KAJIAN PENGATURAN SLOT PENERBANGAN DI BANDARA SENTANI JAYAPURA
|
|
- Suharto Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN PENGATURAN SLOT PENERBANGAN DI BANDARA SENTANI JAYAPURA Efendy Tambunan 1 dan Novalia Cicilia Manafe 2 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Indonesia, Jl. Sutoyo, Cawang, Jakarta efendytam@yahoo.com 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Indonesia, Jl. Sutoyo Cawang, Jakarta Nova_cicilia@yahoo.com 1. ABSTRAK Bandar Udara Sentani Jayapura memainkan peranan penting dalam sistem transportasi di wilayah Papua. Kondisi Papua yang bergunung dan berdataran tinggi menjadikan transportasi udara lebih dominan di banding transportasi darat dan laut. Kinerja Bandara Sentani sebagai hub dan pusat distribusi barang ke wilayah pedalaman Papua menurun karena meningkatnya pergerakan pesawat dan keterlambatan. Peningkatan pergerakan pesawat disebabkan oleh peningkatan rata-rata lalu lintas barang dan manusia sekitar 13%. Banyaknya perusahaan maskapai penerbangan yang berebut di jam sibuk (golden time) dan sering terjadinya penundaan keberangkatan menyebabkan efek kartu domino dan menurunkan kinerja bandara di sisi udara (air side). Untuk meningkatkan kinerja bandara, khususnya di jam sibuk pergerakan pesawat, dapat dilakukan dengan pengaturan slot penerbangan. Pengaturan slot di Bandara Sentani akan mengoptimalkan bandara, meningkatkan keselamatan, dan mengurangi keterlambatan. Kata kunci: Bandara Sentani, Transportasi udara, Papua, slot penerbangan PENDAHULUAN Bandara Sentani adalah bandara yang berfungsi sebagai pusat distribusi barang dari Jayapura ke wilayah pedalaman Papua. Selain pusat distribusi barang, Bandara Sentani menjadi hub (penghubung) dari luar propinsi (nasional) ke wilayah pedalaman Papua. Sebagai pusat distribusi barang dan hub, Bandara Sentani mempunyai peran yang sangat strategis dalam sistem transportasi udara di Propinsi Papua. Wilayah Papua merupakan suatu wilayah yang memiliki topografis relatif bergunung karena itu banyak kabupaten pemekaran dan permukiman penduduk di wilayah pedalaman Papua hanya dapat diakses melalui transportasi udara. Wilayah pedalaman Papua yang terletak di wilayah Papua Tengah terdapat banyak permukiman penduduk dan kabupaten pemekaran. Wilayah ini tidak dapat di tempuh dari Jayapura dengan rute darat tetapi hanya dapat dijangkau atau ditempuh dengan transportasi udara. Untuk menjangkau wilayah Papua Tengah, banyak dibangun bandara kecil disetiap kabupaten dan tempat permukiman penduduk diatas gunung. Penerbangan ke sejumlah bandara kecil atau lapangan terbang perintis tidak berjadwal karena jumlah penumpang dan barang tidak selalu mencukupi untuk dibuatkan berjadwal. Atau dengan kata lain penerbangan ke wilayah pedalaman hanya dilayani kalau jumlah penumpang dan barang relatif cukup. Berdasarkan ketersediaan penumpang dan barang, frekuensi penerbangan pesawat udara ke wilayah tersebut hanya dilakukan satu dua kali per minggu. Membangun infrastruktur prasarana jalan darat ke wilayah pedalaman di Papua Tengah akan menjadi sangat mahal dan mengganggu kelestarian hutan sehingga transportasi udara menjadi pilihan yang lebih efektif dan efisien. 2. STUDI PUSTAKA Bandara Sentani Jayapura melayani berbagai jenis dan ukuran pesawat tetapi jenis pesawat yang dilayani lebih didominasi oleh pesawat berbadan kecil. Karena Bandara Sentani berfungsi sebagai bandara hub di wilayah Papua, bandara ini lebih banyak melayani pergerakan jenis pesawat berukuran kecil dibanding jenis pesawat berbadan lebar (tabel 1). Mengingat peran Bandara Sentani yang sangat strategis, kinerja bandara ini perlu dioptimalkan dengan meningkatkan pelayanan bandara dengan memperhitungkan penilaian kinerja jaringan transit dari jenis pesawat, perbedaan tingkat pelayanan, jadwal landing dan takeoff (Ceder, 2007). Tabel 1. Nama perusahaan dan jenis pesawat yang beroperasi di Bandara Sentani Jayapura No. Perusahaan / Operator Tujuan Type Bovel Digul; Wamena C-185; C Associated Mission Aviation Pegunungan Bintang C-208; PC-6T SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-275
2 2 Aviastar Wamena BAE Batavia Air Manokwari; Makassar Sorong; Jakarta B Express Air Manokwari; Makassar B-732; B-737 Sorong; Jakarta D Gatari Wamena F-27 6 Garuda Indonesia Airways Biak; Timika; Makassar; Denpasar B-734; B Lion Air Makassar; Jakarta MD Manunggal Air Wamena BAE Mission Aviation Fellowship Wamena; Bovel Digul C-206 Tanah Merah C-208 Biak; Timika; Sorong; Makassar B-733 ; B Merpati Nusantara Airlines Surabaya; Jakarta B-737; DHC-6; F Pelita Air Service Wamena DHC-7 12 Premi Air C Adventist Aviation Indonesia Tanah Merah; Bovel Digul C-185; PC Susi Air Nabire; Biak; Serui C Trigana Air Service Wanena ATR-72; DHC-6 C-208; DHC-4 16 Yayasan Jasa Aviation Indonesia Wamena HC-295; PC-6T;PC-12T Mayoritas perusahaan maskapai penerbangan yang beroperasi di Bandara Sentani Jayapura memiliki lebih dari satu jenis pesawat. Pemilihan jenis pesawat yang dipakai didasarkan pada fungsi dan tempat tujuan penerbangan. Jenis pesawat berbadan lebar seperti B-734 dan B-737 digunakan dalam penerbangan nasional berdasarkan pertimbangan jarak tempuh, kapasitas dan efisiensi penerbangan. Bandara Sentani Jayapura hanya mempunyai 1 landasan pacu dengan panjang m dan hanya mampu melayani jenis pesawat berbadan lebar seperti B /400/500 (Basuki, 1984). Kegiatan penerbangan untuk setiap perusahaan dilakukan secara terjadwal dan tidak terjadwal atau kombinasikeduanya. Operasi penerbangan terjadwal dimungkinkan karena jumlah penumpang dan barang memenuhi skala eknomi dengan frekuensi penerbangan setiap hari atau beberapa hari dalam seminggu. Penerbangan nasional seperti GIA, Lion, Batavia dan Merpati adalah penerbangan terjadwal setiap hari. Trigana Air yang beroperasi di Bandara Sentani Jayapura hanya melayani penerbangan ke Bandara Wamena, frekuensi penerbangan dilakukan terjadwal setiap hari untuk mengangkut penumpang dan barang (tabel 2). Tabel 2. Frekuensi Takeoff-Landing Pesawat Berjadwal di Bandara Sentani Jayapura Waktu GIA MNA LION BTA EXPRESS TRIGANA /TO 1/L 1/TO 3/TO /TO 1/TO 1/L 3/L /TO 1/TO 1/L 6/TO/L /TO 1/TO 1/TO 1/TO 2/L /TO 1/TO /TO 1/TO 2/TO/L /TO 2/TO/L /L 1/L 3/TO/L /TO 2/TO/L /L 1/TO 3/TO/L /TO /L Catatan: TO = takeoff, L=landing, GIA= Garuda Indonesia, MNA=Merpati, BTA=Batavia Jumlah perusahaan maskapai penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal yang melakukan kegiatan di Bandara Sentani dalam tahun 2010 terdapat sebanyak 19 perusahaan dan tahun 2011 bertambah satu maskapai menjadi 20 perusahaan. Tabel 1 menunjukkan jumlah maskapai penerbangan berjadwal sebanyak 6 perusahaan. T-276 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
3 Perusahaan maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airways menambah frekuensi penerbangan dari 1 kali di tahun 2010 menjadi 3 kali di tahun Kemudian diikuti oleh perusahaan maskapai penerbangan Batavia Air dari 1 kali di tahun 2010 menjadi 2 kali di tahun Perusahaan maskapai lainnya seperti Lion Air dan Express tetap melakukan frekuensi penerbangan nasional sebanyak 2 kali per hari. Lain halnya dengan maskapai penerbangan Merpati Air yang hanya melayani rute penerbangan nasional 2 kali per hari ke Jakarta tetapi frekuensi penerbangan ke sejumlah daerah di wilayah Papua dilakukan 5 kali per hari. Artinya maskapai penerbangan Merpati yang melayani penerbangan nasional dan lokal menjadikan Bandara Sentani sebagai hub dari penerbangan nasional ke penerbangan domestik di wilayah Papua. Perusahaan jasa angkutan udara yang tidak berjadwal terdapat sebanyak 13 perusahaan di tahun 2010 dan menjadi 14 perusahaan di tahun Atau dengan kata lain, dalam tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah dan frekuensi penerbangan lokal tak berjadwal. Di Bandara Sentani terdapat 2 jenis pelayanan dalam jasa penerbangan, yaitu jasa penerbangan umum dan khusus (charteran). Banyak perusahaan menyediakan jasa pesawat charteran untuk mengangkut kargo atau penumpang ke wilayah pedalaman Papua. Karakteristik perjalanan penumpang pesawat berjadwal diukur dari tujuan perjalanan, jumlah perjalanan per bulan, awal dan tujuan perjalanan dan pemilihan jenis pesawat (Meyer & Miller, 2001). Peningkatan jasa pelayanan penumpang dan barang di Bandara Sentani dibatasi oleh kapasitas pelayanan pada sisi darat dan sisi udara (airside). Perencanaan dan perancangan sisi darat dan sisi udara memperhitungkan keamanan, bisnis, kebutuhan armada, arus penumpang per jam (Blow, 2005). Pada saat ini, pergerakan pesawat di Bandar Udara Sentani semakin meningkat. Lalu lintas penerbangan semakin padat karena pertumbuhan jumlah penumpang dan barang melalui Bandara Sentani semakin besar. Pada sisi darat, sudah dilakukan peningkatan luasan parkir supaya tempat parkir dapat menampung sebanyak 100 kendaraan. Lama parkir kendaraan dipengaruhi oleh masa tunggu penumpang yang datang. Armada pesawat yang terlambat datang akan meningkatkan lama tunggu kendaraan di tempat parkir atau peningkatan durasi parkir kendaraan. Ketepatan waktu penerbangan Ketepatan waktu penerbangan (on time performance - OTP) di tahun 2010 pada semua maskapai penerbangan masih rendah (Kementerian Perhubungan Udara, 2010). OTP 5 maskapai penerbangan nasional pada tahun 2010 tidak ada yang mencapai 80 persen. Sebagai contoh OTP tertinggi Garuda Indonesia (75 persen), Lion Air (67 persen), Indonesia AirAsia (66 persen), Sriwijaya Air (64 persen), dan Batavia Asia (59 persen). Dalam tabel 2, kegiatan takeoff dan landing di Bandara Sentani Jayapura lebih banyak terjadi pada pukul s/d WIT. Artinya penerbangan paling ramai (golden time) terjadi pada pagi hari dan semua maskapai penerbangan di Bandara Sentani berebut di golden time. 3. PEMBAHASAN Data lalu lintas manusia dan barang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari tahun 2005 hingga tahun Data diperoleh dari Administrator Bandara Sentani Kelas I Khusus dan data ini menyangkut data penumpang datang dan berangkat, data bongkar muat barang menggunakan jasa kargo dan pos. Statistik pergerakan penumpang dan barang di Bandara Sentani Jayapura selama 5 tahun berturut-turut menunjukkan bahwa pertambahan jumlah penumpang rata-rata orang setiap tahun atau meningkat sekitar 13% (tabel 3). Selain pertambahan jumlah penumpang, pengiriman barang (kargo dan pos) melalui jasa udara juga meningkat secara signifikan. Tabel 4 menunjukkan statistik lalu lintas kargo dengan persentasi kenaikan rata-rata 13,6%. Tabel 3. Arus Lalu Lintas Penumpang di Bandara Sentani Bulan Januari 60,203 54,372 55,482 73,352 79,508 84,231 Februari 50,806 44,781 46,196 64,102 64,023 72,469 Maret 54,200 53,054 51,262 71,359 69,468 81,468 April 60,003 46,023 49,458 67,535 59,663 75,540 Mei 60,576 46,571 52,079 63,359 64,914 81,825 Juni 57,657 48,641 53,962 74,870 70,837 91,875 Juli 71,728 57,141 66,536 77,791 75,876 95,092 Agustus 61,202 57,139 66,173 74,211 78,110 87,070 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-277
4 September 58,325 53,889 65,775 62,285 63,270 88,596 Oktober 54,986 52,508 65,812 70,759 78,760 84,525 November 51,998 58,372 68,453 69,490 75,473 86,758 Desember 55,253 63,463 75,855 67,511 82, ,229 Jumlah: 698, , , , ,119 1,031,688 Sumber : Administrator Bandara Sentani Kelas I Khusus Bandara Sentani berfungsi sebagai hub untuk lalu lintas penumpang dan barang sehingga statistik jumlah penumpang dan barang merupakan gambaran pergerakan lalu lintas di wilayah Papua. Tabel 4. Lalu lintas kargo di Bandara Sentani Jayapura Bulan Kargo (Kg) Januari 3,026,711 2,286,841 2,208,798 5,134,601 3,830,970 5,343,477 Februari 4,407,500 3,114,607 2,239,647 5,145,239 3,910,108 3,574,407 Maret 2,226,490 2,522,538 2,590,776 5,046,054 4,458,628 5,826,306 April 2,533,866 2,346,793 2,516,800 4,492,936 4,111,393 4,256,724 Mei 1,954,556 3,056,126 2,149,589 3,200,438 4,085,035 4,096,341 Juni 2,363,830 2,919,438 2,934,425 3,269,547 3,932,798 4,772,003 Juli 2,360,124 2,895,861 2,737,260 3,446,307 3,452,113 4,998,151 Agustus 2,702,477 3,171,617 2,941,895 3,610,691 3,751,423 4,388,379 September 1,899,189 2,544,919 3,131,969 3,548,799 3,631,163 4,158,692 Oktober 2,466,222 3,089,118 3,125,592 3,684,328 3,713,532 4,015,172 November 2,770,102 2,428,992 5,111,817 3,699,814 3,427,717 7,991,350 Desember 3,072,362 2,587,079 4,787,602 3,644,314 2,964,952 4,336,249 Jumlah 31,783,429 32,963,929 36,476,170 47,923,068 45,269,832 57,757,251 Sumber : Administrator Bandara Sentani Kelas I Jayapura Dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 terjadi peningkatan angkutan kargo udara sebesar 27,6%. Peningkatan kargo udara terbesar terjadi di tahun 2010 sebesar 57,76 ton. Pengiriman barang melalui pos juga mengalami peningkatan. Besarnya pertambahan barang melalui pos udara ditunjukkan dalam tabel 5. Persentasi peningkatan jumlah pengiriman barang melalui jasa pos adalah rata-rata sebesar 16,4%. Pertambahan jumlah barang melalui pos dipengaruhi oleh peningkatan kegiatan ekonomi dan pertambahan jumlah kabupaten pemekaran. Tabel 5. Lalu lintas barang melalui pos di Bandara Sentani Jayapura Bulan Pos (Kg) Januari 3,016 4,132 4,261 2,989 4,120 2,543 Februari 1,897 15,958 3,625 6,201 7,927 3,737 Maret 1,980 4,472 5,682 3,308 9,742 4,231 April 6,292 2,829 7,029 8,195 4,622 2,929 Mei 420 9,956 3,939 7,818 5,068 4,014 Juni 3,651 2,801 4,756 6,294 3,019 5,738 Juli 3,584 6,506 2,468 7,724 5,117 5,831 Agustus 5,830 4,285 6,856 10,475 6,819 5,589 September 9,486 4,426 4,597 7,573 5,572 19,971 Oktober 2,880 3,261 6,125 5,731 11,872 8,065 November 4,276 4,696 3,163 8,310 3,999 13,491 Desember 6,995 5,118 2,871 7,205 5,479 17,598 Jumlah 50,307 68,440 55,372 81,823 73,356 93,737 Sumber : Administrator Bandara Sentani Kelas I Khusus Jayapura Pengiriman barang terbesar melalui jasa pos di Bandara Sentani Jayapura terjadi di tahun 2010 dengan volume pengiriman sebesar 93,74 ton. Pertumbuhan lalu lintas manusia dan barang (kargo dan pos) akan berdampak langsung terhadap peningkatan pergerakan pesawat di Bandara Sentani Jayapura. Statistik pergerakan pesawat di Bandar Udara Sentani menunjukkan terjadinya peningkatan pergerakan pesawat yang sangat signifikan (tabel 6). Peningkatan lalu lintas sebagai dampak pertumbuhan jumlah penumpang dan barang. T-278 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
5 Tabel 6. Jumlah Pergerakan Pesawat Datang-Berangkat di Bandara Sentani No. Bulan Pergerakan Pesawat Datang-Berangkat Januari 2,122 2,611 2,664 3,170 3,119 3,585 2 Februari 2,209 2,591 2,454 2,765 2,728 3,154 3 Maret 2,262 2,769 2,927 3,038 3,345 3,619 4 April 2,125 2,642 2,712 2,869 3,241 3,223 5 Mei 2,192 2,860 2,632 2,786 3,340 2,953 6 Juni 2,078 2,739 2,772 2,628 3,243 3,446 7 Juli 2,157 2,842 2,757 2,886 3,331 3,419 8 Agustus 2,265 3,162 2,845 2,878 3,428 3,388 9 September 2,240 2,832 2,852 2,785 3,500 3, Oktober 2,747 3,117 2,975 2,981 3,842 3, November 2,403 2,832 3,074 3,158 3,939 3, Desember 2,480 2,953 2,939 2,975 3,229 3,702 Total 27,280 33,950 33,603 34,919 40,285 40,898 Sumber : Administrator Bandar Udara KelasI Khusus Sentani Jayapura Tabel 6 menunjukkan peningkatan pergerakan pesawat datang dan berangkat di Bandara Sentani Jayapura dari pergerakan pesawat di tahun 2005 menjadi pergerakan di tahun Prosentasi rata-rata pertumbuhan pergerakan pesawat selama 6 tahun adalah 8,8% atau pergerakan per tahun. Frekuensi landing-takeoff dari bulan Januari hingga Bulan Desember dihitung berdasarkan peak hour pergerakan pesawat di landasan pacu (tabel 2) dengan asumsi peak hour dihitung dari pukul WIT dan WIT (tabel 2). Atau dengan kata lain peak hour di sisi udara Bandara Sentani Jayapura terjadi 5 jam setiap hari. Dengan dasar perhitungan 1 bulan 30 hari dan peak hour 5 jam per hari, frekuensi pergerakan pesawat setiap jam yang terjadi di Bandara Sentani Jayapura ditunjukkan dalam tabel 7. Karena Bandara Sentani hanya memiliki 1 runway sehingga frekuensi pergerakan, baik yang takeoff maupun landing, menjadi lebih padat sehingga jika terjadi keterlambatan keberangkatan maupun kedatangan pesawat akan menimbulkan antrian, baik pesawat yang akan berangkat maupun yang akan landing. Tabel 7. Frekuensi takeoff-landing pesawat di Bandara Sentani Jayapura Bulan Jumlah pergerakan pesawat (jam) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata Tabel 7 menunjukkan bahwa pergerakan pesawat landing-takeoff dari tahun terjadi setiap 3 menit dan pergerakan tersebut semakin meningkat dari tahun dari 3 menit menjadi 2,5 menit. Pergerakan pesawat setiap 2,5 menit di Bandara Sentani sangat sensitif terhadap setiap gangguan yang terjadi akibat keterlambatan landing dan takeoff pesawat. Tabel 8 menunjukkan statistik keterlambatan penerbangan yang terjadi dalam tahun 2009 dan tahun Pada tahun 2009, keterlambatan pergerakan pesawat terjadi di bulan Juli hingga bulan Desember (tabel 8). Frekuensi keterlambatan dari 1 hingga 30 menit terjadi 101 kali, dari 31menit hingga 60 menit terjadi sebanyak 50 kali, dari 61 menit hingga 90 menit terjadi keterlambatan 95 kali dan dari 91 menit hingga 120 menit terjadi keterlambatan pergerakan pesawat sebanyak 121 kali. Keterlambatan penerbangan di bulan Juli dan Agustus sangat menganggu jadwal penerbangan landing maupun takeoff. Keterlambatan dan penundaan penerbangan disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya: cuaca buruk SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-279
6 yang menganggu keselamatan penerbangan penerbangan, khususnya pesawat kecil dan jumlah penumpang yang belum memenuhi skala ekonomis. Gangguan keterlambatan pesawat takeoff dan mendarat akan menciptakan efek kartu domino yang lebih besar. Tabel 8. Keterlambatan Penerbangan Tahun 2009 WAKTU (Menit) JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES JUMLAH Sumber : Administrator Bandar Udara KelasI Khusus Sentani Jayapura Tabel 8 juga menunjukkan frekuensi keterlambatan pergerakan pesawat terbesar yang jumlahnya 121 kali terjadi antara 91 hingga 120 menit. Pada bulan Januari hingga bulan Juni tidak terjadi keterlambatan pergerakan pesawat di Bandara Sentani. Pada tahun 2010 (tabel 9), frekuensi keterlambatan penerbangan terjadi pada bulan Januari dan Februari. Keterlambatan 1 menit hingga 30 menit rata-rata terjadi sebanyak 143 kali, keterlamabatan 31 hingga 60 menit terjadi rata-rata sebanyak 59 kali, keterlamabatan 61 menit hingga 90 menit terjadi rata-rata sebanyak 119 menit dan dari 91 menit hingga 120 menit terjadi rata-rata sebanyak 109 kali. Tabel 9. Keterlambatan Penerbangan Tahun 2010 WAKTU (Menit) JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES JUMLAH Sumber : Administrator Bandar Udara KelasI Khusus Sentani Frekuensi keterlambatan pergerakan pesawat terbesar terjadi pada menit ke 91 hingga menit ke 120 sebanyak 109 kali. Pada bulan Maret hingga bulan Desember tidak terjadi keterlamabatan pergerakan pesawat. Keterlambatan pergerakan pesawat pada bulan Juli hingga Desember 2009 dan bulan Januari hingga bulan Februari 2010 sangat mengganggu schedule pergerakan pesawat, baik yang take off maupun yang landing. Dengan pergerakan pesawat setiap 2,5 menit di tahun 2009 dan tahun 2010, keterlambatan suatu pergerakan pesawat akan menimbulkan antrian dan menurunkan kinerja Bandara Sentani Jayapura. Keterlambatan pergerakan satu pesawat akan memboroskan waktu perjalanan penumpang dan bahan bakar pesawat, baik pesawat takeoff maupun mendarat. Untuk mengurangi besarnya keterlambatan pesawat yang terjadi di Bandara Sentani sudah waktunya diterapkan slot penerbangan kepada perusahaan maskapai penerbangan yang armada pesawatnya sering membuat keterlambatan. Artinya schedule penerbangan untuk perusahaan maskapai penerbangan yang sering terlambat pesawatnya akan digeser ke schedule waktu penerbangan di jam tidak sibuk oleh Indonesia Slot Times Coordinator (ISDC). Kehadiran ISDC akan mengatur jadwal penerbangan yang tidak hanya ramai pada saat golden time tetapi juga non golden time. 4. KESIMPULAN Frekuensi penerbangan di Bandara Sentani semakin meningkat khususnya dalam 5 tahun terakhir ini. Pertumbuhan penumpang dan barang sekitar 13% memberikan dampak pada peningkatan pergerakan pesawat di Bandara Sentani. Selain padat, jadwal penerbangan sejumlah pesawat sering terlambat pada bulan tertentu sehingga meningkatkan waktu tunggu dan mengurangi kinerja Bandara Sentani. Dengan menerapkan pengaturan slot penerbangan melalui Indonesia Slot Times Coordinator (IDSC) diharapkan akan mengoptimalkan jadwal penerbangan di Bandara Sentani Jayapura sekaligus meningkatkan keselamatan, dan mengurangi keterlambatan. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Administrator Bandara Kelas I Khusus Sentani Jayapura atas bantuannya untuk menyediakan data penerbangan dari Bandara Sentani Jayapura dari tahun 2005 s/d T-280 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
7 DAFTAR PUSTAKA Administrator Bandar Udara KelasI Khusus Sentani Jayapura (2010). Statistik Lalulintas Penumpang dan Barang. Jayapura. Basuki, H., (1984). Merancang dan Merencanakan Lapangan Terbang, Grasindo, Jakarta. Blow, C., (2005). Transport Terminals and Modal Interchanges: Planning and Design, Elsevier, Architectural Press, Oxford. Ceder, A., (2007). Public Transit Planning and Operation: Theory, Modelling and Practice, Butterworth- Heinemann, Elsevier. USA. Kementerian Perhubungan, (2010). Ketepatan Waktu Penerbangan. Jakarta. Meyer, M.D. & Miller, E., (2001). Urban Transportation Planning, 2 nd Ed., McGraw-Hill. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-281
8 T-282 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 26/05/72/Th. XVIII, 04 Mei 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Maret 2015, TPK Hotel Bintang
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 34/06/72/Th.XVIII, 01 Juni 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama April 2015, TPK Hotel Bintang
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 38/07/72/Th.XVIII, 01 Juli 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Mei 2015, TPK Hotel Bintang
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 43/08/72/Th.XVIII, 03 Agustus 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Juni 2015, TPK Hotel
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 52/09/72/Th.XVIII, 01 September 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Juli 2015, TPK Hotel
Lebih terperinciDAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 68/12/72/Th.XVII, 01 Desember 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Oktober 2014, TPK Hotel
Lebih terperinciDAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 32/06/72/Th.XVII, 02 Juni 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama April 2014, TPK Hotel Bintang
Lebih terperinciDAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 08/02/72/Th.XVII, 03 Februari 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Desember 2013, TPK Hotel
Lebih terperinciPerkembangan Tingkat Penggunaan Sarana Akomodasi dan Transportasi Sulawesi Tengah
No. 60/11/72/Th.XX, 01 NOVEMBER 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGAH Perkembangan Tingkat Penggunaan Sarana Akomodasi dan Transportasi Sulawesi Tengah A. Perkembangan Tingkat Penggunaan
Lebih terperinciDAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 51/09/72/Th.XVII, 01 September 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Juli 2014, TPK Hotel
Lebih terperinciPERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI
CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/01/62/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama November, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 15.421 Orang dan 134.810 Orang.
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 23/05/72/Th.XX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Maret 2017, TPK Hotel Bintang
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 61/11/72/Th.XVIII, 02 November 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama September 2015, TPK
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 33/06/72/Th.XX, 02 Juni 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama April 2017, TPK Hotel Bintang
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 07/02/72/Th.XX, 01 Februari 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Desember 2016, TPK Hotel
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. /07/72/Th.XX, 03 Juli 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Mei 2017, TPK Hotel Bintang Sebesar
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 19/04/72/Th.XX, 03 April 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Februari 2017, TPK Hotel Bintang
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 15/03/72/Th.XX, 01 Maret 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Januari 2017, TPK Hotel Bintang
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 08/02/72/Th.XIX, 01 Februari 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Desemebr 2015, TPK Hotel
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 43/08/72/Th.XX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Juni 2017, TPK Hotel Bintang
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No.02/01/72/Th.XX, 03 Januari 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama November 2016, TPK Hotel
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 61/11/72/Th.XIX, 01 November 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama September 2016, TPK Hotel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Ende dengan ibukotanya bernama Ende merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Ende dengan ibukotanya bernama Ende merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di daratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bandar Udara sebagai prasarana pokok sektor transportasi udara dalam penyelenggaraan penerbangan merupakan tempat untuk pelayanan jasa angkutan udara harus ditata secara
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA SENTANI JAYAPURA
EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA SENTANI JAYAPURA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA BANDAR UDARA KELAS I KHUSUS SENTANI JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNK SIPIL
Lebih terperinciPERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI
CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/08/62/Th.XI, 1 Agustus PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama Juni, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 37.461 Orang dan 142.782 Orang. Jumlah
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 24/05/72/Th.XIX, 02 Mei 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Maret 2016, TPK Hotel Bintang
Lebih terperinciTRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No. 51/09/72/Th.XX, 04 September 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Juli 2017, TPK Hotel Bintang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya bidang teknologi dan perubahan pola kehidupan manusia yang semakin cepat membuat begitu banyak aktivitas yang harus dilakukan oleh manusia untuk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI
CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/12/62/Th.X, 1 Desember PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama Oktober, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing Masing 19.470 Orang dan 136.444 Orang.
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Perkembangan Tingkat Penggunaan Sarana Akomodasi No. 56/10/72/Th.XX, 02 Oktober 2017 BERITA RESMI STATISTIK Perkembangan Tingkat Penggunaan Sarana Akomodasi dan Transportasi Sulawesi Tengah A. Perkembangan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BERBINTANG DAN STATISTIK TRANSPORTASI PROVINSI BENGKULU, NOVEMBER 2016
No. 04/01/17/Th.IV, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BERBINTANG DAN STATISTIK TRANSPORTASI PROVINSI BENGKULU, NOVEMBER 2016 A. TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR DAN RATA-RATA LAMA MENGINAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan salah satu kota di Jawa Tengah dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang memiliki prospek untuk berkembang dari
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi pada Tugas Akhir ini, dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Berdasarkan service time dari peraturan DIRJEN Perhubungan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI
CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/03/62/Th.XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama Januari 2017, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 20.970 Orang dan 139.148
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 33 Provinsi dan 17,500 pulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 33 Provinsi dan 17,500 pulau yang tersebar di sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI
CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 15/11/62/Th.X, 1 November PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama September, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 24.894 Orang dan 132.010 Orang.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BERBINTANG DAN STATISTIK TRANSPORTASI PROVINSI BENGKULU, JULI 2016
No. 52/09/17/Th.IV,1 September 2016 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BERBINTANG DAN STATISTIK TRANSPORTASI PROVINSI BENGKULU, JULI 2016 A. TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR DAN RATA-RATA LAMA MENGINAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif dalam segala bidang usaha. Keberhasilan kompetisi ini sangat ditentukan oleh antisipasi pasar
Lebih terperinciDAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH
No.58/11/72/Th. XVI, 01 November 2013 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI SELAMA SEPTEMBER 2013 TPK HOTEL
Lebih terperinciPENGKAJIAN KEBUTUHAN PESAWAT UDARA DENGAN KAPASITAS DIBAWAH 30 SEAT (N 219) UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PELAYANAN PENERBANGAN PERINTIS DI PAPUA
PENGKAJIAN KEBUTUHAN PESAWAT UDARA DENGAN KAPASITAS DIBAWAH 30 SEAT (N 19) UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PELAYANAN PENERBANGAN PERINTIS DI PAPUA U.6 Idjon Sudjono, Dipl., Atr.,MM. Minda Mora, ST.,MT. Dra.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang 2.1.1. Bandar udara Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia penerbangan saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan merupakan salah satu unsur penting dalam menggerakan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas
Lebih terperinciDaftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia
Daftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=278102 Senin, 29 Desember 2014, 05:03:00 SEKARANG INI 28 Desember 2014 Airbus A320-200 milik Air Asia dengan rute
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2009 MENCAPAI 60,59 PERSEN
No. 06/02/34/TH.XII, 01 Februari 2010 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2009 MENCAPAI 60,59 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI
CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 15/09/62/Th.X, 1 September PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama Juli, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 77.639 Orang dan 154.425 Orang. Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat udara 1 merupakan sarana perhubungan yang cepat dan efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi. Pesawat udara memiliki karakteristik
Lebih terperinciPERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2015
No.74 /11/33/Th.IX, 02 November 2015 PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2015 Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan udara komersial dari Jawa Tengah pada September
Lebih terperinciA. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI TPK HOTEL BINTANG NOVEMBER 2010 SEBESAR 70,10 PERSEN
No. 03/01/72/Th. XIV, 03 Januari 2011 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI TPK HOTEL BINTANG NOVEMBER 2010
Lebih terperinciHAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY
HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY www.m.tempo.com Maskapai penerbangan Lion Air kembali dilanda masalah keterlambatan alias delay. Setelah mengalami keterlambatan hingga 25 jam di Bandara Soekarno-Hatta,
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya
E4 Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya Hersanti Rahayu, Ervina Ahyudanari Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk. tidak dapat di jangkau oleh transportasi darat dan laut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan bongkar muat kargo atau pos, serta
Lebih terperinciA. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI TPK HOTEL BINTANG DESEMBER 2010 SEBESAR 65,10 PERSEN
No. 03/02/72/Th. XIV, 01 Februari 2011 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI TPK HOTEL BINTANG DESEMBER 2010
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Terbentuknya Provinsi Gorontalo berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun 2000 maka
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Terbentuknya Provinsi Gorontalo berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun 2000 maka pada tanggal 16 Februari 2001 merupakan wujud dari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.61/11/16/Th.XVIII, 01 November PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciEvaluasi dan Perencanaan Posisi Parkir Pesawat pada Apron Bandara Husein Sastranegara Bandung
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2016 Evaluasi dan Perencanaan Posisi Parkir Pesawat pada Apron Bandara Husein Sastranegara Bandung
Lebih terperinciPERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JULI 2015
No. 63/09/33/Th.IX, 01 September 2015 PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JULI 2015 Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan udara komersial dari Jawa Tengah pada Juli 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak merupakan salah satu kabupaten yang ada di Pulau sumba dan Propinsi Nusa Tenggara Timur ( Lihat Gambar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI
/.CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/04/62/Th.XI, 3 April PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama Februari, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 18.783 Orang dan 121.679 Orang.
Lebih terperinciOleh : BAGUS DWIPURWANTO
EVALUASI LOAD FACTOR PADA BANDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA TUJUAN SURABAYA JAKARTA DAN SURABAYA DENPASAR Oleh : BAGUS DWIPURWANTO 3106 100 016 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 56/10/16/Th.XVIII, 01 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. LU dan antara 133,5-133,5 BT dengan luas wilayah 6,269 km 2 yang terbagi. dalam dua kelurahan 117 Desa dan 7 Kecamatan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kepulauan Aru adalah salah satu kabupaten yang berada di propinsi Maluku, Indonesia / (lihat Gambar 1.1). Ibukota kabupaten ini terletak di Dobo. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif
Lebih terperinciPERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MARET 2015
No.31/05/33/Th.IX, 04 Mei 2015 PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MARET 2015 Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan udara komersial dari Jawa Tengah pada Maret 2015 secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak hanya produk berupa barang yang banyak memberikan manfaat untuk kelangsungan hidup manusia. Di era modern dan perkembangan teknologi serta meningkatnya kebutuhan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2015
No.69 /10/33/Th.IX, 01 Oktober 2015 PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2015 Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan udara komersial dari Jawa Tengah pada Agustus
Lebih terperinciPERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JUNI 2015
No.52/08/33/Th.IX, 03 Agustus 2015 PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JUNI 2015 Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan udara komersial dari Jawa Tengah pada Juni 2015 secara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MEI 2015
No.46/07/33/Th.IX, 01 Juli 2015 PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MEI 2015 Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan udara komersial dari Jawa Tengah pada Mei 2015 secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.pelayanan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan penerbangan adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang angkutan udara yang mengangkut penumpang, barang, pos, dan kegiatan keudaraan lainnya
Lebih terperinciAnalisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1.
ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA Bandara Juanda terletak di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Bandara Internasional Juanda, adalah bandar
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER ,34 PERSEN
No. 44/11/34/Th.XIII, 1 November 2011 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2011 56,34 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi D.I.
Lebih terperinciA. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI TPK HOTEL BINTANG SEPTEMBER 2012 SEBESAR 60,26 PERSEN
No. 57/11/72/Th. XV, 01 November 2012 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI TPK HOTEL BINTANG SEPTEMBER 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi sangat diperlukan bagi kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, transportasi juga merupakan sarana yang sangat penting dalam memperlancar
Lebih terperinciPERENCANAAN RUTE ANGKUTAN UMUM DARI BANDARA INTERNATIONAL LOMBOK KE KOTA MATARAM
PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN UMUM DARI BANDARA INTERNATIONAL LOMBOK KE KOTA MATARAM Artyas Ebtadi (3106 100 720) Dosen Pembimbing : Ir. Hera Widyastuti, MT. JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau. Kondisi geografis yang sedemikian rupa menyebabkan alat-alat transportasi baik transportasi darat,
Lebih terperinciA. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI TPK HOTEL BINTANG SEPTEMBER 2011 SEBESAR 56,27 PERSEN
No. 03/11/72/Th. XIV, 01 November 2011 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI TPK HOTEL BINTANG SEPTEMBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sekaligus sebagai pendorong pertumbuhan pariwisata. Untuk
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah kepulauan yang sangat besar dan relatif luas.wilayah geografi tersebut
Lebih terperinciDAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... vii
Hubungi Kami 021 31930 108 021 31930 109 021 31930 070 marketing@cdmione.com Industri penerbangan Indonesia telah menemukan masa kejayaannya dalam tujuh tahun terakhir (2011-2017). Puncaknya terjadi tahun
Lebih terperinciPERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2015
No.26/04/33/Th.IX, 01 April 2015 PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2015 Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan udara komersial dari Jawa Tengah pada Februari 2015
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., 2007 No. 42/08/16/Th.XVIII, 01 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki potensi sumber daya alam dan buatan yang berkualitas, kualitas sumber daya manusia yang
Lebih terperinciPerkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017
Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan, us No. 54/10/16/Th.XIX, 02 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan us
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aspek perekonomian, jasa angkutan yang cukup serta memadai sangat diperlukan sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 52/09/16/Th.XVIII, 01 September PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasarana perhubungan, baik perhubungan darat, laut, maupun udara. Dari ketiga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2015 KEMENHUB. Angkutan Udara Niaga. Keterlambatan Penerbangan. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 15/03/62/Th.X, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama Januari 2016, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 26.843 Orang dan 124.654
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Mego, Kecamatan Lela, Kecamatan Nita, Kecamatan Maumere,
BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Kabupaten Sikka berada di sebelah timur Pulau Flores dari Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Kota Maumere merupakan ibukota kabupaten (Gambar., Gambar.2). Kabupaten Sikka
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 23/05/16/Th.XIX, 02 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN
Lebih terperinciANALISIS KINERJA GATE PADA TERMINAL KEBERANGKATAN DOMESTIK DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN
ANALISIS KINERJA GATE PADA TERMINAL KEBERANGKATAN DOMESTIK DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN Sakti Adji Adisasmita 1, Syafruddin Rauf 1, Yodi Litha. 2 Abstract An increasing number of aircraft
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB II Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan hal yang sangat melekat dalam kehidupan manusia. Kebutuhan manusia terhadap barang yang tidak dapat dipenuhi disatu tempat tertentu
Lebih terperinciPerkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan September 2017
Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan, ember No. 58/11/16/Th.XIX, 01 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan
Lebih terperinciA. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI TPK HOTEL BINTANG AGUSTUS 2011 SEBESAR 42,14 PERSEN
No. 03/10/72/Th. XIV, 03 Oktober 2011 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI TPK HOTEL BINTANG AGUSTUS 2011
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG MEI 2016
No. 44/07/19/Th.XIV, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG MEI 2016 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah tamu yang menginap pada hotel berbintang di Provinsi Kepulauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri penerbangan di Indonesia berkembang dengan cepat setelah adanya deregulasi mengenai pasar domestik melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Lebih terperinci