STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS NILAM DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS NILAM DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT"

Transkripsi

1 STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS NILAM DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT Mhd. Asaad 1) Surya Dharma 2) Fakultas Pertanian UISU Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Abstrak Dalam rangka meningkatkan produktivitas, mutu minyak nilam dan meningkatkan pendapatan petani, maka pada tahun anggaran 2009 pengembangan tanaman nilam dilaksanakan di 5 kabupaten pada 5 provinsi sentra produksi nilam yaitu : kabupaten Aceh Selatan-NAD, kabupaten Pakpak Bharat-Sumatera Utara, kabupaten Pasaman Barat- Sumatera Barat, kabupaten Kuningan- Jawa Barat dan kabupaten Blitar, Jawa Timur. Kabupaten Pakpak Bharat merupakan kabupaten yang mempunyai prospek yang sangat baik untuk pengembangan komoditi nilam karena keadaan agroklimatnya yang sangat mendukung. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan strategi pengembangan nilam di kabupaten Pakpak Bharat. Metode penelitian yang dilakukan untuk menganalisis strategi pengembangan komoditas nilam di Kabupaten Pakpak Bharat adalah analisis data sekunder, tinjauan pustaka dan dokumen lain yang terkait. Analisa data dilakukan dengan analisis SWOT untuk menentukan strategi pengembangan tanaman nilam di kabupaten Pakpak Bharat Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi, peranan, potensi, masalah, tantangan dan peluang yang diidentifikasi dari beberapa sumber, serta hasil analisis dan pembahasan, maka strategi pengembangan nilam di kabupaten Pakpak Bharat dapat dilakukan dengan beberapa strategi, antara lain; 1) Memanfaatkan lahan yang tersedia untuk pengembangan komoditi nilam dengan teknik budidaya dan pengolahan hasil yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan minyak nilam di pasar lokal maupun internasional; 2) Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul dengan teknik budidaya nilam dan pengolahan hasil yang baik; 3) Memanfaatkan ketersediaan tenaga kerja pedesaan dalam mengembang-kan teknik budidaya nilam dan pengolahan hasil yang lebih baik; 4) Memanfaatkan lahan yang tersedia untuk pengembangan budidaya komoditi nilam dengan sosialisasi dan pembinaan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani; 5) Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul dengan teknik budidaya yang baik untuk meningkatkan produksi nilam dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakiin tinggi; 6) Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi minyak nilam agar terpenuhi tuntutan konsumen dan mampu bersaing dengan minyak atsiri lain; 7) Memanfaatkan tenaga kerja yang ada di pedesan untuk mengembangkan komoditi nilam dengan meningkatkan sosialisasi dan pembinaan tentang komoditi nilam; 1

2 8) Mengembangkan sistem budidaya komoditi nilam menetap dengan teknik budidaya yang lebih baik; 9) Memberikan kepastian dan jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani dengan kecenderungan pengguna minyak nilam mendekat ke pemasok; 10) Mengembangkan teknologi penyulingan komoditi nilam di tingkat petani; 11) Mengembangkan sistem budidaya komoditi nilam menetap dengan teknik budidaya yang lebih baik agar produksi meningkat dan dapat memenuhi tingginya tuntutan konsumen; 12) Memberikan kepastian dan jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani dan melakukan sosialisasi serta pembinaan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani; 13) Mengembangkan teknologi penyulingan komoditi nilam di tingkat petani agar minyak nilam mampu bersain dengan minyak atsiri lainnya. Kata Kunci : Mengembangkan potensi PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Minyak atsiri yang beredar di pasaran dunia sekitar 70 macam. Di Indonesia terdapat sekitar 40 species tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri, namun telah di kembangkan sekitar 12 macam dan yang ekspornya telah mantap baru sembilan macam. Di antara minyat atsiri yang cukup terkenal adalah minyak nilam. Di pasaran minyak atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia di kenal paling baik dan menguasai pangsa pasar 80-90%. Minyak nilam (patchouli oil) merupakan salah satu minyak atsiri yang banyak diperlukan untuk bahan industri parfum dan kosmetik, yang dihasilkan dari destilasi daun tanaman nilam (Pogostemon patchouli). Bahkan minyak nilam dapat pula di buat menjadi minyak rambut dan saus tembakau. Parfum yang dicampuri minyak yang komponen utamanya patchouli alcohol (C15H26) ini, aroma harumnya akan bertahan lebih lama. Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan kepala keluarga petani (Ditjen Perkebunan, 2006). Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan kontribusi 70%. Ekspor minyak nilam pada tahun 2004 sebesar ton dengan nilai US $ 27,136 juta (Ditjen Perkebunan, 2006) produksi nilam Indonesia sebesar ton, sebagian besar produk minyak nilam diekspor untuk dipergunakan dalam industry parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida (Mardiningsih et al., 1995). Dengan berkembangnya pengobatan dengan aromaterapi, penggunaan minyak nilam dalam aromaterapi sangat bermanfaat selain penyembuhan fisik juga mental dan emosional. Selain itu, minyak nilam bersifat fixatif (mengikat minyak atsiri lainnya) yang sampai sekarang belum ada produk substitusinya (Ibnusantoso, 2000). Dalam dunia perdagangan dikenal dua macam nilam yaitu "Folia patchouli naturalis" (sebagai insectisida) dan "depurata" (sebagai minyak atsiri). Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas 2

3 ekspor Indonesia yang bahan bakunya berasal dari berbagai jenis tanaman perkebunan. Minyak atsiri dari kelompok tanaman tahunan perkebunan antara lain berasal dari cengkeh, pala, lada, kayu manis, sementara yang berasal dari kelompok tanaman semusim perkebunan berasal dari tanaman nilam, sereh wangi, akar wangi dan jahe. Hingga kini minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam memiliki pangsa pasar ekspor paling besar andilnya dalam perdagangan Indonesia yaitu mencapai 60 persen. Di Indonesia daerah sentra produksi nilam terdapat di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau dan Nanggroe Aceh Darussalam, kemudian berkembang di provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalteng dan daerah lainnya. Luas areal pertanaman nilam pada tahun 2004 sekitar ha, namun produktivitas minyaknya masih rendah ratarata 198,72 kg/ha/tahun (Ditjen Perkebunan, 2006). Dari hasil pengujian di berbagai lokasi pertanaman petani, kadar minyak berkisar antara 1-2% dari daun kering (Rusli et al., 1993). Sedangkan sentra produksi nilam di Sumatera Utara terdapat di Kabupaten Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Nias Selatan, Nias dan Mandailing Natal. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Sumatera Utara tahun 2008, luas areal, produksi dan produktivitas nilam di daerah masingmasing 2.879,40 Ha; 188,29 ton dan 147,79 kg/ha/tahun. Jumlah petani yang membudidayakan komoditas ini sebanyak KK. Komoditi nilam hanya diproduksi oleh perkebunan rakyat, pada hal sebagai bahan baku industri wewangian, pasar minyak nilam tetap memiliki prospek baik di luar negeri. Di Sumatera Utara, penurunan total produksi sejak juga diperoleh, dari 254,52 ton menjadi 179,66 ton. Pada hal sejak sebelum perang dunia II, Indonesia mampu menghasilkan minyak nilam sekitar 90% dari kebutuhan dunia (Santoso, 1990 Dalam Disbun Sumut, 2008). Peningkatan produktivitas dan mutu minyak dapat didekati dari 3 aspek yaitu aspek-aspek genetik, pra panen (budidaya) dan pasca panen (sejak panen sampai penyulingan). Untuk meningkatkan produktivitas dan mutu melalui perbaikan genetik diperlukan keragaman yang tinggi dalam sifat-sifat yang dibutuhkan. Dari ragam tersebut dapat dipilih individu-individu yang dikehendaki. Tanaman nilam pada umumnya tidak berbunga dan diperbanyak secara vegetatif. Dengan sifat yang demikian keragaman genetik secara alami hanya diharapkan dari mutasi alami yang frequensinya biasanya rendah (Simmonds, 1982). Untuk meningkatkan keragaman genetik, pada tingkat awal telah dikumpulkan plasma nutfah dari berbagai daerah di Sumatera dan Jawa, sejak awal tahun 1990-an dan tahun 1997 telah terkumpul sebanyak 28 nomor dengan kadar minyak bervariasi antara 1,6-3% (Nuryani et al., 1997). Dalam rangka meningkatkan produktivitas, mutu minyak nilam dan meningkatkan pendapatan petani, maka pada tahun anggaran 2009 pengembangan tanaman nilam dilaksanakan di 5 kabupaten pada 5 provinsi sentra produksi nilam yaitu : kabupaten Aceh Selatan-NAD, kabupaten Pakpak Bharat-Sumatera Utara, kabupaten Pasaman Barat- Sumatera Barat, kabupaten Kuningan- Jawa Barat dan kabupaten Blitar, 3

4 Jawa Timur. Kegiatan pengembangan nilam dilaksanakan melalui lintas Departemen/Institusi baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah. Pengembangan usaha tani nilam dilakukan pada sentra-sentra produksi melalui pendekatan kawasan dengan menerapkan teknik budidaya yang benar, teknik pengolahan minyak nilam yang benar, meningkatkan kualitas SDM petani, menguatkan kelembagaan petani (kelompok tani, asosiasi petani, gabungan kelompok tani, dan koperasi) serta menumbuhkan kemitraan dengan perusahaan pengelola atau eksportir minyak atsiri. Produktivitas nilam petani di Sumatera Utara pada tahun 2008 sebesar 188,29 kg/ha/tahun lebih rendah dari produktivitas petani nilam di Indonesia sebesar 198,72 kg/ha/tahun. Rendahnya produktivitas nilam di daerah ini merupakan masalah yang dihadapi dalam pengembangan nilam pada masa yang akan datang terutama pada Kabupaten yang memiliki jumlah petani yang banyak membudidayakannya. Oleh karenanya dalam pengembangan nilam pada masa yang akan datang di kabupaten Pakpak Bharat perlu menjawab masalah bagaimana keadaan budidaya saat ini dan kebijakan apa yang akan dilaksanakan dalam pengembangannya lima tahun ke depan. Kabupaten Pakpak Bharat merupakan kabupaten yang mempunyai prospek yang sangat baik untuk pengembangan komoditi nilam karena keadaan agroklimatnya yang sangat mendukung. Di samping itu luas lahan yang tersedia juga masih sangat luas dan memungkinkan untuk pengembangan komoditi nilam. Untuk itu dalam memenuhi kebutuhan dan peningkatan produktivitas nilam, maka perlu dikembangan komoditi nilam di daerah-daerah yang berpotensi, seperti kabupaten Pakpak Bharat. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan nilam di Kabupaten Pakpak Bharat 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah menetapkan strategi pengembangan nilam di Kabupaten Pakpak Bharat. 4. Kegunaan Penelitian Hasil Analisis Strategi Pengembangan Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat ini akan dapat menjadi pedoman bagi pemerintah propinsi untuk lebih mudah dalam menyusun program dan kegiatan pengembangan komoditas nilam rakyat secara bertahap dan berkelanjutan. Disamping itu para stakeholder baik petani, pengusaha maupun suplier akan mempunyai acuan yang jelas untuk ikut berperanserta mengembangkan usahanya dalam mengisi pembangunan ekonomi daerah. Bagi kalangan akademik, LSM dan pemangku kepentingan lain, Strategi Pengembangan Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat yang terencana dengan baik dan berkelanjutan bisa dimanfaatkan sebagai kajian yang akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi proses pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui saran yang konstruktif. 4

5 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan untuk menganalisis strategi pengembangan komoditas nilam di kabupaten Pakpak Bharat adalah analisis data sekunder, tinjauan pustaka dan dokumen lain yang terkait. Pengumpulan data dan literatur dari berbagai sumber, antara lain: 1. Data sekunder terbaru: tentang luas areal, produksi, produktivitas nilam pada tingkat propinsi maupun kabupaten Pakpak Bharat. 2. Analisis literatur dilakukan dengan menganalisis hasil penelitian hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan komoditas nilam. 3. Analisis SWOT untuk menyusun kebijakan, program dan kegiatan Pengembangan Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat; 4. Penyusunan laporan Analisis Pengembangan Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat 5. Sosialisasi dan diskusi laporan Analisis Pengembangan Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat dengan stakeholders terkait. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk merumuskan strategi yang tepat bagi pengembangan agribisnis komoditi nilam di kabupaten Pakpak Bharat, dilakukan dengan menilai faktor-faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi. 1. Analisis Faktor Internal Pengembangan Komoditi Nilam Faktor - faktor internal yang mempengaruhi pengembangan komoditi nilam di Kabupaten Pakpak Bharat antara lain : (a) Kekuatan; 1. Masih tersedia lahan untuk pengembangan budidaya komoditi nilam 2. Tersedianya bibit komoditi nilam varitas unggul yang siap untuk dikembangan 3. Cukup tersedianya tenaga kerja di pedesaan dalam memenuhi kebutuhan agribisnis komoditi nilam (b) Kelemahan; 1. Sistem budidaya komoditi nilam yang dilakukan petani masih tradisional dan tidak menetap 2. Adanya kesulitan dari para petani dan peminat budidaya komoditi nilam dalam memperoleh permodalan 3. Tidak adanya kepastian dan jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani. Adanya kesulitan petani dalam pemasaran komoditi nilam baik dalam bentuk bahan mentah ataupun dalam bentuk minyak nilam. Rantai pemasaran komoditi nilam yang masih panjang dari produsen (petani) sampai ke konsumen 4. Teknologi penyulingan komoditi nilam yang digunakan petani masih tradisional 5

6 2. Evaluasi Faktor Internal Pengembangan Komoditi Nilam Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor internal, selanjutnya dilakukan evaluasi dari faktor tersebut menggunakan matriks evaluasi faktor internal (IFE). Dalam pelaksanaan evaluasi, dilakukan pembobotan dan penentuan peringkat (rating) dari masing-masing faktor yang telah diidentifikasi. Matrik evaluasi faktor internal digunakan sebagai alat analisis terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sehubungan dengan pengembangan komoditas nilam di Pakpak Bharat. Berdasarkan hasil analisis IFE, diperoleh faktor kekuatan tersedianya bibit komoditi nilam varitas unggul yang siap untuk dikembangan dengan bobot dan skor tertinggi 0,20 dan 0,80. Bobot dan skor ini merupakan yang tertinggi dari analisis faktor kekuatan. Selanjutnya faktor kekuatan kedua yakni masih tersedia lahan untuk pengembangan budidaya komoditi nilam di Pakpak Bharat memiliki bobot dan skor 0,15 dan 0,60. Faktor internal yang memiliki bobot tertinggi dan merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan dalam pengembangan nilam. Dengan demikian pengembangan nilam dapat dikembangkan dengan tersedianya bibit komoditi nilam varitas unggul yang siap untuk dikembangan dan masih tersedia lahan untuk pengembangan budidaya komoditi nilam di Pakpak Bharat. Pengembangan komoditas nilam di Pakpak Bharat, dapat dilakukan dengan menggunakan faktor kelemahan dengan bobot dan skor terendah. Berdasarkan hasil analisis diperoleh factor kelemahan terkecil diperoleh teknologi penyulingan komoditi nilam yang digunakan petani masih tradisional dengan bobot dan skor 0,13 dan 0,26. Selanjutnya untuk pengembangan nilam di Pakpak Bharat dilakukan dengan mengatasi factor kelemahan terkecil kedua yakni tidak adanya kepastian dan jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani dengan bobot dan skor 0,15 dan 0,30. Adanya faktor kelemahan teknologi penyulingan komoditi nilam yang digunakan petani masih tradisional dan tidak adanya kepastian serta jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani akan menghambat pengembangan komoditas nilam, pada masa yang akan datang. Jika kelemahan ini tidak segera diatasi, akan menurunkan minat masyarakat untuk mengembangkan komoditas nilam. Total nilai skor faktor internal sebesar 3,17 yang nilainya lebih besar dari nilai rata-rata 2,5. Hal ini menunjukkan kondisi faktor internal pengembangan komoditas nilam di Pakpak Bharat masih relatif memiliki faktor kekuatan yang tinggi dan faktor kelemahan yang rendah untuk menunjang pengembangan nilam di Pakpak Bharat. 3. Analisis Faktor Eksternal Pengembangan Faktor - faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan komoditi nilam di Kabupaten Pakpak Bharat antara lain: (a) Peluang; 1. Kebutuhan akan minyak nilam di pasaran lokal maupun 6

7 internasional semakin meningkat. Penyebabnya ada kecenderungan pemakaian bahan aroma dan wewangian diutamakan dari tumbuhan alami (back to natural) 2. Tersedianya teknik budidaya nilam dan pengolahan hasil yang lebih baik 3. Adanya kecenderungan pengguna minyak nilam mendekat (direct buying) ke pemasok. (b) Tantangan; 1. Komoditi nilam telah dikembangkan di Negara lain, seperti india dan Vietnam 2. Meningkatnya produksi minyak atsiri lain, seperti komoditi serai wangi, pala, dan lain-lain 3. Kurangnya sosialisasi dan pembinaan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani 4. Semakin tingginya tuntutan konsumen (terutama di negara maju) untuk komoditikomoditi pertanian, termasuk komoditi nilam, terutama dari aspek kesehatan, yang diimplementasikan dengan penetapan standar internasional (ISO) 4. Evaluasi Faktor Eksternal Pengembangan Komoditi Nilam Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor eksternal, selanjutnya dilakukan evaluasi dari faktor tersebut menggunakan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE). Dalam pelaksanaan evaluasi, dilakukan pembobotan dan penentuan peringkat (rating) dari masing-masing faktor yang telah diidentifikasi. Matrik evaluasi faktor eksternal digunakan sebagai alat analisis terhadap peluang dan tantangan yang dimiliki sehubungan dengan pengembangan komoditas nilam di Pakpak Bharat. Matriks evaluasi faktor eksternal digunakan untuk mengetahui sejauh mana strategi pengembangan nilam di Pakpak Bharat mampu memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada pada lingkungan eksternal. Faktor ekternal yang memiliki bobot tertinggi dan merupakan peluang yang harus dimanfaatkan. Berdasarkan hasil analisis EFE, maka diperoleh faktor peluang pertama, kebutuhan akan minyak nilam di pasaran lokal maupun internasional semakin meningkat dengan bobot dan skor 0,18 dan 0,72. Meningkatnya kebutuhan akan minyak nilam di pasaran lokal maupun internasional menyebabkan akan meningkatnya permintaan dan harga jual petani. Faktor peluang kedua yang terbaik adalah adanya kecenderungan pengguna minyak nilam mendekat (direct buying) ke pemasok. dengan bobot dan skor 0,15 dan 0,45. Kecenderungan ini akan memperpendek mata rantai tataniaga nilam yang akan menyebabkan harga jual yang diterima petani juga akan meningkat. Peningkatan pendapatan ini akan mendorong pengembangan komoditas ini di kabupaten Pakpak Bharat. Tantangan atau ancaman yang mesti dihindari atau diatasi adalah kurangnya sosialisasi dan pembinaan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani dengan bobot dan 7

8 skor 0,12 dan 0,24. Tantangan terkecil kedua yang akan meng-hambat pengembangan komoditas nilam di Pakpak Bharat adalah meningkatnya produksi minyak atsiri lain, seperti komoditi serai wangi, pala, dan lainlain, dengan bobot dan skor 0,13 dan 0,26. Penetapan kedua faktor tantangan ini didasarkan kepada nilai skor terendah, masing-masing 0,24 dan 0,26. Pengembangan komoditas nilam di Pakpak Bharat dapat dilakukan dengan meminimalkan tantangan ini atau dengan kata lain melakukan kegiatan sosialisasi dan pembinaan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani. Strategi ini perlu dilakukan agar pengembangan nilam di daerah ini tidak terhambat. Hal yang sama juga harus dilakukan peningkatan kualitas minyak atsiri dari nilam agar meningkatnya produksi minyak atsiri lain, seperti komoditi serai wangi, pala, dan lainlain tidak menghambat pengembangan nilam di daerah ini. Berdasarkan kaedah total skor faktor eksternal sebesar 2,80 atau di atas rata-rata 2.5, menunjukkan bahwa Pakpak Bharat secara umum memiliki kemampuan yang cukup baik dalam merespon peluang dan meminimalkan pengaruh negatif dari tantangan eksternal untuk mengembangkan komoditas nilam. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka strategi pengembangan nilam di Pakpak Bharat meliputi: 1. Strategi SO; a. Memanfaatkan lahan yang tersedia untuk pengembangan komoditi nilam dengan teknik budidaya dan pengolahan hasil yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan minyak nilam di pasar lokal maupun internasional. b. Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul dengan teknik budidaya nilam dan pengolahan hasil yang baik. c. Memanfaatkan ketersediaan tenaga kerja pedesaan dalam mengembangkan teknik budidaya nilam dan pengolahan hasil yang lebih baik. 2. Strategi ST; a. Memanfaatkan lahan yang tersedia untuk pengembangan budidaya komoditi nilam dengan sosialisasi dan pembinaan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani. b. Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul dengan teknik budidaya yang baik untuk meningkatkan produksi nilam dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakiin tinggi c. Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi minyak nilam agar terpenuhi tuntutan konsumen dan mampu bersaing dengan minyak atsiri lain. d. Memanfaatkan tenaga kerja yang ada di pedesan untuk mengem-bangkan komoditi nilam dengan meningkatkan sosialisasi dan pembinaan tentang komoditi nilam. 3. Strategi WO; a. Mengembangkan sistem budidaya komoditi nilam menetap 8

9 dengan teknik budidaya yang lebih baik b. Memberikan kepastian dan jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani dengan kecenderungan pengguna minyak nilam mendekat ke pemasok c. Mengembangkan teknologi penyulingan komoditi nilam di tingkat petani 4. Strategi WT; a. Mengembangkan sistem budidaya komoditi nilam menetap dengan teknik budidaya yang lebih baik agar produksi meningkat dan dapat memenuhi tingginya tuntutan konsumen. b. Memberikan kepastian dan jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani dan melakukan sosialisasi serta pembinaan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani c. Mengembangkan teknologi penyulingan komoditi nilam di tingkat petani agar minyak nilam mampu bersain dengan minyak atsiri lainnya. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1. Kesimpulan Berdasarkan kondisi, peranan, potensi, masalah, tantangan dan peluang yang diidentifikasi dari beberapa sumber, serta hasil analisis dan pembahasan, maka pengembangkan nilam di kabupaten Pakpak Bharat dapat dilakukan dengan beberapa strategi yaitu: a. Memanfaatkan lahan yang tersedia untuk pengembangan komoditi nilam dengan teknik budidaya dan pengolahan hasil yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan minyak nilam di pasar lokal maupun internasional. b. Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul dengan teknik budidaya nilam dan pengolahan hasil yang baik. c. Memanfaatkan ketersediaan tenaga kerja pedesaan dalam mengembangkan teknik budidaya nilam dan pengolahan hasil yang lebih baik. d. Memanfaatkan lahan yang tersedia untuk pengembangan budidaya komoditi nilam dengan sosialisasi dan pembinaan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani. e. Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul dengan teknik budidaya yang baik untuk meningkatkan produksi nilam dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakiin tinggi f. Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi minyak nilam agar terpenuhi tuntutan konsumen dan mampu bersaing dengan minyak atsiri lain. g. Memanfaatkan tenaga kerja yang ada di pedesan untuk mengembangkan komoditi nilam dengan meningkatkan sosialisasi dan pembinaan tentang komoditi nilam. h. Mengembangkan sistem budidaya komoditi nilam menetap dengan teknik budidaya yang lebih baik i. Memberikan kepastian dan jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani dengan kecenderungan pengguna minyak nilam mendekat ke pemasok 9

10 j. Mengembangkan teknologi penyulingan komoditi nilam di tingkat petani k. Mengembangkan sistem budidaya komoditi nilam menetap dengan teknik budidaya yang lebih baik agar produksi meningkat dan dapat memenuhi tingginya tuntutan konsumen. l. Memberikan kepastian dan jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani dan melakukan sosialisasi serta pembinaan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani. m. Mengembangkan teknologi penyulingan komoditi nilam di tingkat petani agar minyak nilam mampu bersain dengan minyak atsiri lainnya 2. Implikasi Kebijakan Dari kesimpulan di atas, maka beberapa implikasi kebijakan perlu dilakukan untuk menunjang pengembangan komoditas nilam di Kabupaten Pakpak Bharat yaitu: a. Mengembangkan teknik budidaya nilam dengan manfaatkan lahan yang tersedia; b. Mengembangkan teknik penyulingan yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan minyak nilam di pasar lokal maupun internasional; c. Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul dengan teknik budidaya nilam yang baik; d. Mengembangkan teknik pengolahan hasil komoditi nilam yang baik; e. Memanfaatkan ketersediaan tenaga kerja pedesaan dalam mengembangkan teknik budidaya nilam yang baik; f. Memanfaatkan ketersediaan tenaga kerja pedesaan dalam mengembangkan teknik pengolahan hasil yang lebih baik. g. Mensosialisasikan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani; h. Membina masyarakat petani dalam budidaya komoditi nilam; i. Meningkatkan produksi nilam dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakiin tinggi; j. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi minyak nilam agar terpenuhi tuntutan konsumen; k. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi minyak nilam agar mampu bersaing dengan minyak atsiri lain; l. Mengembangkan sistem budidaya komoditi nilam menetap dengan teknik budidaya yang lebih baik; m. Memberikan kepastian dan jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani: n. Memberikan kepastian dan jaminan pengguna minyak nilam mendekat ke pemasok; o. Mengembangkan teknologi penyulingan komoditi nilam di tingkat petani. DAFTAR PUSTAKA Dhalimi, A. S. Rusli, Hobir dan Emmyzar, Status dan Perkembangan Penelitian Tanaman Nilam. Makalah utama pada gelar teknologi pengolahan gambir dan nilam, Januari 2000 di Padang. 10

11 Disbun Sumut, Profil Perkebunan Sumatera Utara. Ditjen Bina Produksi Perkebunan, Nilam. Statistik Perkebunan Indonesia Freddy Rangkuti, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ibnusantosa, G., Kemandegan pengembangan minyak atsiri Indonesia. Makalah disampaikan pada seminar Pengusahaan Minyak Atsiri Hutan Indonesia. Fak. Kehutanan IPB Darmaga Bogor, 23 Mei Mardiningsih, T.L., Triantoro, S.L., Tobing dan S. Rusli, Patchouli oil product as insect repellent. Indust. Crops. Res. Nuryani, Y., C. Syukur dan Dadang Rukmana, Evaluasi dan Dokumentasi Klon-klon Harapan Nilam. Laporan Tahunan (tidak dipublikasikan). Rusli, S., Hobir,. A. Hamid, A. Asman, S. Sufiani dan M. Mansyur, Evaluasi Hasil Penelitian Minyak Atsiri, Balittro. Simmonds, N.W., Principles of Crops. Improvement. Logman. London-New York. 11

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 23 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perumusan strategi serta implementasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan, sektor pertanian masih merupakan tema sentral yang perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penulisan rencana bisnis ini adalah untuk membangun sebuah usaha yang terintegrasi dalam pengembangan komoditas minyak nilam, yang merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) telah dikenal bertahun - tahun sebagai tanaman penghasil minyak atsiri. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KAKAO RAKYAT DI SUMATERA UTARA

STRATEGI PENGEMBANGAN KAKAO RAKYAT DI SUMATERA UTARA STRATEGI PENGEMBANGAN KAKAO RAKYAT DI SUMATERA UTARA Mhd. Asaad Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Jln. S.M Raja Teladan Medan Sumatera Utara ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai jenis tanaman rempah rempah dan menjadi negara pengekspor rempah rempah terbesar di dunia. Jenis rempah rempah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satunya sebagai sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM 3.1 Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau disebut juga sebagai Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan

Lebih terperinci

POTENSI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

POTENSI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM POTENSI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Abdullah Puteh Gubernur Provinsi Nangroe Aceh Darussalam ABSTRAK Tanaman pernah mengalami kejayaan di Provinsi NAD sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama gambir (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO Mukhamad Johan Aris, Uswatun Hasanah, Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Di Sumatera

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

Karakteristik Empat Aksesi Nilam

Karakteristik Empat Aksesi Nilam Empat Aksesi Nilam Yang Nuryani Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor ABSTRACT Characterization of four accessions of patchouli was conducted to obtain the information of characteristics to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lada atau pepper (Piper nigrum L) disebut juga dengan merica, merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL

VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL A. Model Pemilihan Produk Prospektif 1. Input Model Pemilihan Produk Prospektif. Model pemilihan produk prospektif ini digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan didalam perekonomian di Indonesia memiliki perananan yang cukup strategis, antara lain sebagai penyerapan tenaga kerja, pengadaan bahan baku untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif PENDAHULUAN Latar Belakang Jeruk Keprok Maga merupakan salah satu komoditi buah buahan andalan Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif dengan kultivar atau varietas jeruk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perkebunan telah lama diusahakan oleh masyarakat Sumatera Barat yang berkaitan langsung dengan aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Dari aspek ekonomi, usaha

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi (coffea s.p) merupakan salah satu produk agroindustri pangan yang digemari oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan perannya melalui stabilitas pertumbuhan yang pesat. Hal ini patut dicermati mengingat mayoritas

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Metode optimisasi sudah terkenal dan umum digunakan dalam jalur distribusi karena berkaitan dengan meningkatkan keuntungan, efisiensi dan mengolah bahan baku menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian. Ekspor negara Indonesia banyak dihasilkan dari sektor pertanian, salah satunya hortikultura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis sangat tinggi. Apabila dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara (Subiyakto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa negara, salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa adalah komoditas kopi. Kopi merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth)

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth) Pengaruh Lama dan Komposisi Bahan baku terhadap Rendemen...A.Sulaiman, Dwi Harsono. PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM

Lebih terperinci

TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl

TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl Growth and Yield Respond of Two Clones of Patchouli Plant to Fertilizer

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem 76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada produksi karet remah di PT ADEI Crumb Rubber Industry yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir,

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN KAKAO RAKYAT PADA TIGA KABUPATEN SENTRA PRODUKSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS PERKEMBANGAN KAKAO RAKYAT PADA TIGA KABUPATEN SENTRA PRODUKSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS PERKEMBANGAN KAKAO RAKYAT PADA TIGA KABUPATEN SENTRA PRODUKSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA Rizal Sariamat* Edy Batara M. Siregar** Erwin Pane*** *Mahasiswa Magister Agribisnis Universitas Medan

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN. Oleh : YULINDA DWI NARULITA

PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN. Oleh : YULINDA DWI NARULITA PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN \ Oleh : YULINDA DWI NARULITA 0731010044 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang sangat potensi sebagai komoditas perdagangan di dalam dan luar negri (ekspor).

Lebih terperinci

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Tahap pemasukan data ( The Input Stage ) Tahap pertama setelah identifikasi faktor internal dan eksternal yang dirumuskan menjadi kekuatan, kelemahan, peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL Dwi Nugroho Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 26 Maret 2018 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana arah RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2010 2015 dan RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2012, Kabupaten Bandung berupaya melakukan akselerasi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara agraris, sektor pertanian memiliki peran strategis dalam mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat baik materil dan spiritual. Selain itu peran

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI MINYAK NILAM DI INDONESIA

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI MINYAK NILAM DI INDONESIA Bunga Rampai Inovasi Tanaman Atsiri Indonesia, 2012 PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI MINYAK NILAM DI INDONESIA Agus Wahyudi dan Ermiati Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian

Lebih terperinci

BAB 2 RENCANA PENDIRIAN USAHA

BAB 2 RENCANA PENDIRIAN USAHA BAB 2 RENCANA PENDIRIAN USAHA 2.1 Profil Perusahaan PT Usaha Bersama (PT UB) akan didirikan di Nangroe Aceh Darussalam, meliputi kantor pusat dan perkebunan. Lingkup area bisnis PT UB mencakup wilayah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus suatu rantai pasokan udang vaname. Penelitian ini dilaksanakan di berbagai tempat, yaitu pada produsen benih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan memegang peranan penting dalam setiap lini kehidupan manusia. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka akan meningkat pula kebutuhan hidup manusia,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambir merupakan komoditas perkebunan rakyat yang terutama ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Gambir merupakan komoditas perkebunan rakyat yang terutama ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambir merupakan komoditas perkebunan rakyat yang terutama ditujukan untuk ekspor. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa Negara. Telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan devisa negara terhadap ekspor minyak dan gas bumi. Karet alam sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.)

PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) THE INFLUENCE OF AGE HARVEST ON YIELD AND AN ESSENTIAL OIL QUALITY OF PATCHOULI (Pogostemon cablin

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

Kementerian Pertanian

Kementerian Pertanian KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TEMBAKAU NASIONAL 1 I. PENDAHULUAN 1. Tembakau merupakan salah satu tanaman yang dibudidayakan di Indonesia yang berkembang sudah sejak ratusan tahun yang silam. Kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis serta lahan yang luas dan subur, serta keanekaragaman hayati yang sangat beragam sehingga cocok untuk kegiatan

Lebih terperinci

Jurusan Kimia Faklultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 1

Jurusan Kimia Faklultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 1 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMURNIAN MINYAK NILAM SEBAGAI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PENGRAJIN DI KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG Emas Agus Prastyo Wibowo 1 Jurusan Kimia Faklultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkebunan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA Mustaqimah 1*, Rahmat Fadhil 2, Rini Ariani Basyamfar 3 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar. PENDAHULUAN Latar Belakang Kekayaan Negara Indonesia merupakan sebuah anugerah yang tidak ternilai. Seluruh potensi alam yang terkandung baik di dalam perut bumi Indonesia maupun di daratan dan lautan

Lebih terperinci

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH Visi merupakan pandangan ideal yang menjadi tujuan dan cita-cita sebuah organisasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat besar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum tahun 1975, keikutsertaan petani dalam pengadaan tebu hanya terbatas sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu, sebagian besar bahan

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

Bab V Analisis dan Pembahasan

Bab V Analisis dan Pembahasan Bab V Analisis dan Pembahasan V.1. Analisis Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkages) dan Kaitan ke Depan (Forward Linkages) Kaitan ke belakang (Backward Linkages) dan kaitan ke depan (Forward Linkages)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman tersebut baru terintroduksi pada tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu sekitar 150

Lebih terperinci

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Direktur Jenderal Perkebunan disampaikan pada Rapat Kerja Revitalisasi Industri yang Didukung oleh Reformasi Birokrasi 18

Lebih terperinci