BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Obyek Penelitian. 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Karanganyar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Obyek Penelitian. 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Karanganyar"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Obyek Penelitian 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar KPP Pratama Karanganyar merupakan kantor pelayanan pajak pecahan dari KPP Pratama Surakarta, sehingga dapat dikatakan KPP Pratama Karanganyar adalah kantor baru. KPP Pratama Karanganyar dipisah dari KPP Pratama Surakarta mulai tahun 2007 seiring dengan adanya program modernisasi perpajakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan penerimaan di KPP Pratama Surakarta yang sudah mencapai target sehingga harus dipecah agar lebih bisa berkembang lagi. Pada awal berdirinya KPP Pratama Karanganyar menempati bekas Kantor Pelayanan PBB Surakarta. Namun, sekitar bulan Januari 2007 kantor tersebut digunakan sebagai Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II maka untuk sementara waktu kegiatan operasional KPP Pratama Karanganyar dipindahkan ke bekas Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa) Surakarta. Pada akhir bulan Desember 2007 terjadi bencana banjir di kota Solo kerena meluapnya Sungai Bengawan solo dan menyebabkan sebagian besar dokumen perpajakan hilang terbawa banjir. Akibat banjir bandang tersebut KPP Pratama Karanganyar terpaksa memindahkan kantornya commit dan pindah to user (mengontrak) ke Gedung Megaria 25

2 digilib.uns.ac.id 26 Jalan Raya Palur. Karena tidak ada persiapan yang matang akibat kondisi yang sangat mendesak, kantor yang dikontrak belum memiliki fasilitas yang memadai dan menunjang kinerja pegawai. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya ruang untuk mesin-mesin komputer yang memakai pendingin ruangan agar menghasilkan suhu ruangan yang dingin. Akibat kurangnya sarana dan prasarana yang memadai tersebut hingga pernah terjadi suatu kejadian di mana mesin komputer terbakar karena suhu yang terlalu panas. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar mulai membangun kantor yang baru dan akan digunakan secara tetap. Akhirnya pada bulan Juli 2009 KPP Pratama Karanganyar pindah ke kantor baru di Jalan K.H. Samanhudi Komplek Perkantoran Cangakan Karanganyar. Dengan adanya gedung yang baru ini, sarana dan prasarana masih dikembangkan karena ternyata masih muncul banyak kendala yang terjadi. Sekarang, kantor KPP Pratama Karanganyar sudah modern dan sudah mampu menunjang kinerja pegawainya untuk menciptakan pelayanan prima. Awalnya kode KPP Karanganyar adalah 526 karena mengikuti kode KPP Pratama Surakarta, namun sejak dikeluarkan PMK-55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan atas PMK 132/PMK.01/2006 tentang Instansi dan Tata Kerja Vertikal DJP, maka kode wilayah KPP Pratama Karanganyar di NPWP yang sebelumnya 526 (KPP Pratama Surakarta) berubah menjadi 528 (KPP Pratama Karanganyar) dan digunakan hingga sekarang. KPP

3 digilib.uns.ac.id 27 Pratama Karanganyar berada di bawah naungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II. Sumber: Data Sekunder yang diolah 2. Wilayah kerja KPP Pratama Karanganyar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar mempunyai wilayah kerja yang meliputi 2 kabupaten yaitu: a. Kabupaten Karanganyar Wilayah kerja KPP Pratama Karanganyar salah satunya adalah Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 kecamatan dengan luas ha yang berada dalam suatu kesatuan wilayah geografis, kecuali satu kecamatan yang dipisahkan oleh Kotamadya Surakarta yaitu Kecamatan Colomadu. Gambar 3.1 Wilayah Kabupaten Karanganyar Sumber data: (

4 digilib.uns.ac.id 28 b. Kabupaten Sragen Wilayah kerja KPP Pratama Karanganyar yang kedua adalah Kabupaten Sragen. Kabupaten ini wilayahnya jauh lebih luas daripada Kabupaten Karanganyar, namun potensi pajaknya lebih besar Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Sragen ini terdiri dari 20 kecamatan dengan luas ha. Gambar 3.2 Wilayah Kabupaten Sragen Sumber data: (

5 digilib.uns.ac.id 29 B. Pembahasan Masalah 1. Proses restitusi dan kompensasi pada SPT Masa PPN lebih bayar a. Proses Restitusi 1) Wajib Pajak (WP) mengisi kolom pada SPT Masa PPN yang tercantum pada lembar tersebut. 2) Wajib Pajak mengajukan permohonan restitusi atas Lebih Bayar pada SPT Masa PPN tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat ia di kukuhkan sebagai PKP. 3) Seksi pelayanan KPP menerima lengkap data WP kemudian mengolah data tersebut sesuai dengan permintaan WP. Biasanya WP menyilang pada kolom lembar SPT Masa PPN yang ia miliki sesuai dengan ketetapan usaha WP tersebut. Apabila WP menginginkan restitusi dengan cara pengembalian pendahuluan sedangkan data yang ia miliki tidak mendukung sebagai kriteria untuk pengembalian pendahuluan. Maka, pihak pengolah data bagian Account Representative (AR) KPP akan mengirimkan surat pemberitahuan kepada WP, bawasannya prosedur biasa yang harus WP tempuh untuk restitusi ini. Prosedur biasa hanya dapat ditempuh pada saat akhir tahun buku dan akan melalui proses pemeriksaan. 4) Apabila WP termasuk kategori sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) beresiko rendah atau WP memiliki ketetapan sebagai PKP dengan Kriteria teretentu, WP tersebut akan melalui proses

6 digilib.uns.ac.id 30 penelitian. Apabila WP termasuk kategori sebagai PKP beresiko tinggi, WP tersebut akan melalui proses pemeriksaan. Jangka waktu pemeriksan sesuai dengan PMK-72/PMK.03/2010 memakan waktu yang cukup lama yaitu 12 bulan itu pun masih bisa diperpanjang kurang lebih 2 bulan oleh pihak pemeriksa, apabila dalam jalannya pemeriksaan banyak hal negatif yang ditemukan sehingga perpanjangan waktu bisa terjadi. 5) Kemudian, setelah proses Penelitian, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan oleh KPP atas nama Direktur Jenderal Pajak dengan menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP). Namun, pada proses pemeriksaan jika WP terbukti mengalami lebih bayar dalam SPT Masa PPN, Pegawai Kantor Pajak yang memeriksa akan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dan akan diteruskan Kepala KPP atas nama Menteri Keuangan untuk menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP). Akan tetapi, jika WP terbukti justru Kurang Bayar, maka akan dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), sehingga sebagai WP harus membayar sejumlah uang atas Kurang Bayar tersebut beserta denda yang dikenakan. 6) Atas dasar SKPKPP, Kepala KPP atas nama Menteri Keuangan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak per jenis pajak dan per masa/ tahun pajak. Jika dalam proses

7 digilib.uns.ac.id 31 permohonan restitusi ternyata ditemukan bahwa WP masih mempunyai utang pajak, maka atas permohonan restitusi tersebut dikurangi terlebih dahulu dengan utang pajak yang masih ada. 7) SPMKP tersebut dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan peruntukan: 1. Lembar ke-1 dan ke-2 untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) mitra kerja KPP. 2. Lembar ke-3 untuk Wajib Pajak. 3. Lembar ke-4 untuk KPP yang menerbitkan SPMKP. 8) Berdasarkan SPMKP, KPPN atas nama Menteri Keuangan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). 9) KPPN mengembalikan lembar ke-2 SPMKP disertai SP2D lembar ke-2 kepada penerbit SPMKP setelah dibubuhi cap, tanggal, dan nomor penerbitan SP2D. 10) SPMKP dibebankan pada mata anggaran pengembalian pendapatan pajak tahun anggaran berjalan. 11) Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada WP, SPMKP beserta SKPKPP wajib disampaikan KPP ke KPPN paling lambat dua hari kerja sebelum jangka waktu satu bulan terlampaui. 12) SPMKP disampaikan ke KPPN secara langsung oleh petugas yang ditunjuk.

8 digilib.uns.ac.id 32 13) KPPN wajib menerbitkan SP2D paling lama dua hari kerja sejak SPMKP diterima. 14) Pencairan uang akan dikirim ke rekening WP oleh Bank Persepsi yang ditunjuk KPPN.

9 digilib.uns.ac.id 33 Isi Kolom dalam SPT Masa PPN WP Mengajukan permohonan restitusi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Lampiran Diterima Lengkap oleh KPP Impor Ekspor FP (PK & PM) PIB, SSP, LPS PEB, B/L, Wesel Ekspor SKP Jika WP Beresiko Tinggi Pemeriksaan Jika WP Beresiko Rendah/ WP dengan Kriteria tertentu Penelitian SKPKB SKPLB SKPKPP WP harus membayar atas KB tersebut berserta denda yang dikenankan WP utang Pajak SKPLB - Utang Pajak WP tidak ada Utang Pajak Rekening WP Bank Presepsi yang ditunjuk SPMKP Gambar 3.3 Mekanisme Proses Restitusi Sumber data: (Direktorat Jenderal Pajak - Tax Knowledge Base Artikel Kring, 24/03/2014 commit to - user 08:49)

10 digilib.uns.ac.id 34 b. Proses Kompensasi 1) Wajib Pajak (WP) mengisi kolom pada SPT Masa PPN yang tercantum pada lembar tersebut. 2) Wajib Pajak mengajukan permohonan kompensasi atas Lebih Bayar pada SPT Masa PPN tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat ia di kukuhkan sebagai PKP. 3) Seksi pelayanan KPP menerima lengkap data WP kemudian mengolah data tersebut sesuai dengan permintaan WP. 4) Lebih Bayar SPT Masa PPN Wajib Pajak tersebut akan otomatis dikompensasikan ke masa pajak bulan berikutnya oleh sistem data yang diinput berdasarkan permintaan WP oleh bagian Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak setempat.

11 digilib.uns.ac.id 35 Isi Kolom dalam SPT Masa PPN WP Mengajukan permohonan untuk dikompensasikan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Lampiran Impor Ekspor FP (PK & PM) Diterima Lengkap oleh KPP PIB, SSP, LPS PEB, B/L, Wesel Ekspor Seksi Pelayanan akan memproses Data LB otomatis akan dikompensasikan ke masa pajak bulan berikutnya. Gambar 3.4 Mekanisme Permohonan Kompensasi Sumber data: (Direktorat Jenderal Pajak - Tax Knowledge Base Artikel Kring, 24/03/ :49)

12 digilib.uns.ac.id 36 Pemilihan antara restitusi dan kompensasi, jika seorang PKP terdapat lebih bayar pada SPT Masa PPN Simulasi Restitusi Jika WP belum mendapatkan ketetapan sebagai PKP beresiko rendah dan PKP dengan Kriteria tertentu hanya dapat mengajukan restitusi pada akhir tahun buku saja. Simulasinya: Pada tahun 2013 PT X mengalami Lebih Bayar pada SPT Masa PPN sebagai berikut: Bulan Lebih Bayar Kurang Bayar Januari Februari Rp ,00 Rp ,00 Maret - Rp ,00 April Rp ,00 Mei - Rp ,00 Juni Juli Agustus September Oktober November Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Desember - Rp ,00 Total Rp ,00

13 digilib.uns.ac.id 37 Atas Lebih Bayar yang dimiliki PT X pada SPT Masa PPN masa Januari, Februari, dan seterusnya hanya dapat diajukan permohonan restitusi pada akhir tahun buku saja yaitu pada bulan Desember tahun Proses mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pajak (restitusi) sampai pada tahap pencairan uang tersebut akan membutuhkan waktu yang lama sesuai ketentuan yang tercantum pada PMK-72/PMK.03/2010. Namun, Jika WP tersebut mengkompensasian LB tersebut ke masa pajak bulan berikutnya, misalnya pada bulan Februari ke bulan Maret, tentu saja akan bisa dilakukan secara otomatis yang akan menjadikan pajak terhutang pada bulan Maret menjadi nihil begitu juga dengan seterusnya. Sumber: Data Primer yang diolah Restitusi PKP Beresiko Rendah dan PKP dengan Kriteria tertentu dapat mengajukan Permohonan Pembayaran Pendahuluan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK.198/PMK.03/2013). Simulasinya: Pada Bulan Januari seorang Wajib Pajak Mengalami Lebih Bayar pada SPT Masa PPN sebesar Rp ,00, kemudian ia ingin merestitusi kelebihan pajak tersebut. Wajib Pajak tersebut sudah mendapatkan ketetapan sebagai PKP beresiko rendah. Jawab: LB = Rp ,00 Keterangan: WP tersebut sudah memiliki ketetapan commit sebagai to user PKP beresiko rendah.

14 digilib.uns.ac.id 38 Penyelesaiannya: Dengan mengajukan permohonan kepada KPP tempat ia dikukuhan sebagai PKP dan karena WP tersebut sudah ditetapkan sebagai kriteria PKP beresiko rendah, maka uang atas LB tersebut dapat mudah dicairkan itulah yang disebut dengan istilah Pengembalian Pembayaran Pendahuluan (PMK-198/PMK.03/2013). Sumber: Data Primer yang diolah Untuk restitusi jika setelah pemeriksaan justru terjadi Kurang Bayar dendanya berupa bunga 2% dikali jumlah bulan yang ditetapkan, maksimal 24 bulan. Namun, untuk kasus yang mendapatkan pembayaran pendahuluan dan WP sudah menerima uang atas restitusi ketika beberapa bulan kedepan terjadi post audit dan justru kurang bayar, maka sanksi yang akan dikenakan terhadap WP tersebut berupa kenaikan sebesar 100% (Pasal 13 ayat 2 KUP). Simulasi jika WP mengajukan permohonan LB untuk direstitusi namun belum menerima uang. Pada Bulan Mei tahun 2013 WP Kusuma mengalami lebih bayar pada SPT Masa PPNnya sebesar Rp ,00, kemudian ia memilih untuk merestitusi dengan menggunakan permohonan pembayaran pendahuluan. Namun, sebelum uang diserahkan kepada WP Kusuma, Kantor Pelayanan Pajak melakukan pemeriksaan atas SPT Masa PPN WP Kusuma pada bulan Mei tahun 2013 tersebut dan pada bulan juli hasil pemeriksaannya sudah keluar, dan hasilnya justru kurang bayar sebesar Rp ,00. Jawab: LB = Rp ,00

15 digilib.uns.ac.id 39 Keterangan: Atas LB pada SPT Masa PPN, WP Kusuma mengklaimkan atau melaporkan LB tersebut untuk direstitusi dengan menggunakan permohonan pembayaran pendahuluan. Namun, uang belum diterima oleh WP Kusuma. Penyelesaian: Atas hal ini WP kusuma akan dikenai sanksi berupa bunga sebesar 2% dikali jumlah bulan yang ditetapkan(pasal 13 ayat 2 KUP) karena uang masih tertahan di kas Pemerintah. Denda Bunga = 2% Jumlah Bulan = 2 bulan (Mei-Juni) KB = Rp ,00 Rumus = ((Jumlah Bulan x Denda Bungax KB) + KB) = ((2x2%x Rp ,00) + Rp ,00) = Rp ,00 Jadi, total uang yang harus WP Kusuma bayarkan untuk masa pajak terutang pada bulan Mei adalah sebesar Rp ,00. Sumber: Data Primer yang diolah Simulasi jika WP mengajukan permohonan LB untuk direstitusi dan sudah menerima uang. Pada Bulan April tahun 2013 WP Maya mengalami lebih bayar pada SPT Masa PPNnya sebesar Rp ,00, kemudian ia memilih untuk merestitusi, karena WP Maya sudah meiliki ketetapan sebagai PKP berkriteria tertentu, maka WP Maya mengajukan permohonan pembayaran

16 digilib.uns.ac.id 40 pendahuluan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat, dan dikabulkan oleh pihak KPP. Uang atas restitusi bulan April sebesar Rp ,00, diterima WP Maya pada bulan Juni. Kemudian 6 (enam) bulan kedepan terjadi Post Audit dan Justru SPT Masa PPN WP Maya pada bulan April 2013 seharusnya mengalami kurang bayar sebesar Rp ,00. Jawab: LB = Rp ,00 KB = Rp ,00 Keterangan: Atas LB pada SPT Masa PPN, WP Maya mengklaimkan atau melaporkan LB tersebut untuk direstitusi dengan menggunakan permohonan pembayaran pendahuluan dan uang atas restitusi tersebut sudah diterima oleh WP Maya. Penyelesaian: Atas hal tersebut WP Maya akan dikenai sanksi berupa kenaikan sebesar 100% (Pasal 13 ayat 3 KUP) karena uang pencairan atas restitusi tersebut sudah ditangan WP Maya. KB = Rp ,00 Denda Kenaikan = 100% Rumus = ((Denda Kenaikan x KB) + KB) = ((100% x Rp ,00) + Rp ,00) = Rp ,00 Jadi, WP Maya akan membayar sejumlah uang sebesar Rp ,00, untuk SPT Masa PPN yang terutang pada bulan April tahun 2013.

17 digilib.uns.ac.id 41 Sumber: Data Primer yang diolah Simulasi Kompensasi Proses Kompensasi bisa terbilang tidak terlalu panjang, karena jika seorang WP mengalami Lebih Bayar (LB) pada SPT Masa PPN kemudian ia memilih mengkompensasikan LB tersebut ke masa pajak berikutnya dengan catatan masih dalam satu tahun buku itu akan otomatis bisa langsung dilaksanakan tanpa melalui proses pemeriksaan dan penelitian. Namun, jika pada akhir tahun buku terdapat Lebih Bayar kembali, kemudian dikompensasikan ke masa pajak bulan berikutnya (awal tahun buku baru) itu akan menjadikan bahan pemeriksaan dan penelitian yang dilakukan oleh pegawai Kantor Pelayanan Pajak setempat. Kompensasi yang menimbulkan kecurigaan bagi pegawai pajak. Simulasinya: WP Lebih Bayar (LB) Bulan Oktober November Dikompensasikan Desember PT. Y Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 SISA LB Rp ,00 Atas sisa LB sebesar Rp ,00, PT. Y memilih untuk mengkompensasikan kembali ke Masa Pajak bulan berikutnya yaitu Masa Januari tahun 2014 (awal tahun buku baru). Keterangan:

18 digilib.uns.ac.id 42 Pada bulan Oktober 2013 PT. Y mengalami Lebih Bayar pada SPT Masa PPN sebesar Rp ,00. Kemudian, ia memilih mengkompensasikan LB tersebut ke masa pajak bulan berikutnya. Bulan November SPT Masa PPN PT. Y tersebut terdapat utang pajak sebesar Rp ,00, maka atas LB yang dimiliki PT. Y pada bulan Oktober bisa untuk membayar utang pajak pada bulan November dan masih sisa Rp ,00. Bulan Desember SPT Masa PPN PT. Y tersebut terdapat utang pajak sebersar Rp ,00, maka atas sisa LB yang dimiliki WP tersebut bisa untuk membayar utang pajak pada bulan Desember dan masih sisa Rp ,00. Untuk sisa tersebut PT. Y memilih mengkompensasikan kembali ke masa pajak bulan berikutnya pada awal tahun buku baru. Hal ini dapat menjadikan bahan pemeriksaan pegawai kantor Pajak karena secara tidak langsung menimbulkan kecurigaan. Tindakan yang akan dilakukan pegawai kantor Pajak ini berlaku bagi semua Pengusaha Kena Pajak dalam kriteria apapun. Jika pada hasil pemeriksaan yang dilakukan pegawai kantor Pajak tersebut menyatakan justru Kurang Bayar, denda yang diberikan atas permasalahan WP tersebut berdasarkan Pasal 13 ayat 3 KUP yaitu denda kenaikan sebesar 100%. Sumber: Data Primer yang diolah Jika WP terlanjur melaporkan LB untuk Kompensasi.

19 digilib.uns.ac.id 43 Pada tahun 2013 WP Luna mengalami Lebih Bayar (LB) pada SPT Masa PPN untuk bulan April sebesar Rp ,00, kemudian ia ingin mengkompensasikan LB tersebut ke masa pajak bulan berikutnya yaitu bulan Mei. Namun, pada saat itu seketika terjadi pemeriksaan, dan setelah pemeriksaan seharusnya bulan April terjadi kurang bayar sebesar Rp ,00, padahal WP Luna sudah mengajukan permohonan untuk mengkompensasikan LB tersebut pada masa pajak bulan berikutnya. Jawab: LB Bulan April = Rp ,00 Keterangan: WP Luna menginginkan untuk mengkompensasikan atas LB tersebut ke masa pajak bulan berikutnya yaitu bulan Mei. Namun, seketika terjadi pemeriksaan pada SPT Masa PPN bulan April WP Luna dan hasil pemeriksaan justru KB sebesar Rp ,00. Penyelesaiannya: Atas kejadian ini WP Luna akan mendapatkan sanksi berupa kenaikan 100% (PMK-72/PMK.03/2010) karena WP Luna tidak seharusnya mengkompensasikan ke masa pajak bulan berikutnya tetapi sudah terlanjur dilkaimkan/dilaporkan olehnya kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat. KB = Rp ,00 Denda Kenaikan = 100% Rumus = (Denda Kenaikan x KB) + KB) = (100% x Rp ,00) + Rp ,00)

20 digilib.uns.ac.id 44 = Rp ,00 Jadi, Jumlah yang harus dibayarkan WP Luna atas sanksi tersebut sebesar Rp ,00. Denda ini berlaku bagi PKP beresiko rendah maupun PKP dengan kriteria tertentu. Mengkompensasikan beresiko lebih besar dari pada restitusi jika terbukti Kurang Bayar setelah terjadi pemeriksaan. Sumber: Data Primer yang diolah Berdasarkan simulasi diatas, restitusi memiliki dua kategori dalam tarif denda jika WP bermasalah yaitu sebesar 2% atau kenaikan 100%, untuk kompensasi akan dikenai satu kategori yaitu denda kenaikan sebesar 100%. Jika diasumsikan antara restitusi dan kompensasi, dua hal yang sama yaitu sama-sama kembali untuk Wajib Pajak. Namun, menurut penulis lebih memilih restitusi jika penulis sebagai pengusaha karena dilihat dari sudut Wajib Pajak adalah seorang pengusaha, jika WP tersebut sudah meiliki kategori sebagai PKP dengan kriteria tertentu atau PKP yang beresiko rendah, dan benar-benar sudah melakukan pembukuan dengan baik, merestitusi dengan mengajukan permohonan pembayaran pendahuluan itu lebih baik karena menambah pemasukan bagi pengusaha dapat menjadikan potensi usaha meningkat, misalnya dengan menjadikan uang tersebut untuk menginvestasikannya dengan beberapa usaha, atau untuk menambah alat modal, dan lain sebagainya. Akan tetapi, jika WP yang sebagai pengusaha belum mendapatkan ketetapan sebagai PKP beresiko rendah atau PKP dengan kriteria tertentu yang hanya bisa mengajukan restitusi pada akhir tahun buku saja, lebih baik mengkompensasikan atas lebih bayar tersebut ke masa pajak bulan berikutnya.

21 digilib.uns.ac.id 45 Temuan Kelemahan Restitusi dan Kompensasi Restitusi Jika seorang Wajib Pajak (WP) yang mengalami Lebih Bayar (LB) pada SPT Masa PPN, kemudian ia belum ditetapkan sebagai PKP beresiko rendah atau PKP dengan kriteria tertentu, maka WP tersebut harus mengajukan permohonan untuk merestitusi kelebihan pajaknya hanya bisa pada akhir tahun pajak saja. Dengan demikian, uang yang seharusnya dimiliki oleh WP akan tertanam di Pemerintah dengan waktu yang lama, karena Pegawai Pajak akan melakukan tahapan-tahapan yang panjang dalam menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) yang diatur dalam PMK-72/PMK.03/2010. Tahapan tersebut adalah Pemeriksaan dan penelitian yang dapat memakan waktu yang cukup panjang. Kemudian pada saat mengajukan permohonan, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) akan melakukan proses pemeriksaan dan penelitian dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 bulan, itu pun masih ada penambahan waktu 2 bulan jika KPP melakukan perpanjangan pemeriksaan. Jika setelah pemeriksaan tersebut justru terjadi Kurang Bayar akan di kenai denda dan berupa bunga yang tidak sedikit. Denda tersebut berupa bunga sebesar 2% atau kenaikan 100% untuk Pajak Pertambahan Nilai dari total kurang bayar tersebut, tergantung dari masalah Wajib Pajak yang bermasalah seperti pada simulasi restitusi nomor 3a dan 3b. Kompensasi Jika seorang WP terdapat LB pada SPT Masa PPN, kemudian ia memilih untuk mengkompensasikan LB tersebut commit ke masa to user pajak bulan berikutnya. Apabila WP

22 digilib.uns.ac.id 46 mengalami pembukuan yang tidak baik, dan hasil dari pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak menunjukan WP bermasalah atau LB yang diklaimkan WP justru menjadi Kurang Bayar, maka dendanya pun juga tidak sedikit yaitu dua kali lipat dari Kurang Bayar tersebut. Denda kompensasi lebih tinggi dibandingkan dengan restitusi. Jika restitusi memiliki dua kategori dalam tarif denda yaitu sebesar 2% atau kenaikan 100%, untuk kompensasi akan dikenai satu kategori yaitu denda kenaikan sebesar 100% seperti pada simulasi kompensasi nomor 2 (dua). Kelebihan Restitusi dan Kompensasi Restitusi Pada Restitusi jika WP sudah ditetapkan sebagai PKP beresiko rendah atau PKP dengan kriteria tertentu, ketika WP tersebut mengalami LB pada SPT Masa PPN, kemudian WP tersebut memilih restitusi, maka WP bisa mengajukan permohonan pembayaran pendahuluan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat sesuai dengan ketentuan yang diatur diadalam PMK-198/PMK.03/2013. Kompensasi Jika WP benar melaksanakan pembukuan dengan baik, kompensasi bisa dikatakan cara yang simpel dan otomatis bisa dilaksanakan untuk masa pajak bulan berikutnya walaupun kadang juga harus dilakukan pemeriksaan. Sehingga arus kas tidak tertanam di Pemerintah lebih lama istilahnya kompensasi hanya memending uang WP selama satu bulan lamanya.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

2015, No MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NO MOR 16/PMK.03/2011 TENTANG T

2015, No MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NO MOR 16/PMK.03/2011 TENTANG T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2015 KEMENKEU. Kelebihan. Perhitungan. Pengembalian. Pembayaran Pajak. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

L2

L2 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 L17 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Menimbang : MENTERI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan

Lebih terperinci

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Kelebihan Pembayaran Pajak. Penghitungan. Prosedur PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK Yulia Chandra ABSTRAK Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai merupakan Hak semua Wajib

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa guna

Lebih terperinci

2 Mengingat Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga; : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Penghitungan dan

2 Mengingat Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga; : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Penghitungan dan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1470, 2015 KEMENKEU. Imbalan Bunga. Pemberian. Penghitungan. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186/PMK.03/2015 TENTANG Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 186/PMK.03/2015, 30 Sept 2015 PencarianPeraturan Menimbang: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK 3)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK 3) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN l PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK 3) DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK 3) DIREKTUR JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 188/PMK.03/2007 TENTANG : TATA CARA PEMBAYARAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK 1) KEPUTUSAN NOMOR : 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Lebih terperinci

Hasudungan Hutasoit, SE, M.Ak FEB UTA45 Jakarta

Hasudungan Hutasoit, SE, M.Ak FEB UTA45 Jakarta Hasudungan Hutasoit, SE, M.Ak FEB UTA45 Jakarta 1 Pasal 9 ayat (4) dan (4b) UU PPN dan PPnBM Apabila dalam sauatu Masa Pajak, ternyata PM > PK, selisihnya = kelebihan pajak, dapat dikompensasikan ke MP

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR :... 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK... 3) KEPADA... 4) DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR :... 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK... 3) KEPADA... 4) DIREKTUR JENDERAL PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK... 1) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR :... 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK... 3) KEPADA...

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 9 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pajak Pertambahan Nilai normal Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi Barang atau jasa yang dikonsumsi di

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM MEKANISME PERMOHONAN RESTITUSI DI INDONESIA DAN PROFILE PEMOHON RESTITUSI PT Y.I

BAB 3 GAMBARAN UMUM MEKANISME PERMOHONAN RESTITUSI DI INDONESIA DAN PROFILE PEMOHON RESTITUSI PT Y.I BAB 3 GAMBARAN UMUM MEKANISME PERMOHONAN RESTITUSI DI INDONESIA DAN PROFILE PEMOHON RESTITUSI PT Y.I 3.1 Perkembangan Restitusi Pajak 3.1.1 Dasar Hukum Restitusi pajak merupakan amanat Undang-Undang Perpajakan.

Lebih terperinci

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1964, 2015 KEMENKEU. Pembayaran Pajak. Kelebihan. Perhitungan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.03/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.03/2005 TENTANG Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.03/2005 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KEMBALI KELEBIHAN PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR :... (1) TENTANG PEMBERIAN IMBALAN BUNGA KEPADA...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR :... (1) TENTANG PEMBERIAN IMBALAN BUNGA KEPADA... CONTOH FORMAT SURAT KEPUTUSAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 186/PMK.03/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.03/2013

Lebih terperinci

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR :...

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR :... LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 226/PMK.03/2013 TENTANG : TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA FORMAT SURAT KEPUTUSAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Pasal 17B UU KUP. Pasal 17D UU KUP Pasal 17E UU KUP. Pasal 9 ayat (4c) UU PPN

Pasal 17B UU KUP. Pasal 17D UU KUP Pasal 17E UU KUP. Pasal 9 ayat (4c) UU PPN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 244/PMK.03/2015 TENTANG : TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK CONTOH FORMAT NOTA PENGHITUNGAN PENGEMBALIAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013 PT.KAJ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan di kota Semarang yang berdiri sejak tahun 2009.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai 44 44 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP). Pihak-pihak atau objek yang dibina oleh DJP adalah kelompok

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK...(1) KANTOR PELAYANAN PAJAK...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK...(1) KANTOR PELAYANAN PAJAK... LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 185/PMK.03/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 16/PMK.03/2011 TENTANG : TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 16/PMK.03/2011 TENTANG : TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK... (1) LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 16/PMK.03/2011 TENTANG : TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN

Lebih terperinci

NOTA PENGHITUNGAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK. Pasal 17C. Pasal 9 ayat (4c) UU PPN

NOTA PENGHITUNGAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK. Pasal 17C. Pasal 9 ayat (4c) UU PPN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK./2010 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK...

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN, PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR

BAB III DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR BAB III DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar merupakan kantor yang tergolong

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS IV.1. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Satuan Kerja yang melakukan pemungutan PPh Pasal

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-97/PJ/2010 TENTANG : PETUNJUK PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN MONITORING KINERJA LAYANAN UNGGULAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. PT. Indowire Prima Industrindo Surabaya didirikan pada tahun 1999,

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. PT. Indowire Prima Industrindo Surabaya didirikan pada tahun 1999, BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Indowire Prima Industrindo Surabaya didirikan pada tahun 1999, berkedudukan di Jalan Margomulyo Indah No. 04, C-1

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN SALINAN 113/PMK.04/2008, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi di antaranya KDL Tk. I

BAB I PENDAHULUAN. Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi di antaranya KDL Tk. I digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta telah ada sejak lama dengan berbagai istilah. Sebelum tahun 1996, KPP Pratama Surakarta berstatus

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pembetulan

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pembetulan Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pembetulan PJ.091/KUP/S/022/2014-00 Dasar Hukum Pasal 16 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Penyebab Terjadinya Piutang Pajak Pada Bab ini akan dibahas mengenai laporan perkembangan piutang pajak pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Laporan perkembangan piutang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V BINTARO JAYA, TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58;

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, penulis ditempatkan di bagian

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMINTAAN KEMBALI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG BAWAAN ORANG PRIBADI

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

NOTA PENGHITUNGAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN. II. IDENTITAS OBJEK PAJAK NOP : - (5) Alamat :... (6)

NOTA PENGHITUNGAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN. II. IDENTITAS OBJEK PAJAK NOP : - (5) Alamat :... (6) LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 121/PMK.06/2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IMBALAN BUNGA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN KEPADA WAJIB PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KPPBB/KPP

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 BAB IV PEMBAHASAN IV.I Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Latar Belakang PT ABC. PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Latar Belakang PT ABC. PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang PT ABC PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto merupakan perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang tekstil. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Pemeriksaan Pajak atas SPT WP Badan Salah satu kewajiban setiap Wajib Pajak adalah mengisi dengan benar, jelas, dan lengkap serta menyampaikan secara langsung atau melalui pos

Lebih terperinci

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DIMAS WIBISONO Jalan Taruna III no. 8 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, 08561808586,

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG PENGEMBALIAN BEA MASUK, BEA KELUAR, SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, DAN/ATAU BUNGA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kesiapan Wajib Pajak saat dilakukan Pemeriksaan Pajak 1. Kelengkapan dokumen umum, dokumen perpajakan dan dokumen pembukuan. Kelengkapan dokumen umum, dokumen

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN, PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN, DAN

Lebih terperinci

2013, No Menetapkan : Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 2. Peraturan Bersama Men

2013, No Menetapkan : Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 2. Peraturan Bersama Men BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.129, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengembalian Penerimaan Negara. Bea Hak Atas Tanah dan Bagunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PMK.05/2013

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 29/PMK.03/2015 TENTANG PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI BUNGA YANG TERBIT BERDASARKAN PASAL 19 AYAT (1) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar

BAB III DESKRIPSI INSTANSI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar BAB III DESKRIPSI INSTANSI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar Kantor Pelayanan Pajak dan selanjutnya disingkat KPP Pratama Karanganyar adalah intansi vertical Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor SE-17/BC/2005 TENTANG

SURAT EDARAN Nomor SE-17/BC/2005 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Jalan Jenderal A. Yani Telepon : 4890308 Jakarta 13230 Faksimili : 4890871 Kotak Pos 108 Jakarta 10002 Yth. 1. Kepala Kantor Wilayah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2097, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea Masuk. Bea Keluar. Sanksi Administrasi. Denda. Bunga. Kepabeanan. Pengembalian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

MONITORING PENERBITAN SPMKP BULAN... TAHUN... SKPKPP KONSEP SPMKP SPMKP SP2D No

MONITORING PENERBITAN SPMKP BULAN... TAHUN... SKPKPP KONSEP SPMKP SPMKP SP2D No LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-17/PJ/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

SE - 17/PJ/2012 TATA CARA PENGAWASAN PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK

SE - 17/PJ/2012 TATA CARA PENGAWASAN PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK SE - 17/PJ/2012 TATA CARA PENGAWASAN PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK Contributed by Administrator Thursday, 05 April 2012 Pusat Peraturan Pajak Online 05 April 2012 SURAT EDARANĂ‚ DIREKTUR

Lebih terperinci

NOMOR : 38/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK, DENDA ADMINISTRASI, DAN/ATAU BUNGA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR : 38/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK, DENDA ADMINISTRASI, DAN/ATAU BUNGA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 38/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK, DENDA ADMINISTRASI, DAN/ATAU BUNGA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

1

1 0 1 2 3 4 SOAL TEORI KUP Menurut Pasal 1 UU KUP, Penelitian adalah serangkaian kegiatan menilai kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya, termasuk penilaian kebenaran penulisan dan perhitungannya.

Lebih terperinci

PENETAPAN DAN KETETAPAN

PENETAPAN DAN KETETAPAN PENETAPAN DAN KETETAPAN Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK Berdasarkan litelatur perpajakan dan KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN yang saya baca, kemungkinan pengembalian pajak lebih banyak diberikan kepada wajib pajak secara perorangan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-40/PJ/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 91/PMK.03/2015

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2018 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA PENGUSAHA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2018 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA PENGUSAHA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2018 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan hasil pengamatan ini penulis akan menyampaikan mengenai Prosedur penghapusan sanksi administrasi atas pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V BINTARO JAYA, TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58;

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III BAB III BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III BAB III BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-19/PJ/2016 Tanggal : 6 Oktober 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... KODE NOTA NOTA PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Lebih terperinci

KOP SURAT PEMOHON (PIHAK YANG BERHAK)

KOP SURAT PEMOHON (PIHAK YANG BERHAK) LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 213/PMK.04/2008 TENTANG : TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA EKSPOR, PENERIMAAN NEGARA

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA

Lebih terperinci

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN LAMPIRAN I PERATURAN NOMOR : PER165/PJ/2005 TENTANG : PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN NOMOR KEP297/PJ/2002 TENTANG PELIMPAHAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK KEPADA PARA PEJABAT DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

CONTOH FORMAT NOTA PENGHITUNGAN PEN GEM BALIAN KELEBIHAN KANTOR PELAYANAN PAJAK (2) NOTA PENGHITUNGAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

CONTOH FORMAT NOTA PENGHITUNGAN PEN GEM BALIAN KELEBIHAN KANTOR PELAYANAN PAJAK (2) NOTA PENGHITUNGAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK - 19 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244 jpmk.03j2015 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAY ARAN PAJAK CONTOH FORMAT NOTA PENGHITUNGAN PEN GEM

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I NO DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JENIS PELAYANAN 1 Pelayanan Permohonan Legalisasi Dokumen Wajib Pajak Berupa Surat Keterangan Domisili (SKD) 2 Pelayanan Permohonan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN SKB PPN BKP STRATEGIS. 1. Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan SKB PPN BKP strategis di KPP.

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN SKB PPN BKP STRATEGIS. 1. Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan SKB PPN BKP strategis di KPP. LAMPIRAN I PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN SKB PPN BKP STRATEGIS I. Umum 1. Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan SKB PPN BKP strategis di KPP. 2. Permohonan SKB PPN BKP strategis

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK HAK WAJIB PAJAK 1. Menunda penyampaian surat pemberitahuan 2. Pembetulan Surat Pemberitahuan 3. Mengangsur pembayaran 4. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi)

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP digilib.uns.ac.id BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Surat Setoran Pajak (SSP) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan

Lebih terperinci