4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kapal Jukung Spesifikasi Teknis Kapal Jukung merupakan kapal yang dibangun dari satu potong kayu yang utuh. Kayu tersebut dibangun ruang dengan cara mengetam di bagian tengah kayu tersebut dengan arah memanjang. Dalam pembuatan kapal jukung memerlukan banyak bahan baku karena alat transportasi air ini terbuat dari satu pohon kayu yang mana masyarakat Ur Pulau umumnya menggunakan kayu katapa (Terminalia catapa) dan kayu pulai (Alstonia sp) sebagai bahan pembuatan kapal jukung. Semang adalah nama lokal yang umumnya digunakan oleh nelaya Ur Pulau dan nelayan di daerah Maluku secara keseluruhan pada kapal. Sehingga pada prinsipnya semang mempunyai fungsi sebagai alat penimbang kapal agar kapal tidak dengan mudah terbalik pada saat operasi penangkapan dan juga dalam melakukan kegiatan lainnya di laut. Kapal jukung yang menggunakan (katir) semang dengan maksud untuk menjaga stabilitas dari kapal tersebut sehingga kapal tidak oleng ke kiri dan ke kanan atau sehingga kapal tidak dengan mudah terbalik pada saat proses penangkapan. Pada mulanya kapal jukung yang digunakan saat itu masih menggunakan tenaga dayung (tenaga manusia) atau dengan menggunakan layar sebagai tenaga penggerak kapal, dimana saat itu daerah penangkapan masih berada di daerah pesisir. Dengan terjadinya pencemaran di laut akibat dari perkembangan teknologi sehingga saat ini nelayan setempat melakukan penangkapan sudah lebih jauh dari daerah pesisir. Kapal semang yaitu dimana semangnya dipasang pada sisi kiri dan kanan kapal. Konstruksi semang terdiri dari dua batang kayu semang. Sebagaimana umumnya kapal-kapal tradisional lainnya, pembangunan kapal semang dilakukan berdasarkan pengalaman secara turun-temurun tanpa menggunakan gambar rencana ataupun berdasarkan perhitungan teknis yang selayaknya dalam pembangunan kapal

2 42 42 secara modern. Pembanguanan sebuah kapal jukung yang menggunakan semang membutuhkan waktu pembuatan yang berkisar antara dua minggu sampai satu bulan dengan biaya pembuatan yang berkisar antara Rp ,00 sampai dengan Rp ,00, berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan Ur Pulau bahwa harga biaya tersebut masih dapat terjangkau. Kapal yang diteliti beroperasi operasi di perairan Ur Pulau Maluku Tenggara. Dalam melakukan operasi penangkapan umunnya diawaki oleh satu sampai lima orang nelayan dengan membawa alat penangkapan satu lebih. Alat penangkapan tangkap yang dioperasikan bervariasi, pada umumnya jaring gill net atau jaring insang. Selain itu juga menggunakan alat tangkap panjing ulur dan alat pancing tunda. Hasil tangkapan yang diperoleh terdiri dari ikan demersal dan pelagis yang disimpan tanpa menggunakan bahan pendingin. Selain alat tangkap, setiap kapal harus memilki perlengkapan kapal yaitu dua sampai tiga dayung, jangkar, ember, dan kerancang ikan. Kapal jukung yang menggunakan semang dengan menggunakan motor poros panjang harus dilengkapi dengan sebuah jerigen yang berkapasitas 5 liter bahan bakar minyak. Kapal jukung yang tidak menggunakan (katir) semang stabilitas dari kapal tersebut tidak terjaga sehingga kapal dengan mudah oleng ke kiri dan ke kanan atau sehingga dengan mudah kapal terbalik pada saat proses penangkapan. Pada mulanya kapal jukung yang digunakan saat itu masih menggunakan tenaga dayung (tenaga manusia) atau dengan menggunakan layar sebagai tenaga penggerak kapal, dimana saat itu daerah penangkapan masih berada di daerah pesisir. Dengan terjadinya pencemaran di laut akibat dari perkembangan teknologi sehingga saat ini nelayan setempat melakukan penangkapan sudah lebih jauh dari daerah pesisir. Kapal jukung yang tidak menggunakan semang yaitu dimana tidak memasang alat penimbang yang dipasang pada sisi kiri dan kanan kapal. Sebagaimana umumnya kapal-kapal tradisional lainnya, pembangunan kapal yang tidak menggunakan semang dilakukan berdasarkan pengalaman secara turun-temurun tanpa menggunakan gambar

3 43 43 rencana ataupun berdasarkan perhitungan teknis yang selayaknya dalam pembangunan kapal secara modern. Pembanguanan sebuah kapal jukung yang tidak menggunakan semang membutuhkan waktu pembuatan yang berkisar antara dua minggu sampai satu bulan dengan biaya pembuatan yang berkisar antara Rp ,00 sampai dengan Rp ,00, berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan Ur Pulau bahwa harga biaya tersebut masih dapat terjangkau. Kapal yang diteliti beroperasi di perairan Ur Pulau Maluku Tenggara. Dalam melakukan operasi penangkapan umunnya diawaki oleh satu sampai lima orang nelayan dengan membawa alat penangkapan satu lebih. Alat penangkapan tangkap yang dioperasikan bervariasi, pada umumnya jaring gill net atau jaring insang. Selain itu juga menggunakan alat tangkap panjing ulur dan alat pancing tunda. Hasil tangkapan yang diperoleh terdiri dari ikan demersal dan pelagis yang disimpan tanpa menggunakan bahan pendingin. Selain alat tangkap, setiap kapal harus memilki perlengkapan kapal yaitu dua sampai tiga dayung, jangkar, ember, dan kerancang ikan. Kapal jukung yang tidak menggunakan semang dengan motor poros panjang harus dilengkapi dengan sebuah jerigen yang berkapasitas 5 liter bahan bakar minyak Dimensi Utama Kapal Keterbatasan dalam membangun kapal menyebabkan proses pembuatan kapal tanpa memperhatikan prinsip-prinsp arsitek perkapalan. Pengrajian kapal tradisional merupakan pengetahuan turun-temurun dan merupakan warisan dari para terdahulu, walaupun demikian yang dibangun pada galangan tradisional namun nelayan lebih memilih untuk memiliki armada penangkapan dengan harga yang mudah dijangkau. Rasio dimensi utama kapal merupakan parameter sederhana untuk menentukan ukuran kapal. Nilai dari dimensi utama kapal merupakan pendekatan sederhana dan mudah untuk dapat menentukan ukuran kapal. Karakteristik kapal termasuk kapal perikanan dapat dilihat berdasarkan nilai rasio dimensi utama kapal. Rasio utama kapal yaitu Lpp/B, Lpp/D dan B/D. Kapal

4 44 44 yang digunakan terdiri dari dua buah kapal tipe jukung atau yang umumnya di kenal oleh masyarakat nelayann Maluku dan Ur Pulau khususnya yang mana kapal tersebut menggunakan semang dan tanpa semang. Semang adalah merupakan kayu penimbang dimana konstruksinya dibuat secara melintang pada badan kapal dan sejajar pada sisi kanan dan kiri kapal. Gambar 18 Pengukuran panjang kapal Gambar 19 Pengukuran lebar kapal Gambar 20 Pengukuran tinggi kapal

5 45 45 Tabel 7 Ukuran utama kapal tipe jukung yang menggunakan semang No LOA B D L/B L/D B/D (m) (m) (m) 10,20 0,97 0,56 10,51 18,21 1,73 Tabel 8 Ukuran utama kapal tipe jukung yang menggunakan semang No LOA B D L/B L/D B/D (m) (m) (m) 10 0,78 0,60 12,82 16,66 1, 3 Hasil pengukuran lapang pada kapal jukung yang dipergunakan di Ur Pulau, dimana nilai perbandingan tersebut diatas dapat diambil beberapa hal antara lain: nilai L/B pada kapal yang menggunakan semang 10,51 m dan kapal tanpa menggunakan semang 12,82 besar menunjukkan bahwa perahu/kapal tersebut ramping dan berpengaruh terhadap kekuatan memanjang, untuk nilai L/D untuk kapal yang menggunakan semang 18,21 m dan kapal tanpa menggunakan semang 16,66 m, apabila semkin besar berpengaruh tinggi stabilitas kapal, nilai B/D pada kapal yang menggunakan semang 1,73 m dan kapal tanpa menggunakan semang 1,3 m, berpengaruh pada tinggi metacenter. Panjang semang dari kapal yang menggunakan semang adalah 4,17 m, dan diameter semang adalah 12 cm. 4.2 Koefisien Bentuk Kapal Koefisien bentuk kapal adalah koefisien yang menggambarkan keadaan dari bentuk tubuh kapal. Nilai dari bentuk kapal khususnya koefisien blok yang digunakan adalah nilainya 0,55 (Nomura & Yamazaki 1977). 4.3 Mesin Kapal Jukung Mesin merupakan motor penggerak kapal/perahu penangkap ikan mempunyai peran penting untuk operasi penangkapan ikan, dimana mesin dapat merubah tenaga panas dalam bentuk tenaga mekanis. Berdasarkan prisip kerjanya maka mesin yang digunakan pada kapal jukung adalah termasuk mesinr 4 langkah. Dimana bagian-

6 46 46 bagian pokok dari mesin ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian yang bergerak dan bagian tidak bergerak, yang termasuk bagian yang bergerak adalah poros engkol, torak (pena torak, batang torak, cicin torak), roda gila, regulator, katup, bagian yang tidak bergerak yaitu kotak engkol, blok silinder, tutup silinder, saringan udara, saluran gas buang, tempat bahan bakar. Silinder merupakan ruang proses pembakaran serta tempat bertumpu katup, blok selinder merupakan tempat dudukan torak yang merupakan tempat proses perubahan tenaga panas hasil pembakaran yang menghasilkan tenaga mekanik dimana proses turun-naiknya torak pada silinder. Daya 6,5 HP Daya 5,5 HP Gambar Gambar 21 Mesin kapal jukung 5,5 HP dan 6,5 HP Torak merupakan pusat pergerakkan motor dilengkapi dengan pena torak, batang torak, cicin torak yang mempunyai fungsi sebagai penahan kompresi rembesan tenaga hasil pembakaran, mencegah masuknya minyak pelumas kedalam ruang pembakaran, serta berfungsi untuk melumasi dinding luar selinder dengan minyak pelumas sebagai bahan pendingin didalam ruang selinder. Pena torak dan cincin torak bergerak berdasarkan turun-naiknya torak. Batang torak merupakan penghubung antara poros engkol dan torak. Fungsi poros engkol yaitu merubah gerak lurus torak menjadi gerak putar. Roda gigi atau roda gaya berada diujung poros engkol yang berada dalam rumah gigi (gear box)

7 47 47 yang mempunyai fungsi menstabilkan momen putar yang dihasilkan oleh poros engkol sehingga menstabilkan kecepatan. Poros penghubung merupakan penghubung antara poros engkol dan balingbaling. menurut Sularso (1983) bahan poros yang dipakai untuk putaran tinggi dengan beban berat umumnya terbuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Yang diantaranya adalah baja khrom nikel (JIS G 4102). Baling-baling dipasang pada poros baling-baling kapal dimana poros engkol) dan mesin induk dapat terlihat pada Gambar 22. Gambar 22 Posisi mesin induk, poros baling-baling, baling-baling Sesuai hasil pengamatan lapang nelayan Ur Pulau dalam melakukan operasi penangkapan ikan umumnya menggunakan tenaga penggrak kapal yaitu dengan motor tempel. Ada dua jenis motor yang digunakan yaitu jenis marine engine dan motor panjang. Motor tempel dengan poros panjang mengalami penambahan komponen yang telah di modifikasikan dengan penambahan poros panjang yang mana menghubungkan mesin dan baling-baling. Daya mesin yang digunakan pada motor poros panjang ini yaitu 5,5 HP dan 6,5 HP. Untuk jenis marine engine adalah merupakan jenis motor yang dirancangkhusus dilaut. Jenis mesin ini umumnya disebut dengan motor tempel,

8 48 48 dimana daya mesin yang digunakan oleh nelayan berkisar antara 15 HP sampai dengan 40 HP. Pada prinsipnya mesin merek Honda dengan tipe GX 160 yang di gunakan pada kapal jukung yang menggunakan semang dan kapal jukung yang tidak menggunakan semang oleh nelayan Ur Pulau bukan merupakan mesin yang di rancang khusus untuk digunakan di laut, namun mesin ini adalah merupakan mesin serbaguna yang pada umumnya digunakan sebagai mesin pembangkit tenaga listrik, mesin-mesin pertanian, mesin compressor, dan mesin parut buah kelapa. Mesin Honda dengan tipe GX 160 apabila dipergunakan di laut maka harus menggunakan suatu poros yang panjang agar dapat menghubungkan mesin utama dengan balingbaling dimana mesin berada jauh dari permukaaan air laut. Kedudukan motor tempel poros panjang baling-baling ditempatkan pada sisi kiri atau sisi kanan lambung kapal pada bagian belakang kapal (buritan), sebagaiman terlihat pada gambar 4.4 Diskripsi Baling-baling Ukuran baling-baling dibatasi oleh besarnya kapal, disamping itu juga dapat ditentukan oleh pitch (P), diameter (D), dan jumlah, tebal dan luas daun (Soenarto, 1985). Menurut Suochotte (1975), menyatakan bahwa besarnya ukuran pitch akan berpengaruh terhadap kecepatan kapal, semakin besar pitch semakin cepat kapal bergerak maju, pitch dan kecepatan dapat dikendalikan ,5 5 Gambar 23 Baling-baling yang digunakan pada saat eksperimen

9 49 49 Baling-baling assembly adalah tipe baling-baling yang digunakan pada penelitian ini dimana tipe dari baling-baling ini adalah berdaun dua. Hal ini memberikan keuntungan karena daun baling-baling dapat diganti apabila terjadi kerusakan. Baling-baling assembly yang berdaun dua dengan ukuran/nomor 5-6, 6,5, dan 5 yang digunakan dalam penelitian memiliki luasan daun baling-baling dimana daun baling-baling ukuran/nomor 5-6 dengan luasnya baling-baling 70,75 cm 2 yang berdiameter 15,5 cm dengan sudut puntir 30 0, baling-baling ukuran/nomor 6,5 dengan luasnya baling-baling adalah 88,25 cm 2 yang berdiameter 16,2 cm dengan sudut puntir 33 0, untuk baling-baling ukuran/nomor 5 dengan luasnya daun balingbaling 90,19 cm 2, yang berdiameter 17,5 cm dengan pitch Dari masing-masing ukuran/nomor baling-baling miliki rpm yang tinggi pada saat pengoperasian berlangsung yang digunakan oleh kapal yang berbeda dan pada penggunaan ukuran poros baling-baling pada setiap eksperiment. Baling-baling berukuran 5-6 pada kapal yang menggunakan semang dengan poros baling-baling yang panjang memilki daya putar sebesar 500 rpm, baling-baling berukuran 6,5 memerlukan daya putar sebesar 450 rpm serta untuk baling-baling yang berukuran/bernomor 5 memerlukan daya putar sebesar 430 rpm untuk memutarkan baling-baling untuk kapal yang menggunakan semang. Pada kapal yang tidak menggunakan semang baling-baling berukuran 5-6 pada kapal semang dengan menggunakan poros baling-baling panjang memilki daya putar sebesar 355 rpm, baling-baling berukuran 6,5 memerlukan daya putar sebesar 315 rpm serta untuk baling-baling yang berukuran/bernomor 5 memerlukan daya putar sebesar 275 rpm untuk memutarkan baling-baling untuk kapal yang tidak menggunakan semang. Dari hasil penelitan menunjukkan bahwa jenis dan tipe baling-baling ini sangat cocok digunakan oleh nelayan Ur Pulau, karena jenis dan tipe ini harganya relatif murah dan mudah diperoleh dipasaran oleh nelayan setempat. Menurut Djatmiko (1983), mengemukakan bahwa gaya dorong pada arah jalannya kapal sebenarnya dihasilkan oleh gaya angkat yang bekerja pada daun baling-baling saat bergerak di air akibat berputarnya daun baling-baling, secara singkat dapat dikatakan bahwa baling-baling dikonstruksi sebagai sekrup pendorong

10 50 50 dan sehubungan bentuk badan kapal, alat tersebut dipasang serendah mungkin pada buritan kapal. 4.5 Kecepatan Kapal Kecepatan kapal dibutuhkan dalam kegiatan pengoperasian yakni dalam melalukan pengejaran terhadap gerombolan ikan dan juga pada saat kembali dengan membawa hasil tangkapan agar hasil tangkapan selalu tetap berada dalam kondisi segar (kecepatan waktu), waktu penangkapan dan waktu penanganan. Setiap benda yang bergerak dan melakukan kerja berarti benda tersebut memiliki tenaga atau daya, daya yang dimiliki oleh suatu kapal untuk dengan kecepatan tertentu berasal dari mesin utama yang digunakan oleh kapal tersebut. Kecepatan kapal terhadap daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal yang menggunakan semang dan tanpa semang dengan ukuran poros baling-baling dan baling-baling yang berbeda, sehingga kapal memperoleh kecepatan dengan rata-rata total yang sesuai dengan berbagai perlakuan terlihat dalam Tabel 7, yang merupakan hasil eksperiment dari kapal jukung dengan kecepatan rata-rata kapal terhadap daya mesin, ukuran/nomor baling-baling dan ukuran poros baling-baling yang berbeda pada kapal yang menggunakan semang dan tanpa semang. Tabel 9 Kecepatan rata-rata untuk daya mesin dan ukuran baling-baling pada kapal yang menggunakan semang dengan ukuran/nomor poros baling-baling panjang dan pendek. Kecepatan rata-rata (knot) DayaMesin Ukuran/nomor baling-baling (HP) Nomor 5-6 Nomor 6,5 Nomor 5 5,5 4,77 5,04 4,57 Poros Panjang 6,5 5,05 5,30 4,88 5,5+6,5 5,79 6,20 5,77 5,5 4,96 5,22 5,11 Poros Pendek 6,5 5,20 5,23 4,88 5,5+6,5 5,99 6,54 6,43

11 51 51 Hasil perhitungan berdasarkan persamaan 1 untuk kecepatan pada daya mesin 5,5 HP, 6,5 HP dan 5,5 HP dan 6,5 HP pada kapal jukung yang menggunakan semang dan yang tidak menggunaka semang, dan poros baling-baling yang berukuran panjang dan pendek. Kecepatan Kapal Kapal Jukung Semang dengan Poros Panjang ,5 + 6,5 Daya Mesin (HP) Nomor 5-6 Nomor 6,5 Nomor 5 Gambar 24 Hubungan kecepatan maksimum kapal dengan daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal semang untuk poros balingbaling panjang Tabel 9 dan Gambar 24 memperlihatkkan bahwa, kecepatan yang ditempuh oleh kapal yang menggunakan semang dengan poros panjang pada daya mesin 5,5 HP adalah 0,28 knot/hp. Dalam proses kerja berlangsung pada daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan sebesar 0,74 knot/hp, hal ini menunjukkan bahwa adanya pertambahan kecepatan dan sebagai mana dapat terlihat pada Lampiran 3. Kapal yang menggunakan semang pada poros panjang dengan ukuran/nomor baling-baling 6,5 pada daya 5,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP pada saat pengoperasian berlangsung menghasilkan kecepatan sebesar 0,28 knot/hp. Kapal yang menggunakan semang dengan poros panjang pada ukuran balingbaling 6,5 dengan daya 5,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP saat pengoperasian berlangsung menghasilkan kecepatan kapal yang ditempuh pada jarak 100 meter yaitu 0,05 knot/hp.

12 52 52 Kapal semang dengan poros baling-baling panjang pada ukuran/nomor balingbaling berukuran/nomor 6,5 pada daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal 0,25 knot/hp. Daya mesin kapal 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal 0,16 knot/hp pada saat berlangsungya proses kerja mesin. Kapal yang menggunakan semang dengan poros baling-baling panjang dalam ukuran/nomor baling-baling berukuran 5 pada daya mesin 5,5 HP ke daya mesin 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal 0,31 knot/hp, kombinasi anatara daya mesin kapal antara 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal 0,89 knot/hp, bila dibandingkan dengan daya mesin kapal 6,5 HP ke kombinasi daya mesin 5,5 HP dan 6,5 HP dapat menghasilkan daya mesin kapal 5,5 HP 0,16 knot/hp pada saat berlangsunya proses kerja mesin. Hasil pengukuran pada kapal yang menggunakan semang menunjukkan bahwa daya mesin kapal 5,5 HP menuju ke daya mesin kapal 6,5 HP pada setiap ukuran/nomor baling-baling 5-6, 6,5, dan 5 dari kedua kombinasi daya mesin kapal 5,5 HP dan 6,5 HP maka dapat direkomendasikan pada ukuran/nomor 6,5 karena ukuran/nomor ini memilki daya doorong yang tinggi. Kecepatan yang diperoleh ukuran/nomor baling-baling ini adalah 6,20 knot/hp. Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan yang dimilki oleh baling-baling berukuran/bernomor 6,5 lebih tingg dari ukuran/nomor baling-baling 5-6 dan baling-baling ukuran/nomor 5 pada kapal jukung yang menggunakan semang dengan poros panjang. Hal ini berdasarkan pendapat dari Suzuki (1977) yang menyatakan bahwa apabila kecepatan melebihi kecepatan yang diperlukan maka akan menyebabkan kapal tersebut tidak efisien. Penambahan daya dorong (HP) lebih dari kecepatan kapal yang sesuai, tidak hanya menyebabkan mesin yang dipergunakan besar dan berat, namun akan mengakibatkan konsumsi bahan bakar lebih tinggi tanpa adanya suatu perubahan kecepatan yang berarti. Gambar 24 memperlihatkan bahwa perbandingan antara kecepatan kapal (V) terhadap daya mesin kapal dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal yang menggunakan semang dan memakai poros baling-baling yang panjang pada saat kapal sedang melakukan olah gerak.

13 53 53 Kapal Jukung Semang dengan Poros Pendek 7 Kecepatan Kapal (knot) ,5 + 6,5 Nomor 5-6 Nomor 6,5 Nomor 5 Daya Mesin (HP) Gambar 25 Hubungan kecepatan maksimum kapal dengan daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal yang menggunakan semang untuk poros baling-baling pendek. Tabel 9 dan Gambar 25 memperlihatkan bahwa, kecepatan oleh kapal yang menggunakan semang dengan poros pendek pada daya 5,5 HP dan ukuran/nomor baling-baling 5-6 adalah 0,09 knot/hp. Sedangkan kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP memperoleh kecepatan yang ditempuh yaitu 0,79 knot/hp. Hal ini menunjukan bahwa adanya pertambahan kecepatan yaitu 0,09 knot/hp apabila dibandingkan dengan daya 6,5 HP, dimana hal ini dapat terlihat pada Lampiran 3. Kecepatan yang di peroleh dari kombinasi antara daya 5,5 HP menuju kombinasi anatara daya mesin kapal antara 5,5 HP dan 6,5 HP yang menghasilkan kecepatan kapal 0,01 knot/hp pertambahan daya mesin kapal 5,5 HP pada saat berlangsunya proses kerja mesin. Pada daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP dengan poros pendek pada ukuran/nomor baling-baling berukuran 6,5 dengan daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal 1.31 knot/hp, hal ini mengalami pertambahan kecepatan kapal dengan daya mesin kapal antara 5,5 HP ke daya mesin kapal 6,5 HP memperoleh kecepatan kapal 0,01 knot/hp apabila dibandingkan dengan daya mesin kapal 6,5 HP ke kombinasi anatara daya mesin kapal antara 5,5 HP dan 6,5 HP

