BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)"

Transkripsi

1 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak Kewenangan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak diberikan kepada KPP dimana surat ini timbul berdasarkan hasil pemeriksaan tentang pajak yang terutang atau kurang bayar, Surat Pemberitahuan yang tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, kewajiban melakukan pencatatan dan pembukuan yang tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui berapa besarnya pajak yang terutang. Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat tagihan karena adanya pajak yang tidak atau kurang dibayar maupun karena ada sanksi administrasi, bunga ataupun denda yang dikenakan kepada Wajib Pajak. Surat Tagihan Pajak terjadi dikarenakan : 1. Penelitian yang menghasilkan terjadinya Sanksi Administrasi berupa bunga/denda akibat salah tulis dan/atau salah hitung di dalam pembayaran pajak. 2. Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar 3. Pengusaha Kena Pajak yang melaporkan Faktur Pajak yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. 4. Sanksi Administrasi karena Wajib Pajak terlambat atau tidak membayar SKPKB, SKPKBT, STP 5. Pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu dalam melaporkannya. 55

2 56 Surat Tagihan Pajak (STP) memiliki kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan juga dengan Surat Paksa. 4.2 Wajib Pajak Wajib Pajak atau sering disingkat dengan WP adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu Wajib Pajak Terdaftar Wajib Pajak Terdaftar dan/atau PKP Terdaftar adalah Wajib Pajak dan/atau PKP yang telah terdaftar dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan terlambat diberikan NPWP dan/atau SPPKP. Berikut ini adalah total Wajib Pajak Terdaftar di KPP TigaraksaTangerang. Tabel 4.1 Wajib Pajak Terdaftar No Wajib Tahun Pajak OP Badan (Sumber : Seksi Pelayanan KPP PratamaTigaraksaTangerang) Wajib Pajak Efektif Wajib Pajak Efektif yaitu Wajib Pajak yang sudah memenuhi seluruh kewajiban pajaknya berupa memenuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa atau Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Berikut ini adalah total Wajib Pajak Efektif di KPP Pratama TigaraksaTangerang

3 57 Tabel 4.2 Wajib Pajak Efektif No Wajib Tahun Pajak OP Badan (Sumber : Seksi Pelayanan KPP PratamaTigaraksaTangerang) 4.3 Penerbitan Surat Teguran Surat Teguran merupakan langkah awal yang di ambil dalam tindakan penagihan pajak. Surat Teguran atau disebut juga surat peringatan merupakan surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan wajib pajak agar segera melunasi utang pajaknya. Dengan adanya surat teguran ini diharapkan wajib pajak dapat melunasi utang pajaknya agar dapat terhindar dari tindakan penagihan pajak. Penerbitan Surat Teguran dilakukan apabila Wajib Pajak tidak segera melunasi utang pajaknya yang masih harus dibayar sesuai dengan tanggal jatuh temponya. Apabila Wajib Pajak tidak membayar utang pajaknya pada waktu yang telah ditentukan maka dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal jatuh tempo pejabat berhak untuk menerbitkan Surat Teguran. Sesuai dengan fungsi surat teguran tersebut yaitu untuk memperingatkan Wajib Pajak agar sesegera mungkin melunasi utang pajaknya berdasarkan Surat Tagihan atau Surat Ketetapan Pajak yang memuat besarnya utang pajak yang harus segera dibayarkan oleh Wajib Pajak. Dengan kondisi ini seharusnya Wajib Pajar sadar akan kewajiban melunasi utang pajaknya tanpa harus diterbitkannya Surat Teguran, sehingga tidak melonjaknya jumlah Surat Teguran yang diterbitkan oleh pejabat apabila Wajib Pajaknya sudah sadar akan kewajibannya sebagai Wajib Pajak yang baik. Berdasarkan data keterlambatan pembayaran pajak yang diperoleh dari sistem yang digunakan, juru sita pajak segera mencetak konsep surat teguran pajak dan meneruskannya kepada kepala seksi penagihan pajak. Surat teguran pajak tersebut

4 58 dicetak minimal rangkap 2 (dua), lembar pertama dari surat teguran pajak tersebut nantinya akan diberikan kepada wajib pajak yang bersangkutan sedangkan rangkap keduanya di simpan sebagai arsip di kantor pelayanan pajak. Kepala seksi penagihan segera memeriksa dan memberikan paraf pada surat teguran pajak tersebut lalu meneruskannya kepada kepala kantor pelayanan pajaknya.apabila kepala seksi penagihan tidak menyetujui isi dari surat teguran tersebut maka juru sita berhak untuk memperbaiki dahulu isi surat tersebut sampai kepala seksi penagihan menyetujuinya dan kepala kantor pelayanan pajak memberikan tanda tangannya. Apabila semua proses tersebut sudah dllakukan maka surat teguran tersebut dikembalikan kepada kepala penagihan pajak, dan tugas juru sita pajak saat ini adalah mencatat surat teguran tersebut pada kartu pengawasan tunggakan pajak kemudian surat tersebut diberikan kepada kepala sub bagian umum untuk dikirimkan kepada wajib pajak yang bersangkutan. Apabila terjadi kekeliruan dalam hal penerbitan surat teguran, maka wajib pajak dapat melakukan permohonan pembetulan atau penggantian kepada pejabat, dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat permohonan pembetulan atau penggantian maka pejabat harus memberikan keputusan terhadap surat permohonan tersebut, apabila lewat dari jangka waktu tersebut pejabat tidak memberikan jawaban atas surat permohonan tersebut maka surat permonan tersebut dianggap dikabulkan dan tindakan penagihan pajak dihentikan sementara waktu. Apabila wajib pajak lewat 21 (dua puluh satu) hari setelah diterbitkannya surat teguran tidak membayar tunggakan utang pajaknya, maka pejabat berhak untuk menerbitkan surat paksa yang akan disampaikan secara langsung oleh juru sita pajak kepada wajib pajak. Berikut ini adalah data surat teguran tahun 2011, 2012, 2013untuk WP Pribadi dan WP Badan yang di dapatkan dari Kantor Pelayanan Pajak TigaraksaTangerang.

5 59 Tabel 4.3 Jumlah Surat Teguran dan Pembayaran Pajak No. Tahun Surat Jumlah (Rp) Pembayaran Persentase Teguran (Lembar) (Rp) Pembayaran (%) ,48 % ,06 % ,79 % (Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama TigaraksaTangerang) Dari hasil penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Tigaraksa Tangerang khususnya pada Seksi Penagihan Pajak padatahun 2011 menunjukkan bahwa lembar Surat Teguran diterbitkan oleh pejabat dengan nilai sebesar Rp ,- dengan pembayaran pajak sebesar Rp ,-dengan persentase 68,84 %. Banyaknya surat teguran yang keluar pada tahun 2011 disebabkan banyaknya wajib pajak yang masih belum sadar akan kewajiban pajaknya dan masih tidak paham langkah apa yang harus mereka ambil dalam upaya pelunasan utang pajak mereka, sehingga wajib pajak tersebut dikenakan tindak penagihan pajak yang pertama yaitu dengan diterbitkannya surat teguran. Pada tahun 2012 jumlah surat teguran pajak bertambah dari tahun sebelumnya yaitu lembar surat tagihan yang dikeluarkan oleh pejabat denganjumlah yang ikut menaik yaitu Rp ,-dengan pembayaran atas surat teguran pajak tersebut sekitar Rp ,- dengan persentase 81,06 %. Dalam tahun 2012 ini termasuk dikategorikan pembayaran dengan persentase yang baik dikarenakan adanya kesadaran pada Wajib Pajak untuk membayar pajaknya. Sedangkan untuk tahun 2013 kembali jumlah surat teguran pajak berkurang menjadi sekitar lembar surat teguran yang dikeluarkan oleh pejabat dengan jumlah sebesar Rp ,-dengan pembayaran atas Surat Teguran pajak yang dapat dibayarkan sebesar Rp ,-dengan persentase 39,79 %. Dari hasil jumlah surat teguran tersebut disimpulkan bahwa pada tahun 2011 ke 2012 mengalami

6 60 peningkatan pembayaran dikarenakan jumlah suraat teguran yang meningkat dengan tingkat pembayaran yang baik setara dengan bertambahnya jumlah surat teguran. Akan tetapi, pada tahun 2013 mengalami penurunan dalam jumlah surat teguran yang dikarenakan Wajib Pajak sebagian besar yang sudah menjalani kewajibannya dalam kesadaran untuk membayar pajak di tahun 2012 sehingga di Tahun 2013 jumlah yang diedarkan menurun, akan tetapi ada sebagian Wajib Pajak dalam tahun tersebut tidak membayar hutangnya. 4.4 Penerbitan Surat Paksa Surat Paksa diterbitkan untuk memerintahkan secara paksa kepada penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya beserta biaya penagihannya. Surat Paksa diterbitkan dalam hal penggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dalam waktu yang telah jatuh tempo, penanggung pajak telah dilakukan penagihan seketika dan sekaligus atau penanggung pajak tidak memenuhi kententuan dalam hal persetujuan angsuran atau dalam hal penundaan pembayaran pajak. Surat Paksa memiliki kekuatan hukum yang sama besarnya seperti keputusan pengadilan yang bersifat final. Dalam pelaksanaan surat paksa terdapat 2 (dua) macam perintah, yang pertama adalah si penanggung pajak berhak untuk melakukan pelunasan terhadap utang pajaknya dengan ditambah biaya penagihan pajak dalam jangka waktu 2x24 jam. Yang kedua adalah juru sita yang ditunjuk berhak untuk melakukan penyitaan terhadap barang-barang milik penganggung pajak apabila si penganggung pajak melunasi utang pajaknya setelah 2x24 jam tersebut. Proses pelaksanaan surat paksa berdasarkan surat teguran yang sudah lewat waktu dari jangka waktu pembayaran surat teguran, juru sita pajak meneliti dan mencetak konsep surat paksa dan berita acara pemberitahuan surat paksa, kemudian diteruskan kepada kepala seksi penagihan yang kemudian akan diperiksa dan diberi paraf konsep surat paksa dan berita acara pemberitahuan surat paksa dan diteruskan kepada kepala kantor pelayanan pajak, apabila sudah disetujui oleh kepala kantor pelayanan pajak maka konsep surat paksa dan berita acara pemberitahuan surat paksa tersebut akan disampaikan kembali kepada juru sita yang nantinya akan diberikan langsung kepada penaggung pajak.

7 61 Juru sita membuat dan menandatangani Berita Acara Penyampaian Surat Paksa dan disampaikan kepada kepala seksi penagihan pajak dan apabila sudah tanda tangani dan disetujui maka berita acara penyampaian surat paksa tersebut akan di catat di dalam kartu pengawasan dan akan diarsipkan dan diberikan kepada penaggung pajak. Berita acara penyampaian surat paksa berisi hari dan tanggal pemberitahuan surat paksa, nama juru sita pajak, nama yang menerima, dan tempat pemberitahuan surat paksa serta ditanda tangani oleh juru sita pajak dan penanggung pajak. Berikut ini adalah data jumlah surat paksa pada tahun 2011, 2012, 2013untuk WP Pribadi dan WP Badan yang di dapatkan dari Kantor Pelayanan Pajak TigaraksaTangerang Tabel 4.4 Jumlah Surat Paksa dan Pembayaran Pajak No. Tahun Surat Paksa Jumlah (Rp) Pembayaran Persentase (Lembar) (Rp) Pembayaran (%) ,04 % ,70 % ,26 % (Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama TigaraksaTangerang) Berdasarkan hasil penelitian atas Surat Paksa yang didapatkan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama TigaraksaTangerang khususnya pada Seksi Pengihan Pajak pada tahun 2011 pejabat menerbitkan surat paksa sebanyak 248 lembar dengan jumlah sekitar Rp ,- dan atas pembayaran surat paksa tersebut sebesar Rp ,- dengan persentase 21,04 % & dan untuk tahun 2012 pejabat menerbitkan surat paksa sebanyak 667 lembar jika dilihat dari lembar surat paksa yang diterbitkan terjadi penaikan jumlah surat paksa dengan jumlah pajak sebesar Rp ,- dengan atas pembayaran surat paksa tersebut sebesar

8 62 Rp ,- dengan persentase 47,70 % sedangkan untuk tahun 2013 jumlah surat paksa yang diterbitkan kembali menurun dengan dikeluarkannya 286 lembar surat paksa dengan jumlah tunggakan utang pajak sebesar Rp ,- dengan besarnya atas pembayaran surat paksa tersebut sebesar Rp ,- dengan persentase 46,26 %.Jika dilihat nilai dari Surat Paksa tahun 2012 lebih besar jika dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2013 hal ini dikarenakan banyaknya wajib pajak yang belum melakukan kewajiban pajaknya atau cenderung menghindari penagihan pajak tersebut agar dapat menghindar dari kewajiban pajaknya. Kendala lain yang didapat dari penerbitan Surat Paksa adalah jangka waktu penerbitan Surat Paksa yang kurang efektif karena menurut informasi yang di dapat bahwa tidak semua Surat Teguran yang diterbitkan ditahun yang bersangkutan diterbitkan Surat Paksa di tahun yang sama. 4.5 Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) Arti dari Tindakan Penyitaan adalah tindakan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk menguasai barang si Penanggung Pajak agar dapat dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajaknya berdasarkan undang-undang yang berlaku.dalam pelaksanaannya, sebelum dilakukan penyitaan, seorang juru sita harus menyampaikan surat paksa terlebih dahulu kepada si penanggung pajak. Tujuan dari tindakan penyitaan sebenarnya tidak untuk melakukan penjualan barang milik si penanggung pajak, melainkan hanya untuk menguasai barang yang dimiliki oleh si penanggung pajak dan dijadikan sebagai jaminan pelunasan utangnya. Sampai dilakukannya penyitaan, Wajib Pajak masih diberikan kesempatan untuk melunasi utang pajaknya beserta biaya penagihan pajaknya. Penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) yang diterbitkan oleh pejabat penerbit surat paksa. Penerbitan surat perintah melakukan penyitaan dilakukan 2 x 24 jam terhitung sejak tanggal surat paksa diberitahukan kepada wajib pajak. Namun dalam pelaksaannya penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan ini tidak dilaksanakan tepat pada waktunya. Juru Sita pajak meneliti data tunggakan dan pelunasannya meliputi SSP/SSTP/SSB atau pengurangan keputusan pembetulan, keputusan keberatan

9 63 banding, keputusan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak, keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, membuat konsep SPMP dan menyampaikan kepada kepala seksi penagihan pajak yang kemudian akan diteliti oleh kepala seksi penagihan pajak serta diparaf dan akan diteruskan ke kepala kantor pelayanan pajak, apabila kepala kantor pelayanan pajak setuju dengan surat konsep SPMP tersebut maka surat tersebut akan dikembalikan kembalik kepada kepala seksi penagihan dan diberikan kepada juru sita pajak. Penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak dan dapat dipercaya. Kehadiran saksi dengan maksud untuk menyakinkan bahwa pelaksanaan penyitaan pajak dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setiap melaksanakan penyitaan, juru sita pajak wajib membuat berita acara pelaksanaan penyitaan yang ditanda tangani oleh juru sita pajak, penanggung pajak dan saksi-saksi dalam tindakan penyitaan tersebut. Berita acara merupakan pemberitahuan kepada si penanggung pajak dan masyarakat bahwa hak kekuasaan atas barang yang disita berpindah tangan dari si penanggung pajak ke pejabat. Berikut ini adalah data jumlah surat perintah melakukan penyitaan dan pada tahun 2011, 2012, 2013untuk WP Pribadi dan WP Badan yang di dapatkan dari Kantor Pelayanan Pajak TigaraksaTangerang. Tabel 4.5 Jumlah Surat Perintah Melakukan Penyitaan dan Tunggakan Pajak No. Tahun Jumlah SPMP Jumlah (Rp) Pembayaran Persentase (Lembar) (Rp) Pembayaran (%) ,89 % ,12 % ,75 % (Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama TigaraksaTangerang)

10 64 Berdasarkan hasil penelitian dari surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP) yang di dapatkan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama TigaraksaTangerang pada tahun 2011 pejabat menerbitkan SPMP sebanyak 4 lembar dengan jumlah sebesar Rp ,-dan pembayaran atas SPMP tersebut sebesar Rp ,- dengan persentase pembayaran 30,89 %.Sedangkan pada tahun 2012 SPMP meningkat menjadi 88 lembar dengan jumlah yang juga meningkat menjadi sekitar Rp ,- dengan jumlah pembayaran atas SPMP sebesar Rp ,-dengan persentase pembayaran 164,12 % dan pada tahun 2013 pejabat menerbitan surat paksa yang sebesar 8 lembar dengan jumlah Rp ,- dengan jumlah pembayaran atas jumlah utang pajak sebesar Rp ,- dengan persentase pembayaran 15,75 %. Apabila dilihat dari perolehan pembayaran atas SPMP diketahui bahwa kendala yang didapat adalah sulitnya mencari objek sita atau nilainya tidak sebanding dengan utang pajaknya. Adapun tindakan penyitaan hanya dapat dilakukan oleh Juru Sita pajak bedasarkan SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan) yang di terbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama TigaraksaTangerang, tanpa adanya SPMP penyitaan ini tidak dapat dilakukan. Juru Sita pajak melakukan tindakan penyitaan semata-mata untuk memperoleh jaminan agar wajib pajak melunasi utang pajak dan membayar penagihannya, apabila semua kewajibannya telah dilaksanakan oleh wajib pajak maka barang-barang tersebut dapat segera di kembalikan. 4.6 Lelang Pengumuman Lelang dilakukan segera oleh Pejabat apabila utang pajak dan biaya Penagihan yang masih harus dibayar atau utang pajak yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak setelah lewat dari 14 hari setelah tanggal pelaksanaan Penyitaan. Apabila utang pajak dan atau biaya Penagihan Pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, Pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang. Barang yang disita berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusaahn lain, dikecualikan dari penjual secara lelang. Dalam hal penjualan yang dikecualikan dari lelang biaya penagihan pajak ditambah 1% dari hasil penjualan Uang Tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang

11 65 dan penyertaan modal pada perusahaan lain yang disita digunakan untuk membayar biaya Penagihan Pajak dan utang pajak. Lelang dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang di ajukan oleh Wajib Pajak belum memperoleh keputusan Direktorat Jenderal Pajak, dilain pihak lelang dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Wajib Pajak. Dan apabila Wajib Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan Badan Peyelesaian Sengketa Pajak atau Objek Sita musnah pelaksanaan lelang tidak dapat dilaksanakan. Hasil lelang digunakan lebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak dan sisanya untuk membayar utang pajak, jika lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak pelaksanaan lelang dihentikan meskipun barang yang dilelang masih ada. Selanjutnya sisa barang beserta kelebihan uang hasil lelang akan dikembalikan kepada Wajib Pajak setelah pelaksanaan lelang. Adapun pejabat yang lalai melaksanakan pelelangan dikenakan sanksi sesuai ketentuan. Setelah lelang selesai hak Wajib Pajak atas barangnya berpindah kepada pembeli, dan pembeli diberikan risalah lelang sebagai bukti otentik untuk pendaftaran dan pengalihan hak. Sebenarnya dalam jeda waktu antara tanggal pengumuman lelang sampai dengan dilakukannya tindakan pelelangan atas aset-asetnya, Wajib Pajak masih diberi kesempatan terakhir untuk melunasi utang pajaknya, hal ini dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak yang masih mempunyai keinginan untuk memiliki kembali aset-asetnya yang telah disita. Untuk lelang penulis hanya dapat mendeskripsikan tata cara pelaksanaan lelang, dalam hal ini penulis tidak dapat menganalisis pelaksanaan lelang pada tahun 2011 dan 2012 dikarenakan selama tahun tersebut tidak ada, melainkan hanya ada pada tahun 2013 kegiatan lelang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama TigaraksaTangerang. Berikut ini adalah data surat lelang tahun 2011, 2012, 2013 yang di dapatkan dari Kantor Pelayanan Pajak TigaraksaTangerang.

12 66 Table 4.6 Jumlah Surat Lelang No. Tahun Surat Lelang (Lembar) Jumlah (Rp) Pembayaran (Rp) Persentase (%) ,70 % (Sumber : Kantor PelayananPajakPratamaTigaraksaTangerang) Berdasarkan hasil penelitian atas Surat Lelang yang didapatkan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Tangerang, padatahun 2011 dan 2012 tidak ada Surat Lelang yang diterbitkan dikarenakan tidak adanya Wajib Pajak yang harus dilelang, melainkan di tahun 2013 ada 1 surat yang harus diterbitkan dikarenakan Wajib Pajak tidak mau membayar hutang pajaknya dan tidak mau melunasi barang sitanya, sehingga terpaksa diterbitkan surat lelang tersebut. 4.7 Evaluasi Dari Penagihan Pajak Dari laporan kegiatan penagihan pajak yang penulis dapatkan dari Seksi Penagihan Pajak KPP Pratama TigaraksaTangerang dapat disimpulkan bahwa pengurangan jumlah surat teguran dan surat paksa yang dikeluarkan terjadi dari penundaan diterbitkannya Surat Teguran dan Surat Paksa, penundaan tersebut disebabkan oleh WP yang mengajukan keberatan atas jumlah utang pajak yang ditetapkan pihak penagihan, dan meminta dilakukan peninjauan kembali atas utang pajaknya. Beban kerja pada seksi penagihan cenderung berat jika dibandingkan dengan jumlah pegawai pada seksi penagihan yang kurangsumberdayamanusia (SDM). Pada saat pengolahan dan pemrosesan data yang dilakukan di KPP Pratama TigaraksaTangerang pada tahun 2011, 2012, 2013 didapatkan bahwa dalam sistem informasi perpajakan khususnya untuk surat teguran terlihat adanya beberapa wajib pajak yang menurut SIDJP (Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak) sudah bisa

13 67 diterbitkan tetapi belum diterbitkannya surat tegurannya, dan hal ini di sebabkan karena adanya salah penginputan data yang dimasukkan. Surat perintah melakukan penyitaan yang disampaikan kepada wajib pajak sering tidak sampai ke Wajib Pajak dikarenakan pada saat melakukan penetapan pajak sebagai hasil pemeriksaan SPT masa atau SPT tahunan data alamat wajib pajak yang tercantum tidak lagi valid, ataualamat wajib pajak tidak lagi dikenali atau sudah pindah alamat tanpa pemberitahuan. Dan dapat terjadi juga berlarutnya tindakan pajak dimana tindakan penagihan pajak tidak segera dilakukan meskipun keputusan pajak telah lama diterbitkan, hal ini yang menyebabkan wajib pajak memiliki niat untuk tidak membayarkan kewajibannya Dalam tindakan prosedur penagihan, KPP Pratama Tigaraksa Tangerang sudah menjalaninya sesuai dengan peraturan yang ada, tetapi masih banyaknya yang tidak jera terhadap peraturan-peraturan yang sudah dibuat dalam prosedur tersebut. Sehingga masih banyaknya WP yang tidak menjalankan dengan baik dan mengakibatkan sampai terjadinya proses pelelangan. 4.8 Kendala-kendala yang dihadapi dalam penagihan Pajak Kendala Internal a. Transportasi Dengan kurangnya trasnportasi untuk menjalankan pelaksanaan penagihan, hal ini yang menjadi salah satu kendala bagi jurusita pajak dan pelaksana administrasi dalam melaksanakan penagihan pajak. b. Jumlah Juru Sita Pajak Yang Kurang Banyak Meskipun Juru Sita Pajak di KPP Pratama TigaraksaTangerang sudah mencapai 2 orang, tetapi dikarenakan jumlah surat surat yang diterbitkan oleh KPP Pratama TigaraksaTangerangcukup banyak maka jumlah juru sita pajak yang dimiliki KPP PratamaTigaraksaTangerang tidak memenuhi kuota dalam melakukan pelaksanaan penagihan pajak aktif. c. Berkas Sulit Ditemukan Hilangnya berkas yang penting menjadi salah satu dari kendala internal yang dihadapi oleh KPP Pratama TigaraksaTangerang. Hal ini dikarenakan kecerobohan dalam penempatan beberapa berkas penting dan juga berkas

14 68 berkas yang berada di KPP Pratama TigaraksaTangerang diletakkan ditempat yang sama bersamaan dengan seksi - seksi lainnya Kendala Eksternal 1. Pemilihan Konsultan Yang Kurang Tepat Karena keterbatasan waktu dan kemampuan sehingga WP mendelegasikan kewajiban pajaknya kepada pihak lain yang dapat berupa konsultan. Pihak lain ini terkadang tidak memiliki kompetensi dan tanggung jawab yang memadai, hal ini bisa berakibat informasi data yang kurang tepat. 2. Adanya Pencegahan Ke Luar Negeri Pencegahan ini harus memiliki akte dari notaris, akan tetapi ada Wajib Pajak yang tidak memiliki berkas tersebut. 4.9 Upaya Upaya Yang Dilakukan Oleh KPP Pratama TigaraksaTangerang a. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai juga dapat membantu proses penagihan pajak agar dapat mempermudah masyarakat dalam pembayaran utang pajaknya. Karena kekurangan trasnportasi, hal tersebut menghambat dalam melakasanakan kegiatan penagihan pajak. b. KPP harus terus menyimpan berkas dengan cara di scan untuk menghindari dari masalah kehilangan data atau berkas yang sulit ditemukan. c. KPP harus bekerja sama dengan AR (Account Representative), fungsional pemeriksa. d. KPP juga harus bekerja sama dengan notaris untuk melaksanakan pencegahan keluar negeri dikarenakan harus membayar Pendapatan Negara BukanPajak (PNBP) sebesarrp ,- yang harus diminta kenotaris dan Sistem Administrasi Badan Hukum dan HAM jika ada Wajib Pajak melakukan tindakan pergi keluarnegeri.

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 BAB IV PEMBAHASAN IV.I Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB IV PEMBAHASAN IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pandeglang Dari tahun ke tahun, target realisasi tunggakan pajak yang lunas di setiap kantor pajak

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DHAFIN FAKHRIY AZIZ Jalan Curug Cempaka No. 35 Jaticempaka Pondok Gede, 089653511162, dhafin.aziz@yahoo.com Maya Safira

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP) Bab IV PEMBAHASAN IV.1 Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP) Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak. Oleh karena itu dalam hal ini petugas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah sebuah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan saling berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara Setiap tahun, target realisasi tunggakan pajak yang lunas selalu mengalami perubahan begitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus dilewati dan harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Theory of Planned Behavior Menurut Ajzen (1991), Theory of Planned Behavior menjelaskan bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Penagihan Pajak Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V BINTARO JAYA, TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58;

Lebih terperinci

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan A. Latar Belakang Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan sistem perpajakan dari official assessment menjadi self assessment diharapkan kesadaran Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 9 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan a. Petugas menagih secara pasif dengan menyampaikan Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebagaimana

Lebih terperinci

bahwa Surat Tagihan Pajak Nomor 00097/107/12/029/15 tanggal 28 September 2015 tidak termasuk

bahwa Surat Tagihan Pajak Nomor 00097/107/12/029/15 tanggal 28 September 2015 tidak termasuk Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-86336/PP/M.VIA/99/2017 Jenis Pajak : Gugatan Pajak Tahun Pajak : 2016 Pokok Sengketa Menurut Tergugat : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah penerbitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pajak menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

PENETAPAN DAN KETETAPAN

PENETAPAN DAN KETETAPAN PENETAPAN DAN KETETAPAN Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL

BUPATI BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penagihan Pajak Aktif 1. Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2000:31) Pajak adalah iuran yang berupa uang dari rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KUESIONER VARIABEL DEPENDENT

KUESIONER VARIABEL DEPENDENT KUESIONER VARIABEL DEPENDENT PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN Indikator Sub Indikator : Surat Ketetapan Pajak : STP (Surat Tagihan Pajak) 1 Apakah STP mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA Ester Hervina Sihombing Politeknik Unggul LP3M Medan Jl.Iskandar Muda No.3

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Konsep Dasar Perpajakan II.1.1 Pengertian Pajak Pajak awalnya adalah suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma), tetapi bersifat wajib dan dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK HAK WAJIB PAJAK 1. Menunda penyampaian surat pemberitahuan 2. Pembetulan Surat Pemberitahuan 3. Mengangsur pembayaran 4. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi)

Lebih terperinci

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem Pendahuluan Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self Assesment System yang dimulai sejak reformasi perpajakan tahun 1983 menuntut wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak BAB 4 PEMBAHASAN Analisis data yang digunakan peneliti dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa tahun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1003, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penagihan. Bea Masuk. Cukai. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PMK 111/PMK.04/2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama

BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama 22 BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek 3.1.1 Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama Subang Dalam melaksanakan Kuliah Kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Implementasi merupakan tahap

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Implementasi merupakan tahap BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Implementasi Nugroho (2012: 158), menyatakan implementasi merupakan prinsip dalam sebuah tindakan atau cara yang dilakukan oleh individu atau kelompok orang untuk pencapaian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS DAN PELAKSANAAN SURAT PAKSA Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai

Lebih terperinci

PROSEDUR PENAGIHAN BPHTB A. GAMBARAN UMUM

PROSEDUR PENAGIHAN BPHTB A. GAMBARAN UMUM LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN. PROSEDUR PENAGIHAN BPHTB A. GAMBARAN UMUM Prosedur penetapan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. 1 ALUR KUP WP SPT SKP Inkraacht 3 bulan (dikrim) Daftar Inkraacht Pemeriksaan Keberatan Inkraacht 5 tahun 3 bulan(dite rima)

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan

BAB III GAMBARAN DATA. terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan BAB III GAMBARAN DATA 3.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh Orang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari :

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari : BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR A. Timbulnya Utang Pajak Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasar dan telah terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan memerlukan biaya untuk menjalankan fungsinya serta melangsungkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut: 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Perpajakan 1. Pengertian Pajak Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT 1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak 3.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidag tersebut memberikan berbagai definsi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya

Lebih terperinci

PROSEDUR PENAGIHAN BPHTB

PROSEDUR PENAGIHAN BPHTB [Lampiran VI] PROSEDUR PENAGIHAN BPHTB A. GAMBARAN UMUM Prosedur penetapan Surat Tagihan Pajak Daerah BPHTB merupakan proses yang dilakukan Fungsi Pelayanan dalam menetapkan tagihan BPHTB terutang yang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR

BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR A. Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Pajak Penghasilan Kepada Wajib Pajak Orang Pribadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sistem perpajakan di Indonesia sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Pajak Untuk dapat memahami mengenai pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Surat Teguran 1. Pelaksanaan Surat Teguran Menurut Rudy Suhartono dan Wirawan B Ilyas (KUP) Penerbitan Surat Teguran, Surat peringatan, atau Surat lain yang sejenis merupakan

Lebih terperinci

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI.

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI. - 2 - e. bahwa dalam rangka penagihan bea masuk dan/atau cukai perlu pengaturan khusus dengan berdasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Lebih terperinci

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN LAMPIRAN I PERATURAN NOMOR : PER165/PJ/2005 TENTANG : PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN NOMOR KEP297/PJ/2002 TENTANG PELIMPAHAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK KEPADA PARA PEJABAT DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA DAN PELAKSANAAN PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN Salah satu upaya Pemerintah untuk mengamankan penerimaan Negara adalah dengan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi dan membayar pajak. Pada Bab I telah disampaikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PAJAK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PAJAK DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, a. bahwa Pajak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2006

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2006 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2006 T E N T A N G PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK PARKIR WALIKOTA SURABAYA, Menimbang :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK (II) Dosen Pengampu: Adhi Prakosa, M. Sc

PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK (II) Dosen Pengampu: Adhi Prakosa, M. Sc PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK (II) Dosen Pengampu: Adhi Prakosa, M. Sc 3. Surat sita utang Jika dalam jangka waktu 2x24 jam setelah surat paksa dikirimkan utang pajak tidak juga dilunasi, maka juru sita dapat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANA PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANA PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANA PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HULU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

bahwa Penggugat memiliki tunggakan pajak sebagai berikut:

bahwa Penggugat memiliki tunggakan pajak sebagai berikut: Putusan Pengadilan Pajak : Put.37588/PP/M.III/99/2012 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : pokok sengketa dalam perkara gugatan ini mengenai penerbitan Surat Tergugat Nomor:

Lebih terperinci

Pengertian Penagihan Pajak

Pengertian Penagihan Pajak KUP PENAGIHAN Pengertian Penagihan Pajak Rochmat Soemitro memberi pengertian penagihan yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak, karena wajib pajak tidak mematuhi ketentuan undangundang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendapatan negara adalah semua penerimaan dalam negeri dan penerimaan pembangunan yang digunakan untuk membiayai belanja negara, dimana penerimaan tersebut

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

Lebih terperinci

ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT

ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT AHMAD ZACKY, HANGGORO PAMUNGKAS Universitas Bina Nusantara, Jalan Musa No. 55, Jakarta Barat 11540, 087877348585 / (021)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Definisi Pajak berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi

Lebih terperinci

PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK

PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang no. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran dan surat paksa pada KPP Pratama Makassar Selatan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa kewenangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah di ubah terakhir dengan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN BANDING, PUTUSAN GUGATAN, DAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI A Umum DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V BINTARO JAYA, TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58;

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Untuk memaksimalkan pajak, negara melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian, Unsur, dan Fungsi Pajak. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian, Unsur, dan Fungsi Pajak. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemahaman Perpajakan 2.1.1 Pengertian, Unsur, dan Fungsi Pajak Banyak definisi atau batasan pajak yang telah dikemukakan oleh para pakar, yang satu sama lain pada dasarnya memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa kewenangan pemungutan Pajak Parkir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pajak Penghasilan (PPh) Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan ekonomis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian pajak sehingga mudah untuk dipahami. Perbedaannya hanya terletak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian pajak sehingga mudah untuk dipahami. Perbedaannya hanya terletak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak memiliki beberapa batasan atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli, yang pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR NOMOR: 2 TAHUN: 1999 SERI: A NOMOR: 02

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR NOMOR: 2 TAHUN: 1999 SERI: A NOMOR: 02 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR NOMOR: 2 TAHUN: 1999 SERI: A NOMOR: 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Bahwa berdasarkan Pasal 36 Undang-Undang

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 & 3 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. prosedur penagihan piutang pajak secara aktif. Selama kegiatan kerja praktek

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. prosedur penagihan piutang pajak secara aktif. Selama kegiatan kerja praktek BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pada kegiatan kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang penulis ditempatkan pada Seksi Penagihan. Sesuai

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK PADA KPDJP A. KOMPILASI PERATURAN PELAKSANAAN PBB-P2, SOP PBB-P2, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DI LINGKUNGAN DJP SERTA APLIKASI

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama merupakan penggabungan dari

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K O T A L H O K S E U M A W E

LEMBARAN DAERAH K O T A L H O K S E U M A W E LEMBARAN DAERAH K O T A L H O K S E U M A W E NOMOR : TAHUN 2007 SERI : QANUN KOTA LHOKSEUMAWE NOMOR : 04 TAHUN 2007 T E N T A N G PAJAK PENERANGAN JALAN BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 24 1998 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-61/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PERSIAPAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN SEBAGAI PAJAK TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Bidang pelaksanaan kerja praktek ini penulis ditempatkan di seksi pelayanan KPP Pratama Bandung Cicadas. Dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-29/PJ/2012 Tanggal : 11 Mei 2012 TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK TINGKAT RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PARAMETER BOBOT

Lebih terperinci

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Nomor : SE-29/PJ/2012 Tanggal : 11 Mei 2012 TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK TINGKAT RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PARAMETER BOBOT Rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa. Dengan demikian, kesejahteraan penduduknya akan sangat diperhatikan oleh pemerintah. Untuk mensejahterakan

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

- 1 - BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN - 1 - SALINAN BUPATI TULUNGAGUNG Menimbang : a. PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci