screw press adalah menekan buah lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan terdorong keluar lewat lubang-lubang tabung. Selama proses pengempaan berlangsung, dilakukan penambahan air panas % dari berat buah yang diolah dengan temperatur air ± 90 ºC. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses pengempaan dengan kehilangan minyak dalam ampas kecil. 6. Stasiun Pemurnian Minyak (Klarifikasi) a. Pengendapan 1) Tujuan Untuk memisahkan minyak dan sludge dengan prisif pengendapan.

36 36 2) Dasar Teori Menurut Fauzi, dkk (2007), minyak kasar adalah minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepressan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Minyak yang keluar dari crude oil tank segera di klasifikasikan di instalasi-instalasi penjernihan yang melalui beberapa tahap diantaranya dengan sistem pengendapan. Pengendapan adalah memisahkan minyak dan sludge menggunakan alat Continous settling tank. Prinsip pengendapan adalah akibat dari adanya perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak dan sludge (BJ minyak < Sludge) maka minyak akan naik keatas dan sludge akan turun kebawah. 3) Waktu dan Tempat Waktu : Maret 2009 Tempat : Stasiun pemurniaan minyak 4) Alat dan Bahan Alat : Screw Press, Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Clarifier Tank Bahan : Minyak kasar hasil pengepresan.

37 37 5) Prosedur Kerja a) Minyak kasar hasil press yang telah disaring dengan vibrating screen selanjutnya dimasukkan ke penampungan Crude Oil Tank (COT) sedangkan kotoran dan serat dikembalikan ke fruit elevator conveyor untuk diproses kembali ( Re- Cycle) oleh digester dan press. b) Minyak kasar (crude oil) yang ditampung dalam COT kemudian dinaikkan temperaturnya hingga 90 o C 100 o C. Untuk selanjutnya dipompakan ke tangki pengendap Continous Settling Tank (CST). c) Di dalam CST) minyak dan sludge terpisah akibat adanya perbedaan berat jenis (BJ) antara ( BJ Minyak < sludge ) maka minyak akan naik ke atas dan sludge akan turun ke bawah. d) Didalam tangki dilengkapi dengan pengaduk (agitator) yang berputar pada putaran 3-5 rpm bertujuan untuk menaikan minyak yang ada. e) Setelah terjadi pemanasan, minyak diambil melalui skimmer dengan tinggi minyak ± cm dan dikirim ke oil tank sedangkan sludge dikirim ke sludge tank dengan kadar minyak 10%. 6) Hasil Yang Dicapai Minyak kasar dan sludge hasil dari proses pengendapan. PKS Bebunga mempunyai 2 (dua) unit CST dengan kapasitas

38 38 tampung 90 m³, 2 (dua) unit sludge tank dengan kapasitas tampung 24 m³ dan 1 (satu) unit COT dengan kapasitas tampung 10,8 m³. 7) Pembahasan Proses pengendapan dilakukan di dalam tangki pengendapan yaitu CST, sludge tank dan oil tank. Di dalam CST minyak dan sludge dipisahkan berdasarkan prinsif pengendapan yaitu akibat adanya perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak dan sludge. BJ minyak lebih kecil dari pada sludge, maka minyak akan naik ke atas dan sludge akan turun ke bawah dibantu dengan pengaduk (agitator) yang ada di dalam CST agar minyak yang di bawah akan mudah bergerak naik ke atas. Setelah terjadi pemisahan, minyak diambil melalui skimer dan dikirim ke oil tank. Oil tank berfungsi sebagai penampung minyak dari CST dimana minyak mendapat pemanasan dari coil agar kotoran/padatan mengendap dengan temperatur yang dijaga ºC. Sedangkan sludge dikirim ke sludge tank dengan kadar minyak 10 %. b. Sentripugasi 1) Tujuan Untuk memisahkan minyak dengan sludge yang dibantu dengan adanya gaya lempar/putar, sehingga bagian yang berat akan dapat terpisah.

39 39 2) Dasar Teori Pemisahan minyak dengan metode putaran (centrifuge) dibantu dengan alat yaitu sludge separator (centrifuge) adalah mesin berputaran tinggi yang akan digunakan untuk memisahkan cairan-cairan yang tidak bersenyawa yang mempunyai berat jenis berbeda. Dengan bantuan gaya sentrifugal, komponen komponen yang akan dipisahkan dipengaruhi oleh kekuatan yang besar dari gaya grafitasi sehingga pemisahan minyak, air dan padatan akan lebih cepat pada bowl yang berputar (Anonim, 2008). 3) Waktu dan Tempat Waktu : Maret 2009 Tempat : Stasiun pemurnian minyak 4) Alat dan Bahan Alat : Continous Settling Tank (CST), sludge tank, sludge centrifuge, nozzle separator, bursh strainer, sand cyclon, buffer tank, purifier, skimmer dan oil tank. Bahan : Minyak, air, dan sludge. 5) Prosedur Kerja a) Sludge hasil dari pengendapan dari CST dialirkan ke sludge tank, disini sludge mengandung minyak ± 15% sehingga perlu diproses lebih lanjut untuk bisa memisahkan antara minyak, air dan zat padat lainya.

40 40 b) Terlebih dahulu sludge dialirkan ke bursh strainer untuk menyaring fiber dan kotoran sehingga memperkecil vicositas, setelah itu menuju sand cyclone untuk membebaskan pasir agar nozzle separator tidak cepat aus atau tersumbat dan tertampung pada buffer tank sebelum diolah ke decanter atau cantrifuge. c) Sludge dari buffer tank kemudian dialirkan ke sludge centrifuge atau sludge separator sehingga cairan-cairan yang mempunyai BJ yang berbeda terpisahkan, dari sludge centrifuge menghasilkan dua cairan yaitu cairan light phase yang dikembalikan lagi ke CST dan cairan heavy phase dialirkan ke bak fat pit. d) Minyak dari centrifuge kembali ke CST dan diendapakan untuk dialirkan ke oil tank menggunakan skimmer, oil tank sebagai penampung minyak dimana minyak mendapat pemanasan dari steam coil agar kotoran/padatan mengendap, dengan suhu dijaga 95 ºC 100 ºC. e) Minyak dari oil tank kemudian dikirim ke purifier dimana di dalam purifier minyak diolah kembali untuk mengurangi kotoran/impuritis yang terdapat dalam minyak, dengan sistem putaran yang tinggi mencapai rpm, akibat dari gaya centrifuge yang terjadi maka minyak dari oil tank yang mempunyai BJ lebih kecil bergerak keatas poros dan terdorong ke sudut-sudut, sedangkan kotoran dan air yang lebih berat

41 41 terdorong kearah dinding bowl dan dikeluarkan dengan pencucian, minyak hasil pemurnian di purifier dialirkan ke vacuum dryer untuk proses selanjutnya. 6) Hasil Yang Dicapai Minyak hasil pengambilan dari dalam sludge. PKS Bebunga memiliki 6 (enam) unit sludge centripuge, dengan kapasitas 6000 liter/hari dan 4 (empat) unit purifier dengan kapasitas tampung 6000 liter/hari. 7) Pembahasan Sludge centrifuge berfungsi untuk mengolah sludge dengan prinsip sentrifugal untuk menghasilkan/memisahkan antara minyak dan sludge. Minyak berat jenisnya lebih ringan akan bergerak keporos dan terdorong keluar melalui sudut-sudut. Sedangkan air dan kotoran yang berat jenisnya lebih berat dari minyak akan terdorong kearah dinding bowl dan keluar dengan pencucian. Hasil pengolahan dari sludge centrifuge kemudian dikirim kembali ke CST untuk diolah lebih lanjut. c. Penguapan 1) Tujuan Untuk menurunkan kadar air (moisture) yang terdapat dalam minyak.

