BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Berdirinya Perusahaan Toray merupakan sebuah perusahaan yang sangat besar di Jepang yang bergerak dalam berbagai bidang industry, salah satu diantaranya adalah Industri Tekstil yang merupakan cikal bakal dari Toray Industri. Nama Toray berasal dari Toyo yaitu nama perusahaan Rayon yang merupakan produk awal dari perusahaan tersebut, dari keduanya digabung yang kemudian dikenal dengan nama Toray. Toray telah memperluas usahanyan di berbagai Negara seperti: Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, China, Vietnam, USA. Di Indonesia Toray bergerak dalam bidang serat sintetis dan Tekstil dengan membuka beberapa perusahaan misalnya di Tangerang PT ITS, PT ISTEM, PT ACTEM, PT OST, PT PNR, PT TEXFIBRE (Purwakarta), PT CENTEX (Cibinong), PT EASTERNTEX (Surabaya) dan di Jakarta PT JABATO (Jakarta Bali Tokyo) yang merupakan jasa transportasi untuk melayani orang-orang Jepang, PT ITS merupakan yang tersebar diantara perusahaan yang ada di luar Jepang. PT ITS didirikan pada tanggal 11 Oktober 1971 dengan Surat Ijin Presiden NO. 1329/Pres/2/1971/ tanggal 26 Februaru 1971 dan Surat Keputusan Menteri No. 331/M/SK/VI/71 tanggal 13 Juli 1971 dakan rangka dikeluarkannya undang-undang No, 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA). Modal dasar yang dipakai sebesar 54,8 juta USD dengan kepemilikan saham terdiri dari Toray Industries Inc. (65,5%), Mitsui & Co ltd (19,9%), PT EASTERNTEX (14,6%). 32

2 33 Produksi awal perusahaan ini dimulai pada tanggal 15 Agustus 1973 seesar 184 ton/bulan Nylon Filament dan Staple Fibre, kemudian bertambah menjadi: Nylon Filament 610 ton/bulan dan Polyester Fibre 1220 ton/bulan pada tanggal 1 November 1974, jumlah produksi tersebut di atas sudah sesuai dengan kapasitas mesin terpasang pada waktu itu. PT ITS diresmikan oleh Bapak Presiden Soeharto pada tanggal 4 Agustus 1976, peresmian ini dilakukan setelah 5 (lima) tahun didirikan dan melakukan kegiatan produksi. Untuk memudahkan kegiatan operasional PT ITS mendirikan kantor pusat di Summitmas Tower lantai 3 (tiga) no jalan Jendral Sudirman Jakarta, baik di kantor pusat Jakarta maupun di pabrik Tangerang dipimpin oleh Presiden Direktur. Tetapi di dalam segi operasional produksi di pabrik dipimpin oleh Kepala Pabrik Misi dan Tujuan Perusahaan Sebagai perusahaan yang mempelopori produksi benang dan serat sintetis (Synthetics Fibre) PT Indonesia Toray Synthetics merupakan perusahaan pionir untuk hasil produksinya, dalam rangka mengisi pembangunan lima tahun pemerintah Indonesia. Dengan berdirinya dan berproduksinya pabrik tersebut maka benang Nylon (Nylon Filament Yarn) dan serat Polyester (Staple Fibre) yang tadinya biasanya di import dari luar negeri secara berangsur-angsur pembelian dari luar negeri dapat dikurangi. Sehingga produksi pabrik ini merupakan penghematan devisa bagi negara. Sebagaiman diketahui bahwa untuk sekarang ini produksi serat alam mengalami kendala yang besar dikarenakan adanya keterlibatan iklim, dimana untuk menghasilkan serat alam yang baik diperlukan kondisi iklim tertentu dan membutuhkan media pengembang biakan area pertanian yang luas, dengan adanya kendala tersebut maka kebutuhan bahan bakar tekstil baik kuantitas maupun kualitas jelas tidak akan terpenuhi. PT ITS dalam hal ini berusaha untuk memenuhi kekurangan kebutuhan bahan tekstil, khususnya di dalam negeri dan umumnya di luar negeri, disamping untuk membuka lapangan kerja baru sehingga dapat mengurangi masalah pengangguran yang

3 34 menjadi masalah besar di Indonesia. Ini merupakan kebanggaan bagi perusahaan yang telah dapat memberikan sahamnya dalam rangka pembangunan Indonesia dan turut serta dalam usaha-usaha pemerintah melaksanakan delapan jalur pemerataan bagi kemajuan ekonomi dan kesejahteraan rakyat dan negara Indonesia Hasil Produksi dan Sasarannya PT ITS secara terus-menerus menerima melakukan pengembangan baik dari segi jumlah produksi maupun jenis produksi. Mengikuti situasi dan perkembangan pasar (market), sehingga hasil produksi saat ini adalah: Nylon Filament Yarn Polyester Staple Fibre Polyester Filament Yarn : ton/bulan : ton/bulan : ton/bulan Dari hasil produksi ini diutamakan untuk kebutuhan konsumen pabrik-pabrik tekstil di dalam negeri sedangkan sekitar 10-20% untuk kebutuhan luar negeri. Bahan baku utama untuk membuat Nylon (Nylon Filament Yarn) adalah Caprolactam, dan untuk membuat serat Polyester (Synthetics Fibre) dan benang Polyester (Polyester Filament Yarn) adalah Pure Terephtalic Acid dan Ethyline Glylcol Lokasi dan Layout Pabrik PT ITS terletak di jalan Moh. Toha Pasar Baru Tangerang ini sangat tepat untuk daerah industry karena beberapa pertimbangan antara lain: 1. Lokasi tanah yang luas yang terletak di daerah industri, sehingga mudah untuk melakukan pengembangan pabrik. 2. Bahan baku mudah diperoleh karena dekat dengan pusat perekonomian. 3. Transportasi mudah dan cepat karena tersedianya jalan-jalan bebas hambatan dan dekat dengan Pelabuhan Laut maupun Bandara Internasional.

4 35 4. Pasar yang baik, karena konsumen PT ITS sekitar 80% berada di Jawa Barat dan sekitarnya. 5. Mudah mendapatkan tenaga kerja yang terdidik maupun terlatih, karena berada di kawasan kota industry maupun dekat dengan pusat pemerintahan. 6. Tersedianya sumber air yang cukup karena terletak di sepanjang aliran sungai Cisadane. 7. Fasilitas listrik maupun gas mudah didapat meskipun saat ini PT ITS memakai diesel sendiri. PT ITS terletak di atas tanah seluas m 2 dengan luas bangunan m 2 adapun layout pabrik tertera pada gambar 4.1

5 36 Gambar 4.1. Layout Pabrik PT. Indonesia Toray Synthetics Struktur Organisasi Banyak pendapat yang berlainan tentang rumusan dari organisasi, akan tetapi secara umum organisasi rumusan dari organisasi dapat dirumuskan sebagai struktur

6 37 pembagian kerja dan tata hubungan kerja antara kelompok orang untuk pembagian dan tata hubungan kerja antara kelompok orang untuk bekerja satu sama lain dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Bagi perusahaan besar seperti PT ITS, masalah pengelolaan manajemen merupakan suatu hal yang sangat memegang peranan dalam kelancaran produksi serta penyaluran (distribusi) hasil produksinya kepada konsumen. Oleh karena itu PT ITS memerlukan struktur organisasi yang khusus bentuk dan tujuannya. Struktur organisasi PT ITS merupakan struktur organisasi dan staff yang dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang membawahi pengelolaan Administrasi dan Produksi. A. Pengelolaan Administrasi 1) Divisi General/Purchase: a. Departement Personel/General b.departement Raw M/T Fuel c. Departement Stock Control 2) Divisi Finance/Accounting a. Departement Finance b.departement Accounting 3) Divisi Computer/Information a. Departement Computer/Information 4) Divisi Sales a. Departement Fibre b.departement Filament c. Departement Sales ADM d.departement Logistics B. Produksi 1) Departement Technical 2) Departement Nylon Filament Yarn 3) Departemen Polyester 4) Departement Engineering

7 38 ITS Organization 2013 Presdir General/ Purchase Finance/ Accounting Sales Factory Personel/ General Purchase/ R/M Finance/ Accounting Comp.Info Domestic Export Marketing & Control Safety & Environt. Technical Nylon Polyester Engineering Personel Raw M/T Fuel Finance Comp./Info Fiber Export Marketing & Control Technical Polimerization Polimerization Mechanic General Purchase General Acc Filament Logistics Quality Assurance Filament Staple Fiber Electric Stock Control Tax Acc Filament Utility / BTG Gambar 4.2. Struktur Organisasi PT. Indonesia Toray Synthetics

8 Pengumpulan Data Pada suatu penelitian, data merupakan kunci untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan metode pengumpulan data sangat berpengaruh untuk mendapatkan data yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian kualitas Polyester Staple Fibre (PSF) dengan syarat mutu kadar Moisture Content (MC) Dry Chip dan kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip pada Pabrik PSF PT. Indonesia Toray dari bulan Januari 2013 s/d bulan Agustus Spesifikasi mutu yang diinginkan dari PSF adalah : 1. Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip : 0,001-0,010 % 2. Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip : 0,631-0,647 % Data hasil pengujian laboratorium kadar Moisture Content (MC) Dry Chip dan kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2. adalah:

9 40 Tabel 4.1. Data Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip (%) No Tanggal X No Tanggal X No Tanggal X No Tanggal X 1 22-Jan-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Jan-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Jan-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0,006 Sumber: Pabrik Polyester Stable Fibre PT. Indonesia Toray Synthetics

10 41 Tabel 4.2. Data Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip (%) No Tanggal X No Tanggal X No Tanggal X No Tanggal X 1 22-Jan-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Jan-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Jan-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, May-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Jul-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Feb-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, Apr-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0, Mar-13 0, May-13 0, Jun-13 0, Aug-13 0,643 Sumber: Pabrik Polyester Stable Fibre PT. Indonesia Toray Synthetics

11 Pengolahan Data Setelah dilakukan pengujian kadar Moisture Content (MC) Dry Chip dan kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip dari sampel-sampel yang diambil saat hari tertentu, selanjutnya dikelompokkan menjadi 4 sampel dalam 1 subgroup dan kemudian dicari nilai rata-rata serta nilai range untuk masing-masing subgroup. Data perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4. A. Pengolahan Data Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip Hasil pengukuran dan pengujian kadar Moisture Content (MC) Dry Chip dapat dilihat pada tabel 4.3. adalah sebagai berikut : Tabel 4.3. Pengolahan Data Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip No Kadar Moisture Content Rata-rata (MC) Dry Chip Jumlah X 2 Range ( X ) (R) X 1 X 2 X 3 X 4 1 0,004 0,005 0,006 0,006 0,021 0,005 0, , ,002 0,008 0,002 0,005 0,017 0,004 0, , ,005 0,002 0,005 0,003 0,015 0,004 0, , ,005 0,004 0,003 0,007 0,019 0,005 0, , ,003 0,006 0,006 0,005 0,02 0,005 0, , ,003 0,003 0,003 0,004 0,013 0,003 0, , ,006 0,004 0,007 0,004 0,021 0,005 0, , ,005 0,005 0,004 0,007 0,021 0,005 0, , ,005 0,003 0,002 0,003 0,013 0,003 0, , ,007 0,008 0,007 0,007 0,029 0,007 0, , ,002 0,004 0,004 0,004 0,014 0,004 0, , ,004 0,003 0,003 0,002 0,012 0,003 0, , ,004 0,009 0,005 0,005 0,023 0,006 0, , ,009 0,006 0,007 0,009 0,031 0,008 0, , ,006 0,006 0,008 0,006 0,026 0,007 0, , ,003 0,007 0,004 0,007 0,021 0,005 0, , ,008 0,003 0,004 0,004 0,019 0,005 0, , ,005 0,005 0,003 0,004 0,017 0,004 0, , ,008 0,004 0,006 0,005 0,023 0,006 0, , ,003 0,005 0,007 0,006 0,021 0,005 0, , ,002 0,009 0,008 0,003 0,022 0,006 0, , ,006 0,002 0,007 0,003 0,018 0,005 0, , ,004 0,004 0,005 0,005 0,018 0,005 0, , ,004 0,005 0,009 0,002 0,02 0,005 0, ,007

12 ,007 0,003 0,004 0,006 0,02 0,005 0, ,004 Jumlah 0,494 0,124 0, ,086 B. Pengolahan Data Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip Hasil pengukuran dan pengujian kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip dapat dilihat pada tabel 4.4. adalah sebagai berikut : Tabel 4.4. Pengolahan Data Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip No Kadar Intrinsic Viscosity Rata-rata (IV) Dry Chip Jumlah X 2 Range ( X ) (R) X 1 X 2 X 3 X 4 1 0,644 0,645 0,641 0,645 2,575 0,644 0,414 0, ,644 0,647 0,644 0,645 2,580 0,645 0,416 0, ,646 0,646 0,644 0,642 2,578 0,645 0,415 0, ,641 0,642 0,647 0,647 2,577 0,644 0,415 0, ,644 0,647 0,645 0,643 2,579 0,645 0,416 0, ,643 0,645 0,642 0,645 2,575 0,644 0,414 0, ,645 0,641 0,645 0,646 2,577 0,644 0,415 0, ,645 0,646 0,647 0,646 2,584 0,646 0,417 0, ,644 0,643 0,647 0,643 2,577 0,644 0,415 0, ,646 0,644 0,644 0,642 2,576 0,644 0,415 0, ,647 0,645 0,642 0,644 2,578 0,645 0,415 0, ,647 0,645 0,645 0,652 2,589 0,647 0,419 0, ,646 0,647 0,646 0,647 2,586 0,647 0,418 0, ,644 0,644 0,644 0,641 2,573 0,643 0,414 0, ,645 0,644 0,645 0,641 2,575 0,644 0,414 0, ,644 0,647 0,65 0,646 2,587 0,647 0,418 0, ,649 0,646 0,647 0,647 2,589 0,647 0,419 0, ,647 0,647 0,644 0,646 2,584 0,646 0,417 0, ,645 0,644 0,646 0,644 2,579 0,645 0,416 0, ,646 0,642 0,647 0,641 2,576 0,644 0,415 0, ,646 0,646 0,644 0,646 2,582 0,646 0,417 0, ,647 0,645 0,646 0,647 2,585 0,646 0,418 0, ,645 0,646 0,647 0,645 2,583 0,646 0,417 0, ,644 0,647 0,647 0,644 2,582 0,646 0,417 0, ,645 0,644 0,645 0,643 2,577 0,644 0,415 0,002 Jumlah 64,503 16,126 10,402 0,090

13 Tahap Pendefinisian (Define) Define merupakan fase menentukan masalah, menetapkan persyaratanpersyaratan pelanggan, mengetahui CTQ (Critical to Quality). Tujuan dilakukan tahap pendefinisian ini adalah untuk menentukan permasalahan yang ada dalam perusahaan. Permasalahan pada pabrik Polyester Staple Fibre PT. Indonesia Toray Synthetics adalah masih terdapatnya mutu PSF yang belum memenuhi spesifikasi standar kualitas yang ditetapkan perusahaan dan PSF yang dihasilkan sering mengalami berbagai variasi kualitas serta kadang-kadang berada diluar standar yang ditetapkan. Hal ini tentu saja merugikan perusahaan karena perusahaan mengharapkan produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan kualitas PSF yang ditetapkan. Dengan kualitas PSF yang tidak memenuhi standar sesuai dengan spesifikasi (syarat mutu) yang ditetapkan juga menyebabkan penurunan harga jual dipasaran. Pada tahap ini juga ditentukan permasalahan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas PSF. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas PSF adalah kadar Moisture Content (MC) Dry Chip dan kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip Tahap Pengukuran (Measurement) Measure adalah fase mengukur tingkat kinerja saat ini, sebelum mengukur tingkat kinerja biasanya terlebih dahulu melakukan analisis terhadap sistem pengukuran yang digunakan. Pengukuran dilakukan terhadap tingkat kualitas proses pembuatan PSF yang dihasilkan oleh PT. Indonesia Toray Synthetics. Pengukuran akan dilakukan pada kadar Moisture Content (MC) Dry Chip dan kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip yang merupakan faktor penentu dalam keberhasilan perusahaan. Faktor penentu tersebut disebut dengan Critical to Quality (CTQ).

14 Uji Kecukupan Data Uji Kecukupan Data Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip Uji kecukupan data ini dimaksudkan untuk menentukan apakah sampel data yang dikumpulkan sudah cukup atau belum. Rumus yang digunakan untuk uji kecukupan data kadar Moisture Content (MC) Dry Chip adalah dengan menggunakan rumus Bernauli. Uji kecukupan data dilakukan dengan Nilai distribusi normal standar untuk tingkat kepercayaan α/2 adalah -1,645 (Tabel wilayah luas di bawah kurva normal) dan tingkat ketelitian 10 %. Adapun rumus Bernauli adalah sebagai berikut : karena n 0, maka data yang diambil dapat dianggap cukup untuk keperluan pengolahan data Uji Kecukupan Data Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip Uji kecukupan data ini dimaksudkan untuk menentukan apakah sampel data yang dikumpulkan sudah cukup atau belum. Rumus yang digunakan untuk uji kecukupan data kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip adalah dengan menggunakan rumus Bernauli. Uji kecukupan data dilakukan dengan Nilai distribusi normal standar untuk tingkat kepercayaan α/2 adalah -1,645 (Tabel wilayah luas di bawah kurva normal) dan tingkat ketelitian 10 %. Adapun rumus Bernauli adalah sebagai berikut :

15 46 karena n 0, maka data yang diambil dapat dianggap cukup untuk keperluan pengolahan data Uji Kenormalan Data Uji Kenormalan Data Kadar Angka Asam Tujuan melakukan uji kenormalan data adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak, sehingga dilakukan uji normalitas dengan menggunkan Uji Chi-Square (X 2 ). Penyajian Data Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip yang diperoleh dari pabrik PSF PT. Indonesia Toray Synthetics dapat dilihat pada tabel 4.5. yaitu: Tabel 4.5. Data Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip No Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip (%) X 1 X 2 X 3 X 4 1 0,004 0,005 0,006 0, ,002 0,008 0,002 0, ,005 0,002 0,005 0, ,005 0,004 0,003 0, ,003 0,006 0,006 0, ,003 0,003 0,003 0, ,006 0,004 0,007 0, ,005 0,005 0,004 0, ,005 0,003 0,002 0,003

16 ,007 0,008 0,007 0, ,002 0,004 0,004 0, ,004 0,003 0,003 0, ,004 0,009 0,005 0, ,009 0,006 0,007 0, ,006 0,006 0,008 0, ,003 0,007 0,004 0, ,008 0,003 0,004 0, ,005 0,005 0,003 0, ,008 0,004 0,006 0, ,003 0,005 0,007 0, ,002 0,009 0,008 0, ,006 0,002 0,007 0, ,004 0,004 0,005 0, ,004 0,005 0,009 0, ,007 0,003 0,004 0,006 Sumber : Pabrik Polyester Stable Fibre PT. Indonesia Toray Synthetics Setelah data dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji kenormalan data. Uji kenormalan data ini dimaksudkan untuk menguji apakah data yang telah dikumpulkan dari hasil pengamatan dan penelitian mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mempermudah dalam melakukan pengujian kenormalan data, maka data hasil kadar Moisture Content (MC) Dry Chip yang telah dikumpulkan diurutkan dari angka yang paling rendah sampai angka yang paling tinggi. Tabel 4.6. Urutan Data dari Data Minimum Sampai Data Maksimum Hasil Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip No Data No Data No Data No Data 1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,007

17 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,009 Dari data Tabel 4.6. diperoleh : 1. Menghitung besarnya range data yaitu : Data Maksimum = 0,009 Data Minimum = 0,002 R = Data Max Data Min R = 0,009 0,002 R = 0,007 Menghitung banyak kelas dimana : K = 1 + 3,3 log (N) K = 1 + 3,3 log 100 K = 7,6 = 8 Mencari interval kelas dimana:

18 49 Menyusun data-data ke dalam distribusi frekuensi mencari data-data sesuai dengan banyak kelas yang ditentukan. Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip No Interval Kelas Batas Kelas x i f i x i.f i 1 0,0020 0,0029 0, , , , ,0030 0,0039 0, , , , ,0040 0,0049 0, , , , ,0050 0,0059 0, , , , ,0060 0,0069 0, , , , ,0070 0,0079 0, , , , ,0080 0,0089 0, , , , ,0090 0,0099 0, , , ,04725 Jumlah 100 0, Menghitung nilai rata-rata : 3. Menghitung nilai standar deviasi Tabel 4.8. Penentuan Standar Deviasi Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip No Interval Kelas Batas Kelas x i f i x i.f i X (x i - X ) 2 f i (x i - X ) 2 1 0,0020 0,0029 0, , , ,022 0,005 0, , ,0030 0,0039 0, , , ,059 0,005 0, , ,0040 0,0049 0, , , ,089 0,005 0, , ,0050 0,0059 0, , , ,098 0,005 0, , ,0060 0,0069 0, , , ,084 0,005 0, , ,0070 0,0079 0, , , ,089 0,005 0, , ,0080 0,0089 0, , , ,051 0,005 0, , ,0090 0,0099 0, , , ,047 0,005 0, , Jumlah 100 0,539 0, Mencari nilai kritik (z) untuk masing-masing kelas dan luas masing-masing kelas. Untuk mencari luas wilayah ini terlebih dahulu dihitung nilai z-nya. Setelah itu dicari besarnya dengan menggunakan Tabel Luas Wilayah di bawah Kurva Normal. Untuk mencari nilai z digunakan rumus:

19 50 Untuk kelas pertama: Bagian atas: Bagian bawah: Dari tabel didapat luas wilayah (Pi) untuk z = -1,525 adalah 0,064 Dengan cara yang sama dilakukan untuk perhitungan kelas kedua dan seterusnya dapat dilihat dalam Tabel 4.9. Tabel 4.9. Penentuan BKA, BKB dan Luas untuk Masing-masing Interval No Batas Kelas Z BKB Z BKA Z b Z a Z a -Z b 1 0, , ,525-1,025 0,064 0,153 0, , , ,025-0,525 0,153 0,300 0, , , ,525-0,025 0,300 0,490 0, , , ,025 0,475 0,490 0,683 0, , , , ,683 0,835 0, , , ,475 0,835 0,930 0, , , ,475 1,975 0,930 0,976 0, , , ,975 2,475 0,976 0,993 0, Mencari nilai frekuensi ekspektasi/harapan (e i ) dimana: e i = P i x N Tabel Luas Kurva Chi-kuadrat No Batas Kelas O i e i 1 0, , ,9 2 0, , ,7 3 0, , ,0 4 0, , ,3 5 0, , ,2 6 0, , ,5 7 0, , ,6 8 0, , ,7 Dari data diatas dapat kita lihat bahwa ada nilai e i lebih kecil dari pada 5 maka dilakukan revisi atau penggabungan data.

20 51 Tabel Revisi Luas Kurva No Batas Kelas O i e i (O i -e i ) 2 /e i 1 0, , ,9 0, , , ,7 0, , , , , , ,3 0, , , ,2 0, , , ,5 0, , , ,3 3,506 Jumlah ,9 4, Mencari nilai Chi-Square (χ2) dengan persamaan : 7. Melakukan uji hipotesa dengan Uji Chi-Square. Untuk uji hipotesis ini digunakan α = 0.1, jadi apabila Chi kuadrat χ 2 hitung < Chi kuadrat χ 2 tabel maka H o diterima. Jika Chi kuadrat χ 2 hitung > Chi kuadrat χ 2 tabel maka H o ditolak. Derajat kebebasan yang digunakan untuk mencari chi kuadrat tabel adalah : dk = k 3, dimana : k = jumlah kelas Angka 3 menunjukkan banyaknya parameter yang digunakan dalam uji chi square yaitu rata-rata, standar deviasi dan jumlah data. H 0 = data berdistribusi normal sedangkan H i = data tidak berdistrbusi normal. Pada perhitungan ini : v = 7 3 = 4 Chi kuadrat χ 2 hitung = 4,984 Chi kuadrat χ 2 tabel = 7,779 Kesimpulan : Karena chi kuadrat χ 2 hitung < chi kuadrat χ 2 tabel maka Ho diterima dan disimpulkan bahwa data kadar Moisture Content (MC) Dry Chip berdistribusi normal.

21 Uji Kenormalan Data Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip Tujuan melakukan uji kenormalan data adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak, sehingga dilakukan uji normalitas dengan menggunkan Uji Chi-Square (X 2 ). Penyajian Data Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip yang diperoleh dari pabrik PSF PT. Indonesia Toray Synthetics dapat dilihat pada tabel yaitu: Tabel Data Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip No Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip (%) X 1 X 2 X 3 X 4 1 0,644 0,645 0,641 0, ,644 0,647 0,644 0, ,646 0,646 0,644 0, ,641 0,642 0,647 0, ,644 0,647 0,645 0, ,643 0,645 0,642 0, ,645 0,641 0,645 0, ,645 0,646 0,647 0, ,644 0,643 0,647 0, ,646 0,644 0,644 0, ,647 0,645 0,642 0, ,647 0,645 0,645 0, ,646 0,647 0,646 0, ,644 0,644 0,644 0, ,645 0,644 0,645 0, ,644 0,647 0,650 0, ,649 0,646 0,647 0, ,647 0,647 0,644 0, ,645 0,644 0,646 0, ,646 0,642 0,647 0, ,646 0,646 0,644 0, ,647 0,645 0,646 0, ,645 0,646 0,647 0, ,644 0,647 0,647 0, ,645 0,644 0,645 0,643 Sumber : Pabrik Polyester Stable Fibre PT. Indonesia Toray Synthetics Setelah data dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji kenormalan data. Uji kenormalan data ini dimaksudkan untuk menguji apakah data yang

22 53 telah dikumpulkan dari hasil pengamatan dan penelitian mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mempermudah dalam melakukan pengujian kenormalan data, maka data hasil kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip yang telah dikumpulkan diurutkan dari angka yang paling rendah sampai angka yang paling tinggi. Tabel Urutan Data dari Data Minimum Sampai Data Maksimum Hasil Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip No Data No Data No Data No Data 1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,652

23 54 Dari data Tabel diperoleh : 1. Menghitung besarnya range data yaitu : Data Maksimum = 0,652 Data Minimum = 0,641 R = Data Max Data Min R = 0,652 0,641 R = 0,011 Menghitung banyak kelas dimana : K = 1 + 3,3 log (N) K = 1 + 3,3 log 100 K = 7,6 = 7 Mencari interval kelas dimana: Menyusun data-data ke dalam distribusi frekuensi mencari data-data sesuai dengan banyak kelas yang ditentukan. Tabel Distribusi Frekuensi Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip No Interval Kelas Batas Kelas x i f i x i.f i 1 0,641 0,642 0,6405 0,6425 0, , ,643 0,644 0,6425 0,6445 0, , ,645 0,646 0,6445 0,6465 0, , ,647 0,648 0,6465 0,6485 0, , ,649 0,650 0,6485 0,6505 0, , ,651 0,652 0,6505 0,6525 0, , ,653 0,654 0,6525 0,6645 0, Jumlah , Menghitung nilai rata-rata :

24 55 3. Menghitung nilai standar deviasi Tabel Penentuan Standar Deviasi Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip No Interval Kelas Batas Kelas x i f i x i.f i X (x i - X ) 2 f i (x i - X ) 2 1 0,641 0,642 0,6405 0,6425 0, ,6980 0,645 0, , ,643 0,644 0,6425 0,6445 0, ,7310 0,645 0, , ,645 0,646 0,6445 0,6465 0, ,5290 0,645 0, , ,647 0,648 0,6465 0,6485 0, ,5975 0,645 0, , ,649 0,650 0,6485 0,6505 0, ,2990 0,645 0, , ,651 0,652 0,6505 0,6525 0, ,6515 0,645 0, , ,653 0,654 0,6525 0,6645 0, ,0000 0,645 0, Jumlah , Mencari nilai kritik (z) untuk masing-masing kelas dan luas masing-masing kelas. Untuk mencari luas wilayah ini terlebih dahulu dihitung nilai z-nya. Setelah itu dicari besarnya dengan menggunakan Tabel Luas Wilayah di bawah Kurva Normal. Untuk mencari nilai z digunakan rumus: Untuk kelas pertama: Bagian atas: Bagian bawah: Dari tabel didapat luas wilayah (Pi) untuk z = -2,25 adalah 0,012 Dengan cara yang sama dilakukan untuk perhitungan kelas kedua dan seterusnya dapat dilihat dalam Tabel 4.16.

25 56 Tabel Penentuan BKA, BKB dan Luas untuk Masing-masing Interval No Batas Kelas Z BKB Z BKA Z b Z a Z a -Z b (Pi) 1 0,6405 0,6425-2,25-1,25 0,012 0,106 0, ,6425 0,6445-1,25-0,25 0,106 0,401 0, ,6445 0,6465-0,25 0,75 0,401 0,773 0, ,6465 0,6485 0,75 1,75 0,773 0,960 0, ,6485 0,6505 1,75 2,75 0,960 0,997 0, ,6505 0,6525 2,75 3,75 0, , ,6525 0,6645 3,75 4, Mencari nilai frekuensi ekspektasi/harapan (ei) dimana: ei = Pi x N Tabel Luas Kurva Chi-kuadrat No Batas Kelas o i e i 1 0,6405 0, ,4 2 0,6425 0, ,5 3 0,6445 0, ,2 4 0,6465 0, ,7 5 0,6485 0, ,7 6 0,6505 0, ,3 7 0,6525 0, Dari data diatas dapat kita lihat bahwa ada nilai e i lebih kecil dari pada 5 maka dilakukan revisi atau penggabungan data. Tabel Revisi Luas Kurva No Batas Kelas o i e i (o i -e i ) 2 /e i 1 0,6405 0, ,4 0, ,6425 0, ,5 0, ,6445 0, ,2 0, ,6465 0, ,7 0, ,6485 0, ,250 Jumlah ,5 1,684

26 57 6. Mencari nilai Chi-Square (χ2) dengan persamaan : 7. Melakukan uji hipotesa dengan Uji Chi-Square. Untuk uji hipotesis ini digunakan α = 0,1, jadi apabila Chi kuadrat χ 2 hitung < Chi kuadrat χ 2 tabel maka H 0 diterima. Jika Chi kuadrat χ 2 hitung > Chi kuadrat χ 2 tabel maka H 0 ditolak. Derajat kebebasan yang digunakan untuk mencari chi kuadrat tabel adalah : dk = k 3, dimana : k = jumlah kelas Angka 3 menunjukkan banyaknya parameter yang digunakan dalam uji chi square yaitu rata-rata, standar deviasi dan jumlah data. H 0 = data berdistribusi normal sedangkan H 1 = data tidak berdistrbusi normal. Pada perhitungan ini : v = 5 3 = 2 Chi kuadrat χ 2 hitung = 1,684 Chi kuadrat χ 2 tabel = 4,605 Kesimpulan : Karena chi kuadrat χ 2 hitung < chi kuadrat χ 2 tabel maka H 0 diterima dan disimpulkan bahwa data kadar Moisture Content (MC) Dry Chip berdistribusi normal Penentuan Batas Kendali Untuk Masing-masing Karakteristik Mutu Control Chart adalah suatu alat statistik yang dapat digunakan untuk mempertahankan variasi-variasi di dalam kualitas keluaran yang disebabkan karena ketidaksesuaian spesifikasi yang diinginkan. Control Chart untuk masingmasing mutu seperti Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip dan Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip ditentukan dengan menghitung nilai X dan R. Peta kendali X dan R merupakan peta kendali untuk variabel. Peta kendali X

27 58 memeriksa variasi dari rata-rata beberapa sampel sedangkan peta R memeriksa dari range sampelnya. Setelah itu dilanjutkan dengan menentukan batas kendali atas dan bawahnya. Jika tidak terdapat peta yang direvisi karena diluar batas kontrol, dapat dilanjutkan dengan perhitungan index capabilitynya Penentuan Batas Kendali Mutu Untuk Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip Untuk menentukan kemampuan proses terlebih dahulu ditentukan batasbatas kendali untuk Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip dengan memperhatikan data X dan R seperti terlihat pada tabel untuk data sebanyak 25 adalah sebagai berikut : Tabel Perhitungan Batas Kendali Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip No X R 1 0,005 0, ,004 0, ,004 0, ,005 0, ,005 0, ,003 0, ,005 0, ,005 0, ,003 0, ,007 0, ,004 0, ,003 0, ,006 0, ,008 0, ,007 0, ,005 0, ,005 0, ,004 0, ,006 0, ,005 0, ,006 0, ,005 0, ,005 0,001

28 ,005 0, ,005 0,004 Total 0,124 0,086 Berdasarkan Tabel dapat dilakukan perhitungan garis tengah (Central Line) pada batas kendali X untuk kadar Moisture Content (MC) Dry Chip. Sedangkan perhitungan garis tengah (Central Line) pada batas kendali R untuk Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip adalah : Untuk menentukan batas-batas pengendali untuk peta pengendali ratarata ( X -chart) adalah :

29 60 Untuk menentukan pengendali untuk range adalah : R Dimana dan Adapun harga A 2, D 3, dan D 4 dari tabel A dan D pembentuk peta kendali untuk ukuran sub group = 4 adalah : A 2 = 0,729 ; D 3 = 0 ; D 4 = 2,282 ; d 2 = 2,059 Maka batas kontrol peta X untuk kadar Moisture Content (MC) Dry Chip adalah: Batas kontrol peta R untuk kadar Moisture Content (MC) Dry Chip adalah : Berdasarkan hasil perhitungan nilai batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dapat digambarkan peta kendali X dan R dari kadar Moisture Content (MC) Dry Chip. Peta kendali X dan R dapat dilihat pada gambar 4.3. dan 4.4. adalah sebagai berikut :

30 61 Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip 0,009 0,008 0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 Rata-rata MC Dry Chip Garis Tengah Batas Kendali Atas Batas Kendali Bawah 0, Subgrup Gambar 4.3. Peta Kontrol X Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip 0,009 Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip 0,008 0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 Rata-rata MC Dry Chip Garis Tengah Batas Kendali Atas Batas Kendali Bawah Subgrup Gambar 4.4. Peta Kontrol R Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip Dari gambar 4.3. dan 4.4. dapat dilihat bahwa pada peta X dan R data berada dalam batas kendali, maka dapat dilakukan perhitungan Cp dan Cpk.

31 Penentuan Batas Kendali Mutu Untuk Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip Untuk menentukan kemampuan proses terlebih dahulu ditentukan batasbatas kendali untuk Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip dengan memperhatikan data X dan R seperti terlihat pada tabel untuk data sebanyak 25 adalah sebagai berikut : Tabel Perhitungan Batas Kendali Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip No X R 1 0,644 0, ,645 0, ,645 0, ,644 0, ,645 0, ,644 0, ,644 0, ,646 0, ,644 0, ,644 0, ,645 0, ,647 0, ,647 0, ,643 0, ,644 0, ,647 0, ,647 0, ,646 0, ,645 0, ,644 0, ,646 0, ,646 0, ,646 0, ,646 0, ,644 0,002 Total

32 63 Berdasarkan Tabel dapat dilakukan perhitungan garis tengah (Central Line) pada batas kendali X untuk kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip. Sedangkan perhitungan garis tengah (Central Line) pada batas kendali R untuk Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip adalah : Untuk menentukan batas-batas pengendali untuk peta pengendali ratarata ( X -chart) adalah : Untuk menentukan pengendali untuk range adalah : R

33 64 Dimana dan Adapun harga A 2, D 3, dan D 4 dari tabel A dan D pembentuk peta kendali untuk ukuran sub group = 4 adalah : A 2 = 0,729 ; D 3 = 0 ; D 4 = 2,282 ; d 2 = 2,059 Maka batas kontrol peta X untuk kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip adalah: Batas kontrol peta R untuk kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip adalah : Berdasarkan hasil perhitungan nilai batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dapat digambarkan peta kendali X dan R dari kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip. Peta kendali X dan R dapat dilihat pada gambar 4.5. dan 4.6. adalah sebagai berikut :

34 65 Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip 0,649 0,648 0,647 0,646 0,645 0,644 0,643 0,642 0,641 0,640 0, Subgrup Rata-rata IV Dry Chip Garis Tengah Batas Kendali Atas Batas Kendali Bawah Gambar 4.5. Peta Kontrol X Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip 0,009 Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip 0,008 0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 Rata-rata IV Dry Chip Garis Tengah Batas Kendali Atas Batas Kendali Bawah Subgrup Gambar 4.6. Peta Kontrol R Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip Dari gambar 4.5. dan 4.6. dapat dilihat bahwa pada peta X dan R data berada dalam batas kendali, maka dapat dilakukan perhitungan C p dan C pk.

35 Perhitungan C p dan C pk Untuk Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip Pada perhitungan C p dan C pk harus diketahui harga d 2. Adapun harga d 2 adalah 2,059 untuk sub group 4. Spesifikasi yang diijinkan perusahaan untuk Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip adalah ,010 %. Kriteria penilaian : 1. Jika C p > 1,33, maka process capability sangat baik. 2. Jika 1,00 C p 1,33, maka process capability baik, namun perlu pengendalian ketat apabila Cp mendekati 1, Jika C p < 1,00, maka process capability rendah, sehingga perlu ditingkatkan kinerjanya melalui peningkatan proses itu. Nilai C p = 0,88 ini menunjukkan bahwa proses capability rendah untuk memenuhi spesifikasi Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip karena nilai C p < 1,00.

36 67 Nilai C pk = 0,78, ini menunjukkan bahwa proses menghasilkan produk yang tidak memenuhi Upper Specification Level (USL) kadar Moisture Content (MC) Dry Chip, karena nilai berada pada kriteria C pk < 1, Perhitungan C p dan C pk Untuk Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip Pada perhitungan C p dan C pk harus diketahui harga d 2. Adapun harga d 2 adalah 2,059 untuk sub group 4. Spesifikasi yang diijinkan perusahaan untuk Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip adalah 0,631 0,647 %. Kriteria penilaian : 4. Jika C p > 1,33, maka process capability sangat baik. 5. Jika 1,00 C p 1,33, maka process capability baik, namun perlu pengendalian ketat apabila C p mendekati 1, Jika C p < 1,00, maka process capability rendah, sehingga perlu ditingkatkan kinerjanya melalui peningkatan proses itu.

37 68 Nilai C p = 1,57 ini menunjukkan bahwa proses capable sangat baik untuk memenuhi spesifikasi Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip karena nilai C p > 1,33. Nilai C pk = 0,39, ini menunjukkan bahwa proses menghasilkan produk yang tidak memenuhi Upper Specification Level (USL) kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip, karena nilai berada pada kriteria C pk < 1,00.

38 Perhitungan Level Sigma Perhitungan level Sigma Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip Untuk melakukan pengukuran level sigma digunakan langkah-langkah sebagai berikut : Langkah 1 : Menentukan proses apa yang diukur Dalam hal ini, proses yang akan diukur adalah pembuatan PSF dengan CTQ berupa kadar Moisture Content (MC) Dry Chip dalam satuan %. Langkah 2 : Menentukan USL (Upper Specification Limit) dan LSL (Lower Specification Limit). Untuk USL dan LSL dari kadar Moisture Content (MC) Dry Chip sudah ditentukan oleh perusahaan yaitu 0,010% untuk USL dan 0,001% untuk LSL. Langkah 3 : Menentukan nilai rata-rata proses Langkah 4 : Menentukan standar deviasi dari proses Langkah 5 : Menghitung kemungkinan cacat yang berada diatas nilai USL persatu juta kesempatan (DPMO).

39 70 Langkah 6 : Menghitung kemungkinan cacat yang berada diatas nilai LSL per satu juta kesempatan (DPMO). Langkah 7 : Menghitung cacat per satu juta kesempatan

40 71 Langkah 8 : Mengkonversikan nilai DPMO ke dalam nilai sigma dengan menggunakan Tabel sigma pada lampiran. Dengan menggunakan Tabel konversi DPMO ke nilai sigma, diketahui bahwa dengan nilai DPMO sebesar terdapat pada level sigma sebesar 3,8 sigma Perhitungan level Sigma Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip Untuk melakukan pengukuran level sigma digunakan langkah-langkah sebagai berikut : Langkah 1 : Menentukan proses apa yang diukur Dalam hal ini, proses yang akan diukur adalah pembuatan PSF dengan CTQ berupa kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip dalam satuan %. Langkah 2 : Menentukan USL (Upper Specification Limit) dan LSL (Lower Specification Limit). Untuk USL dan LSL dari kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip sudah ditentukan oleh perusahaan yaitu 0,647% untuk USL dan 0,631% untuk LSL. Langkah 3 : Menentukan nilai rata-rata proses Langkah 4 : Menentukan standar deviasi dari proses

41 72 Langkah 5 : Menghitung kemungkinan cacat yang berada diatas nilai USL persatu juta kesempatan (DPMO). Langkah 6 : Menghitung kemungkinan cacat yang berada diatas nilai LSL per satu juta kesempatan (DPMO). Langkah 7 : Menghitung cacat per satu juta kesempatan

42 73 Langkah 8 : Mengkonversikan nilai DPMO ke dalam nilai sigma dengan menggunakan Tabel sigma pada lampiran. Dengan menggunakan Tabel konversi DPMO ke nilai sigma, diketahui bahwa dengan nilai DPMO sebesar terdapat pada level sigma sebesar 2,7 sigma Tahap Analisis (Analyze) Analisis merupakan langkah operasional ketiga dalam metode Six Sigma. Tahap analisis merupakan fase mencari dan menentukan akar permasalahan. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh. Analisis data ini perlu dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dan akar penyebab terjadinya penyimpangan terhadap spesifikasi produk yang ada, yang mana penyimpangan spesifikasi produk yang terjadi akan berdampak terhadap kualitas PSF yang sudah diproduksi. Dalam hal ini, penyebab adanya PSF yang berada diluar spesifikasi dikarenakan oleh beberapa hal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram sebab akibat berikut ini:

43 74 Material Manusia/Pekerja Kualitas Material Sisa Proses Produksi Input material berlebih Kedisiplinan Ketelitian Kondisi mesin kurang baik Kurangnya perawatan pada mesin Pendidikan Pengalaman Skill Panas Kurang bersih Sisa-sisa tumpahan bahan setelah pencairan Ketidakstabilan Kadar MC dan IV Dry Chip Mesin/Peralatan Lingkungan Gambar 4.7. Diagram Sebab Akibat Uraian dari diagram sebab akibat tersebut sebagai berikut : a. Material Material yang digunakan dalam pembuatan PSF terdiri dari bahan baku dan bahan penolong. Dimana bahan bakunya adalah Pure Terepphtalic Acid & Ethyline Glycal. Sebelum digunakan, material tersebut harus dilakukan pengujian terlebih dahulu agar sesuai terhadap spesifikasi komposisi, jenis material yang digunakan dan kuantitas yang telah ditentukan. Dengan kata lain, material yang digunakan harus benar-benar baik dalam kualitasnya dan perlu dilakukan inspeksi yang ketat dalam permintaan material tersebut karena akan berakibat buruk pada akhir proses. b. Manusia/Pekerja Manusia, dalam hal ini pekerja yang terlibat langsung dengan proses produksi, mempunyai peran yang sangat penting pada produk yang akan dihasilkan. Kedisiplinan pekerja dalam waktu kerja dan mematuhi peraturanperaturan yang harus dilakukan selama bekerja akan mempengaruhi hasil kerjanya. Ketelitian operator dalam bekerja, petugas Quality Assurance (QA)

44 75 yang mengukur dan menganalisis sampel produk juga akan mempengaruhi hasil produksi. Kemampuan dari pekerja dapat ditentukan dari lama bekerja, latihan yang diberikan dan tingkat pendidikannya. Semakin lama masa kerjanya, semakin banyak pengalamannya akan semakin terampil dalam pekerjaannya. Pendidikan yang cukup akan memantau pekerja untuk cepat memahami segala hal yang menyangkut pekerjaannya, sehingga memudahkan dalam penanganan masalahmasalah yang terjadi. c. Mesin/Peralatan Permasalahan yang terjadi pada mesin adalah kesalahan dalam mengatur, menggunakan maupun merawat mesin akan berakibat buruk pada hasil proses. Dalam hal ini, yang dapat mempengaruhi terjadinya variasi pada pengukuran kualitas PSF secara langsung ada pada mesin Weight Bin Scale (WBS). WBS digunakan untuk menampung dry chip untuk dicairkan menjadi wet dengan cara berputar terus-menerus dalam waktu dan dengan suhu yang ditentukan. Pada saat proses produksi berjalan dibagian WBS harus tetap terjaga sesuai dengan kisaran yang ditetapkan perusahaan yaitu pada kisaran suhu 160 C pada saat mesin berputar. Dengan temperatur yang semakin tinggi dan lamanya waktu mesin bekerja akan mempengaruhi kenaikan kadar Moisture Content (MC) Dry Chip dan penurunan kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip yang berpengaruh terhadap kualitas PSF dari hasil produksi PSF. Kadar Moisture Content (MC) Dry Chip yang sesuai dengan standar perusahaan adalah 0,001 0,010% dan Kadar Intrinsic Viscosity (IV) Dry Chip yang sesuai dengan standar perusahaan adalah 0,631 0,647%. Perawatan mesin harus tetap terjaga untuk menghindari menurunnya kualitas PSF. Hal ini dapat dilihat pada mesin WBS yang belum pernah diganti selama perusahaan didirikan. Sisa-sisa chip yang masih tersisa pada tangki WBS akan mempengaruhi pencairan chip yang selanjutnya, dan tentu akan mempengaruhi kualitas PSF.

45 76 d. Lingkungan Lingkungan juga dapat mempengaruhi variasi dari pengukuran kualitas PSF. Lingkungan kerja yang panas dan kotor menyebabkan operator menjadi kurang konsentrasi. Rasa nyaman dalam bekerja harus diciptakan agar dapat bekerja dengan baik Tahap Perbaikan (Improve) Tahap perbaikan merupakan tahap keempat dalam Six Sigma. Setelah sumber atau akar penyebab dari masalah-masalah kualitas terindentifikasi, maka perlu dicari tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya mengurangi penyimpangan spesifikasi produk yang terjadi. Dari akar permasalahan yang didapat, maka selanjutnya disusun beberapa langkah-langkah perbaikan yang dapat dilakukan. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Selalu melakukan Shisha Kosho sebelum melakukan suatu pekerjaan ringan maupun berat. 2. Melakukan pemeriksaan bahan baku lebih ketat. 3. Memberikan peringatan kepada operator agar tidak melakukan kesalahan dalam pengontrolan. 4. Menempatkan operator sesuai dengan bidang dan keahliannya. 5. Memberikan training pada operator baru. 6. Memberikan pengarahan oleh supervisor terhadap operator. 7. Memperbaiki cara kerja operator dalam pelarutan material agar lebih berhati-hati dan teliti. 8. Supervisor lebih awas dalam menilai kinerja petugas inpeksi incoming material. 9. Dilakukan pengecekan komposisi material sesuai dengan ketentuan perusahaan.

46 Dilakukan pengecekan sebelum proses produksi, dilakukan jadwal pembersihan setelah proses dilakukan pengecekan level control setiap dan sebelum proses produksi. 11. Melakukan pengecekan terhadap jenis material yang akan digunakan. 12. Dilakukan pengecekan material setiap material datang. 13. Dilakukan jadwal pembersihan setiap tiga hari sehari. 14. Dilakukan pendataan material yang siap pakai sebelum material lama habis. 15. Dilakukan pengawasan dengan teliti dalam mengatur (Settling) waktu dan suhu. 16. Check mesin sebelum dioperasikan oleh operator.

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Tahap Pemeriksaan Peta Kontrol Mutu PSF Pemeriksaan peta kontrol mutu PSF hasil proses pengolahan bertujuan untuk mencegah berlanjutnya pengolahan PSF yang tidak memenuhi syarat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu kerangka yang memuat langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada bagian ini akan dijelaskan secara

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas adalah bagian yang terpenting dan perlu diperhatikan oleh para produsen, karena kualitas produk itu sendiri nantinya akan dinilai oleh para konsumen yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Toray (Toto Rayon) merupakan sebuah perusahaan yang, yang sangat besar di jepang yang bergerak dalam bidang industri seperti tekstil,farmasi, kapal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Toray (Toto Rayon) merupakan sebuah perusahaan yang, yang sangat besar di jepang yang bergerak dalam bidang industri seperti tekstil,farmasi, kapal

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh Ahmad Raya Lubis NIM.

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh Ahmad Raya Lubis NIM. ANALISIS TINGKAT KAPABILITAS DAN LEVEL SIGMA DALAM PENENTUAN TINGKAT KUALITAS BIODIESEL KERJA SAMA OPERASI (KSO) PT. PAMINA ADOLINA - PT. GANESHA ENERGY 77 TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian kualitas merupakan taktik dan strategi perusahaan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE 41166 PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Disusun Oleh: Juli Evelina/33412985 Pembimbing: Dr. Ir. Rakhma Oktavina,

Lebih terperinci

Usulan Penerapan Metode DMAIC Untuk Peningkatan Kualitas Produk Chip PET Tipe F10F Pada PT. ITS

Usulan Penerapan Metode DMAIC Untuk Peningkatan Kualitas Produk Chip PET Tipe F10F Pada PT. ITS TUGAS AKHIR Usulan Penerapan Metode DMAIC Untuk Peningkatan Kualitas Produk Chip PET Tipe F10F Pada PT. ITS Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL Mila Faila Sufa * 1, Dina Ariningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

deduktif. Kajian induktif adalah kajian pustaka yang bermakna untuk menjaga

deduktif. Kajian induktif adalah kajian pustaka yang bermakna untuk menjaga BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Langkah-langkah penelitian perlu disusun secara baik untuk mempermudah penyusunan laporan penelitian. Adapun langkah-langkah penelitian dapat dipresentasikan seperti

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X

ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X Nur Yulianti Hidayah 1, Desi Rahmawaty 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nur.yulianti@univpancasila.ac.id,

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FAILURE MODE AND EFFECT (FMEA) PADA PRODUK RIBBED SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PTPN. II KEBUN BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Tahapan Penelitian 3.1.1 Identifikasi Dan Perumusan Masalah Langkah ini merupakan langkah awal untuk melakukan penelitian dengan melakukan observasi ke unit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004 105 Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK Hingga saat ini dalam evaluasi kualitas beton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BOTOL SIRUP ABC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ENAM SIGMA DI PT. MULIA GLASS CONTAINER Nama Disusun Oleh : : Frans Surya Hadinata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah 59 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define National Garmen merupakan sebuah industri pembuatan baju kemeja, kaos polo, kaos oblong dan jaket. Sistem produksi pada National Garmen berdasarkan make by order yaitu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

xiii BAB VI PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xiii BAB VI PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv SURAT KETERANGAN PENELITIAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO... vii KATA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA. tersebut didapatkan nilai DPMO rata-rata sebesar yang berarti dalam

BAB V HASIL DAN ANALISA. tersebut didapatkan nilai DPMO rata-rata sebesar yang berarti dalam BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Analisa tingkat DPMO & Sigma 5.1.1 Analisa Tingkat DPMO Hasil perhitungan tingkat DPMO dan Sigma proses produksi DS29LE2 didapatkan dari data inspeksi bulan September 2011.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PE ELITIA

IV. METODOLOGI PE ELITIA IV. METODOLOGI PE ELITIA 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di laboratorium kimia departemen Quality Control (QC)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y Moses L. Singgih dan Renanda Email: moses@ie.its.ac.id Jurusan Teknik Industri FTI, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di PT. X yang terdapat pada Pelabuhan Perikanan Nusantara Nizam Zachman Jakarta. Waktu penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Botol Kemasan Sabun Lifebuoy Bahan baku utama untuk pembuatan botol kemasan sabun lifebuoy adalah biji plastik berwarna putih yang sudah memenuhi standar

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam. PT. Toba Surimi Industries dapat dilihat pada uraian berikut.

LAMPIRAN 1. Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam. PT. Toba Surimi Industries dapat dilihat pada uraian berikut. L-1 LAMPIRAN 1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam PT. Toba Surimi Industries dapat dilihat pada uraian berikut. 1. Direktur a. Merencanakan

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas TIN-212

Pengendalian Kualitas TIN-212 II Process Capability Analysis Pengendalian Kualitas TIN-212 Syarat-syarat pelaksanaan process capability analysis 1 Jika kita sudah mengetahui bagaimana kinerja proses kita (voice of process), tentunya

Lebih terperinci

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur Zubdatu Zahrati dan Lucia Aridinanti Jurusan Statistika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

PENGONTROLAN KUALITAS PADA PROSES PENGEMASAN SEMEN (PACKAGING) PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) TBK, DI TUBAN BERBASIS METODE SIX SIGMA

PENGONTROLAN KUALITAS PADA PROSES PENGEMASAN SEMEN (PACKAGING) PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) TBK, DI TUBAN BERBASIS METODE SIX SIGMA PENGONTROLAN KUALITAS PADA PROSES PENGEMASAN SEMEN (PACKAGING) PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) TBK, DI TUBAN BERBASIS METODE SIX SIGMA Disusun oleh: Eko Oktiningrum Suhartono NRP 1309 030 034 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

KOMENTAR DOSEN PENGUJI

KOMENTAR DOSEN PENGUJI DATA PENULIS Nama : I Made Sumaryana Alamat di Bandung : Jl. Cibogo Atas Gg. Siti Murgi No.24C, Bandung Alamat Asal : Jl. Gatot Subroto II No.4 Denpasar, Bali No. Telp Bandung : 022 2008468 No. Telp Asal

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPABILITAS PROSES DALAM PENENTUAN LEVEL SIGMA DAN DPMO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPABILITAS PROSES DALAM PENENTUAN LEVEL SIGMA DAN DPMO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPABILITAS PROSES DALAM PENENTUAN LEVEL SIGMA DAN DPMO Huwae Elias P Progam Studi Teknik Manajemen Industri, STMI Jakatra ABSTRAK Kualitas merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC)

ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: INTAN ALIFIYAH ILMI NRP. 2406 00 063 Pembimbing: Ir. Ya umar,

Lebih terperinci

: defect, six sigma, DMAIC,

: defect, six sigma, DMAIC, ABSTRAK PD.Langgeng adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam part mesin seperti carbon brus. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan maka perusahaan harus memiliki keunggulan. Salah satu faktor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal tertentu yang dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Kualitas Keistimewaan atau keunggulan suatu produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan. Salah satunya dapat dilihat dari sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh Zubdatu Zahrati Dosen Pembimbing : Dra.

Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur. Oleh Zubdatu Zahrati Dosen Pembimbing : Dra. Penerapan Metode DMAIC di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur Oleh Zubdatu Zahrati 32 05 004 Dosen Pembimbing : Dra. Lucia Aridinanti Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Tujuan Manfaat Batasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi dan melebihi harapan. Pengendalian

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat dijelaskan sebagai berikut: Garis berwarna hijau adalah Mean (rata-rata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya minat masyarakat pedesaan di Daerah Riau terhadap usaha tani kelapa sawit telah menjadikan Daerah Riau sebagai penghasil kelapa sawit terluas di Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN

ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN J u r n a l E K B I S / V o l. X IV/ N o. / e d i s i S e p t e m b e r 15 7 ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN *( Diah Ayu Novitasari Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram alir 37 3.2 Langkah Langkah Penelitian Dalam metode penelitian ini merupakan tahapan tahapan yang dibuat untuk memudahkan dan mengarahkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Pada tahun 2001 terjadi krisis moneter yang menyebabkan Perusahaan Salim Indoplantation melepaskan sahamnya kepada perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi Rencana implementasi ditetapkan dari solusi bisnis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Rencana implementasi yang akan dilakukan dibagi menjadi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data hasil pengecekan kualitas dalam bentuk bihun jagung pada periode bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data hasil pengecekan kualitas dalam bentuk bihun jagung pada periode bulan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu, obyek psikologis merupakan obyek yang bisa diraba maupun obyek abstrak (Rasyid,1993:

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES ANALISIS KEMAMPUAN PROSES ì 11 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hcp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline ì ANALISIS

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang digunakan untuk membuat peta kontrol merupakan data pengukuran dimensi pada kabel jenis NYFGbY antara bulan April 007 sampai

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG Perencanaan Perbaikan Kualitas Produk Shuttlecock Merk Supermen Dengan Metode Six Sigma Pada MIDO Shuttlecock Industry Tegal SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Strata Satu ( S1) Pada

Lebih terperinci

OPTIMASI PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU CAPROLACTAM

OPTIMASI PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU CAPROLACTAM OPTIMASI PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU CAPROLACTAM PABRIK NYLON PT. ITS Dyah Lintang Trenggonowati 1), Wisnu Broto Darmawan 2) 1),2 ) Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di CV.Mabar Karya Utama Medan yang berada di Jl. Mabar. Penelitian ini dimulai dari tanggal 08 Agustus 013 sampai tanggal

Lebih terperinci

PETA KENDALI ATRIBUT. 9 Pengendalian Kualitas. Semester Genap 2017/2018

PETA KENDALI ATRIBUT. 9 Pengendalian Kualitas. Semester Genap 2017/2018 PETA KENDALI ATRIBUT 9 Pengendalian Kualitas Semester Genap 2017/2018 2 Outline Peta Kendali Variabel 3 PETA KENDALI (CONTROL CHART) Metode Statistik untuk menggambarkan adanya variasi atau penyimpangan

Lebih terperinci

STATISTIKA. Tabel dan Grafik

STATISTIKA. Tabel dan Grafik STATISTIKA Organisasi Data Koleksi data statistik perlu disusun (diorganisir) sedemikian hingga dapat dibaca dengan jelas. Salah satu pengorganisasian data statistik adalah dengan: tabel grafik Organisasi

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO Putri Endang Fitriany 35412763 LATAR BELAKANG Kualitas Cacat DMAIC PT Pintu Mas Garmindo Celana Pendek Model

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin ketatnya persaingan dunia industri, menuntut perusahaan untuk semakin selektif terhadap barang yang diproduksinya. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci