BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Penyebab Terjadinya Piutang Pajak Pada Bab ini akan dibahas mengenai laporan perkembangan piutang pajak pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Laporan perkembangan piutang pajak terdiri dari PPh pasal 25 Orang Pribadi, PPh pasal 25 Badan, PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 26, PPh pasal 4 ayat 2, PPN, PPnBM, bunga penagihan, dan pajak penghasilan tidak langsung lainnya. Pada tabel dibawah ini, piutang pajak timbul sehubungan dengan diterbitkannya STP, SKPKB,dan SKPKBT. Nilai piutang awal tahun berasal dari piutang tahun sebelumnya. Perubahan ini disebabkan karena adanya : - Penambahan piutang pada umumnya ditandai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan Surat Tagihan Pajak (STP). - Pengurangan piutang pajak pada umumnya ditandai dengan diterbitkannya Surat Setoran Pajak (SSP), Pemindahbukuan (Pbk), Surat Keputusan Keberatan, Penghapusan, dan Wajib Pajak Pindah. Hal ini berkaitan dengan kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak dalam melapor dan membayar pajaknya sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Pada dasarnya penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak / Wajib Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. Tentu tindakan tersebut dibatasi dengan jangka waktu atau dengan kata lain Fiskus/Jurusita Pajak tidak dapat melakukan tindakan penagihan tanpa batas waktu walaupun ada utang pajak yang benar-benar belum dilunasi Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai utang pajak apabila telah daluwarsa. Namun penagihan masih dapat dilaksanakan apabila terdapat hal-hal yang dapat menangguhkan daluwarsa tersebut. Sehubungan dengan akan berakhirnya 43

2 44 daluwarsa penetapan Tahun Pajak 2003 sd 2007 yakni pada tanggal 31 Desember 2013, perlu dicermati kapan pastinya daluwarsa penagihan atas penetapan tersebut dan bagaimana petugas pajak khususnya Jurusita Pajak di seksi Penagihan menyikapinya. Untuk menghindari gugatan dari pihak Wajib Pajak atau Penanggung Pajak alangkah baiknya lebih teliti dalam menentukan saat daluwarsa penagihan sebuah surat ketetapan pajak. Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan penagihan pajak, apabila jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Peraturan perundang-undangan perpajakan menetapkan bahwa STP, SKPKB, serta SKPKBT dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan, kecuali untuk WP usaha kecil dan WP di daerah tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, jangka waktu pelunasan dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) bulan. Dalam hal WP keberatan atas SKPKB atau SKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak untuk jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan sebesar pajak yang tidak disetujui dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan. Dalam hal WP mengajukan banding atas Surat Keputusan Keberatan sehubungan dengan SKPKB atau SKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding. Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikkan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun

3 45 terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Daluwarsa penagihan pajak tersebut tertangguh apabila : a. Diterbitkannya Surat Paksa b. Adanya pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung c. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) karena Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilanyang telah mempunyai kekuatan hukum tetap d. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan

4 46 Jenis Pajak Piutang Pajak Awal Tahun TABEL 4.1 PIUTANG PAJAK KPP PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG SATU TAHUN 2011 Penambaha n Pembayaran Tahun 2011 Pengurangan Surat Keputusan Keberatan Wajib Pajak Pindah Pe ng ha pu san Total Pengurang an Piutang Pajak Akhir Tahun PPh Badan dan Orang Pribadi , , , , , , ,00 Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

5 47 Tabel 4.2 Rincian Penambahan dan Pembayaran Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2011 (dalam ribuan Rp) No. Bulan Penambahan Pembayaran 1. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sudah diolah kembali 4.2 Analisis Laporan Piutang Pajak Tahun 2011 Berdasarkan laporan piutang pajak pada tahun 2011 pada Tabel 4.1 diatas terdapat peningkatan piutang pajak pada akhir tahun sebesar Rp ,00. Peningkatan ini disebabkan karena masih banyak Wajib Pajak yang tidak melaksanakan pembayaran utang pajaknya. Piutang pajak pada awal Tahun 2011 berdasarkan Tabel 4.1 diatas sebesar Rp ,00 merupakan nilai yang terbawa dari saldo akhir tahun pajak sebelumnya yaitu tahun Piutang pajak pada akhir tahun 2011 berdasarkan Tabel 4.1 diatas sebesar Rp ,00. Piutang pajak akhir tahun 2011 disebabkan adanya 2 faktor yang mempengaruhi. Pertama, terdapat penambahan piutang pajak berdasarkan Tabel 4.1 diatas yang disebabkan karena adanya penambahan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang diterbitkan dan penambahan Surat Tagihan Pajak (STP). Surat Ketetapan Pajak (SKP) merupakan hasil pemeriksaan sedangkan Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan hasil penelitian. Jumlah penambahan pajak yang paling besar dalam tahun 2011 berdasarkan Tabel 4.2 adalah di bulan Juni, hal ini disebabkan karena adanya evaluasi berkala dari hasil pemeriksaan untuk mencapai target KPP (karena

6 48 setiap KPP dibebani target), kurangnya kepatuhan Wajib Pajak, terlambat bayar dan terlambat lapor. Kedua, terdapat pegurangan piutang berdasarkan Tabel 4.1 diatas sebesar Rp ,00 yang terdiri dari pembayaran piutang berdasarkan Tabel 4.1 sebesar Rp ,00 yang terdiri dari Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pemindahbukuan (Pbk). Surat Setoran Pajak (SSP) terjadi karena terbitnya SKP dan STP. SKP dan STP yang diterbitkan dibayar melalui bank/ kantor pos. Pemindahbukuan (Pbk) terjadi karena banyaknya Wajib Pajak baik Orang Pribadi atau Badan yang salah dalam menginput kode pembayaran. Jumlah pembayaran pajak yang paling besar dalam tahun 2011 berdasarkan Tabel 4.2 adalah di bulan Oktober, hal ini disebabkan karena Wajib Pajak membayar utang pajaknya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku atau Wajib Pajak membayar karena diterbitkannya SKP, STP, dan surat paksa. Surat Keputusan Keberatan berdasarkan Tabel 4.1 sebesar Rp ,00 hal ini disebabkan karena keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak ditolak atau tidak disetujui oleh Kantor Wilayah, Wajib Pajak pindah sebesar Rp ,00 yang disebabkan oleh beberapa unsur Wajib Pajak seperti Wajib Pajak pindah KPP tetapi Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya, dan penghapusan piutang pajak berdasarkan Tabel 4.1 sebesar Rp 0 yang disebabkan karena Wajib Pajak masih dapat ditagih utang pajaknya, dan Wajib Pajak Badan yang belum selesai proses pailitnya.

7 49 Gambar 4.1 Rincian Penambahan Dan Pembayaran Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2011

8 50 Tabel 4.3 Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2012 Jenis Pajak Piutang Pajak Awal Tahun Penambaha n Pembayara n Tahun 2012 Pengurangan Sur at Kep Wajib utus Pajak an Pindah Keb erat an Penghapus an Total Pengurangan Piutang Pajak Akhir Tahun PPh Badan dan Orang Pribadi , , , , , ,00 Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

9 51 Tabel 4.4 Rincian Penambahan dan Pembayaran Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2012 (dalam ribuan Rp) No. Bulan Penambahan Pembayaran 1. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sudah diolah kembali 4.3 Analisis Laporan Piutang Pajak Tahun 2012 Berdasarkan laporan piutang pajak pada tahun 2012 pada Tabel 4.3 diatas terdapat peningkatan piutang pajak pada akhir tahun sebesar Rp ,00. Peningkatan ini disebabkan karena masih banyak Wajib Pajak yang tidak melaksanakan pembayaran utang pajaknya. Piutang pajak pada awal Tahun 2012 berdasarkan Tabel 4.3 diatas sebesar Rp ,00 merupakan nilai yang terbawa dari saldo akhir tahun pajak sebelumnya. Piutang pajak pada akhir tahun 2012 berdasarkan Tabel 4.3 diatas sebesar Rp ,00. Piutang pajak akhir tahun 2012 disebabkan adanya 2 faktor yang mempengaruhi. Pertama, terdapat penambahan piutang pajak berdasarkan Tabel 4.3 diatas yang disebabkan karena adanya penambahan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang diterbitkan dan penambahan Surat Tagihan Pajak (STP). Surat Ketetapan Pajak (SKP) merupakan hasil pemeriksaan sedangkan Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan hasil penelitian. Jumlah penambahan pajak yang paling besar dalam tahun 2012 berdasarkan Tabel 4.2 adalah di bulan Mei, hal ini disebabkan karena adanya evaluasi berkala dari hasil pemeriksaan untuk mencapai target KPP (karena

