BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 9 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pajak Pertambahan Nilai normal Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi Barang atau jasa yang dikonsumsi di dalam negeri. PPN dikenai mulai impor/ produsen sampai dengan pengecer dengan sistem pengkreditan untuk menghindari pengenaan pajak berkali-kali. Selisih antara penjualan dengan perolehan merupakan nilai tambah suatu barang atau jasa (Ilyas dan Rudy, 2012). Mekanisme umum pembayaran PPN menurut (Ilyas, 2007) dilakukan dengan sistem pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran oleh PKP. Mekanismenya dilakukan sebagai berikut: a. PKP yang melakukan penyerahan barang kena pajak (BKP)/ jasa kena pajak (JKP) wajib memungut PPN dari pembeli/ penerima BKP/ JKP yang bersangkutan dan membuat faktur pajak sebagai bukti pemungutannya. b. PPN yang tercantum dalam faktur pajak tersebut merupakan pajak keluaran bagi PKP Penjual BKP/JKP, yang sifatnyasebagai hutang pajak. Bagi PKP pembeli yang melakukan pembelian/ perolehan BKP/ JKP yang dikenakan PPN, PPN tersebut merupakan pajak commit masukan, to user yang sifatnya sebagai pajak yang

2 digilib.uns.ac.id 10 dibayar di muka, sepanjang BKP/ JKP yang dibeli tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya. c. Setiap masa pajak (setiap bulan) dengan jumlah pajak keluaran lebih besar daripada pajak masukan, maka selisihnya harus disetor ke Kas Negara paling lambat akhir bulan berikutnya sebelum pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa. Sebaliknya, apabila jumlah pajak masukan lebih besar daripada pajak keluaran, maka selisih tersebut dapat diminta kembali (restitusi) atau di kompensasi ke masa pajak berikutnya. d. Pengusaha Kena Pajak wajib menyampaikan SPT Masa PPN setiap bulan ke Kantor Pelayanan Pajak terkait paling lambat akhir bulan berikutnya. 2. Faktur pajak Di dalam PER-13/ PJ./ 2010 faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP atau bukti pungutan pajak karena impor BKP. Faktur pajak dapat berupa faktur penjualan atau dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai faktur pajak. Untuk meringankan beban administrasi, PKP diperkenankan untuk membuat satu faktur pajak yang meliputi semua penyerahan BKP atau penyerahan JKP yang terjadi selama satu bulan kalender kepada pembeli yang sama atau penerima JKP yang sama, yang disebut faktur pajak gabungan.

3 digilib.uns.ac.id 11 Pengadaan faktur pajak dilakukan oleh PKP, bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan kepentingan PKP atau dibuat sesuai contoh formulir faktur pajak dalam lampiran PER-13/ PJ./ Syarat Formal dan Material a. Syarat formal Faktur pajak wajib diisi dengan lengkap, benar dan jelas. Faktur pajak paling sedikit memuat (Pasal 13 ayat (5) UU No.42 tahun 2009 : 1) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang menyerahkan BKP/ JKP; 2) Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP; 3) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembeli BKP atau penerima JKP; 4) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; 5) PPN yang dipungut; 6) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang dipungut; 7) Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak; dan 8) Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak. Faktur pajak yang tidak lengkap merupakan faktur pajak cacat sehingga pajak masukan yang tercantum di dalamnya tidak dapat dikreditkan. Pengisian keterangan yang tidak lengkap dalam faktur

4 digilib.uns.ac.id 12 pajak dapat dikenakan denda sebesar 2% dari dasar pengenaan pajak (DPP), kecuali yang tidak diisi keterangan berikut: 1) Nama,alamat,dan NPWP pembeli BKP/penerima JKP; 2) Nama,alamat,dan NPWP pembeli BKP/penerima JKP, nama dan tandatangan, dalam hal penyerahan dilakukan oleh PKP Pedagang Eceran. b. Syarat material Syarat material faktur pajak apabila berisi keterangan yang sebenarnya atau sesungguhnya mengenai penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak. 4. Pengkreditan pajak masukan Pajak masukan dikreditkan dengan pajak keluaran dalam masa pajak yang sama. Pajak masukan dapat dikreditkan paling lambat 3 bulan setelah akhir masa pajak, apabila melampaui jangka waktu tersebut, pajak masukan tetap dapat dikreditkan dengan cara pembetulan SPT Masa PPN yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan (Ilyas, 2012). Pasal 9 ayat 8 UU PPN menyebutkan pengkreditan Pajak masukan tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk: a. Perolehan BKP/ JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP; b. Perolehan BKP/ JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha;

5 digilib.uns.ac.id 13 c. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan; d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP; e. Perolehan BKP/ JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi syarat formal dan material faktur pajak atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP; f. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/ JKP dari luar Daerah Pabean yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak; g. Perolehan BKP/ JKP yang pajak masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak; h. Perolehan BKP/ JKP yang pajak masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan i. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi. 5. Dasar hukum, latar belakang, dan kepastian hukum konfirmasi

6 digilib.uns.ac.id 14 Pelaksanaan konfirmasi faktur pajak diatur dalam beberapa peraturan sebagai berikut: a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007; b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 754/PJ./2001 tentang Tata Cara Pelaksanaan Konfirmasi Faktur Pajak dengan Aplikasi Sistem Informasi Perpajakan; c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 10/PJ.52/2003 tentang Pemanfaatan Data PK-PM; d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 06/PJ.7/2006 tentang Kebijakan Pemeriksaan atas Surat Pemberitahuan MasaPajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar; e. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 10/PJ.52/2006 tentang Perekaman SPT Masa PPN, Konfirmasi Faktur Pajak, dan Langkah-langkah Penanganan Restitusi dalam Rangka Pengamanan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Di dalam SE - 10/PJ.52/2003 konfirmasi faktur pajak wajib dilakukan setiap pelaksanaan pemeriksaan pajak khususnya yang menyangkut pembelian dan penjualan bersamaan dengan prosedurprosedur pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan merupakan hal yang wajib dilakukan dalam hal SPT Masa PPN Lebih Bayar dimintakan restitusi. Meskipun pada dasarnya, commit pelaksanaan to user konfirmasi faktur pajak

7 digilib.uns.ac.id 15 merupakan salah satu prosedur yang dilakukan untuk pengawasan terhadap kewajiban PPN yang pelaksanaannya tidak hanya dilakukan dalam rangka pemeriksaan saja. Tujuan dilakukannya konfirmasi Faktur Pajak ialah untuk mendapatkan keyakinan bahwa: a. Faktur pajak tersebut diterbitkan oleh pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP sehubungan dengan adanya penyerahan BKP dan atau JKP yang terutang PPN; b. Faktur pajak tersebut telah dilaporkan PKP penerbit sebagai pajak keluaran pada SPT Masa PPN. Jawaban atas konfirmasi faktur pajak yang dilakukan oleh KPP, dalam hal ini pemeriksa memiliki kedudukan yang penting dalam kepastian akan dikeluarkannya restitusi atau tidak. Meskipun hal tersebut tidak secara langsung menjadi dasar atas dikabulkannya permintaan restitusi karena harus dilakukan bersama-sama prosedur pemeriksaan yang lain. (Sukardji, 2010) 6. Teori tata cara konfirmasi Didalam SE - 11/PJ.5/2001 menunjukan Konfirmasi faktur pajak dilakukan dengan menggunakan sarana yang ada pada DJP yang hasilnya dapat berupa: a. Pajak masukan yang dilaporkan oleh PKP pembeli sesuai dengan pajak keluaran yang dilaporkan PKP penjual;

8 digilib.uns.ac.id 16 b. Pajak masukan yang dilaporkan PKP pembeli tidak sesuai dengan pajak keluaran yang dilaporkan oleh PKP penjual yang disebabkan antara lain: kode seri dan nomor, tanggal,atau jumlah pajak yang dipungut pada rekaman data faktur pajak PKP pembeli berbeda dengan yang dilaporkan PKP penjual; c. Tidak ada data pembanding yang mungkin disebabkan PKP penjual belum/ tidakmelaporkan Pajak Keluarannya atau KPP tempat PKP Penjual diadministrasikan belum melakukan perekaman; d. PKP pembeli belum melaporkan sebagai Pajak Masukan tetapi PKP Penjual telah melaporkan Pajak Keluarannya. Hasil konfirmasi melalui sistem dibuatkan print out komputer sebagai berikut: a. Daftar PK-PM yang sudah sesuai; b. Daftar PK-PM yang tidak sesuai yang diakibatkan PKP Pembeli belum melaporkan faktur pajak sebagai pajak masukan; c. Daftar PK-PM yang mengandung elemen data yang tidak sesuai dan atau tidakada data pembanding dengan nilai PPN pada faktur pajak masukan yang dikreditkan oleh PKP Pembeli Rp , - atau lebih; d. Daftar PK-PM yang mengandung elemen data yang tidak sesuai dan atau tidakada data pembanding dengan nilai PPN pada faktur pajak masukan yangdikreditkan oleh PKP Pembeli kurang dari Rp

9 digilib.uns.ac.id 17 Permintaan klarifikasi harus dijawab paling lambat satu bulan sejak tanggal pengiriman surat permintaan klarifikasi. Jawaban atas konfirmasi faktur pajak dapat dilakukan tindak lanjut setelah jawaban yang diberikan menyatakan: a. ada dan sesuai dengan penjelasan bahwa faktur pajak tersebut belum direkam KPP domisili PKP penjual atau faktur pajak tersebut terlambat dilaporkan oleh PKP penjual maka faktur pajak tersebut dapat diperhitungkan sebagai pajak masukan yang dapat dikreditkan; b. ada dan sesuai dengan penjelasan bahwa faktur pajak tersebut belum dilaporkan oleh PKP penjual dan KPP domisili PKP penjual telah menerbitkan SKPKB/ SKPKBT atas faktur pajak yang belum dilaporkan oleh PKP penjual tersebut maka faktur pajak tersebut dapat diperhitungkan sebagai pajak masukan yang dapat dikreditkan; c. tidak ada dengan penjelasan bahwa faktur pajak tersebut tidak sah karena pengusaha yang menerbitkan faktur pajak tersebut belum dikukuhkan menjadi PKP atau PKP penjual tidak pernah melakukan penyerahan BKP atau JKP kepada PKP pembeli yang bersangkutan maka faktur pajak tersebut tidak dapat diperhitungkan sebagai pajak masukan yang dapat dikreditkan; d. Apabila dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal pengiriman permintaan klarifikasi dikirimkan melalui faksimile jawaban konfirmasi belum/tidakditerima dan apabila berdasarkan hasil pengujian arus barang dan atau arus uang dapat dibuktikan bahwa

10 digilib.uns.ac.id 18 faktur pajak tersebut dapat diperhitungkan sebagai pajak masukan yang dapat dikreditkan. B. Analisis data dan Pembahasan 1. Dasar hukum konfirmasi sebagai dasar untuk dapat mengkreditkan Konfirmasi faktur pajak merupakan prosedur yang wajib dilakukan dalam pemeriksaaan SPT Masa PPN Lebih Bayar terutama untuk penanganan restitusi dalam rangka pengamanan penerimaan PPN. Konfirmasi faktur pajak digunakan untuk mengetahui kebenaran dari suatu transaksi yang tercantum dalam faktur pajak. Dapatkah konfirmasi faktur pajak dijadikan sebagai dasar untuk memperoleh/ tidaknya suatu pajak masukan untuk dikreditkan. Untuk itu, perlu dilakukan analisis mengenai dasar hukum yang menjadi dasarnya. Undang-undang yang memberikan kewenangan kepada DJP untuk melakukan konfirmasi atas faktur pajak tersirat dalam penjelasan pasal 13 ayat (1)UU KUP. Dijelaskan dalam pasal ini bahwa ayat ini memberikan kewenangan kepada Dirjen Pajak untuk dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) terhadap kasus-kasus tertentu yang dimaksud pada ayat ini. Kasus-kasus tertentu tersebut meliputi, salah satunya apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0%. Hal tersebut berlaku hanya terhadap wajib pajak yang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain tidak memenuhi kewajiban formal maupun material. Keterangan lain yang dimaksudkan dalam penjelasan pasal ini ialah data konkret yang diperoleh

11 digilib.uns.ac.id 19 atau dimiliki oleh Dirjen Pajak, antara lain berupa hasil konfirmasi faktur pajak. Pasal lain yang menyebutkan tentang konfirmasi faktur pajak dalam Undang-undang Republik Indonesia ialah pada penjelasan pasal 17C ayat (1) UU KUP. Menjelaskan tentang penyelesaian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak oleh wajib pajak dengan kriteria tertentu setelah dilakukan penelitian harus diterbitkan Surat Keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dapat diberikan setelah Dirjen Pajak melakukan konfirmasi atas kebenaran kredit pajak. Konfirmasi kebenaran kredit pajak ini dapat diartikan dilakukan dengan konfirmasi faktur pajak untuk mengetahui data pajak masukan maupun keluaran. Atas dasar inilah, konfirmasi menjadi prosedur penting dalam mengawasi pengkreditan pajak masukan oleh PKP. Ada dua hal penting yang dituangkan dalam SE- 06/ PJ.7/ 2006 atas prosedur konfirmasi dalam rangka pemeriksaan atas SPT Masa PPN Lebih Bayar a. Konfirmasi atas faktur pajak masukan, Surat Setoran Pajak (SSP) atau Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), serta PEB atau PIB merupakan salah satu prosedur pemeriksaan yang wajib dilakukan. Namun, bukan merupakan satu-satunya alat uji yang dipakai untuk meyakini bahwa transaksi tersebut benar adanya baik secara formal maupun material; b. Dalam hal data faktur pajak masukan/ keluaran, SSP/ SSPCP atau ekspor/ impor tidak tersedia pada intranet, pajak keluaran atau kredit

12 digilib.uns.ac.id 20 pajak tetap dapat diakui kebenarannya apabila Pemeriksa dapat meyakini kebenaran pajak keluaran atau kredit pajak tersebut berdasarkan prosedur pemeriksaan lain yang dilakukan. Demikian juga sebaliknya, dalam hal faktur pajak masukan/ keluaran, SSP/ SSPCP atau ekspor/ impor tersedia atau sesuai dengan data yang dilaporkan pada SPT Masa PPN. Namun, apabila berdasarkan pengujian pemeriksaan lain yang dilakukan, Pemeriksa tidak dapat meyakini kebenaran transaksi tersebut maka pajak keluaran atau kredit pajak dapat tidak diakui kebenarannya. Berdasarkan dua hal tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya dengan hanya menggunakan data konfirmasi saja tidak bisa serta merta menjadi dasar untuk suatu pajak masukan dapat dikreditkan atau tidak. Perlu dilakukan pengujian pemeriksaan lainnya untuk dapat meyakini kebenaran suatu faktur pajak. Meski begitu, hasil konfirmasi terkadang menjadi alasan utama untuk menetapkan suatu pajak masukan dapat dikreditkan atau tidak yang tentunya mempengaruhi putusan untuk suatu SPT Masa PPN Lebih Bayar dapat dimintakan restitusi atau tidak. Hal tersebut juga dipengaruhi atas penafsiran undang-undang yang dinilai memberikan kewenangan lebih pada DJP untuk dapat menerbitkan SKPKB atas dasar data konfirmasi faktur pajak. Pasal 13 menyebutkan bahwa kenaikan sebesar 100% dikenakan atas PPN Barang dan Jasa dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar. Artinya dengan konfirmasi yang menyatakan tidak ada yang telah dibuatkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) selain pajak masukannya tidak

13 digilib.uns.ac.id 21 dapat dikreditkan, wajib pajak tersebut juga harus menanggung kenaikan sebesar 100% atas PPN yang tidak atau kurang dibayar. Namun, atas jawaban konfirmasi tidak ada tersebut perlu terlebih dahulu dilihat penjelasan yang menyertainya. Lampiran I KEP-754/PJ./2001 menyebutkan bahwa atas jawaban konfirmasi "tidak ada" dengan penjelasan bahwa faktur pajak tersebut belum dilaporkan oleh PKP penjual dan KPP domisili PKP penjual telah menerbitkan SKPKB/ SKPKBT atas faktur pajak yang belum dilaporkan PKP penjual tersebut maka faktur pajak tersebut tetap dapat diperhitungkan sebagai pajak masukan yang dapat dikreditkan. Pajak masukan tidak dapat dikreditkan bila jawaban konfirmasi tidak ada disertai dengan penjelasan bahwa pengusaha yang menerbitkan faktur pajak tersebut belum dikukuhkan sebagai PKP atau PKP penjual tidak pernah melakukan penyerahan BKP/ JKP kepada PKP pembeli yang bersangkutan. Oleh karena itu, perlu dicermati pula penjelasan atas jawaban konfirmasi sebagai dasar untuk pengkreditan pajak masukan sehingga tidak semena-mena tidak dapat dikreditkan hanya karena alasan jawaban konfirmasi tidak ada. 2. Pelaksanaan Konfirmasi Faktur Pajak a. Surat permintaan konfirmasi masuk Sampai akhir Desember tahun 2012, jumlah surat permintaan konfirmasi masuk sehubungan dengan konfirmasi data pajak masukan maupun pajak keluaran yang diterima oleh KPP Pratama Surakarta dari KPP lain adalah sebanyak 765 surat konfirmasi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 755 commit surat to konfirmasi user telah dibuatkan jawaban dan

14 digilib.uns.ac.id 22 telah dikirimkan ke KPP pengirim surat permintaan konfirmasi. Sisanya belum/ tidak dijawab dengan alasan antara lain, adanya surat permintaan yang sama/ dobel atau surat permintaan telah diteruskan ke seksi lain. Jumlah konfirmasi pajak masuk, dapat dilihat pada tabel II.1. Tabel II.1 Konfirmasi Faktur Pajak Masuk KPP Pratama Surakarta No. Masa 2012 Diterima Dijawab 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Sumber: Diolah dari register surat masuk Seksi Pelayanan KPP Pratama Surakarta Pelaksana menjawab surat permintaan konfirmasi dari KPP lain dilaksanakan oleh Seksi Pelayanan. Di KPP Pratama Surakarta, petugas yang diberikan tanggung jawab untuk menjawab surat permintaan konfirmasi hanya berjumlah satu orang. Meskipun begitu, tugas untuk melakukan jawaban atas permintaan konfirmasi telah dapat dilaksanakan

15 digilib.uns.ac.id 23 dengan cukup baik, terbukti dengan sedikitnya jawaban yang terlambat dikirim. Namun dengan adanya penambahan petugas dibagian pelayaanan akan lebih cepat dan menghilangkan kemungkinan terlambat menjawab permintaan konfirmasi faktur pajak. Langkah-langkah petugas dalam menjawab permintaan konfirmasi faktur pajak dapat dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Pelaksana Seksi Pelayanan membuka apikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak. 2. Pelaksana Seksi Pelayanan membuka menu aplikasi profile Wajib Pajak, kemudian memasukkan NPWP yang data pajak masukan atau pajak keluarannya ingin dilihat atau diteliti. 3. Setelah muncul nama Pengusaha Kena Pajak atau Wajib Pajak yang dimaksud, lalu pelaksana Seksi Pelayanan memilih menu detil pelaporan guna melihat detil dari semua pelaporan atas SPT yang disampaikan oleh wajib pajak dimaksud baik SPT Masa PPN, SPT Masa PPH, maupun SPT Tahunan PPh. 4. Setelah itu, pelaksana Seksi Pelayanan memilih menu SPT masa PPN guna melihat setiap pelaporan SPT Masa PPN yang dilaporkan oleh PKP tersebut. 5. Kemudian, pelaksana Seksi Pelayanan memilih tahun pajak dan masa pajak SPT masa PPN yang ingin dilihat detil pelaporannya oleh pelaksana Seksi Pelayanan sesuai dengan surat permohonan

16 digilib.uns.ac.id 24 permintaan konfirmasi atau klarifikasi yang diterima oleh KPP Pratama Surakarta. 6. Setelah terbuka, pelaksana Seksi Pelayanan lalu melakukan pengujian atau penelitian atau mencocokkan antara faktur pajak yang dilaporkan oleh PKP tersebut dengan faktur pajak yang diminta oleh kantor atau unit lain, penelitian tersebut meliputi: a) Nama dan NPWP wajib pajak pembeli b) Kode dan nomor seri faktur pajak yang diterbitkan c) Tanggal pembuatan faktur pajak tersebut d) Dasar pengenaan pajak PPN e) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut 7. Setelah diteliti, pelaksana Seksi Pelayanan kemudian mencetak lampiran data yang memuat detil faktur pajak yang dimaksud. Berdasarkan data permintaan konfirmasi pajak masuk ketepatan waktu dalam menjawab surat permintaan konfirmasi sangatlah penting demi kelancaran pemeriksaan. Waktu menjawab yang bisa dikatakan tepat waktu adalah apabila jawaban telah dikirim tidak lebih dari satu bulan sejak diterimanya surat permintaan konfirmasi. Selebihnya, jawaban konfirmasi dapat dianggap terlambat. Tabel II.4 memperlihatkan bahwa, masih ada beberapa jawaban yang terlambat disampaikan ke KPP pengirim surat permintaan konfirmasi, meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak bila dibandingkan

17 digilib.uns.ac.id 25 jawaban yang tepat waktu. Keterlambatan yang paling banyak terjadi pada bulan Maret 2012 yang kemungkinan disebabkan oleh kesibukan KPP dalam melayani penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan khususnya oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang disampaikan paling lambat pada akhir bulan Maret. Tabel II.2 Waktu Menjawab Surat Permintaan Konfirmasi oleh Seksi Pelayanan KPP Pratama Surakarta Masa < 2 minggu Waktu 2 minggu - 1 bulan > 1 bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Sumber: Diolah dari register surat masuk Seksi Pelayanan KPP Pratama Surakarta Sebagian besar jawaban atas surat permintaan konfirmasi yang ditujukan ke KPP Pratama Surakarta dapat dijawab dengan tepat waktu. Pada tahun 2012, ada 565 dari total 755 jawaban yang dikirimkan atau sekitar commit 74% to surat user permintaan konfirmasi dijawab

18 digilib.uns.ac.id 26 kurang dari dua minggu, 187 jawaban atau sekitar 24% surat permintaan konfirmasi dijawab antara dua minggu sampai satu bulan, dan sisanya dijawab lebih dari satu bulan (terlambat). Dapat disimpulkan bahwa waktu rata-rata untuk menjawab surat permintaan konfirmasi faktur pajak di KPP Pratama Surakarta adalah kurang dari dua minggu. b. Surat permintaan konfirmasi keluar Data yang didapatkan dari register keluar Seksi Pemeriksaan KPP Pratama Surakarta menunjukkan bahwa selama tahun 2012, telah dikirimkan sebanyak 210 surat konfirmasi ke KPP lain guna memperoleh keterangan mengenai kebenaran data pajak masukan maupun pajak keluaran yang telah disampaikan oleh PKP. Data mengenai jumlah surat konfirmasi yang telah dijawab tidak dapat ditampilkan karena tidak adanya catatan atas jawaban yang diterima dari KPP lain. Jawaban biasanya langsung diolah untuk dilakukan prosedur pemeriksaan berikutnya. Data mengenai jumlah konfirmasi keluar pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel II.3.

19 digilib.uns.ac.id 27 Tabel II.3 Konfirmasi Faktur Pajak Keluar KPP Pratama Surakarta Sumber: Diolah dari register surat keluar Seksi Pemeriksaan KPP Pratama Surakarta No. Tahun 2012 Masa Permintaan dikirim 1 Januari 20 2 Februari 10 3 Maret 4 4 April 21 5 Mei 13 6 Juni 1 7 Juli 42 8 Agustus 0 9 September 2 10 Oktober Nopember Desember 29 Jumlah 210 Pencatatan surat masuk yang diterima dari permintaan konfirmasi di KPP lain hanya dicatat mengunakan buku register surat masuk dibagian pelayanan hanya nomor,tanggal,kpp yang meminta konfirmasi dan selanjutnya bagian pelayanan menjawab atas permintaan konfirmasi. Berikutnya bagian pelayanan mencatat dengan buku register menjawab konfirmasi faktur pajak. Sedangkan dalam surat keluar dibagian pemeriksaan hanya sebuah buku yang mencatat berbagai kegiatan dibagian pemeriksaan dan tidak hanya mencatat surat keluar konfirmasi faktur pajak saja.

20 digilib.uns.ac.id Standard Operating Procedure Proses Menjawab Konfirmasi Faktur Pajak Standar Operating Procedure (SOP) yang digunakan dalam proses menjawab surat permintaan konfirmasi faktur pajak ialah SOP Tata Cara Pelaksanaan Pemenuhan Permintaan Konfirmasi dan Klarifikasi yang ada di Seksi Pelayanan KPP Pratama dengan nomor KPP Prosedur ini menguraikan tata cara pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi dalam bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Bumi dan Bangunan yang berasal dari unit terkait. Jangka waktu penyelesaian dalam SOP ini ialah paling lama satu bulan sejak surat permintaan konfirmasi/klarifikasi diterima melalui faksimili. Bagan arus SOP ini dapat dilihat pada Gambar II.2.

21 digilib.uns.ac.id 29 Gambar II.2 Standard Operating ProcedureTata Cara Pelaksanaan Pemenuhan Permintaan Konfirmasi dan Klarifikasi Sumber: SOP Seksi Pelayanan KPP Pratama Surakarta

22 digilib.uns.ac.id 30 Prosedur kerja: 1. Kantor Pelayanan Pajak menerima surat permintaan konfirmasi atau klarifikasi dari unit lain yang diproses dengan SOP Tata Cara Penerimaan Dokumen di KPP. 2. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan dan memberi disposisi kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk menindaklanjuti. 3. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan dan memberi disposisi kepada Pelaksana Seksi Pelayanan untuk membuat surat jawaban konfirmasi atau klarifikasi berserta surat pengantarnya. 4. Pelaksana Seksi Pelayanan membuat dan mencetak surat jawaban konfirmasi atau klarifikasi beserta surat pengantarnya serta menyampaikannya ke Kepala Seksi Pelayanan. Dalam hal jawaban konfirmasi atau klarifikasi PPh atau PPN tidak ada, Pelaksana Seksi Pelayanan membuat dan mencetak konsep Surat Permintaan Pertanggungjawaban Faktur Pajak kepada Wajib Pajak. 5. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf surat jawaban konfirmasi atau klarifikasi beserta surat pengantarnya dan/atau konsep Surat Permintaan Pertanggungjawaban Faktur Pajak kepada Wajib Pajak dan meneruskannya ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani surat jawaban konfirmasi atau klarifikasi beserta surat pengantarnya dan/atau Surat Permintaan Pertanggungjawaban Faktur Pajak kepada Wajib Pajak.

23 digilib.uns.ac.id Pelaksana Seksi Pelayanan menatausahakan dokumen dengan SOP tentang Tata Cara Penata usahaan Dokumen dan menyampaikan surat jawaban konfirmasi atau klarifikasi beserta surat pengantarnya kepada unit yang meminta konfirmasi/ klarifikasi dan/ atau Surat Permintaan Pertanggungjawaban Faktur Pajak kepada Wajib Pajak SOP melalui Subbagian Umum dengan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP. 8. Tembusan Surat Permintaan Pertanggungjawaban Faktur Pajak kepada Wajib Pajak disampaikan kepada Account Representative sebagai bahan dalam pemrosesan SOP Tata Cara Pertanggungjawaban Faktur Pajak. 9. Proses selesai. 4. Hak wajib pajak untuk membela diri atas jawaban konfimasi a. Jawaban konfirmasi yang menyatakan tidak ada. Seringkali dalam menentukan suatu pajak masukan dapat dikreditkan atau tidak, DJP menggunakan dasar hasil konfirmasi faktur pajak. Padahal hasil konfirmasi belum tentu sesuai dengan pemeriksaan dokumen-dokumen yang lain. Apabila hasil konfirmasi mendapat jawaban tidak ada, maka transaksi yang dilaporkan oleh PKP tersebut dianggap tidak sah dan pajak masukannya tidak dapat dikreditkan. Bagi PKP yang merasa telah melakukan transaksi tersebut secara benar tentunya akan merasa sangat dirugikan dengan keputusan tersebut. Selain menjadi beban bagi perusahaan, hal tersebut juga akan mempengaruhi

24 digilib.uns.ac.id 32 arus kas perusahaan. Hal terberat yang mungkin dirasakan oleh wajib pajak disamping pajak masukannya tidak dikreditkan ialah wajib pajak juga harus membayar kenaikan 100% apabila telah dikeluarkan SKPKB atas pajak yang tidak atau kurang dibayarnya. Wajib pajak mempunyai hak untuk membela diri atas suatu pajak yang tidak dapat dikreditkan. Apabila pada saat pemeriksaan, pemeriksa pajak hanya mendasarkan pada hasil konfirmasi saja, wajib pajak bisa saja mengajukan untuk dilakukan pengujian dokumen baik dari wajib pajak yang bersangkutan maupun PKP lawan transaksi. Namun, bila pemeriksa bersikeras untuk mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak atas hasil konfirmasi faktur pajak yang menyatakan pajak masukannya tidak dapat dikreditkan, wajib pajak dapat mengajukan keberatan atas hal tersebut kepada DJP. Keberatan itu sendiri merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak kepada DJP apabila merasa kurang/ tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya. Keberatan tersebut dapat diajukan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga. Dalam hal ini, pengajuan keberatan dilakukan atas Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan oleh DJP yang memuat materi pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan yang telah dimintakan restitusi oleh PKP.

25 digilib.uns.ac.id 33 b. Keberatan. Keberatan ini diajukan kepada Kepala KPP di tempat WP terdaftar secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan wajib pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas. Satu keberatan hanya boleh diajukan atas satu jenis pajak, dalam hal ini PPN dan untuk satu tahun/ masa pajak. Pengajuan keberatan tersebut tidaklah menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan, dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak, wajib pajak wajib melunasi pajak yang harus dibayar paling sedikit sejumlah yang disetujui saat pembahasan akhir pemeriksaan. Hal inilah yang terkadang enggan dilakukan oleh wajib pajak karena sama saja mereka harus menjadikan pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan ini sebagai beban perusahaan. Ditambah lagi proses penyelesaian keberatan yang cukup lama dalam jangka waktu maksimal dua belas bulan sejak tanggal surat keberatan diterima. Hal tersebut tentu saja tetap akan mengganggu kegiatan dan arus kas perusahaan, apalagi bagi pengusaha-pengusaha kecil yang mungkin pajak yang mereka perjuangkan tidaklah terlalu besar. Mereka akan mengeluarkan uang yang lebih besar jika akhirnya keberatan mereka ditolak, lalu akhirnya mengajukan banding. Biaya untuk konsultan

26 digilib.uns.ac.id 34 pajak atau pengacara terkadang lebih tinggi dari hasil yang diperoleh meskipun putusan Banding menyatakan diterima. c. Banding. Banding dapat diajukan apabila wajib pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan ke Peradilan Pajak. Permohonan banding ini diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dalam waktu tiga bulan sejak keputusan diterima dilampiri surat Keputusan Keberatan tersebut. Terhadap satu Keputusan diajukan 1 satu Surat Banding. Perlu diketahui bahwa Wajib Pajak yang mengajukan banding harus membayar minimal 50% dari utang pajak yang diajukan banding. Pengadilan Pajak harus menetapkan putusan paling lambat dua belas bulan sejak Surat Banding diterima. Apabila putusan Pengadilan Pajak mengabulkan sebagian atau seluruh Banding, maka kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% sebulan untuk paling lama 24 bulan. Data statistik dari pengadilan pajak dari tahun 2009 hingga 2012 seperti yang diperlihatkan dalam tabel III.1 menunjukkan bahwa secara umum lebih banyak kasus pajak yang dimenangkan oleh wajib pajak yang ditunjukkan oleh banyaknya putusan yang mengabulkan seluruhnya atau sebagian daripada yang ditolak. Meskipun tidak memperlihatkan secara khusus kasus-kasus tentang konfirmasi, tetapi hal ini cukup menunjukkkan banyaknya hasil pemeriksaan yang tidak dilakukan dengan hati-hati sehingga memberatkan wajib pajak.

27 digilib.uns.ac.id 35 Tabel III.1 Data Statistik Putusan Pengadilan Pajak Tahun Jenis Putusan Jumlah Putusan Jenis Putusan Jumlah Putusan Jenis Putusan Jumlah Putusan Total putusan TLK 2009 TLK 2010 TLK 2011 TLK 2012 Total KSB 2009 KSB 2010 KSB 2011 KSB 2012 Total KSL KSL KSL KSL Sumber: Data Statistik Sekretariat Pengadilan Pajak Kementerian Keuangan Keterangan: TLK : ditolak KSB : dikabulkan sebagian KSL : dikabulkan keseluruhan Banyaknya putusan banding dimenangkan oleh wajib pajak, tetapi terkadang tidak sebanding dengan utang pajak yang diperjuangkan. Putusan tersebut tentunya juga akan merugikan negara karena juga harus membayar bunga kepada wajib pajak. Hal ini apabila tidak diperhatikan akan menjadi lebih tidak efektif, karena selain dapat merugikan kedua belah pihak dalam hal materi, hal ini juga akan menguras banyak pikiran, tenaga, dan waktu yang sebenarnya bisa digunakan commit untuk to user mengurusi hal yang lebih penting.

28 digilib.uns.ac.id 36 Untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam menggunakan data informasi konfirmasi faktur pajak sebagai alasan untuk dapat tidaknya pengkreditan pajak masukan. d. Kedudukan wajib pajak atas tanggung jawab Pajak Pertambahan Nilai. Permasalahan lain yang cukup penting yang dihadapi oleh wajib pajak, dalam hal ini PKP pembeli ialah permasalahan tanggung jawab PPN yang dirasa cukup memberatkan bagi pembeli. Seperti halnya yang disebutkan dalam pasal 16 F UU PPN beserta penjelasannya yang menyatakan bahwa pembeli BKP atau penerima JKP bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran pajak, apabila ternyata pajak yang terutang tersebut tidak dapat ditagih kepada penjual atau pemberi jasa dan pembeli atau penerima jasa tidak dapat menunjukkan bukti telah melakukan pembayaran pajak kepada penjual atau pemberi jasa. Mestinya dalam hal pembeli telah membayar harga barang yang diasumsikan telah ditambah PPN kepada PKP penjual sama halnya dengan pembeli telah menyetor PPN ke kas negara, apabila penjual tidak memungut PPN dari pembeli hal itu bukanlah tanggung jawab pembeli, melainkan tanggung jawab penjual. Ketika dalam pemeriksaan ditemukan bahwa PKP penjual tidak memungut PPN atas suatu transaksi maka PKP tersebut diharuskan untuk membayar PPN tersebut beserta sanksi administrasi

29 digilib.uns.ac.id 37 atas PPN yang belum dibayarkannya. Hal ini menjadi tidak seimbang ketika PKP pembeli juga harus menanggung pembayaran PPN yang seharusnya dipungut oleh PKP penjual disertai dengan sanksi administrasi pula. Ketidakseimbangan terjadi karena dalam hal di atas satu objek pajak akan dikenakan PPN lebih dari satu kali. Untuk menghindari kejadian di atas PKP pembeli mau tak mau harus lebih berhati-hati atas setiap transaksi yang dilakukan. PKP harus senantiasa mengecek lawan transaksinya bilamana telah melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik ataupun tidak. Tentunya hal ini tidaklah efektif terutama bagi pengusaha-pengusaha kecil. Sebenarnya dalam pasal 16F UU PPN juga telah disebutkan bahwa PKP pembeli hanya akan bertangung jawab apabila tidak dapat menunjukkan bukti pungutan yang dapat diartikan sebagai faktur pajak. Namun, pada kenyataanya terkadang bukti itu diabaikan oleh pemeriksa pajak karena dianggap sebagai faktur pajak yang tidak sah ketika PKP penjual tidak mau mengakui adanya transaksi yang dilakukan. Hal seperti inilah yang biasanya akan diajukan keberatan oleh wajib pajak. Dari data statistik dari Pengadilan Pajak, kebanyakan kasus seperti ini dimenangkan oleh pengaju banding atau wajib pajak.

30 digilib.uns.ac.id Kendala menjawab dalam pelaksanaan konfirmasi faktur pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Pelaksanaan konfirmasi faktur pajak tentunya masih terdapat banyak kendala baik dari segi teknis maupun non-teknis. Pelaksanaan konfirmasi faktur pajak ini diharapkan akan menjadi alat yang dapat membantu dan memperlancar proses pengawasan atas pengkreditan pajak masukan yang dilakukan oleh PKP. Pelaksanaan konfirmasi sebenarnya dapat menjadi alat utama dalam pengawasan pengkeditan pajak masukan apabila telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan aturan yang ada dengan ditunjang sistem dan sumber daya yang baik pula. Kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan menjawab konfirmasi di KPP Pratama Surakarta antara lain: a. Aplikasi pada Sistem Informasi DJP yang lambat Sistem Informasi DJP terkadang terlalu lambat karena akses digunakan banyak pihak dan sistem belum sempurna. Lemahnya sistem dan jaringan juga dipengaruhi respon dari server dan akses yang lambat pada aplikasi. Server DJP tidak mampu menampung semua akses data dari semua KPP di seluruh Indonesia. Ketika jam-jam sibuk terkadang sistem mengalami hang. Selain dari akses intranet DJP yang lambat, kualitas jaringan internet di setiap KPP yang masih lemah membuat semakin lambatnya akses di KPP. Petugas pajak kadang membuka internet

31 digilib.uns.ac.id 39 jejaring sosial atau situs lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan di kantor. b. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai Hampir di setiap seksi, komputer yang digunakan sudah sangat lama dan tidak pernah diganti dengan yang baru. Jarang sekali ada pembaharuan baik dari segi hardware maupun software. Banyaknya aplikasi yang tidak dibutuhkan bahkan permainan yang besar besar sehingga memperberat kerja komputer. Konfirmasi faktur pajak baik dalam hubungannya dengan kinerja kantor maupun dengan wajib pajak. Untuk itu, perlu diberikan saran atau ide yang dirasa perlu untuk peningkatan kualitas pelaksanaan konfirmasi ini. Saran yang berhubungan dengan kinerja kantor diuraikan sebagai berikut: 1. Perbaikan server Sistem Informasi DJP Akses intranet maupun internet harus ditambahkan kuotanya sehingga mempercepat dan memperlancar dalam pelaksanaan konfirmasi faktur pajak. 2. Upgrade Aplikasi PK-PM Pelaksanaan konfirmasi secara manual membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak sehingga akan membuat proses pemeriksaa n menjadi tidak efisien. Cara tercepat untuk melakukan konfirmasi sebenarnya dengan menggunakan Aplikasi PK-PM pada intranet DJP. Tetapi, data PK-PM dalam aplikasi ini masih belum bisa dikatakan

32 digilib.uns.ac.id 40 mampu untuk menjawab setiap konfirmasi karena lambannya sistem pengantrian dalam pengiriman data perekaman ke server pusat.untuk itu, perlu pemutakhiran aplikasi agar dapat menampung atau mempercepat pengirimanke server pusat. 3. Perbaikan sarana dan prasana Sarana dan prasarana tentunya mempengaruhi kinerja, sehingga mempengaruhi kualitas kerja. Perlu diadakan perbaikan sarana maupun prasarana agar pekerjaan dapat dilakukan dengan nyaman.

KEP-754/PJ./2001TATA CARA PELAKSANAAN KONFIRMASI FAKTUR PAJAK DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI PERPA

KEP-754/PJ./2001TATA CARA PELAKSANAAN KONFIRMASI FAKTUR PAJAK DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI PERPA KEP-754/PJ./2001TATA CARA PELAKSANAAN KONFIRMASI FAKTUR PAJAK DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI PERPA Contributed by Administrator Wednesday, 26 December 2001 Pusat Peraturan Pajak Online TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Faktur Pajak Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust : Put. 43692/PP/M.XV/16/2013 Mahkamaa Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Pajak Masukan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG 26 Maret 2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan PPN Keluaran Dalam hal menghitung Pajak Pertambahan Nilai atau PPN khusunya Pajak Keluaran yang diterbitkan dan dipungut oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Faktur a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c. ekspor BKP

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur Bab 4 PEMBAHASAN merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang kegiatan utamanya sebagai distributor langsung untuk atap baja ringan. PT. XYZ menjual asesoris untuk pembuatan atap, dinding

Lebih terperinci

PENETAPAN DAN KETETAPAN

PENETAPAN DAN KETETAPAN PENETAPAN DAN KETETAPAN Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 78/PJ/2008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak Dalam Rangka Impor (SP3DRI) Tata Cara Pelaksanaan Tindak

Lebih terperinci

BENTUK DAN ISI NOTA PENGHITUNGAN II Nota Penghitungan (nothit) PPN atas: F Folio 2 Lembar

BENTUK DAN ISI NOTA PENGHITUNGAN II Nota Penghitungan (nothit) PPN atas: F Folio 2 Lembar LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-67/PJ/2009 TENTANG PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 40/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK Yulia Chandra ABSTRAK Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai merupakan Hak semua Wajib

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN NOMOR SE-39/PJ/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN NOMOR SE-39/PJ/2014 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I SURAT EDARAN NOMOR SE-39/PJ/2014 TENTANG PROSEDUR PENERBITAN SURAT KETERANGAN BEBAS DAN SURAT DISPENSASI SERTA PROSEDUR PENGEMBALIAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI ACCOUNT REPRESENTATIVE TINGKAT DASAR BAHAN AJAR Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar Oleh: T i m Widyaiswara Pusdiklat Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan BAB IV PEMBAHASAN Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 yang merupakan perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN SKB PPN BKP STRATEGIS. 1. Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan SKB PPN BKP strategis di KPP.

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN SKB PPN BKP STRATEGIS. 1. Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan SKB PPN BKP strategis di KPP. LAMPIRAN I PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN SKB PPN BKP STRATEGIS I. Umum 1. Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan SKB PPN BKP strategis di KPP. 2. Permohonan SKB PPN BKP strategis

Lebih terperinci

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ. Putusan : Put-87868/PP/M.VA/99/2017 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Masa Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Penggugat Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Obyek Penelitian. 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Karanganyar

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Obyek Penelitian. 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Karanganyar digilib.uns.ac.id BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Obyek Penelitian 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar KPP Pratama Karanganyar merupakan kantor pelayanan pajak pecahan

Lebih terperinci

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK Berdasarkan litelatur perpajakan dan KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN yang saya baca, kemungkinan pengembalian pajak lebih banyak diberikan kepada wajib pajak secara perorangan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V BINTARO JAYA, TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58;

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

BAB III PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek BAB III PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Pelaksanaan Kerja Praktek 3.1.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Bidang pelaksanaan kerja praktek yang penulis kerjakan selama melaksanakan kerja praktek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK HAK WAJIB PAJAK 1. Menunda penyampaian surat pemberitahuan 2. Pembetulan Surat Pemberitahuan 3. Mengangsur pembayaran 4. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi)

Lebih terperinci

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut dalam Rangka Impor A. Deskripsi : Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pelaksanaan tindak lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak yang diterima Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU IV.1 Evaluasi atas Penyerahan Barang Kena Pajak Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan mengelompokkan penjualan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok

Lebih terperinci

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi BAB 1 JENIS, FUNGSI, DAN KEWAJIBAN PEMBUATAN FAKTUR PAJAK Pendahuluan Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi yang sangat penting dalam pelaksanaan ketentuan pemungutan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 & 3 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Jurnal Ilmiah Buletin Ekonomi ISSN: 1410-3842 Volume 17 No.2 September 2013 EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Meta Evelin Samosir Rachmat Kurniawan Ganda Hutapea

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI A. Saat Terutang Pajak Setiap wajib pajak diwajibkan untuk membayar hutang pajaknya dengan tidak menggantungkan dengan adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-05/PJ/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

TINGKAT RISIKO PENGUSAHA KENA PAJAK

TINGKAT RISIKO PENGUSAHA KENA PAJAK Lampiran 1 TINGKAT RISIKO PENGUSAHA KENA PAJAK Tingkat Risiko Pengusaha Kena Pajak ditentukan sebagai berikut : 1. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu a. Pengusaha Kena Pajak yang berisiko

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1) BAB II LANDASAN TEORI A. Perpajakan Adapun pengertian pajak yang dikemukakan para ahli dari sudut pandang yang berbeda. Beberapa pendapat mengenai definisi pajak yang dikemukakan para ahli sebagai berikut:

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai 44 44 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP). Pihak-pihak atau objek yang dibina oleh DJP adalah kelompok

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas pelaksanaan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Pada PT SCE, maka dapat disimpulkan PT SCE telah memenuhi kewajiban Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Jika kita membahas pengertian dari pajak, banyak ahli yang memiliki pengertian yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri.

Lebih terperinci

DAFTAR BLANKO/FORMULIR YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PSL PPN & PPn BM

DAFTAR BLANKO/FORMULIR YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PSL PPN & PPn BM DAFTAR BLANKO/FORMULIR YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PSL PPN & PPn BM No. Urut Nama Blanko/Formulir Kode 1. Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak PSL.KAP.1 Direktur Rikpa 2. Surat Perintah Pemeriksaan

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26 Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA TAHUN 2010-2012 Christa Suwandi, Gen Norman T Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN SURAT KONFIRMASI (Lampiran 1)

PETUNJUK PENGISIAN SURAT KONFIRMASI (Lampiran 1) PETUNJUK PENGISIAN SURAT KONFIRMASI (Lampiran 1) Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7 Angka 8 Angka 9 Angka 10 Angka 11 Angka 12 Angka 13 Angka 14 Angka 15 Angka 16 Angka 17 : Diisi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. Divre II, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan

Lebih terperinci

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

Perpajakan 2 PPN & PPnBM Perpajakan 2 PPN & PPnBM 18 Februari 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Karakteristik PPN 1. Pajak tidak langsung Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.46597/PP/M.II/16/2013 Jenis Pajak Tahun Pajak : 28 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Banding Menurut Majelis : Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. : 1. Para Kepala Kantor Wilayah DJP 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN, PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN, DAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap penerbitan Keputusan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Bagian: 1 Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Penagihan Pajak Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 BAB IV PEMBAHASAN IV.I Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAFTAR BENTUK SPT MASA PPN 1111

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAFTAR BENTUK SPT MASA PPN 1111 Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-44/PJ/2010 Tanggal : 6 Oktober 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAFTAR BENTUK SPT MASA PPN 1111 1. Formulir

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, penulis ditempatkan di bagian

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan

Lebih terperinci

1

1 0 1 2 3 4 SOAL TEORI KUP Menurut Pasal 1 UU KUP, Penelitian adalah serangkaian kegiatan menilai kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya, termasuk penilaian kebenaran penulisan dan perhitungannya.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO Kepala Kantor Fungsional Penilai Fungsional Pemeriksaan Kepala Sub Bagian Umum Seksi Pelayanan Seksi PDI Seksi Waskon I Seksi Waskon II Seksi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK LAMPIRAN

Lebih terperinci

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK 2.1 Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak PPN DAN PPnBM PAJAK ATAS NILAI TAMBAH PPN yang ditetapkan dengan UU no.18 tahun 2000 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. PENGISIAN e-spt PPN Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

PERPAJAKAN II. PENGISIAN e-spt PPN Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: PERPAJAKAN II PENGISIAN e-spt PPN 1111 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Sejak 1 Januari 2011, pelaporan PPN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci