PENERAPAN ISI KOTBAH DHAMMACAKAPAVATTANA SUTTA DAN MAHA SATIPATTHANA SUTTA UNTUK MEREALISAIKAN NIBBANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN ISI KOTBAH DHAMMACAKAPAVATTANA SUTTA DAN MAHA SATIPATTHANA SUTTA UNTUK MEREALISAIKAN NIBBANA"

Transkripsi

1 PENERAPAN ISI KOTBAH DHAMMACAKAPAVATTANA SUTTA DAN MAHA SATIPATTHANA SUTTA UNTUK MEREALISAIKAN NIBBANA Boniran STAB Maha Prajna Jakarta ABSTRACT Dhammacakkapavattana Sutta is the First Discourse of the Buddha delivered to the five ascetics, His former friends. In the discourse of the Buddha recommends to all mankind to avoid two extreme way that cause human suffering and always be born in cycle of Suffering. The Buddha explained about the Four Noble truths: Dukkha, the cause Dukkha, the Cessation of Dukkha, and the Road to the Cessation of Dukkha. The Buddha describes the path leading to the cessation of suffering is by menerpakan feet Arya clan. and realize this life is suffering person will be able to realize themselves to attain Nibbana Maha Satipatthana Sutta is one of discourses that describe about four attention to the physical body, thoughts, feelings, and dhamma. By realizing that the physical body is just a body is not your own or also mulik others, realizing that the mere thought of the mind is not your own or someone else's, realized that his feelings only feelings of not belonging to yourself or also the property of others, realizing that Dhamma is the Dhamma not own property and the property of others. By being aware of these things then Nibbana will be realized. Nibbana is the lastest goal of Buddhists. To realize Nibbana one should avoid greed, hatred, and ignorance. To release these things one must realize Eightfold Noble Truth. The definition of Nibbana is divided into two types, namely Saupādisesa Nibbana Nibbana by the presence pancakkhandha (five aggregates) is Nibbana of Arahat who are still alive, also called Kilesa - Parinibbana. Kilesa outages in totally, but Pancakkandha (five aggregates) still exists, and An upādisesa Nibbana is Nibbana without pancakkhandha (five groups kkehidupan) is Nibbana of Arahat who has died. Also called aggregates-parinibbana kilesa, total extinction and extinction as well pancakkandha. Keywords: Dhammacakapavattana Sutta, Maha Satipatthana Sutta, Nibbana Pendahuluan Sedih dan gembira adalah nilai subjektif yang timbul dari pikiran orang yang merupakan refleksi keinginan pribadi, karena refleksi-refleksi tidak mempunyai nilai sejati, maka sedih dan gembira hanya merupakan refleksi "aku" yang khayal. Lenyapnya khayalan itu disebut Nibbana. Jika khayalan "aku" telah terbasmi, maka tiada lagi perubahan-perubahan sedih dan gembira. ltulah yang dimaksud dengan "Nibbanam paramam sukkham" (Nibbana Kebahagiaan Tertinggi), bukan kebahagiaan duniawi atau Kebahagiaan emosional, melainkan pembebasan mutlak dari segala bentuk ikatan indera dan keinginan rendah (tanha). Pengertian Nibbana yang paling singkat dan menyeluruh adalah berakhirnya proses "menjadi" (dumadi)nibbana bukanlah suatu tempat. 67

2 Nibbana bukanlah suatu ketiadaan atau kepunahan. Nibbana bukanlah suatu surga. Tidak ada kata yang cocok untuk menjelaskan Nibbana ini. Nibbana dapat direalisasi dengan cara melenyapkan keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan batin (moha).nibbana dapat dicapai ketika masih hidup (Sa-upadisesa Nibbana) dan ketika meninggal dunia (An-upadisesa Nibbana). Ketika Pangeran Siddhartha mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi Samma Sambuddha, maka pada saat itu Beliau mengalami Sa-upadisesa Nibbana. Ketika Buddha Gotama meninggal dunia pada usia 80 tahun di Kusinara, maka Beliau mencapai An-upadisesa Nibbana atau Parinibbana.Cara untuk mencapai Nibbana adalah dengan mempraktekkan sendiri Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu: 1. Pengertian Benar (Samma ditthi) 2. Pikiran Benar (Samma sankappa) 3. Ucapan Benar (Samma vaca) 4. Perbuatan Benar (Samma kammanta) 5. Penghidupan/Mata Pencaharian Benar (Samma ajiva) 6. Usaha/Daya Upaya Benar (Samma vayama) 7. Perhatian Benar (Samma sati) 8. Konsentrasi/Meditasi Benar (Samma samadhi) Masalah dalam kajian ini yaitu banyak masyarakat umum khususnya umat Buddha yang belum mengetahui tentang apa itu Nibbana. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi umat Buddha agar lebih memahami tentang bagaiman cara sesorang untuk mencapi Nibbana dengan memahami empat kebenaran mulia, memahami Dukkha, sebab Dukkha, lenyapnya Dukkha, dan jalan menuju lenyapnya Dukkha. Serta dengan menjalankan hasta arya marga sehingga terbebas dari penderitaan dan mencapai Nibbana.Memberikan informasi serta masukan bagi umat Buddha tentang jalan untuk membentuk diri sendiri agar terbebas dari penderitaan. Tentang Nibanna dijelaskan pengertian Nibbana dalam buku Abhidhammatthasangaha dijelaskan bahwa: Dalam Abhidhmmatasangaha berbahasa Pali, sebagai berikut: Vana sanhataya tanhaya Nikkhantatta nibbanam Artinya: keadaan yang terbebas dari Tanha disebut Nibbana Dalam Paranatthadipanitika berbunyi sebagai berikut: Natthi vanam etthani nibbanam. Artinya keadaan ketenangan yang timbul dengan terbebasnya dari tanha, disebut Nibbana. Dalam visudddhimagga, berbunyi sebagai berikut: Tayidam santi lakkhanam. Artinya: Nibbana adalah keadaan yang terbebas dari kilesa. Nibbanam Paranam Sukham. Artinya: Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi. (Pandit J.Kaharudin, 2005: ) Dalam kitab suci Milinda Panha Dijelaskan bahwa: Nibbana adalah tempat bagi para makhluk agung (para Arahat) dan dihiasi oleh gelombang pengetahuan dan kebebasan (Lanny Anggawati, Wena Cintiawati, 2002: 168). Dalam Buku Dhamma Sari Nibbana dijelaskan 68

