VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL"

Transkripsi

1 VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL A. Model Pemilihan Produk Prospektif 1. Input Model Pemilihan Produk Prospektif. Model pemilihan produk prospektif ini digunakan untuk menentukan komoditi minyak atsiri prospektif di pasar ekspor dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) yang digunakan untuk menyaring alternatif dan untuk pembobotan kriteria bagi alternatif menggunakan software Expert Choice Alternatif merupakan pilihan-pilihan dari hasil akhir sedangkan kriteria merupakan hal yang menentukan seberapa utama alternatif yang ada. Hasil kriteria dan alternatif didapatkan dari wawancara dan studi literatur. Kriteria dan alternatif inilah yang nantinya menentukan pemilihan produk prospektif. Wawancara yang dilakukan berasal dari survei empat orang pakar yang ahli di bidang minyak atsiri yaitu Aryanto (PT. Indesso Aroma) sebagai praktisi, Eddie K. Piyoto (PT. Kryogenia Utama) juga sebagai praktisi, Meika S. Rusli (Akademisi sekaligus praktisi), Yayan Sudaryana (Pihak Pemerintah). Hasil wawancara dengan keempat pakar dan studi literatur berupa delapan kriteria/ faktor yang dijadikan pertimbangan dalam penentuan produk prospektif yaitu : a. Peluang Pasar Peluang pasar menunjukkan prospek permintaan komoditi minyak atsiri di pasar luar negeri untuk prakiraan masa sekarang maupun jangka panjang dengan pegangan dari data masa lalu. b. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Industrialisasi minyak atsiri membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kualifikasi kompetitif di era global. SDM berpengaruh pada produk yang dihasilkan, dibutuhkan orang yang memiliki pengetahuan lebih dalam minyak atsiri. Hal ini nantinya

2 dapat mempengaruhi dari segi kualitas maupun kuantitas. Di indonesia kendala SDM merupakan faktor serius yang mempengaruhi perkembangan usaha. SDM yang dibutuhkan yaitu yang berkemauan keras, jujur dan memiliki ketrampilan khusus serta menguasai teknologi. c. Ketersediaan sumber daya alam Menggambarkan ketersediaan bahan baku yang tersedia berpengaruh pada jumlah minyak atsiri yang dihasilkan. Ketersediaan sumber daya alam dipengaruhi oleh kondisi geografis maupun perlakuan ketika budidaya. d. Peningkatan devisa Kriteria ini menunjukkan besarnya pemasukan ke kas negara. Semakin besar volume ekspor negara kita maka semakin besar pula devisa negara kita. Diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para stakeholder dan pemerintah. e. Penyerapan tenaga kerja Kriteria ini menunjukkan jumlah tenaga kerja yang terserap oleh agroindustri minyak atsiri ini. Semakin besar suatu industri maka semakin besar pula pelibatan tenaga kerja bisa di bagian produksi, manajemen maupun distribusinya. Dengan majunya suatu industri dan peningkatan tenaga kerja berkorelasi positif terhadap perekonomian negara. Hal ini berlaku pada industri minyak atsiri dengan masih menggunakan teknologi saat ini. f. Teknologi yang digunakan Menggambarkan tingkat teknologi yang digunakan dalam mengembangkan industri minyak atsiri. Hal ini perlu dipertimbangkan, mengingat harus sesuai dengan standar yang berlaku. Teknologi juga mempengaruhi kualitas minyak atsiri yang dihasilkan dan juga nantinya bepengaruh pada harga komoditi. Sebagai contoh bila produsen dan petani itu masih memakai teknologi sederhana, maka minyak atsiri terkadang berbau gosong dan rendemennya kecil. Di negara seperti Borbone, harga mesin pengolahan bisa mencapai Rp

3 miliar per unit pabrik, sementara dengan teknologi sederhana investasinya tidak lebih dari Rp100 juta. g. Distribusi Produk Menggambarkan akses distribusi produk dari produsen hingga ke konsumen merupakan salah satu kriteria yang perlu dipertimbangkan. Semakin lancar akses distribusi produk dan para customer merasa puas sehingga kerjasama jangka panjang diharapkan meningkat seiring dengan tingkat permintaan. h. Kebijakan Pemerintah Menggambarkan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang mendukung pengembangan dan pemasaran komoditas minyak atsiri. Dari kriteria-kriteria di atas ini akan diberikan penilaian oleh para pakar dari skala 1 sampai 5. penilaian yang dilakukan dengan membobot kriteria/ faktor yang diajukan, kemudian membobot alternatif berdasarkan kriterianya menggunakan expert choice Gambar 21. Pembobotan kriteria pada Expert Choice

4 Selain kriteria, wawancara dengan para pakar juga menghasilkan alternatif komoditi minyak atsiri yang prospektif di pasar ekspor yaitu minyak nilam, minyak akar wangi, minyak serai wangi, minyak pala, minyak jahe, minyak cengkeh, minyak kayu manis, minyak cendana. Hasil analisa penyaringan ditampilkan kepada user (pengguna) berupa komoditi minyak atsiri prospektif pada pasar ekspor. 2. Output Penyaringan Alternatif Proses Pemilihan Produk Prospektif. Hasil keluaran atau output dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) menghasilkan pembobotan alternatif yang nantinya mempengaruhi output keluaran produk prospektif yang menggunakan MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Hasil perhitungan dengan menggunakan MPE diperoleh hasil sebagai berikut. Menurut hasil pembobotan kriteria dari pakar : Tabel 8. Pembobotan Kriteria Pada Produk Prospektif. Bobot prioritas Goal Goal: pemilihan produk 1 Peluang Pasar 0,377 5 Ketersediaan SDA 0,185 6 Teknologi yang Digunakan 0,116 4 Penyerapan tenaga kerja 0,088 2 kualifikasi SDM 0,086 3 Peningkatan devisa 0,059 8 Kebijakan Pemerintah 0,047 7 Distribusi Produk 0,042 Rasio inkonsistensi= 0.02 Faktor penting yang berperan dalam pemilihan produk prospektif yang pertama adalah peluang pasar dengan nilai 0,377, disusul oleh ketersediaan SDA 0,185 dan di urutan ketiga adalah teknologi yang digunakan dengan point 0,116. Bisa dikatakan semakin tinggi peluang pasar suatu produk semakin prospektif pula produk tersebut. Peluang pasar bisa bisa jugadiidentikkan dengan seberapa banyak permintaaan ekspor minyak atsiri tersebut dari negara lain. 76

5 Pada program dapat dilihat hasil alternatif: Gambar 22. Hasil Alternatif Produk prospektif Peringkat pertama yaitu minyak nilam, yang kedua adalah minyak cengkeh yang ketiga adalah minyak akar wangi. Setelah diverifikasi dengan menggunakan metode MPE secara manual diperoleh hasil: Tabel 9. Hasil Akhir Produk Prospektif Alternatif Bobot Konversi bobot Minyak Nilam Minyak Akar Wangi Minyak Serai Wangi Minyak Pala Minyak Jahe Minyak Cengkeh Minyak Kayu Manis Minyak Cendana Peluang Pasar 0, Ketersediaan SDA 0, Teknologi yang Digunakan 0, Penyerapan tenaga kerja 0, Kualifikasi SDM 0, Peningkatan devisa 0, Kebijakan Pemerintah 0, Distribusi Produk 0, Hasil MPE

6 Hasil verifikasi pengolahan memiliki hasil yang sama yaitu tiga produk prospektif teratas yaitu Minyak Nilam dengan nilai Minyak nilam terbukti yang paling potensial, dari segi peluang pasar minyak nilam dari Indonesia menguasai pasar dunia sebesar 90% dan kualitas yang paling bagus juga ada di Indonesia dengan jenis nilam aceh atau disebut juga Pogostemon cablin Benth. Sampai saat ini belum ada senyawa sintetis yang bisa menggantikan nilam sebagai zat fiksatif kuat pada parfum. Tabel 10. Rata-rata pasar ekspor minyak atsiri Jenis Minyak Atsiri Volume (Kg) Persentase Minyak bergamot , ,00 Minyak jeruk 398,86 0,02 Minyak Lemon 829,00 0,03 Minyak lainnya 6.153,29 0,23 Minyak geranium 63,33 0,02 Minyak melati 2,00 - Minyak lavender 335,00 0,01 Minyak peppermint 6.436,50 0,24 Minyak akar wangi , ,00 Minyak sereh wangi , ,00 Minyak nilam , ,00 Minyak pala , ,00 Minyak kayu manis 233,00 0,01 Minyak Jahe 2.905,00 0,11 Minyak cardamoms 107,60 0,00 Minyak Palmarosa 94,17 0,00 Minyak atsiri lainnya , ,00 Total ,62 100,000 Biro Pusat Statistik, 2000 Besarnya prosentase ekspor minyak nilam pada tahun 2000 bisa mencapai empat kali lipatnya dibanding yang lain dan terbukti bahwa angka permintaan pasar nilam cukup tinggi. Kendati kontribusi ekspor minyak nilam relatif kecil terhadap devisa total Indonesia, namun perkembangan volume dan nilai ekspor komoditi ini meningkat cukup tajam setiap tahunnya. Bahkan akhir-akhir ini harga jual ekspor nilam di pasaran dunia mencapai US $ 600 per kg yang awalnya US per kg. Prospek ekspor komoditi ini pada masa yang akan datang juga masih cukup besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap 78

7 parfum/kosmetika, trend mode dan belum berkembangnya barang subsitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum/kosmetika. Prospek ekspor yang cukup besar ini seharusnya mampu diiringi oleh pengembangan budidaya dan industri minyak nilam di dalam negeri. Usaha pengembangan ini akan lebih berdaya guna bila usaha kecil yang selama ini di kelola secara tradisional bermitra dengan usaha besar yang pada umumnya lebih mengusai pasar ekspor dan telah memiliki kemampuan teknologi budidaya dan industri minyak nilam. Di pasaran minyak atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia sudah sangat di percaya oleh para konsumen di luar negeri. Hal itu terlihat bahwa porsi minyak nilam Indonesia dipasaran dunia mencapai 89-90% dari pasaran minyak nilam dunia. Disamping itu keunggulan minyak nilam Indonesia di pasaran di tandai dengan tingginya apresiasi harga minyak nilam dari negara lain seperti RRC. Harga minyak nilam Indonesia di pasaran luar negeri berkisar antara US$ 18,75-20,00 per Kg CF (Agustus 1988) dibandingkan dengan yang berkisar antara US$ 17,00/Kg CF dan pada bulan Februari 1989 selisih harga itu semakin tinggi yaitu minyak nilam Indonesia terjual US$ 18,50-18, 75 Kg/CF sedangkan harga jual nilam ex RRC jauh dibawah yaitu US$ 15-16,00 per kg CF. Berdasarkan informasi tahun tahun terakhir ini RRC tidak melakukan ekspor lagi karena kebutuhan minyak nilam dalam negeri mangalami peningkatan seiring dengan perkembangan industri parfum dan kosmetik dalam negerinya sehingga porsi ekspor minyak nilam Indonesia dapat mencapai lebih 90% dari perdagangan luar negeri minyak nilam dunia. Hal ini berarti space market minyak nilam Indonesia makin membesar karena makin kecilnya peranan dari kompetitor ( Untuk ketersediaan sumber daya alam (SDA) tanaman nilam termasuk mudah tumbuh di Indonesia, jadi para petani di daerah jawa dan sekitarnya pun bisa membudidayakan nilam aceh ini. Dari segi teknologi masih perlu dikembangkan sama seperti teknologi minyak atsiri yang lain tetapi karena varietas yang Indonesia punya tergolong unggul maka kualitas yang dihasilkan bagus. Karena Indonesia sudah terkenal akan unggulnya 79

8 atsiri nilam ini hendaknya terus menjaga nama baik di perdagangan ekspor dengan tidak melakukan penipuan yang dapat mencemarkan nama baik Indonesia di mata dunia. Kemudian untuk produk prospektif lainnya diikuti oleh minyak Cengkeh dengan nilai 3.520, Minyak Akar Wangi dengan nilai Hasil antara program dengan kalkulasi manual menunjukkan hasil yang sama. Data dari Himpunan Industri Kecil Agro dan Manufaktur mengungkapkan permintaan minyak akar wangi ke Indonesia melalui beberapa trader atau eksportir bisa mencapai 300 ton per tahun atau senilai Rp.120 miliar. Sampai saat ini, pasar luar negeri menyerap produk minyak akar wangi dan cengkeh adalah para pengusaha dari kawasan Asia, Eropa dan Amerika khususnya Negara-negara seperti India, Jepang, Inggris, Belanda dan Amerika Serikat. Peluang ekspor untuk minyak atsiri masih cukup terbuka khususnya untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur dan Amerika Selatan. B. Model Pemilihan Pasar Potensial Model pemilihan pasar potensial digunakan untuk menentukan area pasar potensial dari minyak atsiri. Model ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penyusunan hierarki penentuan strategi dan penentuan alternatif area pasar potensial melalui beberapa tahapan yaitu studi literatur dan wawancara atau konsultasi dengan pakar terkait. Tujuan dari penyusunan hirarki ini adalah memberikan informasi kepada pengguna mengenai alur proses yang akan ditempuh dalam menentukan tujuan dari suatu masalah. Hirarki yang disusun terdiri dari lima level yaitu level pertama yaitu menentukan goal yaitu menentukan pasar ekspor potensial, level kedua adalah faktor atau kriteria yang berperan yaitu pertumbuhan permintaan, kebijakan pemerintah, volume ekspor dan tingkat persaingan. Level ketiga adalah aktoraktor yang berperan yaitu pemerintah, eksportir, buyer, industri intermediate minyak atsiri. Level keempat adalah tujuan seperti pemasukan devisa, peluang pasar yang besar dan kerjasama di bidang minyak atsiri. Level kelima adalah 80

9 alternatif pasar potensial yaitu Amerika, Eropa, Timur Tengah dan Asia Pasifik.Gambar hirarki terdapat di bawah ini: Penentuan Pasar Potensial Komoditi Minyak Atsiri Pertumbuhan Permintaan Volume Ekspor Tingkat Persaingan Kebijakan pemerintah Buyer Eksportir Pemerintah Industri Intermediate Minyak Atsiri Peluang Pasar Pemasukan Devisa Tingkat Kerjasama di bidang Minyak Atsiri Eropa Amerika Timur Tengah Asia Pasifik Gambar 23. Hirarki Analisa Proses Pemilihan Pasar Potensial Minyak Atsiri Hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisa hirarki proses ini berupa urutan prioritas dari tiap elemen di tiap level. Data tiap level diinput terlebih dahulu sehingga didapat nilai total masing-masing elemen yang terdapat dalam masing-masing hirarki. 81

10 Hasil keluaran yang sudah merupakan output gabungan dari para pakar dari level pertama dengan rasio inkonsistensi 0,05 dengan nilai di bawah ini. Tabel 11. Output level pertama dari AHP Pasar Potensial Terhadap Sasaran Bobot Faktor Pertumbuhan Permintaan 0,17 Kebijakan Pemerintah 0,044 Volume Ekspor 0,571 Tingkat Persaingan 0,215 Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh yaitu volume ekspor sebagai prioritas utama. Semakin besar volume ekspor maka semakin besar peluang bisnis yang terciptakan. Faktor kedua yang menempati prioritas kedua yaitu tingkat persaingan. Tingkat persaingan tidak hanya terjadi antara eksportir dalam negeri tapi juga antara eksportir negara kita dengan negara lain. Biasanya semakin banyak peluang yang ada eksportir yang bermunculan semakin banyak. Untuk memenangkan persaingan diperlukan nilai tambah. Setiap eksportir/ pengusaha harus memiliki nilai tambah tersendiri. Dalam menjalin hubungan ke customer luar pun kita harus mengutamakan etika dalam berbisnis. Berdasarkan kepercayaan dari pihak customer, bisnis yang tercipta diprediksikan akan bersifat jangka panjang. Faktor berikutnya yang berpengaruh yaitu pertumbuhan permintaan. Kenaikan pertumbuhan permintaan di suatu negara mengindikasikan market yang membesar yang berkorelasi positif dengan besarnya kesempatan. Selain itu juga diperlukan dukungan dari pemerintah melalui kebijakankebijakannya. Elemen berikutnya yaitu elemen aktor yang dipengaruhi oleh empat faktor. Aktor-aktor yang berpengaruh adalah pemerintah, eksportir, buyer dan industri intermediate minyak atsiri. 82

11 Tabel 12. Output level kedua dari AHP Pasar Potensial Hasil Pembobotan level satu Terhadap faktor pertumbuhan 0,17 Terhadap faktor kebijakan pemerintah 0,044 Terhadap faktor volume ekspor Terhadap faktor tingkat persaingan 0,571 0,215 Hasil pembobotan level dua Bobot Aktor Pemerintah 0,0120 0,025 0,039 0,017 0,093 Eksportir 0, ,0099 0, , ,279 Buyer 0, , , , ,342 Investor 0, , , , ,286 Pada elemen aktor, yang paling mempengaruhi suatu area sebagai pasar potensial yaitu buyer/ importir yang berarti pertumbuhan permintaan tergantung dari permintaan buyer setiap tahunnya. Dan hal ini tergantung dari trend permintaan minyak atsiri di setiap negara dan umumnya setiap negara memiliki trend yang berbeda. Kemudian di posisi selanjutnya diikuti oleh industri intermediate minyak atsiri, eksportir dan pemerintah. Industri intermediate minyak atsiri dan eksportir memiliki peranan yang besar dalam volume ekspor dalam negeri, dalam hal kualitas dan distribusi. Yang dimaksud dengan industri intermediate minyak atsiri yaitu industri kecil yang mengolah langsung dari para petani penanam tanaman atsiri. Dan para industri ini dalam mengolah produknya juga perlu melihat peluang pasar. Untuk hal ini maka dari pihak pemerintah dalam memberikan informasi maupun kesadaran para pengusaha di masing-masing industri perlu untuk melihat trend pasar. Dari produk minyak atsiri yang terjaga kualitasnya dari tahun ke tahun dan bisa menjaga reputasi sehingga dipercaya pasar dari sinilah permintaan akan ekspor ke pelanggan di negara lain kemungkinan besar juga akan bertambah. Para penyuling pada industri intermediate minyak atsiri perlu tahu akan pengetahuan akan kualitas dan keterampilan dalam mengolah atsiri karena industri intermediate adalah awal rantai dimana bisnis ini dimulai. 83

12 Maka dari itu hasil combine AHP para pakar menunjukkan industri intermediate memiliki posisi kedua yang penting. Posisi terakhir ditempati oleh pemerintah dimana peranan pemerintah tidak kalah penting dibanding yang lain. Pemerintah memang mendukung para eksportir dalam negeri dalam memperluas bisnisnya di negara-negara lain. Hal ini dilakukan dengan langkah nyata dengan melakukan pameran-pameran di luar negeri. Hal ini tentu saja berkorelasi positif dengan pemasukan devisa. Semakin besar nilai jual yang kita ekspor maka semakin besar pula devisa bagi negara kita. Dalam membuat kebijakan pemerintah peran aktor lain juga diperlukan dalam memberikan saran. Tiap aktor memiliki peranan dan tujuannya masing-masing, para eksportir minyak atsiri mencari tujuan pasar dengan peluang pasar yang besar. Untuk mencapai semua tujuan diperlukan kerjasama dari semua aktor. Tabel 13. Output level ketiga dari AHP Pasar Potensial Terhadap aktor pemerintah Terhadap aktor eksportir Terhadap aktor Buyer Terhadap aktor industri minyak atsiri Hasil pembobotan level dua 0,093 0,279 0,342 0,286 Bobot Tujuan Pemasukan Devisa 0,0505 0,0293 0, , ,155 Peluang Pasar 0, , , , ,588 Kerjasama di bidang minyak atsiri 0, , , , ,257 Hasil pembobotan level tiga Tujuan peran buyer kurang lebih sama dengan eksportir mencari dan memprediksikan produk minyak atsiri yang memiliki peluang pasar yang besar karena para buyer ini juga nantinya akan menjual ke end of customer maupun industri lainnya. Dalam menciptakan peluang pasar yang besar, salah satu cara dengan menjalin kerjasama antara negara satu dengan negara yang lain, antara 84

13 perusahaan satu dengan yang lain. Dengan hasil win-win-win solution sebagai contoh Perusahaan Swiss Firmenich yang ingin mengajak kerjasama dengan salah satu pengusaha yang dapat menyediakan vanili secara berkala di suatu negara timbal baliknya pengembangan dan kesejahteraan ke pihak para penyuling akan dibantu oleh Firmenich. Dapat diambil kesimpulan tujuan utama dalam mengekspor minyak atsiri yaitu untuk mencari peluang pasar yang besar sehingga keuntungan yang didapatkan juga besar. Tabel 14. Output level keempat dari AHP Pasar Potensial Wilayah Bobot Peringkat Amerika 0,389 1 Eropa 0,326 2 Timur Tengah 0,078 4 Asia Pasifik 0,208 3 Kriteria-kriteria di atas ditentukan untuk menentukan alternatif area pasar potensial. Alternatif-alternatif tersebut adalah Eropa, Amerika, Asia Pasifik dan Timur Tengah. Hasil dari AHP menunjukkan Amerika memiliki prioritas utama dalam pasar prospektif. Eropa yang memiliki porsi kedua terbesar. Hal ini menunjukkan baik amerika maupun eropa memang pasar yang bagus dalam sasaran ekspor minyak atsiri. Asia Pasifik pun perkembangan permintaannya terus meningkat hal ini bisa dikarenakan asia pasifik terdiri dari negaranegara berkembang yang industrinya semakin lama juga semakin berkembang. Sedangkan dalam mengekspor ke timur tengah pada prakteknya, para eksportir mengalami kesulitan dalam penyediaan dukumen ekspor ke negara-negara tersebut. 85

14 Secara keseluruhan hasil model di atas dapat dilihat sebagai berikut: Penentuan Pasar Potensial Komoditi Minyak Atsiri Pertumbuhan Permintaan 0,17 Volume Ekspor 0,044 Tingkat Persaingan 0,571 Kebijakan pemerintah 0,215 Buyer 0,342 Eksportir 0,279 Pemerintah 0,093 Industri Intermediate Minyak Atsiri 0,286 Peluang Pasar 0,588 Pemasukan Devisa 0,155 Tingkat Kerjasama di bidang Minyak Atsiri 0,257 Eropa 0,326 Amerika 0,389 Timur Tengah 0,078 Asia Pasifik 0,208 Gambar 24. Hirarki Analytical Hierarchy Process beserta pembobotannya. 86

15 Hal tersebut didukung dengan data Tabel 15. Tabel Negara Pengimpor Minyak Nilam Negara pengimpor minyak nilam Indonesia Negara Pengimpor Volume (Kg) Nilai (US$ FOB) Amerika Serikat Perancis Belanda Swiss Jerman Singapura Inggris Jepang India Spanyol Hongkong Malaysia Italia Argentina Dari tabel di atas memang negara Amerika yang memiliki permintaan nilam terbesar diikuti oleh negara-negara lain. Selain Negara Indonesia, sebenarnya RRC merupakan saingan berat Indonesia dalam penyediaan nilam awalnya tetapi karena peningkatan industri yang signifikan di negara tersebut maka atsiri yang dihasilkan lebih banyak untuk industri dalam negeri. Walaupun begitu Indonesia harus tetap gencar mempromosikan komoditi yang satu ini dengan cara menyelenggarakan pameran salah satunya. Pada pameran yang diselenggarakan harus sekaligus juga aktif menjalin kerjasama dengan sejumlah lembaga internasional CBI (Belanda), SIPPO (Swiss), dengan pembelinya diperlukan sarana langsung di airport tanah air. Untuk produk-produk di Indonesia yang nantinya dengan fasilitas 87

16 ini pembeli akan mudah dipertemukan dengan para perusahaan lokal yang dibutuhkan. Mengumpulkan informasi pasar yang spesifik sesuai produknya di Amerika maupun Eropa. Untuk meningkatkan market share di daerah tersebut diperlukan aksi yang lebih agresif lagi baik bagi eksportir maupun pemerintah. 88

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 23 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perumusan strategi serta implementasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan, sektor pertanian masih merupakan tema sentral yang perlu

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM 3.1 Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau disebut juga sebagai Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI EssDSS 01

V. IMPLEMENTASI EssDSS 01 V. IMPLEMENTASI EssDSS 01 A. Program Utama EssDSS 01 Paket program EssDss 01 merupakan paket dari sistem program yang mengintegrasikan beberapa model yang berkaitan di dalamnya. Model-model ini membantu

Lebih terperinci

VIII. MODEL STRATEGI PEMASARAN

VIII. MODEL STRATEGI PEMASARAN VIII. MODEL STRATEGI PEMASARAN A. Strategi Pemasaran Minyak Nilam Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap faktor dominan yang mempengaruhi perencanaan strategi dengan menggunakan: Matriks Internal Factor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satunya sebagai sumber penerimaan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Metode optimisasi sudah terkenal dan umum digunakan dalam jalur distribusi karena berkaitan dengan meningkatkan keuntungan, efisiensi dan mengolah bahan baku menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penulisan rencana bisnis ini adalah untuk membangun sebuah usaha yang terintegrasi dalam pengembangan komoditas minyak nilam, yang merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 21/04/72/Th.XX, 17 April 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Maret 2017, Nilai Ekspor US$ 208,38 Juta dan Impor US$ 200,92 Juta Selama Maret 2017, total ekspor senilai US$ 208,38

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 13/02/72/Th.XX, 16 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Januari 2017, Nilai Ekspor US$ 145,95 Juta dan Impor US$ 20,21 Juta Selama Januari 2017, total ekspor senilai US$

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya hubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 31/05/72/Th.XX, 15 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama April 2017, Nilai Ekspor US$ 161,64 Juta dan Impor US$ 90,89 Juta Selama April 2017, total ekspor senilai US$ 161,64

Lebih terperinci

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 49/08/72/Th.XX, 15 Juli 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juni 2017, Nilai Ekspor US$ 225,91 Juta dan Impor US$ 60,15 Juta Selama Juni 2017, total ekspor senilai US$ 225,91

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 17/03/72/Th.XX, 15 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Februari 2017, Nilai Ekspor US$ 130,31 Juta dan Impor US$ 12,13 Juta Selama Februari 2017, total ekspor senilai US$

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 35/06/72/Th.XX, 15 Juni 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Mei 2017, Nilai Ekspor US$ 311,29 Juta dan Impor US$ 95,63 Juta Selama Mei 2017, total ekspor senilai US$ 311,29 juta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai jenis tanaman rempah rempah dan menjadi negara pengekspor rempah rempah terbesar di dunia. Jenis rempah rempah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 56/11/72/Th. XV, 01 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH SEPTEMBER EKSPOR SENILAI US$ 32,12 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan ember (angka sementara) dibanding bulan us

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki prospek yang cerah di masa mendatang yang dapat memberikan kontribusi yang cukup besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber daya manusia nya. Keberhasilan perusahaan diukur oleh kemampuan perusahaan mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang. Minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk 114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 02/10/72/Th. XIV, 03 Oktober PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH AGUSTUS EKSPOR SENILAI US$ 29,95 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan us (angka sementara) dibanding bulan i (angka

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017 No. 70/12/72/Th.XX, 15 Desember 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGAH Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017 Selama Oktober 2017, Nilai Ekspor US$ 285,57 Juta dan Impor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, September 2017

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, September 2017 No. 58/10/72/Th.XX, 16 Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGAH Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, September 2017 Selama September 2017, Nilai Ekspor US$ 237,50 Juta dan

Lebih terperinci

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional. Pisang selain mudah didapat karena

Lebih terperinci

Market Brief Essential Oil Di Jerman. ITPC Hamburg 2016

Market Brief Essential Oil Di Jerman. ITPC Hamburg 2016 Market Brief Essential Oil Di Jerman ITPC Hamburg 2016 I Daftar Isi Kata Pengantar... III 1. Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.1.1 Minyak Esensial untuk Perasa Makanan dan Minuman... 1 1.1.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1980-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Barat No. 56/10/32/Th. XIX, 2 Oktober 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Barat Agustus 2017 Ekspor Agustus 2017

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

Market Brief. Cengkeh di Jerman

Market Brief. Cengkeh di Jerman Market Brief Cengkeh di Jerman ITPC Hamburg 2015 ITPC HAMBURG - CENGKEH DI JERMAN 2015 Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.2 Profil Geografi Jerman... 1 2 Potensi

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS NILAM DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS NILAM DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS NILAM DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT Mhd. Asaad 1) Surya Dharma 2) Fakultas Pertanian UISU Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Abstrak Dalam rangka meningkatkan produktivitas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 48/09/72/Th. XVI, 02 September PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH JULI EKSPOR SENILAI US$ 29,25 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan (angka sementara) dibanding bulan (angka tetap)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang terus menerus telah ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia baik secara makro maupun

Lebih terperinci

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 07/02/72/Th.XIX, 01 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Desember 2015, Nilai Ekspor US$ 100,79 Juta dan Impor US$ 146,24 Juta Selama Desember 2015, total ekspor senilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara terbesar penghasil rotan di dunia. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara terbesar penghasil rotan di dunia. Selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rotan merupakan sumber devisa yang sangat besar bagi negara karena Indonesia adalah salah satu negara terbesar penghasil rotan di dunia. Selain itu rotan dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah No. 54/09/72/Th.XX, 15 September 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGAH Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah Selama Agustus 2017, Nilai

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Pengembangan sektor agribisnis sebagai salah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 02/03/72/Th. XV, 1 Maret 2012 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH JANUARI 2012 EKSPOR SENILAI US$ 25,64 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan uari 2012 (angka sementara) dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET No. 32/50/61/Th. XIX, 3 Mei A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$38,86 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 1. PERKEMBANGAN EKSPOR No. 81/10/21/Th. X, 15 Oktober Nilai ekspor Provinsi Kepulauan Riau

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 49/08/72/Th.XIX, 15 Agustus 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juli 2016, Nilai Ekspor US$ 94,59 Juta dan Impor US$ 33,35 Juta Selama Juli 2016, total ekspor senilai US$ 94,59

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik karena banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian, maupun karena kontribusinya yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Saat ini, dunia memasuki era globalisasi yang berdampak terhadap sistem perdagangan internasional yang bebas dan lebih terbuka. Keadaan ini memberi peluang sekaligus tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan memegang peranan penting dalam setiap lini kehidupan manusia. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka akan meningkat pula kebutuhan hidup manusia,

Lebih terperinci