42 42 2) Dasar Teori Menurut Sunarko (2007), di vacuum dryer minyak diuapkan dengan sistem pengabutan minyak. Vacuum dryer berfungsi untuk menurunkan kadar air (moisture contents) yang terdapat dalam minyak dengan cara penguapan hampa. Alat ini berfungsi untuk menurunkan kadar air (moisture contents) yang terdapat dalam minyak dengan cara penguapan hampa. Alat ini terdiri dari tabung hampa udara dengan vacuum pump. sementara minyak dikabutkan menggunakan nozzle sehingga butir-butir minyak tidak mengalami penguapan dan jatuh kebagian bawah, kemudian dialirkan ke clean oil tank. Air yang terbentuk dalam kondensor langsung ditampung pada tangki air panas dibawahnya (hot well tank). Hal-hal yang perlu diperhatikan : - Tekanan hampa 0,8 0,76 kg/cm 2. - Ujung pipa pengeluaran air dari kondensor harus terendam dalam air hot well tank. - Jika tekanan hampa tidak tercapai lakukan pemeriksaan pada : a. Kebocoran sehingga udara masuk ke dalam vacuum b. Tekanan uap kurang c. Kondisi pompa berfungsi dengan baik

43 43 3) Waktu dan Tempat Waktu : Maret 2009 Tempat : Stasiun pemurnian minyak 4) Alat dan Bahan Alat : Purifier, vaccum dryer, clean oil tank, hot well tank Bahan : Minyak 5) Prosedur Kerja a) Minyak hasil pemurnian di purifier dilakuakn proses penguapan yaitu menurunkan kadar air (moisture) di dalam alat vacuum. b) Minyak di uapkan di dalam vacuum dryer dengan cara penguapan hampa, alat ini terdiri dari tabung yang dihampakan dengan menggunakan pompa vaccum, sementara minyak dikabutkan menggunakan nozzel sehingga butir-butir minyak tidak mengalami penguapan dan jatuh kebagian bawah, kemudian dialirkan ke clean oil tank, air yang terbentuk di dalam condensor langsung ditampung pada tangki air di bawahnya (hot well tank) c) Minyak dari vaccum selanjutnya dipompakan ketempat penampungan minyak (oil storage tank) dengan menggunakan oil pump.

44 44 6) Hasil Yang Dicapai Minyak yang telah diuapkan dengan kadar air 0,10 %. PKS Bebunga memilki 2 (dua) unit vacuum dryer dengan kapasitas 9 ton oil/hari. 7) Pembahasan Kandungan air dalam minyak dari oil purifier masih cukup tinggi sehingga perlu diturunkan menjadi 0,10 % dengan vacuum dryer. Alat ini berfungsi untuk menurunkan kadar air (moisture contents) yang terdapat dalam minyak dengan cara penguapan hampa dengan tekanan 0,8-0,76 kg/cm Hg. Hal ini dimaksudkan agar air cepat menguap dan terhisap keluar melalui lubang pada ujung vacuum dryer. 7. Stasiun Penimbunan a) Tujuan Untuk menampung sementara CPO yang dihasilkan dan menjaga agar kandungan ALB dalam CPO yang disimpan tidak naik. b) Dasar Teori Menurut Naibaho (1998), bahwa penyimpanan dan penangan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga akan menurunkan kualitas minyak sawit. Pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanan, transportasi dan penimbunan

45 45 perlu dilakukan dengan ketat untuk mencengah terjadinya penurunan mutu minyak sawit. Table 2. Spesifikasi Persyaratan Mutu CPO Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) No Jenis uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan: 1.1 Warna - Normal 1.2 Bau dan rasa - Normal 2 Titik leleh ºC Maksimal 24 3 Air dan kotoran, b/b % Maksimal 0,22 4 ALB (sebagai asampalmitat), b/b % Maksimal 5,0 5 Bilangan iod g iod/100gr Minimal 56 6 Cemaran logam 6.1 Besi (Fe) Mg/Kg Maksimal Tembaga (Cu) Mg/Kg Maksimal 0,4 6.3 Timbal (Pb) Mg/Kg Maksimal 0,1 7 Cemaran arsen (As) Mg/Kg Maksimal 0,1 Sumber : SNI c) Waktu dan Tempat Waktu : 20, Maret 2009 Tempat : Tangki penimbunan minyak d) Alat dan Bahan Alat Bahan : Oil pump, storage tank : Minyak CPO e) Prosedur Kerja 1) Minyak hasil pemurnian (clarifikasi) di pompakan ketempat penampungan minyak (oil storage tank) dengan menggunakan oil pump.

46 46 2) Setiap pagi hari dilakukan sounding untuk mengetahui volume minyak dan suhu minyak 3) Crude Palm Oil (CPO) di dalam storage tank selanjutnya dikirim ke bulking station untuk penjualan. f) Hasil Yang Dicapai Hasil yang didapatkan dari stasiun klarifikasi ialah minyak kasar dengan daya tampung minyak produksi yang dimiliki oleh PT. Langgeng Muara Makmur ialah 2 tangki timbun yang masing-masing memiliki kapasitas sebesar 2000 ton/tangki. CPO yang ditampung di dalam tangki timbun memiliki standar ALB yaitu maksimal 3,5 %, kadar air maksimal 0,15 % dan kadar kotoran maksimal 0,015 % dengan rendemen sebesar 23,50 % sesuai dengan standar yang ditentukan pabrik. g) Pembahasan Produksi minyak kelapa sawit yang biasa disebut dengan CPO disimpan dalam tangki timbun (Storage tank) sebelum dikirim ke bulking station. Suhu minyak dalam tangki ini dijaga? 55 o C, tidak boleh terlalu tinggi karena akan mempercepat perkembangan asam lemak bebas akibat reaksi hydrolysis autocatalis dan bila terlalu rendah enzymlypolitic akan aktif yang menyebabkan kanaikan asam lemak bebas. Pabrik Kelapa Sawit Bebunga memiliki standar mutu untuk CPO yaitu dengan kadar ALB 3,5 %, kadar air 0,15 %, dan kadar

47 47 kotoran 0,015 %. Sedangkan menurut SNI no , standar mutu untuk CPO yaitu dengan kadar ALB 5,0 %, kadar air dan kadar kotoran 0,22 %. Hal ini menunjukkan bahwa kadar ALB, kadar air, dan kadar kotoran yang dihasilkan pada PKS Bebunga telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan yaitu dengan kadar ALB < 5,0 %, dan kadar air serta kadar kotoran < 0,22 %. B. Pengolahan Inti Kelapa Sawit 1. Pemisahan Biji dan Serat a. Tujuan Untuk memisahkan antara biji dan serat serta untuk memperoleh biji sebersih mungkin. b. Dasar Teori Serat dan biji yang telah diuraikan dalam Cake Breake Conveyor (CBC) kemudian dilanjutkan kedalam depericarper untuk dipisahkan serat dan bijinya. Sebelum masuk ke dalam separating coloum, biji didalam CBC diuraikan atas fraksi berat yaitu biji utuh, biji pecah, dan inti utuh. Di dalam separating coloum, bahan ringan (ampas dan cangkang halus) akan terhisap oleh udara dan masuk ke cyclone. Sedangkan biji akan jatuh dan masuk ke dalam polishing drum. Akibat gesekan antara biji dan dinding tromol polishing drum, sisa-sisa serat yang melekat akan terlepas dan terhisap ke dalam cyclone (Anonim, 2008).

48 48 c. Waktu dan Tempat Waktu : 11 Maret 2009 Tempat : Stasiun pemisahan biji dan ampas d. Alat dan Bahan Alat : Cake breaker conveyor, separating coloum, nut polishing drum, pneumatic transport system. Bahan : Ampas dari hasil press (ampas dan biji). e. Prosedur Kerja 1. Serat dari hasil pengempaan (press cake) yang terdiri dari campuran biji dan serat, umumnya masih berbentuk gumpalan yang belum terurai di proses di dalam Cake Breaker Conveyor (CBC) agar serat dan biji dapat di pisahkan. 2. Biji dan serat yang telah terurai masuk ke dalam separating coolum, bahan-bahan yang ringan seperti serat dan cangkang halus akan dihisap dan dibawa ke fibre cyclon sedangkan biji akan jatuh kedalam tromol pembersih ( nut polishing drum) yang berputar. 3. Biji yang masuk ke dalam nut polishing drum akan dibersihkan dari sisa serat yang masih menempel, akibat dari gesekan antara biji dan dinding tromol ampas akan terlepas dan terhisap ke dalam siklon. 4. Melalui elevator pnueumatic transport biji dibawa menuju ke silo biji (Nut Silo) untuk proses pengeringan.

49 49 f. Hasil Yang Dicapai Biji (nut) yang telah dipisahkan dari serat dan menghasilkan inti sawit yang baik/maksimal dengan kerugian yang kecil. Dari 100% TBS yang diolah di dapat jumlah biji 11% dan serabut 14%. g. Pembahasan Proses pemisahan biji dan serat dari hasil pengempaan bertujuan terutama untuk memperoleh biji sebersih mungkin dengan cara pnuematis yaitu pemisahan biji dan serat dengan menggunakan udara yang berupa hisapan dimana bahan yang berat akan jatuh ke bawah masuk ke dalam polishing drum sedangkan ampas yang ringan akan terisap ke atas oleh blower untuk masuk ke dalam fiber cyclone untuk digunakan sebagai bahan bakar. 2. Pemeraman a. Tujuan Untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalam biji kelapa sawit dan membiarkan biji untuk menjalani proses penguapan/pengeringan, sehingga mempermudah pelepasan inti dari cangkangnya. b. Dasar Teori Menurut Sunarko (2007), biji yang keluar dari nut polishing drum di angkut ke nut silo untuk dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan dengan cara mengalirkan udara panas. Pengeringan ini bertujuan agar inti tidak melekat di bagian cangkang dan untuk

50 50 memudahkan pemecahan. Proses pengeringan ini berlangsung selama 8 jam. Biji yang akan diproses harus kering karena jika kurang kering menyebabkan biji utuh dan biji setengah pecah banyak terbawa pada cangkang. c. Waktu dan Tempat Waktu : 11 Maret 2009 Tempat : Stasiun pemeraman biji (nut silo) d. Alat dan Bahan Alat : Polishing drum, nut silo, elevator elemen pemanas, blower peniup. Bahan : Biji (nut) e. Prosedur Kerja 1. Biji (Nut) yang telah dibersihkan di polishing drum, kemudian dibawa ke nut silo melalui elevator untuk dikeringkan. 2. Suhu pada silo pengeringan harus memiliki 60ºC - 80ºC. 3. Elemen pemanas harus dibersihkan setiap 2 minggu sekali dan hindari masuknya kotoran dari luar ke blower peniup. 4. Lama pengeringan berkisar 8 jam dan hasil pengeringan tersebut dapat terlihat dari biji yang keluar sudah kocak. f. Hasil Yang Dicapai Biji (Nut) yang sudah kering dan kocak dengan kadar air ± 18 % menjadi ± 12 % serta memudakan untuk proses selanjutnya.

51 51 g. Pembahasan Proses pemeraman/pengeringan inti dilakukan dengan cara mengalirkan udara panas dengan tujuan agar inti mudah lekang dan terlepas dari cangkangnya. Biji yang keluar dari depericarper/polishing drum sebelum dipecah di ripple mill, dikeringkan terlebih dahulu di dalam nut silo (silo pengering biji). Proses pengeringan berlangsung selama 8 jam dengan suhu 60ºC-80ºC, sistem pengeringan yang baik mampu menurunkan kadar air dari biji ± 18% menjadi ± 12%. 3. Pemecahan Biji a. Tujuan Untuk memecah biji seefisien mungkin sehingga diperoleh inti sawit seminimal mungkin b. Dasar Teori Menurut Sunarko (2007), nut craker atau mesin pemecah biji merupakan alat centrifuge yang memiliki rotor berputar dengan kecepatan tinggi putaran per menit. Biji-biji dari nut bin akan masuk ke dalam alat ini. Dalam rotor berputar biji-biji tersebut akan terlempar kuat ke dinding craker dan pecah sehingga inti lepas dari cangkang. Campuran pecahan ini selanjutnya akan disalurkan ke hydrocyclone.

52 52 c. Waktu dan Tempat Waktu : 17 Maret 2009 Tempat : Stasiun pemecah biji (Ripple mill) d. Alat dan Bahan Alat : Nut silo, greading drum, dry nut conveyor, nut elevator, ripple mill. Bahan : Biji (Nut). e. Prosedur Kerja 1. Biji (nut) yang dikeringkan dalam nut silo kemudian diproses di melalui dry nut conveyor dan nut elevator. 2. Kemudian nut masuk kedalam ripple mill untuk dipecahkan. 3. Setelah proses pemecahan nut, maka campuran antara kernel dan cangkang akan di proses lagi. f. Hasil Yang Dicapai Biji yang sudah dipecahkan dan terlepas dari cangkangnya. Dari 100% buah yang diolah dihasilkan kernel yaitu 4,50% dan cangkang 5%. g. Pembahasan Biji yang sudah kering dimasukkan ke dalam alat pemecah biji (ripple mill) dengan rotor yang berputar sehingga biji-biji tersebut terlempar kuat ke dinding tomol yang mengakibatkan biji pecah dan inti terlepas dari cangkangnya.

53 53 4. Pemisahan Inti dan Cangkang a. Tujuan Untuk memisahkan inti kelapa sawit dari pecahan cangkang b. Dasar Teori Prinsip pemisahan biji dan cangkangnya adalah karena adanya perbedaan berat jenis antara inti dengan cangkangnya. Caranya ialah, dengan mengapungkan biji-biji yang telah dipecahkan dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam keadaan ini inti kelapa sawit akan melayang/mengapung dalam larutan, dan berada di atas lapisan cangkang yang mengendap di dasar. Inti dan cangkang diambil secara terpisah kemudian dicuci sampai bersih (Setyamidjaja, 2003). Menurut Anonim (2008), pada Pemisahan kernel dan cangkang ada 2 (dua) metode yang digunakan untuk menghasilkan inti kelapa sawit yaitu: 1). Pemisahan Kering (Dry separation) Pemisahan dengan hisapan udara, memanfaatkan perbedaan berat kernel dengan cangkang (bukan karena perbedaan berat jenis). Bagian yang ringan (cangkang terhisap sedangkan bagian yang berat (kernel) jatuh ke bawah. Dilakukan di dalam suatu kolom vertikal melalui 2 (dua) tahap, yaitu : - Kolom pemisahan pertama Light Tenera Dry Separator (LTDS I) Serabut, cangkang halus dan debu dihisap keluar dipakai sebagai bahan bakar boiler sedangkan kernel dan cangkang kasar

54 54 yang tidak terangkat keluar melalui corong dan air lock menuju kernel grading drum - Kolom Pemisahan Kedua Light Tenara Dry Separator (LTDS II) Prinsip kerjanya sama dengan kolom pemisahan pertama, tetapi kecepatan hisapan udara dan hisapan lebih kecil (hanya sedikit). 2). Pemisahan Basah (Wet Separation) Pemisahan basah yang umumnya digunakan ada 2 cara yaitu dengan clay bath dan dengan hydrocyclone. Clay bath dilakukan dengan cara alamiah sedangkan prinsip pemisahan pada system hydrocyclone dilakukan dengan cara pusingan dan dengan bantuan gaya sentrifugal. c. Waktu dan Tempat Waktu : 17 Maret 2009 Tempat : Stasiun pemisahan biji dan cangkang d. Alat dan Bahan Alat Bahan : Cracked mix separating system, conveyor, hydro cyclone : Kernel dan cangkang. e. Prosedur Kerja 1. Campuran antara cangkang dan kernel diproses di cracked mix separation system melalui conveyor. 2. Kemudian diteruskan ke proses pemisahan dengan menggunakan LTDS (Light Tenera Dry Sparator) dan hydro cyclone, LTDS merupakan pemisahan kernel dan cangkang dengan menggunakan

55 55 pinsip kerja hisapan dari perbedaan berat massa bahan sedangkan hydro cyclone adalah dengan prinsip beda berat jenis. dimana kernel yang memiliki BJ yang ringan akan mengapung dengan bantuan air, dan cangkang yang memiliki BJ yang lebih berat akan jatuh kebawah. 3. Pemisahan antara kernel dan cangkang memiliki dua saluran keluar yang sesuai dengan BJ nya masing-masing. 4. Kernel yang keluar dari hydro cyclone tersebut dimasukkan ke tromol pengering (untuk memisahkan kernel dan air) kemudian dikirim ke silo pengering dengan proses pemanasan. f. Hasil Yang Dicapai Kernel yang telah terpisah dari cangkang, selanjutnya akan diproses lagi di kernel silo dengan hasil yang di peroleh 4,50 % dari 100% TBS yang diolah sedangkan cangkang sebanyak 5 % dan digunakan sebagai bahan bakar boiler. g. Pembahasan Di PKS Bebunga ada dua metode yang digunakan dalam proses pemisahan kernel dan cangkang yaitu pemisahan kering (dry separator) dan pemisahan basah (wet saparation). Pemisahan kering adalah pemisahan yang dilakukan di dalam suatu kolom vertikal dengan bantuan hisapan udara yang berasal dari ventilator dengan prinsif yang diterapkan berdasarkan berat massa, bukan berdasarkan berat jenis. Sedangkan Pemisahan basah

56 56 merupakan pemisahan kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Di pabrik kelapa sawit Bebunga menggunakan sistem pemisah basah yaitu dengan hydro cyclone. Pada hydro cyclone terjadi pemisahan kernel dan cangkang dengan cara pusingan yang dibantu dengan air. 5. Pengeringan Inti a. Tujuan Untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam kernel atau inti sawit. b. Dasar Teori Menurut Anonim (2008), kernel hasil pemisahan hydro cyclone dimasukan ke dalam silo kernel, lama pengeringan berkisar antara jam dengan temperatur C. Kadar air hingga 7% membuat kegiatan mikroorganisme menjadi kurang aktif sehingga pada saat kernel produksi tersebut disimpan (di dalam bulk silo atau gudang) maka proses pembentukan jamur serta proses kenaikan asam (lauris acid) dapat dibatasi. Hal hal yang harus diperhatikan : - Pengeringan terlalu cepat dan temperatur tinggi menyebabkan minyak kernel meleleh. - Pengeringan tidak merata menyebabkan penurunan mutu kernel. - Pengeringan yang baik, menghasilkan kernel dengan kandungan air rata-rata 7% serta kandungan minyak? 49%. -

57 57 c. Waktu dan Tempat Waktu : 23 Maret 2009 Tempat : Stasiun pengeringan inti d. Alat dan Bahan Alat Bahan : Wet kernel, Conveyor wet kernel cyclone, kernel silo. : Kernel. e. Prosedur Kerja 1. Kernel yang keluar dari hydro cyclone kemudian dimasukkan ke dalam trommol pengering dengan bantuan wet kernel conveyor. 2. Pada proses ini kernel akan dihisap keatas oleh wet kernel cyclone dan kemudian diturunkan ke kernel silo. 3. Dalam kernel silo, kernel yang masih mengandung air ± 12% diturunkan kadar airnya menjadi 7% melalui proses pemanasan. 4. Lama pengeringan berkisar jam dengan temperatur 60º C- 70º C. f. Hasil Yang Dicapai Kernel atau inti sawit yang telah dikeringkan dari ± 12% menjadi ± 7% dan pada pengoprasian silo kernel harus berisi penuh atau minimal 80% dari kapasitas silo. g. Pembahasan Kernel silo adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengeringkan inti yang telah terpisah dari cangkang dengan mengalirkan udara panas dan uap. Lama pengeringan berkisar antara

58 jam dengan temperatur C, pengeringan yang tidak merata maka akan menyebabkan penurunan mutu pada kernel yang dihasilkan. 6. Penyimpanan Inti a. Tujuan Untuk menyimpan hasil produksi kernel sebelum pengemasan dan pengiriman. b. Dasar Teori Inti sawit yang telah dipanaskan di kernel silo ditampung di tangki timbun kernel (Kernel Bulk Silo). Tangki ini dilengkapi dengan fan untuk menghembuskan udara agar kernel tidak berjamur akibat adanya kondensasi udara yang menghasilkan air (Anonim, 2008). c. Waktu dan Tempat Waktu : 23 Maret 2009 Tempat : Stasiun penyimpanan inti (Bulk silo) d. Alat dan Bahan Alat : Kernel silo, dry kernnel winowing fan, dry kernel cyclone, dry kernel transfer fan, kernel winowing system, bulk cyclone, bulk kernel silo. Bahan : Kernel yang telah kering dan bersih e. Prosedur Kerja 1. Kernel yang telah dikeringkan di kernel silo teruskan ke dry kernel winowear fan.

59 59 2. Selanjutnya kernel dikirim ke dry kernel cycllone melalui dry kernel transfer fan dan kemudian menuju Bulk Kernel Silo. f. Hasil Yang Dicapai Kernel yang sudah dikeringakan dengan kapasitas bulk silo adalah 500 ton. g. Pembahasan Bulk silo adalah tempat penyimpanan kernel dengan kapasitas 500 ton yang berfungsi untuk memudahkan pengisian kernel ke dalam truk. C. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit 1. Stasiun Pengolahan Limbah Padat a. Tujuan Pengolahan limbah padat bertujuan untuk mengolah limbah dari hasil samping dalam pengolahhan CPO dan kernel seperti tandan kosong dan cangkang untuk dapat dimanfaatkan lagi menjadi pupuk untuk tandan kosong dan sebagai bahan bakar untuk cangkang sehingga dapat menghemat biaya produksi pabrik. b. Dasar Teori Menurut Naibaho (1998), menuliskan dalam bukunya yakni limbah padat tandan kosong kadang-kadang mengandung buah tidak lepas di antara celah-celah ulir di bagian dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan bantingan yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit. Hal ini sering terjadi di pabrik-pabrik yang tekanan

60 60 kerja ketel rebusan dibawah 2,8 kg disertai produksi uap yang tidak mencukupi kebutuhan. Perebusan yang tidak sempurna menghasilkan tandan kosong yang masih mengandung buah hingga 9%. Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak, dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre cyclone. Kualitas asap pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut. c. Pemanfaatan Limbah Padat 1) Pemanfaatan Serat a) Waktu dan Tempat Waktu : 1 April 2009 Tempat : Fibre cyclone b) Alat dan Bahan Alat Bahan : Separating coloum, fibre cyclone, boiler, truk. : Serat atau ampas kelapa sawit. c) Prosadur Kerja 1) Serat atau ampas yang telah dipisahkan di separating coloum, kemudian ditranfer ke fibre cyclone. 2) Di fibre cyclone, serat/ampas dimanfaatan untuk bahan bakar boiler, sedangkan sisanya ditampung untuk dibuang. 3) Serat yang ditampung kemudian diangkat dengan truk untuk dibuang disekitar area pabrik atau perkebunan.

61 61 d) Hasil Yang Dicapai Serat atau ampas dari buah kelapa sawit sebanyak 14 % dari 100 % TBS yang diolah. e) Pembahasan Serat atau ampas yang tekumpul di separating columb akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler dan sebagianya di buang ke pembuangan limbah padat. 2) Pemanfaatan Cangkang a) Waktu dan Tempat Waktu : 1 April 2009 Tempat : Cracked mixture cyclone b) Alat dan Bahan Alat Bahan : Depericarper fan dan truk. : Cangkang sawit. c) Prosedur Kerja 1) Cangkang yang sudah terpisah dari kernel, kemudian dikirim ke depericarper fan melalui depericarper conveyor. 2) Di depericarper, cangkang akan ditampung untuk diambil sebagian kecilnya untuk digunakan sebagai bahan bakar boiler dan sisanya ditampung untuk dijual. d) Hasil Yang Dicapai Cangkang hasil dari pemisahan kernel dengan jumlah 5% dari 100% TBS yang diolah.

62 62 e) Pembahasan Cangkang hasil pemisahan dengan kernel dimanfaatan sebagai bahan bakar boiler dan sebagiannya ada yang dijual dan dibuang. 3) Pemanfaatan Tandan Kosong a) Waktu dan Tempat Waktu : 2 April 2009 Tempat : Empty bunch hopper b) Alat dan Bahan Alat Bahan : Empty bunch hopper : Janjangan/tandan kosong c) Prosedur Kerja 1) Janjangan/tankos hasil dari pemipilan atau threser kemudian dikirim ke hopper dengan menggunakan alat horizontal empty bunch conveyor. 2) Dari hopper janjangan kemudian diangkat dengan menggunakan truk pengangkut untuk diaplikasikan ke kebun atau unit. 3) Setelah sampai dikebun/unit janjangan diletakkan disekitar tanaman sawit untuk kemudian dijadikan pupuk. d) Hasil Yang Dicapai Tandan kosong hasil penebahan/pemipilan di stasiun threser sebanyak 22% dari 100% TBS yang diolah.

63 63 e) Pembahasan Tandan kosong hasil penebahan/pemipilan di stasiun threser dimanfaatkan sebagai mulsa pada tanaman kelapa sawit. 2. Stasiun Pengolahan Limbah Cair a. Tujuan Pengolahan limbah cair bertujuan untuk menanggulangi pencemaran lingkungan dari pabrik sawit serta dengan adanya pengolahan limbah cair maka limbah tersebut nantinya dapat dimanfaatkan sebaga i pupuk bagi kebun kelapa sawit. b. Dasar Teori Menurut Naibaho (1998), limbah cair yang dihasilkan pabrik pengolahan kelapa sawit ialah air drab, air kondensate, air cucian pabrik, air hidrocyclone atau clay bath dan sebagainya. Jumlah air buangan tergantung pada sistem pengolahan, kapasitas olah dan keadaan peralatan klarifikasi. Tabel 4. Baku Mutu Limbah Cair Pada PKS Bebunga Parameter Sumber : Anonim (2008) Air Buangan Sebelum Effluent Range Rata - Rata PH 3,4 5,2 4.2 BOD COD Total Solid Oil and Grease Amonical nitrogen Total nitrogen

64 64 c. Waktu dan Tempat Waktu : 18 Maret 2009 Tempat : Stasiun Limbah Cair d. Alat dan Bahan Alat : Mesin pompa,pipa ukuran 6 inchi, 4 inchi, 2 inchi, kran, cangkul, mikroorganisme (bakteri Methagonen) Bahan : limbah cair (air perebusan limbah cair) e. Prosedur Kerja Pengendalian mutu limbah system kolam. Sebelum air buangan pabrik (Raw Effluent) dialirkan keproses fermentasi, limbah tersebut harus melewati beberapa tahap proses terlebih dahulu. Air buangan limbah yang berasal dari stasiun rebusan dan klarifikasi dipompakan di dalam tangki pemisah minyak (sludge oil recovery tank) atau pat fit, tujuannya adalah untuk mengurangi kadar minyak pada suhu 80-85º C. 1. Pendinginan Air limbah yang keluar dari pat fit masih memiliki suhu yang panas, pada suhu ini tentunya proses fermentasi tidak akan berjalan secara optimal sehingga dibutuhkan proses pendinginan terlebih dahulu, proses ini dilakukan di colling tower, pada proses ini semua air limbah akan diturunkan dari 80-90º C menjadi bersuhu dibawah 40º C.

65 65 2. Pengasaman keasaman air limbah PKS yang keluar dari pat fit berkisar antara 3-5, pada tingkat keasaman ini tidak semua mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. 3. Netralisasi Setelah didinginkan air limbah kemudian dialirkan ke Netralizet Pound (kolam penetral), kolam ini umunya mikroorganisme bekerja optimum pada ph 6,7-7,5 pada dasar nya tingkat keasaman air limbah PKS antara 3-5 maka diperlukan netralisasi agar proses fermentasi berjalan dengan baik. 4. Kolam pembiakan bakteri Pada kolam pembiakan bakteri, pada mikroorganisme yang banyak dikembangkan dalam pengendalian limbah PKS ialah jenis bakteri Methagonen. Bakteri yang bisa diintroduksi bila perkembangannya sangat cepat, agar jumlah bakteri dalam media sebanding. 5. Kolam anaerobik Fermentasi dalam kolam ini terjadi pemecahan bahan organik yang dapat diketahui dari jumlah BODnya yang berkurang hingga 30%, pengurangan BOD ini tentunya akibat reaksi Biooksidasi berjalan dengan sempurna. 6. Kolam Fakultatif Pada kolam Fakultatif terjadi fermentasi aerobik. Lamanya fermentasi dipengaruhi luas dalam kolam, hal ini akan

66 66 mempengaruhi absorbsi udara dari atmosfer kandungan DO yang berasal dari udara berkisar 7-8 rpm dari fetention time. 7. Kolam Aerasi Pada kolam aerasi terjadi pelarutan oksigen dalam menggunakan sistem mekanik. Pada kolam ini limbah ditahan selama ± 10 hari. Pada masa tersebut sudah dapat berlangsung proses oksidasi sehingga BOD menurun. 8. Kolam Aerobik Air limbah yang keluar dari kolam anaerobik perombakan memerlukan oksigen baik oksidasi dengan katalisator mikroorganisme maupun katalisator kimia. 9. Pengaliran Limbah Ke Land Application Setelah melalui proses aerobik air limbah kemudian mengalir ke kolam Sedimentasi atau Polishing pound. Tujuan dari kolam sedimentasi ini untuk mengendapkan padatan-padatan sebelum limbah dibuang keperairan Land application. Limbah yang keluar dari kolam ini diharapkan mempunyai ph 8-9 dan BODnya kurang dari 250 ppm. f. Hasil Yang Dicapai Limbah cair yang di aplikasikan ke kebun kelapa sawit memiliki ph diatas 7 sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit, karena limbah cair kelapa sawit mengandung unsur hara yang sangat

67 67 baik untuk pertumbuhan tanaman sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. g. Pembahasan Limbah cair yang dibuang ke alam bebas atau ke kebun kelapa sawit harus mengalami beberapa tahap pengolahan terlebih dahulu hingga ph limbah yang diperoleh netral atau di atas 7 sehingga diharapkan limbah cair yang nantinya akan dibuang ke lingkungan sekitar pabrik sudah aman dan tidak mencemari lingkungan di sekitar pabrik. D. Analisis Minyak Kelapa Sawit 1. Penentuan Kandungan Asam Lemak Bebas a. Tujuan Untuk mengetahui kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di dalam minyak kelapa sawit. b. Dasar Teori Asam Lemak Bebas merupakan salah satu indikator mutu minyak dan dapat dinetralkan dengan alkali standar (NaOH atau KOH). Asam Lemak Bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara titrasi menggunakan alkali dalam larutan alkohol yang dinyatakan sebagai jumlah mg. Kalium/Natrium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan 1 gram asam lemak bebas yang terkandung pada contoh minyak (Anonim, 1997).

68 68 c. Waktu dan Tempat Waktu : 2, 3, 13 April 2009 Tempat : Laboratarium d. Alat dan Bahan Alat : Tabung kerucut (conical flash), buret, magnetic stirrer, timbangan, gelas ukur, pipet. Bahan : Minyak CPO (sempel), Iso Profil Alkohol (IPA) NaOH dan Indikator PP. e. Prosedur Kerja 1. Timbang 5 gram minyak sampai 0,0001 gram terdekat dalam tabung kerucut (conical flash) 250 ml. 2. Ukur 50 ml larutan IPA dalam tiap sampelnya dan masukan dalam tabung kerucut (conical flash) 250 ml. 3. Tambahkan 3 tetes PP dan digoyang hingga tercampur dengan baik. 4. Tritasi dengan 0,1 N NaOH tetes demi tetes dengan buret sampai larutan berwarna jingga yang lemah. 5. Pindahkan IPA yang telah telah dinetralisir dalam tabung kerucut (conical flash) yang berisi minyak. 6. Letakan tabung kerucut dan isinya pada magnetic stirrer, biarkan campuran tersebut akan mendidih dan sementara itu digoyanggoyang agar minyak pecah menjadi tetesan kecil. Tritasi sampel dengan 0,1 N NaOH tetes demi tetes.

69 69 7. Catat volume NaOH yang digunakan untuk titrasi dan kalkulasikan ALB (%)? 25,6? V W? N Dimana : V = larutan NaoH dalam ml N = Normalitas NaOH W = Berat sampel minyak (gram)\ f. Hasil Yang Dicapai Diketahui berat sampel setelah ditimbang adalah 5,0005 gram, Normalitas NaOH 0,1001 gram dan larutan NaOH 5,2 ml. ALB (%)? 25,6? 5,7? 0,1001 5,0005 = 2,92 % g. Pembahasan Dari hasil analisa yang telah dilakukan didapat kandungan ALB 2,92 %. Ini menunjukkan bahwa Pabrik Kelapa Sawit Bebunga telah memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu dengan kandungan ALB 3,5 %. 2. Penentuan Kadar Air a. Tujuan Untuk mengetahui kandungan air di dalam CPO yang dihasilkan.

70 70 b. Dasar Teori Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengeringan. Standar kadar air adalah < 0,1% (Naibaho, 1998). c. Waktu dan Tempat Waktu : 2, 3, 13 April 2009 Tempat : Laboratorium d. Alat dan Bahan Alat Bahan : Piring Kristal, oven, desikator, timbangan : Minyak CPO (sampel) e. Prosedr Kerja 1. Keringkan piring kristal yang bersih dalam oven selama 15 menit pada suhu 105º C. 2. Biarkan menjadi dingin dalam desikator ± ½ jam. 3. Timbang piring kristal yang kering ini sampai 0,0001 gram terdekat 4. Timbang sampel kira-kira 20 gram ± 0.1 gram 5. Keringkan minyak dalam oven selama 6 jam pada temperature 105 o C. 6. Dinginkan sampel tersebut didesikator selama 30 menit sebelum ditimbang kembali

71 71 7. Timbang sampel yang telah didinginkan dalam desikator 8. Catat semua data timbangan dan kalkulasikan A? B Kadar Air?? 100% C Dimana : A = Berat sampel sebelum di oven B = Berat sampel sesudah di oven C = Berat sampel f. Hasil Yang Dicapai Diketahui berat sampel sebelum di oven adalah 20,6317 gram dan berat sampel sesudah di oven 20,6066 gram, maka kandungan air adalah : 20,6317? 20,6066 Kadar Air?? 100% 20,6317 = 0,12 % g. Pembahasan Dari hasil analisa yang telah dilakukan dihasilkan kadar air yaitu 0,12 %, sedangkan standar untuk kadar air pada PKS Bebunga yaitu 0,15 %. Ini menunjukkan bahwa kadar air yang dihasilkan telah memenuhi standar yang diinginkan yaitu dengan kadar air < 0,15 %. 3. Penentuan Kadar Kotoran a. Tujuan Untuk mengetahui kadar kotoran yang terdapat di dalam minyak sawit (CPO).

72 72 b. Dasar Teori Kotoran yang terdapat dalam minyak ini adalah kotoran yang tidak dapat larut dalam n-heksane dan petroleum ether. Kadar kotoran yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara menimbang residu kering setelah dipisahkan dari contoh dengan menggunakan pelarut. Standar kotoran adalah 0,01% (Naibaho, 1998). c. Waktu dan Tempat Waktu : 2 April 2009 Tempat : Laboratorium d. Alat dan Bahan Alat : Gooch crucible, filter kertas whatmant GF/B Ø 25 mm, vaccum pump, oven, desiktor. Bahan : CPO, hexsane, tissue e. Prosedur Kerja 1. Selesai analisa kadar air, Sampel % kadar air CPO selanjutnya dianalisa kadar kotorannya (dirt content). 2. Letakan filter kertas whatmant GF/B Ø 25 mm pada gooch crucible. 3. Kemudian cuci/bilas dengan hexana kira-kira 10 ml. 4. Keringkan pada suhu 105 o C selama ½ jam. 5. Dinginkan dalam desikator ± ½ jam. 6. Setelah dingin timbang gooch crucible beserta filternya sampai 0,0001 gram terdekat (W1).

73 73 7. Ambil ± 20 gram sampel dari piring kristal (W2). 8. Tambahkan 100 ml hexana yang telah disaring dan aduk hingga merata. 9. Biarkan selama 5 menit sampai benda-benda yang tidak dapat larut mulai tenang. 10. Tuangkan cairan ini dengan hati-hati kedalam gooch crucble dengan dihisap vacuum pump. 11. Pergunakan hexana baru untuk memindahkan minyak dan benda yang tidak larut kedalam wadah gooch crucible dan bilas gelas piring kristal hingga bersih tidak ada minyak. 12. Demikian juga sisa-sisa minyak yang menempel di filter dibersihkan. 13. Matikan power vacuum pump bila cairan dalam gooch crucible telah terhisap semua oleh vacuum pump. 14. Angkat wadah dan usap bagian luarnya dengan kertas tissue yang bersih. 15. Keringkan gooch crucible beserta filternya dalam oven pada suhu 105º C selama ½ jam. 16. Dinginkan dalam desikator selama ½ jam sebelum ditimbang. 17. Timbang kembali gooch crucible beserta filternya sampai dengan 0,0001 gram terdekat (W3) 18. Catat semua data timbangan dan kalkulasikan W3? W1 Kadar Kotoran?? 100% W2

74 74 Dimana : W1 = Berat gooch crucible awal W2= Berat sampel W3= Berat gooch crucible akhir f. Hasil Yang Dicapai Diketahui berat gooch crucible awal adalah 19,2640 gram, berat sampel 20,6037 gram, dan berat gooch crucible akhir 19,2708 gram, maka kadar kotoran : 19,2708? 19,2640 Kadar Kotoran?? 100% 20,6037 = 0,0068 % g. Pembahasan Dari hasil analisa yang telah dilakukan di dapat kadar kotoran 0,0068 %, ini menunjukkan bahwa kadar kotoran yang dihasilkan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh PKS Bebunga yaitu 0,015 %. E. Analisis Inti Sawit 1. Penetapan Kadar Air Inti Sawit a. Tujuan Analisa kadar air memiliki tujuan untuk mengetahui kadar air yang terkandung di dalam inti (kernel) produksi.

75 75 b. Dasar Teori Air dalam inti sawit ada dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi kerena proses alami sewaktu pebuahan dan akibat perlakuan di pabrik pada waktu penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat dilakuakan dengan cara pengeringan. Standar kadar air inti sawit adalah 7,0%. (Naibaho, 1998). c. Waktu dan Tempat Waktu : 17 Maret 2009 Tempat : Laboratarium d. Alat dan Bahan Alat Bahan : Timbangan, piringan petridis, oven : Kernel e. Prosedur Kerja 1. Ambil beberapa biji kernel dari kernel utuh (12 15 gram) kemudian ditumbuk sampai menjadi halus. (dapat juga diiris tipis, ketebalan kurang dari 1 mm). 2. Timbang piringan petri dish diameter 95 mm sampai dengan 0,0001 gram terdekat (W1). 3. Sampel Kernel halus hasil tumbukan kemudian ditimbang seberat 10 gram sampai dengan 0,0001 gram terdekat (W2) 4. Sampel tersebut kemudian dikeringkan dalam oven selama 4 jam pada temperatur 105 o C.

76 76 Setelah dioven dinginkan sampel tersebut didesikator selama ½ jam sebelum ditimbang kembali. 5. Kernel kering yang telah dingin ditimbang lagi sampai 0,0001 gram terdekat (W3), dan kalkulasikan: A? B Kadar Air Kernel?? 100% C Dimana : A = Berat contoh sebelum di oven B = Berat contoh sesudah di oven C = Berat contoh f. Hasil Yang Dicapai Diketahui berat wadah adalah 43,9672, berat sampel adalah 10,2612, dan berat wadah + sampel kering adalah 53,7423, maka kadar air inti sawit : Kadar air = 53, ,9672 = 9, ,2612-9,7751 Kadar Air?? 100% 10,2612 = 4,7372 % g. Pembahasan Dari hasil analisa yang telah dilakukan di dapat kadar air yaitu 4,7372 %, ini menunjukkan bahwa kadar air yang dihasilkan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Pabrik Kelapa Sawit Bebunga yaitu < 7 %.

77 77 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Lapang tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. Pabrik Kelapa Sawit Bebunga memiliki kemampuan mengolah TBS dengan kapasitas olah 45 ton/ jam. Untuk mengetahui proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dimulai dari penimbangan, sortasi buah, perebusan, pemipilan, pelumatan, pengepresan, pemurnian minyak dan penimbunan CPO di storage tank. 2. Standar mutu CPO (Crude Palm Oil) yang dihasilkan pada PKS Bebunga yaitu dengan standar ALB maksimal 3,5%, kadar air 0,15%, kadar kotoran 0.015% dan standar untuk inti kelapa sawit adalah ALB 2,5%, kadar air 7,00%, dan kadar kotoran 6% serta rendemen 23,50 %. 3. Menurut teori yang didapat bahwa proses perebusan yang baik yaitu pada tekanan 2,8-3 kg/cm² dengan waktu perebusan yaitu 90 menit, sedangkan dari hasil Praktek Kerja Lapang pada PKS Bebunga proses perebusan dilakukan pada tekanan 2,3-2,8 kg/cm². B. Saran 1. Penulis menyarankan untuk POLTANESA umumnya dan Program Studi Teknologi Hasil Perkebunan mengadakan kerja sama dengan pihak perusahaan negeri maupun swasta bukan hanya dalam hubungan sebagai tempat kegiatan PKL namun lebih mengarah kepada hubungan kerja.

78 78 2. Penulis menyarankan kepada pihak perusahaan PT. Langgeng Muara Makmur, agar tenaga kerja atau karyawan perlu meningkatkan kinerjanya dalam bekerja dan mengupayakan adanya komunikasi yang lebih baik antar tenaga kerja atau karyawan sehingga tercipta motivasi dan keuletan bekerja untuk mencapai hasil yang maksimal. Khususnya untuk karyawan teknik agar lebih cepat menindak lanjuti terhadap kerusakan kerusakan yang terjadi pada alat alat pengolahan sehingga tidak terjadi penghentian proses produksi dan penumpukan buah di loading ramp, yang akan menurunkan kadar rendemen dan menaikkan ALB. 3. Memberikan bekal ilmu bukan sekedar teori belaka namun harus ada suatu aplikasi ilmu yang mengarah kepada real di lapangan.

79 79 DAFTAR PUSTAKA Anonim, Pengolahan Minyak Kelapa Sawit. Pabrik Kelapa Sawit Bebunga. Anonim, Pedoman Breavet Dasar-1 Pabrik AAL. Jakarta. Fauzi, Y., Yustina E. W., Iman S. dan Rudi., Kelapa Sawit Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. Naibaho, Ponten M Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Setyamidjaja, Djoehana Budidaya Kelapa Sawit. Kasinius. Yogyakarta. Sunarko, Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agro Media. Jakarta.

80 LAMPIRAN 80

81 81 Lampiran 1. Gambar Peralatan dan Mesin di PKS Bebunga a. Pabrik Kelapa Sawit Bebunga b. Jembatan Timbang

82 82 c. Hopper Loading Ramp d. Tranfer Trolly

83 83 e. Loading Ramp f. Sterilizer

84 84 g. Threser h. Fruit Elevator

85 85 i. Hopper Threser. j. Digester dan Vibrating Screen

86 86 k. Screw Press l. CST dan Sludge Tank

87 87 m. Sludge Centrifuge n. Purifier

88 88 o. Vacuum Dryer p. Stasiun Inti Kelapa Sawit

89 89 q. Ripple Mill r. Hydro Cyclone

90 90 s. Kernel Silo t. Horizontal Empty Bunch

91 91 t. Empty Bunch Hopper u. Laboratorium PKS Bebunga

92 92 v. Bulk Silo w. Storage Tank

93 93 Lampiran 2. Gambar Lay out Pabrik di PT. Langgeng Muara Makmur (Sumber: Layout Pabrik PT. Langgeng Muara Makmur, 2009) Gambar 1. Layout Pabrik Kelapa Sawit Bebunga

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA...9 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO

Lebih terperinci

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit 1. LOADING RAMP Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran II : Mesin-mesin dan Peralatan yang digunakan PTPN III PKS Rambutan A. Mesin Produksi Adapun jenis dari mesin- mesin produksi yang digunakan oleh PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN Oleh : JUMARDI NIM. 060 500 100 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. LANGGENG MUARAMAKMUR PABRIK KELAPA SAWIT BEBUNGA DESA BINTURUNG LAMA, KECAMATAN PAMUKAN UTARA, KABUPATEN KOTA BARU, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN. Oleh HARTATI 060500095

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada tahun 1996 oleh PT. Dirga Bratasena Enginering dan resmi beroperasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Tentang Kelapa Sawit. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua Afrika dan cocok ditanam di daerah tropis, seperti halnya dinegara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, terdiri dari beberapa stasiun yang menjadi alur proses dalam pemurnian kelapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaesis Guineses Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk dalam family Palawija. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit. (3)(6) Didalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang disebut bahan mentah adalah kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit. PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari negeria, Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari amerika

Lebih terperinci

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN 2.1. Identitas Pemrakarsa Nama Perusahaan Penanggung Jawab Jenis Kegiatan : PT Arus Putra Maju : Sdr. Dudik Iskandar : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Lokasi Kegiatan : Desa

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN i PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI Oleh : Nur Fitriyani (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN PT Muriniwood Indah Indurtri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN 39 ANALISIS LOSSES PADA NUT AND KERNEL STATION MELALUI PROSES PENDEKATAN DISETIAP PERALATAN Andryas Meiriska Syam 1), Rengga Arnalis Renjani 1), Nuraeni Dwi Dharmawati 2)

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI 3.1 Uraian Proses Tandan buah segar (TBS yang akan diolah menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil/ CPO) dan kernel (kernel palm Oil/ KPO) pada PT. perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Varietas Kelapa Sawit Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas tersebut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang Pengolahan Inti Sawit (Kernel) dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkerbunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini tak

KATA PENGANTAR. serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini tak KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nyalah laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dapat terselesaikan dengan sebagaimana mestinya. Penyusunan

Lebih terperinci

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM i LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN, BUKIT PERMATA MILL DESA BUKIT PERMATA KECAMATAN KAUBUN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: SUSI SUGIARTI NIM.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG Oleh : MARIA ULFA NIM.110 500 106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARHR PT. PERKEBNAN NSANTARA III NTK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODKSI Krismas Aditya Harjanto Sinaga 1, Baju Bawono 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan Negara yang berorientasi di bidang perkebunan dan pengolahan. Perkebunan kelapa sawit di PT. Perkebunan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 i LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN BUKIT PERMATA MILL DESA BUKIT PERMATA KECAMATAN KAUBUN KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: RUSLINDA PRATIWI NIM. 120500103 PROGRAM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR. Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR. Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM. 100500134 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Perkebunan Sumatera Utara PT. Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT. Perkebunan Sumatera Utara pada

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 6 penyakit, produksi tinggi, serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi. Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani dan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh SYAIBUL KHAIR NIM.130500136 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi Agus Suandi, Nurul Iman Supardi, Angky Puspawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Bengkulu

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit I. PENDAHULUAN I.I Latar belakang Pengalaman Praktek Kerja Mahasiswa (PKPM) merupakan salah satu kegiatan yang bergerak dalam bidang pendidikan pada Program Akademik Di Politeknik Pertanian Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PABRIK KELAPA SAWIT PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PABRIK KELAPA SAWIT PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR. 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PABRIK KELAPA SAWIT PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh Mitra Sella Suliani Nim. 080 500 190 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpartikel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah Pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit dengan proses standar menjadi produk minyak sawit

Lebih terperinci

KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH:

KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH: KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH: SENDI ASRI GUNAWAN Nim. 06 5203 004 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Socfin Indonesia telah berdiri sejak tahun 1930 dengan nama Socfindo Medan SA (Societe Financiere Des Caulthous Medan Societe Anoyme) didirikan

Lebih terperinci

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT Oleh : Tim Kajian LATAR BELAKANG 1. Kabupaten Nagan Raya memiliki

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak Sterilizer

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR Oleh: ASRI SANTALINA NAIBAHO NIM. 130500120 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan Lampiran 1: Mesin dan Peralatan 1. Mesin Mesin yang dipakai pada proses produksi kernel palm oil umumnya menggunakan mesin semi otomatis. Tenaga manusia digunakan untuk mengawasi jalannya proses produksi.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR Oleh : DARMIN NIM 060500089 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh ASPIANI NIM. 060500088 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT Perkebunan Sumatera Utara pada awalnya bernama Perusahaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DAN KERNEL CRUSHING PLANT DESA GUNUNG SARI KEC

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DAN KERNEL CRUSHING PLANT DESA GUNUNG SARI KEC LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DAN KERNEL CRUSHING PLANT DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG KAB. KUTAI KARTANEGARA Oleh : RISKA DEWI NIM. 130500132

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, DESA PENGADAN KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, DESA PENGADAN KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, DESA PENGADAN KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: INDRA DAYANTI NIM. 130 500 126 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara L A M P I R A N Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Pimpinan/Staff PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi A. Manajer 1. Memimpin dan mengkoordinir masinis kepala yang ditetapkan direksi 2. Memimpin dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak nabati Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak

Lebih terperinci

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill. : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose. mengurangi kadar air.

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill. : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose. mengurangi kadar air. LAMPIRAN 1. Mesin, Peralatan, dan Utilitas Mesin Produksi Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill untuk setiap stasiun adalah sebagai berikut : 1. Stasiun Perebusan (Sterilizer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam. nonpangan. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam. nonpangan. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam kegunaan minyak kelapa sawit. Minyak

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014 PERSETUJUAN Judul : Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak Kelapa Sawit (CPO) Pada Tangki Timbun Di PT. Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung Kategori : Karya Ilmiah Nama : Marina Batubara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR. 57 LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR Oleh ANING PUTRI NURHIDAYAT NIM.130 500 117 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (WKP) DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (WKP) DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (WKP) DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh : HEBTARIA SIDABALOK NIM. 110 500 103 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Profil Perusahaan 2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Kebun unit Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926 dengan nama NV Cultuur Maatschappy Onderneming

Lebih terperinci

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

!  # $ % % & # ' #  # ( % $ i ! " $ & ' " ( $ i !" ) " " * ' " ' ' ' ' ' ' + ' ", -, - 1 ) ". * $ /0,1234/004- " 356, " /004 "/7 ",8+- 1/3 /0041/4 /009) /010 400 /6 $:, -,) /007- ' ' ",-* " ' '$ " " ;" " " 2 " < ' == ":,'- ',""" "-

Lebih terperinci

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN Joto Wahyudi 1), Rengga Arnalis Renjani 1), Hermantoro 2) Jurusan Teknik Pertanian, Progam Khusus Sarjana Teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Indonesia sekarang ini merupakan tanaman asli Afrika Barat (Geunia) yaitu jenis Elais Geunensis Jacq. Ada jenis tanaman kelapa sawit yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Digester Digester sering disebut ketel adukan yang terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan alat perajang dan pemanas untuk mempersiapkan bahan agar lebih mudah dikempa di screw

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi

Lebih terperinci

Oleh : NUR ASIKIN NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

Oleh : NUR ASIKIN NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN DAN PABRIK MINYAK SAWIT LONGKALI, DESA MENDIK DAN MUNGGU, KECAMATAN LONGKALI, KABUPATEN PASER, KALIMANTAN TIMUR Oleh : NUR ASIKIN

Lebih terperinci

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari 1 A. Sejarah singkat perusahaan BAB III Gambaran Umum Perusahaan PT. Surya Agrolika Reksa suatu perusahaan swasta yang didirikan oleh Adimulya Group pada tahun 1999, berlokasi di Desa Beringin Jaya, Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PKS RAMBUTAN, PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 badan usaha milik negara (BUMN) yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Stasiun Kempa Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian Thresher kemudian terjadi pemisahan antara buah dengan tandan. Buah yang keluar dari Thresher

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dimasukkan pertama kali ke Indonesia oleh bangsa Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius sebanyak dua batang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KEC. KARANGAN, KAB. KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR. Oleh MARDIYYAH NIM.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KEC. KARANGAN, KAB. KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR. Oleh MARDIYYAH NIM. 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KEC. KARANGAN, KAB. KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR Oleh MARDIYYAH NIM. 0805000211 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. SWAKARSA SINARSENTOSA KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR MUKLIS NIM

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. SWAKARSA SINARSENTOSA KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR MUKLIS NIM LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. SWAKARSA SINARSENTOSA KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR Oleh : MUKLIS NIM 060 500 105 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh ZULKIFLI NIM.090 500 098 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT DESA BATU BALAI KECAMATA MUARA BENGKAL KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT DESA BATU BALAI KECAMATA MUARA BENGKAL KALIMANTAN TIMUR. LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT DESA BATU BALAI KECAMATA MUARA BENGKAL KALIMANTAN TIMUR Oleh : Amir Hamzah NIM. 110 5000 74 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. WARU KALTIM PALANTATION (WKP) KEC. WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA PROVINSI. KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. WARU KALTIM PALANTATION (WKP) KEC. WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA PROVINSI. KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. WARU KALTIM PALANTATION (WKP) KEC. WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA PROVINSI. KALIMANTAN TIMUR Oleh ALFONSIUS BIN SIMON NIM: 100 500 130 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2011

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2011 PENELUSURAN MODEL RANCANGAN PERCOBAAN TERSARANG UNTUK MENETAPKAN EKSISTENSI DARI DUA SCREW PRESS YANG TERPASANG DI PT. PP. LONDON SUMATERA INDONESIA, TBK TURANGEI PALM OIL MILL TANJUNG LANGKAT T U G A

Lebih terperinci

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Integrated Palm Oil Process Chain Management UP-STREAM MID-STREAM

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II) termasuk salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada awalnya perusahaan ini dikuasai oleh satu

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. Judul Laporan PKL : Praktek Kerja Lapang (PKL) PT. Tri Tunggal Sentra Buana. : Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan

HALAMAN PENGESAHAN. Judul Laporan PKL : Praktek Kerja Lapang (PKL) PT. Tri Tunggal Sentra Buana. : Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan HALAMAN PENGESAHAN Judul Laporan PKL : Praktek Kerja Lapang (PKL) PT. Tri Tunggal Sentra Buana Palm Oil Mill, Desa Saliki, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Nama

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : ROSI YUSRONI Nim:080 500 197 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Tanaman kelapa sawit, yang memiliki arti penting bagi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Tanaman kelapa sawit, yang memiliki arti penting bagi I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Tanaman kelapa sawit, yang memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Mopoli Raya adalah perusahaan yang berdiri pada tahun 1980 atas usaha dari tiga pendiri utama yaitu: 1. H.A. Basyah Ibrahim (almarhum) 2. H.M.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Produk minyak sawit di Indonesia meningkat dengan pesat pada tahuntahun terakhir ini, sejalan dengan peningkatan luasnya areal perkebunan kelapa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh : SINTA BELA NIM. 130 500 134 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT Istianto Budhi Rahardja Muhammad Sopyan Abstrak Pabrik pengolahan kelapa sawit dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk merupakan sebuah perusahaan yang mengolah berbagai hasil perkebunan seperti cokelat, teh, karet,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk berdiri sejak tahun 1906 dengan nama awal Harrisons and Crossfield Plc (H&C). Perusahaan ini merupakan bekas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. (Handle Vereniging Amsterdam) dari negeri Belanda adalah salah satu unit usaha

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. (Handle Vereniging Amsterdam) dari negeri Belanda adalah salah satu unit usaha BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kebun Bah Jambi yang pada mulanya milik swasta asing NV. H. V. A. (Handle Vereniging Amsterdam) dari negeri Belanda adalah salah satu unit usaha

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tumbuhan tropis yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tumbuhan tropis yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan

Lebih terperinci

TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT. Ari Saraswati. Abstrak

TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT. Ari Saraswati. Abstrak TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PENDAHULUAN Pabrik kelapa sawit adalah pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi produk utama berupa Crude Palm Oil

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR. Oleh : GUSLI NIM.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR. Oleh : GUSLI NIM. i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR Oleh : GUSLI NIM. 090 500 083 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH PEMBUKAAN BLOWER DAMPER PADA DRY SEPARATION SYSTEM. Ahmad Mahfud ABSTRAK

KAJIAN PENGARUH PEMBUKAAN BLOWER DAMPER PADA DRY SEPARATION SYSTEM. Ahmad Mahfud ABSTRAK KAJIAN PENGARUH PEMBUKAAN BLOWER DAMPER PADA DRY SEPARATION SYSTEM Ahmad Mahfud ABSTRAK Permasalahan terkait dengan tingginya losses dan kadar kotoran kernel produksi di Pabrik Kelapa Sawit merupakan permasalahan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PKS PAGAR MERBAU

IV. KONDISI UMUM PKS PAGAR MERBAU digilib.uns.ac.id 38 IV. KONDISI UMUM PKS PAGAR MERBAU A. Sejarah Singkat Perusahaan PTP Nusantara II. merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sebelumnya Perusahaan ini dikuasai oleh Verenigde

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN PENGARUH PROSES PENGOLAHAN TERHADAP MUTU CRUDE PALM OIL (CPO) YANG DIHASILKAN DI PTPN IV PKS ADOLINA PERBAUNGAN-MEDAN TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN 052409076 PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Perusahaan PT. Multimas Nabati Asahan adalah salah satu perusahaan swasta berbadan hukum perseroan terbatas dan termasuk dalam Wilmar Group. PT. Multimas Nabati

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. KARANGJUANG HIJAU LESTARI (KHL) KEC. SEBUKU KAB. NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. KARANGJUANG HIJAU LESTARI (KHL) KEC. SEBUKU KAB. NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. KARANGJUANG HIJAU LESTARI (KHL) KEC. SEBUKU KAB. NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR Oleh YUHAYATI NIM. 070500092 PROGAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci