BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran"

Transkripsi

1 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat persentasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Rencana penerimaan dan realisasi penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran senantiasa mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Berikut ini adalah jumlah rencana dan realisasi penerimaan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran pada tahun 2010, 2011, dan 2012: Table 4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Tahun 2010, 2011, dan 2012 Tahun Rencana Penerimaan Realisasi Penerimaan Lebih / Kurang (+/-) ( ) Sumber : KPP Pratama Jakarta Kemayoran 38

2 Dari table di atas dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan pajak untuk tahun 2010 sebesar lebih besar dari rencana penerimaan pajak sebesar Sedangkan ditahun 2011 sebesar lebih kecil dari rencana penerimaan pajak yang sebesar ini terjadi karena adanya Wajib Pajak yang tidak patuh untuk membayar pajak. Untuk tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar dari target yang direncanakan yaitu Grafik 4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Tahun 2010, 2011, dan 2012 Sumber : KPP Pratama Jakarta Kemayoran Dari table di atas dapat dilihat bahwa realisasi pencairan piutang untuk tahun 2010 melampaui target yang direncanakan terealisasi sebesar 106,30%. Sedangkan tahun 2011 hanya terealisasi sebesar 94,65%, ini terjadi karena 39

3 terdapat beberapa Wajib Pajak yang pindah ke KPP lain sehingga menyebabkan penerimaan pencairan piutang pada tahun 2011 hanya sebesar Rp dari target pencairan sebesar Untuk tahun 2012 realisasi pencairan piutang melampaui target yang direncanakan setiap tahunnya yaitu mencapai 110,39%. Rencana penerimaan pajak mengalami kenaikan dan penurunan itu terjadi karena yang menentukan penerimaan itu adalah DPR setelah itu diteruskan ke kementrian keuangan merealisasikan ke DJP, dan DJP menentukan rencana penerimaan ke setiap kanwil, dan kanwil akan merealisasikan lagi ke setiap KPP dan membuat rencana penerimaan pajak. Besar kecilnya rencana penerimaan pajak yang dibuat oleh KPP tergantung APBN yang didapat. 4.2 Penerimaan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Penerimaan pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran senantiasa mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Berikut ini adalah jumlah penerimaan pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran pada tahun 2010, 2011, dan 2012: 40

4 Tabel 4.2 Penerimaan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Tahun 2010, 2011, dan 2012 Jenis Tahun Pajak Pajak PPh , , ,00 PPN , , ,00 Sumber: KPP Pratama Jakarta Kemayoran Grafik 4.2 Penerimaan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Tahun 2010, 2011, dan 2012 Sumber : KPP Pratama Jakarta Kemayoran 41

5 Dari data di atas dapat dilihat bahwa penerimaan pajak atas pajak penghasilan (PPh) untuk tahun 2010 sebesar Rp ,00 dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 8,29% menjadi Rp ,00 atau naik sebesar Rp ,00 sedangkan ditahun 2012 mengalami kenaikan penerimaan sebesar 15,71% menjadi Rp ,00. Penerimaan pajak penghasilan (PPh) dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 selalu mengalami kenaikan. Penerimaan pajak atas pajak pertambahan nilai (PPN) untuk tahun 2010 sebesar Rp ,00 dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 25,91% menjadi Rp ,00 atau naik sebesar Rp ,00 sedangkan tahun 2012 mengalami kenaikan penerimaan sebesar 8,17% menjadi Rp ,00 total penerimaan PPN menjadi Rp ,00. Penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 selalu mengalami kenaikan. Dari data yang ada di atas dapat dilihat bahwa penerimaan PPh lebih kecil dari penerimaan PPN itu terjadi karena jumlah PKP yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran lebih banyak, dan tepat waktu menyetorkan pajak itu yang menyebabkan jumlah penerimaan PPh lebih kecil dari penerimaan PPN. 42

6 4.3 Wajib Pajak Terdaftar Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak pemotongan pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 73/PMK.03/2012 tentang jangka waktu pendaftaran dan pelaporan kegiatan usaha, tata cara pendaftaran, pemberian, dan penghapusan nomor pokok wajib pajak, serta pengukuhan dan pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak. Tabel 4.3 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran tahun 2010, 2011, dan 2012 Jenis WP TAHUN PAJAK BADAN OP TOTAL Sumber: KPP Pratama Jakarta Kemayoran Dari data di atas dapat dilihat bahwa Wajib Pajak Badan pada tahun 2010 berjumlah dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 7,26% menjadi atau naik sebesar 739, sedangkan ditahun 2012 Wajib Pajak Badan mengalami kenaikan sebesar 7,31% menjadi Jumlah Wajib 43

7 Pajak Badan terdaftar dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 selalu mengalami kenaikan. Ini terjadi karena kesadaran Wajib Pajak Badan untuk melaporkan kegiatan usaha dan membuat NPWP sendiri. Grafik 4.3 Jumlah Wajib Pajak Badan Terdaftar Sumber : KPP Pratama Jakarta Kemayoran Sedangkan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun 2010 berjumlah dan pada tahun 2011 meningkat menjadi atau naik sebesar 7,24% sedangkan pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 6,12% atau menjadi Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar dari tahun 2010 sampai dengan 2012 selalu mengalami peningkatan. Ini terjadi karena tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak meningkat dan membuat NPWP sendiri. 44

8 Grafik 4.4 Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar Sumber : KPP Pratama Jakarta Kemayoran Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah Wajib Pajak terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran dalam tahun 2010, 2011, dan 2012 selalu mengalami kenaikan. Itu terjadi karena adanya sosialisasi yang terus dilakukan oleh KPP dan melakukan SPN (sensus pajak nasional) dan pemerintah melakukan progam Ekstensifikasi dan Intensifikasi untuk mencari wajib pajak yang bersembunyi dan pengungkapan pelaporan pajak yang tidak sesuai agar masyarakat patuh dan sadar untuk membayar pajak, dan Wajib Pajak Baru yang membuat NPWP setiap tahunnya membuat Wajib Pajak terus meningkat setiap tahun. 45

9 4.4 Wajib Pajak Efektif yang Menyampaikan SPT Tahunan Pasal 1 angka 11 undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan menyebutkan bahwa pengertian surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pengaturan SPT tersebut selanjutnya dimuat dalam peraturan pemerintah nomor 80 tahun 2007 tentang tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan berdasarkan undang-undang yang berlaku, berikut ini adalah jumlah Wajib Pajak efektif yang menyampaikan SPT tahunan pada tahun 2010, 2011, dan 2012 : Table 4.4 Wajib Pajak Efektif yang Menyampaikan SPT Tahunan Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Tahun 2010, 2011, dan 2012 Jenis WP Tahun Pajak * Badan Orang Pribadi Total Keterangan : * per 31 mei Sumber : KPP Pratama Jakarta Kemayoran Dari data diatas dapat dilihat wajib pajak efektif yang menyampaikan SPT tahunan, pada tahun 2010 wajib pajak badan yang menyampaikan SPT 46

10 tahunan sebesar pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 28,53% menjadi pada tahun 2012 Wajib Pajak Badan yang menyampaikan SPT tahunan sebesar 488 untuk SPT tahunan tahun 2012 masih merupakan angka sementara karena hingga saat ini masih dalam proses pengadministrasian. Sedangkan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyampaikan SPT tahunan, pada tahun 2010 Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyampaikan SPT tahunan sebesar pada tahun 2011 menjadi atau mengalami kenaikan sebesar 20,62% dan pada tahun 2012 Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyampaikan SPT tahunan sebesar untuk SPT tahunan tahun 2012 masih merupakan angka sementara karena hinggan saat ini masih dalam proses pengadministrasian. 4.5 Surat Ketetapan Pajak Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 145/PMK.03/2012 tentang tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak. Pengertian Surat Ketetapan Pajak sesuai dengan undangundang Nonor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak ini sebagai suatu ketetapan tertulis (istilah hukum dalam bahasa Belanda yaitu schriftelijke beschikking) yang menimbulkan hak dan kewajiban. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak dan/atau STP untuk masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak sebelum 47

