ANALISA PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

Transkripsi

1 ANALISA PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Yohanes Paut 1, Retno Indrani 2, Endah Angreni 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaa, john_paut@ahoo.co.id 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaa, 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaa, ABSTRAK Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 mensaratkan prinsip full cost recover dalam penetapan tarif air minum PDAM, dimana pendapatan penjualan air diharapkan dapat menutupi biaa usaha PDAM. Namun tarif ang ditetapkan oleh PDAM harus disertai dengan peningkatan pelaanan dan mempertimbangkan kemampuan (abilit to pa ATP) dan kesediaan (willingness to pa WTP) pelanggan dalam membaar air PDAM. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besarna tarif PDAM dari sisi produsen dan konsumen serta menusun saran kebijakan tarif tahun 2010 berdasarkan kondisi PDAM dan konsumen. Tarif air minum dari sisi produsen dihitung berdasarkan seluruh biaa usaha PDAM. Kemampuan membaar (ATP) diperoleh berdasarkan pendapatan pelanggan dan konsumsi air per bulan. Kemauan membaar (WTP) diperoleh berdasarkan persepsi konsumen terhadap tarif air. Kebijakan tarif ang diusulkan diperoleh berdasarkan kondisi PDAM, konsumen, dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan Besarna tarif air minum PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan agar tercapai prinsip full cost recover pada tahun 2010 sebesar Rp. 875/m 3 untuk kelompok pelanggan sosial (hidran umum), Rp /m 3 untuk kelompok pelanggan rumah tangga dan Rp /m 3 untuk kelompok pelanggan niaga. Kemampuan membaar (ATP) pelanggan untuk kategori low income sebesar Rp. 875/m 3 (100%), kategori medium income sebesar Rp /m 3 (3,27%) dan mampu membaar diatas 4.500,-/m 3 (94,77%), kategori high income sebesar Rp /m 3 ( 92,31%). Kesediaan membaar (WTP) pelanggan untuk kategori low income sebesar Rp. 875/m 3 (100%), kategori medium income sebesar Rp /m 3 (37,91%) dan kesediaan membaar diatas Rp.4.500/m 3 (11,11%), kategori high income diatas Rp /m 3 (11,11%). Karena nilai ATP lebih besar dari WTP, maka pelaanan PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan di masa mendatang harus lebih ditingkatkan lagi. Berdasarkan kebijakan tarif Pemerintah Daerah tahun 2008, ATP dan WTP pelanggan terhadap kenaikan tarif sesuai Permendagri Nomor 23 Tahun 2006, maka usulan penetapan tarif pada tahun 2010 untuk kelompok pelanggan sosial sebesar Rp. 875/m 3, kelompok pelanggan rumah tangga Rp.3.350/m 3 dan untuk kelompok pelanggan niaga sebesar Rp.4.500/m 3. Kata kunci: PDAM, Tarif, ATP, WTP. PENDAHULUAN Air bersih merupakan salah satu potensi daerah ang sangat penting karena merupakan kebutuhan utama dan mendasar. Kebutuhan air bersih ang ada di masarakat pada umumna berasal dari beberapa sumber aitu air bawah tanah (sumur gali/sumur pompa), air permukaan dan air hujan. Namun karena keterbatasan ketersediaan dan kualitas air bersih pada sumber-sumber tersebut maka pemerintah sebagai penedia fungsi pelaanan bagi masarakat berkewajiban untuk mengatur dan mengelola air bersih ang tersedia tersebut. Prasarana dan sarana air bersih di Indonesia diserahkan pengelolaanna kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 195/KPTS/CK/1983 tanggal 14 Desember 1983 dengan nama Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten Timor Tengah Selatan. Pengalihan status dari BPAM menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Timor Tengah Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 6/Perda/1994 tahun Selain menjalankan misi sosial sebagai penedia pelaanan air bersih kepada masarakat, PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan sebagai Badan ISBN Usaha Milik Daerah harus memiliki penghasilan ang memadai untuk dapat membiaai diri sendiri, guna menjaga kesinambungan pelaanan dan meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pelaanan kepada masarakat. Penghasilan utama PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan bersumber dari hasil penjualan air ang tergantung dari besarna tarif ang ditetapkan. Penetapan besaran tarif air PDAM berpedoman pada ketentuan Permendagri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada PDAM. Tarif ang ditetapkan dalam Permendagri tersebut menggunakan prinsip pemulihan biaa secara penuh (full cost recover) dimana besarna pendapatan dari penjualan air diharapkan minimal dapat menutupi biaa usaha PDAM. Penetapan tarif harus seimbang dengan mutu pelaanan ang diberikan oleh PDAM, terutama dalam mempertahankan dan meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinuitas air. Peningkatan kebutuhan air ang disebabkan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan standar kehidupan masarakat dapat mempengaruhi mutu pelaanan PDAM apabila tidak disertai dengan perbaikan pada instalasi produksi dan distribusi. Tarif dasar ang ditetapkan oleh PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan sampai saat ini belum optimal ang mengakibatkan pendapatan penjualan air belum A-305

2 dapat menutupi biaa usaha sehingga selama 5 (lima) tahun terakhir PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan mengalami kerugian. Apabila ini dibiarkan maka PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan akan mengalami kebangkrutan dan akan berpengaruh pada penurunan mutu pelaanan. Disamping itu, sampai dengan saat ini penentuan tarif PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan belum mempertimbangkan kemampuan membaar (abilit to-pa) dan kesediaan membaar masarakat (willingness to-pa) untuk air PDAM ang digunakan. Dengan demikian perlu adana suatu penelitian tentang Penentuan Tarif Air Minum PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan ang ditinjau dari sisi PDAM dan dari sisi pelanggan. METODE Secara garis besar penelitian ini meliputi 3 (tiga) garis besar aitu pertama analisa penentuan besarna tarif berdasarkan kondisi PDAM, kedua analisa penentuan besarna kemampuan membaar (ATP) dan kesediaan membaar (WTP) masarakat terhadap air PDAM ang digunakan dan, ketiga analisa usulan tarif air PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan mempertimbangkan kondisi PDAM, kondisi konsumen (ATP dan WTP) dan kebijakan Pemerintah Daerah ang berhubungan dengan tarif PDAM. Tarif Berdasarkan Kondisi PDAM. Sebelum melakukan analisa penentuan besarna tarif berdasarkan kondisi PDAM terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan perbaikan secara teknis terhadap kemampuan dan kelengkapan sistem produksi dan distribusi eksisting dalam rangka menjaga keseimbangan antara mutu pelaanan dan tarif ang ditetapkan. Kemudian dianalisa pertambahan biaa sebagai akibat perbaikan terhadap sistem produksi dan distribusi. Berdasarkan data keuangan PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan dan biaa perbaikan sistem produksi dan distribusi dari hasil analisa, maka dapat dihitung besarna tarif dasar (TD) dengan menggunakan formula (1) berikut. TD TBU VPA 1 i VKAS BP... (1) TD = Tarif dasar pada tahun proeksi (Rp/m 3 ) TBU = Total Biaa Usaha (biaa sumber air, pengolahan air, transmisi dan distribusi, kemitraan, umum dan administrasi, biaa keuangan) pada tahun awal (Rp/m 3 )VPA = Volume Produksi Air pada periode tahun awal (m 3 /Thn) VPA = Volume Produksi Air pada periode tahun awal (m 3 /Thn) VKAS = Volume Kehilangan Air Standar pada periode tahun awal (m 3 /Thn) BP = Biaa perbaikan pelaanan tahun proeksi (Rp/Thn) i = Tingkat suku bunga (%) Setelah diperoleh tarif dasar maka selanjutna dihitung besarna tarif rendah atau tarif ang mengandung subsidi dengan menggunakan formula (2) berikut. TR TD 100 % % subsidi...(2) TR = Tarif rendah pada tahun proeksi (Rp/m 3 ) TD = Tarif dasar pada tahun proeksi (Rp/m 3 ) % subsidi = Presentase besarna subsidi Tingkatan tarif penuh atau ang menanggung subsidi silang kepada kelompok pelanggan tarif rendah dan tingkat keuntungan ang wajar. Perhitungan tarif penuh menggunakan formula (3), (4) dan (5) berikut. TP TD RTK RSbs...(3) TP = Tarif penuh pada tahun proeksi (Rp/m 3 ) TD = Tarif dasar pada tahun proeksi (Rp/m 3 ) RTK = Rata-rata tingkat keuntungan pada tahun proeksi (Rp/m 3 ) RSbs = Rata-rata subsidi silang pada tahun proeksi (Rp/m 3 ) RTK RTK AL IJP AT 10 % AL IJP AT 1 i...(4) VTTPK = Rata-rata tingkat keuntungan pada tahun proeksi (Rp/m 3 ) = Aktiva lancar pada tahun proeksi (Rp/tahun) = Investasi jangka panjang pada tahun proeksi (Rp/tahun) = Aktiva tetap & depresiasi pada tahun proeksi (Rp/tahun) VTTPK = Volume Air Terjual kepada Kelompok Pelanggan Tarif Penuh (m 3 /tahun) RSbS RSbs % subsidi TD VTTPK VTTR...(5) = Rata-rata subsidi silang pada tahun proeksi (Rp/m 3 ) TD = Tarif dasar pada tahun proeksi (Rp/m 3 ) VTTR = Volume Air Terjual kepada Kelompok Pelanggan Tarif Rendah (m 3 /tahun) VTTPK = Volume Air Terjual kepada Kelompok Pelanggan Tarif Penuh (m 3 /tahun) Tarif Berdasarkan Kondisi Pelanggan. Dalam rangka perhitungan ATP dan WTP, responden dikelompokkan dalam tiga kategori penghasilan aitu penghasilan rendah (low income), penghasilan menengah (medium income) dan penghasilan tinggi (high income). Pengelompokan tingkat penghasilan responden menggunakan distribusi frekuensi komulatif terhadap karakteristik rumah tangga ang berhubungan dengan income. Karakteristik rumah tangga pelanggan (pendapatan dan kepemilikan) diperoleh dari hasil pengisian kuisioner. A-306 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilaah 2009

3 Berdasarkan ketentuan [1], tarif dikatakan terjangkau apabila pengeluaran rumah tangga per bulan untuk pemenuhan standar kebutuhan pokok akan air minum tidak melebihi 4% (empat perseratus) dari rata-rata pendapatan rumah tangga untuk kelompok pelanggan ang bersangkutan, atau 4% (empat perseratus) dari Upah Minimum Provinsi. Pendapatan rumah tangga ang dijadikan patokan untuk menentukan keterjangkauan tarif adalah Upah Minimum Provinsi (UMP) ang ditetapkan Pemerintah, atau pendapatan rata-rata rumah tangga pelanggan PDAM. Dengan demikian besarna ATP tiap responden di hitung dengan menggunakan formula (6) berikut. ATP ( 4% Pr t) Ba...(6) Skpm ATP = Abiliti to-pa (Rp/m 3 ) Prt = Rata-rata pendapatan RT (Rp/bulan) Ba = Rata-rata biaa air alternatif (Rp/bulan) Skpm = Standar kebutuhan pokok air minimum (10 m 3 /bln) Teknik ang digunakan untuk mengetahui tentang jumlah maksimum ang mau dibaar (WTP) oleh seseorang terhadap air PDAM adalah bidding game. Dimana pelanggan dimintai tanggapanna terhadap alternatif-alternatif tarif berdasarkan hasil analisa penentuan tarif dari sisi PDAM, setelah sebelumna diberikan gambaran tentang perbaikanperbaikan pelaanan ang akan dilakukan. Usulan Kebijakan Tarif. Tarif ang diusulkan untuk digunakan pada tahun 2010 adalah tarif optimum dengan mempertimbangkan besarna tarif berdasarkan kondisi PDAM, ATP dan WTP pelanggan PDAM berdasarkan tingkat income dan kebijakan Pemerintah Daerah tentang penetapan tarif ang berlaku. HASIL DAN PEMBAHASAN PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki 6 (enam) wilaah pelaanan aitu wilaah pelaanan Kota So E dan wilaah-wilaah pelaanan lainna di beberapa Ibukota Kecamatan (IKK) antara lain: IKK Kapan, IKK Niki-niki, IKK Siso, IKK Panite dan IKK Kuanfatu. Berdasarkan data PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2007, wilaah pelaanan Kota So E merupakan wilaah dengan sambungan pelanggan terbanak aitu sambungan (90,38%) dari total sambungan tahun 2007 aitu sebanak sambungan, sedangkan sisana tersebar di 5 (lima) IKK aitu IKK Kapan sebanak 220 sambungan (4,71%), IKK Panite sebanak 105 pelanggan (2,25%), IKK Siso sebanak 72 pelanggan (1,54%), IKK Niki-niki sebanak 45 pelanggan (0,96%) dan IKK Kuanfatu sebanak 7 sambungan (0,15%). Peningkatan pelaanan diprioritaskan untuk wilaah pelaanan Kota So E karena memiliki jumlah pelanggan terbanak dan merupakan wilaah ISBN pelaanan utama PDAM karena merupakan Ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan. Perbaikan Sistem Produksi dan Distribusi. Sumber air baku ang digunakan oleh PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk melaani kebutuhan air masarakat Kota So E sebanak 10 sumber air. Sumber-sumber air tersebut terdiri dari 1 unit sumber air permukaan, 3 unit mata air dan 6 unit sumur bor dengan total kapasitas terpasang sebesar 90 liter/detik dan kapasitas produksi sebesar 73,9 liter/detik. Namun ang dioperasikan pada tahun 2009 sebanak 6 (enam) unit sumber air ang terdiri dari 1(satu) unit sumber air permukaan dari Sungai Mutis (Bonle u), 3 (tiga) unit mata air (Oe So E, Bisuaf dan Oe Nasi) dan 2 unit sumur bor (Nifuhuki I dan Nifuhuki II) dengan total kapasitas produksi sebesar 56,40 liter/detik dan beroperasi selama 24 jam per hari, sedangkan 4 (empat) unit sumur bor sisana dengan debit sebesar 17,5 liter/detik (sudah dilengkapi dengan instalasi perpipaan dan pompa) merupakan cadangan untuk memenuhi kebutuhan air di waktu ang akan datang dan sebagai cadangan apabila terjadi gangguan pada sumber air lainna. Ketersediaan air baku untuk wilaah pelaanan Kota So E selengkapna dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 1: Ketersediaan Air Baku Kap Kap. Terpasang Normal Prod. No Air Baku (lt/dt) (lt/dt) Kap. Sistem Prod. Ops. (lt/dt) Ket Mata Air 3,00 1,50 1,50 Gravi. Operasi Oe So E 2 Mata Air 2,50 1,20 1,20 Gravi. Operasi Bisuaf 3 Mata Air 5,00 5,00 5,00 Pompa Operasi Oe Nasi 4 Sumur Bor 7,50 6,00 6,00 Pompa Operasi Nifuhuki 1 5 Sumur Bor 5,00 5,00 5,00 Pompa Operasi Nifuhuki 2 6 Mata Air 50,00 37,70 37,70 Gravi. Operasi Bonle u 7 Sumur Bor 5,00 5,00 - Pompa Cadang. Kesetnana 1 8 Sumur Bor 3,00 2,50 - Pompa Cadang. Kesetnana 2 9 Sumur Bor 5,00 5,00 - Pompa Cadang. Kesetnana 3 10 Sumur Bor Kesetnana 4 5,00 5,00 - Pompa Cadang. TOTAL 91,00 73,90 56, Sumber: PDAM Kab. TTS, 2009 Wilaah Pelaanan Kota SoE meliputi Seluruh Kecamatan Kota SoE dan 2 Desa ang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kota SoE aitu Desa Kesetnana dan Mnelalete. Jumlah penduduk Kota SoE tahun 2007 sebesar jiwa, jumlah penduduk ang terlaani air PDAM sebesar jiwa dengan tingkat cakupan pelaanan PDAM sebesar 57,52%. Dengan menggunakan metode proeksi goemetrik maka jumlah penduduk pada A-307

4 tahun 2010 sebesar jiwa. Tingkat pelaanan ang akan dicapai adalah sebesar 67,49% dengan penduduk terlaani sebanak jiwa. Berdasarkan kebutuhan air per unit komsumsi pada tahun 2007 dan perkiraan jumlah penduduk terlaani tahun 2010, maka total kebutuhan air rata-rata pada tahun 2010 sebesar 68,44 liter/detik. Kebutuhan air di Wilaah Pelaanan Kota So E pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 2: Rencana Kebutuhan Air di Wilaah Pelaanan Kota So'E Tahun 2010 No Uraian Satuan Tahun Kebutuhan Domestik lt/dt 50, Kebutuhan Non Domestik lt/dt 4, Kehilangan Air % 20,00 Total Kebutuhan Air Rata-Rata lt/dt 68,44 Kebutuhan Harian Maksimum lt/dt 78,71 Kebutuhan Jam Maksimum lt/dt 102,67 Sumber: PDAM Kab. TTS dan hasil olahan, 2009 Dalam pengoperasian sumber air ang ada PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan belum memperhitungkan besarna produksi air ang optimum untuk memenuhi kebutuhan air masarakat, sedangkan kebutuhan air masarakat akan semakin meningkat seiring dengan meningkatna jumlah penduduk dan standar kehidupan. Apabila produksi air jauh lebih besar dari kebutuhan air masarakat maka akan terjadi pemborosan khususna pada instalasi sumber air ang menggunakan sistem pangaliran pompanisasi, sebalikna apabila kebutuhan air masarakat jauh lebih besar dari produksi air maka akan terjadi krisis air di masarakat. Untuk memenuhi kebutuhan air pada tahun 2010 ang diperkirakan sebesar 68,44 liter/detik, maka PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan harus mengoperasikan 3 (tiga) unit sumber air ang menjadi cadangan masing-masing Sumur Bor Kesetnana I, II, dan III dengan kapasitas 12,50 liter/detik sehingga total kapasitas produksi menjadi 69,80. Permasalahan lainna ang menjadi kendala dalam rangka optimalisasi produksi air di wilaah pelaanan Kota So E aitu semua instalasi sumber air baku ang ada tidak dilengkapi dengan meter air induk sehingga banakna air ang diproduksi tidak bisa dipastikan secara tepat. Produksi air ang tercatat selama ini didasarkan pada kapasitas produksi pada saat perencanaan. Dengan demikian perbaikan pelaanan ang dilakukan meliputi perbaikan kelengkapan sumber air aitu operasional kapasitas produksi cadangan, pemasangan meter air induk dan pemetaan jaringan perpipaan transmisi dan distribusi ang terpasang. Tambahan biaa per tahun akibat perbaikan pelaanan (penambahan kapasitas produksi dan perbaikan sistem) sebesar : Biaa operasional kapasitas produksi cadangan A-308 = Rp ,- Biaa cicilan perbaikan sistem Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilaah 2009 = Rp ,- Total biaa perbaikan = Rp ,- pelaanan tahun 2010 Tarif Berdasarkan Kebijakan Pemda. Besarna tarif berdasarkan [2] dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3: Tarif Air PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008 Tarif sesuai SK Bupati Golongan No Pelanggan Pemakaian per Blok Besarna Tarif (Rp/m 3 ) Sosial a Sosial Umum > b Sosial Khusus > Rumah Tangga a Rumah Tangga A > b Instansi Pemerintah > Niaga a Niaga Kecil > b Niaga Besar > Sumber : PDAM Kab. TTS, 2008 Tarif Berdasarkan Kondisi PDAM. Berdasarkan ketentuan [1], tarif PDAM dikelompokkan menjadi tiga aitu: tarif dasar, tarif rendah dan tarif penuh. Dasar perhitungan tarif tahun 2010 adalah biaa usaha PDAM tahun 2007 dengan memperhitungkan tingkat inflasi serta rencana pembaaran pokok dan bunga pinjaman pada tahun berjalan (2010). Biaa usaha PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2007 adalah sebesar Rp ,-. Dengan tingkat inflasi (10%), jumlah air ang terjual tahun 2007 ( m 3,) kehilangan air standar ( m 3 ), biaa perbaikan pelaanan tahun 2010 (Rp ,-), maka diperoleh tarif dasar tahun 2010 seperti pada tabel 4 berikut. Tabel 4: Tarif air tahun 2010 berdasarkan kondisi PDAM. Tarif Sesuai Kondisi PDAM No Golongan Pelanggan Pemakaian per Blok Tarif (Rp/m 3 ) Tarif Rendah a Sosial Umum > b Sosial Khusus >

5 2 Tarif Dasar a Rumah Tangga A b Instansi Pemerintah Tarif Penuh a Niaga Kecil b Niaga Besar Sumber: Hasil olahan, 2009 Tarif Berdasarkan Kondisi Konsumen. ATP terhadap penggunaan air PDAM untuk tiap tingkatan responden masing-masing sebagai berikut: Responden dari kategori Low Income ang mampu membaar tarif air minum sampai Rp. 875,-/m 3 sebanak 100%. Untuk kategori Mediun Income responden ang mampu membaar tarif sebesar Rp ,-/m 3 sebanak 3,27% dan mampu membaar diatas 4.500,-/m 3 sebanak 94,77%. Sedangkan untuk High Income aitu Rp ,- /m 3 responden ang mampu membaar tarif sebanak 92,31%. WTP terhadap penggunaan air PDAM untuk tiap tingkatan responden masing-masing sebagai berikut: Responden dari kategori Low Income ang bersedia membaar tarif air minum sampai Rp. 875,-/m 3 sebanak 100%. Untuk kategori Mediun Income responden ang bersedia membaar tarif sebesar Rp ,-/m 3 sebanak 37,91% dan bersedia membaar diatas 4.500,-/m 3 sebanak 11,11%. Sedangkan untuk High Income aitu Rp ,-/m 3 responden ang bersedia membaar tarif sebanak 69,23%. Kebijakan Penentuan Tarif Tarif PDAM berdasarkan kondisi PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan lebih besar jika dibandingkan dengan tarif berdasarkan kebijakan Pemda Kabupaten Timor Tengah Selatan. Kesediaan membaar masarakat masih rendah, terutama untuk kelompok Medium Income. Namun secara keseluruhan, masarakat mampu untuk membaar tarif sesuai kondisi PDAM. Dengan demikian tarif PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan ang ditetapkan pada tahun 2010 adalah tarif seperti ang dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5: Kebijakan Tarif air PDAM Tahun 2010 Tarif Sesuai Kondisi PDAM No Golongan Pelanggan ISBN Pemakaian per Blok Tarif (Rp/m 3 ) Tarif Rendah a Sosial Umum > b Sosial Khusus > Tarif Dasar a Rumah Tangga A b Instansi Pemerintah Tarif Penuh a Niaga Kecil b Niaga Besar > Sumber: Hasil olahan, 2009 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa, maka kesimpulan ang diambil dalam penelitian ini adalah : 1. Pada tahun 2010 PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan harus mengoperasikan 4 (empat) sumber air ang dicadangkan dengan kapasitas produksi 17,5 liter/detik sehingga tidak terjadi krisis air di masarakat. 2. Dalam rangka optimalisasi produksi air pada tahun 2010, maka PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan harus melaksanakan pemasangan meter induk air di setiap sumber air ang ada. Dan PDAM harus melakukan pemetaan jaringan perpipaan transmisi dan distribusi dalam rangka upaa pengurangan tingkat kebocoran ang terjadi. 3. Tarif air ang diberlakukan pada tahun 2010 aitu untuk tarif rendah sebesar Rp. 575,-/m 3, tarif dasar sebesar Rp ,- /m 3 dan tarif penuh sebesar Rp ,-/m 3. Dari hasil analisa, maka saran ang diberikan adalah: 1. Agar analisa penentuan tarif ini efektif pada tahun 2010, maka PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan harus melakukan pengendalian terhadap peningkatan biaa usaha, terutama penghematan pada biaa umum dan administrasi. 2. PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan perlu meningkatkan mutu pelaananna dimasa ang akan datang agar masarakat bersedia membaar tarif ang lebih besar dari saat ini. Atau dengan kata lain. Peningkatan pelaanan akan meningkatkan nilai WTP masarakat sampai mendekati nilai ATP masarakat. DAFTAR PUSTAKA [1] Departemen Dalam Negeri, (2006), Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor:23 Tahun 2006, tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Jakarta. [2] Pemda Kab. TTS, (2008), Keputusan Bupati Timor Tengah Selatan Nomor : 178/KEP/HK/2008, tentang Tarif Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Timor Tengah Selatan, So E. [3] Departemen Permukiman dan Prasarana Wilaah, (2002), Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) Air Minum Perkotaan, Jakarta [4] Gunatilake.H, Jui-Chen Yang, Pattanaak. S, Caroline van den Berg (2006), Willingnesto-Pa and Design of Water Suppl and Sanitation Projects: A Case Stud, Asian Development Bank, Manila. A-309

6 Halaman ini sengaja dikosongkan A-310 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilaah 2009