3 Penghentian kelangsungan dan tumimbal-lahir (Bhavani-roda) adalah Nibbana. (MP. Sumedha Widyadharma, 1980 : 48). Dalam Buku Dhamma Sari dijelaskan Nibbana ialah terhentinya tanha secara total, meelepaskan diri, menolak, terbebas dan terlepas dari tanha. Lebih lanjut lagi pudarnya bendabenda yang tercipta, terbebas dari semua noda dan kekotoran batin, padamnya nafsu keinginan, tidak terpengaruh, terhenti, itulah Nibbana. (MP. Sumedha Widyadharma,1980 : 47) Dhammacakkapavattana Sutta Dua pinggiran yang ekstrim, O bhikkhu yang harus dihindari oleh seorang bhikkhu. Pinggiran ekstrim pertama ialah mengumbar nafsu-nafsu, yang bersifat rendah, sifat khas dari orang yang terikat kepada hal-hal duniawi, tidak mulia dan tidak berfaedah. Pinggiran ekstrim kedua ialah menyiksa diri, yang menimbulkan kesakitan hebat, tidak mulia dan tidak berfaedah (Pandita.S. Widyadharma2004 : 38)Pengertian Maha SatipatthanaSutta dalam buku Meditasi diartikan sati (sangkrit: smrti) ini aslinya berarti ingatan. Namun dalam buku-buku pali, hanya mempunyai arti ilmu jiwa atau perhatian dan kesadaran. (Vajra Dharma Nusantara, 2004 : 5) Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu aktivitas penelitian yang menempatkan peneliti untuk mengamati dunia. Hal tersebut terdiri dari serangkaian interprtasi, perbuatan atau kebiasaan yang membuat dunia menjadi tampak. (Denzin & Lincoln, 2009: 3)Penelitian secara ilmiah menurut Sugiyono adalah:diharapkan data yang akan didapat adalah data yang obyektif, valid dan variable. Obyektif berarti semua orang akan memberikan penafsiran yang sama, valid berarti adanya ketepatan antara data yang terkumpul oleh peneliti dengan data yang terjadi pada obyek yang sesungguhnya, variable berarti adanya ketepatan/kebijakan/konsisten data yang didapat dari waktu ke waktu. (Sugiyono, 2001: 1). Dari teori-teori tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah tatacara bagaimana penelitian dilaksanakan, yaitu dengan cara pengumpulan data dan cara menganalisisnya serta untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti. Sedangkan, cara pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka (library research) dengan cara membaca buku-buku, majalah, artikel, surat kabar dan sebagainya yang ada kaitanya dengan masalah yang akan diteliti.oleh karena itu, proses penelitian yang dilakukan memiliki substansi dengan masalah Penerapan kotbah Dhammacakkapavattana Sutta dan Maha SatipatthanaSutta menurut tingkat eksplanasi atau tingkat penjelasan. 69

4 Pembahasan Mengembangkan empat landasan kesadaran atau perhatian (satipatthana), yaitu perhatian terhadap jasmani, perasaan, pikiran, dan bentuk-bentuk pikiran. Dalam praktek ini seseorang merenungkan keempat faktor ini sebagai tidak kekal, tidak menyenangkan, dan tidak memuaskan. Untuk memperhatikan hal ini, ia berdiam dengan tekun, waspada, dan penuh kesadaran setelah melenyapkan semua keserakahan dan kesedihan yang berkenaan dengan keempat faktor ini. Dari keempat landasan perhatian ini, perhatian terhadap jasmani adalah yang umum dilakukan para meditator. Ada beberapa metode meditasi perhatian terhadap tubuh ini, yaitu perhatian terhadap pernapasan, perhatian terhadap posisi tubuh, kesadaran jernih atas apa yang sedang dilakukan, perenungan terhadap bagian-bagian tubuh (rambut, kuku, gigi, kulit, daging, dan seterusnya), analisis terhadap empat unsur fisik (unsur padat, cair, panas, dan gerak), dan perenungan terhadap mayat. Nibbana Merupakan tujuan terahkir umat buddha Guru Gotama besabda bahwa Nibbana dapat dilihat secara langsung. nibbana dapat dilihat secara langsung, segera, mengundang orang untuk datang dan melihat, berharga untuk dilaksanakan, untuk dialami sendiri oleh para bijaksana? bila seseorang dipenuhi nafsu buruk akhlaknya karena kebencian bingung karena kebodohan batin, maka dia merencanakan kerugian bagi dirinya sendiri, kerugian bagi yang lain, kerugian bagi keduanya; dan dipikirannya dia mengalami penderitaan dan kesedihan. Tetapi, bila nafsu, kebencian dan kebodohan batin telah ditinggalkan, dia tidak lagi merencanakan kerugian bagi dirinya sendiri, tidak juga kerugian bagi yang lain, tidak juga kerugian bagi keduanya; dan dipikirannya dia tidak mengalami penderitaan dan kesedihan. Dengan cara inilah, nibbana dapat dilihat secara langsung, segera, mengundang orang untuk datang dan melihat, berharga untuk dilaksanakan, untuk dialami sendiri oleh para bijaksana.manusia yang merupakan gabungan dari badan jasmani dan batin adalah nyata dicengkram oleh Tilakkhana. Jasmani manusia setiap saat selalu mengalami perubahan. Perubahan secara lambat atau cepat. Dapat kita amati bahwa setiap manusia yang pada awalnya adalah bayi berkembang menjadi anak-anak, berkembang menjadi remaja, berkembang menjadi dewasa, kemudian menjadi tua, sakit dan mati, akhirnya hancur. Kemudian batin yang terdiri dari perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran setiap saat selalu timbul tenggelam bagai arus air yang sangat deras terus mengalir. Demikian juga segala benda dan fenomena diluar diri kita seperti rumah, mobil, bunga-bunga bahkan bumi ini setiap saat berproses dalam perubahan yang akan berakhir pada kehancuran.demikianlah karena segala benda, bentuk, fenomena dan keadaan adalah selalu berubah tiada henti, kemudian karena kegelapan batin manusia melekati segala bentuk dan fenomena itu untuk dimiliki dan dipertahankan akhirnya menimbulkan Dukkha yaitu, kehausan, kerinduan 70

5 ketidakpuasan, kehilangan dan kekecewaan. Dalam Dhammacakkapavattana Sutta terdapat Empat Kesunyataan Mulia yang menjadi inti dari dhamma tersebut. Dalam Empat Kebenaran mulia dijelaskan tentang Dukkha atau penderitaan yang dialami oleh seluruh mahkluk, tentang sebab terjadinya penderitaan atau asal mula penderitaan, tentang lenyapnya penderitaan atau Nibbana, serta tentang jalan bagaiman untuk melenyapkan penderitaan dan mencapai Nibbana.Setelah menjelaskan tentang Jalan Tengah yang mendukung pandangan dan pengetahuan serta membawa pada ketenangan, kebijaksanaan yang lebih tinggi, pencerahan, dan Nibbāna, Sang Buddha menguraikan tentang Empat Kebenaran Mulia kepada lima pertapa. Empat Kebenaran Mulia merupakan kebenaran yang ditemukan oleh Sang Buddha dalam upayanya mencapai Penerangan Sempurna. Melalui praktek Jalan Tengah yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, seseorang dapat menyadari dan menyelami Empat Kebenaran Mulia. Apakah para Buddha muncul atau tidak di dunia ini, kebenaran ini selalu ada. Adalah seorang Buddha yang mengungkap kebenaran ini kepada dunia yang telah melupakannya. Kebenaran ini tidak berubah seiring waktu karena mereka adalah kebenaran yang abadi. Empat Kebenaran Mulia terdiri atas Kebenaran Mulia tentang Penderitaan (Dukkha), Sebab Penderitaan (Dukkha samudaya), Lenyapnya Penderitaan (Dukkha nirodha), dan Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan (Dukkha nirodha gāminipatipadā).kesenangan dan kebahagiaan yang ada di dunia ini hanyalah bersifat sementara dan hanya pemuasan keinginan. Bagi mereka yang telah menyadarinya dengan pandangan benar, kehidupan ini tidak memuaskan. Kebahagiaan sejati bukan kebahagiaan yang didasarkan pada pemuasan keinginan karena keinginan jika dipuaskan tidak akan habis-habisnya. Oleh sebab itu, para bijaksana menerima kebahagiaan dan penderitaan dunia dengan seimbang dan tidak melekat padanya.semua yang muncul atau lahir pasti akan tunduk pada kelapukan atau usia tua, penyakit, dan akhirnya kematian. Tidak ada yang dapat mengelak dari empat jenis penderitaan fisik ini. Keinginan atau harapan yang tidak terpenuhi juga adalah penderitaan. Kita tidak berharap untuk bertemu dengan hal-hal yang tidak menyenangkan atau orang yang tidak disukai dan berharap untuk bertemu dengan hal-hal yang menyenangkan atau orang yang disukai. Namun, harapan atau keinginan tersebut tidak selalu terjadi. Seringkali apa yang tidak kita harapkan itulah yang terjadi pada kita. Ini menyebabkan penderitaan batin yang tidak terelakkan oleh siapa pun.ini bukan berarti ajaran Buddha bersifat pesimistik karena memandang kehidupan ini sebagai penderitaan. Sang Buddha juga mengajarkan bahwa terdapat kebahagiaan dari perolehan duniawi, seperti kekayaan, kedudukan, dan kehormatan. Namun jika kebahagiaan yang bersifat sementara ini dipandang dengan penuh kemelekatan dan tidak dipergunakan sebaik-baiknya, ini akan menjadi sumber penderitaan. 71

6 Kebahagiaan sejati bukan terletak pada hal-hal yang di luar diri kita, melainkan dapat ditemukan dalam diri kita.secara singkat, penderitaan berasal dari kemelekatan pada jasmani dan batin, yang disebut lima kelompok kehidupan. Lima kelompok kehidupan merupakan lima unsur yang membentuk kehidupan semua makhluk, yang terdiri atas kelompok jasmani (rupa), perasaan (vedana), pencerapan atau persepsi (sañña), bentuk-bentuk pikiran (sankhara), dan kesadaran (viññana). Empat kelompok terakhir membentuk apa yang disebut batin atau pikiran.kelompok jasmani merupakan tubuh kita yang dapat dilihat dan dirasakan secara fisik. Menurut filsafat Buddhis (Abhidhamma), tubuh fisik terbentuk dari empat unsur utama, yaitu unsur padat, cair, panas, dan gerak. Unsur padat terlihat pada bagian tubuh yang padat seperti daging, otot, dan tulang; unsur cair terlihat pada bagian tubuh berbentuk cairan seperti darah, nanah, dan ingus; unsur panas memberikan energi dan vitalitas pada tubuh yang terlihat dari suhu dan panas tubuh; unsur gerak memberi pergerakan pada tubuh dan fungsi pernapasan adalah salah satu contohnya. Dalam tubuh jasmani inilah terdapat pancaindera yang menjadi sarana hubungan atau kontak antara batin dengan dunia luar, yaitu objek-objek pancaindera tersebut.kelompok perasaan merupakan semua perasaan yang menyenangkan, tidak menyenangkan maupun netral yang timbul dari kontak antara indera dengan objeknya. Kelompok pencerapan merupakan fungsi mental yang mengenali objek yang ditanggapi oleh indera; di sinilah seseorang dapat mengingat suatu objek dengan ingatannya. Kelompok bentuk-bentuk pikiran merupakan semua bentuk mental yang timbul karena kontak indera dengan objeknya, seperti kehendak, dorongan mental, pemikiran, gagasan, keyakinan, kebijaksanaan, keinginan, keserakahan, dan kebencian. Dari bentuk-bentuk pikiran inilah hukum karma bekerja dan memberikan akibat sesuai dengan baik atau buruknya bentuk pikiran tersebut. Kelompok kesadaran merupakan fungsi mental yang mengetahui sepenuhnya objek tersebut. Dalam hal ini antara kesadaran dan faktor mental lainnya (perasaan, pencerapan, dan bentuk-bentuk pikiran) adalah tidak terpisahkan dan berkaitan satu samalainnya, seperti buah apel yang tidak dapat dibedakan dari atribut-atributnya seperti bau, bentuk, dan warnanya. Keempat kelompok mental inilah membentuk keseluruhan dunia psikologis kita. Kesimpulan Demikianlah, ajaran pertama Sang Buddha yang dikotbahkan kepada lima pertapa lebih dari 2500 tahun yang lalu di Taman Rusa di Isipatana. Ajaran berisi tentang Jalan Tengah untuk menghindari kedua ekstrem praktek kehidupan yang salah dan membawa pada tujuan akhir, Nibbana, dan Empat Kebenaran Mulia yang menunjukkan hakekat kehidupan ini yang tidak menyenangkan dan sebabnya serta jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati. 72

7 Saran. Dengan mengetahui bahwa hidup ini adalah penderitaan hendaknya manusia dapat menyadari dan dapat menjalakan ajaran yang telah dibabarkan oleh sang bhagava, selalu menjalankan sila dengan benar mempraktekan meditasi sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaan. Daftar Pustaka Ven. Hye Dhammvuddho. 2008). Ajaran Buddha. Jakarta: Dian Dhamma. Tim Penyusun Materi Kuliah Agama Buddha Untuk Perguruan Tinggi Agama Buddha, Jakarta : CV. Dewi Kayana Abadi. YM. Ajhan Chah Hidup Sesuai Dhamma, Dian Dhamma Kamus Umum Bahasa Pali-Sanskerta-Indonesia. Jakarta: Santusita Publising. Virana Keyakinan Umat Buddha. Jakarta: CV. Santusita. Mettadewi Kitab Suci Abhidhamma Pitaka I, Jakarta: Ditjen Bimas Hindu dan Buddha dan Universitas Terbuka. Wowor, Cornelis. 2004) Pandangan Sosial Agama Buddha, Proyek Peningkatan Bhikkhu Revata, Bangunlah, Dunia! Yayasan Handaya Vatthu. Sumedha Widyadharma.1992/1993. Dhamma Sari, Jakarta: Yayasan Kanthaka Kencana. Sugiono.2001.Metode Penelitian Administrasi, Cet. Kedelapan, Bandung: CV. Alfabeta Metode Penelitian Bisnis, Cet. Ketiga, Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono.2002.Statistik untuk penelitian, Bandung: CV. Alfabeta. Teja S.M. Rasid.1997.Sila dan Vinaya, Jakarta: Buddhis Bodhi. Ivan Taniputera Dipl.Ing Sains Modern dan Buddhisme, Yayasan Penerbit Terbuka. Tim Penyusun Himpunan Materi, Tangerang Banten. Panjika Kamus Umum Buddha Dhamma, Jakarta: Tri Sattva Buddhist Centre Jakarta. Unaradjan, Dominikus Dolet Pengantar Metodologi Ilmu Sosial, Jakarta: PT Grasindo. 73

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA (edited version 15/8/06, Daung) (edited version 17/8/06, Andi Kusnadi) CERAMAH DI CAMBRIDGE MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA OLEH : SAYADAW CHANMYAY Kata Pengantar Minggu sore 11 Juli 2004

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XI/IV Alokasi Waktu : 120 menit Guru

Lebih terperinci

Dharmayatra tempat suci Buddha

Dharmayatra tempat suci Buddha Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) 1 Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) [Anguttara Nikaya 3.65] Demikianlah telah saya dengar. Bhagavan sedang melakukan perjalanan bersama orang-orang Kosala dengan sekumpulan

Lebih terperinci

1.Definisi Hukum. 2.Pembagian/jenis-jenis Hukum

1.Definisi Hukum. 2.Pembagian/jenis-jenis Hukum 1.Definisi Hukum Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah atau larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat

Lebih terperinci

PENJELASAN AJARAN DALAM PRAJNA PARAMITA HDRAYA SUTRA (SIN CING) Nyoto STABN Sriwijaya

PENJELASAN AJARAN DALAM PRAJNA PARAMITA HDRAYA SUTRA (SIN CING) Nyoto STABN Sriwijaya PENJELASAN AJARAN DALAM PRAJNA PARAMITA HDRAYA SUTRA (SIN CING) Nyoto STABN Sriwijaya mailnyoto@gmail.com Abstract All forms of activities by humans must have had some purpose unknown by humans around

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015 Dhamma Inside Vol. 22 - September 2015 Kematian Yang Indah Akhir dari Keragu-raguan Orang-orang Kematian Yang Indah Oleh : Bhikkhu Santacitto Kematian adalah peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh siapapun,

Lebih terperinci

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75]

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] 1 Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] Magandiya, seandainya ada seorang penderita kusta yang dipenuhi luka- luka dan infeksi, dimakan oleh cacing, menggaruk

Lebih terperinci

TIGA PERMATA MULIA. --Hari Asadha--

TIGA PERMATA MULIA. --Hari Asadha-- TIGA PERMATA MULIA --Hari Asadha-- Redaksi Sukhemadewi Tiandi Widayat Yensita Layout and Editing Andre Krislee Hery Ciaputra Michael Tanoto Pandapotan Sitinjak Renardi Winata Diterbitkan oleh: Sekretariat

Lebih terperinci

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun PANDANGAN BENAR Penulis : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 80 x 120 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu? TENTANG SANG BUDDHA 1. Apa arti kata Buddha? Kata Buddha berarti "Yang telah Bangun" atau "Yang telah Sadar", yaitu seseorang yang dengan usahanya sendiri telah mencapai Penerangan Sempurna. 2. Apakah

Lebih terperinci

Dhammacakka Pavattana Sutta!

Dhammacakka Pavattana Sutta! Khotbah Pertama Dhammacakka Pavattana Sutta! (S 5:420-424) Bagian1 Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD Bertemu Pertapa Telanjang Upaka Setelah 49 hari retret, Buddha

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya Pendidikan Agama Buddha 2 Hari Raya Agama Buddha Petunjuk Belajar Sebelum belajar materi ini Anda diharapkan berdoa terlebih dahulu dan membaca materi dengan benar serta ketika mengerjakan latihan soal

Lebih terperinci

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Meditasi Oleh : Taridi (0104510015) KTP Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Kompetensi Dasar Mendeskripsikan meditasi sebagai bagian dari jalan mulia berunsur delapan.

Lebih terperinci

D. ucapan benar E. usaha benar

D. ucapan benar E. usaha benar 1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang

Lebih terperinci

SUTTA SATIPATTHANA [JALAN LANGSUNG]

SUTTA SATIPATTHANA [JALAN LANGSUNG] 1 SUTTA SATIPATTHANA Demikianlah telah saya dengar. Suatu ketika Bhagavan sedang berada di negeri Kuru, di kota para Kuru bernama Kammasadhamma. Beliau berkata kepada para bhikkhu: Para bhikkhu. Mereka

Lebih terperinci

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin Manfaatkan Waktu Semaksimal Mungkin Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Pernahkah anda merenungkan seberapa baik anda memanfaatkan waktu yang anda miliki? Dapat dipastikan jawabannya adalah TIDAK. Sebagian

Lebih terperinci

Dāna. Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin 2. Pariyatti Sāsana hp ; pin. Sunday, October 13, 13

Dāna. Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin 2. Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Sunday, October 13, 13 Dāna Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin 2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Dāna Mahapphala Sutta Vaṇṇanā Cittālaṅkāracittaparikkhāranti samathavipassanācittassa alaṅkārabhūtañceva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama memiliki pengaruh besar terhadap tindakan dan prilaku manusia yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan aturan-aturan dan ideologi

Lebih terperinci

62 PANDANGAN HIDUP YANG KELIRU Sumber: Sutta Pitaka, Digha Nikaya 1: Brahmajala Sutta

62 PANDANGAN HIDUP YANG KELIRU Sumber: Sutta Pitaka, Digha Nikaya 1: Brahmajala Sutta 62 PANDANGAN HIDUP YANG KELIRU Sumber: Sutta Pitaka, Digha Nikaya 1: Brahmajala Sutta 18 Pandangan yang Berpedoman pada Hal-hal Lampau 4 Pandangan Eternalis (Jiwa dan Dunia adalah Kekal) 4 Pandangan Semi-Eternalis

Lebih terperinci

TIGA KUSALAMULA TIGA AKAR KEBAIKAN

TIGA KUSALAMULA TIGA AKAR KEBAIKAN Hai Saudara-saudari Se-Dhamma Marilah kita melatih diri menjalankan Atthangasila di hari Uposatha-sila di bulan Oktober 2008 {06(8), 13(15), 21(23), 29(1)}. Selamat menjalankan Uposatha-sila (Pengamalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pergilah, bekerjalah untuk keselamatan orang banyak, untuk kebahagiaan orang banyak, karena belas kasihan pada dunia, untuk kesejahteraan, untuk keselamatan,

Lebih terperinci

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para 1 Ciri-ciri Seorang Sotapanna (The Character of a Stream-enterer) Pada umumnya Tipitaka menjelaskan seorang Sotapanna sehubungan dengan empat faktor. Tiga faktor pertama dari keempat faktor Sotapatti ini

Lebih terperinci

PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin!

PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA. Pariyatti Sāsana Yunior 2  hp ; pin! PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD JALAN TENGAH PERUMPAMAAN TENTANG KECAPI Gb: Vīnā (kecapi India)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tengah menunjuk pada cara pandang dan bersikap. Dalam kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. tengah menunjuk pada cara pandang dan bersikap. Dalam kehidupan sehari-hari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencerahan dalam Budhisme tidak terlepas dari ajaran jalan tengah dan pengertian tentang mata rantai sebab akibat kehidupan manusia. Ajaran jalan tengah sebagai

Lebih terperinci

Sutta Nalakalapiyo: Ikatan Rumput (Nalakalapiyo Sutta: Sheaves of Reeds) [SN 12.67]

Sutta Nalakalapiyo: Ikatan Rumput (Nalakalapiyo Sutta: Sheaves of Reeds) [SN 12.67] 1 Sutta Nalakalapiyo: Ikatan Rumput (Nalakalapiyo Sutta: Sheaves of Reeds) [SN 12.67] On one occasion Ven. Sariputta and Ven. MahaKotthita were staying near Varanasi in the Deer Park at Isipatana. Then

Lebih terperinci

Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin

Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya. Pariyatti Sāsana Yunior 2  hp ; pin Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Anattalakkhaṇa Sutta (S 3:67) Sutta tentang Karakteristik Bukan-diri dibabarkan 5 hari

Lebih terperinci

62 Pandangan Salah (6)

62 Pandangan Salah (6) 62 Pandangan Salah (6) Dari Brahmajāla Sutta dan Kitab Komentarnya Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id PAHAM SPEKULATIF TENTANG MASA DEPAN (44) (APARANTAKAPPIKA) I. Paham tentang Pemusnahan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM INFORMASI Semester : 1

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM INFORMASI Semester : 1 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM INFORMASI Semester : 1 Berlaku mulai: Gasal/2010 MATA KULIAH : AGAMA BUDHA KODE MATA KULIAH / SKS : 410101029 / 2 SKS MATA KULIAH PRASYARAT

Lebih terperinci

Bodhipakkhiyā Dhammā (2)

Bodhipakkhiyā Dhammā (2) Bodhipakkhiyā Dhammā (2) Empat Fondasi Perhatian Penuh Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Cattāro Satipaṭṭhāna Terminologi satipaṭṭhāna: 1. Sati + paṭṭhāna = perhatian-penuh + fondasi/landasan/tumpuan/

Lebih terperinci

MEDITASI VIPASSANĀ CERAMAH MENGENAI MEDITASI PANDANGAN TERANG

MEDITASI VIPASSANĀ CERAMAH MENGENAI MEDITASI PANDANGAN TERANG MEDITASI VIPASSANĀ CERAMAH MENGENAI MEDITASI PANDANGAN TERANG O L E H SAYADAU U JANAKABHIVAMASA CHANMYAY YEIKTHA YANGON, MYANMAR I DAFTAR ISI: Bab Halaman: Kata Pengantar I Ucapan Terima Kasih II Bab I

Lebih terperinci

BAB III NAFSU DALAM AGAMA BUDDHA

BAB III NAFSU DALAM AGAMA BUDDHA BAB III NAFSU DALAM AGAMA BUDDHA A. Pengertian Nafsu Dalam bahasa pali 151, nafsu dikenal dengan istilah tanha yang berarti keinginan. 152 Menurut Ajahn Brahm, nafsu berarti menginginkan sesuatu selain

Lebih terperinci

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun PANDANGAN BENAR Penulis : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 80 x 120 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

MODUL PENGANTAR FILSAFAT (PSI 113) MODUL 1 PENGERTIAN DAN PERENUNGAN KEFILSAFATAN DISUSUN OLEH. Drs. MULYO WIHARTO, MM, MHA UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL PENGANTAR FILSAFAT (PSI 113) MODUL 1 PENGERTIAN DAN PERENUNGAN KEFILSAFATAN DISUSUN OLEH. Drs. MULYO WIHARTO, MM, MHA UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL PENGANTAR FILSAFAT (PSI 113) MODUL 1 PENGERTIAN DAN PERENUNGAN KEFILSAFATAN DISUSUN OLEH Drs. MULYO WIHARTO, MM, MHA UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2012 Revisi (Tgl) : 0 (10 Juni 2013) 1 / 12 PENGERTIAN

Lebih terperinci

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih Namo tassa bhagavato arahato sammā sambuddhassa. Pada kesempatan yang sangat baik ini saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran pengurus Dhammavihārī Buddhist Studies (DBS)

Lebih terperinci

Oleh: D. Tiala CARA PANDANG KONSEP AGAMA (RELIGION) MENURUT SIGMUD FREUD DAN AJARAN (DOKTRIN) BUDDHISME

Oleh: D. Tiala CARA PANDANG KONSEP AGAMA (RELIGION) MENURUT SIGMUD FREUD DAN AJARAN (DOKTRIN) BUDDHISME CARA PANDANG KONSEP AGAMA (RELIGION) MENURUT SIGMUD FREUD DAN AJARAN (DOKTRIN) BUDDHISME Oleh: D. Tiala I. Konsep Agama menurut Sigmund Freud dalam artikel Religion and Personality. 1 1. Freud dan Psikoanalisis

Lebih terperinci

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta)

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) 1 Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) Demikianlah telah saya dengar. Suatu ketika Bhagavan sedang berada di Kalantakanivapa, Hutan Bambu, di Rajagaha. Kemudian Samana Vacchagotta

Lebih terperinci

KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir. Pariyatti Sāsana  hp ; pin! KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD KEMUNCULAN TEORI KAMMA Ciri khas agama-agama di India sejak awal periode Vedic (1750-500

Lebih terperinci

TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh: Eka Liliana. Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Abstrak

TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh: Eka Liliana. Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Abstrak TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI Oleh: Eka Liliana Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra Abstrak Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam masyarakat. Melalui kemajuan teknologi,

Lebih terperinci

62 PANDANGAN SALAH (3) Dhammavihārī Buddhist Studies

62 PANDANGAN SALAH (3) Dhammavihārī Buddhist Studies 62 PANDANGAN SALAH (3) D. PAHAM PENYANGKALAN TANPA AKHIR Amarāvikkhepavāda Para bhikkhu, beberapa pertapa dan Brahmana seperti belut yang menggeliat. Pada saat ditanya tentang sesuatu, mereka menjawab

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Buddhisme dengan suatu citra tertentu, sedangkan dalam komunitas Buddhis tradisional

Bab 2. Landasan Teori. Buddhisme dengan suatu citra tertentu, sedangkan dalam komunitas Buddhis tradisional Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Budha Santina ( 2004 ) mengatakan bahwa di Barat, masyarakat umum memandang Buddhisme dengan suatu citra tertentu, sedangkan dalam komunitas Buddhis tradisional ( khususnya

Lebih terperinci

MENJADI PEMENANG ARUS

MENJADI PEMENANG ARUS MENJADI PEMENANG ARUS PENDAHULUAN Di dalam Agama Buddha kita mengenal adanya tingkat-tingkat kesucian yang dapat dicapai oleh seorang umat Buddha yang telah dapat mengerti melaksanakan dan menembus EMPAT

Lebih terperinci

(Setting in Motion the Dharma Wheel) Ven. Master Sheng-yen

(Setting in Motion the Dharma Wheel) Ven. Master Sheng-yen Jangan Ada Dukkha di Antara Kita (Setting in Motion the Dharma Wheel) Ceramah tentang Empat Kebenaran Mulia dalam Buddhisme Ven. Master Sheng-yen Jl. Ir. H. Djuanda No.5 Dago - Bandung 40116 Telp. (022)

Lebih terperinci

DPD Patria Sumatera Utara. Juara II. Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA

DPD Patria Sumatera Utara. Juara II. Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA DPD Patria Sumatera Utara Juara II Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa Namo Tassa Bhagavato

Lebih terperinci

Sabbadānam Dhammadānam Jināti Diantara semua pemberian, pemberian Dhamma adalah yang tertinggi

Sabbadānam Dhammadānam Jināti Diantara semua pemberian, pemberian Dhamma adalah yang tertinggi Sabbadānam Dhammadānam Jināti Diantara semua pemberian, pemberian Dhamma adalah yang tertinggi The Key to Liberation (Jalan Menuju Pembebasan) Nama Penulis: YM. Ajahn Chah Penerjemah: Aina Viriyawati Penyunting:

Lebih terperinci

MEDITASI KESADARAN ASHIN TEJANIYA TUNTUNAN UNTUK BERLATIH PUSAT MEDITASI SHWE OO MIN DHAMMA SUKHA TAWYA MARET 2010

MEDITASI KESADARAN ASHIN TEJANIYA TUNTUNAN UNTUK BERLATIH PUSAT MEDITASI SHWE OO MIN DHAMMA SUKHA TAWYA MARET 2010 ASHIN TEJANIYA MEDITASI KESADARAN TUNTUNAN UNTUK BERLATIH PUSAT MEDITASI SHWE OO MIN DHAMMA SUKHA TAWYA MARET 2010 DITERJEMAHKAN KE BAHASA INDONESIA OLEH: HUDOYO HUPUDIO NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMA

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak:

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak: STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA Oleh: Warsito Abstrak: Perkembangan Dharmaduta di Indonesia telah berkembang pesat sejak masa kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Lebih terperinci

Gatha Dasar Jalan Tengah (Mulamadhyamakakarika) The Fundamental Wisdom of the Middle Way oleh Arya Nagarjuna. Pengantar

Gatha Dasar Jalan Tengah (Mulamadhyamakakarika) The Fundamental Wisdom of the Middle Way oleh Arya Nagarjuna. Pengantar 1 Gatha Dasar Jalan Tengah (Mulamadhyamakakarika) The Fundamental Wisdom of the Middle Way oleh Arya Nagarjuna Pengantar Arya Nagarjuna yang hidup di India Selatan sekitar abad kedua Masehi, tak diragukan

Lebih terperinci

本師釋迦牟尼佛. (Ben shi shi jia mou ni fo) Sakyamuni Buddha

本師釋迦牟尼佛. (Ben shi shi jia mou ni fo) Sakyamuni Buddha 本師釋迦牟尼佛 (Ben shi shi jia mou ni fo) Sakyamuni Buddha Hyang Buddha Sakyamuni adalah pendiri agama Buddha, beliau mengajarkan bagaimana manusia melepaskan penderitaannya, mengajarkan hal-hal yang baik dan

Lebih terperinci

Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin

Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma. Pariyatti Sāsana Yunior 2  hp ; pin Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Aspirasi Superior (Abhinīhāra) Setelah Aku menyeberang lautan saṃsāra d e n g a n u s a h a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Buddha mengajarkan bahwa dalam hidupnya manusia akan selalu mengalami keempat hal, yaitu: kelahiran, sakit, usia tua, dan kematian. Keempat hal ini disebabkan

Lebih terperinci

FOR FREE DISTRIBUTION ONLY

FOR FREE DISTRIBUTION ONLY JUDUL ASLI: MINDFULNESS, RECOLLECTION & CONCENTRATION PERHATIAN, PERENUNGAN & KONSENTRASI KARYA DARI: BHIKKHU DHAMMAVUDDHO MAHA THERA DIALIH-BAHASAKAN OLEH: YULIANA LIE PANNASIRI, BBA, MBA & ANDROMEDA

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MEDITASI VIPASSANĀ

DASAR-DASAR MEDITASI VIPASSANĀ DASAR-DASAR MEDITASI VIPASSANĀ Yang Mulia Mahāsi Sayādaw Judul Asli: Fundamentals of Insight Meditation Pengarang: Mahasi Sayadaw Terjemahan Bahasa Inggris oleh Maung Tha Noe Penyunting: Bhikkhu Pesala

Lebih terperinci

KEHIDUPAN TIDAK PASTI, NAMUN KEMATIAN ITU PASTI (LIFE IS UNCERTAIN, DEAD IS CERTAIN) Oleh: Ven. Dr. K. Sri Dhammananda

KEHIDUPAN TIDAK PASTI, NAMUN KEMATIAN ITU PASTI (LIFE IS UNCERTAIN, DEAD IS CERTAIN) Oleh: Ven. Dr. K. Sri Dhammananda KEHIDUPAN TIDAK PASTI, NAMUN KEMATIAN ITU PASTI (LIFE IS UNCERTAIN, DEAD IS CERTAIN) Oleh: Ven. Dr. K. Sri Dhammananda Penerjemah : Tidak tercantum Sang Buddha bersabda: Kehidupan tidak pasti, namun kematian

Lebih terperinci

CATTARI ARIYA SACCANI

CATTARI ARIYA SACCANI CATTARI ARIYA SACCANI Ia yang telah berlindung pada Buddha, Dhamma serta Sangha, akan menjumpai Kebijaksanaan Sempurna, yaitu Empat Kebenaran Mulia. (Dhammapada 190) Empat Kebenaran Mulia tersebut adalah

Lebih terperinci

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings)

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings) Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings) Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Ada beberapa alasan dari tidak tercapainya Dhamma Mulia. Sebuah contoh dari tidak terealisasinya Dhamma Mulia

Lebih terperinci

Aturan -Moralitas Buddhis

Aturan -Moralitas Buddhis 1 35 Aturan -Moralitas Buddhis Pengertian, Penjelasan, dan Penerapan Ronald Satya Surya i 1 3ii 1 3Buku ini saya dedikasikan untuk: Ibu yang mencurahkan cinta dan kasih sayangnya tanpa pernah mengeluh,

Lebih terperinci

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Friday, April 12, 13 Dāna-4 Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Definisi Bhikkhu Leher-Kuning Anggota-anggota dari silsilah Buddha Gotama yang berleherkuning,

Lebih terperinci

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian Tidak Ada Ajahn Chan Kelahiran dan Kematian Latihan yang baik adalah bertanya kepada diri Anda sendiri dengan sungguh-sungguh, "Mengapa saya dilahirkan?" Tanyakan diri Anda sendiri dengan pertanyaan ini

Lebih terperinci

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Seseorang harus benar-benar mempertimbangkan dan merenungkan penderitaan yang akan dijalaninya di neraka. Sewaktu Sang Buddha

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi Instrumen

SILABUS PEMBELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi Instrumen SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : VIII (Delapan) Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA Semester : 1 (Satu) Aspek : Sejarah Standar : 1. Mengungkapkan sejarah Pangeran Siddharta pada masa bertapa

Lebih terperinci

1. Mengapa bermeditasi?

1. Mengapa bermeditasi? CARA BERMEDITASI 1. Mengapa bermeditasi? Oleh: Venerable Piyananda Alih bahasa: Jinapiya Thera Dalam dunia ini, apakah yang dicari oleh kebanyakan orang dalam hidupnya? Sebenarnya, mereka ingin mencari

Lebih terperinci

HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI

HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMA SAMBUDDHASSA Buku ini dipublikasikan hanya untuk dibagikan secara GRATIS dan TIDAK UNTUK DIJUAL Materi di dalam buku

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d.

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d. KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d. 12 November 2005 1. Dari: Herlina, Medan Bhante, Selama ini sering ada pandangan

Lebih terperinci

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti E. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VII (tujuh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016-2017 SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tgl : Rabu, 8 Maret 2017 Kelas/Semester : X/ganjil Alokasi Waktu : 10.30-12.30

Lebih terperinci

Amatilah citta kita. Jika kita benar-benar percaya

Amatilah citta kita. Jika kita benar-benar percaya Amatilah citta kita. Jika kita benar-benar percaya bahwa semua kebahagiaan yang kita alami berasal dari objek materi dan kita mencurahkan seluruh hidup kita untuk mengejarnya, maka kita dikendalikan oleh

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 178 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TENTANG ALIRAN HINAYANA. sejumlah 900 orang murid terutama berkumpul di Rajagriha. Disitu dibicarakan dan

BAB II KAJIAN TENTANG ALIRAN HINAYANA. sejumlah 900 orang murid terutama berkumpul di Rajagriha. Disitu dibicarakan dan 12 BAB II KAJIAN TENTANG ALIRAN HINAYANA A. Sejarah Timbulnya Aliran Hinayana Tak lama sesudah Budha Gautama meninggal pada tahun 483 SM maka sejumlah 900 orang murid terutama berkumpul di Rajagriha. Disitu

Lebih terperinci

Di Manakah Sang Buddha?

Di Manakah Sang Buddha? DhammaCitta Where is The Buddha? Di Manakah Sang Buddha? Where is The Buddha? Venerable Dr. K. Sri Dhammananda Nàyaka Maha Thera Orang-orang sering menanyakan pertanyaan ini, ke manakah Sang Buddha pergi

Lebih terperinci

AN 7.63 Sutta Nagara: Benteng (Nagara Sutta: The Fortress)

AN 7.63 Sutta Nagara: Benteng (Nagara Sutta: The Fortress) 1 AN 7.63 Sutta Nagara: Benteng (Nagara Sutta: The Fortress) Para bhikkhu, jika benteng batas kerajaan dilengkapi dengan tujuh syarat untuk suatu benteng dan bisa mendapatkan empat jenis makanan sekehendak

Lebih terperinci

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra SUTRA 42 BAGIAN [ ] B. Nyanabhadra RAJA MING DINASTI HAN Tahun 28-75 Mimpi tentang makhluk memancarkan cahaya kuning KASYAPA MATANGA & DHARMARATNA Tahun 67 dari India ke Luoyang Menerjemahkan Sutra 42

Lebih terperinci

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā.

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā. o Apakah yang dimaksud dengan pāramī? Pāramī adalah kualitas mulia seper/ memberi, dll., yang disertai oleh belas kasih dan cara- cara yang baik (upāya kosalla) serta /dak ternoda oleh nafsu- keinginan,

Lebih terperinci

10.000 Hari Perjalanan Dhamma Kompas Menuju Jalan Kedamaian Sayādaw Nandasiddhi B.Sc.,R.L Sasanadhaja Dhammacariya Yayasan Satipaṭṭhāna Indonesia mindfulness in every way Judul Buku 10.000 Hari Perjalanan

Lebih terperinci

Empat Kebenaran Mulia. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin 7E9064DE

Empat Kebenaran Mulia. Pariyatti Sāsana Yunior 2  hp ; pin 7E9064DE Empat Kebenaran Mulia Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin 7E9064DE Nilai Penting Empat Kebenaran Mulia Para bhikkhu, dikarenakan tidak memahami, tidak menembus Empat Kebenaran

Lebih terperinci

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN: A. DEFINISI AGAMA 1. Mennurut KBBI : suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan (dewa & sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiba-kewajiban yang bertalian dengan ajaran itu 2. Atau seperangkat

Lebih terperinci

Mahā Maṅgala Sutta (1)

Mahā Maṅgala Sutta (1) Mahā Maṅgala Sutta (1) Azimat Buddhis Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Pseudo Sebab-Akibat Jangan memindah guci-abu-jenasah yang sudah disimpan di vihāra. Penempatan guci-abu. Ibu mengandung

Lebih terperinci

Kata Kunci : Spiritual, Delapan Jalan Mulia

Kata Kunci : Spiritual, Delapan Jalan Mulia MENGENAL DASAR SPIRITUALITAS UMAT BUDDHA Muslimin* Abstrak Banyak cara ditempuh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada puncaknya manusia berada pada titik jenuh sehingga ia membutuhkan tuntunan

Lebih terperinci

Sampul & Tata Letak: Jimmy Halim, Leonard Halim Tim Dana: Laura Perdana. Diterbitkan Oleh:

Sampul & Tata Letak: Jimmy Halim, Leonard Halim Tim Dana: Laura Perdana. Diterbitkan Oleh: Sutta Paticca-samuppada-vibhanga: Analisis dari Kemunculan Bersama yang Dependen Judul Asli: Paticca-samuppada-vibhanga Sutta: Analysis of Dependent Co-arising Diterjemahkan dari bahasa Pali oleh : Bhikkhu

Lebih terperinci

Tiga Sumpah Agung. Hal 1.

Tiga Sumpah Agung. Hal 1. Tiga Sumpah Agung Banyak diantara kalian sudah mengetahui bahwa ketika saya berusia 25 tahun, saya pergi mengunjungi sebuah kuil Taoisme di Taiwan dari sanalah Maha Dewi Yao Chi Jin Mu membuka mata dewa

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU - 567 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Bhikkhu Tissa Bertemu Seorang Skeptik

Bhikkhu Tissa Bertemu Seorang Skeptik Bhikkhu Tissa Bertemu Seorang Skeptik Bhikkhu Nyanasubhano DhammaCi8a Press Bhikkhu Tissa Bertemu Seorang Skeptik Bhikkhu Nyanasubhano DhammaCi8a Press h8p://dhammaci8a.org Bhikkhu Tissa Bertemu Seorang

Lebih terperinci

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih)

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Dari ceramah Dhamma Chanmyay Sayadaw pada retret meditasi vipassanā tanggal 2-3 Jan.2009 di Pusat Meditasi YASATI, Bacom, Cianjur,

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015 Dhamma Inside Vol. 23 - Oktober 2015 Bersikap Ramah Standar Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri Bersikap Ramah Oleh : Bhikkhu Santacitto Pada umumnya, ramah dipahami sebagai sikap positif yang

Lebih terperinci

Sifat Agung Dari Tiga Permata 2

Sifat Agung Dari Tiga Permata 2 Sifat Agung Dari Tiga Permata 2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Sugata: yang telah pergi [ke tempat sempurna] dan membabarkan Dhamma dengan benar. Sobhaṇagamana: dikarenakan

Lebih terperinci

agenda special events regular events contents puja bhakti minggu olahraga pagi minggu latihan meditasi kamis

agenda special events regular events contents puja bhakti minggu olahraga pagi minggu latihan meditasi kamis contents 43 sajian utama Kebijaksanaan Dhamma Samma Ditthi Fenomena Kehidupan news on Penyebaran Dhamma dengan Metode "PURE" orang bijak Dalai Lama jalan-jalan Bodh Gaya pandegiling news Ceramah Dhamma

Lebih terperinci

Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136

Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136 1 Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136 1. Demikianlah telah saya dengar. Pada suatu waktu, Bhagavan

Lebih terperinci

Ikhtisar Ajaran Buddha

Ikhtisar Ajaran Buddha Ikhtisar Ajaran Buddha Juga bagi para non-buddhis seperti saya, naskah ini memberikan cukup informasi dan pemahaman yang memadai mengenai Buddhisme. Sungguh memikat. Fahd Djibran, cendekiawan Muslim BASIC

Lebih terperinci

Pengenalan Abhidhamma

Pengenalan Abhidhamma (Sesion 1) TRIPITAKA/TIPITAKA Pengenalan Abhidhamma 1. Pengertian Abhidhamma 2. Abhidhamma merupakan bagian dari Tipitaka 3. Sejarah Abhidhamma 4. 5 macam maksud abhidhamma 5. Pengertian Abhidhammatthasangaha

Lebih terperinci

SAMATHA AND VIPASSANA SAMATHA DAN VIPASSANA

SAMATHA AND VIPASSANA SAMATHA DAN VIPASSANA SAMATHA AND VIPASSANA SAMATHA DAN VIPASSANA PENGARANG: BHIKKHU DHAMMAVUDDHO MAHATHERA PENERJEMAH: STEVENSON KANTADHAMMO, S.E PENYUNTING: YULIANA LIE PANNASIRI DESIGN COVER: ROFIN BODHIKUSALO PENERBIT:

Lebih terperinci

Ikhtisar Ajaran Buddha

Ikhtisar Ajaran Buddha Ikhtisar Ajaran Buddha Juga bagi para non-buddhis seperti saya, naskah ini memberikan cukup informasi dan pemahaman yang memadai mengenai Buddhisme. Sungguh memikat. Fahd Djibran, cendekiawan Muslim BASIC

Lebih terperinci

KISAH INSPIRATIF PUTERI BUDDHA

KISAH INSPIRATIF PUTERI BUDDHA i KISAH INSPIRATIF PUTERI BUDDHA Free Distribution Only Penerbitan PVVD 2012 ii Pustaka 34 Penerbitan PVVD Kisah Inspiratif Puteri Buddha Penerjemah Tim Penerbitan PVVD Widya Putra - Fernandy- Rini Oktaviani

Lebih terperinci

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Friday, April 12, 13 Dāna-3 Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD 1 Pandangan Tentang Dāna Kaum materialis: Dāna tidak ada buah karena tidak ada kehidupan setelah ini. Kaum Theis:

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA - 1389 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Makna Esoterik Tantra Rumus Metode. Hitung Napas Vajra

Makna Esoterik Tantra Rumus Metode. Hitung Napas Vajra Makna Esoterik Tantra Rumus Metode Mahaguru leluhur Tantra aliran putih, Gambopa bersabda: Menguasai konsentrasi hati dan pikiran adalah jalan sama dimana dilalui oleh para Buddha Bodhisattva. Aku menganggap

Lebih terperinci

Message of the Buddha PESAN SANG BUDDHA. Bhikkhu Dhammavuddho Maha Thera. Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa PENDAHULUAN

Message of the Buddha PESAN SANG BUDDHA. Bhikkhu Dhammavuddho Maha Thera. Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa PENDAHULUAN PESAN SANG BUDDHA Bhikkhu Dhammavuddho Maha Thera Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa PENDAHULUAN Para Buddha muncul di dunia sekali dalam kurun waktu yang sangat lama, pada saat dunia terjerumus

Lebih terperinci

Ceramah Dhamma: "Dapatkah penderitaan berakhir, sekarang?" (tuntunan meditasi vipassana)

Ceramah Dhamma: Dapatkah penderitaan berakhir, sekarang? (tuntunan meditasi vipassana) Seri "Sayadaw U Tejaniya di Bali, 2010" (01) Ceramah Dhamma: "Dapatkah penderitaan berakhir, sekarang?" (tuntunan meditasi vipassana) Oleh: Sayadaw U Tejaniya & Sri Pannyavaro Mahathera di Vihara Buddha

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD

LEMBAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD LEMBAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016-2017 SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XII/VI Alokasi Waktu : 120 menit

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Wawancara kepada Bhikkuni Pundarika Wawancara kepada narasumber: Bhikku Nyana Suryanadi - Ketua Umum Sangha Agung Indonesia Hanlun Hutomo Ketua Majelis Buddhayana

Lebih terperinci