10 52 setiap KPP dibebani target), kurangnya kepatuhan Wajib Pajak, terlambat bayar dan terlambat lapor. Kedua, terdapat pegurangan piutang berdasarkan Tabel 4.3 diatas sebesar Rp ,00 yang terdiri dari pembayaran piutang berdasarkan Tabel 4.3 sebesar Rp ,00 yang terdiri dari Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pemindahbukuan (Pbk). Surat Setoran Pajak (SSP) terjadi karena terbitnya SKP dan STP. SKP dan STP yang diterbitkan dibayar melalui bank/ kantor pos. Pemindahbukuan (Pbk) terjadi karena banyaknya Wajib Pajak baik Orang Pribadi atau Badan yang salah dalam menginput kode pembayaran. Jumlah pembayaran pajak yang paling besar dalam tahun 2012 berdasarkan Tabel 4.3 adalah di bulan Agustus, hal ini disebabkan karena Wajib Pajak membayar utang pajaknya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku atau Wajib Pajak membayar karena diterbitkannya SKP, STP, dan surat paksa. Surat Keputusan Keberatan berdasarkan Tabel 4.3 sebesar Rp 0 hal ini disebabkan karena keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak ditolak atau tidak disetujui oleh Kantor Wilayah, Wajib Pajak pindah sebesar Rp ,00 yang disebabkan oleh beberapa unsur Wajib Pajak seperti Wajib Pajak pindah KPP tetapi Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya, dan penghapusan piutang pajak berdasarkan Tabel 4.3 sebesar Rp 0 yang disebabkan karena Wajib Pajak masih dapat ditagih utang pajaknya, dan Wajib Pajak Badan yang belum selesai proses pailitnya.

11 53 Gambar 4.2 Rincian Penambahan dan Pembayaran Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2012

12 54 Jenis Pajak Piutang Pajak Awal Tahun Tabel 4.5 Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2013 Penambaha n Pembayara n Tahun 2013 Pengurangan Surat Keputu san Kebera tan Wajib Pajak Pindah Penghap usan Total Pengurangan Piutang Pajak Akhir Tahun PPh Badan dan Orang Pribadi , , ,00 0 ( ,00) , ,00 Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

13 55

14 56 Tabel 4.6 Rincian Penambahan dan Pembayaran Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2013 (dalam ribuan Rp) No. Bulan Penambahan Pembayaran 1. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sudah diolah kembali 4.4 Analisis Laporan Piutang Pajak Tahun 2013 Berdasarkan laporan piutang pajak pada tahun 2013 pada Tabel 4.5 diatas terdapat peningkatan piutang pajak pada akhir tahun sebesar Rp ,00. Peningkatan ini disebabkan karena masih banyak Wajib Pajak yang tidak melaksanakan pembayaran utang pajaknya. Piutang pajak pada awal Tahun 2013 berdasarkan Tabel 4.5 diatas sebesar Rp ,00 merupakan nilai yang terbawa dari saldo akhir tahun pajak sebelumnya. Piutang pajak pada akhir tahun 2013 berdasarkan Tabel 4.5 diatas sebesar Rp ,00. Piutang pajak akhir tahun 2012 disebabkan adanya 2 faktor yang mempengaruhi. Pertama, terdapat penambahan piutang pajak berdasarkan Tabel 4.5 diatas yang disebabkan karena adanya penambahan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang diterbitkan dan penambahan Surat Tagihan Pajak (STP). Surat Ketetapan Pajak (SKP) merupakan hasil pemeriksaan sedangkan Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan hasil penelitian. Jumlah penambahan pajak yang paling besar dalam tahun 2013 berdasarkan Tabel 4.6 adalah di bulan Desember, hal ini disebabkan

15 57 karena adanya evaluasi berkala dari hasil pemeriksaan untuk mencapai target KPP (karena setiap KPP dibebani target), kurangnya kepatuhan Wajib Pajak, terlambat bayar dan terlambat lapor serta ada masa daluwarsa pajak dari tahun-tahun sebelumnya sebagaimana di atur dalam pasal 22 ayat 2 Undang- Undang KUP. Ketentuan ini mengandung makna bahwa kewenangan Negara untuk melakukan tindakan penagihan dibatasi waktunya (time limit), yaitu hanya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Setelah batas waktu tersebut terlewatkan maka penagihan tersebut mengalami daluwarsa penagihan, maka fungsional bekerja lebih optimal. Kedua, terdapat pegurangan piutang berdasarkan Tabel 4.5 diatas sebesar Rp ,00 yang terdiri dari pembayaran piutang berdasarkan Tabel 4.5 sebesar Rp ,00 yang terdiri dari Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pemindahbukuan (Pbk). Surat Setoran Pajak (SSP) terjadi karena terbitnya SKP dan STP. SKP dan STP yang diterbitkan dibayar melalui bank/ kantor pos. Pemindahbukuan (Pbk) terjadi karena banyaknya Wajib Pajak baik Orang Pribadi atau Badan yang salah dalam menginput kode pembayaran. Jumlah pembayaran pajak yang paling besar dalam tahun 2013 berdasarkan Tabel 4.6 adalah di bulan September, hal ini disebabkan karena Wajib Pajak membayar utang pajaknya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku atau Wajib Pajak membayar karena diterbitkannya SKP, STP, dan surat paksa. Surat Keputusan Keberatan berdasarkan Tabel 4.5 sebesar Rp 0 hal ini disebabkan karena keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak ditolak atau tidak disetujui oleh Kantor Wilayah, Wajib Pajak pindah sebesar Rp ( ,00) yang disebabkan oleh beberapa unsur Wajib Pajak seperti Wajib Pajak pindah KPP tetapi Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya, dan penghapusan piutang pajak berdasarkan Tabel 4.5 sebesar Rp 0 yang disebabkan karena Wajib Pajak masih dapat ditagih utang pajaknya, dan Wajib Pajak Badan yang belum selesai proses pailitnya.

16 58 Gambar 4.3 Rincian Penambahan dan Pembayaran Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun Perbandingan Laporan Piutang Pajak Tahun 2011 dengan Tahun 2012 Perbandingan piutang pajak awal tahun 2011 dengan piutang pajak awal tahun 2012 berdasarkan Tabel 4.1 dengan Tabel 4.3 terdapat peningkatan piutang pajak sebesar Rp ,00. Terdapat penurunan penambahan piutang pajak pada tahun 2011 dengan penambahan piutang pajak pada tahun 2012 sebesar Rp ,00 yang disebabkan karena banyak Wajib Pajak yang tidak melapor dan membayar pajaknya, dari hasil pemeriksaan Wajib Pajak tidak melaporkan seluruh asetnya, misalnya karyawan yang mempunyai usaha lain selain bekerja diperusahaan. Adanya penurunan pembayaran piutang pajak tahun 2011 dengan tahun 2012 disebabkan karena banyak Wajib Pajak yang tidak menanggapi Surat Teguran yang sudah diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, dan

17 59 jika SKP tidak disetujui maka belum bisa ditagih, misalnya Wajib Pajak keberatan maka tidak bisa ditagih karena belum merupakan utang pajak. Adanya penurunan Surat Keputusan Keberatan pada tahun 2011 dan 2012 sebesar Rp ,00, karena pada tahun 2011 banyak permohonan keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak disetujui oleh Kantor Wilayah. Kenaikan Wajib Pajak pindah pada tahun 2011 dan 2012 sebesar Rp ,00 disebabkan karena unsur dari Wajib Pajak, misalnya karena masa sewanya sudah habis atau Wajib Pajak pindah ke KPP lain, penghapusan piutang pada tahun 2011 dan 2012 tetap sama yaitu sebesar Rp 0. Perbandingan piutang pajak akhir tahun 2011 dengan piutang pajak akhir tahun 2012 terdapat peningkatan yaitu sebesar Rp ,00. Gambar 4.4 Perbandingan Laporan Piutang Pajak Tahun 2011 dengan Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 4.4 maka pada tahun 2011 banyak penambahan dibandingkan dengan tahun 2012, hal ini dikarenakan banyak saldo awal piutang tahun 2010 terbawa di tahun 2011 serta adanya evaluasi berkala baik dari hasil pemeriksaan (SKP) maupun hasil penelitian (STP). Sedangkan pembayaran lebih banyak pada tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2012 karena banyak diterbitkan STP dan SKP pada tahun 2011 sehingga WP membayar.

18 Perbandingan Laporan Piutang Pajak Tahun 2012 dengan Tahun 2013 Perbandingan piutang pajak awal tahun 2012 dengan piutang pajak awal tahun 2013 berdasarkan Tabel 4.3 dengan Tabel 4.5 terdapat peningkatan piutang pajak sebesar Rp ,00. Terdapat penurunan penambahan piutang pajak pada tahun 2012 dengan penambahan piutang pajak pada tahun 2013 sebesar Rp ,00 yang disebabkan karena banyak Wajib Pajak yang tidak melapor dan membayar pajaknya, dari hasil pemeriksaan Wajib Pajak tidak melaporkan seluruh asetnya, misalnya karyawan yang mempunyai usaha lain selain bekerja diperusahaan serta adanya masa daluarsa pajak yang harus diselesaikan, maka fungsional bekerja lebih optimal. Adanya penurunan pembayaran piutang pajak tahun 2012 dengan tahun 2013 disebabkan karena banyak Wajib Pajak yang tidak menanggapi Surat Teguran yang sudah diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, dan jika SKP tidak disetujui maka belum bisa ditagih, misalnya Wajib Pajak keberatan maka tidak bisa ditagih karena belum merupakan utang pajak. Adanya penurunan Surat Keputusan Keberatan pada tahun 2012 dan 2013 sebesar Rp 0, karena pengajuan permohonan Keberatan Wajib Pajak tidak disetujui oleh Kantor Wilayah. Kenaikan Wajib Pajak pindah pada tahun 2012 dan 2013 disebabkan karena unsur dari Wajib Pajak, misalnya karena masa sewanya sudah habis atau Wajib Pajak pindah KPP, penghapusan piutang pada tahun 2012 dan 2013 tetap sama yaitu sebesar Rp 0. Perbandingan piutang pajak akhir tahun 2012 dengan piutang pajak akhir tahun 2013 terdapat peningkatan yaitu sebesar Rp ,00.

19 61 Gambar 4.5 Perbandingan Laporan Piutang Pajak Tahun 2012 dengan Tahun 2013 Berdasarkan Gambar 4.5 maka pada tahun 2013 banyak penambahan dibandingkan dengan tahun 2012, hal ini dikarenakan pada tahun 2013 terdapat masa daluarsa yang harus diselesaikan sehingga fungsional bekerja lebih optimal. Sedangkan pembayaran lebih banyak pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2013 karena banyak diterbitkan STP dan SKP pada tahun 2012 sehingga WP membayar.

20 Kontribusi Piutang Pajak Terhadap Penerimaan Pajak pada Tahun 2011 Tabel 4.7 Kontribusi Pembayaran Piutang Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2011 Jenis Pajak Pembayaran Realisasi Penerimaan Kontribusi Pembayar an PPh Pasal 25 Orang Pribadi , ,00 0,11% PPh Pasal 25 Badan , ,00 2,94% PPh Pasal , , % PPh Pasal ,00 0% PPh Pasal , ,00 0,39% PPh Pasal , ,00 0,01% PPh Pasal 4 ayat , ,00 0,01% Total , ,00 1,09% Sumber:KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sudah diolah kembali Gambar 4.6 Kontribusi Pembayaran Tahun 2011

21 63 Pembayaran piutang PPh Pasal 25 Orang Pribadi terhadap realisasi penerimaan PPh Pasal 25 Orang Pribadi memberikan kontribusi pembayaran sebesar 0,11%. Pembayaran piutang PPh Pasal 25 Badan terhadap realisasi penerimaan PPh Pasal 25 Orang Badan memberikan kontribusi pembayaran sebesar 2,94%. Pembayaran piutang PPh Pasal 21 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,59%. Pembayaran piutang PPh Pasal 22 memberikan kontribusi sebesar 0%. Pembayaran piutang PPh Pasal 23 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,39%. Pembayaran piutang PPh Pasal 26 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,01%. Pembayaran piutang PPh Pasal 4 ayat 2 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,01%. PPh Pasal 25 Badan memberikan kontribusi penerimaan paling besar ditahun 2011 yaitu sebesar 2,94% dan yang lainnya kurang dari 1%. 4.8 Kontribusi Piutang Pajak Terhadap Penerimaan Pajak pada Tahun 2012 Tabel 4.8 Kontribusi Pembayaran Piutang Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2012 Jenis Pajak Pembayaran Realisasi Penerimaan Kontribusi Pembayaran Pph Pasal 25 Orang Pribadi ,00 0,06% ,00 Pph Pasal 25 Badan , ,00 1,14% PPh Pasal , ,00 1,62% PPh Pasal ,00 0% PPh Pasal , ,00 0,09% PPh Pasal , ,00 0,37% PPh Pasal 4 ayat , ,00 0,06% Total , ,00 0,79% Sumber:KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sudah diolah kembali

22 64 Gambar 4.7 Kontribusi Pembayaran Tahun 2012 Pembayaran piutang PPh Pasal 25 Orang Pribadi terhadap realisasi penerimaan PPh Pasal 25 Orang Pribadi memberikan kontribusi pembayaran sebesar 0,06%. Pembayaran piutang PPh Pasal 25 Badan terhadap realisasi penerimaan PPh Pasal 25 Orang Badan memberikan kontribusi pembayaran sebesar 1,14%. Pembayaran piutang PPh Pasal 21 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 1,62%. Pembayaran piutang PPh Pasal 22 memberikan kontribusi sebesar 0%. Pembayaran piutang PPh Pasal 23 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,09%. Pembayaran piutang PPh Pasal 26 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,37%. Pembayaran piutang PPh Pasal 4 ayat 2 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,06%. PPh Pasal 25 Badan dan PPh Pasal 21 memberikan kontribusi penerimaan paling besar ditahun 2012 yaitu sebesar 1,14% dan 1,62%, sedangkan yang lainnya kurang dari 1%.

23 Kontribusi Piutang Pajak Terhadap Penerimaan Pajak pada Tahun 2013 Tabel 4.9 Kontribusi Pembayaran Piutang Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2013 Jenis Pajak Pembayaran Realisasi Penerimaan Kontribusi Pembayaran Pph Pasal 25 Orang Pribadi , ,00 0,26% Pph Pasal 25 Badan , , ,94% PPh Pasal , ,00 0 0,42% PPh Pasal ,00 0 PPh Pasal , ,00 0,51% PPh Pasal , ,00 0 0,31% PPh Pasal 4 ayat , ,00 0 0,08% Total , , ,40% Sumber:KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sudah diolah kembali Gambar 4.8 Kontribusi Pembayaran Tahun 2013

24 66 Pembayaran piutang PPh Pasal 25 Orang Pribadi terhadap realisasi penerimaan PPh Pasal 25 Orang Pribadi memberikan kontribusi pembayaran sebesar 0,26%. Pembayaran piutang PPh Pasal 25 Badan terhadap realisasi penerimaan PPh Pasal 25 Orang Badan memberikan kontribusi pembayaran sebesar 0,94%. Pembayaran piutang PPh Pasal 21 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,42%. Pembayaran piutang PPh Pasal 22 memberikan kontribusi sebesar 0%. Pembayaran piutang PPh Pasal 23 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,51%. Pembayaran piutang PPh Pasal 26 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,31%. Pembayaran piutang PPh Pasal 4 ayat 2 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,08%. Secara keseluruhan tidak ada yang mencapai target pada tahun 2013 karena semua kurang dari 1%.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Surat Teguran 1. Pelaksanaan Surat Teguran Menurut Rudy Suhartono dan Wirawan B Ilyas (KUP) Penerbitan Surat Teguran, Surat peringatan, atau Surat lain yang sejenis merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 29/PMK.03/2015 TENTANG PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI BUNGA YANG TERBIT BERDASARKAN PASAL 19 AYAT (1) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Konsep Dasar Perpajakan II.1.1 Pengertian Pajak Pajak awalnya adalah suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma), tetapi bersifat wajib dan dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penagihan Pajak Aktif 1. Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2000:31) Pajak adalah iuran yang berupa uang dari rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sistem perpajakan di Indonesia sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK HAK WAJIB PAJAK 1. Menunda penyampaian surat pemberitahuan 2. Pembetulan Surat Pemberitahuan 3. Mengangsur pembayaran 4. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V BINTARO JAYA, TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58;

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. 1 ALUR KUP WP SPT SKP Inkraacht 3 bulan (dikrim) Daftar Inkraacht Pemeriksaan Keberatan Inkraacht 5 tahun 3 bulan(dite rima)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah sebuah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan saling berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang kita teliti hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan

Lebih terperinci

, No.1645 sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undan

, No.1645 sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undan No.1645, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Sanksi Administrasi. Pengurangan. Pajak Bumi dan Bangunan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.03/2015 TENTANG PENGURANGAN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 & 3 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.03/2015 TENTANG Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.03/2015 TENTANG PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, DAN/ATAU

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menelaah dan menganalisis pengaruh Pajak Penghasilan terhadap peningkatan tunggakan Pajak Penghasilan berdasarkan UU KUP No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG. RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar

EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG. RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem penagihan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB IV PEMBAHASAN IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pandeglang Dari tahun ke tahun, target realisasi tunggakan pajak yang lunas di setiap kantor pajak

Lebih terperinci

PENETAPAN DAN KETETAPAN

PENETAPAN DAN KETETAPAN PENETAPAN DAN KETETAPAN Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Penagihan Pajak Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan penyetoran atau pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material dan spiritual, yang

Lebih terperinci

bahwa Surat Tagihan Pajak Nomor 00097/107/12/029/15 tanggal 28 September 2015 tidak termasuk

bahwa Surat Tagihan Pajak Nomor 00097/107/12/029/15 tanggal 28 September 2015 tidak termasuk Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-86336/PP/M.VIA/99/2017 Jenis Pajak : Gugatan Pajak Tahun Pajak : 2016 Pokok Sengketa Menurut Tergugat : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah penerbitan

Lebih terperinci

197/PMK.03/2015 PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK P

197/PMK.03/2015 PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK P 197/PMK.03/2015 PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK P Contributed by Administrator Monday, 02 November 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Pajak Untuk dapat memahami mengenai pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pajak menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

Jumlah Pajak yang telah dibayar (Rp) Jumlah Pajak yang masih harus dibayar (Rp)

Jumlah Pajak yang telah dibayar (Rp) Jumlah Pajak yang masih harus dibayar (Rp) Nomor : KEP -228/PJ.1999 DAFTAR PIUTANG YANG DIPERKIRAKAN TIDAK DAPAT ATAU TIDAK MUNGKIN DITAGIH LAGI UNTUK DILAKUKAN PENELITIAN SETEMPAT, ATAU PENELITIAN ADMINISTRASI TENTANG DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

Lebih terperinci

JENIS DAN BENTUK SURAT, DOKUMEN DAN/ATAU DAFTAR YANG DIPERLUKAN DALAM RANGKA PENGUSULAN DAN TINDAK LANJUT PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK

JENIS DAN BENTUK SURAT, DOKUMEN DAN/ATAU DAFTAR YANG DIPERLUKAN DALAM RANGKA PENGUSULAN DAN TINDAK LANJUT PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Nomor : SE-13/PJ./2013 Tanggal : 26 Maret 2013 JENIS DAN BENTUK SURAT, DOKUMEN DAN/ATAU DAFTAR YANG DIPERLUKAN DALAM RANGKA PENGUSULAN DAN TINDAK LANJUT PENGHAPUSAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Pencairan Tunggakan Pajak, Penagihan Pajak. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : Pencairan Tunggakan Pajak, Penagihan Pajak. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan tanpa adanya kontraprestasi langsung sehubungan tugas negara melaksanakan pembangunan.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA

PERTEMUAN 4 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA PERTEMUAN 4 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA Surat Ketetapan Pajak (SKP) Surat ketetapan pajak berupa ; Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V BINTARO JAYA, TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58;

Lebih terperinci

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI ACCOUNT REPRESENTATIVE TINGKAT DASAR BAHAN AJAR Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar Oleh: T i m Widyaiswara Pusdiklat Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Theory of Planned Behavior Menurut Ajzen (1991), Theory of Planned Behavior menjelaskan bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, yang bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA DAN PELAKSANAAN PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara Kantor Pelayanan Pajak Bekasi (KPP Bekasi) didirikan pada tahun 1989 dan mulai efektif

Lebih terperinci

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan A. Latar Belakang Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan sistem perpajakan dari official assessment menjadi self assessment diharapkan kesadaran Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin meningkatnya kebutuhan dana pembangunan mendorong pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih intensif. Salah satu sumber

Lebih terperinci

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS DASAR HUKUM tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus dilewati dan harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 BAB IV PEMBAHASAN IV.I Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-40/PJ/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 91/PMK.03/2015

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut: 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Perpajakan 1. Pengertian Pajak Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN, PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan yakni dimulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2015

BAB III METODE PENELITIAN. bulan yakni dimulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2015 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah selama 3 bulan yakni dimulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan

Lebih terperinci

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-29/PJ/2012 Tanggal : 11 Mei 2012 TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK TINGKAT RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PARAMETER BOBOT

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka yang dapat penulis uraikan pada bab ini antara lain sebagai berikut : 1. PAJAK a. Pengertian Pajak Pada awalnya pajak merupakan

Lebih terperinci

KUESIONER VARIABEL DEPENDENT

KUESIONER VARIABEL DEPENDENT KUESIONER VARIABEL DEPENDENT PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN Indikator Sub Indikator : Surat Ketetapan Pajak : STP (Surat Tagihan Pajak) 1 Apakah STP mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat

Lebih terperinci

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN PPA K RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Oleh : 1. Ahmad Satria Very S 2. Bagus Arifianto PPAK KELAS MALAM RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara

Lebih terperinci

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI.

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI. - 2 - e. bahwa dalam rangka penagihan bea masuk dan/atau cukai perlu pengaturan khusus dengan berdasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1003, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penagihan. Bea Masuk. Cukai. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PMK 111/PMK.04/2013 TENTANG

Lebih terperinci

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem Pendahuluan Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self Assesment System yang dimulai sejak reformasi perpajakan tahun 1983 menuntut wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS DAN PELAKSANAAN SURAT PAKSA Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 45/PJ./2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 45/PJ./2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 45/PJ./2007 TENTANG TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DALAM RANGKA PENAMBAHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR SATU, KANTOR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Bagian: 1 Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai 44 44 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP). Pihak-pihak atau objek yang dibina oleh DJP adalah kelompok

Lebih terperinci

PER - 5/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK, SUBJEK PAJAK, DAN OBJEK PAJAK DI WILAYAH KECAMA

PER - 5/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK, SUBJEK PAJAK, DAN OBJEK PAJAK DI WILAYAH KECAMA PER - 5/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK, SUBJEK PAJAK, DAN OBJEK PAJAK DI WILAYAH KECAMA Contributed by Administrator Thursday, 18 February 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah di ubah terakhir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan untuk memberikan pengalaman

Lebih terperinci

Surat Edaran Nomor : SE-61/PJ/ Mei 2010 Hal : Kode Nota Penghitungan Dan Kode Ketetapan Per Jenis Pajak Direktur Jenderal Pajak,

Surat Edaran Nomor : SE-61/PJ/ Mei 2010 Hal : Kode Nota Penghitungan Dan Kode Ketetapan Per Jenis Pajak Direktur Jenderal Pajak, Surat Edaran Nomor : SE-61/PJ/2010 05 Mei 2010 Hal : Kode Nota Penghitungan Dan Kode Ketetapan Per Jenis Pajak Direktur Jenderal Pajak, Sehubungan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan tata kehidupan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan serta pembahasan dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010 POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010 PRINSIP DASAR DALAM RANGKA PERUBAHAN SELF ASSESMENT KEADILAN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH YANG SUDAH KEDALUWARSA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH YANG SUDAH KEDALUWARSA BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH YANG SUDAH KEDALUWARSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

2 Penghapusan Sanksi Administrasi Bunga yang Terbit Berdasarkan Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Car

2 Penghapusan Sanksi Administrasi Bunga yang Terbit Berdasarkan Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Car BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.257, 2015 KEMENKEU. Sanksi Administratif. Bunga Yang Terbit. Penghapusan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PMK.03/2015 TENTANG PENGHAPUSAN SANKSI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan

Lebih terperinci

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Nomor : SE-29/PJ/2012 Tanggal : 11 Mei 2012 TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK TINGKAT RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PARAMETER BOBOT Rendah

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put.47389/PP/M.X/99/2013. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008

Putusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put.47389/PP/M.X/99/2013. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.47389/PP/M.X/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat Tergugat Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya menggantungkan dana dari luar negeri saja, melainkan harus menggali sendiri terutama dari

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP) Bab IV PEMBAHASAN IV.1 Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP) Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak. Oleh karena itu dalam hal ini petugas

Lebih terperinci

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-29/PJ/2012 Tanggal 11 Mei 2012 TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK PARAMETER Karakteristik Piutang Umur Piutang Peringkat

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ.04/2009 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ.04/2009 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, 27 Mei 2009 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ.04/2009 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Sehubungan dengan diberlakukannya Undang-Undang-Undang Nomor 6 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis perkembangan Tingkat Kepatuhan Pajak Pertambahan Nilai Pengusaha Kena Pajak Badan dilihat dari penyampaian SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Surat Ketetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang didunia. Sehingga isu mengenai pembangunan nasional merupakan fokus utama

Lebih terperinci

1

1 0 1 2 3 4 SOAL TEORI KUP Menurut Pasal 1 UU KUP, Penelitian adalah serangkaian kegiatan menilai kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya, termasuk penilaian kebenaran penulisan dan perhitungannya.

Lebih terperinci

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak)

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak) Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak) Pendahuluan Seorang teman bertanya kepada saya. Dapatkah Wajib Pajak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN LAMPIRAN I PERATURAN NOMOR : PER165/PJ/2005 TENTANG : PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN NOMOR KEP297/PJ/2002 TENTANG PELIMPAHAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK KEPADA PARA PEJABAT DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85/PMK.03/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85/PMK.03/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85/PMK.03/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN, PENGADMINISTRASIAN, SERTA PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI SEHUBUNGAN DENGAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK

Lebih terperinci

SE - 03/PJ.04/2009 KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK

SE - 03/PJ.04/2009 KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK SE - 03/PJ.04/2009 KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK Contributed by Administrator Wednesday, 27 May 2009 Pusat Peraturan Pajak Online 27 Mei 2009 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ.04/2009 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak 3.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidag tersebut memberikan berbagai definsi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Bahwa berdasarkan Pasal 36 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari :

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari : BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR A. Timbulnya Utang Pajak Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasar dan telah terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak yang dikemukakan oleh Undang-Undang dan para ahli. Pengertian pajak dan pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan hasil pengamatan ini penulis akan menyampaikan mengenai Prosedur penghapusan sanksi administrasi atas pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci