VIII. MODEL STRATEGI PEMASARAN
|
|
- Sudirman Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VIII. MODEL STRATEGI PEMASARAN A. Strategi Pemasaran Minyak Nilam Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap faktor dominan yang mempengaruhi perencanaan strategi dengan menggunakan: Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), yaitu untuk mengevaluasi faktor internal industri yang meliputi kekuatan dan kelemahan yang ada pada agroindustri. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE), yaitu untuk mengevaluasi faktor eksternal industri yang meliputi peluang dan ancaman yang ada pada agroindustri. Matriks Internal-Eksternal (IE) yang menggunakan parameter kekuatan internal agroindustri dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi pemasaran di tingkat korporat yang lebih detail. Gambar 28. Kelas Pada Matriks Internal dan Eksternal Faktor Internal Faktor Eksternal 3 I.Growth II. Growth III. Retrenchment 2 IV. Stability V. Growth, Stability VI. Retrenchment 1 VII. Growth VIII. Growth IX. Retrenchment Dalam penghitungan dengan menggunakan IFE/EFE dilakukan oleh tiga pakar. Analisa strategi pengembangan mencakup analisis internal maupun eksternal dari pilihan produk prospektif, disini melalui model produk prospektif terpilih komoditi yang paling prospektif yaitu nilam. Analisis internal digunakan untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan usaha agroindustri dalam yang berkaitan dalam memasarkan produk tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat mengoptimalkan kekuatan yang ada serta menekan kelemahan dalam rangka memasarkan produk yang dihasilkan. Analisis eksternal
2 dilakukan untuk mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman yang dihadapi dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk memahami peluang dan ancaman sehingga dapat merumuskan strategi perencanaan yang cukup efektif. Input internal bisa dilihat pada tampilan berikut: Gambar 29. Input matriks internal pada program EssDSS 01 Gambar 30. Input matriks eksternal pada program EssDSS
3 Hasil masukan dari para pakar yang berjumlah tiga orang, di-combine sehingga didapatkan hasil seperti tampilan berikut : Gambar 31. Hasil perhitungan gabungan matriks para pakar Dari hasil yang ada maka bisa didapatkan hasil output posisi dari suatu industri yang dianalisa. Pada program didapatkan hasil kelas jatuh pada posisi keempat. 103
4 Gambar 32. Posisi kelas industri minyak nilam Verifikasi dan validasi program seperti dapat dilihat pada tabel berikut posisi untuk industri minyak nilam juga jatuh pada posisi keempat. Tabel 17. Matriks Internal Eksternal Minyak Nilam Nilam Oils Bobot Skala Penilaian Skor Strength/ Kekuatan Ketersediaan bahan baku 0,16 3,67 0,59 kebijakan pemerintah 0,09 3 0,27 kualitas paling bagus di dunia 0,14 4 0,56 Kapasitas produksi yang besar 0,15 2,33 0,35 Weakness/ Kelemahan nilai tambah 0,15 3,67 0,55 teknologi yang belum memadai 0,14 3 0,42 sdm belum memadai 0,15 3 0,45 Opportunities/ Peluang Kebutuhan dunia yang besar 0,29 3,67 1,06 Globalisasi 0,26 2,33 0,61 pertumbuhan penduduk 0,24 1 0,24 Threat/ Ancaman harga yang fluktuatif 0,21 1,67 0,35 Stabilitas, IV 3,19 2,26 104
5 Kekuatan dari industri minyak nilam ini adalah pada ketersediaan bahan baku, dimana nilam dapat mudah tumbuh dan dikembangkan di wilayah Indonesia dan kualitas nilam aceh Indonesia memiliki kualitas yang paling bagus di dunia. Minyak nilam berada posisi sel keempat yaitu stabilitas, yang menandakan dalam kondisi stabil dimana dilihat dari volume ekspor setiap tahunnya memang terjadi peningkatan tetapi volumenya tidak terlalu signifikan. Pada posisi ini dengan posisi yang stabil dan kotribusi 60% minyak atsiri yang diekspor yaitu dengan tidak mengubah garis besar strategi yang sudah diterapkan. Kebijakan pemerintah yang ada hanya mendukung secara garis besar. Dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah yang dicantumkan dalam keputusan menteri misal. Saat ini kepmenperindag yang mendukung yaitu no. 558 th.1998 jo.07 tahun 2005 bahwa barang ekspor dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok barang: 1) yang diatur tata niaga 2) diawasi 3) dilarang dan 4) bebas. Untuk minyak atsiri termasuk komoditi yang bebas ekspornya kecuali yang mengandung safrol masuk dalam kelompok 1. Kepmenperindag yang telah disebutkan sayangnya masih bersifat global perlu adanya kepmen yang secara khusus mengatur subsidi langsung bagi para pelaku hulu yang bisa digunakan sebagai modal maupun pelatihan berkala mengenai sistem kultivasi, penjagaan kualitas, peningkatan rendemen serta perlakuan produk yang akan diekspor. Peningkatan produksi saat ini sedang dilakukan terutama di daerah Sulawesi dan Kalimantan, hal ini patut diperhatikan. Peningkatan yang dilakukan memang untuk memenuhi kebutuhan dunia yang belum tecukupi, tetapi hati-hati terhadap kelebihan produksi perlu untuk menyeimbangkan antara supply-demand. Metode analisis internal dan eksternal pada minyak nilam dilanjutkan ke metode SWOT. 105
6 Tabel 18. Kriteria pada matriks internal dan eksternal pada minyak nilam Strength/ Kekuatan Ketersediaan bahan baku Kebijakan pemerintah Kualitas paling bagus di dunia Kapasitas produksi yang besar Opportunities/ Peluang Kebutuhan dunia yang besar Globalisasi Pertumbuhan penduduk Weakness/ Kelemahan Nilai tambah Teknologi yang belum memadai SDM belum memadai Threat/ Ancaman Harga yang fluktuatif Strategi SO Kebijakan pemerintah yang mendukung dalam mengekspor minyak nilam dan tetap menjaga ketersediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan dunia yang besar dengan tetap menjaga kualitas. Peningkatan produksi pun perlu diperhatikan agar tidak berlebih sehingga terjadi over supply, yang disusul dengan penurunan harga drastis. Perlu adanya standar kualitas yang perlu diketahui para pelaku hulu agar hasilnya nanti dapat bersaing di pasar global, walaupun kualitas nilam aceh yang paling bagus tetapi dengan kandungan PA (Patchouli Alkohol) yang lebih tinggi harga yang didapatkan akan lebih tinggi pula. Strategi WO Meningkatkan keterampilan di bidang minyak atsiri untuk menghadapi era globalisasi, perlu adanya pelatihan yang dapat meningkatkan daya saing personal. Subsidi khusus dari pemerintah akan lebih mendukung. Meningkatkan nilai tambah/ teknologi dalam memenuhi kebutuhan dunia yang besar, kerjasama antara para stakeholder diperlukan untuk membentuk rantai kuat dalam menghadapi era global secara bersamaan. Misal dari pihak swasta yang mendukung dari segi teknologi bekerjasama dengan pihak pemerintah dan petani. Teknologi dapat meningkatkan nilai tambah yang secara langsung berpengaruh pada harga minyak nilam itu sendiri. 106
7 Strategi ST Dalam memaksimalkan kekuatan yang ada untuk mengatasi ancaman harga yang fluktuatif yaitu dengan tetap menjaga keseimbangan antara supply dengan demand dari pasar ekspor. Sampai saat ini demand ekspor masih belum tercukupi sehingga strategi saat ini yaitu menggenjot produksi dengan tetap menjaga ketersediaannya. Hal ini diharapkan dapat tercapai karena Indonesia memiliki daerah potensial penghasil nilam di daerah sumatra, jawa dan kalimantan. Varietas tanaman yang dimiliki Indonesia juga terkenal akan kadar PA (Patchouli Alkohol) yang tinggi. Strategi WT Strategi SWOT yang terakhir yaitu menekan kelemahan yang ada sekaligus mengurangi ancaman, perlu adanya kerjasama erat dan bersifat berkelanjutan terutama dalam bidang pelatihan dan teknologi. Dengan hal ini diharapkan dapat meningkat daya saing Indonesia di mata dunia. Secara garis besar industri minyak nilam perlu meningkatkan integrasi rantai nilai dari proses budi daya-panen-pasca panen-penyulingan/pemurniansales/promotion Hal-hal yang perlu diperhatikan dari tahap di atas yaitu: Dari segi budi daya perlu diperhatikan dari segi varietas nilam yang ditanam, kondisi tanah dan lingkungan serta perlu adanya pencegahan akan munculnya hama. Ketika panen, perlu diperhatikan waktu yang tepat untuk memanen Pasca panen juga merupakan tahap yang penting dimana harus diperhatikan perlakuan pasca panen agar rendemen yang berkurang tidak banyak. Pada proses penyulingan dan pemurnian, perlu diperhatikan teknologi yang digunakan. Tahap terakhir diperlukan strategi marketing dalam penjualan. 107
8 Tujuan dengan diterapkannya integrasi rantai nilai Peningkatan daya saing Meningkatkan kualitas dan kuantitas Dari segi pasar tujuan, dengan rata-rata dari tahun ke tahun seperti pada tabel berikut: Tabel 19. Eksportir minyak nilam dengan kebutuhan rata-ratanya/ tahun. konsumsi nilam NO NEGARA KONSUMSI (TON/TAHUN) 1 Amerika Serikat Inggris Perancis Swiss Jerman Belanda 30 Wilayah Amerika Serikat, Inggris dan Perancis menduduki peringkat teratas dibanding wilayah negara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kedua wilayah negara tersebut terbukti prospektif sebagai sasaran ekspor Essential oils. Amerika termasuk negara industri terbesar di dunia dan karena ini juga permintaan bahan baku juga memiliki porsi yang besar. Pada program pemilihan pasar potensial yag merupakan input dari pakar juga menunjukkan bahwa pasar Eropa dan Amerika memang merupakan pasar yang menjanjikan. Singapura pun sebagai negara asia yang berkedudukan di nomor tujuh yang memiliki kebutuhan besar akan minyak atsiri. Sebagaimana kita tahu bahwa Singapura adalah negara yang bertumpu pada perdagangan. Berdasarkan status ini, industri minyak nilam menyediakan kesempatan kerja yang lebih tinggi dibandingkan minyak atsiri lainnya, karena pertumbuhannya positif atau mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya. 108
9 B. Strategi Pemasaran Minyak Atsiri. Dalam mencari strategi pasar yang akan dikembangkan dalam pemasaran minyak atsiri secara global menggunakan metode SWOT. Tabel 20. Analisa SWOT terhadap industri minyak atsiri Indonesia Strength/ Kekuatan Indonesia menghasilkan banyak jenis minyak atsiri Kaya Sumber Daya Alam Weakness/ Kelemahan Produktivitas dan kualitas rendah yang belum maksimal Rantai perdagangan yang tidak efisien. Rendahnya Jaringan Opportunity/ Kesempatan Pertumbuhan pasar minyak atsiri dan turunannya. Relokasi tempat manufacturing ke negara asal minyak atsiri. Pertumbuhan market domestik sebagai pengganti impor Membantu dalam peningkatan perekonomian di daerah pedesaan Threat/ Ancaman Produk substitusi minyak atsiri berupa sintetik Negara Pesaing Isu tidak adanya tarif barang impor Dari analisa SWOT di atas dapat diambil tindakan sebagai berikut : Memberikan nilai tambah dengan mengolah menjadi bentuk yang berbeda seperti pewangi ruangan, obat-obatan maupun pewangi kain. Memanfaatkan produk minyak atsiri yang lain. Peningkatan kualitas produk minyak atsiri dengan memperhatikan kadar PA (Patchouli Alkohol) Memberikan kontribusi nyata/ nilai tambah pada produk turunan pada nilai total ekspor minyak atsiri. Kinerja ekspor nasional Indonesia akhir-akhir ini memang menjadi oase tersendiri daripada ekonomi makro Indonesia yang lebih banyak disorot dari sisi negatifnya. Beberapa industri di Indonesia masih dalam keadaan tidak menguntungkan misalkan industri tekstil dan perkayuan. Dengan meningkatnya pencapaian ekspor nasional secara keseluruhan, bisa dikatakan masih ada harapan 109
10 yang dapat dikembangkan. Kenyataannya cukup banyak produk dari Indonesia yang memiliki posisi pasar yang sangat kompetitif di pasar global. Nilai ekspor non-migas Indonesia sebenarnya bisa dibilang lumayan. Dalam lima tahun terakhir ekspor tumbuh rata-rata 15,9% pertahun dengan nilai US$ 79,59 miliar pada 2006, angka ini hampir dua kali lipat sebelumnya. Selama ini upaya peningkatan ekspor memang telah dilakukan pemerintah dan jajarannya, melalui pembinaan di tingkat produksi hingga usaha mempertemukan dengan buyer melalui pelbagai ajang pameran baik di dalam maupun luar negeri. (SWA magazine) Sudah saatnya pemerintah mencanangkan gerakan ekspor nasional, sehingga segala sumber daya diarahkan untuk meningkatkan ekspor. Gerakan ini akan mencakup program intensifikasi dan ekstensifikasi. Dalam intensifikasi, kita akan melakukan analisis terhadap produk potensial kemudian merumuskan langkah konkret untuk mendongkrak ekspor. Adapun dalam program ekstensifikasi dilakukan pencarian dan pembinaan terhadap produk-produk yang berpotensial untuk dijadikan andalan baru. Untuk menjaga kualitas produk diperlukan SDM yang ahli akan hal ini. Kita memiliki kekayaan penduduk yang besar yang bisa kita didik dan diarahkan ke sana. Dalam hal ini, yang terpenting adalah bagaimana pemerintah menfasilitasi dan mendorong terciptanya pelatihan-pelatihan untuk menyiapkan tenaga ahli serta menciptakan iklim yang kondusif untuk industri ini. Dengan mencanangkan gerakan ekspor nasional diharapkan pelbagai kemudahan dan deregulasi juga semakin banyak digulirkan. Selain akan merangsang investor baru, deregulasi pun akan memperlancar program intensifikasi terhadap produk-produk ekspor yang masih prospektif. Dalam bidang pertanian terutama minyak atsiri, saat ini masih banyak tanah adat yang tidak memiliki perbatasan masa kepemilikan seharusnya tanah yang dibiarkan menganggur selama lebih dari lima tahun, pemerintah bisa mengambil alih pengelolaan dengan sistem bagi hasil. Pemberian insentif pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan atas lahan tergarap yang belum berproduksi. Untuk aktivitas pemasaran, bisa dengan mengoptimalkan kantor kedubes RI di luar negeri. Di setiap kedubes disiapkan satu ruangan sebagai ruang pajang (show 110
11 room) produk ekspor Indonesia disertai konsultan yang mampu memberi penjelasan kepada calon pembeli. Untuk menerobos pasar ekspor juga diperlukan tim negosiasi kuat yang bisa membela kepentingan pengusaha. Seperti Cina sebelum memasukkan produk ke suatu negara, cina mengirim lebih dahulu tim negosiasi ke perusahaan-perusahaan domestik yang akan menjadi pesaing. Para negosiator akan menawarkan win-win solution sehingga tuan rumah tidak merasa tersaingi. Pemberian penghargaan kepada eksportir berprestasi melalui ajang primaniyarta atau yang lainnya. Cara ini diharapkan dapat memberi rangsangan bagi lahirnya ribuan jagoan ekspor baru. Berikut pengusaha di bidang minyak atsiri yang mendapat penghargaan : Kategori Export Champion 2007 CV. Indaroma produsen minyak atsiri (minyak daun cengkeh), dengan berbekal misi untuk menjadi nomor satu di bidang minyak atsiri, mulai menembus pasar ekspor. Negara tujuan ekspornya antara lain Cina India Nepal Jepang Singapura, dan spanyol. Nilai ekspor 2006 mencapai US$ Kategori Export to watch PT. Karimun Kecana Aromatic produsen minyak atsiri asal Medan mulai membangun ekspor tahun 1965 pasarnya kini ke Eropa, USA, asia dan Jepang. Nilai ekspor pada tahun 2006 lalu diperkirakan lebih dari US$ 15 juta Peran Pemerintah diperlukan dalam memperjelas kebijakan hulu sampai hilir sehingga investor berminat masuk karena ketika kebijakan jelas dapat mengurangi risiko tinggi. Ekspor harus tetap digenjot, sebab ekspor yang kuat akan sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian domestik. Makin besar ekspor makin kuat negaranya, karena cadangan devisa semakin besar dan makin kuat menghadapi krisis dan juga penciptaan tenaga kerja. 111
12 Negara ini perlu tim negosiator yang handal. Bagaimanapun kendala dan masalah yang masih membelit, kalangan pengusaha sendiri pada umumnya cukup optimis mengembangkan pasar ekspor melihat peluangnya yang besar. Hal yang perlu dilakukan pemerintah untuk mendongkrak ekspor. Memperbaiki iklim investasi Menyiapkan kebijakan yang jelas dari hulu sampai hilir Merangsang ekspor produk olahan yang bernilai tambah Membantu persoalan bahan baku Menfasilitasi biaya ekspor Menyelenggarakan workshop pengembangan produk Menyusun standarisasi industri Membantu pemasaran dan promosi di mancanegara Pemerintah membuka akses seperti lewat pameran atau peraturan yang proekspor. Hanya salah satu tugas pemerintah. Tugas penting lainnya adalah meningkatkan daya saing para eksportir. Dan seiring kompetisi global yang kian ketat, tugasnya bertambah dengan menyediakan informasi yang bernilai tambah (market intelligence). Dalam urusan meningkatkan daya saing, masih ada kelemahan. Mengikuti pameran memang salah satu cara membuka akses akan tetapi untuk sukses menjual di suatu negara eksportir harus mengenal bukan cuma pesaing dan regulasi tapi juga masyarakat setempat. Untuk akses global, Bachrul Chairi (Kepala BPEN) memaparkan pihaknya aktif meningkatkan akses pasar melalui misi dagang dan penyelenggaraan Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC) di 9 negara. Tahun ini rencananya ITPC akan bertambah menjadi 11 negara. Dan tahun ini pula ada 20 pameran dagang yang difasilitasi ITPC untuk para eksportir. Selain lewat misi dagang dan pameran BPEN juga aktif menjalin kerjasama dengan sejumlah lembaga internasional CBI (Belanda), SIPPO (Swiss), USAID (AS) dan JICA (Jepang). Kemudian agar eksportir makin mudah bertemu dengan pembelinya, Bachrul menyiapkan terobosan. Mulai November mendatang BPEN 112
13 menyediakan Buyer Reception Desk (BRD) di bandara. BRD ini melayani para pembeli sebelum masuk imigrasi. BPEN bahkan akan menyediakan lounge sendiri berupa fasilitas dan dibantu bertemu perusahaan apa saja. Perusahaan yang kami bina kami bertahu bahwa akan datang buyer, lalu atur jadwal dan dipertemukan. Mendatangkan ahli yang berhubungan dengan produk ekspor, ada pusat pelatihan ekspor di grogol (Jakarta). BPEN juga mengumpulkan informasi dalam hal ini market intelligence. Mengumpulkan informasi pasar yang spesifik sesuai produknya di Amerika maupun Eropa. Informasi ini dikumpulkan dari penelitian sendiri maupun lembaga yang berkerjasama dengan BPEN. Informasi itu dimasukkan dalam Di samping itu ada pula perpustakaan yang bisa dikunjungi untuk perpustakaan yang bisa didatangi untuk mendapatkan informasi tentang berbagai pasar di luar negeri. (SWA magazines) Pengusaha terutama produsen yang ingin bisnisnya terus berkembang dan maju pastilah ingin mencoba pasar ekspor. Banyak keuntungan yang diperoleh bila produk mereka bisa masuk ke pasar ekspor diantaranya bisnis akan membesar karena pasarnya semakin luas, menyebar risiko bisnis, mengurangi ketergantungan pada pasar domestik. 113
VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL
VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL A. Model Pemilihan Produk Prospektif 1. Input Model Pemilihan Produk Prospektif. Model pemilihan produk prospektif ini digunakan untuk menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu
Lebih terperinciHUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI
HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1980-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya
BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN
BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN 4.1 Faktor Strategi Eksternal 4.1.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal Penentuan faktor strategi eksternal bertujuan untuk mengetahui berbagai peluang serta ancaman
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciTERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012
1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Pengembangan sektor agribisnis sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan
Lebih terperinciPELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara
PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Makalah Disusun Oleh : Imam Anggara 11.12.5617 11.S1SI.04 STMIK AMIKOM Yogyakarta 2012-03-16 KATA PENGANTAR Makalah ini mengangkat judul tentang Peluang
Lebih terperinci: Arief Budiman Npm : Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen Pemb : Sri Kurniasih Agustin, SE., MM
ANALISIS ANALISIS STRATEGI DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL STRATEGI DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Nama : Arief Budiman Npm : 1910703 Fakultas : Ekonomi Jurusan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
23 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perumusan strategi serta implementasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan, sektor pertanian masih merupakan tema sentral yang perlu
Lebih terperinciAGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI PENGERTIAN AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI Agribisnis adalah segala bentuk kegiatan bisnis yang berkaitan dengan usaha tani (kegiatan pertanian) sampai dengan pemasaran komoditi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh
PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis global adalah peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi di pasar dunia mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Krisis global
Lebih terperinciBAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM
BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM 3.1 Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau disebut juga sebagai Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan
Lebih terperinciVII. FORMULASI STRATEGI
VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan
Lebih terperinci3.1 KERANGKA PEMIKIRAN
III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Pada masa krisis periode 1998-2000 usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian Indonesia dikarenakan kemampuannya dalam menghadapi terpaan krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam
BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 0 tahun terakhir terus menunjukkan
Lebih terperinciMenjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan
BAB 3 ISU ISU STRATEGIS 1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN a. Urusan Perdagangan, menghadapi permasalahan : 1. Kurangnya pangsa pasar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penulisan rencana bisnis ini adalah untuk membangun sebuah usaha yang terintegrasi dalam pengembangan komoditas minyak nilam, yang merupakan tanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian
Lebih terperinci4. IDENTIFIKASI STRATEGI
33 4. IDENTIFIKASI STRATEGI Analisis SWOT digunakan dalam mengidentifikasi berbagai faktor-faktor internal dan eksternal dalam rangka merumuskan strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika
Lebih terperinciBAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik
96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia Menurut Martha Prasetyani dan Ermina Miranti, sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan
Lebih terperinciKEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO
1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan
Lebih terperinciMarket Brief Essential Oil Di Jerman. ITPC Hamburg 2016
Market Brief Essential Oil Di Jerman ITPC Hamburg 2016 I Daftar Isi Kata Pengantar... III 1. Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.1.1 Minyak Esensial untuk Perasa Makanan dan Minuman... 1 1.1.2
Lebih terperinciMarket Brief. Cengkeh di Jerman
Market Brief Cengkeh di Jerman ITPC Hamburg 2015 ITPC HAMBURG - CENGKEH DI JERMAN 2015 Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.2 Profil Geografi Jerman... 1 2 Potensi
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN 1985-2005 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diketahui sebagai kekuatan strategis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diketahui sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pembangunan daerah. Strategi pengembangan usaha merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai
I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satunya sebagai sumber penerimaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era perdagangan bebas membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Dimana dalam menghadapi persaingan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciLampiran 1. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi. Ekspor Impor Minyak Akar Wangi Tahun
67 Lampiran. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi Ekspor Impor Minyak Akar Wangi Tahun 999-006 Year Flow Trade (USD) Weight (Kg) Quantity 006 Import,97,97,97 006 Export,085,58 75,99 75,99 005 Import,690
Lebih terperinciVII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY
VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY 7.1. Tahapan Masukan Tahapan masukan terdiri dari matriks EFE (External Factors Evaluation) dan IFE (Internal
Lebih terperinciDaya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia
Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan
Lebih terperinciPERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA
PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA Irma Wardani,Mohamad Hanif Khoirudin Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi UNIBA
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JERMAN PERIODE : JANUARI - JULI 2013
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JERMAN PERIODE : JANUARI - JULI 2013 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Jerman 1. Neraca perdagangan Jerman pada periode Januari-Juli 2013 tercatat surplus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dalam berbagai pameran berskala internasional diharapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring membaiknya permintaan pasar furniture dunia, Indonesia menargetkan peningkatan ekspor furniture sebesar 20% pada tahun 2014 dari total ekspor furniture tahun
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan
Lebih terperinciANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR Oleh : Surya Yuliawati A14103058 Dosen : Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Di banyak negara, perdagangan internasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai jenis tanaman rempah rempah dan menjadi negara pengekspor rempah rempah terbesar di dunia. Jenis rempah rempah yang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang
35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden RI No. 21/2001. Mulai saat itu badan usaha selain Pertamina dapat
Lebih terperinciKOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA
JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis meliputi perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ditujukan kepada pengembangan industri yang berbasis pertanian dan
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan lndustri diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri terutama terhadap industri bernilai tambah tinggi dan berjangkauan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku
Lebih terperinciSTUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber
Lebih terperinciANALISIS POSISI DAYA SAING AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA
105 VI. ANALISIS POSISI DAYA SAING AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA 6.1. Posisi Daya Saing Agroindustri Halal Indonesia Posisi daya saing ditentukan dengan metode analisis SWOT-Kuantitatif dengan membandingkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Pertanian sebagai penyedia bahan kebutuhan primer manusia, meliputi: sandang, pangan, dan papan. Salah
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.
7 II. LANDASAN TEORI 1. Konsep Pendapatan Pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai merupakan ukuran kemampuan usaha dalam menghasilkan uang tunai.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Lebih terperinciMETODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciMarket Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg
Market Brief Peluang Produk Sepeda di Jerman ITPC Hamburg 2015 I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... II I. PENDAHULUAN... 1 A. Pemilihan Produk... 1 B. Profil Geografi Jerman... 1 II. POTENSI PASAR NEGARA JERMAN...
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di
38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF AGUS RUSLI.
RINGKASAN EKSEKUTIF AGUS RUSLI. 2008. Strategi Implementasi Percepatan Pembangunan HTI : Dukungan Terhadap Pasokan Kayu Industri dan Daya Saing Komoditi Pulp. Di bawah bimbingan AGUS MAULANA dan NUNUNG
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan CV Mokolay Mitra Utama sendiri merupakan salah satu unit usaha yang bergerak di bidang perkebunan manggis dan durian di Desa Samongari Kabupaten,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinci