Gambar Galaktomanan Kolang-Kaling Yang Diekstraksi Pada Kondisi Netral.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar Galaktomanan Kolang-Kaling Yang Diekstraksi Pada Kondisi Netral."

Transkripsi

1 126 Lampiran 1. Gambar Galaktomanan Kolang-Kaling Yang Diekstraksi Pada Kondisi Netral. a. Gambar Kolang-Kaling b. Gambar Supernatan c. Gambar Endapan Galaktomanan d. Gambar Serbuk Galaktomanan

2 127 Lampiran 2. Hasil DTA Galaktomanan Kolang-kaling

3 128 Lampiran 3. Spektrum FT-IR Galaktomanan Kolang-kaling

4 129 Gambar Spektrum FT-IR Galaktomanan Dari Guar Gum (sumber Prashanth et al., 2009)

5 130 Lampiran 4. Gambar 1 H-NMR Galaktomaanan Dari Prosopis juliflora, Fenugrek Gum, Locust Bean Gum (LBG). Gambar 1 H-NMR (500 MHz) Galaktomanan Prosopis juliflora(sumber: Viera, et al., 2012) Gambar A. 1 H-NMR (400 MHz) Galaktomanan Funugrek Gum (sumber: Muschin and Yosida, 2012) Gambar B. 1 H-NMR (400 MHz) Galaktomanan LBG (sumber: Muschin and Yosida, 2012)

6 131 Lampiran 5. Gambar 13 C-NMR (125 MHz) Galaktomanan Dari Prosopis juliflora (sumber: Viera, et al., 2007) Lampiran 6. Gambar Morfologi Permukaan Galaktomanan Guar Gum (sumber: Prashanth, et al., 2009)

7 132 Lampiran 7. Perhitungan Kadar Protein, Karbohidrat Total, Serat Kasar dan Lemak Pada Galaktomanan Kolang-Kaling (SNI ) 1. Penentuan Kadar Protein Diketahui: Berat sampel (contoh) I = 10,0012 gram Berat sampel (contoh) II = 9,1250 gram Konsentrasi pentiter (HCl) = 0,0992 N Volume pentiter I (HCl) = 0,60 ml Volume pentiter II (HCl) = 0,55 ml Faktor pengenceran (FP) = 250/50 Faktor koreksi protein umum (FK) = 6,25 Nitrogen = 0,014 Perhitungan: Kadar Protein = FP x V titer x N titer x 0,014 x (FK) Berat contoh x 100% 250/50 x 0,60 ml x 0,0992 N x 0,014 x 6,25 Kadar Protein I = 10,0012 x 100% = 0,2604 % 250/50 x 0,55 ml x 0,0992 N x 0,014 x 6,25 Kadar Protein II = 9,1250 x 100% = 0,2616 % Kadar protein I + Kadar Protein II Kadar Protein rata-rata = 2 = 0,2604 % + 0,2616 % = 0,261 %. 2

8 Penentuan Kadar Karbohidrat Diketahui: Berat sampel I = 2,9757 gram Berat Sampel II = 3,0001 gram Volume pentiter (Na 2 S 2 O 3 )= 12,50 ml Volume pentiter II = 12,45 ml Volume blanko = 23,95 ml Faktor Pengenceran (FP) = 500/50 Konsentrasi pentiter = 0,1035 N Faktor koreksi karbohidrat = 0,90 Perhitungan: ml pentiter = (V blanko - V contoh) x N pentiter 0,1 = = (23,95-12,50) x 0,1035 0,1 (V blanko - V contoh) x N pentiter 0,1 = 11,85075 Nilai ini disesuaikan dengan data Luff Schoorl = 27,7 (0,85075 x 2,7) = 29, Kadar Karbohidrat I = 500/50 x 29, x 0,90 2, 9757 x 1000 x 100 % = 90,73 % Dengan cara yang sama dilakukan untuk menghitung sampel yang kedua. Kadar Karbohidrat II = 90,41%

9 134 Kadar Karbohidrat rata-rata = Kadar Karbohidrat rata-rata = Kadar karbohidrat I + Kadar Karbohidrat II 2 90,73% + 90,41% 2 = 90,57 % 3. Penentuan Kadar Serat Kasar Diketahui: Besar sampel I Besar sampel II Berat kertas saring kosong (A) I Berat kertas saring kosong (A) II Berat cawan + endapan (B) I Berat cawan + endapan (B) II Berat cawan + abu (C) I Berat cawan + abu (C) II Perhitungan: = 2,3263 gram = 2,2766 gram = 1,0251 gram = 1,0225 gram = 30,2348 gram = 32,7568 gram = 26,8804 gram = 29,4577 gram Kadar Serat Kasar = B - C- A Berat sampel x 100 % Kadar Serat Kasar I = 30, ,8804-1,0251 2,3263 x 100 % = 8,06 % Dengan cara yang sama dilakukan untuk menghitung kadar serat kasar untuk sampel II Kadar serat kasar sampel II = 8,04 %

10 135 Kadar Serat Kasar rata-rata = Kadar Serat Kasar rata-rata = Kadar serat kasar I + Kadar serat kasar II 2 8,06 % + 8,04 % 2 = 8,05 % 4. Penentuan Kadar Lemak Diketahui: Berat sampel I Berat sampel II Labu kosong I Labu kosong II Labu + lemak I Labu + lemak II Perhitungan: = 10,3719 gram = 10,3691 gram = 131,4179 gram = 131,3141 gram = 131,4287 gram = 131,4273 gram % Lemak = (labu +lemak) - labu kosong Berat Sampel I x 100 % % Lemak I = (131, ,4179) gram 10,3719 gram x 100 % = 0,104 % Dengan cara yang sama dilakukan untuk menghitung kadar lemak pada sampel II. Kadar lemak II = 0,098 % % Lemak I + % Lemak II % Lemak rata-rata = 2 0,104 % + 0,098 % = 2 = 0,101 %

11 136 Lampiran 8. Perhitungan % Inhibisi dan IC 50 Untuk Galaktomanan Kolang-Kaling Sampel di gunakan untuk konsentrasi 2 mg/ml. Diketahui: Absorbansi kontrol = 0,8539 Absorbansi sampel (2 mg/ml) = 0,7138 Perhitungan nilai % inhibisi untuk konsentrasi 2 mg/ml pada menit ke 30 adalah: % Inhibisi = (A. Kontrol - A. Sampel) A. Kontrol x 100 % % Inhibisi (2 mg/ml) = 0,8539-0,7138 0,8539 x 100 % = 16,41 % Dengan cara yang sama dilakukan untuk menghitung % inhibisi pada konsentrasi 4 mg/ml; 6 mg/ml; 8 mg/ml dan 10 mg/ml. Nilai IC 50, diperoleh daripersamaan garis regresi secara umum Y = ax + b, dengan metode Least Sguare nilai a (slope) dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini: X (Konsentrasi) Y (% Inhibisi) ratarata XY X ,41 32, ,14 72, ,42 128, ,20 177, ,99 229,9 100 Ʃ X = 30 Ʃ Y = 101,16 Ʃ XY = 641,4 Ʃ X 2 = 220

12 137 Ʃ XY (Ʃ X) (ƩY)/n Dimana : a (slope) = Ʃ X 2 (Ʃ X) 2 /n = 641,4 - (30 x 101,16)/ (30 x 30)/6 b = ( ) 6 b = 101,16 1, b = 7,175 = 1,937 Konsentrasi bahan uji yang diperlukan untuk menangkap 50% radikal DPPH selama 30 menit (IC 50 ) adalah: Y = a X + b 50 = 1,937 X + 7,175 X = (50 7,175) /1,937 = 22,109 Jadi konsentrasi galaktomanan yang dibutuhkan untuk menangkap radikal 50% adalah 22,109 mg/ml atau IC 50 = 22,109 mg/ml.

13 138 Lampiran 9. Spektrum FT-IR MADK

14 139 Lampiran 10. Perhitungan % Inhibisi dan IC 50 Untuk MADK Sampel (MADK) di gunakan yang konsentrasinya 5 mg/ml. Diketahui: Absorbansi kontrol = 0,7212 Absorbansi sampel (5 mg/ml) = 0,5850 Perhitungan nilai % inhibisi untuk konsentrasi 5 mg/ml pada menit ke 30 adalah: % Inhibisi = (A. Kontrol - A. Sampel) A. Kontrol x 100 % % Inhibisi (5 mg/ml) = 0,7212-0,5850 0,7212 x 100 % = 18,89 % Dengan cara yang sama dilakukan untuk menghitung % inhibisi pada konsentrasi 1 mg/ml; 2 mg/ml; 3 mg/ml; 4 mg/ml; 5 mg/ml; 6 mg/ml; 8 mg/ml dan 16 mg/ml. Nilai IC 50, diperoleh dari persamaan garis regresi secara umum Y = ax + b, dengan metode Least Sguare nilai a (slope) dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini: X (Konsentrasi) Y (% Inhibisi) ratarata XY X ,82 8, ,82 17, ,06 42, ,06 56, ,89 94, ,16 126, ,46 203, ,04 560, Ʃ X = 45 Ʃ Y = 146,31 Ʃ XY = 1110,61 Ʃ X 2 = 411

15 140 Ʃ XY (Ʃ X) (ƩY)/n Dimana : a (slope) = Ʃ X 2 (Ʃ X) 2 /n = 1110,61 - (45 x 146,31)/ (45 x 45)/9 ( ) b = 6 146,31 2, b = 6 b = 6,067 = 2,038 Konsentrasi bahan uji yang diperlukan untuk menangkap 50% radikal DPPH selama 30 menit atau IC 50 adalah: Y = a X + b 50 = 2,038 X + 6,067 X = (50 6,067) / 2,038 = 21, 56 Jadi konsentrasi MADK yang dibutuhkan adalah 21,56 mg/ml atau IC 50 = 21,56 mg/ml.

16 141 Lampiran 11. Gambar Uji Sifat Antimikroba MADK

17 142 Lampiran 12. Gambar Edible Film Galaktomanan Kolang-kaling

18 143 Lampiran 13. Gambar DTA Edible Film GK 3

19 144 Lampiran 14. Gambar DTA Edible Film GK 4

20 145 Lampiran 15. Spektrum FT-IR Edible Film GK 3

21 146 Lampiran 16. Spektrum FT-IR Edible Film GK 4

22 147 Lampiran 17. Perhitungan % Inhibisi Larutan Edible Film Galaktomanan Sampel di gunakan untuk GK 1 Diketahui: Absorbansi kontrol = 0,8539 Absorbansi sampel GK 1 = 0,6777 Perhitungan nilai % inhibisi untuk GK 1 pada menit ke 30 adalah: % Inhibisi = (A. Kontrol - A. Sampel) A. Kontrol x 100 % % Inhibisi GK 1 = 0,8539-0,6777 0,8539 x 100 % = 20,63 % Dengan cara yang sama dilakukan untuk menghitung % inhibisi GK 2, GK 3, GK 4 dan GK 5.

23 148 Lampiran 18. Perhitungan WVP Edible Film Galaktomanan a. Penentuan Slope Hasil pengukuran berat desicant terhadap perubahan waktu secara duplo. Tabel Hasil Pengukuran Perubahan Berat Edible Film GK 1 X (Waktu) Y (Berat rata-rata) XY X Ʃ X = 42 Ʃ Y = 1.13 Ʃ XY = 9.78 Ʃ X 2 = 364 Tabel Hasil Pengukuran Perubahan Berat Edible Film GK 2 X (Waktu) Y (Berat rata-rata) XY X Ʃ X = 42 Ʃ Y = 1.13 Ʃ XY = 7.12 Ʃ X 2 = 364 Tabel Hasil Pengukuran Perubahan Berat Edible Film GK 3 X (Waktu) Y (Berat rata-rata) XY X Ʃ X = 42 Ʃ Y = 1.29 Ʃ XY = Ʃ X 2 = 364

24 149 Tabel Hasil Pengukuran Perubahan Berat Edible Film GK 4 X (Waktu) Y (Berat rata-rata) XY X Ʃ X = 42 Ʃ Y = 0.87 Ʃ XY = 7.58 Ʃ X 2 = 364 Tabel Hasil Pengukuran Perubahan Berat Edible Film GK 5 X (Waktu) Y (Berat rata-rata) XY X ,05 0, ,06 0, ,1 0, ,15 1, ,19 1, ,26 3, Ʃ X = 42 Ʃ Y = 0,81 Ʃ XY = 7,16 Ʃ X 2 = 364 Persamaan Garis Regresi secara umum Y = ax + b, dengan metode Least Sguare nilai a diperoleh dengan persamaan: Ʃ XY (Ʃ X) (ƩY)/n Dimana : a (slope) = Ʃ X 2 (Ʃ X) 2 /n 7,16 - (42) (0,81)/7 Slope (GK 5 ) = (42) 2 /7 2,3 = 112 = 0,0205 g s -1 Dengan cara yang sama pada GK 5, dihitung slope untuk GK 1, GK 2, GK 3, dan GK 4.

25 150 Tabel Hasil Uji Ketebelan Film dan Perhitungan Slope Edible Film Parameter GK 1 GK 2 GK 3 GK 4 GK 5 Ketebalan Film (mm) 0,038 0,039 0,060 0,061 0,050 Slope (g s -1 ) 0,0268 0,0186 0,0268 0,0211 0,0205 Perhitungan permeabilitas uap air/ water vapor permeability (WVP) WVTR = [ W / ( t.a)] kg. s -1.m -2 Permeance = [ W / ( t.a. P)] kg. s -1. m -2. Pa -1 Permeability (WVP) = [( W.X) / ( t.a. P)] kg. s -1. m -1. Pa -1 = [(slope. X) /(A. P)] kg. s -1.m -1.Pa -1 Dimana: W/ t = jumlah transfer air per unit waktu (slope) (kg s -1 ) X = ketebalan film (m) A = luas daerah yang terbuka terhadap transfer air pada film (m 2 ) P = Perbedaan tekanan uap air antara kedua sisi film (Pa) Pada penelitian diameter (d) luas daerah yang terbuka terhadap transfer uap air pada film = 1,3 cm Jadi jari-jari (r) = ½ x d = ½ x 1,3 cm = 0,65 cm A = πr 2 = 3,14 x (0,0065 m) 2 = 1,327 x 10-4 m 2 Tekanan uap air pada kelembaban 0% pada suhu 20 = 0 Pa Tekanan uap air pada kelembaban 100% pada suhu 20 = 2337 Pa Maka tekanan uap air pada suhu yang berbeda dapat dicari dengan persamaan P 1 /T 1 = P 2 /T 2 (Hukum Gas Ideal) Suhu didalam desikator pada saat pengukuran adalah 29,5, jadi rumusnya P 1 T 2 = P 2 T 1 P 2 = (2337 Pa x 29,5 )/20 = 3447,075 Pa

26 151 WVTR 1 = Slope /A = 2,68 x 10-5 kg s -1 / 1,327 x 10-4 m 2 = 0,20 kg. s -1.m -2 P = P 2 P 1 = 3447,075 Pa 2337 Pa = 1110,075 Pa WVP GK 1 = [(2,68 x 10-5 x 3,8 x 10-5 ) kg s -1 m / (1,327 x 10-4 m 2 ) x 1110,075 Pa = 10,184 x / 1473,070 x 10-4 kg. s -1.m -1.Pa -1 = 6,91 x10-9 kg. s -1.m -1.Pa -1 Dengan cara yang sama pada GK 1 dilakukan untuk menghitung WVP pada GK 2, GK 3, GK 4, dan GK 5. Tabel Hasil Pengujian WVP Edible Film Parameter GK 1 GK 2 GK 3 GK 4 GK 5 WVTR 0,20 0,14 0,20 0,16 0,15 WVP (kg. s -1.m -1.Pa -1 ) x ,91 4,92 10,90 8,74 6,96

27 152 Lampiran 19. Perhitungan Uji Kekuatan Tarik (σ T ) Dan Kemuluran (ε) GK 3 dan GK 4. Tabel hasil Pengukuran Kekuatan Tarik dan Kemuluran Parameter GK 3 GK 4 a b a b Load (Kgf) 0,38 0,32 0,22 0,02 Stroke (mm) 62,59 67,48 61,42 34,32 Tebal GK 3 Tebal GK 4 Lebar Panjang awal ( lo ) = 0,06 mm = 0,061 mm = 6 mm = 11,7 cm Jadi A 3 = 0,06 mm x 6 mm = 0,36 mm 2 A 4 = 0,061 mm x 6 mm = 0,366 mm 2 Harga kemuluran (%) bahan dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini : l lo Kemuluran (ε ) = x 100% lo dimana : l lo = Harga stroke ; lo = panjang awal Kemuluran GK 3 a = 62,59 mm 117 mm = 53, 50% Dengan cara yang sama dilakukan untuk menghitung kemuluran GK 3 b dan GK 4 a, b. Kemudian dihitung rata-ratanya.

28 153 Kekuatan tarik ( kgf/mm2) = nilai beban tarik (kgf ) A (mm 2 ) dimana : A = luas permukaan yang mendapat beban. 0,38 Kgf Kekuatan tarik GK3 a = 0,36 mm2 2 = 1,056 Kgf/mm = 10, 56 Mpa Dengan cara yang sama dilakukan untuk menghitung kekuatan tarik GK3 b dan GK4 a, b. Kemudian dihitung rata-ratanya. Lampiran 20. Gambar Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran GK3 dan GK4 GK4 GK3

29 154 Lampiran 21. Tabel Perlakuan Pengukuran Laju Respirasi O 2 dan CO 2

30 155 Lampiran 22. Gambar Alat Cosmotektor O2 dan CO2 untuk Pengkuran Laju Respirasi.

31 156 Lampiran 23. Gambar Total BakteriPadaIkan Nila Kontrol (Ikan Nila Tanpa Edible Film) Ikan Nila yang Dilapisi dengan Film GK4 Hari 0 Hari 1 Hari 3

32 157 Hari 5 Hari 10

33 158 Lampiran 24. Gambar Biodegradasi Edible Film GK 4 Hari 0 Hari 3 Hari 6 Hari 9 Hari 12 Hari 15 Hari 18 Hari 21

34 159 Lampiran 25. Hasil Identifikasi Kemangi

35 160 Lampiran 26. Kromatogram GC Minyak Atsiri Daun Kemangi.

36 161 a. Fragmentasi Senyawa 2-Norbornanon O 2- Norbornanon BM = 152 Puncak-puncak fragmen senyawa 2-Norbornanon adalah: 152, 137, 119, 109, 95, 81, 69, 55, 41 dan puncak dasarnya adalah 81. Bila disesuaikan dengan data library NIST62 dan WILEY229, maka kemungkinan fragmentasinya adalah sebagai berikut: O + e -2e O + m/e = (15)

37 162 H 3 C O + m/e = CH=CH (26) O + m/e = (30) O + m/e = 81

38 163 b. Fragmentasi Senyawa Linalool. OH CH 2 H 3 C Linalool BM = 154 Puncak-puncak fragmen senyawa linalool adalah: 136, 121, 107, 93, 71, 41 dan puncak dasarnya adalah 71. Bila disesuaikan dengan data library NIST62 dan WILEY229, maka kemungkinan fragmentasinya adalah sebagai berikut:

39 164 OH CH 2 + e - 2e +. OH CH 2 - H 2 O (18). CH H 2 C 2 -. (15) CH 2 + C H 3 C H 3 C m/e = 154 H 3 C m/e = 136 H 3 C m/e = CH 2 =CH 2 (28) -. H2 C (83) H 2 C H 2 C H 3 C m/e = 71 + OH C + m/e = 93 c. Fragmentasi Senyawa α-terpineol C H 3 OH alfa-terpineol BM = 154

40 165 Puncak-puncak fragmen senyawa α-terpineol adalah: 154, 121, 107, 93, 81, 59, 43 dan puncak dasarnya adalah 59. Bila disesuaikan dengan data library NIST62 dan WILEY229, maka kemungkinan fragmentasinya adalah sebagai berikut:

41 166 OH OH C H 3 C H 3 H 3 C C + + e -2e - H 2 O (18) BM = 154 m/e = 154 m/e = (95) CH 2 C + H 3 C + O H 3 C m/e = 59 H 3 C m/e = CH 2 =CH 2 (28) CH 2 C + H 3 C m/e = 93

42 167 d. Fragmentasi Senyawa Z-sitral (Neral) CHO H 3 C Z-sitral (Neral) BM = 152 Puncak-puncak fragmen senyawa z-sitral (neral) adalah: 152, 137, 119, 109, 94, 83, 69, 53, 41 dan puncak dasarnya adalah 41. Bila disesuaikan dengan data library NIST62 dan WILEY229, maka kemungkinan fragmentasinya adalah sebagai berikut:

43 O CHO + e - 2e H -. (15) H O + H 3 C H 3 C H 3 C m/e = 137 m/e = CH 2 =CH 2 (28) O + m/e = 41 -CH 2 =CH 2 O + m/e = C=CH (40) O + m/e = 109 H e. Fragmentasi Senyawa E-Sitral (Geranial) CHO H 3 C E-sitral (Geranial) BM = 152

44 169 Puncak-puncak fragmen senyawa z-sitral (neral) adalah: 152, 137, 123, 109, 84, 69, 53, 41dan puncak dasarnya adalah 69. Bila disesuaikan dengan data library NIST62 dan WILEY229, maka kemungkinan fragmentasinya adalah sebagai berikut: O CHO + e - 2e H -. (15) H O + H 3 C H 3 C H 3 C m/e = 137 -CH 2 =CH 2 (28) O + m/e = 41 -CH 2 =CH 2 (28) O + H 3 C m/e = C=CH (40) O + H 3 C m/e = 109

LAMPIRAN. Glukosa, Fruktosa Gula Inversi mg 3,9 7,8 11,7 15,6 19,6 23,5 27,5 31,5 35,5 10 2,4 4,8 7,2 9,7 12,2 14,7 17,2 19,8 22,4 39, ,0

LAMPIRAN. Glukosa, Fruktosa Gula Inversi mg 3,9 7,8 11,7 15,6 19,6 23,5 27,5 31,5 35,5 10 2,4 4,8 7,2 9,7 12,2 14,7 17,2 19,8 22,4 39, ,0 LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Gula Menurut Luff Schrool. Na 2 S 2 O 3, 0,1 N ml Glukosa, Fruktosa Gula Inversi mg Laktosa mg Maltosa mg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2,4 4,8 7,2 9,7 12,2 14,7 17,2 19,8 22,4 3,6 7,3 11,0

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN KARAKTERISTIK DAN KADAR NUTRISI.

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN KARAKTERISTIK DAN KADAR NUTRISI. LAMPIRAN LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN KARAKTERISTIK DAN KADAR NUTRISI. 1.1. Hasil analisa kadar air Mi Instan dari Campuran Tepung Terigu dan. Penentuan kadar air Mi Instan dari campuran Tepung Terigu dan Berat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data dan perhitungan analisis proksimat Padina australis

Lampiran 1. Data dan perhitungan analisis proksimat Padina australis LMPIRN 35 36 Lampiran 1. Data dan perhitungan analisis proksimat Padina australis a. Kadar air Ulangan (gram) B (gram) C (gram) Kadar air (%) Rata-rata 1 5,03 7,09 7,57 90,46 90,57 5,37 4,69 5,19 90,69

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap.

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap. LAMPIRAN 53 Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering a. Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 2-5 g sampel serbuk kering dimasukkan ke dalam cawan aluminium yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan... 66 a. Ekstraksi pati ganyong... 66 b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film 68 c. Penentuan

Lebih terperinci

Kadar air (basis kering) = b (c-a) x 100 % c-a

Kadar air (basis kering) = b (c-a) x 100 % c-a LAMPIRAN 48 49 Lampiran. Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 989) Cawan aluminium dikeringkan dalam oven pada suhu 00 o C selama 5 menit, lalu didinginkan dalam desikator selama 0 menit. Ditimbang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 1989)

Lampiran 1 Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 1989) 153 LAMPIRA 154 Lampiran 1 Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 1989) Cawan aluminium dikeringkan dalam oven pada suhu 100 o C selama 15 menit, lalu didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Ditimbang

Lebih terperinci

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit LAMPIRAN 10 11 Lampiran 1 Skema metode Bernfeld (1955) 1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS Dididihkan 5 menit Didinginkan 5 menit Absorbansi diukur

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pohon mangrove Api-api (Avicennia marina) Lampiran 2 Perhitungan analisis proksimat daun Api-api (Avicennia marina)

Lampiran 1 Pohon mangrove Api-api (Avicennia marina) Lampiran 2 Perhitungan analisis proksimat daun Api-api (Avicennia marina) LAMPIRAN 74 Lampiran 1 Pohon mangrove Api-api (Avicennia marina) Lampiran 2 Perhitungan analisis proksimat daun Api-api (Avicennia marina) a. Kadar air % Kadar air U 1 % Kadar air U 2 Kadar air rata-rata

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Mutu Bahan Baku Cat

Lampiran 1. Prosedur Analisis Mutu Bahan Baku Cat LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Prosedur Analisis Mutu Bahan Baku Cat 1) Penetapan Kadar Air dengan Metode Oven (AOAC, 1984) Cawan aluminium kosong dipanaskan dengan oven 105 o C selama 15 menit, kemudian didinginkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1 Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 1 Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 2 Morfologi Tanaman dan Simplisia Rimpang dan Daun Kunyit Gambar 15. Rimpang kunyit Gambar 16. Simplisia rimpang kunyit Lampiran 2 (lanjutan) Gambar 17.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama LAMPIRAN 1 Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) perlakuan proksimat (% bobot kering) Protein Lemak Abu Serat kasar Kadar air BETN Pakan komersil 40,1376 1,4009 16,3450 7,4173

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm No Menit ke- Absorbansi 1 4 0,430 5 0,431 3 6 0,433 4 7 0,434 5 8 0,435 6 9 0,436 7 10 0,437 8 11 0,438 9 1 0,439

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon Proksimat protein lemak abu serat kasar air BETN A ( rebon 0%) 35,85 3,74 15,34 1,94 6,80

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 17 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2012. Karakterisasi limbah padat agar, pembuatan serta karakterisasi karbon aktif dilakukan di Laboratorium Karakterisasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Mata air yang terletak di Gunung Sitember Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat 48 Air minum yang dialirkan menggunakan pipa besi Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Media pupuk untuk pertumbuhan Spirulina fusiformis

Lampiran 1 Media pupuk untuk pertumbuhan Spirulina fusiformis 44 Lampiran 1 Media pupuk untuk pertumbuhan Spirulina fusiformis Dalam setiap satu liter media mengandung: NaHCO3 : 10,0 gr Pupuk NPK : 1,18 gr Pupuk TSP : 1,20 gr NaCl : 1,00 gr Selanjutnya ditambahkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan daun sirih hutan (Piper crocatum Ruiz & Pav).

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan daun sirih hutan (Piper crocatum Ruiz & Pav). Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan daun sirih hutan (Piper crocatum Ruiz & Pav). 60 Lampiran 2. Gambar daun sirih hutan (Piper crocatum Ruiz & Pav). Tumbuhan sirih hutan (Piper crocatum Ruiz & Pav)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi: 55 Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi: a. Pengukuran Ketebalan Film (McHugh dan Krochta, 1994).

Lebih terperinci

Lampiran 1: Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1: Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 1: Hasil identifikasi tumbuhan Sampel yang digunakan adalah daun I yaitu: jenis Melaleuca leucadendra (L). L Dari Bab III halaman 21 pada identifikasi sampel Lampiran 2. Gambar pohon kayu putih

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak) LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis bahan baku (kalium diklofenak) 56 Lampiran 2. Hasil uji kalium diklofenak dengan FT-IR 57 Lampiran 3. Hasil uji asam diklofenak dengan FT-IR 58 Lampiran 4. Hasil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl. Alat KCKT. Syringe 50 µl. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl. Alat KCKT. Syringe 50 µl. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl Alat KCKT Syringe 50 µl Lampiran 2. Gambar Perangkat Penelitian Lainnya Ultrasonic cleaner Pompa vakum dan seperangkat penyaring fase gerak Lampiran 2. (Lanjutan)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Gambar 6. Sayur Sawi yang dijadikan Sampel Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri a. Penetapan Bobot Tetap Cawan Kosong Dengan pernyataan bobot

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak 40 Lampiran 2. Hasil uji kalium diklofenak dengan FT-IR 41 Lampiran 3. Hasil uji asam dikofenak dengan FT-IR 42 Lampiran 4. Hasil uji butil diklofenak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian tentang perbandingan gizi tahu dari kedelai dan tahu biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Jurnal Sains Kimia Vol 10, No.1, 2006: 40 45 STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Emma Zaidar

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

LAMPIRAN C PERHITUNGAN UMPAN DAN PRODUK

LAMPIRAN C PERHITUNGAN UMPAN DAN PRODUK LAMPIRAN C PERHITUNGAN UMPAN DAN PRODUK D.1. Perhitungan Umpan 1. Pembuatan Larutan NaOH 5 N BM NaOH Volume larutan eq NaOH = 1 Berat NaOH yang dibutuhkan = m = m = N x BM x V 1000 x eq 5 x 40 x 100 1000

Lebih terperinci

ANALISIS PROKSIMAT BERAS MERAH (Oryza sativa) VARIETAS SLEGRENG DAN AEK SIBUNDONG

ANALISIS PROKSIMAT BERAS MERAH (Oryza sativa) VARIETAS SLEGRENG DAN AEK SIBUNDONG ANALISIS PROKSIMAT BERAS MERAH (Oryza sativa) VARIETAS SLEGRENG DAN AEK SIBUNDONG Mirsya Ekarina Mulyani 1407 100 053 Pembimbing: Dra. Sukesi, M.Si Contents Pendahuluan Latar Belakang Lebih dari setengah

Lebih terperinci

Ektrak KCl 1 N : Sebanyak 74,55 g kristal KCl dilarutkan ke dalam labu takar 1000 ml dengan akuades.

Ektrak KCl 1 N : Sebanyak 74,55 g kristal KCl dilarutkan ke dalam labu takar 1000 ml dengan akuades. LAMPIRAN Lampiran 1 Pembuatan pereaksi dan larutan Ektrak KCl 1 N : Sebanyak 74,55 g kristal KCl dilarutkan ke dalam labu takar 1 ml dengan akuades. Ektrak CaCl 2,1 M : Sebanyak 1,48 g kristal CaCl 2 dilarutkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan 1. Penentuan Formulasi Bubur Instan Berbasis Tepung Komposit : Tepung Bonggol Pisang Batu dan Tepung Kedelai Hitam Tujuan: - Mengetahui

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

Bahan ditimbang 0,1 g Dimasukkan dalam Labu Kjeldahl. Ditambahkan 5 ml HNO 3. Ditambahkan 3 ml HClO 4

Bahan ditimbang 0,1 g Dimasukkan dalam Labu Kjeldahl. Ditambahkan 5 ml HNO 3. Ditambahkan 3 ml HClO 4 LAMPIRAN 18 Lampiran 1. Prosedur analisis Cr 2 O 3 Bahan ditimbang 0,1 g Dimasukkan dalam Labu Kjeldahl Ditambahkan 5 ml HNO 3 Dipanaskan hingga larutan tersisa ± 1 ml Didinginkan Ditambahkan 3 ml HClO

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Faktor perlakuan meliputi penambahan pengembang dan pengenyal pada pembuatan kerupuk puli menggunakan

Lebih terperinci

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat

Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat LAMPIRAN 37 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Cawan aluminium kosong dioven selama 15 menit kemudian didinginkan dalam desikator dan sebanyak 5 g sampel dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

sampel pati diratakan diatas cawan aluminium. Alat moisture balance ditutup dan

sampel pati diratakan diatas cawan aluminium. Alat moisture balance ditutup dan 59 60 Lampiran 1.Pengukuran Kandungan Kimia Pati Batang Aren (Arenga pinnata Merr.) dan Pati Temulawak (Curcuma xanthorizza L.) a. Penentuan Kadar Air Pati Temulawak dan Pati Batang Aren Menggunakan Moisture

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kelarutan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kelarutan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul kelarutan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan daun kelor (Moringa oleifera) di dalam rumen secara in vitro dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai

Lebih terperinci

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet Lampiran 1. Prosedur Analisis a. Kadar Air (AOAC, 1995) Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Sebelum digunakan, cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu 100 o C selama

Lebih terperinci

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup SNI 01-5009.12-2001 G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup Standar ini menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan gondorukem, sebagai pedoman pengujian gondorukem yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit LAMPIRAN Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit 46 Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Metil Ester Olein Gas SO 3 7% Sulfonasi Laju alir ME 100 ml/menit,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis Sifat Fisik Keju Putih Rendah Lemak

Lampiran 1 Analisis Sifat Fisik Keju Putih Rendah Lemak LAMPIRA 49 Lampiran 1 Analisis Sifat Fisik Keju Putih Rendah Lemak 1. Analisis sifat fisik rendemen (Apriyantono et al. 1989) Rendemen dihitung dari berat keju putih rendah lemak yang dihasilkan (g) dibagi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Lewikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 18 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Pantai Ekowisata Mangrove, Pantai Kapuk, Muara Karang, Jakarta Utara.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm. Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I)

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm. Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I) Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I) 500 ppm 500 mcg/ml Berat Natrium tetraboraks yang ditimbang 500 mcg / ml

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2012. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertnian,

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Diambil 1 kg tepung onggok singkong yang telah lebih dulu dimasukkan dalam plastik transparan lalu dikukus selama 30 menit Disiapkan 1 liter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol 00 Nitrasi fenol menjadi -nitrofenol dan -nitrofenol KNO, H SO NO + NO C H O (9.) KNO (0.) H SO (98.) C H NO (9.) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi elektrofilik aromatis, nitrasi

Lebih terperinci

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Kentang (Solanum tuberosum L.) Gambar 1. Kentang (Solanum tuberosum L.) Kentang (Solanum tuberosum L.) Gambar. Tanaman Kentang Tanaman Kentang Gambar 3. Hasil Analisis Kualitatif Timbal dan Kadmium Kadmium Timbal Hasil Analisa Kualitatif

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih ANALISIS KARBOHIDRAT Analisis Zat Gizi Teti Estiasih 1 Definisi Ada beberapa definisi Merupakan polihidroksialdehid atau polihidroksiketon Senyawa yang mengandung C, H, dan O dengan rumus empiris (CH2O)n,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2011 sampai dengan Juni 2011. Sampel anemon laut (Stichodactyla gigantea) diambil disekitar kawasan Pulau Pramuka, Taman Nasional

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat alat yang digunakan untuk pembuatan dan pengukuran edible film. Gambar 1 Gambar 2

Lampiran 1. Alat alat yang digunakan untuk pembuatan dan pengukuran edible film. Gambar 1 Gambar 2 LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Alat alat yang digunakan untuk pembuatan dan pengukuran edible film Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Keterangan: Gambar 1 : alat-alat untuk pembuatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan adalah tepung tapioka, bumbu, air, whey, metilselulosa (MC), hidroksipropil metilselulosa (HPMC), minyak goreng baru, petroleum eter, asam asetat glasial,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 15 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012. Preparasi bahan baku, perhitungan rendemen, dan analisis morfometrik dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984) LAMPIRAN Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984) Pereaksi Blanko (µl) Standar (µl) Sampel (µl) Penyangga Tris HCl (0.2 M) ph 7.5 Substrat kasein for biochemistry (1 %) Ekstrak kasar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet Lampiran. Gambar Cibet (Orthetrum sp.) dan Capung (Orthetrum Sabina) sp.) (Orthetrum sabina) Capung Lampiran 3. Data Pembakuan Larutan NaOH 0,1 N Rumus normalitas larutan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 40 setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 ml. Reaksi enzimatik dibiarkan berlangsung selama 8 jam

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.)

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.) Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.) 93 Lampiran. Identifikasi Tumbuhan 94 Lampiran 3. Bagan Alir Proses Pembuatan Larutan Sampel Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.) sebanyak

Lebih terperinci

PRODUKSI ENZIM MANANASE

PRODUKSI ENZIM MANANASE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MOLEKULAR PRODUKSI ENZIM MANANASE KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PRODUKSI ENZIM MANANASE Pendahuluan Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) , ,14 3.

Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) , ,14 3. Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) 1. 1000 5,1. 1003 5,14 3. 101 5, Normalitas NaOH Berat Kalium Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) Berat Ekivalen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu tahap pertama adalah perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu perkolasi.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Keripik wortel sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil produksi sendiri yang dilakukan di laboratorium proses Balai Besar Industri

Lebih terperinci