11 wajib pajak diberikan atau diterbitkan NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP, apabila diperoleh data dan atau informasi yang menunjukan adanya kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi wajib pajak Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Sebagai tindak lanjut pengawasan dan penilaian pelaksanaan self assessment oleh wajib pajak, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKB, sesuai dengan pasal 13 dan 13A KUP dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun Table 4.5 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Tahun 2010, 2011, dan 2012 Tahun Jumlah Sumber : KPP Pratama Jakarta Kemayoran 48

12 Grafik 4.5 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar KPP Pratama Jakarta Kemayoran Tahun 2010, 2011, dan 2012 Sumber : KPP Pratama Jakarta Kemayoran Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 jumlah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diterbitkan sebesar 84 pada tahun 2011 jumlah Surat ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diterbitkan naik 30,92% menjadi 110 hal tersebut terjadi karena pembukuan atau pencatatan dan pemenuhandata dan informasi sehubungan pelaksanaan pemeriksaan pajak tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terhutang, untuk tahun 2012 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diterbitkan mengalami penurunan sebesar 37,27% hal tersebut terjadi karena banyak Wajib Pajak yang menyampaikan SPT tepat pada waktunya. 49

13 4.5.2 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Khusus untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terkait karena terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terhutang, SKPLB dimaksud hanya dapat diterbitkan jika wajib pajak memasukan surat permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dan Direktur Jenderal Pajak telahmeneliti kebenaran pembayaran pajak memang terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan 190/PMK.03/2007. Table 4.6 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Tahun 2010, 2011, dan 2012 Tahun Jumlah Sumber : KPP Pratama Jakarta Kemayoran 50

14 Grafik 4.6 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar KPP Pratama Jakarta kemayoran Tahun 2010, 2011, dan 2012 Sumber : KPP Pratama Jakarta Kemayoran Dari data diatas dapat dilihat pada tahun 2010 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang diterbitkan sebesar 204, pada tahun 2011 jumlah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang diterbitkan naik 10,29% menjadi 225 dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 291,11% menjadi 880 ini terjadi karena terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang dan jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang terutang. 4.6 Surat Tagihan Pajak Sesuai dengan pasal 14 KUP STP diterbitkan setelah dilakukan penelitian administrasi perpajakan atau berdasarkan hasil pemeriksaan pajak STP mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa. 51

15 Dalam hal STP diketahui rusak, tidak terbaca, hilang, atau tidak diketemukan lagi, Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya, dapat menerbitkan kembali STP sebagai pengganti asli STP dan mempunyai kedudukan hukum yang sama dengan asli STP. Berikut ini adalah data STP yang diterbitkan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran tahun 2010, 2011, dan 2012 : Table 4.7 Surat Tagihan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran tahun 2010, 2011, dan 2012 Tahun Jumlah Sumber : KPP Pratama Jakarta Kemayoran Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan sebesar 657 pada tahun 2011 penerbitan Surat Tagihan Pajak turun 25,57% menjadi 489 dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan yang cukup besar sebesar 160,33% menjadi 1273 Surat Tagihan Pajak yang terbit. Hal tersebut terjadi karena terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau kesalahan hitung oleh Wajib Pajak pada SPT yang mengakibatkan pajak kurang dibayar dan banyak PKP yang melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak. 52

16 4.7 Proses Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Direktur Jenderal Pajak dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan diberi kewenangan oleh UU KUP untuk melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional. Tindakan pemeriksaan pajak dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang dimuat dalam pasal 29 ayat (1). Untuk melaksanakan pemeriksaan pajak, perlu diketahui mengenai ruang lingkup pemeriksaan yang mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/2013.tgl 7/1/13 tentang tata cara pemeriksaan pajak Perencanaan Pemeriksaan Perencanaan pemeriksaan perlu dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan agar pemeriksaan pajak bisa berjalan dengan efektif dan tepat waktu. Hal yang dilakukan dengan membentuk tim pemeriksa yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan sebagai pemeriksa pajak yang sesuai dengan standar Undang- Undang yang berlaku yang bertugas berdasarkan surat perintah pemeriksaan dapat dibantu oleh pegawai DJP bukan pemeriksa tetapi memiliki keahlian dibidang tertentu dan bertugas berdasarkan surat tugas membantu pelaksanaan pemeriksaan. 53

17 4.7.2 Pelaksanaan Pemeriksaan Standar pelaksanaan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai dengan standar pelaksanaan pemeriksaan pajak. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan pemeriksaan, luas pemeriksaan (audit scope) ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh, yang harus dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan permintaan keterangan, konfirmasi, teknik samplingdan pengujian lainnya berkenaan dengan pemeriksaan. Dalam melakukan pemeriksaan petugas pemeriksa wajib memberitahukan kapada Wajib Pajak secara tertulis tentang akan dilakukan pemeriksaan pajak, menjelaskan alasan dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib pajak, melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak atau objek yang terutang pajak. Melakukan pemeriksaan pada dokumen atau catatan yang sudah dilihat atau dipinjam oleh Wajib Pajak, petugas pemeriksa memberikan pendapat dan simpulan harus didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. Mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya. Memberitahukan hasil pemeriksaan pajak kepada WP, bila WP setuju dengan hasil pemeriksaan maka WP harus menandatangani surat persetujuan. Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh WP dalam rangka 54

18 pemeriksaan.jangka waktu yang diperlukan untuk proses pemeriksaan pajak adalah 4 (empat) sampai 8 (delapan) bulan. Kendala yang sering dialami dalam melakukan pemeriksaan adalah kurangnya jumlah tenaga ahli didalam melakukan pemeriksaan, dokumen Wajib Pajak yang tidak lengkap, dan fasilitas untuk tim pemeriksa yang kurang memadai Pelaporan Pemeriksaan Kegiatan pemeriksaan untuk memenuhi kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan. Laporan hasil pemeriksaan disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan pemeriksa pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidaknya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). Laporan hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan antara lain mengenai penugasan pemeriksaan, identitas Wajib Pajak, pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak, pemenuhan kewajiban perpajakan, buku dan dokumen yang dipinjam, data/informasi yang tersedia, materi yang diperiksa, uraian hasil pemeriksaan, ikhtisar hasil pemeriksaan, penghitungan pajak terhutang, simpulan dan usul pemeriksa pajak. 55

19 Kendala yang dialami didalam pelaporan pemeriksaan adalah data atau dokumen yang tidak lengkap, terjadi perselisihan pada hasil pemeriksaan yang telah dibuat Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan/tidak bergerak apabila wp tidak memenuhi kewajiban yakni tidak memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan. Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya, WP tidak berada ditempat atau sengaja tidak memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan tidak memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Dan Pembahasan Hasil Pemeriksaan Mengingat hasil pemeriksaan sangat sensitif karena menyangkut penilaian dan evaluasi kepatuhan WP memenuhi syarat kewajiban perpajakannya, sehingga temuan hasil pemeriksaan berimplikasi pada penetapan pajak berserta sanksi administratif atau bahkan sangsi pidana, maka pemeriksa pajak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan kepada WP untuk lebih memberikan hak kepada WP menanggapi temuan hasil pemeriksaan dan memberikan hak WP untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan. Dalam hal WP tidak hadir dalam batas waktu yang ditentukan, hasil pemeriksaaan ditindaklanjuti 56

20 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yakni hasil pemeriksaan dapat ditindaklanjuti dengan penetapan pajak dan WP yang diperiksa tidak dapat memenangkan keberatan dan banding pada kasus ini. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011, terhadap hasil pemeriksaan atau surat ketetapan pajak yang dibatalkan, proses pemeriksaannya diulangi atau dilanjutkan dengan melaksanakan pemeriksaan. Jadi ditegaskan bahwa pembatalan tersebut tidak membatalkan seluruh kegiatan pemeriksaan yang pernah dilaksanakan. Oleh karena itu, agar hasil pemeriksaan atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan merupakan suatu produk hukum yang diterbitkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan, maka Direktur Jenderal Pajak melanjutkan pemeriksaan yang telah dibatalkan dengan melaksanakan prosedur pemeriksaan yang belum dilakukan berupa penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan/atau Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. WP dapat mengajukan permohonan pembatalan hasil pemeriksaan kepada DJP dan surat permohonan pembatalan tersebut hanya dapat diajukan oleh WP 1 (satu) kali. DJP dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonanditerima harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan. Apabila jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan telah lewat tapi DJP tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP untuk pembatalan hasil pemeriksaan dianggap dikabulkan. Pemeriksaan ulang hanya dapat dilakukan berdasarkan instruksi atau persetujuan Direktur Jenderal Pajak dalam hal : Apabila terdapat data baru termasuk data yang semula belum terungkap; atau berdasarkan pertimbangan 57

21 Direktur Jenderal Pajak. Penerbitan Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan harus didahului dengan Pemeriksaan Ulang dalam hal sebelumnya terhadap kewajiban perpajakan yang sama telah diterbitkan surat ketetapan pajak berdasarkan hasil pemeriksaan Evaluasi Pemeriksaan Evaluasi adalah proses penilaian atas dokumen, kegiatan, sistem, dan sejenisnya berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dapat dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu sebelum (pre test) dan sesudah (post test)proses pemeriksaan. Evaluasi yang dilakukan sebelum proses pemeriksaan berguna untuk mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan sebagai cara untuk mengukur ke efektifan rencana pemeriksaan yang telah disusun sebelumnya. Sedangkan evaluasi yang dilakukan setelah proses pemeriksaan berguna untuk mengetahui kualitas pemeriksaan dibandingkan dengan prosedur formal yang diatur dalam ketentuan perpajakan. Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh: a. Pahami gambaran umum dan kegiatan usaha Wajib Pajak, akta-akta Wajib Pajak, bagan organisasi,bagan kepemilikan, proses produksi, hasil Rapat, Umum Pemegang Saham (RUPS), suratsuratkeputusan,supplierutama, konsumen utama, dan sebagainya; b. Pelajari dan cek kelengkapan SPT termasuk lampiran-lampiran dan dokumen-dokumen Wajib Pajaklainnya; c. Lakukan penilaian atas sistem pengendalian internal Wajib Pajak; 58

22 d. Identifikasi jenis-jenis pajak yang menjadi kewajiban Wajib Pajak berdasarkanmaster filesaatterdaftar, pengukuhan sebagai PKP, KLU, dan/atau profil Wajib Pajak; e. Buatchecklistprosedur formal tata cara pemeriksaan; f. Pelajari hasil pemeriksaan pajak tahun-tahun sebelumnya; g. Lakukan penilaian kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan informasiinformasi yang tersedia; h. Bandingkan hasil pemeriksaan dengan rencana pemeriksaan; i. Bandingkan check list prosedur formal tata cara pemeriksaan dengan pelaksanaan pemeriksaan; j. Dan sebagainya. Analisis angka-angka adalah penelaahan dan penguraian atas angkaangka dan bagian-bagiannya sertahubungannya dengan angka pada pos lain untuk mengetahui kewajaran jumlah suatu pos. Analisis angka-angka dilakukan dengan menelaah keterkaitan angka yang terdapat pada suatu pos dengan angkadalam pos lainnya yang berhubungan.misalnya kenaikan beban penyusutan mesin dengan penambahan jumlah atau nilai aktiva mesin, hubunganbiaya pemasaran dengan jumlah penjualan, hubungan biaya pengangkutan dengan penjualan, hubunganbiaya bunga dengan pinjaman, dan sebagainya. Prosedur Pemeriksaan yang dapat ditempuh: a. Cek penghitungan matematis seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dalamspt; 59

23 b. Bandingkan dan lakukan analisis atas angka-angka dalam SPT Wajib Pajak dengan neraca, laporanlaba rugi, dan laporan atau dokumen lainnya; c. Bandingkan dan lakukan analisis atas laporan keuangan Wajib Pajaktahun pajak yang diperiksadengan tahun-tahun sebelumnya; d. Lakukan analisis rasio dengan menggunakan informasi baik yang berasal dari internal atau eksternalwajib Pajak; e. Dan sebagainya. 4.8 Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Pemeriksaan Melihat pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana diuraikan pada subbab sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa kegiata pemeriksaan di KPP Pratama Jakarta Kemayoran sudah sesuai dengan peraturan berdasarkan tata cara pemeriksaan PMK.17/2013 Tanggal 7/1/2013 dan undang-undang yang berlaku, aparat pajak masih menghadapi berbagai kendala yang mengganggu kelancaran pemeriksaan. Berikut ini adalah kendala-kendala yang dihadapi petugas pemeriksaan pajak: 1. Kurangnya sumber daya manusia (pemeriksa), yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran yang mengakibatkan tidak maksimalnya proses pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh pemeriksa di Kantor pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. 2. Kurangnya fasilitas yang menujang untuk melakukan pemeriksaan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran yang mengakibatkan pemeriksaan menjadi terhambat. 3. Data Wajib Pajak kurang lengkap. Alamat Wajib Pajak berubah dan belum diperbaharui oleh wajib pajak yang 60

24 bersangkutan sehingga pengiriman Surat Pemberitahuaan Pemeriksaan tidak sampai kepada Wajib Pajak. 4. Wajib Pajak tidak memenuhi Surat Panggilan yang dikirimkan oleh Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka pelaksanaan Peneriksaan Pajak. 5. Wajib Pajak tidak memberikan/mengizinkan memberikan pinjaman berupa buku-buku, catatan-catatan, dokumendokumen yang dibutuhkan oleh tim Pemeriksa Pajak. 61

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DIMAS WIBISONO Jalan Taruna III no. 8 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, 08561808586,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses

BAB 2 LANDASAN TEORI. Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Pemahaman Pajak Pengertian pajak menurut Edwin R. A. Seligman Tax is compulsory Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses incurred in the common interest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa ketentuan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah : Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan

Lebih terperinci

1 of 5 21/12/ :19

1 of 5 21/12/ :19 1 of 5 21/12/2015 14:19 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT TAGIHAN

Lebih terperinci

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.902, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak. Surat Ketetapan. Tagihan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN

Lebih terperinci

2015, No Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan diubah sebagai berikut: 1. Kete

2015, No Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan diubah sebagai berikut: 1. Kete BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1468, 2015 KEMENKEU. Pemeriksaan. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

Pemeriksaan. Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 31 UU KUP)

Pemeriksaan. Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 31 UU KUP) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Ketetapan Pajak. Penerbitan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Ketetapan Pajak. Penerbitan. No.187, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Ketetapan Pajak. Penerbitan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83/PMK.03/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

2 memberikan kepastian hukum, perlu mengatur ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan dan penelitian Pajak Bumi dan Bangunan; d. bahwa berdasarkan per

2 memberikan kepastian hukum, perlu mengatur ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan dan penelitian Pajak Bumi dan Bangunan; d. bahwa berdasarkan per BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2015, 2014 KEMENKEU. Pajak Bumi Dan Bangunan. Penelitian. Pemeriksaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA C ARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA C ARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA C ARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN PPA K RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Oleh : 1. Ahmad Satria Very S 2. Bagus Arifianto PPAK KELAS MALAM RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara

Lebih terperinci

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap Hukum Pajak Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap 2015-2016 Tujuan Pembelajaran Fakultas Hukum Mahasiswa memahami pemungutan pajak melalui sistem self assessment; Mahasiswa memahami berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu BAB II LANDASAN TEORI Dalam penelitian ini penulis akan membahas atau menganalisis hubungan antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.03/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.03/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 23/PMK.03/2008 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETETAPAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA VERIFIKASI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA VERIFIKASI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA VERIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, yakni pada tahun 2015 besarnya belanja negara sebesar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, yakni pada tahun 2015 besarnya belanja negara sebesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk mensukseskan pembangunan nasional, peranan penerimaan dalam negeri sangat penting dan mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Pembangunan tidak akan

Lebih terperinci

KementerianKeuangan RepublikIndonesia Direktorat Jenderal Pajak

KementerianKeuangan RepublikIndonesia Direktorat Jenderal Pajak KementerianKeuangan RepublikIndonesia Direktorat Jenderal Pajak Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan menggali sumber dana yang diperoleh

Lebih terperinci

PENETAPAN DAN KETETAPAN

PENETAPAN DAN KETETAPAN PENETAPAN DAN KETETAPAN Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.903, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Verifikasi. Pajak. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA VERIFIKASI DENGAN

Lebih terperinci

184/PMK.03/2015 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEM

184/PMK.03/2015 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEM 184/PMK.03/2015 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEM Contributed by Administrator Tuesday, 29 September 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMERIKSAAN

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMERIKSAAN BAB I ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan

Lebih terperinci

Pengertian & Tujuan Pemeriksaan

Pengertian & Tujuan Pemeriksaan Pengertian & Tujuan Pemeriksaan menghimpun mengolah Data Keterangan Bukti Objektif Profesional STANDAR PEMERIKSAAN (PER-199/PMK.03/2007) menguji kepatuhan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. untuk Tujuan Lain. Kedua bentuk pemeriksaan ini pada dasarnya merupakan

BAB V PENUTUP. untuk Tujuan Lain. Kedua bentuk pemeriksaan ini pada dasarnya merupakan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pelaksanaan pemeriksaan pajak terdiri dari 2 tujuan, yang pertama adalah pemeriksaan pajak yang bertujuan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan dan yang Kedua

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP) Bab IV PEMBAHASAN IV.1 Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP) Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak. Oleh karena itu dalam hal ini petugas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 184/PMK.03/2015, 30 Sept 2015 PencarianPeraturan Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

2011, No sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

2011, No sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.256, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemeriksaan Pajak. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/PMK.03/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek Penulis melaksanakan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya Bandung, penulis ditempatkan pada Bidang

Lebih terperinci

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN LAMPIRAN I PERATURAN NOMOR : PER165/PJ/2005 TENTANG : PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN NOMOR KEP297/PJ/2002 TENTANG PELIMPAHAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK KEPADA PARA PEJABAT DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Ika Vikni Nawang Risma Yuniar Sindy Sukmamulya Ramadhani

Ika Vikni Nawang Risma Yuniar Sindy Sukmamulya Ramadhani Ika Vikni Nawang Risma Yuniar Sindy Sukmamulya Ramadhani A. Pengertian-pengertian dalam KUP 1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR : 19 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber-sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari berbagai sektor, dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Untuk memaksimalkan pajak, negara melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat terutama

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN, PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

smsi BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

smsi BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH - -Ct' smsi BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM. Menimbang a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK, PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, DAN PENCABUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan 1 PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai 44 44 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP). Pihak-pihak atau objek yang dibina oleh DJP adalah kelompok

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK

SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK 1. orang pribadi atau badan sebagai: pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan

Lebih terperinci

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-97/PJ/2010 TENTANG : PETUNJUK PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN MONITORING KINERJA LAYANAN UNGGULAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Pendahuluan Seorang teman bertanya kepada saya. Dapatkah Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak berlangsung?

Lebih terperinci

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2011 EKONOMI. Pajak. Hak dan Kewajiban. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, PELAPORAN USAHA

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Pemeriksaan Pajak atas SPT WP Badan Salah satu kewajiban setiap Wajib Pajak adalah mengisi dengan benar, jelas, dan lengkap serta menyampaikan secara langsung atau melalui pos

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. 1 ALUR KUP WP SPT SKP Inkraacht 3 bulan (dikrim) Daftar Inkraacht Pemeriksaan Keberatan Inkraacht 5 tahun 3 bulan(dite rima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 13/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menguji

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK -1- JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK Kebijakan pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Direktorat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V BINTARO JAYA, TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58;

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh wajib pajak, baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan kepada negara berdasarkan undangundang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 9 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-49/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-49/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-49/PJ/2012 TENTANG PENELAAHAN SEJAWAT (PEER REVIEW) PEMERIKSAAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 239/PMK.03/2014, 22 Des 2014 PencarianPeraturan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010 POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010 PRINSIP DASAR DALAM RANGKA PERUBAHAN SELF ASSESMENT KEADILAN

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama melaksanakan kerja praktek penulis ditempatkan pada seksi pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan

Lebih terperinci

2 perpajakan yang terkait dengan Bea Meterai telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai; e. bahwa ketentuan mengenai tin

2 perpajakan yang terkait dengan Bea Meterai telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai; e. bahwa ketentuan mengenai tin No.1951. 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemeriksaan. Bulat Permukaan. Tindak Pidana Perpajakan. Pencabutan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239 /PMK.03/2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN I. UMUM 1. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Ilyas & Burton (2010: 6) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 & 3 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-40/PJ/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 91/PMK.03/2015

Lebih terperinci

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat dipengaruhi oleh adanya pengadaan dana dalam jumlah uang yang cukup besar dan berkesinambungan untuk membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK, PERUBAHAN DATA DAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA

Lebih terperinci