LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT."

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. LANGGENG MUARAMAKMUR PABRIK KELAPA SAWIT BEBUNGA DESA BINTURUNG LAMA, KECAMATAN PAMUKAN UTARA, KABUPATEN KOTA BARU, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN. Oleh HARTATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2009

2 2

3 3 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Minamas Plantations PT. Langgeng Muaramakmur PKS Bebunga, hingga tersusunnya laporan ini. Panyusunan lapran ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Tugas Akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya. Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan PKL ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang Tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. 2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan, S.TP, M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. 4. Bapak Elisa Ginsel Popang, S.TP selaku dosen pembimbing PKL dan dosen pengantar PKL. 5. Ibu Ernita Obeth, SP,M. Agribuss. selaku dosen penguji PKL. 6. Seluruh Staf Dosen, Staf Administrasi dan Teknisi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan yang telah banyak memberikan masukkan baik itu didalam proses belajar mengajar maupun diluar jam perkuliahan. 7. Bapak Achmad Nashor selaku Factory Manager PKS Bebunga 8. Bapak Sumarjan Pakondo selaku Koordinator Asisten PKS Bebunga dan sebagai pembimbing lapangan. 9. Bapak Hidayatullah selaku Asst. Proses Shift I PKS Bebunga dan sebagai pembimbing lapangan. 10. Bapak Vernando Simatupang selaku Asst. Proses Shift II PKS Bebunga dan sebagai pembimbing lapangan selama PKL. 11. Bapak Sahrir Gunawan Hasibuan selaku Kasie. Adm. PKS Bebunga

4 4 12. Keluarga-keluarga yang berada di kompleks perumahan Pabrik Kelapa Sawit Bebunga 13. Keluarga tercinta, saudara, sepupu, paman, bibi dan sahabat-sahabat lama yang terus memberikan semangat. 14. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu didalam penyusunan laporan PKL mahasiswa/i Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan yang memberi motivasi kepada penulis. Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis baik Doa mapun dukungan moral dapat dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dalam penyusunan laporan ini penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan sumber ilmu pengetahuan bagi kita semua, Amin... Penulis Kampus sei keledang...juni 2009

5 5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vii viii ix I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Hasil yang Diharapkan... 2 II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahan... 3 B. Manajemen Perusahaan... 5 C. Lokasi dan Waktu PKL... 7 III. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Stasiun Penerimaan Stasiun Perebusan Stasiun Bantingan Stasiun Pengadukan dan Press Stasiun Pemurnian Stasiun Penimbunan B. Pengolahan Inti Kelapa Sawit Pemisahan Biji dan Serabut Pemeraman Pemecahan Biji Pemecahan Inti dan Cangkang Pengeringan Inti Peyimpanan Inti C. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit D. Analisis Minyak Kelapa Sawit E. Analisis Inti Sawit F. Standar di Minamas Plantation yang Ditetapkan oleh DO... 71

6 6 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

7 7 DAFTAR TABEL No. Tubuh Utama Halaman 1. Kriteria Buah PT. Langgeng Muara Makmur Standar Kematangan Buah Standar TBS yang Masuk ke Pabrik Kelapa Sawit Bebunga Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Bebunga (Minamas Plantation) Baku Limbah Pabrik Kelapa Sawit Standar Mutu Crude Palm Oil di PKS Bebunga Standar Mutu Minyak CPO Menurut SNI Standar Mutu Crude Palm Oil Standar Inti Sawit di PKS Bebunga Standar Mutu Inti Sawit... 75

8 8 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Layout Pabrik Bebunga Struktur Organisasi Perusahaan Kurva Perebusan... 19

9 9 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Flow Sheet Pabrik Kelapa Sawit Bunch Reception Sterilizer Station Threshing Station and Empty Bunch Treatment Clarification With System Three Decanter Kernel Station Gambar-Gambar di Pabrik Kelapa Sawit Bebeunga... 86

10 10 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan adalah merupakan suatu praktek yang dilakukan mahasiswa di lapangan pada suatu daerah atau lokasi tertentu dan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dalam kegiatan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Praktek Kerja Lapangan merupakan bagian sistem itu sendiri, karena Praktek Kerja Lapangan merupakan pelengkap dari suatu rangkaian perkuliahan untuk mencapai hasil akhir yaitu seorang Diploma 3, oleh karena itu kegiatan ini sangat penting untuk mewujudkan seorang Ahli Madya yang siap untuk terjun ke lapangan, agar dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan menguasai kondisi lapangan serta mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang ditekuni di ruang kuliah sehingga terwujudlah seorang Ahli Madya yang profesional di bidangnya, maka dilaksanakanlah praktek kerja lapangan. Dalam wujud nyata kewajiban tersebut maka mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil Perkebuanan semester VI (enam) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda melakukan Praktek Kerja Lapangan di PT. Langgeng Muaramakmur, PKS Bebunga, Desa Binturung Lama, Kecamatan Pamukan Utara, Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan. Perusahan tersebut adalah perusahan yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan produk olahan berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Kelapa Sawit (IKS).

11 11 B. Tujuan Adapun tujuan dari pelaksanaan PKL ini : 1. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melihat secara langsung masalah yang dihadapi di tempat PKL dan diharapkan dapat membandingkan dengan ilmu yang didapat dibangku kuliah khususnya tentang Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. 2. Dapat mengetahui dan melihat secara langsung bagaimana Pabrik Kelapa Sawit mengolah buah kelapa sawit menjadi minyak Crude Palm Oil (CPO) dan inti kelapa sawit. 3. Untuk mengetahui standar pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit Bebunga dan standar mutu minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit pada perusahaan tempat PKL. C. Hasil yang Diharapkan Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan ini, diharapkan mahasiswa mendapat pengalaman dan ilmu pengetahuan khususnya tentang proses pengolahan kelapa sawit.

12 12 II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan 1. Nama Perusahaan Pabrik Kelapa Sawit Bebunga PT. Langgeng Muaramakmur, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang produksi kelapa sawit. 2. Sejarah Perusahaan Pabrik Kelapa Sawit Bebunga di bawah PT. Langgeng Muaramakmur didirikan pertama kali di area Pamukan dan Sungai Durian yang terletak di Desa Binturung Kecamatan Pamukan Utara Kabupaten Kota Baru Propensi Kalimantan Selatan. Dibangun mulai sejak tahun 1997 dengan kapasitas olah 45 ton/jam, akan tetapi dikarenakan adanya krisis moneter sehingga menyebabkan pabrik selesai tahun 1999 dan siap beroperasai mengolah TBS pada tanggal 18 April Pabrik Kelapa Sawit Bebunga dibangun pertama kalinya menampung TBS Area Sungai Durian dan Pamukan dari : - PT. Langgeng Muaramakmur: Bebunga Estate, Bakau Estate, Sungai Cengal Estate dan Lanting Estate - PT. Laguna Mandiri: Rantau Estate, Sekayu Estate, dan Betung Estate - PT. Swadaya Andika: Selabak Estate dan Randi Estate - PT. Paripurna Swakarsa: Pondok Labu Estate, Binturung Estate dan Sesulung Estate.

13 13 Sedangkan extension menjadi 60 ton/jam pada tahun 2004 adanya extension karena tingginya pasokan TBS yang diterima, sehingga penambahan kapasitas perlu dilakukan. 3. Layout Pabrik (Sumber: Layout Pabrik PT. Langgeng Muaramakmur, 2009) Gambar 1. Layout Pabrik Kelapa Sawit Bebunga PT. Langgeng Muaramakmur.

14 14 B. Manajemen Perusahaan Pabrik Kelapa Sawit PT. Langgeng Muaramakmur memiliki kapasitas olah pabrik 45 ton/jam dengan kapasitas terpasang 60 ton/jam menggunakan sistem pengolahan Conventional System. Berdasarkan nomor SK: 641/156/SK-PROG. tanggal 26 Januari 1998 PT. Langgeng Muaramakmur berdiri dan dipimpin oleh satu orang Manager, satu orang Koordinator Asisten/Asisten Kepala, dua orang Asisten Proses, satu orang Asisten Maintenance, satu orang Asisten Bulking dan satu orang Kasie Administrasi. Dengan jumlah Shift 2 (dua) dan jumlah jam per shift 8 jam/hari. Upah tenaga kerja tiap unit di pabrik sebesar Rp ,-/ 25 HOK. Sesuai dengan standar upah karyawan. Berikut jumlah tenaga kerja dari tiap-tiap unit pabrik: 1. Proses Shif 1 : 29 orang 2. Proses Shif 2 : 28 orang 3. Laboratorium : 11 orang 4. Driver : 15 orang 5. Bulking Station : 14 orang 6. Maintenance Bengkel dan Elektrik : 19 orang 7. Kantor Grading Riset : 1 orang 8. Keamanan (Satpam) : 9 orang 9. Kantor : 11 orang 10. Pengiriman CPO : 3 orang 11. Office Boy : 1 orang

15 15 STRUKTUR ORGANISASI PKS BEBUNGA TAHUN 2008 Achmad Nashor Factory Manager Achmad Subakir Koordinator Asisten Vernado S Ass. Proses Shiff II Sumarjan Pakondo Asst. Proses Shift I Very Lesnarno P Asst. Maintenance Heldi Rosadi Asst. Bulking Sahrir Gunawan H Kasie Administrasi Yessa A Mau Mandor Pengiriman Nur Mashudi Huda Mandor Laborat Hasyim Asyári Mandor Prosses Shift II M Supaát Mandor Prosses Shift I Sugeng Hariyadi Mandor Bengkel Gunanto Mandor Elektrik Loth Anprang Sir Mandor Bulking Arbani Surya Ka Satpam Sudaryo Agung Pembukuan Note : Laboratorium dan pengiriman di handle langsung oleh Koordinator Assisten RW Utomo Mandor Mill Upkeep Sumarji Catur P Ka Gudang (Sumber: Pabrik Kelapa Sawit, PT. Langgeng Muaramakmur, 2008) Gambar 2. Struktur Organisasi Perusahaan PT. Langgeng Muaramakmur. Keterangan: 1. Manager Pabrik (Factory Manager) Merupakan pemegang jabatan tertinggi di PT. Langgeng Muaramakmur, PKS Bebunga yang membawahi seluruh karyawan, dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan lapangan dan administrasi. 2. Kasie Administrasi Kasie Administrasi sama dengan Kepala Tata Usaha. Kasie Administrasi bertanggung jawab atas semua hal yang ada di Kantor Besar, seperti

16 16 pembukuan, bagian tanaman, personalia, kasir, pembelian, pergudangan, dan office boy. 3. Koordinator Asisten Merupakan pemegang jabatan tertinggi kedua setelah manager, Koordinator Asisten membawahi semua Asisten. 4. Asisten Proses Asisten Proses atau Pengolahan merupakan bawahan dari Koordinator Asisten. Asisten Proses/Pengolahan adalah pemegang jabatan tertinggi di pabrik. Setiap Asisten Proses/Pengolahan bertanggung jawab atas pekerjaan yang dipegangnya. 5. Asisten Maintenenance Asisten Maintenenance memiliki tanggung jawab pada keadaan pabrik yang melakuakan perawatan, perbaikan, dan kebersihan di dalam pabrik. 6. Asisten Bulking Asisten Bulking bertanggung jawab dalam proses pengiriman atau penjualan produk yang berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Kelapa Sawit (IKS). 7. Mandor Mandor adalah pembantu Asisten Proses/Pengolahan yang bertugas di lapangan untuk mengarahkan dan mengawasi karyawan yang bekerja. C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilakukan di Minamas Plantation PT. Langgeng Muaramakmur, Pabrik Kelapa Sawit Bebunga, Desa Binturung lama, Kecamatan Pamukan Utara, Kabupaten Kota Baru, Propinsi Kalimantan Selatan selama 3 (tiga) bulan, dari tanggal 03 Maret sampai dengan 30 Mei 2009.

17 17 III. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Minyak Sawit 1. Stasiun Penerimaan a. Jembatan Timbang (Weight Bridge) 1) Tujuan Untuk mengetahui fungsi jembatan timbang dan kapasitas terpasang jembatan timbang di PKS Bebunga. 2) Dasar Teori Menurut Purba dkk (2005) buah diterima di PKS pertamatama melalui jembtan timbang. Secara umum jembatan timbang berfungsi untuk mengontrol proses (pengolahan buah masuk), menghitung rendemen dan mencatat produksi TBS kebun penyuplai. Jembatan timbang haruslah akurat dan secara rutin dikalibrasi. Pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari kebun ke pabrik biasanya dilakukan menggunakan truk dan trailer yang ditarik wheel tractor. Setiap truk trailer yang sampai di pabrik harus di timbang di toledo (timbangan) pada saat berisi (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra). Selisih timbangan berisi dan kosong merupakan berat TBS yang akan diolah (Sunarko, 2007). Menurut Anonim (2008) jembatan timbang (Weight bridge) berfungsi untuk menimbang TBS yang masuk kedalam pabrik dan untuk menimbang produksi yang diangkut keluar dari pabrik berupa CPO, IKS, janjangan kosong, solid dan lainnya.

18 18 3) Waktu dan Tempat - Waktu : 7 Maret Tempat: Jembatan Timbang 4) Alat dan Bahan - Alat : Timbangan Indikator, Komputer, Mesin Printer, alat tulis. - Bahan: Truk yang berisi TBS yang diangkut dari unit atau kebun. 5) Prosedur Kerja - Buah diangkut dari unit atau kebun dengan menggunakan truk besar atau kecil. - Sopir / kernet terlebih dahulu melapor ke pos satpam serta menyerahkan Surat Pengantar Barang, kemudian truk menuju jembatan timbang - Truk dan buah di timbang secra bersamaan dengan menggunakan timbangan elektrik ( Indikator) - Setelah proses penimbangan, buah (TBS) ditumpahkan ke dalam hopper loading ramp, lalu truk yang kosong kembali kejembatan timbang dan ditimbang kembali truk yang kosong, maka akan diperoleh berapa berat buah yang masuk dengan mengetahui berat bruto (berat truk dan buah) dikurang berat truk kosong. 6) Hasil yang Dicapai Ada 2 jenis truk yang mengangkut TBS dari kebun. Truk type P.S 6 ton TBS/truk sedangkan truk type Hino 12 ton TBS/truk, rata-rata TBS masuk dalam satu hari adalah 900 ton TBS. Kapasitas jembatan timbang adalah 40 ton.

19 19 7) Pembahasan Jembatan Timbang berfungsi untuk menimbang banyaknya buah yang masuk ke pabrik dan menimbang hasil produksi (Palm Oil dan kernel) yang diangkut keluar pabrik. Jumlah berat TBS/kernel dapat diketahui dari selisih berat bruto (berat truk dan buah/kernel) dengan tarra (berat truknya saja). Penimbangan bertujuan untuk mengetahui jumlah berat dari bahan yang digunakan dan dihasilkan sehingga dapat digunakan untuk: mengetahui/menetapkan start proses pengolahan, menghitung kapsitas olah pabrik secara aktual dan menghitung ekstrasi pengolahan. Unit dari jembatan timbang terdiri dari timbangan mekanis, timbangan elektrik dan lantai jembatan timbang. Kapasitas jembatan timbang di PKS Bebunga 40 ton. Di PKS Bebunga menggunakan jenis timbangan elektrik Avery Berkes model L225 sebanyak 2 Unit. Buah yang masuk ke PKS Bebunga dikirim dari unit kebun antara lain Bebunga Estate, Bakau Estate dan Sungai Cengal Estate. Estimasi buah masuk ke PKS dapat diketahui dari taksasi potong buah masingmasing kebun penyuplai. Pada waktu penimbangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: - Petugas harus memeriksa kelayakan penimbangan untuk mencegah kecurangan timbangan, maka sopir, kernet dan barang-barang berat harus diturunkan dan beratnya ditera dengan tabel berat untuk truk dan nomor kendaraannya.

20 20 - Truk masuk dan keluar timbangan harus perlahan-lahan untuk menghindari beban kejut yang dapat merusak timbangan. - Jarum penunjuk timbangan harus menunjukan angka nol pada saat beban kosong. - Timbangan harus berfungsi dengan baik dan diusahakan agar lantai penimbangan selalu bersih. Hal-hal diatas perlu dilakukan dan diperhatikan agar tidak terjadi kesalah pahaman antara pabrik dengan kebun penyuplai. b. Grading/Sortasi Buah 1) Tujuan Untuk memperoleh data mutu TBS yang menggambarkan totalitas TBS yang diolah di pabrik, sehingga dapat mempertahankan mutu dari CPO yang dihasilkan. 2) Dasar Teori Untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu diketahui keadaan TBS yang masuk ke dalam pabrik. Karena itu, perlu dilakuakan sortasi. Sortasi dilakukan pada setiap kebun dengan menentukan satu truk yang dianggap mewakili seluruh kebun asal, baik dari kebun sendiri maupun kebun pihak ketiga, (Sunarko, 2007). Berikut kriteria TBS yang disortasi di Pabrik Kelapa Sawit Bebunga.

21 21 Tabel 1. Kriteria Buah PT. Langgeng Muaramakmur. Kreteria buah Kondisi TBS Jumlah brondolan per Kg janjang Segi penampakan (visual TBS) A. TBS Layak Proses Unripe Brondolan yang lepas dari Warna buah masih (Mentah) janjang 0% hitam/hijau, bila ditekan masih terasa keras, daging buah putih, dan jika buah di cungkil kandungan minyak masih sedikit. Under Ripe Brondolan yang lepas dari Warna buah jingga (kurang masak) janjang kurang dari 2 brondolan per Kg janjang kehitam-hitaman dan warna daging buah kuning muda Ripe (Masak) Brondolan yang lepas dari Warna buah jingga janjang 2 brondolan per Kg kehitam-hitaman, bila janjang. ditekan keluar minyak berwarna kuning tua/oranye dan warna daging buah kuning tua/oranye Over Ripe Brondolan yang lepas dari ¾ brondolan lepas dari janjang lebih dari janjang (75%) dan warna brondolan per Kg janjangan buah jingga/kuning tua. Long Stalk Janjang buah dimana tangkai panjang lebih dari 3 cm. TBS Tidak Layak Proses Restan > 3 75% brondolan lepas dari Warna buah hitam, tekstur hari janjang buah lembek, tangkai buah hitam dan berkerut, dan kadar minyak sudah banyak berkurang. Empty Bunch Jika brondolan yang lepas dari Lebih hampir tidak ada (janjang janjang sudah 90% brondolan normal yang kosong) tertinggal Rotten Bunch Jika brondolan yang lepas dari Pada umumnya (janjang busuk) janjang 25% telah busuk gangangnya sudah busuk (berserat) (sumber: PKS Bebunga, PT. Langgeng Muaramakmur 2009)

22 22 Sortasi dilakukan sesuai dengan kreteria panen yang dibagi dalam beberapa fraksi. Berikut kontribusi derajat kematangan buah terhadap efesiensi pengolahan. Tabel 2. Standar Kematangan Buah (Pahan, 2006) No. Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fraksi Jumlah Brondol (F-00) 0 (F-0) 1 (F-1) 2 (F-2) 3 (F-3) 4 (F-4) 5 (F-5) Brondolan Tankos Panjang tangkai TBS 0,00% < 5,00% 0,00 % > 90,00 % 0,00% < 3,00% < 2,00% 9,50% 0,00% < 2,5 cm Sangat mentah Mentah Kurang mentah Matang Matang Lewat matang Terlalau matang (sumber: Panduan lengkap kelapa Sawit, Iyung Pahan 2007) 3) Waktu dan Tempat - Waktu : 7 Maret Tempat : Lantai Loading Ramp 4) Alat dan Bahan Tidak ada 1-12,5% 12,5-25% 25-50% 50-75% % Buah dalam ikut brondol - Alat : Truk, gancu, Kertas Kerja Pemeriksaan, promulir ratel, alat tulis, data BJR sensus kebun. - Bahan : TBS yang diangkut dari unit atau kebun. 5) Prosedur Kerja - Pilih truk angkut buah yang akan digrading secara acak, memberitau sopir kalau buah akan digrading dan meminta Surat Pengantar Buah (SPB) untuk mencatat data TBS yang akan digrading. - Amati kenampakan TBS di atas truk sebelum ditumpah di hopper.

23 23 - Dari janjang yang ditumpah ke atas lantai loading ramp dilakukan grading buah minimal 200 janjang dengan memilih secara acak 100 janjang normal dan kelompokkan janjang menjadi 10 kelompok, masing-masing dalam 1 kelompok ada 10 janjang. - Lakukan grading buah di atas lantai loading ramp dengan memperhatikan keadaan buah, apakah buah termasuk buah unripe, under ripe, empty bunch, long stalk, freshness dan contamination. - Hasil pemeriksaan grading buah dicatat dalam laporan pemeriksaan mutu buah. 6) Hasil yang Dicapai Dari hasil grading diperoleh data sebagai berikut: Dari 10 kelompok TBS yang berisi 10 janjang kelapa sawit terdapat buah unripe 0% dan empty bunch 0%, sedangkan under ripe 2%, long stalk 0% dan cut stalk 0%. 7) Pembahasan Dari data grading yang diperolah, buah yang masuk kedalam pabrik kelapa sawit memenuhi standar buah yang lanyak untuk diproses. Standar TBS yang masuk ke dalam pabrik kelapa sawit dikelompokan sebagai berikut: Tabel. 3 Standar TBS yang Masuk ke Pabrik Kelapa Sawit Bebunga Kriteria buah Jumlah brondolan per Batas janjang toleransi Unripe (mentah) Under ripe (kurang matang) 0-4 brondolan 5-9 brondolan 0 % < 5 %

24 Ripe (matang) 10 atau lebih brondolan > 95 % Empty bunch (janjang brondolan yang lepas per 0 % kosong) janjang > 95% Long stalk (ganggang panjang ganggang lebih 0 % panjang) Old bunch (buah restan) dari 5 cm lebih dari 48 jam setelah panen 0 % (sumber: Pabrik Kelapa Sawit Bebunga, PT. Langgeng Muaramakmur, 2009) c. Loading Ramp 1) Tujuan Untuk mengetahui fungsi Loading ramp dan kapasitas tampung Loading ramp di PKS Bebunga. 2) Dasar Teori Tandan buah segar yang sudah ditimbang langsung dimasukan ke dalam Loading and Storage ramp. Setiap bays dari loading ramp menampung TBS sebanyak 8 ton. Di dalam bays, TBS dibersihkan dari pasir dan kotoran lainya, setelah bersih TBS dimasukan kedalam lori-lori rebusan berkapasitas 2,5 ton TBS (Sunarko, 2007). Menurut Naibaho (1998) Loading ramp berperan untuk memuat buah ke dalam lori. Akan tetapi loading ramp dipergunakan sebagai wadah penimbunan sementara. Setiap pintu dapat menampung 8-15 ton tergantung pada disain dari alat tersebut. Kapasitas loading ramp umumnya berkisar 20-30% dari kapasitas olah setiap hari.

25 25 3) Waktu dan Tempat - Waktu : 7 Maret Tempat : Loading Ramp 4) Alat dan Bahan - Alat : Loading Ramp, gancu dan truk. - Bahan : TBS yang diangkut dari unit /kebun yang telah ditimbang dan dilakukan sortasi. 5) Prosedur Kerja - TBS yang dari kebun atau unit terlebih dahulu ditimbang di jembatan penimbangan. - Setelah ditimbang truk menuju tempat penampungan buah yaitu loading ramp. - Di loading ramp buah dimasukan ke dalam hopper, dan buah jatuh ke dasar loading ramp. - TBS yang di timbun di loading ramp dimasukkan ke dalam lori, setiap lori berisi 2,5 ton. - Lori kemudian ditarik dengan menggunakan kapstan menuju transfer troly. 6) Hasil yang Dicapai Penampungan TBS yang akan diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil), yang masing-masing pintu loading ramp berkapasitas 18 ton TBS/pintu, sehingga dari 30 pintu dari 2 unit loading ramp adalah 540 ton TBS yang tertampung di loading ramp.

26 26 7) Pembahasan Loading Ramp adalah suatu bangunan dengan lantai plat dengan kemiringan 27 yang dilengkapi pintu-pintu keluar buah yang digerakkan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisian TBS. Loading ramp merupakan tempat pengumpulan buah sebelum diolah, didalam loading ramp buah diisi secara berurutan, ini bertujuan untuk memudahkan proses pengisian buah kedalam lori, di PKS Bebunga dilengkapi dengan dua unit loading ramp di sisi kanan dan kiri yang masing-masing sisi berjumlah 15 pintu dengan kapasitas tampung ± 18 ton/pintu. Dilantai loading ramp perlu mendapat perhatian dan pengawasan agar buah jangan sampai berserakan di lantai dengan tujuan agar brondolan tidak tergilas truk/traktor, karena buah yang tergilas (terluka) akan menyebabkan tingginya losses pada kondensat dan kadar asam lemak bebas (ALB/FFA) akan meningkat. 2. Stasiun Perebusan (Sterilizer) 1) Tujuan Untuk mengetahui efektivitas perebusan buah dan metode perebusan di PKS Bebunga. 2) Dasar Teori Metode Sterilisasi secara sederhana adalah memasak/merebus buah dengan uap bertekanan 2,5 2,8 kg/cm 2 dan temperatur C, waktu yang dibutuhkan dalam satu kali rebusan adalah menit.

27 27 Tandan Buah Segar (TBS) dipanaskan menggunakan uap air dengan tekanan 2,6 kg/cm 2. Proses perebusan berlangsung sekitar 1 jam (Sunarko, 2007). TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus didalam Sterilizer atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfir dengan suhu uap C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandanya (Fauzi dkk, 2007). Menurut Anonim (2008) tahapan sistem rebusan Triple Peak secara lengkap sebagai berikut : 13 menit : Pemasukan uap pertama dengan tekanan kg/cm 2, sudah termasuk menguras 2 menit. 2 menit : pembuangan uap (exhaust) pertama sampai tekanan nol. 12 menit : pemasukan uap kedua dari tekanan nol sampai 2,5 kg/cm 2. 2 menit : pembuangan uap kedua sampai dengan tekanan nol. 13 menit : pemasukan uap ketiga sampai tekanan 2,8 kg/cm menit : uap ditahan pada tekanan 2,8 kg/cm 2. 5 menit : pembuangan uap terakhir sampai tekanan nol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva tekanan uap bejana rebusan di bawah ini :

28 Kurva Rebusan 28 Tekanan Uap (kg/cm2) Waktu (menit) (sumber: Anonim, 2008) Gambar 3. Kurva Rebusan Manual Program 90 menit. 3) Waktu dan Tempat - Waktu : 12, 13 dan 19 Maret Tempat : Stasiun Sterillizer 4) Alat dan Bahan - Alat : Lori, Kapstan, Transfer Troly, Sterilizer. - Bahan : TBS dari loading ramp yang telah disortasi. 5) Prosedur Kerja - Sebelum proses perebusan dimulai, terlebih dahulu pengamanan harus bekerja dengan baik dan semua peneumatic value berkerja dengan baik. - Lori yang dimasukkan ke dalam perebusan harus tidak lepas dari rel dengan jumlah lori 10 buah dan tersambung antara satu dengan lainnya. - Masukkan lori ke dalam rebusan dan ditutup pintu rebusan dengan kuat. Siklus perebusan akan berjalan secara otomatis dengan total waktu menit. - Alarm akan berbunyi jika perebusan telah selesai, buka pintu perebusan untuk mengeluarkan lori.

29 29 6) Hasil yang Dicapai Di PKS Bebunga TBS direbus dengan menggunakan metode triple peak dengan tekanan uap maksimum 2,5kg/cm 2 bersuhu C dengan waktu yang digunakan 95 menit. Di PKS Bebunga kapasitas terpasang pabrik 60 ton/jam menggunakan 4 rebusan. Rebusan yang digunakan Ø 2100 mm X mm dan panjang dengan isi 2,5 ton atau Kg/lori untuk sekali proses. Apabila cyclus perebusan 100 menit (termasuk buka dan tutup pintu rebusan) maka kebutuhan unit sterilizer untuk pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton/jam dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut: Kebutuhan rebusan = Kap.PKS Cyclus isirebusan 60 (m) = 60 X 100 2,5 X 60 = 4 jadi ada 4 buah sterilizer yang dibutuhkan untuk melakukan perebusan, sehingga dapat dihitung pula jumlah buah yang ada dalam rebusan yaitu dalam 1 lori ada 2,5 ton TBS, setiap 1 sterilizer ada 10 lori jadi 2,5 dikali 10 sama dengan 25 ton/sterilizer. 7) Pembahasan Dari hasil praktek dapat diketahui bahwa di PKS Bebunga mengunakan metode triple peak untuk merebus buah yang akan diolah menjadi CPO. Menurut Naibaho (1998) sistem perbusan ada 3 yaitu single peak, double peak dan triple peak. Namun system triple peak yang paling banyak digunakan. Perebusan buah

30 30 akan tetap masak walaupun mengunkan system single peak tetapi hasil yang diperoleh belum tentu sempurna. Di PKS Bebunga menggunakan system triple peak karena pada saat perebusan dibutuhkan tekanan yang sempurna untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam perebusan, untuk itu telah ditentukan pada peak ke 1 dan 2 adalah untuk pembuangan udara yang ada dalam rebusan serta pembuangan air kondensat sedangkan pada peak ke- 3 untuk menyempurnakan perebusan. Udara di dalam perebuasan harus dikeluarkan pada saat perebusan karena udara merupakan penghantar panas yang jelek dikwatirkan akan mempengaruhi hasil perebusan dengan losis yang cukup tinggi. Menurut Purba dkk (2005) untuk mencapai tujuan perebusan diperlukan tekanan uap sebesar 2,8-3 kg/cm 2 tetapi di PKS Bebunga menggunakan batas maksimum tekanan uap 2,5 kg/cm 2 ini dipengaruhi oleh tekanan boiler yang tidak mencukupi. Karena kondisi tersebut maka hasil dari proses perebusan sering terdapat buah mogol (unstripped bunch). Buah mogol, istilah yang biasa digunakan di PKS Bebunga adalah buah yang masih tersisa pada tandan yang tidak memberondol atau disebut buah mogol bila masih terdapat 30% brondolan dalam janjang. PKS Bebunga mengatasi hal tersebut dengan memproses kembali (Re-Cycle) buah mogol yaitu mengumpulkan kembali buah mogol dan di muat dalam satu lori lalu dilakukan perebusan ulang, hal ini dilakuakan untuk penekanan kehilangan minyak yang cukup tinggi.

31 31 3. Stasiun Bantingan (Threshing) 1) Tujuan Untuk mengetahui efektifitas pengolahan dan sistem kinerja alat threser di PKS Bebunga. 2) Dasar Teori Alat pemipil bauh berperan untuk memisahkan buah dari tandan yang telah direbus. Buah yang telah direbus menunjukan brondolan masih berada diantara bulir, sehingga perlu dikeluarkan. Keberhasilan perebusan jika tidak didukung pemipilan yang baik maka kehilangan minyak akan tinggi. Oleh sebeb itu perlu dilakuakn pemipilan yang lebih sempurna. Dan perlu ditambahkan bahwa keberhasilan pemipilan juga tergantung pada proses perebusan (Naibaho, 2005). 3) Waktu dan Tempat - Waktu : 16 Maret Tempat : Stasiun Thresher 4) Alat dan Bahan - Alat : Lori, Hoisting crane, Hopper, Threser, Fruit elevator, Conveyor under treasher, Bottom cross conveyor, Harizontal empty bunch conveyor. Inclined empti bunch conveyor, dan Empty bunch hopper. - Bahan : Buah (TBS) yang telah direbus 5) Prosedur Kerja - Buah yang telah direbus dalam lori ditarik keluar dari sterilizer. - Buah dari lori diangkat menggunakan hoisting crane ke hopper.

32 32 - Buah dijatuhkan ke dalam mulut hopper dilengkapi dengan pipa penyanggah, sehingga buah jatuh dan proses penebahan sudah dimulai. - Buah dimasukkan ke mesin perontok (threser) dengan menggunakan alat Auto feeder. - Perontokan buah dilakukan dengan cara membanting buah dalam drum berputar dengan kecepatan berputar rpm/ menit. - Buah yang sudah terlepas dari tandan akan keluar melalui celah di antara batang-batang besi jatuh kedalam conveyor under treasher dan diteruskan oleh bottom cross conveyor menuju fruit elevator. - Janjang yang telah kosong dari buah (brondolan) keluar dari treser masuk ke dalam harizontal empty bunch conveyor lalu diteruskan melalui inclined empty bunch conveyor dan masuk ke empty bunch hopper sebagai tempat pengumpulan janjang kosong. 6) Hasil yang Dicapai Buah hasil rebusan yang telah rontok atau terpisah dari janjangan/tandan (brondolan) dan Janjang Kosong (JJK)/ tandan kosong (tankos). Terdapat 3 unit thresher di PKS Bebunga dengan kapasitas 36 ton buah/jam dengan siklus angkat dan tuang berdasarkan target kapasitas produksi adalah 2,5 menit/lori. 7) Pembahasan Dari hasil pengamatan proses pemipilan adalah proses pemisahan antara janjang dan buah menjadi brondolan dengan sistem putar dan banting. Buah dari hasil perebusan diteruskan ke threser diangkat mengunakan hoisting crane, ada terdapat tromol

33 33 berputar di dalam threser dan buah di masukan, dengan adanya gaya sentrifugal maka buah dalam tromol seolah-olah menempel pada dinding dalam tromol dan karena pengaruh gaya grafitasi buah terhempas yang menyebabkan buah rontok/lepas dari janjang demikian hal ini terjadi terus menerus. Pada proses pemipilan buah, kemungkinan kehilangan minyak bisa terjadi, seperti kerusakan daging buah akibat benturanbenturan selama proses pemipilan yang menyebabkan penyerapan minyak pada janjang serta over capacy pada saat pengisian buah kedalam hopper threser yang dapat menyebabkan berkurangnya efek bantingan sehingga buah tidak banyak terlepas (rontok dari tandan). Untuk itu Dari hasil pengamatan di stasiun threser untuk mencapai kapasitas produksi perlu diperhitungkan saat proses pengisian hopper feeder melalui siklus angkat dan tuang lori oleh hoisting crane. Perlu ditentukan siklus waktu hoisting crane yang dapat memberikan perincian frekwensi angkat dan supply buah ke threser untuk mempertahankan out put produksi melalui pendekatan empiris dapat diketehui beberapa waktu yang diperlukan dalam siklus angkat dan tuang lori berdasarkan target kapasitas produksi pada kondisi normal (continous). Waktu yang diperlukan untuk siklus angkat dan tuang 60 tonase TBS/lori = out put produksi (ton/jam) Maka dapat dihitung, target produksi out put PKS Bebunga adalah 60 ton/jam dengan tonase TBS/lori 2,5 ton, sehingga:

34 ,5 = 60 = 2,5 menit jadi untuk mencapai kapasitas produksi 60 ton/jam diperlukan waktu 2,5 menit per lori untuk proses angkat dan tuang buah kedalam hopper threser. 4. Stasiun Pelumatan (Digester) dan Press a. Digester 1) Tujuan Untuk mengetahui efektifitas dan kinerja alat digester dalam menghasilkan minyak kelapa sawit di PKS Bebunga. 2) Dasar Teori Menurut Purba dkk (2005) digester adalah alat untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk (stirring arms) sebanyak 6 tingkat yang diikat pada poros dan digerakan oleh motor listrik. Buah yang terlepas dari mesin bantingan langsung dimasukkan kedalam adukan (digester). Ketel ini memiliki daging rangkap dan as putar yang dilengkapi dengan pisaupisau pengaduk yang berputar pada as, sehingga daging buah (pericarp) pecah dan terlepas dari bijinya (Sunarko, 2007). Menurut Fauzi dkk (2007) dari thresher, buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat (digester) untuk lebih

35 35 memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji, selama proses digester dipanasi (diuapi). 3) Waktu dan Tempat - Waktu : 11 Maret Tempat : Stasiun Digester 4) Alat dan Bahan - Alat :Fruit Elevator, Mesin Pelumat (Degister). - Bahan :Buah yang telah direbus dan membrondol/terpipil dari tandan. 5) Prosedur Kerja - Buah yang telah dirontokkan kemudian diantar naik oleh alat fruit elevator menuju proses pelumatan (digester). - Didalam mesin pelumat (digester) buah akan diaduk untuk memudahkan pengepresan yang optimal sehingga mendapatkan minyak yang dinginkan - Pemanasan selama proses pengadukan adalah ± 95 o C untuk mempertinggi efek pengempaan (press) - Daging buah tidak boleh lumat menjadi bubur, struktur serabut dari daging buah harus masih tampak. - Minyak kasar dari buah yang keluar pada saat pengadukan harus dialirkan keluar dari bejana pengadukan (degister) untuk mencegah pembentukan emulsi. 6) Hasil yang Dicapai Brondolan yang telah dilumatkan dengan menggunakan 6 unit digester dengan kapasitas olah 15 ton buah/ jam.

36 36 7) Pembahasan Di dalam digester buah dilumatkan atau dicacah, tujuannya adalah memisahkan daging buah untuk proses pengempaan. Pengadukan harus dilakuakan secara optimal agar dapat menghasilkan massa yang merata (homogen) dan diharapkan daging buah terlepas seluruhnya dari biji ketika dilakukan proses pelumatan. Alat yang digunakan untuk proses pelumatan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi lengan-lengan pencacah (blade) di bagian dalamnya. Lengan-lengan pencacah ini diputar oleh elektromotor pada bagian atas dari tangki, putaran lenganlengan pencacah berkisar rpm. Pada proses pengadukan dapat berlangsung dengan baik bila isi ketel adukan selalu dipertahankan penuh, apabila tidak terisi dengan penuh buah tidak terajang dengan sempurna dan dapat menyebabkan kehilangan minyak dalam ampas akan tinggi. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas C yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka pada saat pelumatan perlu diperhatikan hal-hal berikut: - Pengadukan harus menghasilkan peremasan yang optimal sehingga dengan mudah daging buah terlepas seluruhnya dari biji, tidak boleh terdapat buah yang masih utuh (daging buah masih melekat pada bijinya).

37 37 - Pengempaan harus menghasilkan massa yang merata dan biji tidak boleh memisah dari massa untuk kemudian turun ke bagian bawah ketel pengaduk. - Pemanasan 95 0 C selama proses pengadukan diperlukan untuk mempertinggi efek pengempaan. Pemanasan tidak boleh mengakibatkan masa yang teraduk menjadi mendidih dan untuk itu suhu harus dapat diatur dan selalu diukur guna mendapatkan hasil yang optimal. b. Press 1) Tujuan Untuk mengetahuai efektifitas dan kinerja alat dari mesin press. 2) Dasar Teori Menurut Fauzi dkk (2007) untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, perlu dilakukan pengadukan selama menit agar efisiensi ekstrasi minyak tetap terjaga. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstrasi. Tujuan ekstrasi untuk mengambil minyak dari massa adukan. Pengempaan dilakukan untuk mengambil minyak dari massa adukan buah di dalam mesin pengempaan secara bertahap dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari ketel adukan. Minyak yang keluar ditampung di sebuah talang dan dialirikan ke crude oil tank melalui vibrating screen (Sunarko, 2007).

38 38 3) Waktu dan Tempat - Waktu : 16 Maret Tempat : Stasiun Press 4) Alat dan Bahan - Alat : Kempa Ulir (Screw Press). - Bahan :Buah hasil pelumatan (Digester), Air panas 5) Prosedur kerja - Suhu air panas harus mencapai 90 o C - Tekanan press harus diatur agar kerugian minyak didalam ampas cukup rendah, sedangkan biji-biji yang pecah atau hancur harus juga rendah. - Buah yang telah diaduk, kemudian diteruskan ke mesin pengempa (Pressing) untuk diambil minyaknya. - Ampas dan nut hasil dari proses pengempaan kemudian diteruskan untuk diproses lebih lanjut. - Apabila viskositas cairan yang tinggi, penambahan air panas bisa dilakukan dengan jumlah penambahan air berkisar % dari berat TBS diolah dengan temperatur ± 90 o C. - Minyak kasar yang dihasilkan ditampung pada Sand trap tank dan disaring melalui Vibrating screne dan terkumpul di Crude Oil Tank (COT) sedangkan nat dan fiber masuk kedalam Cake Craker Conveyor (CBC). 6) Hasil yang dicapai Minyak kasar dan ampas kelapa sawit dengan menggunakan 6 unit screw press yang memiliki kapasitas olah

39 39 15 ton buah/jam, dari proses pengempaan dapat diperkirakan hasil minyak kasar yang didapat yaitu 50% minyak, 42% air dan 8% zat padat. 7) Pembahasan Proses pengempaan adalah mengeluarkan minyak dari bubur buah yang telah diaduk atau dengan kata lain pengambilan minyak nabati dari sumbernya yang disebut ekstrasi minyak atau lemak. PKS Bebunga dalam mengekstrasi buah menggunakan mesin press yaitu Screw Press karena mesin mampu berkerja secara terus menerus dengan kapasitas olah ton/ jam, kebutuhan tenaga (power) yang rendah untuk meremas buah dan memudahkan cake breaker conveyor memecahkan gumpalan cake yang keluar. Penambahan air panas ke dalam press perlu dilakukan untuk pengenceran terhadap bahan yang dipress, sehingga proses pengepresan dapat berlangsung secara sempurna dan persentasi kehilangan minyak kecil. Jumlah penambahan air panas berkisar 10-15% dari TBS yang diolah dengan temperatur air ± 90 o C. 5. Stasiun Pemurnian a. Pengendapan 1) Tujuan Untuk mengetahui alat apa saja yang termasuk dalam proses pengendapan minyak kelapa sawit dan sistem kerja alat yang dipakai di PKS Bebunga dalam menghasilkan minyak.

40 40 2) Dasar Teori Menurut Fauzi dkk (2007) minyak kasar adalah minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Minyak yang keluar dari crude oil tank segera diklasifikasikan di instalasi-instalasi penjernihan yang melalui beberapa tahap diantaranya dengan sistem pengendapan. Pengendapan adalah memisahkan minyak dan sludge menggunakan alat continous settling tank. Prinsip pengendapan adalah akibat dari adanya perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak dan sludge (BJ minyak < Sludge) maka minyak akan naik keatas dan sludge akan turun kebawah. 3) Waktu dan Tempat - Waktu : Maret Tempat : Stasiun pemurniaan minyak 4) Alat dan Bahan - Alat : Sand trap tank, Vibrating screen, Crude oil tank, Stasiun clarifier tank (CST). - Bahan : Minyak kasar hasil pengepresan. 5) Prosedur Kerja - Minyak kasar hasil press yang telah disaring dengan vibrating screen selanjutnya dimasukkan ke penampungan crude oil tank (COT) sedangkan kotoran dan serat dikembalikan ke fruit

41 41 elevator conveyor untuk diproses kembali (Re- Cycle) oleh digester dan press. - Minyak kasar (crude oil) yang ditampung dalam crude oil tank kemudian dinaikkan temperaturnya hingga 90 o C 100 o C agar pemisahan minyak lebih sempurna. Untuk selanjutnya dipompakan ke tangki pengendap continous settling tank (CST). - Di dalam continous settling tank (CST) minyak dan sludge terpisah akibat adanya perbedaan berat jenis (BJ) antara ( BJ Minyak < sludge ) maka minyakkan naik ke atas dan sludge akan turun ke bawah. - Didalam tangki dilengkapi dengan pengaduk (agilator) yang berputar pada putaran 3-5 rpm bertujuan untuk menaikan minyak yang ada. - Setelah terjadi pemanasan, minyak diambil melalui skimmer dengan tinggi minyak ± cm dan dikirim ke oil tank sedangkan sludge dikirim ke sludge tank dengan kadar minyak 10%. 6) Hasil yang Di capai Di PKS Bebunga terdapat beberapa alat yang digunakan untuk memisahkan minyak dengan sistem pengendapan yaitu 2 (dua) unit CST dengan kapasitas tampung 90 m 3 dari CST dihasilkan minyak kasar hasil pengendapan yang akan diendapkan dengan komposisi minyak ± 50%, air ± 42% dan zat padat ± 8%. 2 (dua) unit sludge tank kapasitas tampung 24 m 3

42 42 dengan komposisi endapan minyak ± 15%, air ± 75% dan zat padat ± 10%. Kapasitas 1 (satu) unit COT adalah 10,8 m 3 dengan komposisi minyak hasil endapan, minyak ± 99%, air ± 0,27% dan zat pada ± 0,25%. 7) Pembahasan Dalam pemurnian minyak, pemisahan dengan cara pengendapan (settling) mempunyai peranan dalam menentukan mutu dan kualitas minyak. Proses pengendapan dilakukan di dalam tangki pengendapan yaitu CST (Continous Settling Tank), sludge tank dan oil tank. Di dalam CST minyak dan sludge dipisahkan berdasarkan prinsip pengendapan yaitu akibat adanya perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak dan sludge. BJ minyak lebih kecil dari pada sludge, maka akan naik keatas dan sludge akan turun kebawah dibantu dengan pengaduk (agitator) yang ada didalam CST agar minyak yang dibawah akan mudah naik keatas. Di dalam sludge tank minyak dipisahkan antara sludge yang banyak mengadung minyak dengan sludge yang sedikit mengadung minyak dengan bantuan pemanasan dari uap panas agar terjadi pemisahan. Sedangkan oil tank merupakan tempat penampungan minyak dari CST. Di dalam oil tank minyak dipanaskan kembali dengan bantuan steam coil sehingga kotoran/padatan mengendap dengan temperatur dijaga C.

43 43 b. Sentrifugasi 1) Tujuan Untuk memisahkan minyak dengan sludge yang dibantu dengan adanya gaya lempar/putar, sehingga bagian yang berat akan dapat terpisah. 2) Dasar Teori Pemisahan minyak dengan metode putaran (centrifuge) dibantu dengan alat yaitu Sludge Saparator (centrifuge) adalah mesin berputaran tinggi yang akan digunakan untuk memisahkan cairan-cairan yang tidak bersenyawa yang mempunyai berat jenis berbeda. Dengan bantuan gaya sentrifugal, komponen komponen yang akan dipisahkan dipengaruhi oleh kekuatan yang besar dari gaya grafitasi sehingga pemisahan minyak, air dan padatan akan lebih cepat pada bowl yang berputar (Anonim, 2008). 3) Waktu dan Tempat - Waktu : Maret Tempat : Stasiun pemurnian minyak 4) Alat dan Bahan - Alat : Clarifier tank (CST), Sludge tank, Sludge centrifuge, Nozzle separator, Bursh strainer, Sand cyclon, Buffer tank, Purifier, Skimmer dan oil tank. - Bahan : Minyak, air, sludge.

44 44 5) Prosedur Kerja - Sludge hasil dari pengendapan dari continous settling tank (CST) dialirkan ke sludge tank, disini sludge mengandung minyak ± 15% sehingga perlu diproses lebih lanjut untuk bisa memisahkan antara minyak, air dan zat padat lainya. - Terlebih dahulu sludge dialirkan ke bursh strainer untuk menyaring fiber dan kotoran sehingga memperkecil vicositas, setelah itu menuju sand cyclone untuk membebaskan pasir agar nozzle saparator tidak cepat aus atau tersumbat dan tertampung pada buffer tank sebelum diolah ke decanter atau centrifuge. - Sludge dari buffer tank kemudian dialirkan ke sludge centrifuge atau Sludge Saparator sehingga cairan-cairan yang mempunyai BJ yang berbeda terpisahkan, dari sludge centrifuge menghasilkan dua cairan yaitu cairan light phase yang dikembalikan lagi ke CST dan cairan heavy phase dialirkan ke bak fat pit. - Minyak dari centrifuge kembali ke CST dan diendapkan untuk dialirkan ke oil tank menggunakan skimmer, oil tank sebagai penampung minyak dimana minyak mendapat pemanasan dari steam coil agar kotoran/padatan mengendap, dengan suhu dijaga 95º - 100º C. - Minyak dari oil tank kemudian dikirim ke purifier dimana didalam purifier minyak diolah kembali untuk mengurangi kotoran/impuritis yang terdapat dalam minyak, dengan sistem

45 45 putaran yang tinggi mencapai rpm, akibat dari gaya centrifuge yang terjadi maka minyak dari oil tank yang mempunyai BJ lebih kecil bergerak ke atas poros, sedangkan kotoran dan air yang lebih berat terdorong ke arah dinding bowl dan dikeluarkan dengan pencucian, minyak hasil pemurnian di purifier dialirkan ke vacuum drier untuk proses selanjutnya. 6) Hasil yang Dicapai Minyak hasil pengambilan dari dalam sludge. Di PKS bebunga memiliki 6 (enam) unit sludge centrifuge dengan kapasitas tampung 6000 liter/hari dan 4 (empat) unit purifier dengan kapasitas tampung 6000 liter/hari. 7) Pembahasan Centrifuge merupakan cara pemisahan minyak dari minyak kasar dengan cara putaran yaitu proses pemisahan yang dibantu adanya gaya lempar sehingga bagian yang berat akan cepat terpisah dengan minyak. Pemisahan minyak dan sludge dengan cara centrifuge terjadi pada sludge centrifuge dan decanter. Sedangkan di dalam purifier minyak disaring dari kotoran dengan menggunakan prinsip kerja putaran yang tinggi sehingga minyak yang memiliki BJ yang lebih kecil bergerak kearah poros dan terdorong keluar sedangkan kotoran yang BJ nya lebih berat akan terlempar kearah dinding bowl dan keluar dengan pencucian.

46 46 c. Penguapan 1) Tujuan Untuk mengetahui sistem kerja dari alat pengeringan minyak agar dapat menurunkan kadar air (moisture) yang terdapat dalam minyak. 2) Dasar Teori Penguapan berfungsi untuk menurunkan kadar air (moisture) yang terdapat dalam minyak dengan cara penguapan hampa dengan bantuan alat Vacum Drier. Menurut Sunarko (2007), di vacum drier minyak diuapkan dengan sistem pengabutan minyak. Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengadung air, maka perlu dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standar. Alat ini terdiri dari tabung yang akan berdiri tegak yang dihubungkan dengan steam injektor atau vacuum pump untuk menurunkan tekanan dalam minyak hingga 50 TORR pengisian minyak kedalam alat ini tidak dapat dilakukan dengan bantuan pompa. Akan tetapi masuknya minyak didasarkan pada kevacuman alat pengering. Oleh sebab itu pengaturan pemasukan minyak dan tekanan uap memerlukan perhatian yang serius dalam pengaturan kapasitas dan mutu minyak produksi (Naibaho, 2005). 3) Waktu dan Tempat - Waktu : Maret Tempat : Stasiun pemurnian minyak

47 47 4) Alat dan Bahan - Alat : Purifier, vacum Drier, Clean Oil Tank, Hot Well Tank - Bahan : Minyak dari hasil klarifikasi. 5) Prosedur Kerja - Minyak hasil pemurnian di purifier dilakukan proses penguapan yaitu menurunkan kadar air (moisture) di dalam alat vacum. - Minyak di uapkan didalam vacum drier dengan cara penguapan hampa, alat ini terdiri dari tabung yang dihampakan dengan menggunakan pompa vaccum, sementara minyak dikabutkan menggunakan nozzel sehingga butir-butir minyak tidak mengalami penguapan dan jatuh kebagian bawah, kemudian dialirkan ke clean oil tank, air yang terbentuk di dalam condensor langsung ditampung pada tangki air dibawahnya (hot well tank) - Minyak dari vacum selanjutnya dipompakan ke tempat penampungan minyak (oil storage tank) dengan menggunakan oil pump. 6) Hasil yang Di capai Minyak yang telah diturunkan kadar airnya menjadi 0,10% dari hasil penguapan. 7) Pembahasan Penguapan dilakukan didalam alat vacum dengan system penguapan hampa. Alat ini berfungsi untuk menurunkan kadar

48 48 air (moisture contents) yang terdapat dalam minyak dengan cara penguapan hampa. Alat ini terdiri dari tabung hampa udara dengan vacum pump. Sementara minyak dikabutkan menggunakan nozzle sehingga butir-butir minyak tidak mengalami penguapan dan jatuh ke bagian bawah, kemudian dialirkan ke clean oil tank. Air yang terbentuk dalam kondensor langsung ditampung pada tangki air panas di bawahnya (hot well tank). Untuk mendapatkan hasil minyak yang baik dengan kadar air yang sesuai standar yang diinginkan maka perlu diperhatikan hal-hal berikut: - Tekanan hampa 0,8 0,76 kg/cm 2. - Ujung pipa pengeluaran air dari kondensor harus terendam dalam air hot well tank. - Jika tekanan hampa tidak tercapai lakukan pemeriksaan pada : a. Kebocoran sehingga udara masuk ke dalam vacuum b. Tekanan uap kurang c. Kondisi pompa berfungsi dengan baik 6. Stasiun Penimbunan 1) Tujuan Menampung sementara minyak CPO yang dihasilkan dan menjaga agar kandungan asam lemak bebas (ALB) CPO yang disimpan tidak mengalami kenaikkan.

49 49 2) Dasar Teori Produksi minyak kelapa sawit yang biasa disebut CPO (Crude Palm Oil) disimpan dalam tangki timbun (storage tank) sebelum dikirm ke bulking station. Jadi tangki penimbunan dipakai untuk menampung minyak produksi dan pengukur dari produksi minyak harian. Tangki ini berbentuk tabung dan pada bagian atasnya terdapat lubang untuk pengukuran dan lubang ventilasi serta pipa recycling untuk daur ulang. Suhu minyak dalam tangki ini dijaga ± 55 o C, tidak boleh terlalu tinggi karena akan mempercepat perkembangan asam lemak bebas akibat reaksi hydrolysis autocatalis dan bila terlalu rendah enzymlypolitic akan aktif yang menyebabkan kanaikan asam lemak bebas (Anonim, 2008). 3) Waktu dan Tempat - Waktu : 20, Maret Tempat : Tangki penimbunan minyak 4) Alat dan Bahan - Alat : Oil Pump, Storage Tank - Bahan : Minyak CPO 5) Prosedur Kerja - Minyak hasil pemurnian (Klarifikasi) dipompakan ke tempat penampungan minyak (oil storage tank) dengan menggunakan oil pump. - Setiap pagi hari dilakukan sounding untuk mengetahui volume minyak dan suhu minyak

50 50 - CPO (crude palm oil) didalam storage tank selanjutnya dikirim ke bulking station untuk penjualan. 6) Hasil yang Dicapai Dari data yang didapat hasil ekstraksi rata-rata minyak kelapa sawit di PKS Bebunga adalah 22,00 %, namun PKS Bebunga memiliki standar 23,5-24%. Minyak atau CPO yang siap dipasarkan dikirim ke bulking tank. PKS Bebunga memiliki 2 (dua) unit storage tank yang masing-masing dengan kapasitas tampung 2000 ton minyak CPO. 7) Pembahasan Minyak CPO yang telah dihasilkan ditimbun pada storage tank. Minyak yang berada di tangki timbun diharuskan memiliki kadar air dan kotoran serendah mungkin. Suhu minyak dalam tangki harus dijaga ± 55º C agar kenaikan ALB tidak terjadi. Menurut standar SNI no Pabrik Kelapa Sawit Bebunga memiliki standar mutu yang memenuhi standar yaitu kadar ALB kurang dari 5,0 %. Untuk mengetahui hasil ekstraksi pabrik kelapa sawit apakah sesuai standar ekstrasi adalah sebagai beriku: HasilCPO Standar ekstreksi = 100% Buah di olah Standar ekstreksi = 100% = 22,006 % dilihat dari data yang didapat, PKS Bebunga belum memenuhi standar ekstrasi yang ditentukan ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pada saat proses pengolahan,

51 51 diantaranya pada saat perebusan karena tekana uap pada ketel perebusan tidak sesuai tekanan yang ditetapkan, begitu juga pada threser dan pada saat pengepresan yang tidak beroperasi secara sempurna oleh karena itu mempengaruhi jumlah ekstrasi minyak kelapa sawit yang dihasilkan. B. Pengolahan Inti Sawit 1. Pemisahan Biji dan Serabut a. Tujuan Untuk mengetahui jenis alat dan fungsi alat yang digunakan dalam proses pemisahan biji dan serabut. b. Dasar Teori Menurut Anonim (2008), pemisahan biji dan serabut dilakuakan untuk memperoleh biji sebersih mungkin dengan kerugian yang sekecil kecilnya dan mutu sawit yang setinggi mungkin. Ada beberapa alat yang digunakan dalam pembersihan biji dari serabut. Menurut Nebaho (1998) alat pembersih biji dari serbut terdiri dari cake breaker conveyor (CBC) dan polishing drum. CBC merupakan alat yang berfungsi untk memecahkan gumpalan ampas dan mengangkutnya kekolom fibre cyclone sedangkan polishing drum membersihkan biji dari serabut atau menghilangkan serat-serat yang masih melekat pada biji atau di permukaan cangkang. c. Waktu dan Tempat - Waktu : 11 Maret Tempat : Stasiun inti sawit

52 52 d. Alat dan Bahan - Alat : Cake Breaker Conveyor, Separating Coloum, Nut Polishing Dram, Pneumatic Transport cystem. - Bahan : Ampas dari hasil Press (serabut dan biji). e. Prosedur Kerja - Ampas dari hasil pengempaan (press cake) yang terdiri dari campuran biji dan serabut, umumnya masih berbentuk gumpalan yang belum terurai diproses di dalam Cake Breaker Conveyor (CBC) agar serabut dan biji dapat di pisahkan. - Biji dan serabut yang telah terurai masuk ke dalam saparating coloum, bahan-bahan yang ringan seperti serabut dan cangkang halus akan dihisap dan dibawa ke fibre cyclon sedangkan biji akan jatuh kedalam tromol pembersih biji (nut polishing drum) yang berputar. - Biji yang masuk kedalam nut polishing drum akan dibersihkan dari sisa serabut yang masih menempel, akibat dari gesekan antara biji dan dinding tromol serabut akan terlepas dan terhisap kedalam siklon. - Melalui elevator pnueumatic transport biji dibawa menuju ke silo biji (nut silo) untuk proses pengeringan. f. Hasil yang Dicapai Biji (nut) yang telah dipisahkan dari serabut (fibre), di PKS bebunga memiliki standar pengolahan yaitu hasil dari 100% TBS yang diolah di dapat jumlah biji 11% dan serabut 14%. Maka dapat diketahui dari 900 ton TBS yang masuk kedalam pabrik akan dihasilkan biji dan serabut sebagai berikut:

53 % biji = % biji = 99 ton biji % serabut = % serabut = 125 ton ampas g. Pembahasan Di PKS bebunga menggunakan cara pemisahan nut dan fiber dengan cara pnumatis yaitu pemisahan biji dan serabut dengan menggunakan udara yang berupa hisapan. Biji dan serabut yang telah terurai masuk kedalam coloum pemisah biji dan serabut, dimana bahan yang ringan (serabut dan cangkang halus) akan terhisap oleh udara dan masuk kedalam siklon sedangkan biji akan jatuh dan masuk kedalam polishing drum. Hal hal yang mempengaruhi pemisahan biji dan serabut : - Kegagalan pada proses perebusan. - Kegagalan pada proses pengadukan - Ampas press basah karena masih banyak mengandung minyak. - Over capacity - Jumlah putaran tromol alat pemisah yang tidak sesuai. - Jumlah putaran kipas (ventilator) yang tidak cukup. - Kemungkinan adanya kebocoran pada saluran hisap (ducting). Akibat-akibat yang akan timbul jika biji tidak bersih : - Penurunan kadar air dari biji (pengeringan) menjadi terhalang. - Serabut pada biji akan merupakan pelindung biji terhadap benturan/gesekan berarti menurunkan efek pemecahan biji.

54 54 - Menurunkan kapasitas oleh karena harus dipecah kembali. - Losses kernel pada biji setengan pecah akan meningkat. - Serabut/sampah mengotori dan menggangu kerja alat pemecah dan alat pemisahan. Agar hal diatas tidak sering tejadi, maka operator perlu memperhatikan dengan baik setiap unit yang bekerja pada saat proses berlangsung. 2. Pemeraman a. Tujuan Untuk mengetahui fungsi dari proses pemeraman yang dilakukan di pabrik kelapa sawit Bebunga. b. Dasar Teori Menurut Anonim (2008), biji yang keluar dari depericaper sebelum dipecah, dikeringkan terlebih dahulu di dalam Nut silo (silo pengering biji) tujuannya membiarkan biji mengalami proses penguapan atau pengeringan sehingga biji mejadi lekang atau kocak dan cangkang mudah lepas dari inti, disamping proses pengeringan juga terjadi proses fermentasi sehingga serabut-serabut yang menempel pada biji menjadi lapuk. Menurut Naibaho (1998), biji mengandung pektin, yang terdapat antara tempurung dengan inti. Untuk mempermudah pemecahan biji dalam cracker, maka pektin yang berfungsi sebagai perekat inti pada tempurung perlu dirombak dengan proses kimia seperti permentasi. Waktu tunggu pemeraman berpengaruh terhadap proses hidrolisis yang cukup berpengaruh langsung terhadap keberhasilan cracker.

55 55 Dalam pemeraman yang dianggap memenuhi kriteria ialah jam dengan kadar biji 15%. c. Waktu dan Tempat - Waktu : 11 Maret Tempat : Stasiun inti sawit d. Alat dan Bahan - Alat : Polishing drum, nut silo, elevator elemen pemanas, blower peniup. - Bahan : Biji (nut) e. Prosedur Kerja - Biji (nut) yang telah dibersihkan di polishing drum, kemudian dibawa ke nut silo melalui elevator untuk dikeringkan. - Suhu pada silo pengeringan harus memiliki 60 0 C C. - Lama pengeringan berkisar 8 jam dan hasil pengeringan tersebut dapat terlihat dari biji yang keluar sudah kocak. f. Hasil yang Diharapkan Dari proses pemeraman didapatkan hasil pengeringan biji dan permentasi biji (nut). g. Pembahasan Proses pemeraman bertujuan untuk menurunkan kadar air pada nut agar mempermudah lepasnya cangkang dari inti pada saat pemecahan di dalam ripple mill, sistem pengeringan yang baik akan mampu menurunkan kadar air nut dari ± 18% menjadi ± 12%. Di PKS Bebunga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil biji yang baik adalah :

56 56 - Setiap nut silo harus berisi minimal 3/4 penuh. - Suhu pada nut silo berkisar C. - Nut silo harus dikosongkan 3 bulan sekali untuk diperiksa dan dibersihkan bagian dalamnya. - Lama pengeringan berkisar 18 jam dan hasil pengeringan tersebut dapat terlihat dari biji yang keluar sudah kocak. 3. Pemecahan Biji a. Tujuan Untuk mengetahui unit mesin pemecah biji yang digunakan di PKS bebunga dan efisiensi pemecahan biji dari alat tersebut. b. Dasar Teori Menurut Naibaho (1998) alat pemecah biji ada dua yaitu Nut cracker dan Ripple mill. Kedua alat ini sama-sama berfungsi untuk memecahkan biji agar inti kelapa sawit dapat diambil untuk hasil produksi, yang membedakannya adalah mekanisme kerja dari masingmasing alat tersebut. Nut cracker merupakan alat yang berfungsi memecahkan biji dengan sistem lemparan biji ke dinding yang keras. Mekanisme pemecahan ini didasarkan pada kecepatan putar, radius dan massa biji yang dipecahkan. Ripple mill mulai dikembangkan pada tahun 1979 oleh Pellet Technology Australia PTY LTD yang bermulai dari pemecahan biji matahari pada saat itu. Ripple mill terdiri dari dua bagian yaitu rotating rotor dan stationary plate. Rotating rotor terdiri dari 30 batang rotor rod yang terbuat dari high carbon steel yang terdiri dari 2 lapis yaitu 15 batang dipasang di bagian luar dan 15 batang dibagian

57 57 dalam. Stationary plate terbuat dari high carbon steel dengan permukaan bergerigi tajam. Mekanisme pemecah biji ripple mill berbeda dengan nut cracker, yaitu dengan cara menekan biji dengan rotor pada dinding bergerigi dan menyebabkan pecahnya biji (Naibaho, 1998). c. Waktu dan Tempat - Waktu : 17 Maret Tempat : Stasiun Inti Sawit d. Alat dan Bahan - Alat : Nut silo, dry nut conveyor, nut elevator, ripple mill. - Bahan : Biji (nut). e. Prosedur Kerja - Biji (nut) yang dikeringkan dalam nut silo kemudian diproses melalui dry nut conveyor dan nut elevator. - Kemudian nut masuk kedalam ripple mill untuk dipecahkan. - Setelah proses pemecahan nut, maka campuran antara kernel dan cangkang akan diproses lagi. f. Hasil yang Dicapai Cangkang dan kernel yang sudah dipecahkan dari alat ripple mill, berdasarkan dari standar penggolahan di PKS bebunga dari 100% TBS yang diolah dihasilkan kernel 4,50% dan cangkang 5%. Ada 6 unit ripple mill yang dipakai untuk proses pengolahan inti sawit di PKS Bebunga.

58 58 g. Pembahasan Dari hasil pengamatan, di PKS bebunga menggunakan ripple mill sebagai alat pemecah biji. Efisiensi pemecahan biji dengan ripple mill dipengaruhi kecepatan putaran rotor sebagai resultante gaya, jarak antara rotor dengan plat bergerigi dan ketajaman gerigi plat disusun sedemikian rupa sehingga berperan sebagai penahan dan pemecah. Pada ripple mill biji (nut) dipecah untuk mendapatkan kernel. Umpan ripple mill tidak boleh over capacity karena dapat menurunkan efisiensi ripple mill. 4. Pemisahan Inti dan Cangkang a. Tujuan Untuk mengetahui sistem yang digunakan dalam pemisahan inti dan cangkang di PKS Bebunga. b. Dasar Teori Menurut Anonim (2008), pada Pemisahan kernel dan cangkang ada dua metode yang digunakan untuk menghasilkan inti kelapa sawit yaitu: 1). Pemisahan Kering (Dry separation) Pemisahan dengan hisapan udara, memanfaatkan perbedaan berat kernel dengan cangkang (bukan karena perbedaan berat jenis). Bagian yang ringan (cangkang terhisap sedangkan bagian yang berat (kernel) jatuh ke bawah. Dilakukan di dalam suatu kolom vertikal melalui 2 tahap, yaitu :

59 59 - Kolom pemisahan pertama Light Tenera Dry Separator (LTDS I) Serabut, cangkang halus dan debu dihisap keluar dipakai sebagai bahan bakar boiler sedangkan kernel dan cangkang kasar yang tidak terangkat keluar melalui corong dan air lock menuju kernel grading drum. - Kolom Pemisahan Kedua Light Tenara Dry Separator (LTDS II) Prinsip kerjanya sama dengan kolom pemisahan pertama, tetapi kecepatan hisapan udara dan hisapan lebih kecil (hanya sedikit). 2). Pemisahan Basah (Wet Separation) Pemisahan basah yang umumnya digunakan ada 2 cara yaitu dengan claybath dan dengan hydrocyclone. Claybath dilakukan dengan cara alamiah sedangkan prinsip pemisahan pada system hydrocyclone dilakukan dengan cara pusingan dan dengan bantuan gaya sentrifugal. Prinsip pemisahan biji dan cangkangnya adalah karena adanya perbedaan berat jenis antara inti dengan cangkangnya. Caranya ialah, dengan mengapungkan biji-biji yang telah dipecahkan dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam keadaan ini inti kelapa sawit akan melayang/mengapung dalam larutan, dan berada di atas lapisan cangkang yang mengendap di dasar. Inti dan cangkang diambil secara terpisah kemudian dicuci sampai bersih (Setyamidjaja, 2003).

60 60 c. Waktu dan Tempat - Waktu : 17 Maret Tempat : Stasiun Inti Sawit d. Alat dan Bahan - Alat : Cracked mix separating system, Conveyor, Hydrocyclone, LTDS I dan LTDS II. - Bahan : Kernel, cangkang dan air. e. Prosedur Kerja - Campuran antara cangkang dan kernel diproses di cracked mix separation system melalui conveyor. - Kemudian diteruskan ke proses pemisahan dengan menggunakan LTDS (Light Tenera Dry Separator) dan hydrocyclone, LTDS merupakan pemisahan kernel dan cangkang dengan menggunakan pinsip kerja hisapan dari perbedaan berat massa bahan sedangkan hydrocyclone adalah dengan prinsip beda berat jenis. Dimana kernel yang memiliki BJ yang ringan akan mengapung dengan bantuan air, dan cangkang yang memiliki BJ yang lebih berat akan jatuh kebawah. - Pemisahan antara kernel dan cangkang memiliki dua saluran keluar yang sesuai dengan BJ nya masing-masing. - Kernel yang keluar dari hydrocyclone tersebut dimasukkan ke tromol pengering (untuk memisahkan kernel dan air) kemudian dikirim ke silo pengering dengan proses pemanasan.

61 61 f. Hasil yang Dicapai Kernel yang telah terpisah dari cangkang, selanjutnya akan diproses lagi di kernel silo dengan hasil yang di peroleh 4,50 % dari 100% TBS yang diolah sedangkan cangkang sebanyak 5 % dan digunakan sebagai bahan bakar boiler. g. Pembahasan Di PKS Bebunga ada dua metode yang digunakan dalam proses pemisahan kernel dan cangkang yaitu pemisahan kering (dry separator) dan pemisahan basah (wet saparation). Pemisahan kering adalah pemisahan yang dilakukan didalam suatu kolom vertikal dengan bantuan hisapan udara yang berasal dari ventilator. Pada pemisahan kering pada prinsipnya adalah berdasarkan berat massa kernel dan cangkang bukan dari berat jenis. Untuk mencapai kualitas kernel yang baik dan kerugian kernel (lossis) yang rendah biasanya dilakukan dua tahapan pemisahan yaitu pada LTDS 1 dan LTDS 2. Pemisahan basah merupakan pemisahan kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Di pabrik kelapa sawit Bebunga menggunakan sistem pemisah basah yaitu dengan hydro cyclone. Pada hydro cyclone terjadi pemisahan kernel dan cangkang dengan cara pusingan yang dibantu dengan air. 5. Pengeringan Inti a. Tujuan Menurunkan kadar air kernel agar mendapatkan kualitas kernel yang baik.

62 62 b. Dasar Teori Menurut Anonim (2008) kernel hasil pemisahan hydro cyclone dimasukan ke dalam silo kernel, lama pengeringan berkisar antara jam dengan temperatur C. Kadar air hingga 7% membuat kegiatan mikroorganisme menjadi kurang aktif sehingga pada saat kernel produksi tersebut disimpan (di dalam buk silo atau gudang) maka proses pembentukan jamur serta proses kenaikan asam (lauris acid) dapat dibatasi. c. Waktu dan Tempat - Waktu : 23 Maret Tempat : Stasiun Inti Sawit d. Alat dan Bahan - Alat : Wet kernel, Conveyor wet kernel cyclone, kernel silo. - Bahan : Kernel. e. Prosedur Kerja - Kernel yang keluar dari hydro cyclone kemudian dimasukkan ke dalam tromol pengering dengan bantuan wet kernel conveyor. - Pada proses ini kernel akan dihisap ke atas oleh wet kernel cyclone dan kemudian diturunkan ke kernel silo. - Dalam kernel silo, kernel yang masih mengandung air ±12% diturunkan kadar airnya menjadi 7% melalui proses pemanasan. - Lama pengeringan berkisar jam dengan temperatur 60ºC-70ºC.

63 63 f. Hasil yang Dicapai Kernel atau inti sawit yang telah dikeringkan dari ± 12% menjadi ± 7% dan pada pengoprasian silo kernel harus berisi penuh atau minimal 80% dari kapasitas silo. g. Pembahasan Pengeringan yang kurang baik akan menyebabkan penurunan kualitas kernel selama proses penyimpanan, pengeringan yang baik dan merata akan menghasilkan kernel dengan kandungan air rata-rata 7%, temperatur pemanasan C selama 14 sampai dengan 15 jam. Hal hal yang harus diperhatikan di pabrik kelapa sawit adalah: - Pengeringan terlalu cepat dan temperatur tinggi menyebabkan minyak kernel meleleh. - Pengeringan tidak merata menyebabkan penurunan mutu kernel. - Pengeringan yang baik, menghasilkan kernel dengan kandungan air rata-rata 7% serta kandungan minyak > 49%. 6. Penyimpanan Inti a. Tujuan Untuk menyimpan hasil produksi kernel sebelum pengemasan dan pengiriman. b. Dasar Teori Menurut Anonim (2008) inti sawit yang telah dipanaskan di kernel silo ditampung di tangki timbun kernel (Kernel Bulk Silo). Tangki ini dilengkapi dengan fan untuk menghembuskan udara agar kernel tidak berjamur akibat adanya kondensasi udara yang menghasilkan air.

64 64 c. Waktu dan Tempat - Waktu : 23 Maret Tempat : Bulk penyimpanan Inti Sawit. d. Alat dan Bahan - Alat : Kernel silo, Dry kernnel winowing fan, Dry kernel cyclone, Dry kernel transfer fan, Kernel winowing system, Bulk cyclone, Bulk kernel silo. - Bahan : Kernel yang telah kering dan bersih e. Prosedur Kerja - Kernel yang telah dikeringkan di kernel silo teruskan ke Dry kernel winowing fan. - Selanjutnya kernel dikirim ke dry kernel cycllone melalui dry kernel transfer fan dan kemudian menuju bulk kernel silo. f. Hasil yang Dicapai Kernel yang sudah dikeringakan, dengan kapasitas bulk silo adalah 500 ton. g. Pembahasan Kernel yang telah kering dilakukan penimbunan atau penyimpanan, oleh karena itu perlu diperhatikan tingkat pengeringan/kematangan dan kebersihan kernel, karena kernel yang kurang matang atau masih mentah akan mengakibatakan kegiatan mikroorganisme menjadi aktif. Di PKS Bebunga penimbunan kernel dilakukan di dalam bulk silo sebelum dilakukan pengemasan.

65 65 C. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit 1. Pengolahan Limbah Cair a. Tujuan Mengetahui sistem pengolahan limbah cair yang dilakuakan di PKS bebunga. b. Dasar teori Menurut Naibaho (1998), limbah cair ini mengandung unsur hara yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk. Karakteristik limbah cair yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit relatif hampir sama perbandingan nilai-nilai parameter mutunya. Adapun parameter mutu yang sering dijadikan indikator dalam penilaian mutu limbah adalah BOD, COD, total solid, total nitrogen, minyak dan lemak, serta ph. c. Waktu dan Tempat - Waktu : 18 Maret Tempat : St. Limbah d. Alat dan Bahan - Alat : Mesin pompa,pipa ukuran 6 inchi, 4 inchi, 2 inchi, kran, cangkul, mikroorganisme (bakteri Methagonen) - Bahan : limbah cair e. Prosedur Kerja Pengendalian mutu limbah system kolam. Sebelum air buangan pabrik (Raw Effluent) dialirkan keproses fermentasi, limbah tersebut harus melewati beberapa tahap

66 66 proses terlebih dahulu. Air buangan limbah yang berasal dari stasiun rebusan dan klarifikasi dipompakan di dalam tangki pemisah minyak (selad oil recovery tank) atau pat fit, tujuannya adalah untuk mengurangi kadar minyak pada suhu 80-85º C. - Pendinginan Air limbah yang keluar dari pat fit masih memiliki suhu yang panas, pada suhu ini tentunya proses fermentasi tidak akan berjalan secara optimal sehingga dibutuhkan proses pendinginan terlebih dahulu, proses ini dilakukan di colling tower, pada proses ini semua air limbah akan diturunkan dari 80-90º C menjadi bersuhu dibawah 40º C. - Pengasaman keasaman air limbah PKS yang keluar dari pat fit berkisar antara 3-5, pada tingkat keasaman ini tidak semua mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. - Netralisasi Setelah didinginkan air limbah kemudian dialirkan ke Netralizer Pound (kolam penetral), kolam ini umunya mikroorganisme bekerja optimum pada ph 6,7-7,5 pada dasar nya tingkat keasaman air limbah PKS antara 3-5 maka diperlukan netralisasi agar proses fermentasi berjalan dengan baik. - Kolam pembiakan bakteri Pada kolam pembiakan bakteri, pada mikroorganisme yang banyak dikembangkan dalam pengendalian limbah PKS ialah jenis bakteri Methagonen. Bakteri yang bisa diintroduksi bila

67 67 perkembangannya sangat cepat, agar jumlah bakteri dalam media sebanding. - Kolam anaerobik Fermentasi dalam kolam ini terjadi pemecahan bahan organik yang dapat diketahui dari jumlah BOD-nya yang berkurang hingga 30%, pengurangan BOD ini tentunya akibat reaksi Biooksidasi berjalan dengan sempurna. - Kolam Fakultatif Pada kolam Fakultatif terjadi fermentasi aerobik. Lamanya fermentasi dipengaruhi luas dalam kolam, hal ini akan mempengaruhi absorbsi udara dari atmosfer kandungan DO yang berasal dari udara berkisar 7-8 rpm dari retention time. - Kolam Aerasi Pada kolam aerasi terjadi pelarutan oksigen dalam menggunakan sistem mekanik. Pada kolam ini limbah ditahan selama ± 10 hari. Pada masa tersebut sudah dapat berlangsung proses oksidasi sehingga BOD menurun. - Kolam Aerobik Air limbah yang keluar dari kolam anaerobik perombakan memerlukan oksigen baik oksidasi dengan katalisator mikroorganisme maupun katalisator kimia. - Pengaliran Limbah Ke Land Application Setelah melalui proses aerobik air limbah kemudian mengalir ke kolam Sedimentasi atau Polishing pound. Tujuan dari kolam sedimentasi ini untuk mengendapkan padatan-padatan sebelum

68 68 limbah dibuang keperairan Land application. Limbah yang keluar dari kolam ini diharapkan mempunyai ph 8-9 dan BOD-nya kurang dari 250 ppm. f. Hasil yang Dicapai Diperolah air yang sesuai dengan baku mutu limbah cair, yaitu penilaian mutu limbah meliputi BOD, COD, total solid, total nitrogen, minyak dan lemak, serta ph. Di PKS Bebunga air yang telah dilakuakan perbaiakan akan dialirkan ke kebun ataupun kealiaran air yang mengalir di sekitar lingkungan pabrik kelapa sawit. g. Pembahasan Dilihat dari hasil pengamatan, sumber air limbah di PKS Bebunga meliputi, air buangan kondensat dari stasiun rebusan, air buangan dari stasiun klarifikasi, air buangan dari hydrocyclone, dan air bekas pencucian. Pada pengolahan limbah cair di pabrik kelapa sawit terdiri dari beberapa cara, seperti dengan cara fisika yaitu dengan cara penyaringan dan pengendapan. Dengan cara kimia yaitu dengan memanfaatkan bahan bahan kimia seperti oksidasi, sedangkan yang ketiga adalah dengan cara biologi, yaitu dengan cara melakukan fermentasi. Di PKS bebunga dalam pengolahan limbah cair menggunakan cara biologi yaitu perombakan organik menjadi senyawa sederhana dengan bantuan mikroba.

69 69 2. Pengolahan Limbah Padat a. Tujuan Untuk mengetahui pemafaatan limbah padat yang dilakukan oleh pabrik kelapa sawit Bebunga. b. Dasar Teori Menurut Naibaho (1998) menuliskan dalam bukunya yakni limbah padat tandan kosong kadang-kadang mengandung buah tidak lepas di antara celah-celah ulir di bagian dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan bantingan yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit. Hal ini sering terjadi di pabrik-pabrik yang tekanan kerja ketel rebusan dibawah 2,8 kg/cm 2 disertai produksi uap yang tidak mencukupi kebutuhan. Perebusan yang tidak sempurna menghasilkan tandan kosong yang masih mengandung buah hingga 9%. Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak, dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre cyclone. Kualitas asap pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut. 1). Pemanfaatan Serat a). Waktu dan Tempat - Waktu : 1 April Tempat : Fibre Cyclone b). Alat dan Bahan - Alat : Separating Coloum, Fibre cyclone, Boiler, Truk.

70 70 - Bahan : Serat atau ampas kelapa sawit. c). Prosedur Kerja - Serabut atau ampas yang telah dipisahkan di separating columb, kemudian ditranfer ke fibre cyclone. - Di fibre cyclone, serabutt/ampas dimanfaatan untuk bahan bakar boiler, sedangkan sisanya ditampung untuk dibuang. - Serat yang ditampung kemudian diangkat dengan truk untuk dibuang disekitar area pabrik atau perkebunan. d). Hasil yang Dicapai Serabut atau ampas dari buah kelapa sawit sebanyak 14% dari 100% TBS yang diolah. Serabut yang telah dihasilkan dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler untuk proses pengolahan di pabrik kelapa sawit Bebunga. e). Pembahasan Dilihat dari hasil pengamatan di Separating coloum, serat/ampas yang memiliki BJ yang ringan akan terisap/tersedot ke atas menuju fibre cyclon, sedangkan nut akan jatuh ke polishing drum karena memiliki BJ yang lebih berat. Serat/ampas yang tekumpul di fibre cyclone dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler dan sebagianya di buang ke pembuangan limbah padat disekitar pabrik. 2). Pemanfaatan Cangkang a). Waktu dan Tempat - Waktu :1 April Tempat : Cracked Mixture Cyclone

71 71 b). Alat dan Bahan - Alat : Depericarper fan dan truk. - Bahan : Cangkang sawit. c). Prosedur Kerja - Cangkang yang sudah terpisah dari kernel, kemudian dikirim ke depericarper fan melalui depericarper conveyor. - Di depericarper, cangkang akan ditampung untuk diambil sebagian kecilnya untuk digunakan sebagai bahan bakar boiler dan sisanya ditampung untuk dijual. d). Hasil yang Dicapai Cangkang hasil dari pemisahan kernel dengan jumlah 5% dari 100% TBS yang diolah. Cangkang hasil dari sisa pengolahan dimanfaatan sebagai bahan bakar boiler. e). Pembahasan Cangkang hasil dari sisa pengolahan dimanfaatan sebagai bahan bakar boiler. Sebagian dari cangkang yang dihasilkan ada yang dijual untuk perusahaan yang memakai bahan bakar boiler dan kelebihan cangkang dibuang di tempat penimbunan cangkang sawit sekitar pabrik. 3). Pemanfaan Tandan Kosong a). Waktu dan Tempat - Waktu : 2 April Tempat : Empty Bunch Hopper b). Alat dan Bahan - Alat : Empty bunch hopper

72 72 - Bahan : Janjangan/tandan kosong. c). Prosedur Kerja - Janjangan/tankos hasil dari pemipilan atau threser kemudian dikirim ke hopper dengan menggunakan alat horizontal empty bunch conveyor. - Dari hopper janjangan kemudian diangkat dengan menggunakan truk pengangkut untuk diaplikasikan ke kebun atau unit. - Setelah sampai dikebun/unit janjangan diletakkan disekitar tanaman sawit untuk kemudian dijadikan pupuk. d). Hasil yang Dicapai Tandan kosong hasil penebahan/pemipilan di stasiun Threser sebanyak 22% dari 100% TBS yang diolah. e). Pembahasan Janjangan/tankos adalah hasil dari pemipilan yang dimanfaatkan sebagai mulsa pada tanaman kelapa sawit. D. Analisis Minyak Kelapa Sawit 1. Penentuan Kandungan Asam Lemak Bebas ( ALB) a. Tujuan Mengukur kadar kandungan ALB pada CPO yang dihasilkan. b. Dasar Teori Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hydrolisa minyak menjadi asam-asamnya. Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator mutu minyak. Asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara titrasi menggunakan

73 73 alkali dalam larutan alcohol. Standar ALB adalah < 3,5 % (Naibaho, 1998). c. Waktu dan Tempat - Waktu : 2, 3, 13 April Tempat : Laboratarium d. Alat dan Bahan - Alat : Tabung kerucut (conical flash), buret, magnetic stirrer, timbangan, gelas ukur, pipet. - Bahan : CPO (sempel), Iso Profil Alkohol (IPA) NaOH dan Indikator PP. e. Prosedur Kerja 1. Timbang 5 gram minyak sampai gram terdekat dalam tabung kerucut (conical flash) 250 ml. 2. Ukur 50 ml larutan IPA dalam tiap sampelnya dan masukkan dalam tabung kerucut (conical flash) 250 ml. 3. Tambahkan 3 tetes PP dan digoyang hingga tercampur dengan baik. 4. Tritasi dengan NaOH 0.1 N tetes demi tetes dengan buret sampai larutan berwarna jingga yang lemah. 5. Pindahkan IPA yang telah telah dinetralisir dalam tabung kerucut (conical flash) yang berisi minyak. 6. Letakan tabung kerucut dan isinya pada magnetic stirrer, biarkan campuran tersebut akan mendidih dan sementara itu digoyang-goyang agar minyak pecah menjadi tetesan kecil. Tritasi sampel dengan 0.1 N NaOH tetes demi tetes.

74 74 7. Catat volume NaOH yang digunakan untuk titrasi dan kalkulasikan : 25,6 V N ALB = W Dimana: V = larutan NaoH dalam ml N = Normalitas NaOH W = Berat sampel minyak (gram) f. Hasil Diketahui berat sempel W = 5,0005 gram N = 0,1001 V = 5,7 ml ALB = 25,6 5,7 0,1001 5,0005 ALB = 2,9210 % g. Pembahasan. Dari dari hasil data yang diperoleh bahwa ALB yang di dapat adalah 2,9210% ini sesuai dengan standar Pabrik Kelapa Sawit Bebunga yaitu dibawah 3,5%. ALB adalah faktor penting yang menentukan kualitas dari minyak CPO yang dihasilkan, ALB yang begitu tinggi mempengaruhi penjualan minyak tersebut terhadap produsen minyak selanjutnya. Karena minyak CPO yang memiliki ALB yang tinggi akan menambah biaya produksi bagi produsenprodusen minyak goreng. Oleh karena itu bila minyak CPO tinggi ALB nya maka harga jualnya menjadi rendah dan dari pihak pabrik akan mengalami kerugian pada hasil produksinya.

75 75 2. Penentuan Kadar Air a. Tujuan Menentukan kandungan kadar air dalam CPO yang dihasilkan. b. Dasar Teori Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengeringan. Standar kadar air adalah < 0,10% (Naibaho, 1998). c. Waktu dan Tempat - Waktu : 2, 3,13 April Tempat : Laboratarium d. Alat dan Bahan - Alat : Piring Kristal, oven, desikator, timbangan - Bahan : Minyak CPO (sample) e. Prosedur Kerja 1. Keringkan piring kristal yang bersih dalam oven selama 15 menit pada suhu 105 O C. 2. Biarkan menjadi dingin dalam desikator ± ½ jam. 3. Timbang piring kristal yang kering ini sampai gram terdekat (W1) 4. Timbang sampel kira-kira 20 gram ± 0.1 gram (W2). 5. Keringkan minyak dalam oven selama 6 jam pada temperature 105 o C.

76 76 6. Dinginkan sampel tersebut didesikator selama 30 menit sebelum ditimbang kembali. 7. Timbang sampel yang telah didinginkan dalam desikator (W3). 8. Catat semua data timbangan dan kalkulasikan A B Kadar Air = 100% C Dimana: A= Berat contoh sebelum dioven B= Berat contoh sesudah dioven C= Berat contoh f. Hasil Diketahui: A= 20,6317 B= 20, , ,6066 Kadar Air = 100% 20,6317 Kadar air = 0,1216 % g. Pembahasan. Hasil dari kadar air yang telah dikalkulasikan adalah 0,1216%, sesuai dengan standar kadar air yang telah ditetapkan yaitu dibawah 0,15%. Kadar air mempengaruhi kualitas minyak CPO, semakin tinggi kadar air pada minyak, maka akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia minyak serta memudahkan mikroorganisme tumbuh didalamnya.

77 77 3. Penentuan Kadar Kotoran a. Tujuan Menghitung kadar kotoran pada CPO yang diproduksi dan menentukan kualitas CPO. b. Dasar Teori Kotoran yang terdapat dalam minyak ini adalah kotoran yang tidak dapat larut dalam n-heksane dan petroleum ether. Kadar kotoran yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara menimbang residu kering setelah dipisahkan dari contoh dengan menggunakan pelarut. Standar kotoran adalah 0,01% (Naibaho, 1998). c. Waktu dan Tempat - Waktu : 2 April Tempat : Laboratorium d. Alat dan Bahan - Alat : Gooch crucible, filter kertas whatmant GF/B Ø 25 mm, vaccum pump, oven, desiktor. - Bahan : CPO, hexsane, tissue e. Prosedur Kerja 1. Selesai analisa kadar air, Sampel % kadar air CPO selanjutnya dianalisa kadar kotorannya (Dirt Content). 2. Letakan filter kertas whatmant GF/B Ø 25 mm pada gooch crucible. 3. Kemudian cuci/bilas dengan hexana kira-kira 10 ml. 4. Keringkan pada suhu 105 o C selama ½ jam. 5. Dinginkan dalam desikator ± ½ jam.

78 78 6. Setelah dingin timbang gooch crucible beserta filternya sampai gram terdekat (W1). 7. Ambil ± 20 gram sampel dari piring kristal (W2). 8. Tambahkan 100 ml hexana yang telah disaring dan aduk hingga merata. 9. Biarkan selama 5 menit sampai benda-benda yang tidak dapat larut mulai tenang. 10. Tuangkan cairan ini dengan hati-hati kedalam gooch crucble dengan dihisap vacum pump. 11. Pergunakan hexana baru untuk memindahkan minyak dan benda yang tidak larut kedalam wadah gooch crucible dan bilas gelas piring kristal hingga bersih tidak ada minyak. 12. Demikian juga sisa-sisa minyak yang menempel di filter dibersihkan. 13. Matikan power vacuum pump bila cairan dalam gooch crucible telah terhisap semua oleh vacum pump. 14. Angkat wadah dan usap bagian luarnya dengan kertas tissue yang bersih. 15. Keringkan gooch crucible beserta filternya dalam oven pada suhu 105 oc selama ½ jam. 16. Dinginkan dalam desikator selama ½ jam sebelum ditimbang. 17. Timbang kembali gooch crucible beserta filternya sampai dengan gram terdekat (W3). 18. Catat semua data timbangan dan kalkulasikan % Kadar Kotoran. W3 W1 Kadar Kotoran = 100% W3

79 79 f. Hasil Diketahui: Berat gooch awal (W1)= 19,2640 Sempel (W2)= 20,6066 Berat gooch akhir (W3)= , ,2640 Kadar Kotoran = 100% 20,6037 Kadar kotoran = 0,0068% g. Pembahasan Dari hasil kadar kotoran yang telah dikalkulasikan adalah 0,0068% ini berarti bahwa kadar kotoran dari Pabrik Kelapa Sawit sesuai dengan srandar yang telah ditentukan, yaitu dibawah 0,015 % dari standar pabrik. Kadar kotoron dapat mempengaruhi kualitas minyak yang akan dijual, karena minyak yang memiliki kadar kotoran yang cukup tinggi akan mempengaruhi kenampakan minyak yang tidak bersih. Karena masih mengandung kotoran-kotoran seperti sisa-sisa pasir ataupun serabut yang ada didalam minyak. E. Analisis Inti sawit 1. Penentuan Kadar Air Inti Sawit a. Tujuan Menghitung kadar air dalam inti sawit. b. Dasar Teori Air dalam inti sawit ada dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi kerena proses alami sewaktu pebuahan dan akibat perlakuan di pabrik pada waktu penimbunan. Air yang terdapat

80 80 dalam minyak dapat dilakuakan dengan cara pengeringan. Standar kadar air inti sawit adalah 7,0%. (Naibaho, 1998). c. Waktu dan Tempat - Waktu : 17 Maret Tempat : Laboratarium d. Alat dan Bahan - Alat :Timbangan, piringan petridis, oven - Bahan : Kernel (sempel) e. Prosedur Kerja 1. Ambil beberapa biji kernel dari kernel utuh (12 15 gram) kemudian ditumbuk sampai menjadi halus. (Dapat juga diiris tipis, ketebalan kurang dari 1 mm). 2. Timbang piringan petri dish diameter 95 mm sampai dengan gram terdekat (W1). 3. Sampel Kernel halus hasil tumbukan kemudian ditimbang seberat 10 gram sampai dengan gram terdekat (W2) 4. Sampel tersebut kemudian dikeringkan dalam oven selama 4 jam pada temperatur 105 o C. 5. Setelah dioven dinginkan sampel tersebut didesikator selama ½ jam sebelum ditimbang kembali. 6. Kernel kering yang telah dingin ditimbang lagi sampai gram terdekat (W3). Dan kalkulasikan, A B Kadar Air Kernel = 100% C Dimana: A= Berat contoh sebelum dioven

81 81 B= Berat contoh sesudah dioven C= Berat contoh f. Hasil Diketahui: Wadah: 43,9672 gram Sempel:10,2612 gram Wadah dan sempel kering: 53,7423 gram Sempel kering: 9,7751 gram Kadar air kernel= 53, ,9672 =9, ,2612-9,7751 Kadar Air = 100% 10,2612 Kadar air = 4,7372 % g. Pembahasan Hasil dari perhitungan kadar air diperoleh hasil 4,7372% yang sesuai dengan standar kadar air pabrik kelapa sawit Bebunga yaitu dibawah 7,00%. Kadar air yang cukup tinggi akan mempengaruhi kualitas inti sawit karena kandungan kadar air yang tinggi akan meningkatkan ALB pada inti sawit tersebut dan juga akan memudahkan mikroorganisme tumbuh pada inti sawit. F. Standar di Minamas Plantation, Plantation yang Ditetapkan Oleh Direktur of Operations (DO). 1. Standarisasi Limbah Cair Minamas Plantation. Baku mutu limbah cair pabrik kelapa sawit Bebunga dapat dilihat dari tabel 4 berikut ini :

82 82 Tabel. 4 Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Bebunga (Minamas Plantation). Parameter Air buangan sebelum Effluen Range Rata-rata ph 3,4-5,2 4,2 BOD ,260 COD ,710 Total Solids ,370 Suspended Solid ,620 Oil dan Grease ,110 Amonical Nitrogen Total Nitrogen (Sumber : PT. Langgeng Muaramakmur, PKS Bebunga) Telah diketahui bahwa pembuangan limbah segar ke badan penerima langsung akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, oelh sebab itu perlu dikendalikan agar sesuai dengan persyaratan bahan baku yang diperkenankan. Adapun mutu limbah yang diperkenankan menurut Keputusan Mentri Negara KHL No. Kep. 03/MENKLH/II/1991 adalah sebagai berikut : Tabel. 5 Baku Limbah Pabrik Kelapa Sawit Parameter (Sumber: Naibaho, 1998) Beban Maksimum ph 6-9 BOD, ppm 250 COD, ppm 500 TSS, ppm 300 NH3-N, ppm 20 Oil-grease, ppm 30

83 83 2. Standar Mutu Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Bebunga. Untuk memperoleh mutu minyak yang baik perlu adanya sebuah standar agar mampu menghasilkan minyak dengan kualitas yang tinggi, sehingga mampu bersaing di pasaran. Standar mutu Crude Palm Oil di pabrik kelapa sawit Bebunga dapat dilihat dari tabel 5 berikut ini: Tabel. 6 Standar Mutu Crude Palm Oil di PKS Bebunga. Karakteristik Batasan Kadar Lemak Bebas (ALB) % 3,5 % Kadar Air (%) 0,15 % Kadar Kotoran (%) 0,015 % (Sumber: PT. Langgeng Muaramakmur, PKS Bebunga) Berikut standar mutu minyak kelapa sawit berdasarkan SNI Tabel. 7 Spesifikasi Persyaratan Mutu No. Jenis Uji Satuan Persyaratan 1. Keadaan: 1.1 Warna - Normal 1.2 Bau dan Rasa - Normal 2. Titik Leleh C Maks Air dan Kotoran, b/b % Maks. 0,22 4 Asam Lemak Bebas (sebagai asam Palmitat), b/b % Maks. 5,0 5. Bilangan Iod g Iod/ 100 g Min Cemaran logam Besi (Fe) mg/kg Maks Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 0,4 6.3 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,1 7 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 0,1 Sumber; (SNI ).

84 84 Adapun standar Crude Palm Oil yang dilihat dari Pahan (2006) adalah sebagai Berikut: Tabel. 8 Standar Mutu Curde Palm Oil Karakteristik Batasan Kadar Lemak Bebas (ALB) % < 3,5 % (Sumber: Pahan, 2006) Kadar Air (%) < 0,10 % Kadar Kotoran (%) < 0,01% 3. Standart Mutu Inti Sawit di Pabrik Kelapa Sawit Bebunga. Standar mutu inti kelapa sawit diperlukan agar inti kelapa sawit dapat dipertahankan mutunya untuk nantinya mampu memproduksi Palm Kernel Oil (PKO) dari inti kelapa sawit yang bermutu tinggi. Adapun standar mutu dari inti sawit di pabrik kelapa sawit Bebunga adalah sebagai berikut: Tabel. 9 Standar Inti Sawit di PKS Bebunga. Karakteristik Batasan Kadar Lemak Bebas (ALB) % 3,5 % Kadar Air (%) 7,00% Kadar Kotoran (%) 6,00 % Inti berubah warna 15% (Sumber: PT. Langgeng Muaramakmur, PKS Bebunga) Berikut standar inti sawit yang dilihat dari Pahan (2006) Tabel. 10 Standar Mutu Inti Sawit Karakteristik (Sumber: Pahan, 2006) Batasan Kadar Air (%) < 0,10 % Kadar Kotoran (%) < 0,01% Inti berubah warna < 40,00%

85 85 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Lapang tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari kegiatan Praktek Kerja Lapang penulis mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari PKS (Pabrik Kalapa Sawit) Bebunga. Penulis dapat mengerti dan memahami langsung proses pengolahan kelapa sawit yang di lakukan di setiap stasiun pengolahan pada pabrik kelapa sawit. Praktek kegiatan ini sesuai dengan teori yang pernah diajarkan dibangku kuliah Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan khususnya tentang Teknologi Pengolahan Kelapa sawit. 2. Untuk menghasilkan pruduksi minyak CPO (Crude Oil Palm) dan inti sawit perlu melewati proses yang cukup panjang yang di mulai dari stasiun penerimaan, satasiun perebusan, bantingan, pengadukan dan press, pemurnian dan sampai dengan stasiun pengolahan inti sawit dan berakhir di stasiun penimbunan, yang dari semua proses ini adalah merupakan suatu proses yang menentukan hasil produksi dari pabrik kelapa sawit tersebut. 3. Pabrik Kelapa Sawit Bebunga memiliki kemampuan mengolah TBS dengan kapasitas olah 45 ton/ jam dan dapat menambah kapasatis olah menjadi 60 ton/jam disaat jumlah buah kelapa sawit melonjak atau pada saat panen raya. Standar mutu minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dan inti kelapa sawit di PKS Bebunga telah ditentukan oleh pihak

86 86 management pabrik dengan standar minyak CPO adalah sebagai berikut ALB 3,5%, Moist 0,15%, Dirt 0.015% dan untuk inti kelapa sawit adalah ALB 2,5%, Moist 7,00%, dan Dirt 6%. Dari standar tersebut PKS Bebunga memenuhi standar dari SNI D. Saran Berikut saran yang bisa disampikan oleh penulis untuk mengarah pada perbaikan penulisan selanjutnya: 1. Untuk menghasilkan calon tenaga kerja yang berpotensi maka mahasiswa yang melakuakn praktek kerja lapang hendaklah benarbenar mengerti dan memahami masalah yang terjadi pada saat melakukan praktek kerja lapang, supaya mampu menyelesaikan masalah tersebut dan siap apabila telah mengahadapi dunia kerja perusahaan khususnya perusahan kelapa sawit. 2. Untuk mendapatkan Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Kelapa Sawit (IKS) yang sesuai standar yang diinginkan oleh pabrik maka perlu ditunjang dari penyediaan bahan olah (mutu TBS dari unit kebun) yang tepat dan pengoperasian alat/mesin yang baik dari setiap unit kerja di pabrik.

87 87 V. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Pengolahan Minyak Kelapa Sawit. Pabrik Kelapa Sawit Bebunga, Kota Baru Kalsel. Fauzi, Y., dkk Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. Naibaho, P. M., Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Pahan I., Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. Purba A. R., dkk Teknologi Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Setyamidjaja, D., Budidaya Kelapa Sawit. Kasinius, Yogyakarta. Sunarko, Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agro Media, Jakarta.

88 LAMPIRAN 88

89 (Sumber : PT. Langgeng Muaramakmur, PKS Bebunga) 89

90 90

91 91

92 92

93 93

94 94

95 95 Lampiran 7; Gambar-Gambar Selama Melakukan PKL a. Pabrik Kelapa Sawit Bebunga b. Stasiun Penerimaan (Jembatan Timbang)

96 96 c. Pintu loading ramp dari dalam pabrik dan lori yang berisi TBS. c. Sterilizer (Ketel perebusan)

97 97 e. Threser (Stasiun bantingan) f. Degister dan Vibrating Screen.

98 98 g. Stasiun Inti Kelapa Sawit. h. Laboratarium PKS Bebunga

99 99 i. Bulk Silo j. Storage Tank.

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA...9 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO

Lebih terperinci

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit 1. LOADING RAMP Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu

Lebih terperinci

Oleh LISKIARNI NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASILPERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

Oleh LISKIARNI NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASILPERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LANGGENG MUARA MAKMUR PABRIK KELAPA SAWIT BEBUNGA DESA BINTURUNG LAMA, KECAMATAN PAMUKAN UTARA KABUPATEN KOTABARU, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh LISKIARNI NIM.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, terdiri dari beberapa stasiun yang menjadi alur proses dalam pemurnian kelapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaesis Guineses Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk dalam family Palawija. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada tahun 1996 oleh PT. Dirga Bratasena Enginering dan resmi beroperasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN Oleh : JUMARDI NIM. 060 500 100 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN i PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI Oleh : Nur Fitriyani (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN PT Muriniwood Indah Indurtri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran II : Mesin-mesin dan Peralatan yang digunakan PTPN III PKS Rambutan A. Mesin Produksi Adapun jenis dari mesin- mesin produksi yang digunakan oleh PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Tentang Kelapa Sawit. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua Afrika dan cocok ditanam di daerah tropis, seperti halnya dinegara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari negeria, Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari amerika

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit. PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel).

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Perkebunan Sumatera Utara PT. Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT. Perkebunan Sumatera Utara pada

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARHR PT. PERKEBNAN NSANTARA III NTK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODKSI Krismas Aditya Harjanto Sinaga 1, Baju Bawono 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI 3.1 Uraian Proses Tandan buah segar (TBS yang akan diolah menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil/ CPO) dan kernel (kernel palm Oil/ KPO) pada PT. perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG Oleh : MARIA ULFA NIM.110 500 106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN 2.1. Identitas Pemrakarsa Nama Perusahaan Penanggung Jawab Jenis Kegiatan : PT Arus Putra Maju : Sdr. Dudik Iskandar : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Lokasi Kegiatan : Desa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR Oleh: ASRI SANTALINA NAIBAHO NIM. 130500120 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah Pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit dengan proses standar menjadi produk minyak sawit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpartikel

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit I. PENDAHULUAN I.I Latar belakang Pengalaman Praktek Kerja Mahasiswa (PKPM) merupakan salah satu kegiatan yang bergerak dalam bidang pendidikan pada Program Akademik Di Politeknik Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM i LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN, BUKIT PERMATA MILL DESA BUKIT PERMATA KECAMATAN KAUBUN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: SUSI SUGIARTI NIM.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit. (3)(6) Didalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang disebut bahan mentah adalah kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR. Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR. Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM. 100500134 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh ASPIANI NIM. 060500088 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan Negara yang berorientasi di bidang perkebunan dan pengolahan. Perkebunan kelapa sawit di PT. Perkebunan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (ASTRA AGRO LESTARI.Tbk) KEC. WARU KALIMANTAN TIMUR Oleh : DARMIN NIM 060500089 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN

Lebih terperinci

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT Oleh : Tim Kajian LATAR BELAKANG 1. Kabupaten Nagan Raya memiliki

Lebih terperinci

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi Agus Suandi, Nurul Iman Supardi, Angky Puspawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Bengkulu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh SYAIBUL KHAIR NIM.130500136 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DAN KERNEL CRUSHING PLANT DESA GUNUNG SARI KEC

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DAN KERNEL CRUSHING PLANT DESA GUNUNG SARI KEC LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DAN KERNEL CRUSHING PLANT DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG KAB. KUTAI KARTANEGARA Oleh : RISKA DEWI NIM. 130500132

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN 39 ANALISIS LOSSES PADA NUT AND KERNEL STATION MELALUI PROSES PENDEKATAN DISETIAP PERALATAN Andryas Meiriska Syam 1), Rengga Arnalis Renjani 1), Nuraeni Dwi Dharmawati 2)

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT Istianto Budhi Rahardja Muhammad Sopyan Abstrak Pabrik pengolahan kelapa sawit dalam memperoleh

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 i LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN BUKIT PERMATA MILL DESA BUKIT PERMATA KECAMATAN KAUBUN KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: RUSLINDA PRATIWI NIM. 120500103 PROGRAM

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 6 penyakit, produksi tinggi, serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi. Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani dan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN Joto Wahyudi 1), Rengga Arnalis Renjani 1), Hermantoro 2) Jurusan Teknik Pertanian, Progam Khusus Sarjana Teknik

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak Sterilizer

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Stasiun Kempa Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian Thresher kemudian terjadi pemisahan antara buah dengan tandan. Buah yang keluar dari Thresher

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam. nonpangan. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam. nonpangan. Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada beragam kegunaan minyak kelapa sawit. Minyak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkerbunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini tak

KATA PENGANTAR. serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini tak KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nyalah laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dapat terselesaikan dengan sebagaimana mestinya. Penyusunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Digester Digester sering disebut ketel adukan yang terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan alat perajang dan pemanas untuk mempersiapkan bahan agar lebih mudah dikempa di screw

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014 PERSETUJUAN Judul : Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak Kelapa Sawit (CPO) Pada Tangki Timbun Di PT. Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung Kategori : Karya Ilmiah Nama : Marina Batubara

Lebih terperinci

KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH:

KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH: KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH: SENDI ASRI GUNAWAN Nim. 06 5203 004 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

Lebih terperinci

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2011

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2011 PENELUSURAN MODEL RANCANGAN PERCOBAAN TERSARANG UNTUK MENETAPKAN EKSISTENSI DARI DUA SCREW PRESS YANG TERPASANG DI PT. PP. LONDON SUMATERA INDONESIA, TBK TURANGEI PALM OIL MILL TANJUNG LANGKAT T U G A

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DOUBLE DECK BUNCH CRUSHER

PENGGUNAAN DOUBLE DECK BUNCH CRUSHER EFEKTIFITAS PENGGUNAAN DOUBLE DECK BUNCH CRUSHER UNTUK MEMINIMALKAN PERSENTASE FRUIT LOSSES IN EMPTY BUNCH (Studi Kasus di PMKS Agribaras, PT Unggul Widya Teknologi Lestari, Sulawesi Barat Azhar Basyir

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (WKP) DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (WKP) DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. WARU KALTIM PLANTATION (WKP) DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh : HEBTARIA SIDABALOK NIM. 110 500 103 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN PENGARUH PROSES PENGOLAHAN TERHADAP MUTU CRUDE PALM OIL (CPO) YANG DIHASILKAN DI PTPN IV PKS ADOLINA PERBAUNGAN-MEDAN TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN 052409076 PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak nabati Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Varietas Kelapa Sawit Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas tersebut

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PABRIK KELAPA SAWIT PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PABRIK KELAPA SAWIT PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR. 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) PABRIK KELAPA SAWIT PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh Mitra Sella Suliani Nim. 080 500 190 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH DALAM PEROLEHAN PERSENTASE RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN METODE ANALISA VARIANS (ANAVA) PADA STASIUN REBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR. 57 LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR Oleh ANING PUTRI NURHIDAYAT NIM.130 500 117 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses II.TINJAUAN PUSTAKA A. Perebusan Proses pertama yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit adalah proses perebusan. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses perebusan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Socfin Indonesia telah berdiri sejak tahun 1930 dengan nama Socfindo Medan SA (Societe Financiere Des Caulthous Medan Societe Anoyme) didirikan

Lebih terperinci

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill. : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose. mengurangi kadar air.

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill. : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose. mengurangi kadar air. LAMPIRAN 1. Mesin, Peralatan, dan Utilitas Mesin Produksi Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill untuk setiap stasiun adalah sebagai berikut : 1. Stasiun Perebusan (Sterilizer

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PKS RAMBUTAN, PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 badan usaha milik negara (BUMN) yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT Perkebunan Sumatera Utara pada awalnya bernama Perusahaan

Lebih terperinci

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

!  # $ % % & # ' #  # ( % $ i ! " $ & ' " ( $ i !" ) " " * ' " ' ' ' ' ' ' + ' ", -, - 1 ) ". * $ /0,1234/004- " 356, " /004 "/7 ",8+- 1/3 /0041/4 /009) /010 400 /6 $:, -,) /007- ' ' ",-* " ' '$ " " ;" " " 2 " < ' == ":,'- ',""" "-

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, DESA PENGADAN KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, DESA PENGADAN KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, DESA PENGADAN KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: INDRA DAYANTI NIM. 130 500 126 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR. Oleh : GUSLI NIM.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR. Oleh : GUSLI NIM. i LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR Oleh : GUSLI NIM. 090 500 083 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang Pengolahan Inti Sawit (Kernel) dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Tanaman kelapa sawit, yang memiliki arti penting bagi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Tanaman kelapa sawit, yang memiliki arti penting bagi I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Tanaman kelapa sawit, yang memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada

Lebih terperinci

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Integrated Palm Oil Process Chain Management UP-STREAM MID-STREAM

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/PKS-PRS/03 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal. 1 dari 5 FRM/JKO-WKM/15-00 07 Mei 2012 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Profil Perusahaan 2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Kebun unit Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926 dengan nama NV Cultuur Maatschappy Onderneming

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Mopoli Raya adalah perusahaan yang berdiri pada tahun 1980 atas usaha dari tiga pendiri utama yaitu: 1. H.A. Basyah Ibrahim (almarhum) 2. H.M.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT DESA BATU BALAI KECAMATA MUARA BENGKAL KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT DESA BATU BALAI KECAMATA MUARA BENGKAL KALIMANTAN TIMUR. LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. TELEN PRIMA SAWIT DESA BATU BALAI KECAMATA MUARA BENGKAL KALIMANTAN TIMUR Oleh : Amir Hamzah NIM. 110 5000 74 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari 1 A. Sejarah singkat perusahaan BAB III Gambaran Umum Perusahaan PT. Surya Agrolika Reksa suatu perusahaan swasta yang didirikan oleh Adimulya Group pada tahun 1999, berlokasi di Desa Beringin Jaya, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik kelapa sawit merupakan pabrik yang mengolah tandan buah segar (TBS) untuk menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan juga menghasilkan Kernel (inti). Pada dasarnya

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA PENENTUAN KADAR MINYAK YANG TERDAPAT PADA TANDAN BUAH KOSONG SESUDAH PROSES PEMIPILAN SECARA SOKLETASI DI PTP. NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT SEI MANGKEI - PERDAGANGAN KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III pabrik kelapa sawit Aek Nabara Selatan dibangun pada tahun 1978 dengan kapasitas pengolahan 60 ton/jam terletak di kecamatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. SWAKARSA SINARSENTOSA KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR MUKLIS NIM

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. SWAKARSA SINARSENTOSA KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR MUKLIS NIM LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. SWAKARSA SINARSENTOSA KEC. MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR Oleh : MUKLIS NIM 060 500 105 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. SASANA YUDHA BAKTI SATRIA OIL MILL DESA GUNUNG SARI KEC. TABANG, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh : SINTA BELA NIM. 130 500 134 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PT. TELEN PRIMA SAWIT KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh ZULKIFLI NIM.090 500 098 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,

Lebih terperinci

PERSENTASE OIL LOSSES YANG TERDAPAT PADA JANJANGAN KOSONG DI PT SASANA YUDHA BHAKTI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERSENTASE OIL LOSSES YANG TERDAPAT PADA JANJANGAN KOSONG DI PT SASANA YUDHA BHAKTI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PERSENTASE OIL LOSSES YANG TERDAPAT PADA JANJANGAN KOSONG DI PT SASANA YUDHA BHAKTI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh : ABU WAQID ALLAITSIY NIM. 130 500 112 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... DAFTAR ISI Judul... i Pengajuan... ii Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar Lampiran... xii Abstrak... xiii Abstract... xiv Bab I. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kelapa Sawit Semula tanaman kelapa sawit (Elaeis giuneensis Jacg) hanya diusahakan oleh perkebunan besar di Indonesia. Sejak tahun 1977 1978 pemerintahan Indonesia bertekad

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dimasukkan pertama kali ke Indonesia oleh bangsa Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius sebanyak dua batang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Indonesia sekarang ini merupakan tanaman asli Afrika Barat (Geunia) yaitu jenis Elais Geunensis Jacq. Ada jenis tanaman kelapa sawit yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : ROSI YUSRONI Nim:080 500 197 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. WARU KALTIM PALANTATION (WKP) KEC. WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA PROVINSI. KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. WARU KALTIM PALANTATION (WKP) KEC. WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA PROVINSI. KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. WARU KALTIM PALANTATION (WKP) KEC. WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA PROVINSI. KALIMANTAN TIMUR Oleh ALFONSIUS BIN SIMON NIM: 100 500 130 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KEC. KARANGAN, KAB. KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR. Oleh MARDIYYAH NIM.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KEC. KARANGAN, KAB. KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR. Oleh MARDIYYAH NIM. 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KEC. KARANGAN, KAB. KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR Oleh MARDIYYAH NIM. 0805000211 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara L A M P I R A N Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Pimpinan/Staff PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi A. Manajer 1. Memimpin dan mengkoordinir masinis kepala yang ditetapkan direksi 2. Memimpin dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari nigeria, Afrika

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari nigeria, Afrika II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil

Lebih terperinci