14 54 54 dapat menghasilkan penambahan daya mesin kapal 5,5 HP 0,24 knot/hp pada saat berlangsunya proses kerja mesin. Kapal yang menggunakan semang dengan poros pendek pada ukuran/nomor baling-baling 5 dengan daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal 0,34 knot, untuk daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal 1,32 knot/hp, hal tersebut mengalami pertambahan kecepatan kapal dengan daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP memperoleh kecepatan kapal 0,34 knot/hp bila dibandingkan dengan daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP dapat menghasilkan kecepatan sebesar 0,24 knot/hp pada daya 5,5 HP saat proses kerja mesin berlangsung. Hasil pengukuran pada kapal yang menggunakan semang menunjukkan bahwa daya mesin kapal 5,5 HP ke daya mesin kapal 6,5 HP pada ukuran/nomor baling-baling 5-6, 6,5, dan 5 sehingga dapat merekomendasikan pada ukuran/nomor baling-baling 6,5 karena dari hasil perhitungan ukuran/nomor baling-baling ini mempunyai daya doorong yang tinggi dimana memiliki nilai kecepatan pada kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP dengan menggunakan poros baling-baling pendek 6,54 knot/hp. Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan yang dimilki oleh balingbaling ukuran/nomor 6,5 lebih tinggi dari ukuran/nomor baling-baling 5-6 dan balingbaling ukuran/nomor 5 pada kapal jukung yang menggunakan semang dengan poros baling-baling berukuran pendek. Menurut Mambo (2004) menyatakan bahwa semakin besar daya mesin yang digunakan untuk setiap ukuran baling-baling kecepatan air menuju baling-baling semakin besar pula. Sedangkan untuk putaran baling-baling permenit (RPM), dimana semakin besar ukuran/nomor baling-baling yang digunakan untuk setiap daya mesin jumlah putaran baling-baling semakin berkurang. Gambar 25 memperlihatkan perbandingan antara keceparan (V) terhadap daya mesin kapal dan ukuran/nomor baling-baling pada kapalyang menggunakan semang dan memakai poros baling-baling yang pendek pada saat kapal sedang melakukan olah gerak.

15 55 55 Hasil uji statistik pada Lampiran 4 menjelaskan bahwa untuk kapal yang menggunakan katir (semang), ukuran baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang menggunakan semang pada taraf nyata 5%. Terlihat pada hasil output two way anova pada lampiran 3 analisis tukey menjelaskan bahwa ukuran baling-baling 6.5 berbeda dengan 5-6 dan 5, namun ukuran baling-baling 5-6 dan 5 dianggap sama. Dalam proses kerja berlangsun kedua nomor ini sama-sama memberikan kecepatan tinggi, berdasarkan hasil uji statistik menjelaskan bahwa baling-baling dengan ukuran/nomor 5-6 dan 5 secara nyata tidak berbeda signifikan 5%. Interaksi kapal yang menggunakan semang berpengaruh terhadap kecepatan pada taraf nayata 5%, berdasarkan hasil analisis tukey kecepatan tertinggi yang dimiliki oleh kombinasi daya mesin antara 5,5 HP dan 6,5 HP dengan poros yang pendek pada ukuran/nomor baling-baling 6,5. Tabel 10 Kecepatan rata-rata untuk daya mesin dan ukuran baling-baling pada kapal yang tanpa menggunakan semang dengan ukuran/nomor poros balingbaling panjang dan pendek. Kecepatan rata-rata (knot) DayaMesin Ukuran/nomor baling-baling (HP) Nomor 5-6 Nomor 6,5 Nomor 5 5,5 4,58 4,79 4,49 Poros Panjang 6,5 5,07 5,19 4,94 5,5+6,5 5,61 5,86 5,36 5,5 4,73 4,87 4,54 Poros Pendek 6,5 5,11 5,31 4,70 5,5+6,5 5,78 6,39 6,04

16 56 56 Kapal Jukung Tanpa Semang dengan Poros Panjang Kecepatan Kapal (knot) ,5 + 6,5 Daya Mesin (HP) Nomor 5-6 Nomor 6,5 Nomor 5 Gambar 26 Hubungan kecepatan maksimum kapal dengan daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal tanpa menggunakan semang untuk poros baling-baling panjang Tabel 10 dan Gambar 26 memperlihatkkan bahwa, kecepatan yang di tempuh oleh kapal yang tidak menggunakan semang dengan poros panjang dengan daya 5,5 HP ukuran/nomor pada ukuran/nomor baling-baling 5-6 menghasilkan kecepatan sebesar 0,49 knot/hp, dan dari daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan yang di tempuh sebesar 0,67 knot/hp, dapat terlihat pada Lampiran 3. Pertambahan kecepatan kapal pada daya pada kapal yang tanpa menggunakan semang dengan poros panjang pada daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasikan kecepatan sebesar 0,49 knot/hp bila dibandingkan dengan daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP yang menghasilkan kecepatan kapal sebesar 0,12 knot/hp pertambahan daya terjadi pada daya 5,5 HP saat berlangsunya proses kerja mesin. Kapal yang tidak menggunakan semang dengan poros panjang pada rukuran/nomor baling-baling 6,5 pada daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal 0,4 knot/hp, untuk daya 6,5 HP ke kombinasi antara daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal sebesar 1,67 knot/hp. Apabila dibandingkan dengan daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP

17 57 57 menghasilkan kecepatan 0,30 knot/hp, penambahan daya terjadi pada daya 5,5 HP saat berlangsungnya proses kerja mesin. Kapal tanpa menggunakan semang dengan poros panjang dalam dengan ukuran/nomor baling-baling 5 dengan daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal sebesar 0,45 knot/hp, untuk daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan sebesar 0,42 knot/hp, hal tersebut mengalami pertambahan kecepatan kapal pada daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal sebesar 0,45 knot/hp bila dibandingkan dengan daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP dapat menghasilkan penambahan daya pada day 5,5 HP dengan menghasilkan kecepatan sebesar 0,07 knot/hp saat proses kerja mesin berlangsung. Hasil pengukuran pada kapal tanpa menggunakan semang dengan poros panjang menunjukkan bahwa daya mesin 5,5 HP ke daya 6,5 HP pada ukuran/nomor baling-baling 5-6, 6,5, dan 5 dari kedua kombinasi daya ini menunjukkan bahwa dari hasil perhitungan ukuran/nomor baling-baling 6,5 memiliki kecepatan dan daya dorong yang tinggi bila dibandingkan dengan ukuran/nomor 5-6 dan 5. Dengan demikian maka dapat direkomendasikan bahwa ukuran/nomor baling-baling dengan ukuran/nomor 6,5, dimana memiliki nilai kecepatan sebesar 6,86 knot/hp pada kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP. Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan balingbaling ukuran/nomor 6,5 lebih tinggi dari ukuran/nomor baling-baling 5-6 dan 5 pada kapal jukung yang menggunakan semang dengan poros baling-baling berukuran pendek. Gambar 26 memperlihatkan perbandingan antara keceparan (V) terhadap daya mesin kapal dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal tanpa semang dan menggunakan poros baling-baling yang panjang pada saat kapal melakukan olah gerak.

18 58 58 Kecepatan Kapal (knot) Kapal Jukung Tanpa Semang dengan Poros Pendek Nomor 5-6 Nomor 6,5 Nomor ,5 + 6,5 Daya Mesin (HP) Gambar 27 Hubungan kecepatan maksimum kapal dengan daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal tanpa menggunakan semang untuk poros baling-baling panjang Tabel 10 dan Gambar 27 memperlihatkan bahwa, kecepatan yang di tempuh oleh kapal tanpa menggunakan semang dengan poros pendek pada daya 5,5 HP pada ukuran/nomor baling-baling 5-6 dari menghasilkan kecepatan kapal yang ditempu adalah 0,38 knot/hp dalam proses kerja berlangsung pada daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP, dapat terlihat pada Lampiran 3, kecepatan yang ditempu oleh kapal pada jarak 100 meter adalah 0,67 knot/hp, hal tersebut menunjukan bahwa pertambahan kecepatan pada daya mesin dimana terlihat bahwa daya untuk kapal tanpa menggunakan semang dengan poros pendek pada daya mesin kapal 5,5 HP ke daya 6,5 HP memperoleh kecepatan kapal 0,38 knot/hp bila dibandingkan dengan daya mesin kapal 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP yang menghasilkan kecepatan kapal 0,12 knot/hp terhadap pertambahan daya mesin kapal 5,5 HP pada saat berlangsunya proses kerja mesin. Kapal tanpa menggunakan semang dengan poros pendek pada ukuran/nomor baling-baling 6,5 dengan menggunakan daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan sebesar 0,44 knot/hp, untuk daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal sebesar 1,08 knot/hp, hal tersebut mengalami pertambahan kecepatan pada daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan

19 59 59 sebesar 0,44 knot/hp bila dibandingkan daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan penambahan kecepatan sebesar 0,19 knot/hp pada daya 5,5 HP terjadi pada saat berlangsunya proses kerja mesin. Kapal tanpa menggunakan semang dengan poros pendek pada ukuran/nomor baling-baling 5 dengan menggunakan daya mesin kapal 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal sebesar 0,16 knot/hp, untuk daya mesin kapal 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal sebesar 1,34 knot/hp. Saat proses kerja belangsung pertambahan kecepatan terjad pada daya 5,5 HP ke daya 6,5 HP menghasilkan kecepatan kapal sebesar 0,16 knot/hp, bila dibandingkan dengan daya 6,5 HP ke kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan penambahan kecepatan 0,24 knot/hp pada daya 5,5 HP 0,24 knot/hp. Hasil pengukuran pada kapal tanpa semang pada poros pendek menunjukkan bahwa daya mesin kapal 5,5 HP ke daya 6,5 HP pada ukuran/nomor baling-baling antara nomor 5-6, 6,5, dan 5 dari kedua kombinasi daya ini pada setiap penggunaan ukuran/nomor baling-baling yang digunakan yaitu nomor 5-6, 6,5, dan 5 ini dapat direkomendasikan bahwa ukuran/nomor baling-baling yang sesuai pada daya mesin 5,5 HP dan 6,5 HP pada kapal semang dengan menggunakan poros panjang yaitu baling-baling dengan ukuran/nomor 6,5 karena dari hasil perhitungan ukuran/nomor baling-baling ini mempunyai daya dorong yang tinggi dimana memiliki nilai kecepatan pada kombinasi daya 5,5 HP dan 6,5 HP dengan menggunakan poros pendek menghasilkan kecepatan sebesar 6,39 knot/hp. Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan yang dimiliki oleh baling-baling berukuran/bernomor 6,5 lebih tinggi dari ukuran/nomor baling-baling 5-6 dan 5 pada kapal jukung tanpa semang dengan poros pendek. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soenarto dan Funuhama (1985) yang menyatakan bahwa kecepatan kapal yang lebih tinggi menghasilkan nilai efisiensi baling-baling yang lebih tinggi pula. Tetapi kecepatan tertinggi kapal tidak memberikan indikasi bahwa nilai efisiensi tertinggi terdapat pada kecepatan tersebut, karena pada dasarnya nilai efesiensi baling-baling dapat dipengaruhi oleh tingkat pembebanan yang diberikan pada baling-baling.. Menurut Mambo (2004) menyatakan bahwa semakin besar daya mesin yang digunakan untuk setiap ukuran

20 60 60 baling-baling kecepatan air menuju baling-baling semakin besar pula. Sedangkan untuk putaran baling-baling permenit (RPM), dimana semakin besar ukuran/nomor baling-baling yang digunakan untuk setiap daya mesin jumlah putaran baling-baling semakin berkurang. Gambar 27 memperlihatkan bahwa perbandingan antara keceparan kapal (V) terhadap daya mesin kapal dan ukuran/nomor baling-baling pada kapal tanpa semang dan menggunakan poros baling-baling yang pendek pada saat kapal melakukan olah gerak untuk kapal. Hasil uji statistik pada Lampiran 4 menjelaskan bahwa untuk kapal yang tidak menggunakan katir (semang), ukuran baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang menggunakan semang pada taraf nyata 5%. Terlihat pada hasil output two way anova pada Lampiran 4 analisis tukey menjelaskan bahwa ukuran baling-baling 6.5 berbeda dengan 5-6 dan 5, namun ukuran baling-baling 5-6 dan 5 dianggap sama. Dalam proses kerja berlangsun kedua nomor ini sama-sama memberikan kecepatan tinggi, berdasarkan hasil uji statistik menjelaskan bahwa baling-baling dengan ukuran/nomor 5-6 dan 5 secara nyata tidak berbeda signifikan 5%. Interaksi kapal yang tidak menggunakan semang berpengaruh terhadap kecepatan pada taraf nayata 5%, berdasarkan hasil analisis tukey kecepatan tertinggi yang dimiliki oleh kombinasi daya mesin antara 5,5 HP dan 6,5 HP dengan poros yang pendek pada ukuran/nomor baling-baling 6, Poros Dengan Beban Puntir dan Lentur Apabila poros baling-baling bekerja secara normal, maka momen yang dipindahkan oleh kopling mamberikan beban puntir dan lentur pada poros balingbaling, hal tersebut mengakibatkan terjadinya variasi beban puntir dan lentur. Untuk mengetahui besarnya beban puntir dan lentur yang terjadi pada poros baling-baling maka dapat dihitung berdasarkan pendekatan-pendekatan teori sebagai berikut :

21 Daya rencana Daya rencana merupakan daya yang akan ditransmisikan melalui mesin induk ke roda gigi antara, poros baling-baling dan baling-baling. Apabila poros bekerja secara normal, maka momen yang dipindahkan oleh roda gigi memberikan beban puntir pada poros. Hal ini terjadi akibat variasi momen puntir. Sebagaimana diketahui ibahwa daya dan putaran mesin yang akan di transmisikan oleh poros baling-baling, apabila P adalah daya nominal output yang diperoleh dari motor penggerak kapal sehingga memakai faktor koreksi (f c ) dengan demikian diperoleh persamaan 2. Berdasarkan data ukuran pokok mesin, sehingga daya nominal (P) yang digunakan adalah n 1 5,5 HP, n 2 6,5 HP, faktor koreksi f c dapat ditentukan berdasarkan harga yang tertera pada Tabel 7. Putaran maksimum pada masing-masing mesin adalah 650 rpm maka dipilih faktor koreksi f c sebesar 1,2 untuk daya maksimum yang ditransmisikan (Sularso, 1983). P d = f c. P ( kg.mm) Dimana : P d = daya yang ditransmisikan f c = factor koreksi P = daya rata-rata yang diperlukan atau daya rencana Tabel 11 Faktor-faktor koreksi daya yang ditransmisikan Daya yang akan ditransmisikan f c Daya rata-rata yang diperlukan 1,2-2,0 Daya maksimum yang diperlukan 0,8-1,2 Daya normal 1,0-1,5 Hasil perhitungan berdasakan persamaan 2 untuk dapat mengetahui besarnya daya rata-rata yang diperlukan atau daya rencana yang di peroleh untuk kedua kapal dengan daya nominal mesin yang dipergunakan serta putaran maksimum dari daya mesin yang ditransmisikan melalui pajang poros yang digunakan pada saat eksperiment untuk poros dengan ukuran panjang 2,60 m dan 2,20 m memperoleh

22 62 62 daya rencana pada daya 5,5 HP menghasilkan daya rencana 6,6 HP mendapat penambahan daya adalah 1,1 HP, untuk daya 6,5 HP menghasilkan daya rencana 7,8 HP mendapat penambahan daya sebesar 1,3 HP dan untuk kombinasi dari kedua daya 5,5 HP dan 6,5 HP menghasilkan daya rencana sebesar 14,4 HP mendapatkan penambahan daya sebesar 2,4 HP dengan faktor koreksi yang dipakai adalah 1,2 sesuai dengan standar ASME Poros dengan momen puntir Apabila poros baling-baling bekerja secara normal, maka akan timbul momen puntir pada setiap poros baling-baling sesuai dengan ukuran panjang pada kapal yang menggunakan semang dan kapal tanpa menggunakan semang berdasarkan persamaan 3 yang digunakan untuk menghitung momen puntir (Sularso, 1983) adalah sebagai berikut : T = 9, , kg.m = 9,88 kg m T = 9, , kg. m = 9,95 kg. m T = 9, , kg. m = 10,38 kg. m Berdasarkan hasil perhitungan besarnya momen puntir yang terjadi pada poros baling-baling kapal jukung terlihat pada hasil perhitungan berdasarkan landasan teori yang dipergunakan, untuk setiap putaran poros yang ada pada masing-masing daya untuk 5,5 HP dan 6,5 HP dan 5,5 HP dan 6,5 HP, sesuai hasil perhitungan daya rencana masing-masing kapal sebagai penggerak untuk memutarkan poros balingbaling dimana momen puntir yang diperoleh pada setiap ukuran poros baling-baling berbeda berdasarkan persamaan 3, maka hasil perhitungan untuk daya rencan 6,6 HP dengan putaran mesin 1800 rpm menghasilkan momen puntir sebesar 9,88 kg.m,

23 63 63 untuk daya rencana 7,8 HP momen puntir yang diperoleh 9,95 kg.m, dan untuk daya rencana yang dikombinasi 14,4 HP mendapatkan momen puntir sebesar 10,38 kg.m, hasil perhitungan momen puntir berlaku pada kedua kapal yang digunakan. Pada prinsipnya semakin panjangnya poros yang digunakan pada kapal maka akan semakin besar pula kehilangan daya pada kapal sehingga kecepatan kapal berkurang Poros dengan momen lentur Poros baling-baling pada saat mentransmisikan daya mendapatkan momen lentur dimana momen yang bekerja pada poros umumnya adalah momen berulang, dimana untuk mendapatkan hasil dari momen tersebut maka dihitung dengan persamaan 4 (Sularso, 1983). Untuk mengetahui berapa besar nilai momen lentur yang terjadi pada poros baling-baling yang panjang pada saat kapal sedang melakukan pengoperasian adalah : M = ( 16) + (260) = = M = 260,4918 kg. mm 260,5 kg.mm Untuk menyelesaikan perhitungan ini berdasarkan persamaan 4 untuk dapat mengetahui berapa besar nilai momen lentur yang terjadi pada poros baling-baling yang pendek pada saat pengoperasian kapal yaitu : M = ( 16) + (220) = = = 220,581 kg mm 220,6 kg.mm Hasil perhitungan ini memperlihatkan bahwa nilai momen lentur yang terjadi pada masing-masing ukuran pokok poros baling-baling pada saat kapal dioperasikan dengan menggunakan poros baling-baling dengan panjang 2,60 m dengan diameter

24 64 64 poros baling-baling 16 mm, sehingga momen lentur yang dialami oleh poros balingbaling tersebut adalah sebesar 260,491 kg.mm 260, 5 kg.mm, dan poros balingbaling dengan ukuran panjang 2,20 m, dengan diameter 16 mm memperoleh momen puntir sebesar 220, 581 kg.mm 220,6 kg.mm pada saat kapal melakukan pengoperasian. Dari hasil perhitungan momen lentur yang terjadi pada poros baling-baling kapal jukung yang menggunakan katir (semang) dan kapal yang tidak menggunakan semang maka pada diameter poros baling-baling serta panjang dan pendek poros baling-baling, hasil perhitungan tersebut diatas memperlihatkan bahwa besarnya momen lentur yang terjadi pada poros baling-baling akibat momen yang bekerja pada poros terjadi secara berulang-ulang pada saat kapal melakukan pengoperasian. Besarnya momen lentur yang terjadi pada kapal yang menggunakan semang dan kapal yang tidak menggunakan semang secara berulang-ulang mengakibatkan kapal mengalami kehilangan daya yang besar sehingga berpengaruh pada kecepatan tempuh kapal dalam melakukan olah gerak kapal Sudut jatuh poros baling-baling pada kapal jukung Berdasarkan hasil pengukuran lapang besaran panjang poros baling-baling yang terendam sangat dipegaruhi oleh besaran sudut jatuh poros. Dapat dijelaskan bahwa jarak baling-baling dari permukaan air dipengaruhi oleh besaran sudut jatuh poros baling-baling yang terjadi. Panjangnya poros baling-baling 2,60 m dengan sudut kemiringan poros baling-baling 30 yang berbeda pada masing-masing daya diantaranya 5,5 HP, 6,5 HP serta kaliberasi antara daya 5,5 HP dan 6,5 HP. Untuk poros baling-baling yang panjangnya 2,20 m dengan sudut kemiringan poros balingbaling 40 yang berbeda pada masing-masing daya yang diantaranya 5,5 HP, 6,5 HP serta kombinasi antara daya 5,5 HP dan 6,5 HP, sudut kemiringan yang terdapat pada kapal semang dan kapal tanpa semang. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara sudut jatuh poros baling-baling dengan jarak baling-baling ke permukaan air adalah berbanding lurus (Finasari, 2004).

25 Pengaruh kecepatan poros berdasarkan sudut jatuh poros baling-baling Ukuran sudut poros baling-baling yang digunakan oleh nelayan berdasarkan data dilapang, yaitu 30 dan 40. Ukuran sudut yang umumnya digunakan oleh nelayan kapal jukung di Ur Pulau dan nelayan Maluku Tenggara adalah 30 dari sejak kehadiran mesin katinting atau yang lebih dikenal dengan istilah motorisasi, sedangkan sudut 40 selama itu nelayan belum menggunakan mesin katinting dengan sudut tersebut belum dipakai oleh nelaya Ur Pulau pada umumnya dan nelayan Maluku Tenggara pada khususnya. Tabel 12 dan Tabel 13 memperlihatkan bahwa kecepatan kapal dapat dipengaruhi oleh variasi sudut jatuh poros balingbaling. Tabel 12 Perbandingan kecepatan kapal akibat sudut jatuh poros baling-baling yang dimiliki kapal yang menggunakan semang Kapal Kecepatan tiap sudut jatuh poros baling-baling (knot) semang ,77 4,96 2 5,04 5,22 3 4,57 4,77 4 5,05 5,20 5 5,30 5,23 6 4,88 5,11 7 5,79 5,99 8 6,20 6,45 9 5,77 6, 43 Rata-rata Pada Tabel 12, menunjukkan bahwa kecepatan kapal yang diperoleh meiliki hasil yang terbesar adalah pada sudut 40 dengan kecepatan 5,49 knot dan kecepatan yang terkecil pada sudut jatuh poros baling-baling 30 dengan kecepatan yang ditempuh 5,26 knot, dengan hasil yang ada maka dapat mencerminkan bahwa sudut jatuh poros baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang dihasilkan oleh daya mesin 5,5 HP, 6,5 HP dan daya yang kombinasi yaitu 5,5 HP dan 6,5 HP berdasarkan hasil uji lapang. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa adanya

26 66 66 perbedaan kecepatan antara sudut jatuh poros baling-baling yang disebabkan karena adanya perbedaan ukuran panjang poros baling-baling, daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling yang berbeda menghasilkan daya dorong yang berbeda. Dengan perbedaan sudut poros baling-baling maka pergerakan pitch baling-baling yang berbeda menyebabkan adanya slip sehingga pitch semakin kecil. Dalam pemilihan mesin seharusnya disesuaikan dengan kapal yang kita miliki. Apabila data rata-rata kecepatan kapal tersebut dapat ditunjukkan pada gambar grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 31, dimana gambar tersebut menjelaskan suatu hubungan antara sudut jatuh poros baling-baling dengan kecepatan kapal jukung. Pada sumbu X memunjukkan bahwa banyaknya perlakuan yang dilakukan pada masing-masing sudut jatuh poros baling-baling, sumbu Y merupakan nilai dari kecepatan kapal untuk kapal semang. Kecepatan kapal (knot) Kapala yang menggunakan katir (semang) Perlakuan 30⁰ 40⁰ Gambar 28 Hubungan kecepatan kapal jukung dengan sudut jatuh poros balingbaling pada kapalyang menggunakan semang Berdasarkan hasil uji pada sudut 40 dengan kecepatan 5,49 knot pada kapal jukung yang menggunakan semang yang berdimensi panjang total sebesar 10,20 m; lebar 0,97 m; dalam 0,56 m. Daya mesin yang dipakai adalah 5,5 HP, 6,5 HP serta daya yang dikombinasikan antara 5,5 HP dan 6,5 HP dengan panjang poros baling-

27 67 67 baling yang digunakan yaitu 2,60 m, untuk ukuran/nomor 5-6, berdiameter 15 m; ukuran/nomor 6,5 berdiameter 0,16 m; serta ukuran/nomor 5 berdiameter 0,17 m dan memilki jumlah daun sebanyak 2 buah. Tabel 12 dan Gambar 28 diatas menjelaskan bahwa sudut jatuh yang sebaiknya digunakan oleh nelayan kapal jukung yang menggunakan semang dalam melakukan pengoperasian dengan sudut jatuh poros baling-baling 40, karena berdasarkan hasil perhitungan kecepatan yang diperoleh pada sudut kemiringan poros baling-baling ini cukup tinggi. Kapal jukung milik nelayan Ur Pulau yang digunakan sebagai unit eksperiment menggunakan sudut jatuh poros baling-baling 30, ini merupakan suatu kenyataan yang mana selama ini telah digunakan oleh nelayan kapal jukung di Ur Pulau dimana hal ini sudah merupakan suatu kebiasaan nelayan kapal jukung setempat dalam melakukan pengoperasian kapal. Menurut Firnasari (2004) menyatakan bahwa ukuran sudut jatuh baling-baling 30 yang banyak digunakan oleh nelayan dalam proses pengoperasian kapal berlangsung. Dari hasil output two way pada Lampiran 4 menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan kecepatan antara sudut 30 dengan sudut 40 pada kapal menggunakan semang, interaksi HP poros tidak berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang menggunakan semang, pada hasil output analisis tukey menunjukkan bahwa semua jenis interaksi sama saja tidak ada yang berbeda signifikan HP tidak berpengaruh terhadap kecepatan yang menggunakan semang dan dari ketiga jenis daya mesin (HP) yang digunakan dianggap sama pada saat pengoperasian kapal berlangsung. Ukuran baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang menggunakan semang pada taraf nyata 5%. Ukuran baling-baling 6.5 berbeda dengan 5-6 dan 5. Tapi ukuran 5-6 dan 5 dianggap sama. Dimana masing-masing ukuran/nomor baling-baling sama-sama memberikan kecepatan tinggi, interaksi pada kapala yang menggunakan semang berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang menggunakan semang pada taraf nyata 5%, kecepatan tertinggi diberikan dari daya 5,5 HP dengan poros panjang dan pada ukuran/nomor baling-baling 6,5.

28 68 68 Tabel 13 Perbandingan kecepatan kapal akibat sudut jatuh poros baling-baling yang dimiliki kapal tanpa menggunakan semang Kapal tanpa Kecepatan tiap sudut jatuh poros baling-baling (knot) Semang ,58 4,73 2 4,79 4,87 3 4,49 4,54 4 5,07 5,11 5 5,19 5,31 6 4,94 4,70 7 5,61 5,78 8 5,86 6,39 9 5,36 6,04 Rata-rata Pada Tabel 13, menunjukkan bahwa kecepatan kapal yang diperoleh meiliki hasil yang terbesar adalah pada sudut 40 dengan kecepatan 5,27 knot dan kecepatan yang terkecil pada sudut jatuh poros baling-baling 30 dengan kecepatan yang ditempu 5,10 knot, dengan hasil yang ada maka dapat mencerminkan bahwa sudut jatuh poros baling-baling berpengaruh terhadap kecepatan kapal yang dihasilkan oleh daya mesin 5,5 HP, 6,5 HP dan daya yang kaliberasi yaitu 5,5 HP dan 6,5 HP berdasrkan hasil uji lapang. Hasil perhitungan menghasilkan perbedaan kecepatan antara sudut jatuh poros baling-baling yang disebabkan karena perbedaan ukuran panjang poros baling-baling, daya mesin dan ukuran/nomor baling-baling yang berbeda menghasilkan daya dorong yang berbeda. Dengan perbedaan sudut poros baling-baling maka pergerakan pitch baling-baling yang berbeda menyebabkan adanya slip sehingga pitch semakin kecil. Dalam pemilihan mesin seharusnya disesuaikan dengan kapal yang kita miliki. Apabila data rata-rata kecepatan kapal tersebut dapat ditunjukkan pada gambar grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 34, dimana gambar tersebut menjelaskan suatu hubungan antara sudut jatuh poros baling-baling dengan kecepatan kapal jukung. Pada sumbu X memunjukkan bahwa banyaknya perlakuan yang dilakukan pada masing-masing sudut jatuh poros baling-baling, sumbu Y merupakan nilai dari

29 69 69 kecepatan kapal untuk kapal tanpa menggunakan semang. Kapal tanpa menggunakan katir (semang) 7 Kecepatan kapal (knot) ⁰ 40⁰ Perlakuan Gambar 29 Hubungan kecepatan kapal jukung dengan sudut jatuh poros balingbalang pada kapal tanpa menggunakan semang Berdasarkan hasil uji pada sudut 40 dengan kecepatan 5,27 knot pada kapal jukung tanpa semang yang berdimensi utama yaitu dengan panjang total sebesar 10 m; lebar 0,94 m; dalam 0,54 m. Daya mesin yang dipakai adalah 5,5 HP, 6,5 HP serta yang daya dikombinasikan antara 5,5 HP dan 6,5 HP dengan poros baling-baling yang digunakan yaitu 2,20 m, untuk ukuran/nomor 5-6, berdiameter 15 m; ukuran/nomor 6,5 berdiameter 0,16 m; serta ukuran/nomor 5 berdiameter 0,17 m dan memilki jumlah daun sebanyak 2 buah. Dari Tabel 13 dan Gambar 29 diatas menjelaskan bahwa sudut jatuh poros yang sebaiknya digunakan oleh nelayan kapal jukung tanpa menggunakan semang dalam melakukan pengoperasian kapal yaitu dengan sudut jatuh poros baling-baling 40, karena berdasarkan hasil perhitungan kecepatan yang diperoleh pada sudut kemiringan poros baling-baling ini cukup tinggi. Kapal jukung milik nelayan Ur Pulau yang digunakan sebagai unit eksperiment menggunakan sudut jatuh poros baling-baling 30, ini merupakan suatu kenyataan yang mana selama ini telah digunakan oleh nelayan kapal jukung di Ur Pulau dimana hal ini sudah merupakan suatu kebiasaan nelayan kapal jukung setempat dalam melakukan pengoperasian

30 70 70 kapal. Menurut Finarsari (2004) menyatakan bahwa ukuran sudut jatuh baling-baling 30 yang banyak digunakan oleh nelayan dalam proses pengoperasian kapal berlangsung. Dari hasil output two way anova pada Lampiran 4 menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan kecepatan antara sudut 30 dengan sudut 40 pada kapal tanpa semang dan interaksi HP poros tidak berpengaruh terhadap kecepatan, semua jenis interaksi sama saja tidak ada yang berbeda signifikan, daya mesin (HP) yang digunakan tidak berpengaruh terhadap kecepatan kapal tanpa semang, dan dari ketiga jenis daya mesin (HP) yang digunakan dianggap sama pada kapal yang tidak menggunakan semang pada saat pengoperasian kapal berlangsung.

Tahun Pembuatan 2009 Kayu Ketapa (terminalia catapa) 10,05 meter 0,97 meter

Tahun Pembuatan 2009 Kayu Ketapa (terminalia catapa) 10,05 meter 0,97 meter 31 31 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan selama tiga bulan (3) ( bulan yaitu mulai bulan Juli sampai dengan September 2010 di perairan Ur Pulau

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam usaha perikanan tangkap, peranan mesin penggerak kapal sangat penting. Hal ini mengingat operasi penangkapan ikan yang semakin jauh dari garis pantai, dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

BAB IV PENGERTIAN - PENGERTIAN

BAB IV PENGERTIAN - PENGERTIAN BAB IV PENGERTIAN - PENGERTIAN I. Pengertian a. Diameter torak adalah garis tunggal torak. Dalam perhitungan motor garis tunggal torak dianggap sama dengan diameter silinder. Pada kenyataannya tidak sama

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kapal Purse Seine di Takalar Semua usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine di kabupaten Takalar menggunakan sistem satu kapal (one boat sistem). Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI PERANCANGAN MESIN PROSES REKAYASA PERANCANGAN SUATU MESIN BERDASARKAN KEBUTUHAN ATAU PERMINTAAN TERTENTU YANG DIPEROLEH DARI HASIL PENELITIAN ATAU DARI PELANGGAN LANGSUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Soal :Stabilitas Benda Terapung TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH

PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH Budiyanto, Rusdi, Sugiyanto, Sutriyono, Dedi Kurnia Rakhman Prodi Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar adalah suatu tenaga atau bagian kendaran yang mengubah energi termal menjadi energi mekanis. Energi itu sendiri diperoleh dari proses pembakaran. Pada

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM Ir.Soegitamo Rahardjo 1, Asep M. Tohir 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University

Lebih terperinci

BAB I KOMPONEN UTAMA SEPEDA MOTOR

BAB I KOMPONEN UTAMA SEPEDA MOTOR BAB I KOMPONEN UTAMA SEPEDA MOTOR Sepeda motor terdiri dari beberapa komponen dasar. Bagaikan kita manusia, kita terdiri atas beberapa bagian, antara lain bagian rangka, pencernaan, pengatur siskulasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM Oleh ARIEF HIDAYAT 21410048 Latar Belakang Jamur Tiram dan Jamur Kuping adalah salah satu jenis jamur kayu, Media yang digunakan oleh para

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian 1 I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian meningkat. Berbanding lurus dengan hal tersebut, penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB III GAMBAR DIMENSI UKURAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III GAMBAR DIMENSI UKURAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III GAMBAR DIMENSI UKURAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Gambar Dimensi dan Ukuran 3.1.1. Komponen-komponen Blok Silinder Sistem transmisi penggerak merupakan rangkaian transmisi dan tenaga mesin

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM

RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM Oleh: WICAKSANA ANGGA TRISATYA - 2110 039 005 NEVA DWI PRASTIWI 2110 039 040 Dosen Pembimbing: Ir. SYAMSUL HADI, MT. Instruktur Pembimbing:

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kabupaten Buton diperkirakan memiliki luas sekitar 2.509,76 km 2, dimana 89% dari luas wilayah tersebut merupakan perairan laut. Secara geografis Kabupaten Buton terletak

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FAISAL RIZA.SURBAKTI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART 4.1. Analisa Performa Perhitungan ulang untuk mengetahui kinerja dari suatu mesin, apakah kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan didalam usaha perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas dalam usaha menangkap atau mengumpulkan sumberdaya perairan

Lebih terperinci

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG Disusun Oleh : Nama : Tohim Purnanto Npm : 27411140 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH DURASI CAMSHAFT TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR HONDA TIGER 200 CC TUNE UP DRAG BIKE

ANALISA PENGARUH DURASI CAMSHAFT TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR HONDA TIGER 200 CC TUNE UP DRAG BIKE ANALISA PENGARUH DURASI CAMSHAFT TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR HONDA TIGER 200 CC TUNE UP DRAG BIKE Sena Mahendra Pendidikan Teknik Mesin Otomotif IKIP Veteran Semarang E-mail : sena.mahendra@yahoo.com

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN.. DYNAMOMETER TIPE REM CAKERAM HASIL RANCANGAN Dynamometer adalah alat untuk mengukur gaya dan torsi. Dengan torsi dan putaran yang dihasilkan sebuah mesin dapat dihitung kekuatan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang BAB II TEORI DASAR A. Pengertian Kerupuk Kerupuk adalah sejenis makanan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang kemudian ditambahkan dengan

Lebih terperinci

Kriteria Roda Besi Standar Roda Besi Modifikasi Roda Besi Lengkung. Bahan Pembuat Rim Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm

Kriteria Roda Besi Standar Roda Besi Modifikasi Roda Besi Lengkung. Bahan Pembuat Rim Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Spesifikasi roda besi yang diuji Kriteria Roda Besi Standar Roda Besi Modifikasi Roda Besi Lengkung Diameter Rim 900 mm 452 mm 700 mm Jumlah Rim 2 buah 2 buah 2 buah Lebar Rim 220

Lebih terperinci

BAB III GAMBAR DIMENSI UKURAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III GAMBAR DIMENSI UKURAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III GAMBAR DIMENSI UKURAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Gambar Dimensi dan Ukuran 3.1.1. Komponen-komponen Blok Silinder Sistem transmisi penggerak merupakan rangkaian transmisi dan tenaga mesin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motor Bakar Motor bakar torak merupakan salah satu mesin pembangkit tenaga yang mengubah energi panas (energi termal) menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama 5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pengrajin kapal tradisional menyebabkan proses pembuatan kapal dilakukan tanpa mengindahkan kaidahkaidah arsitek perkapalan. Dasar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pembangkit listrik surya termal yang menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan mesin stirling jenis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

F. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 1. Prinsip Kerja

F. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 1. Prinsip Kerja F. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 1. Prinsip Kerja PLTD mempunyai ukuran mulai dari 40 kw sampai puluhan MW. Untuk menyalakan listrik di daerah baru umumnya digunakan PLTD oleh PLN.Di lain pihak, jika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester III OVERHAUL MESIN X 50 No.JST/OTO/OTO0/0& Revisi : 0 Tgl : 6 Februari 0 Hal dari I. Kompetensi : Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat :. Melepas dan memasang semua komponen mesin

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS (1) Sobar Ihsan, (2) Muhammad Marsudi (1)(2) Prodi Teknik Mesin, Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Kalimantan MAB Jln. Adhyaksa (Kayutangi)

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian CVT (Continously Variable Transmision) Sistem CVT (Continously Variable Transmission) adalah sistem otomatis yang dipasang pada beberapa tipe sepeda motor saat ini.

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian Dalam melakukan proses penelitian digunakan alat sebagai berikut: 1. Dynamometer Dynamometer adalah sebuah alat yang digunakan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester III OVERHAUL MESIN X 50 No.JST/OTO/OTO0/9&0 Revisi: 0 Tgl: Agustus 06 Hal dari I. Kompetensi: Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat:. Melepas dan memasang semua komponen mesin dengan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari Sistem Pendorong pada Model Mesin Pemilah Otomatis Cokorda Prapti Mahandari dan Yogie Winarno Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma J1. Margonda Raya No.100, Depok 15424

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertekanan lebih rendah dari tekanan atmosfir. Dalam hal ini disebut pompa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertekanan lebih rendah dari tekanan atmosfir. Dalam hal ini disebut pompa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kompresor Kompresor adalah mesin untuk memampatkan udara atau gas. Kompresor udara biasanya mengisap udara dari atsmosfir. Namun ada pula yang mengisap udara atau

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan

Lebih terperinci

Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN

Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanfaatan tenaga angin di Indonesia belum begitu optimal, walaupun di beberapa daerah sudah

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK Sunarto Teknik Mesin Politeknik Bengkalis Jl. Batin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau sunarto@polbeng.ac.id Abstrak Ulir metrik adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Kebutuhan listrik bagi masyarakat masih menjadi permasalahan penting di Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI PENAMBAHAN UKURAN DIAMETER SILINDER PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN ABSTRAK Sejalan dengan pesatnya persaingan dibidang otomotif banyak orang berpikir untuk

Lebih terperinci

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel A. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah 1. Prinsip Kerja Motor 2 Langkah dan 4 Langkah a. Prinsip Kerja Motor

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC 3.1 Pengertian Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang sangat berpengaruh dalam jalannya suatu mesin.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci