LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR. Oleh : GUSLI NIM.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR. Oleh : GUSLI NIM."

Transkripsi

1 i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR Oleh : GUSLI NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012

2 ii HALAMAN PENGESAHAN Judul Laporan PKL : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT KALTIM, KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR Nama : GUSLI NIM : Program Studi Jurusan : Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan : Teknologi Pertanian Pembimbing Penguji Ahmad Zamroni,S.Hut.MP. NIP Edy WibowoKurniawan,S.TP.,M.Sc NIP Menyetujui / Mengesahkan, Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Edy Wibowo Kurniawan, S.TP., M.Sc NIP

3 iii KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat, Karunia Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapang dan menyelesaikan penyusunan laporan ini. Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan PKL ini juga tidak terlepas dari peran serta bantuan dari beberapa pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan sikap hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua serta kakak dan Abang yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi. 2. Bapak Ir. Wartomo, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Bapak Edi Wibowo Kurniawan, S.TP.,M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. 4. Bapak Ahmad zamroni, S.Hut.MP. selaku Dosen Pembimbing PKL. 5. Bapak Edi wibowo K,.S.T.P,M.Sc selaku Dosen Penguji PKL. 6. Bapak Elisa Ginsel P., S.TP.selaku Dosen Pengantar PKL. 7. Bapak Sumbogo Edi Priambodo selaku Manajer PKS PT. TPS. 8. Bapak Subhan Syarfata selaku Asisten Kepala PT. TPS. 9. Rekan-rekan Mahasiswa khususnya pada Program Studi TPHP. Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis baik doa maupun dukungan moral dapat dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amin. Dalam

4 iv penyusunan laporan ini penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga Laporan Praktek Kerja Lapang ini bermanfaat untuk penulis khususnya dan para pembaca umumnya Penulis

5 v DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vii viii ix I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Hasil Yang Diharapkan... 3 II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan... 4 B. Manajemen Perusahaan... 5 C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapang... 5 III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Minyak Sawit Pemanenan Transportasi Buah Penerimaan Buah Penimbangan Sortasi Buah / Grading dan Penimbunan di Loading Ramp Perebusan Penebahan Buah / Bantingan Pelumatan Buah (Digester) Ekstraksi Minyak (Press)... 30

6 vi 8. Pemurnian Minyak (Klarifikasi) Penyimpanan Minyak/CPO (Storage) B. Pengolahan Inti sawit Pemisahan Biji dan Ampas Seleksi Biji dan Pemeraman Pemecahan Biji Pemisahan Inti dan Cangkang Pengeringan Inti Penyimpanan Inti C. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit D. Analisis Minyak Kelapa Sawit CPO Analisa Asam Lemak Bebas (ALB/FFA) Analisa Kadar Air Analisa Kadar Kotoran E. Analisis Inti Kelapa Sawit Analisa Kadar Air Analisa Kadar Kotoran IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 71

7 vii DAFTAR TABEL Tabel. Halaman Tabel 1. Standar Matang Panen... 7 Tabel 2. Kelompok fraksi TBS yang diterima dipabrik Tabel 3. Hubungan antara fraksi TBS dan Rendemen Minyak dan Inti Sawit Tabel 4. Komposisi Kimia Limbah Pabrik Kelapa Sawit Tabel 5. Parameter yang dapat dilihat pada limbah cair Pengolahan sawit Tabel 6. Standar SNI Minyak CPO dan Standar Minyak CPO di PKS PT. TPS Tabel 8. Standar SNI Inti Sawit dan Inti Sawit di PKS PT. TPS... 64

8 viii DAFTAR GAMBAR Gambar. Halaman Gambar 1. Surat Keterangan berat TBS yang dimuat kendaraan Gambar 2. Lembaran yang diberikan petugas grading/sortasi pada saat sortasi Gambar 3.. Kurva rebusan... 22

9 ix DAFTAR LAMPIRAN Gambar. Halaman Gambar 1. Flow Chart Stasiun Penerimaan Buah...72 Gambar 2. Flow Chart Stasiun Rebusan...73 Gambar 3. Flow Chart Stasiun Tippler...74 Gambar 4. Flow Chart Stasiun Bantingan dan Press...75 Gambar 5. Flow Chart Stasiun Bantingan Pemurnian (Klarifikasi)...76 Gambar 6. Flow Chart Stasiun Kernel...77 Gambar 7. Flow Chart Limbah cair...78 Gambar 8. Mendodos buah dari pohon...79 Gambar 9. Pengangkutan buah ke TPH...79 Gambar 10. Dodos (alat pemanenan)...80 Gambar 11. Gancu (alat pemanenan)...80 Gambar 12. Tempat Pengumpulan Hasil...81 Gambar 13. Pengangkutan Buah...82 Gambar 14. Penimbangan...83 Gambar 15. Penimbunan di loading ramp...83 Gambar 16. Sortasi buah...84 Gambar 17. Tojok (alat yang digunakan pada saat sortasi)...84 Gambar 18. Lori...85 Gambar 19. Capstan...85 Gambar 20. Sterilizer...86 Gambar 21. Tippler...86 Gambar 22. Tresher...87 Gambar 23. Digester...87 Gambar 24. Press...89 Gambar 25. Sand Trap Tank...89 Gambar 26. Crude Oil Tank...88 Gambar 27. Pure Oil Tank...88

10 x Gambar 28. Continue Settling Tank...89 Gambar 29. Sentrifuge...89 Gambar 30. Sludge Recovery dan Condensat recovery...90 Gambar 31. Storage...90 Gambar 32. Depericarper...91 Gambar 33. Polishing Drum...91 Gambar 34. Nut Grading Drum...92 Gambar. 35.Nut Silo...92 Gambar 36. Ligh Tenera Dry Separating...93 Gambar 37. Claybath...93 Gambar 38. Kolam Limbah...94

11 xi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) secara pasti belum bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Guenia). Sampai saat ini, kedua spesies tersebut sudah menyebar ke seluruh negara beriklim tropis, termasuk Indonesia. Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas terbesar bagi negara setelah karet dan kopi. Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Karena itu, sebagai negara tropis yang masih memiliki lahan cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal asing maupun skala perkebunan rakyat (Sastrosayono, 2003). Industri pengolahan minyak kelapa sawit memungkinkan terciptanya mata rantai pengolahan di dalam negeri, hal ini diharapkan berdampak positif terhadap perluasan kesempatan berusaha menyiapkan lapangan pekerjaan. Untuk memperoleh tenaga kerja yang terampil perlu disiapkan sumber daya manusia

12 xii yang berkualitas dan mampu mengembangkan sumber daya alam yang ada (Pahan, 2000). Perkebunan kelapa sawit membutuhkan penanganan dan pengelolaan yang baik, dan memerlukan teknologi tinggi dalam upaya meningkatkan produktivitas. Dengan cara demikian tujuan pemerintah untuk menjadikan minyak sawit sebagai salah satu industri non migas yang handal di negara kita tentu akan terwujud. Dengan demikian meningkatnya permintaan tenaga kerja, telah mendorong Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil dan mandiri. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut maka dilaksanakanlah kegiatan Praktek Kerja Lapang bagi mahasiswa semester akhir sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan dan memperoleh sebutan Ahli Madya pada program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. B. Tujuan Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini bertujuan agar mahasiswa : 1. Mempraktekkan dan membandingkan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek yang dilakukan di kebun dan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) P.T. TELEN PRIMA SAWIT 2. Mengetahui semua proses pengolahan kelapa sawit, mulai dari proses pemanenan sampai dengan pengolahan minyak sawit dan inti sawit.

13 xiii C. Hasil Yang Diharapkan 1. Menambah wawasan atau pengetahuan mahasiswa/i pada waktu di kebun serta dapat mempelajari dan memahami semua tahapan proses pengolahan minyak kelapa sawit dan kernel kelapa sawit di PKS PT. Telen Prima Sawit. 2. Mahasiswa mampu menguasai kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. 3. Terciptanya tenaga kerja yang terlatih dan terampil dikemudian hari.

14 xiv II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan PT. Telen Prima Sawit Muara Bengkal Mill merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri kelapa sawit di Indonesia khususnya Kalimantan Timur. PT.Telen Prima Sawit ini bisa dibilang Pabrik Kelapa Sawit yang baru di didirikan di Desa Batu Balai Kabupaten Kutai Timur Kalimantan timur. Mulai berjalannya pabrik ini dimulai tanggl yang menadakan dimulainya pengolahan. Sedangkan comisioning pabrik diresmikan oleh Bapak Ahmad Gunung (Pemilik Perusahaan). PT. Telen Prima Sawit mempunyai pemasok bahan baku dari lahan sendiri yang terdiri dari beberapa kebun yaitu. MBE 1, MBE 2, BBE 1, BBE 2, dan LME. Kapasitas olah pabrik di PT. Telen PrimaSawit yaitu 45 ton/jam dengan hasil produksi CPO berkisar ± ton/bln dan Kernel ± ton/bln tergantung proses olah dan TBS yang masuk ke Pabrik. B. Manajemen Perusahaa Jumlah karyawan yang terdapat di Pabrik Minyak Sawit PT. Telen Prima Sawit Muara Bengkal Mill, Desa Batu Balai yaitu sebanyak 85 orang yang terdiri dari: 1. Kantor = 17 orang 2. Lab = 12 orang 3. Proses = 30 orang

15 xv 4. Worshop = 9 orang 5. Compound = 11 orang 6. Security = 6 orang C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan di perkebunan Afdeling 1 MBE (Muara bengkal Estate), yang berlokasi di Desa Batu Balai Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur Kaltim. Sedangkan Praktek Kerja Lapang di Pabrik Kelapa Sawit adalah sebuah perusahaan yang bernama PT. Telen Prima Sawit yang berlokasi di Desa Batu Balai Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur Kaltim. Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan selama 2 bulan yang dihitung sejak tanggal 05 Maret 2012 sampai dengan 05 Mei 2012.

16 xvi III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Minyak Sawit 1. Pemanenan a. Tujuan Tujuan pemanenan yaitu untuk memanen buah agar segera diolah sesuai dengan kriteria matang panen dan agar mendapatkan jumlah TBS yang maksimal dan menjaga kualitas TBS agar tetap tinggi dan kandungan ALB cukup rendah.. b. Dasar Teori Kelapa sawit biasanya berbuah setelah berumur 2,5 tahun. Buahnya menjadi masak setelah berumur 5,5 bulan setelah penyerbukan, dalam pemanenan perlu diperhatikan, sehingga minyak yang dihasilkan juga bermutu baik. Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen di tentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA) minimal (Fauzi, 2007). Suatu areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dapat disebut sebagai Tanaman Menghasilkan (TM) dan dapat dipanen apabila 60% atau lebih buahnya telah matang panen. Selain itu tanaman telah berumur ± 31 bulan, berat janjangan (tandan) telah mencapai 1 : 5, yaitu setiap 5 pohon terdapat 1 tandan buah yang matang panen (Setyamidjaja, 1991).

17 xvii Menurut Pahan (2008), menyatakan bahwa Standar kematangan Buah Yaitu: Tabel 1. Standar Matang Panen No Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fraksi Jumlah Berondolan 1 Fraksi 00 (F-00) 0.00% Sangat Mentah Tidak Ada 2 Fraksi 0 (F-0) < 5,00% Mentah 1-12,3 Buah Luar 3 Fraksi 1 (F-1) 0.00% Kurang Matang 12,5-25% Buah Luar 4 Fraksi 2 (F-2) > 90.00% Matang 25-50% BuahLuar 5 Fraksi 3 (F-3) 0.00% Matang 50-75% Buah Luar 6 Fraksi 4 (F-4) < 3.00% Lewat Matang % Buah Luar 7 Fraksi 5 (F-5) < 2.00% Terlalu Matang Buah Dalam Ikut Memberondol 8 Berondolan 9.50% 9 Tandan Kosong 0.00% 10 Panjang Tangkai TBS < 2.5% c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan yaitu dodos, gancu, parang, karung, batu asah dan angkong (grobak). Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Tandan Buah Segar (TBS) dan berondolan. d. Prosedur Kerja 1. Dalam proses pemanenan alat dodos yang biasanya digunakan untuk melakukan pemanenan. Pohon sawit mempunyai ketinggian rata-rata 2-5 meter dipanen dengan cara jongkok. 2. Pelepah sawit yang menghalangi buah di potong dan di letakkan seperti punggung kerbau sehingga mudah pada saat buah akan di dodos.

18 xviii 3. Buah yang telah dipanen sasuai kreteria panen, TBS di masukkan dalam angkong/gerobak kemudian di angkut bersama berondolan yang jatuh dan dikumpulkan di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil). 4. Pada saat pengumpulan buah, tangkai buah yang masih panjang di potong hingga panjang tangkai maksimal 2 cm agar mengurangi losis yang tinggi. 5. TBS disusun rapi agar tidak berserakan dan diberi hancak agar dapat di tulis no panen yang telah ditetapkan dari orang yang memanen. e. Hasil yang Dicapai Agar berjalannya tujuan dari Sapta Disiplin Potong Buah yaitu 1. buah matang panen (buah N) dipotong semua, 2. Buah mentah (buah A) 0%, 3. Buah lepas dikutip semuanya, 4.Buah disusun rapi di TPH, 5. Pelepah disusun rapi di gawang mati, 6. Pelepah sengkleh tidak ada, 7, administrasi diisi dengan teliti dan tepat waktu. Sehinggas Hasil yang didapatkan berupa Tandan Buah Segar (TBS) dan brondolan yang siap diangkut ke pabrik untuk diproses lebih lanjut atau diolah menjadi minyak. Pada hasil praktek, umur panen berkisar antara 3-5 tahun dan krikteria matang panen yang didapatkan berupa: A = Sebagai buah mentah yang ditandai dengan kurang dari 1 brondolan perkilogram janjang (unripe). B = Sebagai buah matang yang di tandai dengan setiap 1 janjang terdapat 3 berondol yang jatuh ditanah sampai 50 % memberondol (ripe).

19 xix AB = Sebagai buah Abnormal (buah batu, buah sakit,) yang gagal berkembang menjadi buah masak normal Over-ripe = Sebagai buah yang kelewat matang yang di tandai dengan setiap 1 janjang terdapat 50% 90% berondol yang jatuh ditanah. Empty Bunch = Sebagai tandan kosongdi tandai dengan setiap 1 janjang terdapat 90% berondol yang jatuh ditanah hingga membrondol seluruhnya. f. Pembahsan PT. TPS membentuk sapta disiplin potong buah sedikit berjalan mulus tidak sepenuhnya sapta disiplin potong buah di laksanakan dengan baik, selalu ada yang didapat pemotongan yang tidak sesuai prosedur seperti buah mentah (unripe) dan buah kurang matang (underipe) dikarenakan kurangnya pengawasan terhadap pemanen pada saat didalam kebun. Tetapi PT. TPS masih menjalankan sapta disiplin potong buah secara perlahan dengan tujuan pada saat memanen sesuai standar yang ditentukan. 2. Transportasi Buah a. Tujuan Transportasi buah bertujuan untuk mengangkut TBS ke Pabrik untuk segera di olah. b. Dasar Teori

20 xx Dalam pengolahan kebun kelapa sawit, faktor transportasi mendapat perhatian khusus. Keterlambatan (restan) pengangkutan TBS ke PKS akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir (Pahan, 2008). Setyamidjaja (1991), menyatakan bahwa buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik, agar segera dapat diolah. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas (free fat acid) tinggi. Untuk menghindari terbentuknya Asam Lemak Bebas (ALB),pengolahan harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah pemanenan. c. Alat dan Bahan Alat yang di gunakan adalah Truck, gancu, pena dan buku harian Krani. Sedangkan bahan yang digunakan TBS (Tandan Buah Segar) dan berondolan. d. Prosedur Kerja 1. Sebelum TBS dinaikkan dalam truck, krani akan mencatat buah hasil pemanenan beserta nomor panen. 2. Setelah itu, pekerja bagian pengangkutan buah menaikkan buah kedalam truck satu per satu menggunakan alat tojok dan karung. 3. Buah yang ada dalam truck disusun rapi agar pada saat perjalanan buah tidak jatuh dijalanan. 4. Pada saat pengangkutan TBS, mandor bertugas mengawasi yang bertujuan agar tidak adanya manipulasi.

21 xxi e. Hasil yang Dicapai Tandan buah segar (TBS) dapat mencapai tujuan menuju pabrik menggunakan truck/dt f. Pembahasan Pengangkutan dilakukan dengan dengan menggunakan truck/dt bermuatan mencapai 7-8 ton. Pengangkutan TBS dan brondolan dari kebun ke pabrik diusahakan segera diangkut dalam waktu 24 jam dari saat panen dan tidak mengalami kerusakan atau cacat dan tidak boleh ada yang tersisa atau tertinggal di kebun.untuk pengangkutan TBS ke pabrik harus segera mungkin untuk meminimalisirkan naiknya kandungan ALB. Pengangkutan ke pabrik harus sesegera mungkin untuk meminimalisir naiknya kandungan ALB dan menjamin kualitas buah yang dikirim ke pabrik harus tetap dalam keadaan segar, sebaiknya setelah dipanen waktu yang paling optimal setelah dipanen adalah 8 jam. 3. Penerimaan Buah 3.1. Penimbangan a. Tujuan Tujuan penimbangan yaitu untuk mengetahui berat TBS yang masuk ke dalam pabrik dan untuk mengetahui berat produksi yang akan diangkut keluar pabrik berupa CPO, IKS, Janjangan Kosong dan lainnya. b. Dasar Teori

22 xxii Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk kepabrik, yaitu pada saat masuk (berat truck dan TBS) serta pada saat keluar (berat truck). Dari selisih timbangan saat truck masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk kepabrik. Umumnya jembatan timbang digunakan di PKS berkapasitas ton. Jembatan timbang tersebut dioperasikan secara mekanis maupun elektronis. Truck yang keluar masuk ke jembatan timbang harus berjalan perlahan-lahan sebab perangkat elektronik dari jembatan timbang sangat sensitif terhadap beban kejut. Pada saat penimbangan, posisi truck harus berada di tengah agar beban yang dipikul merata (Pahan, 2008). c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan yaitu Jembatan Timbang, Komputer, Printer, dan Pena. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu TBS yang diangkut dalam truck. d. Prosedur Kerja 1. Sebelum ditimbang, Truck yang mengangkut TBS harus melapor pada pos satpam untuk dimintai SPB (Surat Pengantar Buah) yang akan di setempel dan di tanda tangani. 2. Satpam yang bertugas mencatat isi dari SPB yang di masukkan kedalam buku jurnal penerimaan TBS tersebut dan mengijinkan untuk melakukan penimbangan. (isi dari SPB tersebut yaitu nama kebun, afdeling berapa?, nama supir dan no. Polisi )

23 xxiii 3. Truck naik ke atas jembatan timbang secara perlahan sampai ketengahtengah jembatan timbang kemudian matikan kendaraan dan pintu mobil dibuka. 4. Supir harus turun dari kendaraan atau di atas jembatan timbang. Jika ada teman supir yang ikut diharuskan untuk ikut turun dari kendaraan. 5. Setelah petugas penimbangan mencatat berat truck, supir dipersilahkan untuk naik dan membawa kendaraannya pergi ke loading ramp untuk menuang TBS yang dimuat dan kembali untuk di timbang kembali. e. Hasil yang Dicapai Timbangan yang digunakan dapat menentukan hasil dari TBS yang di angkut ke pabrik. Penimbangan bertujuan mengetahui berat tarra, bruto dan netto dari truck yang mengangkut TBS dan yang lain-lain. f. Pembahsan Jembatan timbang yang digunakan oleh pabrik PT. TPS memiliki kapasitas 40 ton. Pada saat penimbangan TBS petugas keamanan bertugas mengatur posisi center truk, memeriksa ada atau tidaknya penumpang atau benda asing di dalam truk dan bentuk-bentuk kecurangan lainya. Pada saat ke jembatan timbang truk harus perlahan-lahan. Bruto adalah berat kotor sedangkan Tarra adalah berat kosong dan Netto adalah berat bersih Setelah semua diketahui, supir akan diberikan surat seperti dibawah ini:

24 xxiv PT. TELEN PRIMA SAWIT PKS MUARA BENGKAL KALTIM Vehicles : AE8262UJ Date : 12/3/2011 Ticket No : 15997/12/3/11 Costomers : BUKIT PERMATA ESTATE Driver Name : NARWOTO Products : TANDAN BUAH SEGAR Do No : 25/II/SPB/TBS/BPE/III/2011 Transporters : BPE Status : Contracts : No Segel Atas : No Segel 1 st Weighing : 12/3/2011 2:39:06PM 9,260 kg Bawah : 2 st Weighing : 12/3/2011 2:44:53PM 3,900 kg Netto : 5,360 kg Adjust Weight : 0 kg Adjust Netto : 5,360 kg Remark : Weighing : DAVID Driver Signature Gambar 1. Surat Keterangan berat TBS yang dimuat kendaraan Truck yang mengangkut TBS di timbang untuk mengetahui berat kotor (bruto) sebanyak kg. Setelah ditimbang TBS dibongkar di loading ramp untuk ditampung sementara kemudian truck ditimbang ulang untuk mengetahui berat kendaraan tersebut berat kosong (tarra) sebanyak kg. Jadi, berat bersih (netto) dalam penimbangan di dapat dengan mengurangi bruto dengan tarra adalah sebagai berikut: Netto = Bruto Tarra = kg kg = kg TBS

25 xxv 3.2. Sortasi Buah / Grading dan Penimbunan Diloading Ramp a. Tujuan Sortasi buah ini bertujuan untuk mengetahui mutu buah yang masuk ke pabrik dari kebun sendiri dan kebun dari luar. tujuan Penimbunan loading ramp yaitu penyimpanan sementara sebelum di masukkan ke dalam lori. b. Dasar Teori Menurut Pahan (2008), TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya di bonkar di loading ramp dengan menuang (dump) langsung dari truck. Loading merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45. Kisi-kisi tersebut berfungi untuk memisahkan kotoran berupa pasir,kerikil, dan sampah-sampah yang terikut dalam TBS. Kotoran yang jatuh melalui kisikisi ditampung oleh dirt conveyor sehingga memudahkan dalam pembuangan. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya. Setiap lori dapat dimuat dengan 2,50-2,75 ton TBS (lori kecil) dan 4,50 ton TBS (lori besar). Sedangkan Risza (1994) menyatakan bahwa setelah truck buah ditimbang, kemudian dibongkar di loading ramp. Pada kesempatan ini ±5% dari jumlah Truck buah disortasi untuk penilaian mutu. Selanjutnya buah dipindahkan kekeranjang lori rebusan yang berkapasitas ±2,5 ton.

26 xxvi TBS pada loading ramp tidak boleh ditahan terlalu lama karena enzim-enzim lipase (enzim pembentuk asam) akan lebih aktif kerjanya pada TBS yang belum direbus, apalagi jika buah tersebut luka atau terlalu matang (over ripe), sehingga aktifitas enzim akan bertambah cepat, dan akan menaikkan kadar FFA (Free Fatty Acid) pada CPO. untuk mengurangi kecepatan aktifitas enzim maka bisa diterapkan seperti prinsip FIFO (First In First Out) dalam pendistribusian TBS kedalam lori ( Olivia, 2006). Tabel 2.Kelompok fraksi TBS yang diterima dipabrik Simbol fraksi Persentase brondolan Kematangan terhadap buah luar 0 1,0 12,5 Mentah 1 12,5 25,0 Kurang matang 2 25,0 50 Matang Matang Lewat matang 5 Buah dalam membrondol Busuk Sumber :(Setyamidjaja, 1991) Tabel3. Hubungan antara fraksi TBS dan Rendemen Minyak dan IntiSawit Symbol fraksi Rendemen ALB minyak sawit Minyak sawit Inti sawit 0 18,50 5,31 1, ,79 5,55 1, ,21 6,41 2, ,86 6,40 2, ,59 6,79 3, ,20 6,62 4,41 Sumber :(Setyamidjaja, 1991)

27 xxvii c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan di loading ramp yaitu Tojok, Ember, Skop, Hopper, Pintu Hidrolik, Lori, Capstan, guide bollar dan Pena. Sedangkan bahan yang digunakan adalah TBS. d. Prosedur Kerja 1. Truck yang telah selesai di timbang akan di sortasi/grading sebelum TBS di bongkar ke hopper. 2. TBS yang ada dalam truck diturunkan di lantai loading ramp kemudian petugas akan mengambil janjang TBS sebagai sampel dari truck untuk disortasi dan kemudian di catat di buku rekap sortasi. 3. Sortasi akan dilakukan menurut kerikteria diatas dan menghitung persentase mutu buah yang telah di sortasi. 4. Setelah selesai disortasi, buah di masukkan dalam hopper dengan system FIFO (First In First Out). 5. TBS yang ada dalam hopper akan di masukkan ke dalam lori-lori melewati pintu hidrolik yang berjumlah 14 pintu. 6. TBS disusun secara manual dalam lori menggunakan alat gancu dan tojok untuk diratakan agar TBS tidak jatuh pada saat TBS masuk ke lori dan agar buah lebih merata masuk dalam lori. 7. Lori yang telah penuh di tarik dengan capstan untuk di pindahkan ke jalur sterilizer dengan menggunakan transfer carriage menuju jalur sterilizer.

28 xxviii e. Hasil yang Dicapai Pelaksanaan dalam proses produksi dapat berjalan baik dengan menggunakan alat yang dapat mempermudah produksi TBS menjadi berkualitas dan lebih cepat pengolahannya. Sedangkan kerikteria sortasi yang dilakukan pada saat Praktek Kerja Lapang yaitu sebagai berikut: 1. Buah Mentah (Unripe) adalah janjang buah yang membrondol tidak mencapi 3 berondolan. 2. Buah Masak (Ripe) adalah janjang buah yang membrondol minimal 3 berondol hingga 50% yang memberondol. 3. Buah Teralalu Masak (Over Ripe) adalah janjang buah yang membrondol 50% berondol hingga 90% yang memberondol. 4. Janjang Kosong (Empty Bunch) adalahjanjang buah yang membrondol 90% berondol hingga memberondol seluruhnya. 5. Tangkai Panjang (Long Stalk) adalah janjang buah yang tangkai buahnya > 2cm. 6. Berondolan (Indeks Kutip) adalah berondolan dari kebun yang di kirim ke pabrik bersamaan dengan TBS. 7. Buah Abnormal adalah buah buah batu, buah landak, buah sakit dan buah pasir. Setelah dilakukan sortasi petugas sortasi/grading mencatat persentasi buah yang masuk menurut kriteria sortasi diatas.

29 xxix Nama kebun : Afdeling : No. Polisi :... Unripe Ripe Over Long Empty Indeks Abnormal Ripe Stalk Bunch Kutip Jml JJ Gambar 2. Lembaran yang diberikan petugas grading/sortasi pada saat sortasi f. Pembahasan Loading ramp yang dimiliki oleh PT. TPS berkapasitas 200 ton yang dimana memiliki pintu 14 dengan system hidrolik dan memiliki lari 30 buah dengan kapasitas muatan 12 ton, meski dalam kerja prektek lapang lori dapat memuat TBS rata-rata kurang lebih 10 sampai 11 ton kemudian sortasi TBS di PT. TPS presentasinya lebih banyak buah matang dari pada buah mentah Perebusan a. Tujuan - Menghentikan aktivitas Enzim Lipase yang bertidak sebagai katalisator dalam pembentukan Asam Lemak Bebas (ALB) - Memudahkan pemipilan (Stripping/Threshing) - Melunakkan daging buah sehingga nut mudah dipisahkan dengan sempurna di depericarper column. - Mengurangi kadar air pada dalam buah

30 xxx b. Dasar Teori Menurut Pahan (2000), Sterilizer merupakan alat atau media perebusan TBS yang berbentuk tabung/slinderis dengan kapasitas tampung lori 4 buah atau sekitar 40 ton. Tabung Sterilizer adalah terbuat dari plat timah, aluminium dan campuran seng steinlees, sehingga pada saat terjadi perbusan kemungkinan besar tidak akan terjadi kontaminasi dari tabung tersebut. Lori-lori yang telah berisi TBS dimasukkan ke ketel perebusan dengan bantuan seperti guide bollar, capstand, dan. TBS dipanaskan dengan uap air yang bertekanan 2,8-3 kg/cm2. Setiap ton TBS memerlukan ± 0,5 ton uap air yang dihasilkan oleh ketel uap. Tekanan uap harus berada antara 2,8-3 kg/cm2 dan lamanya perebusan berkisar 90 menit.. Pengawasan disini harus ketat karena jika tekanan uap tidak cukup maka persentase buah yang tidak lepas dari tandan akan tinggi. Isi satu ketel rebusan bermacam-macam, ada yang 4 untuk pabrik kecil dan ada yang 10 untuk pabrik besar (Risza, 1994). c. Alat dan Bahan Alat yang di gunakan yaitu Sterilizer, panel control, safety valve, kompressor, capstan, trasfer carriage, grafik, presure gaugh, lory, rail dan trolley. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Tandan Buah Segar dan steam (uap).

31 xxxi d. Prosedur Kerja 1. Lori yang telah dipindahkan dari jalur rail loading ramp ke jalur rail sterilizer maksimal 4 lori yang dimasukkan ke dalam sterilizer sedangkan lori yang lain digunakan sebagai pendorong. 2. Setelah lori di masukkan ke dalam sterilizer, pintu sterilizer ditutup kemudian putar tuas pintu untuk di kunci sampai posisi lock ring 75% terkunci. 3. TBS kemudian di rebus selama menit tergantung kondisi buah dan menggunakan suhu C dengan tekanan kg/cm Perebusan ini menggunakan sistem triple peak dimana peak pertama berfungsi untuk membuang udara yang dalam bejana, peak kedua berfungsi sebagai pemanasan bejana, dan peak ketiga berfungsi sebagai proses pematangan sempurna. Kurva Rebusan Tekanan 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 3 bar 47 2 bar 1 bar I II III Lama waktu perebusan Gambar 3. Kurva rebusan

32 xxxii Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh perebusan sebagai berikut: Paek 1 sebagai pemanasan bejana perebusan dimana steam di masukkan dan udara dingin dikeluarkan waktu yang digunakan yaitu 19 menit dengan tekanan mencapai 1 bar. Peak 2 sebagai proses perebusan yang dimana buah direbus untuk mengeluarkan kadar air dalam buah tapi belum mencapai kematangan yang sempurna waktu yang digunakan yaitu 19 menit dengan tekanan mencapai 2 bar. Peak 3 sebagai proses yang kematanganya sempurna mencapai puncak dan pengeluaran terakhir steam untuk deareasi dengan waktu yang digunakan yaitu 47 menit dengan tekakanan mencapai 2,8-3 bar. 5. Setelah masak, petugas rebusan mengecek apakah masih adanya tekanan yang ada dalam bejana dengan cara membuka control valve. 6. Setelah kedua pintu terbuka lori di tarik menggunakan capstan untuk ditarik keluar. e. Hasil yang Dicapai Dalam satu siklus perebusan bila tekanan uap dapat mencapai 2,8 kg/cm 2 bertahan dalam waktu menit pada paek ketiga akan memberikan hasil yang memuaskan.

33 xxxiii f. Pembahasan Di PKS PT.TPS mempunyai 2 unit sterilizer dengan type horizontal doble door berdiameter 2800 cm dengan panjang strilizer ± 20 meter. Setiap 1 unit Sterilizer memuat 4 lori. Di PKS TPS ini digunakan sistem sterilisasi yang tiga puncak. Dari proses perebusan yang baik diperoleh buah yang mudah lepas dari tandan, menonaktifkan Enzim Lipase, dapat melunakkan buah dan memiliki kandungan air yang rendah. Pabrik di PT.TPS memiliki 2 unit sterilizer dimana 1 unit sterilizer dengan muatan 4 lori dan kapasitas setiap lorinya sebanyak 12 ton. Jadi kapasitas 1 unit sterilizer dalam satu kali siklus rebusan selama 85 menit sebagai berikut: KP = kg x 4 lori TBS = kg TBS 4. Penebahan Buah/Bantingan a. Tujuan Tujuan penebahan buah yaitu untuk melepaskan semua berondolan dari janjangan secara maksimal. b. Dasar Teori TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan kealat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada

34 xxxiv sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membantingbanting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Fungsi hoisting crane adalah untuk mengangkat lori yang berisi TBS yang telah masak dan menuangkannya ke dalam automatic feeder dan menurunkan lori ke jalur loading ramp (Pahan, 2008). c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan yaitu Tippler, Mecanical Feeder, inclined Bunch Conveyor, Tresher, Horizontal Empty Bunch Conveyor dan inclined Empty Bunch Conveyor. Sedangkan bahan yang digunakan adalah TBS masak. d. Prosedur Kerja 1. TBS yang telah masak dan masih berada di dalam lori, dimasukkan ke dalam Tippler untuk dituang ke hopper sedikit demi sedikit agar tidak memenuhi hopper. 2. Di ujung hopper ini terdapat mecanical fedeer untuk mengatur jatuhnya janjangan agar tidak terlalu banyak yang jatuh ke inclined bunch conveyor (IBC). 3. TBS masak yang dikirim oleh IBC akan masuk ke Tresher. 4. Didalam Tresher Drum terdapat kisi-kisi dan sudu pengarah. Dimana antaranya yang berfungsi sebagai:

35 xxxv - Kisi-kisi sebagai lubang untuk jatuhnya berondolan dan masuk ke under tresher conveyor. - Sudu pengarah yaitu untuk mengarahkan janjangan keluar dari tresher drum. 5. Drum tresher yang berputar dengan putaran 25 rpm dapat membanting janjangan sehingga berondolan dapat terlepas. 6. Berondolan yang telah terlepas dari janjangannya akan jatuh ke under thresher conveyor melawati kisi-kisi tresher drum untuk diolah lebih lanjut. 7. Sedangkan janjang kosong masuk menuju horizontal empty bunch conveyor dan inclined empty bunch conveyor menuju ke lantai tempat penampungan sementara janjang kosong kemudian di angkut dengan truk untuk di aplikasikan ke kebun. e. Hasil yang Dicapai Pemipilan buah/stepping bertujuan untuk melepaskan seluruh brondolan dari janjangan secara maksimal sehingga kehilangan brondolan dapat dikurangi. f. Pembahasan Proses penebahan di PT. TPS menggunakan sistem bantingan dengan putaran 25 rpm. Pembantingan ini bertujuan agar brondolan/buah sawit dapat terlepas dari tandannya sehingga diperoleh brondolan/buah sawit yang siap untuk diproses lebih lanjut yaitu proses pelumatan buah.

36 xxxvi Proses penebahan ini harus bekerja secara maksimal sehingga tidak ada brondolan/buah yang masih tertinggal di tandan. Dari proses penebahan ini, hasil yang didapatkan berupa brondolan yang telah terlepas dari tandan sawitnya (tankos). Brondolan tersebut selanjutnya dibawa ke digester untuk proses pelumatan buah Hal-hal yang perlu diperhatikan pada stasiun ini antara lain waktu antara menumpang lori dengan menggunakan tippler hingga memasukkan buah ke dalam treshser harus diperhatikan untuk mencapai kapasitas pabrik yang optimal, pemasukan buah ke dalam mecanical fedeer maupun tresher drum harus sesuai kapasitas, apabila berlebih akan menyebabkan terjadinya losses, dan putaran pada treshser drum harus sesuai dengan standar agar jatuhnya tandan tepat dari titik tertinggi dengan tujuan lepasnya berondol dari tandan maksimal.. Di PT. TPS terdapat 2 unit tresher dimana 1 unit tresher berkapasitas 30 ton TBS berarti kapasitas 2 unit tresher adalah 60 ton TBS. Apabila di ketahui kapasitas alat 60 ton TBS dan kapasitas lori 12 ton TBS, maka pengisian setiap 1 lori ke dalam tresher selama 12 menit yang di peroleh dari: = Kapasitas Lori Kapasitas Tresher x 60 menit = 12 ton 60 ton x 60 menit = 12 menit

37 xxxvii 5. Pelumatan Buah (Digester) a. Tujuan 1. Untuk melumatkan buah sehingga biji dan daging buah dapat dipisahkan. 2. Mempermudah proses pengempaan sehingga dapat mengeluarkan minyak dari daging buah secara maksimal. b. Dasar Teori Menurut Hariana (1999),buah yang masuk ke dalam digester diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian besar daging buah sudah terlepas dari dagingnnya, proses pengadukan dan peremasan buah dapat berlangsung dengan baik bila isi ketel adukan selalu dipertahankan penuh. Sedangkan menurut Sunarko (2007), ketel digester memiliki dinding rangkap dan as putar yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar pada as sehingga daging buah (Pericarp)pecah dan terlepas dari biji (Nut). Temperatur di dalam digester diusahakan jangan sampai 100 C karena minyak dan air akan bersatu membentuk emulsi yang akan menyulitkan pada proses pemisahan minyak nantinya (Siahaan, 2007). c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada proses ini yaitu Digerter, Under Tresher Conveyor, Bottom Crosss Conveyor, Bottom Conveyor, Inclined Fruit Conveyor, Top Cross, dan Fruit Distributing Conveyor. Sedangkan bahan yang digunakan adalah berondolan yang telah masak dan steam (uap).

38 xxxviii d. Prosedur Kerja 1. Setelah melalui proses penebahan, brondolan tadi akan di kirim ke digester untuk di lumatkan melalui Under Tresher Conveyor, Bottom Crosss Conveyor, Bottom Conveyor, Inclined Fruit Conveyor, Top Cross, dan Fruit Distributing Conveyor kemudian masuk ke dalam Digester. 2. Digester harus terisi penuh agar mudah pelumatan. 3. Di dalam digester terdapat 10 pasang pisau pengaduk 5 short arm 5 long arm. Fungsi pisau ini untuk mencacah daging buah agar daging buah dapat terlepas dari biji. 4. Dalam pengadukan diberikan steam dan temperatur dalam digester C selama pengadukan menit. 5. Berondolan yang sudah tercacah menuju dasar digester yang akan di kirim keproses selanjutnya (Press). 6. Daging buah akan masuk ke bottom plate digester menuju Press yang diarahkan oleh Expeller Arm. e. Hasil yang Dicapai Digester dapat menghasilkasn minyak dengan pelumatan buah sehingga lebih sempurna sehingga menghasilkan minyak dan terpisahnya nut dan fibber. f. Pembahasan Di PT. TPS memiliki alat digester sebanyak 4 unit dan mempunyai kapasitas masing-masing digester yaitu 35 ton serta memiliki 10 pasang

39 xxxix pisau unuk mencacah buah. Hasil yang didapatkan yaitu pelepasan daging buah dari bijinya dapat terlepas secara maksimal sehingga proses pengempaan lebih mudah dipisahkan antara minyak dan daging buah. Buah yang masuk ke dalam digester diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian besar daging buah sudah terlepas dari biji. Pada proses pengadukan, buah setengah hancur dari fruit distributing conveyor dimasukkan ke digester, kemudian diaduk hingga daging buah terlepas dari biji dan menghancurkan sel-sel dalam buah yang mengandung minyak agar minyak dapat diperas pada proses pengempaan. Proses pengadukan dan pelumatan buah dapat berlangsung dengan baik bila isi digester selalu dipertahankan penuh. Minyak bebas dibiarkan keluar secara kontinyu melalui lubang dasar digester. Terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efektifitas pelumatan pisau digester. Suhu masa digester harus selalu dipertahankan sekitar 90 0 C. Daging buah yang banyak mengandung minyak akan terpisah dari biji sawit. 7. Ekstraksi Minyak (Press) a. Tujuan Tujuan Ekstraksi Minyak yaitu untuk mengeluarkan minyak dari daging buah yang telah dilumatkan.

40 xl b. Dasar Teori Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawan bertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada didalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang diseluruh permukaannya. Dengan demikian, minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui press cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage. Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dillution) sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jumlah penambahan air berkisar 10-15% dari berat TBS yang diolah dengan temperature air sekitar 90 C. Proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50 % minyak, 42 % air, dan 8 % zat padat (Pahan, 2008). c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada prosess Ekstaraksi ini adalah Press, Oil Gutter, Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Pump, dan Solid Conveyor. Sedangkan bahan yang digunakan adalah bubur buah yang telah melalui proses pelumatan.

41 xli d. Prosedur Kerja 1. Buah yang telah dilumatkan akan masuk proses di pengepresan dengan model Doble Screw. 2. buah yang masuk akan ditekan sehingga mengeluarkan minyak dengan tekanan kg/cm Setelah melalui proses penekanan minyak akan keluar melalui lubanglubang (Press cage) dan turun ke Crude Oil Gutter. Sedangkan serabut dan nut akan jatuh Cake Breaker Conveyor. 4. Pada saat proses pengepresan diinjeksikan air panas (delution) dalam screw press untuk diencerkan sebanyak 15-25% dari banyak dengan temperatur air C. 5. Minyak tadi akan masuk ke Sand Trap Tank untuk dikurangi pasir dan benda padat lainnya. 6. Setelah itu minyak kasar tadi akan keluar secara Over Flow dan disaring di Vibrating Screen untuk menyaring serabut-serabut yang ikut dengan minyak. Saringan ini menggunakan mesh 30 dan Proses selanjutnya, minyak yang telah disaring akan tapung sementara di Crude Oil Tank sebelum dikirim ke Stasiun Klarifikasi. Sedangkan serabut yang yang tidak lolos dari daringan tadi akan dikirim kembali untuk di press melalui Solid Conveyor.

42 xlii e. Hasil yang Dicapai Hasil yang dicapai pada saat pengepresan yaitu memisahkan minyak dari daging buah dengan adanya tekanan cone serta mengurangi losis serendah mungkin. f. Pembahasan Proses pengempaan bertujuan untuk mengeluarkan minyak dan cairan. Pengempaan sendiri adalah pemerasan dengan menggunakan tekanan (pressing). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan cone bar dengan menggunakan air pengencer sebanyak 15 30% dari total minyak cairan yang keluar. Ekstraksi minyak menggunakan sistem screw press sebagai alat ekstraksi minyak untuk memisahkan minyak dari daging buah yang telah dilumatkan sehingga diperoleh minyak dari daging buah tersebut. Proses ekstraksi minyak di pabrik ini menggunakan alat double screw press yang berputar secara berlawanan arah dengan tekanan kg/cm 2. Minyak yang keluar dari proses pengempaan ini adalah minyak kasar yang masih bercampur dengan sisa-sisa serabut dan pasir/lumpur yang selanjutnya akan dipisahkan di stasiun pemurnian minyak.

43 xliii 8. Pemurnian Minyak (Klarifikasi) a. Tujuan Tujuan pemurnian minyak yaitu untuk membersihkan minyak dari kotoran-kotoran seperti padatan,lumpur maupun air yang ikut larut dalam minyak. b. Dasar Teori Menurut Risha (2004), melelui stasiun terakhir ini minyak dimurnikan secara bertahap menghasilkan minyak dengan air dan kotoran dilakukan dengan sistem pengendapan, sentifugal, dan penguapan, selanjutnya disimpan dalam tangki (CPO Storage). Proses pengendapan dan pemisahan minyak dari kotoran di stasiun klarifikasi berdasarkan prinsip gaya sentifugaldan berdasarkan berat jenis. Minyak dengan berat jenis lebih kecil bergerak keatas over flowditampung di Wet Oil Tank. Sedangkan sludge denan berat jenis lebih berat akan turun kebawah secara over flow ke Sludge Tank (Setyamidjaja, 1991). Pemurnian minyak di PT. TPS mempunyai 3 sistem pemurnian minya yaitu dengan cara seentifuge (pemusingan), penguapan dan pengendapan. Di sistem pengendapan minyak dengan berat jenis lebih kecil bergerak keatas secara under flow ditampung di Pure Oil Tank. Sedangkan sludge dengan berat jenis lebih berat akan turun kebawah secara over flow melalui skimmer ke Sludge Tank.

44 xliv c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada proses pemurnian ini yaitu CST (Continue Settling Tank), POT (Pure Oil Tank), Buffer Tank, Sludge Tank, Sand Cyclone, Brush Strainer, Oil Recovery Tank, Vacum Dryer, Centrifuge, Stirrer, Skimmer, Fat Fit, Sludge Racovery Tank dan pompa. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu CPO (minyak kotor hasil pengempaa), steam dan air panas. d. Prosedur Kerja 1. Minyak yang telah di tampung di crude oil tank langsung dikirim menggunakan crude oil tank pump menuju CST untuk di lakkukan pengendapan terlebih dahulu. 2. Didalam CST terjadi pengendapan karena ada gaya gravitasi sehingga massa jenis yang lebih berat (kotoran, sludge dan air) akan turun kebawah sedangkan massa jenis yang lebih ringan (minyak) akan berada di atas. 3. Susunan urutan pengendapan dari atas dalam CST berupa minyak, air, sludge, dan kotoran. Minyak yang berada diatas mengalir ke POT secara over flow, sludge yang berada di tegah di alirkan secara under flow sedangkan kotoran di alirkan ke sand fit. 4. Minyak yang secara over flow dikirim ke POT akan dilakukan pemurnian sistem penguapan. Minyak yang ada di POT akan masuk ke vacum dryer untuk di uapkan agar air dalam minyak dapat dikurangi.

45 xlv Sebelum minyak melewati vacum dryer kadar air dalam minyak ± 0,45% menjadi < 0.20%. 5. Pada saat proses pemakuman, minyak di kabutkan melewati nozzelnozzel dalam vacum driyer yang berada tengah atas vacum dryer sehingga air yang ada didalam minyak lebih mudah di uapkan. 6. Minyak yang telah divacumkan akan lasung dikirim ke storage (tangki timbun) dan air yang telah diuapkan akan di masukkan ke dalam hot well tank. 7. Sedangkan sludge yang secara under flow masuk ke sludge tank akan di bersihkan lagi menggunkan sand cyclone agar pasir-pasir halus yang larut dalam minyak dapat di perangkap sehingga mengurangi kotoran pada minyak sebelum dikirim ke buffer tank. 8. Sludge yang telah dikirim ke buffer tank sebagai penampung sementara untuk umpan masuk ke cenrifuge dengan sistem pemusingan. 9. Sebelum sludge masuk ke sentifuge harus di saring lagi dengan alat brush strainer untuk mengurangi serabut-serabut halus agar pada saat sludge masuk ke centifuge tidak tersumbat di setiap nozzel centrifuge. 10. Sludge yang telah dibersihkan dari serabut-serabut halus akan dipisahkan lagi antara sludge dan minyak. Didalam centrifuge, sludge akan masuk ke dalam setiap nozzel yang berputar dengan kecepatan putaran 1740 rpm. Pada saat itu, terjadi pemisahan antara massa jenis. Massa jenis yang lebih ringan (minyak) akan terlempar keluar sedangkan massa jenis yang lebih berat (Sludge) akan jatuh kebawah.

46 xlvi 11. Minyak dari hasil pemisahan di sentifuge akan ditampung sementara ke oil recovery tank sebelum dikirim ke CST untuk di proses ulang. Sedangkan sludge akan kirim ke fat fit untuk penampungan sementara sebelum di kirim ke sludge recovery tank (pengutipan minyak). e. Hasil yang Dicapa Minyak yang dihasilkan dari proses pemurnian ini adalah minyak sawit berupa CPO (Crude Palm Oil) yang tidak mengandung slugde/lumpur dan dengan kandungan air yang sedikit. Minyak CPO ini siap disimpan di dalam tangki timbun dan siap untuk dikirim f. Pembahasan Proses pemurnian dengan sistem pengendapan terjadi di CST (Continuous Settling Tank) dimana pada saat mengendap, minyak akan berada di lapisan atas dan sludge berada di lapisan bawah. Pemurnian dengan sistem pemusingan terjadi di Oil Purifier. Minyak dipisahkan dari sludge dengan gaya sentrifugal. Miinyak yang beratnya lebih ringan akan bergerak ke arah sumbu poros dan terdorong keluar sedangkan sludge yang berat jenisnya lebih berat akan terdorong kearah dinding bowl. Minyak yang telah dipisahkan dari lumpur akan masuk ke dalam vacum dryer untuk menguapkan air yang masih terkandung dalam minyak. Minyak yang dihasilkan dari proses pemurnian ini adalah minyak sawit berupa CPO (Crude Palm Oil) yang tidak mengandung slugde/lumpur dan kadar airnya sedikit. Minyak CPO ini siap disimpan di dalam tangki timbun dan siap untuk dikirim.

47 xlvii 8. Penyimpanan Minyak/CPO (Storage) a. Tujuan Tujuannya Menampung CPO sementara sebelum dikirim. b. Dasar Teori Menurut Setyamidjaja (2003), bahwa minyak yang ditampung dalam tangki-tangki penampung sudah siap unutk di jual kepada konsumen. Penyimpanan dan penanganan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga akan menurunkan kualitas minyak sawit (Naibaho, 1998). c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk penyimpanan minyak adalah Storage dan Pump. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu minyak CPO yang telah di murnikan. d. Prosedur Kerja 1. Minyak yang telah dimurnikan langsung dipompa menggunakan Vaccum pump untuk dikirim ke Storage. 2. Selama penyimpanan ini minyak selalu dipanaskan dengan mengunakan steam coil. 3. Dalam pemanasan temperatur miyak selalu di jaga 90 C. 4. Setiap harinya minyak dalam Storage akan selalu dianalisa FFA-nya.

48 xlviii e. Hasil yang Dicapai Dapat memenuhi standar pabrik TPS dengan kapasitas kurang lebih 200 ton CPO di tanki timbun f. Pembahasan Minyak (CPO) yang telah dimurnikan di satasiun klarifikasi kemuadian disimpan di dalam tangki timbun. Agar kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak tidak naik, maka suhu dalam tangki timbun harus dipertahankan suhunya sekitar C. Sehingga kualitas minyak yang akan dikirim masih tetap terjaga namun di TPS perbulan mendapatkan hasil minyak CPO sekitar 1800 ton dengan kapasitas storega 2000 ton. B. Pengolahan Inti Sawit 1. Pemisahan Biji dan Ampas a. Tujuan Tujuan pemisahan biji adalah untuk memperoleh biji/nut yang bersih dari gumpalan ampas/serabut. b. Dasar Teori Menurut Pahan (2008), cara yang umum digunakan untuk memisahkan biji dengan serabut kelapa sawit yaitu cara pneumatis dan mekanis. Pemisahan dengan cara pneumatis yaitu memisahkan biji dari serabut dengan menggunakan tarikan atau hisapan udara pada sebuah

49 xlix kolom pemisah. Gumpalan ampas dipecah dengan cake breaker conveyor lalu dijatuhkan dibagian sampingatas kolom pemisah. Sementara dari bagian tengahn atas, di beri hisapan udara yang berasal dari fan.pemisahan terjadi adanya perbedaan berat antara dua jenis bahan yang hendak dipisahkan (biji dan serabut). Bahanyang lebih ringan (serabut) akan tertarik ke atas sedangkan biji akan jatuh ke bawah. Biji yang jatuh kebawah langsung masuk ke nut polishing drum (trommol pembersih biji) untuk membersihkan sisa-sisa serabut yang masih menempel pada biji. Selanjutnya, biji yang telah bersih ditampung dan dibersihkan nut silo. c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada proses ini yaitu CBC (Cake Breaker Conveyor), kipas penghisap ( Induced Drought Fan), kolom pemisah biji dan serabut (Depericarper), Nut Polishing Drum, Wet Nut Conveyor, Destoner dan Fiber Cyclon. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu ampas press d. Prosedur Kerja 1. Ampas press yang telah selesai di press akan jatuh di CBC dengan tujuan agar dapat mencacah ampas yang berbentuk gumpalan sehinngga pada saat pemisahan akan lebih mudah. 2. Kemudian ampas tersebut masuk ke dalam kolom pemisah / depericarper untuk dipasahkan berdasarkan berat.

50 l 3. Pada saat ampas masuk dalam depricarper terjadi pemisahan yang mengunakan sistem pneumetis (pemisahan menggunakan hisapan udara) antara nut dan fibber. Benda yang lebih berat berat (nut dan batu) akan jatuh kebawah dan masuk ke dalam polishing drum sedangkan benda yang ringan akan terhisap menuju ke fiber cyclone untuk dijadikan bahan bakar. 4. Nut yang masuk ke dalam polishing drum yang berputar dengan putaran 23 rpm akan dibersihkan dengan adanya gaya gesekan didinding polishing drum dan bantingan mengakibatkan serabut yang masih melekat pada nut akan terpisah. 5. Di pinggiran depan polishing drum terdapat lubang-lubang yang berfungsi sebagai tempat jatuhnya nut ke wet nut conveyor setelah pemisahan serabut yang melekat pada nut. 6. Nut yang jatuh ke wet nut conveyor akan di kirim destoner untuk dipisahkan antara nut dan batu. Di dalam destoner ini juga menggunakan pemisahan dengan sistem pneumatik. 7. Benda yang berat (batu) akan jatuh dilantai, benda yang sedang (Nut) akan di kirim ke nut polishing drum sedangkan benda yang lebih ringan (serabut) akan dihisap ke shell bin e. Hasil yang Dicapai Polishing drum berputar dengan kecepatan ± 32 rpm. Akibat adanya putaran ini, terjadi gesekan yang menyebabkan sisa-sisa serabut yang melekat pada biji akan terlepas.

51 li f. Pembahsan Gumpalan ampas yang bercampur biji yang berasal dari hasil pressan dipecah oleh cake breaker conveyorse hingga biji terlepas dengan ampas. Ampas dan biji dipisahkan di dalam depericarper dengan menggunakan hisapan. Di depericarper ampas dan biji dipisahkan berdasarkan berat jenis dengan teknik isapan blower dimana ampas kering yang berat jenisnya lebih kecil terisap naik ke atas dan masuk dalam fibre cyclone, sedangkan biji yang berat jenisnya lebih besar akan jatuh kebawah dan masuk ke dalam polishing drum. Polishing drum akan berputar dengan kecepatan 21 rpm akibat adanya putaran ini terjadi gesekan yang menyebabkan sisa-sisa serabut yang melekat pada biji dapat terlepas. Dari pemisahan ini didapatkan biji sawit bersih yang telah terpisah dari ampasnya sedangkan ampasx di ambil dan dalam karung. 2. Seleksi Biji dan Pemeraman a. Tujuan Tujuan seleksi biji yaitu untuk menghindari banyaknya kernel pecah sedangkan tujuan pemeraman yaitu untuk mngurangi kadar air sehingga kernel dalam cangkang tidak menempel (kocak). b. Dasar Teori Menurut Setyamidjaja (1991), biji dari alat pembuang daging buah (depericarper) diangkut ke silo dan dikeringkan di sini. Biji-biji yang

52 lii kering ini, intinya mengkerut dan mudah dilepaskan dari cangkang atau tempurungnya. Pahan (2008), menyatakan bahwa pengeringan biji di nut silo dilakukan dengan temperatur C dengan lama pengeringan 6-18 jam. Temperatur tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang dari yang ditetapkan. Jika temperatur kurang maka kadar air biji masih tinggisehingga menyulitkan pemisahan biji dari cangkangnya. Sebaliknya, temperatur lebih tinggi akan menyebabkan kualitas inti rendah (berwarna gelap)jika sistem pengeringan berjalan dengan baik maka kadar air dapat diturunkan dari 18% menjadi 12%. c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah Nut Grading Drum, Nut silo dan Heater fan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah nut yang telah dibersihkan dan steam. d. Prosedur Kerja 1. Nut yang dikirim melewati destoner akan masuk ke nut grading drum. 2. Di nut grading drum terdapat lubang-lubang yang memisahkan nut ukuran kecil, sedang dan besar. 3. Nut yang ukuran kecil akan jauth terlebih dahulu kedalam nut silo kemudian di ikuti nut sedang, setelah itu nut besar. 4. Nut yang masuk kedalam nut silo akan di peram selama jam 5. Nut yang terisi dalam nut silo minimal ¾ penuh.

53 liii 6. Kemudian dipanaskan mengunakan heater fan untuk di hembuskan udara panas. Temperatur dalam nut silo 90 C. e. Hasil yang Dicapai Biji sawit yang sudah dibersihkan di polishing drum akan masuk ke dalam nut silo untuk ditimbun biji sementara sebelum dipecahkan. Penimbunan biji bertujuan untuk menampung biji sehingga mempermudah dalam proses pemecahan biji di ripple mill. f. Pembahasan Penyeleksian biji dilakukan di nut grading drum agar pemecahan biji lebih maksimal yang menghasilkan 3 fraksi yaitu kecil, besar dan, sedang. Penyeleksian biji ini diberikan untuk memisahkan nut kecil, sedang dan besar. Jika nut tidak diseleksi menurut fraksi maka pemecahan biji di ripple mill tidak maksimal. Setiap ripple mill ini ukurannya berbeda-beda karena mengikuti ukuran buah yang masuk. Sedangkan pemeraman berfungsi mengurangi kadar air nut dari 17% menjadi 12 % menggunakan suhu 90 C. pemeraman ini berfungsi sebagai mengurangi kadar air pada nut agar pada saat proses pemecahan di ripple mill lebih maksimal karena kernel yang berada dalam cangkang sudah terlepas (kocak).

54 liv 3. Pemecahan Biji a. Tujuan Tujuan pemecahan biji yaitu untuk memecahkan nut sehingga kernel dapat terlepas dari cangkangnya. b. Dasar Teori Menurut Pahan (2008), ada dua jenis alat pemecah biji yang digunakan di PKS, yaitu dan nut cracker model horizontal (ripple mill). Nut cracker rotor vertical bekerja dengan prinsip pemecahan biji dengan melemparkan ke dinding penahan. Biji masuk dari bagiant engah rotor melelui suatu lorong. Melalui suatu gerak putar, biji akan terlempar akibat gaya sentrifugal. Biji akan mengalami benturan yang sangat keras sehingga pecah dan mengeluarkan inti yang ada didalamnya. Selain biji,bagian inti sawit (kernel) juga ikut pecah. Kernel pecah ini harus dibatasi maksimum 10% karena kernel pecah sangat peka terhadap penjamuran dan pengasaman. Pada nut cracker rotor horizontal (ripple mill), biji seakan dikupas pada suatu stator yang dibuat bergerigi ketika rotor berputar unutk menggerakkan biji-biji tersebut sehingga mengakibatkan biji terpecah. Ripple mill lebih banyak digunakan nut cracker rotor vertical karena tanaman sawit yang banyak diusahakan saat ini yaitu dari jenis Tenera, dimana bijinya cenderung lebih kecil dan cangkang lebih tipis. Penggunaan nut cracker rotor vertical kurang cocok untuk pemecahan

55 lv biji-biji seperti inikarena efek pemecahannya denagan pelemparan akan menyebabkan lebih banyak kernel pecah. c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada proses ini adalah Vibrating Feeder, Ripple Mill, Cracked Mixture Conveyor dan Cracked Mixture Elevator. Sedangkan bahan yang digunakan adalah nut yang telah diperam. d. Prosedur Kerja 1. Nut yang telah diperam di nut silo, kemudian nut akan dipecahkan di ripple mill. 2. Nut akan turun ke ripple mill melewati vibrating feeder yang berfungsi sebagi mengatur nut yang jatuh.\nut akan masuk ketegahtegah riple mill. 3. Nut akan dipecahkan dalam ripple mill dengan cara digiling seakan di kupas kulitnya menggunakan rotor bar dengan putaran rpm ke dinding-dinding (rotor plate) sehingga cangkang akan mudah pecah dan mengeluarkan kernel, tetapi kernel dan cangkang masih tercampur. 4. Setelah terpecah kernel dan cangkang yang masih tercampur akan jatuh ke cracked mixture conveyor kemudian di kirim ke cracked mixture elevator untuk di proses lebih lanjut.

56 lvi e. Hasil yang Dicapai Pemecahan di ripple mill menghasilkan nut yang telah dipecahkan sehigga kernel dapat tepisah seluruhnya dari cangkang. Standar efesiensi pemecahan di ripple mill 90%. f. Pembahasan Repple berfungsi untuk memecahkan nut agar kernelnya terlepas dari cangkangnya sehingga mudah untuk dipisahkan pada proses pemisahan di separator. Alat ini terdiri Rotor Bar dan ripple bar yang terbuat dari besi tuang. Kapasitas ripple mill 4-8 kg/jm 4. Pemisahan Inti dan Cangkang a. Tujuan Pemisahan inti dari cangkang bertujuan yaitu: 1. Agar mendapatkan kernel yang bersih 2. Agar mengurangi kadar kotoran dari kernel sehingga mutu kernel lebih baik. b. Dasar Teori Biji yang kecil akan lebih sulit dipecah dibanding dengan biji yang besar. Semakin banyak serat yang melekat dalam biji maka biji akan lebih sulit dipecahkan, dan sering menghasilkan biji pecah dan inti lekat. Kadar air biji yang rendah akan lebih mudah dipecah dan menghasilkan inti utuh (Naibaho,1998).

57 lvii Menurut pahan (2008), Ada dua sistem atau metode pemisahan kernel dan cangkang, yaitu sistem pemisahan kering dan pemisahan basah. PKS di perkebunan besar umumnya menggunakan gabungan kedua sistem pemisahan tersebut. Pemisahan kering (dry separator) dilakukan dalam suatu kolom vertikal (LTDS) dengan bantuan hisapan udara dari sebuah kipas, dimana fraksi yang lebih ringan (cangkang) akan terhisap ke bagian atas, sedangkan fraksi yang ringan akan jatuh kebawah. Untuk memperoleh kernel yang baik dengan losses yang rendah, pemisahan yang dilakukan dengan dua kolom pemisah. Setiap kolom pemisah bekerja secara dua tahap. Sedangkan pemisahan basah bias dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan sistem clay bathdan hydrocyclone. Pemisahan dengan clay bath didasari oleh perbedaan berat jenis antara kernel (BJ=1,07) dan cangkang (BJ=1,3). Campuran antara kernel dan cangkang dimasukkan kedalam cairan tanah liat (BJ=1,2) yang bebas pasir sehingga kernel akan terapung dan cangkang akan tenggelam. Prinsip pemisahan dengan hydrocyclone juga didasari oleh perbedaan berat jenis antara kernel dan cangkang. Pemisahan pada hydrocyclone dibantu dengan pusingan akibat gaya sentrifugal, sedangkan pada sistem clay bath pemisahan terjadi secara alamiah. c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada proses ini yaitu LTDS 1,2 dan 3 (Ligh Tenera Dry Sparating), Kernel Grading Drum, Kernel Conveyor,

58 lviii Claybath, Vibrating Screen, Shell Transport Fan, Kernel Distributing Conveyor, Dry kernel Elevator dan Shell Bin. Sedangkan bahan yang digunakan kernel yang masih tercampur dengan cangkang, Kalsium Carbonat dan air. d. Prosedur Kerja 1. Cangkang dan kernel yang masih tercampur yang telah dikirim melewati cracked mixture elevator akan masuk ke dalam kolom separator (LTDS1) biasa di sebut pemisahan cara kering. 2. Pada saat masuk ke dalam kolom separator cangkang dan kernel yang masih tercampur akan terpisah karna adanya daya hisapan angin. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan berat sehingga mudah dipisah. 3. Benda yang lebih ringan (cangkang) akan terhisap dan dikirim (LTDS 3) menuju CM cyclone dan masuk ke shell bin untuk dijadikan bahan bakar, benda yang paling berat (kernel utuh) akan jatuh ke dalam Kernel conveyor dan langsung dikirim ke kernel silo, sedangkan benda yang beratnya sedangakan masuk kedalam kernel grading drum melewati air lock. 4. Kernel grading drum ini mengatur jatuhnya kernel untuk pemisahan di kolom separator (LTDS 2).Pemisahan di LTDS 2 prinsipnya sama dengan LTDS 1 tetapi daya hisapannya LTDS 1 lebih cepat dibandingkan LTDS 2.

59 lix 5. Kernel dan cangkang yang masih belum terpisah akan jatuh ke dalam claybath melewati air lock. Pemisahan ini di sebut pemisahan cara basah. 6. Pemisahan yang di claybath menggunakan perbedaan massa jenis. massa jenis yang lebih berat (cangkang =1.30), massa jenis beratnya sedang (campuran air dan kalsium = 1.12), sedangkan massa jenis yang lebih ringan (kernel = 1.02). 7. Massa jenis yang ringan keluar secara over flow dan jatuh ke vibrating screen untuk di cuci kemudian dikirim ke kernel silo, sedangkan massa jenis lebih berat akan turun melewati lubang bawah claybath dan jatuh ke vibrating screen untuk dicuci kemudian masuk Shell Transport Fan dikirim ke shell bin unutk dijadikan bahan bakar. e. Hasil yang Dicapai Dari proses pemisahan tersebut diperoleh inti sawit yang bersih (sudah terpisah dengan cangkangnya) sehingga siap untuk dikeringkan di kernel silo. f. Pembahasan Pemisahan inti dengan cangkangnya dilakukan dengan dua cara yaitu cara pemisahan kering dan pemisahan basah. Cara pemisahan kering terjadi di LTDS 1 dan LTDS 2 dengan menggunakan sistem isapan udara oleh blower. Sedangkan pemisahan dengan cara basah terjadi di caly bath dengan menggunakan kalsium. Pemisahan cara basah (clay bath) didasari oleh perbedaan berat jenis yaitu kernel 1,07 dan

60 lx cangkang 1,3 dan cairan kalsium 1,13. Pemisahan di clay bath meenggunakan kalsium yang bertujuan agar lebih memudahkan proses pemisahan antara kernel (inti) dengan cangkangnya. Dari proses pemisahan tersebut diperoleh inti sawit yang bersih (sudah terpisah dengan cangkangnya) sehingga siap untuk dikeringkan di kernel silo. Hasil yang didapatkan berupa kernel bersih dengan standar kadar kotorannya 0.02%. 5. Pengeringan Inti a. Tujuan Tujuan pengeringan inti yaitu unutk mengurangi kadar air dalam kernel. b. Dasar Teori Kernel yang sudah terpisah dengan cangkang dan masih mengandung 12% air dimasukkan kesilo pengering(kernel dryer) untuk diturunkan kandungan airnya hingga mencapai 7%. Pengeringan dilakukan dengan udara bertemperatur C selama jam. Penurunan kadar air ini bertujuan untuk menonaktifkan kegiatan mikroorganisme sehingga proses pembentukan jamur atau proses kenaikan asam (lauric acid) dapat dibatasi pada saat kernel disimpan (Pahan, 2008).

61 lxi c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada proses ini yaitu Kernel Silo, Wet kernel conveyor, fruit elevator conveyor, heater fan, dan fruit distribution conveyor.. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kernel dan steam. d. Prosedur Kerja 1. Setelah melalui proses pemisahan inti dan cangkan kemudian dikirim ke kernel silo dengan menggunakan alat wet kernel conveyo menuju ke fruit elevator conveyor kemudian menuju ke fruit distributioan conveyor. 2. Kernel yang masuk dalam kernel silo akan dipanaskan dengan udara panas yang dihembuskan menggunakan heater fan. 3. Kernel dalam kernel silo yang harus terisi minimal 80% dari daya tampung kernel silo. 4. Pemanasan dilakukan selama jam hingga kadar air mencapai 6-7% dengan temperatur 90 C. 5. Kernel yang telah kering dikirim ke kernel bin melewati dried kernel conveyor dan winowing transport fan dan kernel bin. e. Hasil yang Dicapai Hasil yang didapatkan berupa kernel yang kadar airnya dari 12% menjadi 6-7 % f. Pembahasan Inti yang sudah terpisah dari cangkang dikeringkan dalam kernel silo dengan suhu 90 C selama jam. Pengeringan inti bertujuan

62 lxii untuk menurunkan kandungan kadar air dalam inti produksi. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan kualitas inti menjadi rusak karena inti mudah ditumbuhi oleh jamur. Dari proses pengeringan inti diharapkan menghasilkan inti produksi dengan kandungan kadar air yang rendah yaitu sekitar 6-7 %. Hasil yang didapatkan berupa kernel yang kadar airnya dari 12% menjadi 7 %. 6. Penyimpanan inti a. Tujuan Penyimpanan inti bertujuan untuk penampungan sementara produksi kernel sebelum dipasarkan. b. Dasar Teori Inti sawit yang ditimbun ditempat yang tidak sesuai dengan persyaratan pergudangan dapat merangsang pertumbuhan mikroba dan menyebabkan terjadinya proses fermentasi sehingga dapat menurunkan kualitas minyak yang terkandung dalam inti sawit (Pahan, 2008). c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk penyimpanan inti yaitu Kernel Bin, Karung, Mesin Jahit dan Spidol.

63 lxiii d. Prosedur Kerja 1. Kernel yang telah melalui proses pengeringan akan ditampung ke kernel bin sebelum pengemasan. 2. Kernel yang ada dalam kernel bin di masukkan dalam karung satu per satu dengan membuka dan menutup chute kernel bin. 3. Karung diisi kemudian di susun rapi dan di jahit dengan menggunakan mesin jahitan beras. Begitu selanjutnya secara continue. 4. Karung yang telah di jahit di beri tanda seperti tanggal pengemasan, tahun pengemasan dan no pengemasan. 5. Setelah dikemas karung yang berisi kernel tadi di susun rapi di atas papan dan siap untuk di pasarkan. e. Hasil yang Dicapai Inti yang siap di kemas dan siap dipasarkan harus memenuhi standar dengan kadar air 7%, kernel pecah 0,15% dan kadar kotoran 6%. f. Pembahasan Di PT. TPS proses penyimpanan kernel dimasukan ke dalam karung goni dengan berat rata-rata inti dalam karung 50 kg. Penyimpanan inti produksi harus disimpan dalam gudang yang bersih dan tidak lembab agar jamur tidak mudah tumbuh sehingga kualitas inti produksi tetap terjaga dengan baik. Inti yang siap di kemas dan siap dipasarkan harus memenuhi standar dengan kadar air 7%, kernel pecah 0,15% dan kadar kotoran 6%.

64 lxiv C. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit a. Tujuan Tujuan pengolahan libah cair PKS yaitu untuk memanfaatkan limbah cair dari proses pengolahan minyak kelapa sawit untuk dijadikan pupuk organik. b. Dasar Teori Menurut Naibaho (1998), limbah cair ialah limbah Yang dihasilkan oleh pabrik dari proses pengolahan kelapa sawit yaitu air drab (air sisa buangan/sludge), air kondensat (air sisa rebusan), air cucian pabrik, air hidrocyclone (sisa pencucian biji) atau claybath dan sebagainya. Jumlah air buangan tergantung pada sistem pengolahan, kapasitas olah dan keadaan peralatan klarifikasi. Menurut pengamatan dari beberapa pabrik kelapa sawit dapat dikatakan bahwa limbah sawit yang dibuang langsung ke sungai akan mempengaruhi kualitas air. Tabel 4. Komposisi Kimia Limbah pabrik kelapa sawit No Komponen % (Berat Kering) 1 Ekstraksi dengan Ether 31,6 2 Protein (N x 6,25) 8,2 3 Serat 11,9 4 Ekstraksi tanpa N 34,2 5 Abu 14,1 6 P 0,24 7 K 0,99 8 Ca 0,97 9 Mg 0,30 10 Na 0,08 11 Energi (Kcal/100 gr) 454 Sumber : Naibaho (1998)

65 lxv Limbah ini mengandung unsur hara yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk dan bahkan digunakan untuk ramuan makan ternak. Dilihat dari komposisi asam amino yang cukup baik untuk dikembangkan sebagaimakanan ternak. Tabel 5. Parameter yang dapat dilihat pada limbah cari pengolahan sawit No Parameter Kadar Maksimal Beban Pencemaran (mg/ltr limbah) Max kg/ton produk 1 BOD COD Total Suspendid Solid Total N Minyak dan Lemak ph 6-9 Sumber : Deputi bidang pengendalian pencemaran air, Bapedal (1995). c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan yaitu pompa dan pipa. Sedangkan bahan yang digunakan sludge dan bakteri metagonesis. d. Prosedur Kerja 1. Sludge yang telah di kutip minyaknya ( limbah) akan lansung dialirkan ke kolam limbah melalui finaly effluent untuk pendinginan dari 60 C menjadi C. 2. Kemudian limbah tersebut di masukkan ke dalam kolam 1, kolam 2 dan kolam tiga. Penampungan di kolam limbah ini untuk mengurangi makanan bakteri pada limbah agar pada saat peroses pengiriman di kolam 4 dan 5, bakteri tidak terlalu banyak menguraikan makanan.

66 lxvi 3. Setelah limbah yang telah dikurangi makanannya selama dikirim ke kolam 4 dan 5. Pada kolam ini limbah akan di berikan bakteri yang dikirim dari kolam pembiakan dengan tujuan untuk mengurai senyawasenyawa organik dalam limbah hingga mencapai kadar COD 500 ppm dan BOD 250 ppm serta ph limbah Limbah yang telah diuraikan akan di masukkan ke dalam kolam 6 untuk di berikan bakteri lagi agar mencapai standar BOD, COD dan ph limbah. Standar limbah yang ada di PT.TPS BOD 100 ppm, COD 350 ppm dan ph limbah netral 7. Limbah yang baik dapat di lihat dengan tidak adanya sekam pada dalam kolam tersebut. 5. Limbah yang telah di mencapai standar diatas kemudian di tampung sementara di kolam 7 sebelum di aplikasikan ke kebun. e. Hasil yang dicapai Masa tinggal limbah selama proses berlansung membutuhkan waktu ± hari kemudian hasil pengolahan limbah cair langsung disalurkan ke sungai. f. Pembahasan Adapun pengolahan limbah cair hasil pengolahan minyak sawit menggunakan 8 (delapan) buah kolam. Dimana kolam 1, 2 dan 3 adalah kolam penampungan untuk diberikan sedikit bakteri untuk mengurangi makanan. Kolam 4 dan 5 merupakan kolam dimana bakteri bekerja untuk menguraikan senyawa-senyawa organik. Proses ini ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung gas methane dan CO 2 sebagai hasil

67 lxvii dari proses fermentasi secara anaerob. Kandungan BOD air limbah yang diharapkan setelah proses ini adalah kurang dari 3000 ppm. Dari primary anaerob pond, air limbah sudah bisa dialirkan ke lahan tanaman untuk land application. Sebagian air limbah dari primary anaerob pond dipompakan kembali ke acidification pond, dengan tujuan untuk meningkatkan kecepatan pembiakan bakteri anaerobik. D. Analisis Minyak Kelapa Sawit CPO Tabel standar analisa minyak CPO menurut SNI dan pabrik di PT. TPS dapat dilihat dibawah ini untuk mengetahui perbandingan kualitas CPO yang di dapatkan di PT. TPS. KRETERIA SNI PT.TPS ALB 5% 3,50% KADAR AIR 0,45% 0,10% KADAR KOTORAN 0,05% 0,025% Tabel 6. Standar SNI dan standar PT.TPS minyak CPO 1. Analisa Asam Lemak Bebas (ALB/FFA) a. Tujuan Untuk mengetahui kandungan kadar ALB dari CPO produksi yang di hasilkan. b. Dasar Teori

68 lxviii Asam lemak bebas dapat dinetralkan dengan alkali standar (NaOH/KOH). Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator mutu minyak. Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak menjadi asam-asamnya. Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator mutu minyak yang dapat diukur dengan cara titrasi menggunakan alkali dalam larutan alkohol (Naibaho, 1998). Standar SNI FFA CPO menurut Badan Standardisasi Nasional (1992), yaitu maksimal 5 %. c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan yaitu Timbangan Analitik, Erlenmeyer, Pipet Tetes, Automatic Burret, dan Hot Plate, gelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan CPO produksi, PP (Phenolpthalein),IPA (Isoprofil Alkohol)dan NaOH. d. Prosedur Kerja 1. Timbang 5 gram minyak dalam erlenmeyer (250 ml). 2. Ambil larutan Isoprofil Alkohol sebanyak 50 ml dan masuk ke dalam erlenmeyer lain (250 ml). 3. Tambahkan 3 tetes PP (Phenolpthalein) dalam larutan Isoprifil alkohol 4. Tambahkn 1 tetes NaOH ke isoprifil alcohol hingga berwarna merah muda.

69 lxix 5. Masukkan larutan Isoprifil Alkohol ke dalam Erlenmeyer yang berisi minyak. 6. Letakkan keatas Hot Plate untuk dipanaskan sampai minyak homogen sambil digoyang-goyangkan. 7. Setelah homogen, titrasi dengan NaOH tetes demi tetes. 8. Goyang-goyang hingga timbul berwarna merah yang tidak hilang selama 30 detik kemudian hentikan titrasi. 9. Catat volume NaOH yang digunakan. %FFA = 25,6 x Normalitas NaOH (0,1013) x jumlah titrasi yanh digunakan (ml) W (Berat Sampel) e. Hasil yang dicapai Dari hasil uji lab diketahui bahan volume NaoH 0,1 Nyang digunakan untuk titrasi 5,3 ml dan berat sampel adalah 5,1129 gr sedangkan normalitas NaoH yang digunakan 0,1013 g????????????????????????????????????? f. Pembahasan Hasil analisa ALB CPO produksi di pabrik PT. TPS dapat dilihat bahwa CPO yang dihasilkan dengan kadar ALB 2,68% yang telah memenuhi standar mutu pabrik yaitu maks. 3,50 % dan juga telah memenuhi standar SNI maks. 5 %.

70 lxx 2. Analisa Kadar Air a. Tujuan Untuk mengetahui kandungan kadar air dari CPO produksi yang dihasilkan. b. Dasar Teori Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengeringan (Naibaho, 1998). Standar SNI Kadar Air CPO menurut Badan Standardisasi Nasional (1992), yaitu maksimal0,45 %. c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan analisa ini yaitu Kristalzing disk, Oven, Desikator, dan Timbangan Analitik. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu CPO produksi. d. Prosedur Kerja 1. Kristalzing disk dikeringkan dalam Oven selama 15 menit pada suhu 105 C. 2. Dinginkan kedalam desikator selama ½ jam. 3. Piring kristal yang telah kering di timbang 4. Sampel ditimbang sebanyak 20 gram (W1) 5. Minyak dikeringkan selama 5 jam pada temperatur 105 C. 6. Sampel tersebut didinginkan dalam desikator selama 30 menit.

71 lxxi 7. Sampel yang telah dingin ditimbang (W2). 8. Setelah dianalisa kadar air minyak, minyak tadi akan langsung dianalisa kadar kotorannya. %Kadar Air = (W1) - (W2) (W1) x 100% e. Hasil yang dicapai Jika diketahui: Dari hasil uji lab diketahui sampel yang digunakan sebanyak 20,3292 g (W1) sedangkan yang sampel yang sudah didinginkan dan ditimbang sebanyak 20,3069 g (W2).???????????????????????????????????? = 0,10 % f. Pembahasan Di PT. TPS memiliki standar untuk kadar air maks. 0,10%. Dari hasil analisa kadar air CPO Produksi yang dihasilkan yaitu 0,10 %. Hal ini menyatakan bahwa minyak CPO produksi di pabrik ini memenuhi standar mutu pabrik dan memenuhi standar SNI yaitu maks. 0,45 %. 3. Analisa Kadar Kotoran a. Tujuan Untuk mengetahui kandungan kadar kotoran dari minyak/cpo produksi yang dihasilkan.

72 lxxii b. Dasar Teori Kotoran yang terdapat dalam minyak ini adalah kotoran yang tidak dapat larut dalam n-heksane dan petroleum ether. Kadar kotoran yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara menimbang residu kering setelah dipisahkan dari contoh dengan menggunakan pelarut (Naibaho, 1998). Standar SNI Kadar Kotoran CPO menurut Badan Standardisasi Nasional (1992), yaitu maksima l0,05 %. c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada analisa ini yaitu Filter Kertas watman paper, Gooch Crucible,Oven, Desikator, Vacum Pump, kristalzing disk dan Timbangan Analitik. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu CPO produksi. d. Prosedur Kerja 1. Filter Kertas Whatmant 25 mm diletakkan dalam Gooch Crucible. 2. Dicuci dengan hexana ± 10 ml kemudian masukkan kedalam Oven untuk dikeringkan pada temperatur 105 C selama 30 menit. 3. Dinginkan kedalam Desikator ± 30 menit kemudian ditimbang Gooch Crucible beserta Filternya (W1) 4. Kristalzing disk di nol kan pada saat penimbangan kemudian Sampel diambil sebanyak 20 gram. (W2) 5. Campurkan Hexana ke dalam sampel sebanyak 100 ml yang telah disaring kemudian diaduk hingga larut dalam minyak.

73 lxxiii 6. Sampel dituang kedalam Gooch Crucible yang dihisap oleh Vacum Pump. 7. Kristalzing disk di cuci menggunakan Hexana baru untuk memindahkan minyak yang masih ada dalam Piring Kristal. Demikian juga sisa-sisa minyak yang menempel pada Gooch Crucible. 8. Matikan Vacum Pump kemudian angkat Gooch Crucible. Usap dibagian luar Gooch Crucible menggunakan tissue hingga bersih dan keringkan dalam Oven pada suhu 105 C selama 30 menit. 9. Gooch Crucible didinginkan dalam Desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (W3) % Kadar Kotoran W3-W1 W2 x 100% e. Hasil yang dicapai Dari hasil uji lab diketahui berat sampel sebanyak 20,3292 g (W2) sedangkan berat crucible + filter paper =??????? g (W1) dan berat crucible + filter + kotoran =???????????.???????????????????????????????????????????????????????????????

74 lxxiv f. Pembahasan PKS PT. TPS mempunyai standar mutu kadar kotoran maks %. Dan dari hasil analisa diperoleh kadar kotoran CPO yaitu 0,017 % ini berarti minyak yang diproduksi sudah memenuhi standar mutu pabrik (maks. 0,25 %) dan juga standar SNI (maks. 0,05 %). E. Analisis Inti (Kernel) Kelapa Sawit Tabel standar analisa Inti Sawit menurut SNI dan pabrik di PT. TPS dapat dilihat dibawah ini untuk mengetahui perbandingan kualitas Inti Sawit yang di dapatkan di PT. TPS. KRETERIA PT.TPS ALB 1,50% KADAR AIR 7,0% KADAR KOTORAN 6,00% Tabel 8. Standar PT. TPS Inti Sawit 1. Analisa Kadar Air a. Tujuan Untuk mengetahui kadar kotoran kernel produksi. b. Dasar Teori Air yang ada dalam inti sawit terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik dan waktu penimbunan. Air yang terdapat dalam kernel dapat ditentukan dengan cara pengeringan.

75 lxxv Standar SNI Kadar Air IKS menurut Dewan Standardisasi Nasional (1987), yaitu8 %. c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan yaitu Mortal, Piring Petridish, Timbangan Analitik, Oven dan Desicator. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Kernel Produksi Mentah. d. Prosedur Kerja 1. Ambil beberapa biji kernel utuh (12-15 gram), tumbuk sampai halus dengan menggunakan mortal. 2. Timbang Cawan Petridish yangh sudah di oven (W1). 3. Sampel kernel halus ditimbang sebanyak 10 gram (W2). 4. Sampel dikeringkan dalam Oven selama 5 jam pada temperatur 105 C. 5. Setelah di oven didinginkan dalam Desikator selama 30 menit kemudian sampel ditimbang. % Kadar Air = W1-W2 W1 x 100% e. Hasil yang dicapai Dari hasil uji lab diketahui berat wadah sebanyak 9,4397 g (W1) sedangkan berat sampel 10,0632g (W2) Jika diketahui:?????????g?????? G??????G??????????? G??

76 lxxvi f. Pembahsan Dipabrik minyak sawit PT. TPS memiliki standar mutu untuk kadar air inti sawit adalah maksimal 7 %. Dari hasil analisa ternyata inti yang diproduksi dengan kadar air kurang lebih 7% dengan hasil 6,2% sehinngga kadar air yang dimiliki kernel produksi sudah memenuhi standar mutu pabrik dan tetapi tidak memenuhi standar SNI yaitu 0,45 %. Kadar air kernel yang tinggi akan menyebabkan kualitas kernel menjadi menurun karena akan sangat mudah ditumbuhi jamur pada saat penyimpanan. 2. Analisa Kadar Kotoran a. Tujuan Untuk mengetahui kadar kotoran kernel produksi. b. Dasar Teori Kadar kotoran inti sawit adalah cangkang gabungan dari biji utuh, biji setengah pecah, cangkang, sampah. Kadar kotoran yang terdapat dalam inti sawit dapat ditentukan dengan cara menimbang jumlah kotoran yang sudah dipisahkan dari contoh. Standar kadar air inti sawit adalah 7,0% (Naibaho, 1998). Standar SNI Kadar Kotoran IKS menurut Dewan Standardisasi Nasional (1987), yaitumaksimal 6 %.

77 lxxvii c. Alat dan Bahan Alat yang digunakan yaitu Timbangan Analitik. Sedangkan bahan yang digunakan kernel produksi mentah. d. Prosedur Kerja 1. Sampel ditimbang sebanyak 1 kg. 2. Sampel disorter berdasarkan kernel utuh, kernel pecah, cangkang dari nut utuh, cangkang dari nut pecah, cangkang dan sampah. 3. Timbang cangkang secara terpisah: - Cangkang dan sampah - Cangkang dari nut utuh - Cangkang dari nut pecah 4. Kernel utuh akan tetap dibiarkan untuk dianalisa kadar air dan kernel pecah tetap ditimbang untuk dihitung persentase kernel pecah. % Dirt Kernel = Total Cangkang Sampel x 100% e. Hasil yang dicapai Dari hasil uji lab diketahui berat sampel sebanyak 1000 kg sedangkan total cangkang cangkang, cangkang dari nut pecah dan cangkang dari nut utuh sebanyak 7,5 gr??????????????????????? = 0,45 %

78 lxxviii f. Pembahasan PKS PT. TPS memiliki standar mutu untuk kadar kotoran inti sawit adalah maks. 6 %. Sedangkan dari hasil analisa ternyata inti yang diproduksi dengan kadar kotoran 0.45% ini berarti kadar kotoran pada inti kelapa sawit memenuhi standar mutu pabrik tetapi tidak memenuhi standar SNI yaitu maks. 0,05%. Kadar kotoran inti produksi yang tidak baik dapat disebabkan karena pada saat pemisahan inti dan cangkang alat (LTDS) tidak bekerja secara maksimal sehingga masih banyak cangkang yang terikut.

79 lxxix IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil praktek kerja lapang di Pabrik Minyak Sawit PT.TPS dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa: 1. Teori yang diperoleh dari kampus dengan praktek yang dilakukan di kebun dan TPS dapat kesamaan yaitu mulai dari pemanenan sampai kepada pengolahan CPO dan inti. 2. Tetapi terdapat juga beberapa perbedaan yaitu pada proses pengolahan inti dimana TPS tidak menggunakan proses pemeraman biji di nut silo tetapi nut silo ini hanya berfungsi sebagai tempat penimbunan biji. 3. PT. Telen Prima Sawit menghasilkan CPO yang masih memenuhi standar. Begitu juga dengan kualitas inti sawit yang ada, Pabrik Minyak Sawit TPS masih memenuhi standar. Meskipun pabrik ini tidak mengolahnya lebih lanjut (produk pangan maupun non pangan). B. Saran Kegiatan PKL ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa oleh karena itu penyusun menyarankan kepada pihak PT. Telen Prima Sawit agar: 1. Melakukan pengawasan terhadap kualiatas TBS yang masuk kedalam pabrik agar CPO yang dihasilkan memiliki mutu yang baik dan rendemen tinggi. 2. Hendaknya peluasan area pabrik dan pembuatan lokasi untuk pembuangan janjang kosong segera dilakukan sehingga tidak terjadinya penumpukan yang menganggu proses kerja pabrik.

80 lxxx DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional, SNI : Minyak Kelapa Sawit. STANDARISASI/STANDAR-MUTU/Standar_nas. 30 Mei 2011 Bapedal, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 51/Kep-Men- LH/ Jakarta. Dewan Standardisasi Nasional, SNI: 0l : Inti Kelapa Sawit Mei 2011 Fauzi, Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta. Hariyana, Sistem Informasi Budi Daya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Lubis, Panduan Pengolahan Minyak Kelapa Sawit PT. WKP. Samarinda Naibaho, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Jakarta Olivia, Laporan Praktek Kerja Lapang di PTP. Nusantara XIII sumber dari buku Institut Pertanian Bogor. Pahan, Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta Prasetyani M dan Ermina M, Potensi dan Prospek Bisnis Kelapa Sawit Indonesia ( Bni.co.id/portals/0/Document/197%20potensi.pdf) diakses tanggal 28 januari 2011, Risza, Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta. Sastrosayono S, Budi Daya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta Setyamidjaja, Budi Daya Kelapa Sawit. Kasinius. Yogyakarta. Siahaan, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan.

81 LAMPIRAN lxxxi

82 lxxxii Gambar 1. Flow Chart Stasiun Penerimaan buah Pos Keamanan Timbangan Sortasi/grading Loading Ramp TBS masuk ke lori Next Proses

83 lxxxiii Gambar 2. Flow Chart Stasiun Rebusan Lori + TBS Winch Capstand Transfer Carriage Winch Capstand Sterilizer Winch Capstand Transfer carriage Tippler Next Proses

84 lxxxiv Gambar 3. Flow Chart Stasiun tippler Tippler Hopper Meccanikal fedeer Inclined Bunch Conveyor Tresher Janjangan Berondolan Horizontal Empty Bunch Conveyor Under Tresher Conveyor Inclined Empty Buch Conveyor Next Proses Truck Kebun

85 lxxxv Gambar 4. Flow Chart Stasiun Bantingan dan Press Tresher Under Tresher Conveyor Bottom Cross Conveyor Bottom Conveyor Inclined Fruit Conveyor Top Cross Fruit Distributing conveyor Digester Crude Oil Gutter Sand Trap Tank Next Proses Vibrating Screen Crude Oil Tank

86 lxxxvi Gambar 5. Flow Chart Stasiun Bantingan Pemurnian (Klarifikasi) Crude Oil Tank Continue Settling Tank Pure Oil Tank Sand Fit Vacum Dryer Sludge Tank Sand Cyclone Oil Recovery Tank Hot Well Tank Storage Buffer Tank Limbah Brush Strainer Sludge Recovery Sentrifuge Fat Fit

87 lxxxvii Gambar 6. Flow Chart Stasiun Kernel CBC Depericarper Polishing Drum Wet Nut Conveyor Destoner Nut Grading Drum Nut Silo Rpple Mill Caracker Mixture Caracker Mixture Elevator LTDS I Berat Sedang Ringan Kernel Conveyor Kernel Grading Drum LTDS II Claybath Sheel Bin Boiler Kernel Cangkang Kernel Silo Kernel Bin Sheel Transport Fan

88 lxxxviii Gambar 7. Flow Chart Limbah cair Kolam Pembiakan Bakteri Kolam 3 Kolam 2 Kolam 1 Kolam 5 Kolam 4 Kolam 6 KEBUN Kolam 7

89 lxxxix Gambar 8. Mendodos buah dari pohon Gambar 9. Pengangkutan buah ke TPH

90 xc Gambar 10. Dodos (alat pemanenan) Gambar 11. Gancu (alat pemanenan)

91 xci Gambar 12. Tempat Pengumpulan Hasil (TBS yang telah dipanen akan di kumpulkan di TPH) Gambar 13. Pengangkutan Buah (TBS yang telah dikumpulkan di TPH akan langsung di angkut ke pabrik)

92 xcii Gambar 14. Penimbangan (Truck yang masuk kedalam pabrik yang bermuatan TBS akan ditimbang terlebih dahulu) Gambar 15. Penimbunan di loading ramp

93 xciii Gambar 15. Sortasi buah Gambar 16. Tojok (alat yang digunakan pada saat sortasi)

94 xciv Gambar 17. Lori (alat yang digunakan untuk mengangkut TBS masuk kedalam Sterilizer) Gambar 18. Capstan (alat yang digunakan untuk menarik lori)

95 xcv Gambar 19. Sterilizer (alat yang digunakan untuk merebus TBS) Gambar 19. Tippler (alat yang digunakan untuk menuang TBS matang)

96 xcvi Gambar 20. Tresher (alat yang digunakan untuk memisahkan berondolan dari janjangan) Gambar 21. Digester (alat yang digunakan untuk mencacah daging buah)

97 xcvii Gambar 22. Press (alat yang digunakan untuk memisahkan minyak dari daging buah) Gambar 23. Sand Trap Tank (alat yang digunakan untuk mengendapkan pasir) & Vibrating screen (alat yang digunakan untuk menyaring kotoran)

98 xcviii Gambar 24. Crude Oil Tank (alat yang digunakan untuk menampung sementara serelah proses pengepresan) Gambar 25. Pure Oil Tank (alat yang digunakan untuk menampung sementara sebelum pemacuman)

99 xcix Gambar 26. Continue Settling Tank (alat yang digunakan untuk Mengendapkan sludge) Gambar 27. Sentrifuge (alat yang digunakan untuk memisahkan minyak dari sludge

100 c Gambar 28. Sludge Recovery dan Condensat recovery ( alat yang digunakan untuk mengutip minyak) Gambar 29. Storage ( alat yang digunakan untuk menampung minyak produksi)

101 ci Gambar 30. Depericarper ( alat yang digunakan untuk memisahkan nut dari serabut) Gambar 31. Polishing Drum ( alat yang digunakan untuk membersihkan nut dari Serabut yang masih melekat)

102 cii Gambar 32. Nut Grading Drum ( alat yang digunakan untuk memisahkan nut kecil, sedang dan besar) Gambar 33. Nut Silo ( alat yang digunakan untuk pemeraman ) & Ripple Mill (alat yang digunakan untuk memisahkan Kernel dari cangkang)

103 ciii Gambar 34. Ligh Tenera Dry Separating ( alat yang digunakan untuk memisahkan cangkang dan kernel. Gambar 35. Claybath ( alat yang digunakan untuk memisahkan kernel degan cangkang dengan cara basah) & Kernel Silo (alat yang digunakan untuk pengeringan kernel)

104 Gambar 36. Kolam Limbah ( Kolam yang digunakan untuk menampung limbah sebelum di aplikasikan ke kebun) civ

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit 1. LOADING RAMP Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA...9 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR. Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR. Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM. 100500134 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh SYAIBUL KHAIR NIM.130500136 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Tentang Kelapa Sawit. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua Afrika dan cocok ditanam di daerah tropis, seperti halnya dinegara

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh ZULKIFLI NIM.090 500 098 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011 1 LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. WARU KALTIM PLANTATION DESA WARU KECAMATAN PASER KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh : FRENGKI. BUTAR BUTAR NIM. 070 500

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR Oleh: ASRI SANTALINA NAIBAHO NIM. 130500120 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG Oleh : MARIA ULFA NIM.110 500 106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, terdiri dari beberapa stasiun yang menjadi alur proses dalam pemurnian kelapa

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (WKP) DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (WKP) DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (WKP) DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh : HEBTARIA SIDABALOK NIM. 110 500 103 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada tahun 1996 oleh PT. Dirga Bratasena Enginering dan resmi beroperasi

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran II : Mesin-mesin dan Peralatan yang digunakan PTPN III PKS Rambutan A. Mesin Produksi Adapun jenis dari mesin- mesin produksi yang digunakan oleh PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaesis Guineses Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk dalam family Palawija. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah

Lebih terperinci

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM i LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN, BUKIT PERMATA MILL DESA BUKIT PERMATA KECAMATAN KAUBUN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: SUSI SUGIARTI NIM.

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit. PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel).

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 i LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN BUKIT PERMATA MILL DESA BUKIT PERMATA KECAMATAN KAUBUN KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: RUSLINDA PRATIWI NIM. 120500103 PROGRAM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, DESA PENGADAN KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, DESA PENGADAN KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, DESA PENGADAN KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: INDRA DAYANTI NIM. 130 500 126 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit. (3)(6) Didalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang disebut bahan mentah adalah kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman

Lebih terperinci

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN 2.1. Identitas Pemrakarsa Nama Perusahaan Penanggung Jawab Jenis Kegiatan : PT Arus Putra Maju : Sdr. Dudik Iskandar : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Lokasi Kegiatan : Desa

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN i PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI Oleh : Nur Fitriyani (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN PT Muriniwood Indah Indurtri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN Oleh : JUMARDI NIM. 060 500 100 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT DESA BATU BALAI KECAMATA MUARA BENGKAL KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT DESA BATU BALAI KECAMATA MUARA BENGKAL KALIMANTAN TIMUR. LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT DESA BATU BALAI KECAMATA MUARA BENGKAL KALIMANTAN TIMUR Oleh : Amir Hamzah NIM. 110 5000 74 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari negeria, Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari amerika

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KEC. KARANGAN, KAB. KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR. Oleh MARDIYYAH NIM.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KEC. KARANGAN, KAB. KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR. Oleh MARDIYYAH NIM. 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KEC. KARANGAN, KAB. KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR Oleh MARDIYYAH NIM. 0805000211 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia.

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014 PERSETUJUAN Judul : Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak Kelapa Sawit (CPO) Pada Tangki Timbun Di PT. Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung Kategori : Karya Ilmiah Nama : Marina Batubara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah Pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit dengan proses standar menjadi produk minyak sawit

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN 39 ANALISIS LOSSES PADA NUT AND KERNEL STATION MELALUI PROSES PENDEKATAN DISETIAP PERALATAN Andryas Meiriska Syam 1), Rengga Arnalis Renjani 1), Nuraeni Dwi Dharmawati 2)

Lebih terperinci

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT Oleh : Tim Kajian LATAR BELAKANG 1. Kabupaten Nagan Raya memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit I. PENDAHULUAN I.I Latar belakang Pengalaman Praktek Kerja Mahasiswa (PKPM) merupakan salah satu kegiatan yang bergerak dalam bidang pendidikan pada Program Akademik Di Politeknik Pertanian Universitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. WARU KALTIM PALANTATION (WKP) KEC. WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA PROVINSI. KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. WARU KALTIM PALANTATION (WKP) KEC. WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA PROVINSI. KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. WARU KALTIM PALANTATION (WKP) KEC. WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA PROVINSI. KALIMANTAN TIMUR Oleh ALFONSIUS BIN SIMON NIM: 100 500 130 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam. nonpangan. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam. nonpangan. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam kegunaan minyak kelapa sawit. Minyak

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI 3.1 Uraian Proses Tandan buah segar (TBS yang akan diolah menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil/ CPO) dan kernel (kernel palm Oil/ KPO) pada PT. perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang Pengolahan Inti Sawit (Kernel) dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DAN KERNEL CRUSHING PLANT DESA GUNUNG SARI KEC

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DAN KERNEL CRUSHING PLANT DESA GUNUNG SARI KEC LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DAN KERNEL CRUSHING PLANT DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG KAB. KUTAI KARTANEGARA Oleh : RISKA DEWI NIM. 130500132

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR. 57 LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR Oleh ANING PUTRI NURHIDAYAT NIM.130 500 117 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT Istianto Budhi Rahardja Muhammad Sopyan Abstrak Pabrik pengolahan kelapa sawit dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan Negara yang berorientasi di bidang perkebunan dan pengolahan. Perkebunan kelapa sawit di PT. Perkebunan

Lebih terperinci

Oleh : NUR ASIKIN NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

Oleh : NUR ASIKIN NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN DAN PABRIK MINYAK SAWIT LONGKALI, DESA MENDIK DAN MUNGGU, KECAMATAN LONGKALI, KABUPATEN PASER, KALIMANTAN TIMUR Oleh : NUR ASIKIN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. SWAKARSA SINARSENTOSA KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR MUKLIS NIM

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. SWAKARSA SINARSENTOSA KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR MUKLIS NIM LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. SWAKARSA SINARSENTOSA KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR Oleh : MUKLIS NIM 060 500 105 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkerbunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Perkebunan Sumatera Utara PT. Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT. Perkebunan Sumatera Utara pada

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 6 penyakit, produksi tinggi, serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi. Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani dan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : ROSI YUSRONI Nim:080 500 197 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh : SINTA BELA NIM. 130 500 134 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Socfin Indonesia telah berdiri sejak tahun 1930 dengan nama Socfindo Medan SA (Societe Financiere Des Caulthous Medan Societe Anoyme) didirikan

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak Sterilizer

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARHR PT. PERKEBNAN NSANTARA III NTK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODKSI Krismas Aditya Harjanto Sinaga 1, Baju Bawono 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpartikel

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL ) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) DESA SAMUNTAI KEC. LONG IKIS KAB. PASER. Oleh

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL ) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) DESA SAMUNTAI KEC. LONG IKIS KAB. PASER. Oleh LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL ) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) DESA SAMUNTAI KEC. LONG IKIS KAB. PASER Oleh Febriyanto NIM. 070 500 127 PROGRAM STUDI TEKHNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu alat untuk membuat pelaksanaan TQM (Total Quality Management) menjadi efektif untuk mentranslasikan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi Agus Suandi, Nurul Iman Supardi, Angky Puspawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Bengkulu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PABRIK KELAPA SAWIT PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PABRIK KELAPA SAWIT PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR. 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PABRIK KELAPA SAWIT PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh Mitra Sella Suliani Nim. 080 500 190 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN Joto Wahyudi 1), Rengga Arnalis Renjani 1), Hermantoro 2) Jurusan Teknik Pertanian, Progam Khusus Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR Oleh : DARMIN NIM 060500089 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Indonesia sekarang ini merupakan tanaman asli Afrika Barat (Geunia) yaitu jenis Elais Geunensis Jacq. Ada jenis tanaman kelapa sawit yang

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh ASPIANI NIM. 060500088 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA PENENTUAN KADAR MINYAK YANG TERDAPAT PADA TANDAN BUAH KOSONG SESUDAH PROSES PEMIPILAN SECARA SOKLETASI DI PTP. NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT SEI MANGKEI - PERDAGANGAN KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH (FFB) SCRAPPER PADA LOADING RAMP UNTUK MEMINIMALISASI OIL LOSSES IN EMPTY BUNCH (Studi Kasus di Pabrik Kelapa Sawit PT. Cisadane Sawit Raya Sumatera Utara) Ari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini tak

KATA PENGANTAR. serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini tak KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nyalah laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dapat terselesaikan dengan sebagaimana mestinya. Penyusunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Stasiun Kempa Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian Thresher kemudian terjadi pemisahan antara buah dengan tandan. Buah yang keluar dari Thresher

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses II.TINJAUAN PUSTAKA A. Perebusan Proses pertama yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit adalah proses perebusan. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses perebusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Varietas Kelapa Sawit Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas tersebut

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari 1 A. Sejarah singkat perusahaan BAB III Gambaran Umum Perusahaan PT. Surya Agrolika Reksa suatu perusahaan swasta yang didirikan oleh Adimulya Group pada tahun 1999, berlokasi di Desa Beringin Jaya, Kecamatan

Lebih terperinci

KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH:

KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH: KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH: SENDI ASRI GUNAWAN Nim. 06 5203 004 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

Oleh LISKIARNI NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASILPERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

Oleh LISKIARNI NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASILPERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LANGGENG MUARA MAKMUR PABRIK KELAPA SAWIT BEBUNGA DESA BINTURUNG LAMA, KECAMATAN PAMUKAN UTARA KABUPATEN KOTABARU, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh LISKIARNI NIM.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH DALAM PEROLEHAN PERSENTASE RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN METODE ANALISA VARIANS (ANAVA) PADA STASIUN REBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN DAN PMS LONGKALI KEC. LONGKALI KAB. PASER KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN DAN PMS LONGKALI KEC. LONGKALI KAB. PASER KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) KEBUN DAN PMS LONGKALI KEC. LONGKALI KAB. PASER KALIMANTAN TIMUR Oleh : YUDO ADITYA NIM 060 500 117 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. KARANGJUANG HIJAU LESTARI (KHL) KEC. SEBUKU KAB. NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. KARANGJUANG HIJAU LESTARI (KHL) KEC. SEBUKU KAB. NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. KARANGJUANG HIJAU LESTARI (KHL) KEC. SEBUKU KAB. NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR Oleh YUHAYATI NIM. 070500092 PROGAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. Judul Laporan PKL : Praktek Kerja Lapang (PKL) PT. Tri Tunggal Sentra Buana. : Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan

HALAMAN PENGESAHAN. Judul Laporan PKL : Praktek Kerja Lapang (PKL) PT. Tri Tunggal Sentra Buana. : Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan HALAMAN PENGESAHAN Judul Laporan PKL : Praktek Kerja Lapang (PKL) PT. Tri Tunggal Sentra Buana Palm Oil Mill, Desa Saliki, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Nama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Profil Perusahaan 2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Kebun unit Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926 dengan nama NV Cultuur Maatschappy Onderneming

Lebih terperinci

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

!  # $ % % & # ' #  # ( % $ i ! " $ & ' " ( $ i !" ) " " * ' " ' ' ' ' ' ' + ' ", -, - 1 ) ". * $ /0,1234/004- " 356, " /004 "/7 ",8+- 1/3 /0041/4 /009) /010 400 /6 $:, -,) /007- ' ' ",-* " ' '$ " " ;" " " 2 " < ' == ":,'- ',""" "-

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

Penerimaan Buah / Bunch Reception

Penerimaan Buah / Bunch Reception Penerimaan Buah / Bunch Reception Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre Latar Belakang Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre I. MASTER PLAN STATION Mass balance untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dimasukkan pertama kali ke Indonesia oleh bangsa Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius sebanyak dua batang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Digester Digester sering disebut ketel adukan yang terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan alat perajang dan pemanas untuk mempersiapkan bahan agar lebih mudah dikempa di screw

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Tanaman kelapa sawit, yang memiliki arti penting bagi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Tanaman kelapa sawit, yang memiliki arti penting bagi I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Tanaman kelapa sawit, yang memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada

Lebih terperinci

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Integrated Palm Oil Process Chain Management UP-STREAM MID-STREAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara produsen utama kelapa sawit. Luas lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha. Produksi mencapai 23,521,071

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Karya Tama Bakti Mulia merupakan salah satu perusahaan dengan kompetensi pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang sedang melakukan pengembangan bisnis dengan perencanaan pembangunan pabrik kelapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengolahan Hasil Panen Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik.pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. LANGGENG MUARAMAKMUR PABRIK KELAPA SAWIT BEBUNGA DESA BINTURUNG LAMA, KECAMATAN PAMUKAN UTARA, KABUPATEN KOTA BARU, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN. Oleh HARTATI 060500095

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PKS RAMBUTAN, PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 badan usaha milik negara (BUMN) yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi

Lebih terperinci

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2011

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2011 PENELUSURAN MODEL RANCANGAN PERCOBAAN TERSARANG UNTUK MENETAPKAN EKSISTENSI DARI DUA SCREW PRESS YANG TERPASANG DI PT. PP. LONDON SUMATERA INDONESIA, TBK TURANGEI PALM OIL MILL TANJUNG LANGKAT T U G A

Lebih terperinci

TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT. Ari Saraswati. Abstrak

TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT. Ari Saraswati. Abstrak TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PENDAHULUAN Pabrik kelapa sawit adalah pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi produk utama berupa Crude Palm Oil

Lebih terperinci

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill. : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose. mengurangi kadar air.

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill. : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose. mengurangi kadar air. LAMPIRAN 1. Mesin, Peralatan, dan Utilitas Mesin Produksi Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill untuk setiap stasiun adalah sebagai berikut : 1. Stasiun Perebusan (Sterilizer

Lebih terperinci