HASIL. Persentase. Umur (Tahun) Gambar 7 Jangka reproduksi wanita menopause akseptor KB non hormonal dan alamiah di Kabupaten Cirebon.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL. Persentase. Umur (Tahun) Gambar 7 Jangka reproduksi wanita menopause akseptor KB non hormonal dan alamiah di Kabupaten Cirebon."

Transkripsi

1 Persentase 18 HASIL Jangka waktu reproduksi wanita akseptor KB non hormonal dan alamiah (tidak menggunakan KB) di Kabupaten Cirebon adalah selama tahun. Jangka reproduksi ini didapat dari rata-rata usia menopause tahun dikurangi rata-rata usia menarke tahun (Gambar 7). 100% Menarke Menopause 50% Jangka Reproduksi % Umur (Tahun) Gambar 7 Jangka reproduksi wanita menopause akseptor KB non hormonal dan alamiah di Kabupaten Cirebon. Usia menopause dengan usia menarke wanita di Kabupaten Cirebon tidak berkorelasi (Gambar 8). Hasil uji plot menunjukkan bahwa wanita yang menarkenya ketika berusia 14 tahun, usia menopausnya bervariasi dari 36 tahun sampai dengan 63 tahun. Sedangkan wanita yang usia menarkenya 15 tahun dapat bermenopause tahun dan wanita yang usia menarkenya 16 tahun bermenopause tahun.

2 Usia menarke Usia menopause Gambar 8 Plot usia menarke dan menopause wanita akseptor KB non hormonal dan alamiah di Kabupaten Cirebon. Usia menarke dan usia menopause wanita akseptor KB hormonal dengan wanita akseptor KB non hormonal serta alamiah (tidak ber-kb) tidak jauh berbeda. Hal ini mengakibatkan jangka reproduksi wanita akseptor KB hormonal dan akseptor KB non hormonal serta alamiah hampir sama (Tabel 2). Tabel 2 Jangka reproduksi wanita akseptor KB non hormonal dan alamiah serta akseptor KB hormonal di Kabupaten Cirebon Subyek Jumlah (orang) Usia menarke Usia menopause Jangka reproduksi Akseptor KB non hormonal & alamiah Akseptor KB hormonal Riwayat reproduksi wanita menopause di Kabupaten Cirebon meliputi usia melahirkan anak pertama, jarak antara kehamilan pertama dengan kehamilan terakhir (jangka kehamilan) dan jumlah anak (paritas). Subyek yang usia melahirkan anak pertamanya kurang dari 20 tahun mengalami menopause lebih cepat (46.93 tahun) dibanding subyek yang melahirkan anak pertamanya 20 tahun

3 20 atau lebih (menopause usia tahun). Sebanyak 13 orang (9.6%) dari total sampel yang menopause memiliki jangka kehamilan 1 4 tahun, sedangkan subyek yang memiliki jangka kehamilan 5 tahun atau lebih sebanyak 123 orang (90.4%). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa semakin lama jangka kehamilan, semakin cepat usia menopausenya dan subyek yang memiliki jumlah anak lebih dari dua akan mengalami menopause lebih cepat juga (Tabel 3). Namun hasil uji sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa usia melahirkan anak pertama (F=0.0061, P>0.05), jangka kehamilan (F=0.0473, P>0.05) dan paritas (F=0.7081, P>0.05) tidak mempengaruhi kapan usia menopause berlangsung. Hal ini sesuai dengan uji korelasi yang memperlihatkan tidak adanya korelasi antara usia melahirkan anak pertama, jangka kehamilan dan paritas dengan usia menopause (Gambar 9, 10, 11). Tabel 3 Hubungan antara riwayat reproduksi wanita dengan usia menopause No. Riwayat reproduksi wanita Jumlah sampel (orang) Usia menopause Uji Statistik (ANOVA) F value Pr (>F) P 1 Usia melahirkan anak pertama* > tahun tahun Jangka kehamilan* > tahun tahun tahun Paritas > anak > 2 anak *sebanyak 11 subyek tidak memiliki anak Subyek yang melahirkan anak pertama pada usia 16 tahun mengalami menopause pada usia 40 tahun sampai 56 tahun. Selain itu subyek yang melahirkan anak pertamanya 18 tahun, menopausnya pada usia tahun dan subyek yang melahirkan anak pertamanya 20 tahun, menopause pada usia tahun (Gambar 9).

4 Usia menopause Usia menopause Usia melahirkan anak pertama Gambar 9 Plot usia melahirkan anak pertama dan usia menopause wanita di Kabupaten Cirebon. Jangka kehamilan pertama dan terakhir subyek pada penelitian ini bervariasi dari 0 sampai 29 tahun. Subyek yang jangka kehamilannya 0 2 tahun menopause pada usia 44.5 sampai 56.5 tahun. Sedangkan subyek yang jangka kehamilannya 4 tahun, menopause pada usia tahun dan subyek yang jangka kehamilannya 13 tahun, menopause pada usia tahun (Gambar 10) Jangka Kehamilan Gambar 10 Plot jangka kehamilan dan usia menopause wanita di Kabupaten Cirebon.

5 Usia menopause Wanita menopause di Kabupaten Cirebon yang mempunyai dua anak atau kurang bermenopause dari usia 34.5 tahun sampai tahun. Sedangkan subyek yang mempunyai anak lebih dari dua orang, bermenopause pada usia 34 sampai 59 tahun (Gambar 11) Paritas (anak) Gambar 11 Plot paritas dan usia menopause wanita di Kabupaten Cirebon. Hasil analisis memperlihatkan bahwa setiap dasa warsa tahun kelahiran subyek terdapat perubahan usia menarke (Tabel 4). Perubahan usia menarke yang terjadi semakin cepat. Kecenderungan sekuler ini akan lebih nyata jika kita bandingkan usia menarke wanita Kabupaten Cirebon saat ini (tahun 2010) dan 34 tahun yang lalu (tahun 1976). Pada tahun 2010 rata-rata usia menarke wanita tahun (Gambar 12) sedangkan pada tahun 1976 rata-rata usia menarkenya tahun. Tabel 4 Tahun kelahiran dan usia menarke wanita Kabupaten Cirebon Tahun Kelahiran Jumlah subyek (orang) Usia menarke

6 Probabilitas % 75% 50% 25% 0% Usia subjek Gambar 12 Grafik usia menarke wanita masa kini di Kabupaten Cirebon. Jangka reproduksi wanita rural di Kabupaten Cirebon (34.02 tahun) lebih pendek dibanding jangka reproduksi wanita urban di Kabupaten Bandung (35.55 tahun). Usia menarke wanita rural di Kabupaten Cirebon tahun (tahun 1976) lebih lambat dibanding usia menarke wanita urban di Kabupaten Bandung yakni tahun (tahun 1973), namun usia menopause terjadi sebaliknya (Tabel 5). Tabel 5 Perbandingan usia menarke, usia menopause dan jangka reproduksi wanita di daerah rural dan urban di Indonesia Nama Daerah Usia Menarke Tahun Menarke Usia Menopause Jangka Reproduksi Referensi Kab. Bandung (urban) Sukmaningrasa 2009 Kampung naga (rural) Vidiawati 2009 Suku Baduy (rural) Rohmatullayaly 2010 Kab. Cirebon (rural) Penelitian ini

7 24 Status gizi wanita menopause di Kabupaten Cirebon dapat dilihat dari BMI dan persentase lemak tubuhnya (Tabel 6). Berdasarkan hasil perhitungan BMI subyek termasuk dalam kategori kurus 13.6% (20 orang), normal 57.8% (85 orang), gemuk 22.5% (33 orang) dan gemuk sekali 6.1% (9 orang). Sedangkan jika dilihat dari persentase lemak tubuhnya subyek termasuk dalam kategori kurus 41.5% (61 orang), normal 44.9% (66 orang), gemuk 10.2% (15 orang) dan gemuk sekali 3.4% (5 orang). Tabel 6 Status gizi wanita menopause di Kabupaten Cirebon Karakteristik wanita Body mass index (BMI) Jumlah subyek (orang) Persentase (%) Kriteia subyek semua usia Kurus < 18.5 Normal n < 25 Gemuk (over weight) n <30 Gemuk sekali (obese) Lemak tubuh th th th Kurus < 21% < 23% <24% Normal % 23 < 35% 24 < 36% Gemuk (over weight) % 35 40% 36 42% Gemuk sekali (obese) > 39% > 40% > 42%

8 25 PEMBAHASAN Jangka reproduksi ditentukan oleh usia menarke dan usia menopause. Apabila terjadi perubahan pada usia menarke atau pada usia menopause seseorang, maka akan berubah pula jangka reproduksinya. Jangka reproduksi wanita di Kabupaten Cirebon selama tahun, dengan rata-rata usia menopause tahun (jika dibulatkan mendekati 49 tahun). Usia menopause 49 tahun termasuk kategori normal (49 52 tahun). Wanita dikategorikan ke dalam menopause cepat jika usia menopausenya kurang dari 49 tahun dan wanita digolongkan ke dalam menopause lambat jika usia menopausnya 53 tahun atau lebih (Noord et al. 1997). Wanita non kaukasia [Afrika, Afrika Amerika (49.3 tahun), Hispanik mexiko (48.2 tahun)] akan mengalami menopause lebih cepat dibanding wanita kaukasia (51.5 tahun), namun wanita Malaysian (50.7 tahun) dan Jepang (50.4 tahun) usia menopausenya mendekati wanita Eropa. Wanita Bangkok yang kondisi sosial ekonominya menegah ke bawah rata-rata usia menopause 49.5 tahun (Gold et al. 2001). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jangka reproduksi wanita (dapat mengubah usia menarke dan menopause) mencakup etnis (Chumlea et al. 2003), tingkat sosial ekonomi (Gold et al. 2001; Ikaraoha et al. 2005; Mokha et al. 2006), gaya hidup/penggunaan alat kontrasepsi (Noord et al. 1997), riwayat reproduksi (Reis et al. 1998), status gizi (Adair & Larsen 2001; Martin et al. 2006). Tingkat sosial ekonomi dan gaya hidup merupakan faktor penentu kecenderungan sekuler. Wanita yang menjadi subyek penelitian sebagian besar (97.6%, 621 orang) merupakan penduduk asli Kabupaten Cirebon yang terdiri atas suku Jawa dan suku Sunda. Kebudayaan Jawa dan Sunda memiliki banyak persamaan dalam pola perkawinan. Oleh karena itu penulis tidak membedakan etnis dalam kaitannya dengan jangka reproduksi. Sebagian besar (84.35%, 124 subyek) wanita menopause di Kabupaten Cirebon berpendidikan rendah (SD). Wanita yang berpendidikan rendah pada umumnya akan memiliki pekerjaan yang membutuhkan energi lebih banyak, sehingga mengakibatkan BMI rendah karena asupan gizi yang tidak seimbang

9 26 dengan pengeluaran energi. Di samping itu, wanita berpendidikan rendah biasanya memiliki pekerjaan yang beresiko. Pekerjaan yang beresiko dan pendidikan rendah akan meningkatkan kadar stress. Stress akan mempengaruhi kerja hipotalamus dan pituitari, yang mengakibatkan amenorrhea dan disfungsi reproduktif. Oleh karena itu, wanita yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan tidak mempunyai pekerjaan tetap akan mengalami menopause lebih cepat (Gold et al. 2001). Dalam penelitian ini, meskipun subyek berpendidikan rendah, namun kondisi ekonomi umumnya cukup baik. Hal ini terbukti dari besarnya pengeluaran dalam keluarga yang dialokasikan untuk makan sudah cukup memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Sebanyak 57.14% (84 subyek) keluarga memiliki pengeluaran untuk konsumsi/makan sama atau bahkan diatas standar UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten Cirebon tahun 2010 sebesar Rp Pada penelitian ini, subyek yang menggunakan kontrasepsi hormonal mengalami menopause dua bulan lebih cepat dibanding subyek yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan alamiah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Reis et al. (1998) yang melaporkan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral akan mengalami menopause lebih cepat. Namun selisih dua bulan usia menopause pada penelitian ini dianggap tidak berarti, karena jumlah subyek yang menopause hanya 36.6% (48 orang) dari subyek yang menggunakan KB hormonal, sedangkan jumlah subyek yang menopause dari akseptor KB non hormonal dan alamiah sebanyak 68% (147 orang). Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi (KB) baik hormonal maupun non hormonal, tidak berpengaruh terhadap usia menopause. Hal ini berbeda dengan hasil peneltian Noord et al. (1997) dan Gold et al. (2001) yang menyatakan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral (hormonal) akan mengalami usia menopause lebih lambat, dikarenakan pengaruh hormon estrogen dan progesteron sintetis yang akan menghambat terjadinya ovulasi. Riwayat reproduksi wanita menopause di Kabupaten Cirebon tidak berpengaruh terhadap usia menopause. Riwayat reproduksi ini terdiri atas usia melahirkan anak pertama, jarak antara kehamilan pertama dengan kehamilan terakhir (jangka kehamilan) dan jumlah anak (paritas). Pada penelitian ini semakin tua usia melahirkan anak pertama maka semakin lambat usia menopausenya.

10 27 Sebanyak 90.4% (123 orang) subyek memiliki jangka kehamilan lima tahun atau lebih. Hal ini disebabkan 81.6% (120 orang) subyek memiliki jumlah anak (paritas) lebih dari dua. Pada umumnya semakin banyak paritas maka semakin panjang jangka kehamilannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin panjang jangka kehamilan dan semakin banyak paritas maka semakin cepat usia menopausnya. Namun demikian, hasil uji sidik ragam (ANOVA) dan plot menunjukkan tidak adanya korelasi antara usia melahirkan anak pertama, jangka kehamilan dan paritas dengan usia menopause. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Reis et al. (1998), Gold et al. (2001) dan Martin et al. (2006) yang menyatakan bahwa semakin banyak paritas maka semakin lambat usia menopausenya. Sedangkan usia melahirkan anak pertama yang tidak berpengaruh terhadap usia menopause pada hasil penelitian ini, berbeda dengan hasil penelitian Reis et al. (1998) dan Martin et al. (2006), yakni semakin tua usia melahirkan anak pertama maka semakin cepat usia menopausenya. Usia menarke yang berubah semakin cepat terjadi pada wanita di Kabupaten Cirebon, disebabkan oleh kecenderungan sekuler. Kecenderungan sekuler dalam usia menarke terjadi pula pada gadis India yang mengalami penurunan usia menarke rata-rata sekitar 6 bulan per dekade dalam tiga dekade terakhir (Bagga & Kulkarni 2000). Kecenderungan sekuler merupakan perubahan yang dipicu oleh perubahan sosial ekonomi masyarakat pada kurun waktu tertentu. Parent et al. (2003) berpendapat bahwa kecenderungan sekuler berhubungan dengan latar belakang budaya/etnis, geografi dan sosial ekonomi. Selain itu, kondisi lingkungan pergaulan kemungkinan dapat merubah sistem endokrin, sehingga dapat mempercepat terjadinya menarke. Wanita rural di Kabupaten Cirebon memiliki jangka reproduksi lebih pendek dibanding wanita di daerah urban. Jangka reproduksi yang pendek ini disebabkan oleh usia menarke yang lebih lambat dan usia menopause yang lebih cepat. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan status gizi masyarakat di daerah rural dan urban. Kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat di daerah rural pada umumnya lebih rendah dibanding masyarakat di daerah urban. Gold et al. (2001) menyatakan bahwa kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah akan mempercepat

11 28 usia menopause. Status gizi masyarakat di daerah rural pada umumnya lebih rendah dibanding masyarakat di daerah urban. Status gizi yang rendah dinilai dari BMI dan persentase lemak tubuh yang rendah. Wanita yang memiliki BMI dan persentase lemak tubuh yang rendah cenderung kekurangan kalori dan nutrisi, akan mengakibatkan amenorrhea. Sebaliknya wanita yang gemuk dan cukup lemak, maka sel-sel dalam jaringan adiposanya akan memproduksi estron yang akan meningkatkan sirkulasi estrogen dalam tubuh sehingga memperpanjang fungsi reproduktif (Gold et al. 2001). Jangka reproduksi wanita rural Kabupaten Cirebon hampir sama dengan Baduy, namun berbeda dengan Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya. Perbedaan data yang dihasilkan di Kampung Naga kemungkinan disebabkan jumlah sampel wanita menopause yang diteliti relatif sedikit (22 orang), sehingga data yang didapat kurang representatif. Wanita di daerah rural akan mengalami menarke lebih lambat dibanding wanita di daerah urban. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang pernah dilakukan di beberapa negara (Tabel 7). Pada tahun 1989 usia menarke gadis di daerah rural Punjab india tahun, lebih tua dibanding usia menarke gadis di daerah urban (13.31 tahun). Sama halnya di Nigeria pada tahun 2005 gadis rural mengalami menarke pada usia tahun, sedangkan gadis urban menarkenya pada usia tahun. Tabel 7 Perbandingan usia menarke wanita rural dan urban di beberapa negara Usia Menarke di Usia Menarke Tahun Negara Referensi Urban di Rural Menarke Punjab India Mokha et al Cameroon Afrika Pasquet et al Nigeria Ikaraoha 2005 Wanita menopause di Kabupaten Cirebon berstatus gizi baik, karena 86.4% (127 subyek) termasuk BMI yang normal dan gemuk dan 58.5% (86 subyek) memiliki lemak tubuh yang cukup. Wanita dengan BMI rendah akan mengalami menopause lebih cepat (Martin et al. 2006). Pengukuran BMI serta lemak tubuh dilakukan pada saat penelitian dan subyek sudah mengalami

12 29 menopause sekitar satu sampai dua puluh satu tahun yang lalu, sehingga penulis tidak dapat membahas pengaruh BMI dan lemak tubuh terhadap usia menopause. Pengukuran BMI dan lemak tubuh seharusnya dilakukan terhadap subyek pada saat menopause.

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran 14 HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran Alat kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) hormonal mengandung estrogen dan progesteron yang secara langsung dapat mempengaruhi daur alamiah menstruasi.

Lebih terperinci

JANGKA REPRODUKSI DAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA WANITA DI KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WATI AH

JANGKA REPRODUKSI DAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA WANITA DI KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WATI AH JANGKA REPRODUKSI DAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA WANITA DI KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WATI AH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN LAUT JAWA. Gambar 5 Peta wilayah kecamatan di Kabupaten Cirebon.

METODE PENELITIAN LAUT JAWA. Gambar 5 Peta wilayah kecamatan di Kabupaten Cirebon. 12 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember 2010. Lokasi penelitian di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat yang meliputi 12 kecamatan dan terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa reproduksi. Kejadian yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang dapat menyerang dan menyebar ke tempat yang jauh dari tubuh. Kanker dapat menjadi penyakit yang parah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang terus menerus apabila tidak dikendalikan akan membawa dampak yang kurang baik, di antaranya menjadi beban pembangunan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA USIA SAAT TIMBULNYA MENARCHE DENGAN USIA SAAT TERJADINYA MENOPAUSE WANITA DI KECAMATAN KARTASURA. Merry Tiyas Anggraini*

HUBUNGAN ANTARA USIA SAAT TIMBULNYA MENARCHE DENGAN USIA SAAT TERJADINYA MENOPAUSE WANITA DI KECAMATAN KARTASURA. Merry Tiyas Anggraini* HUBUNGAN ANTARA USIA SAAT TIMBULNYA MENARCHE DENGAN USIA SAAT TERJADINYA MENOPAUSE WANITA DI KECAMATAN KARTASURA ABSTRAK Merry Tiyas Anggraini* Latar Belakang : Menarche adalah saat terjadinya perdarahan

Lebih terperinci

USIA SUBUR REPRODUKSI PEREMPUAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR WILI WULANDARI

USIA SUBUR REPRODUKSI PEREMPUAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR WILI WULANDARI USIA SUBUR REPRODUKSI PEREMPUAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR WILI WULANDARI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ABSTRAK WILI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK Sri Rejeki 1, Nikmatul Khayati 1, Rohmatun Novianti Solekah 2 1 Fakultas

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK TIGA BULAN DEPO MEDOKRASI PROGESTRONE ASETAT (DMPA) DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN Ayu Safitri *, Holidy Ilyas **, Nurhayati ** *Alumni Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada struktur saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Menurut WHO 8-9 % wanita akan mengalami kanker payudara.

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR A. Ulfa Fatmasanti Akbid Batari Toja Watampone (Alamat Koresponden: andiulfafatmasanti@gmail.com/ 085399168227)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi pertama (darah yang pertama kali keluar dari vagina) yang dialami oleh remaja putri disebut sebagai menarche. Menarche adalah sebuah tanda dimana seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dahulu badan gemuk dianggap sebagai simbol kemakmuran karena umumnya masalah kegemukan banyak dijumpai di negara kaya seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengatur jarak kelahiran sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak (Rahman and Akter, 2009). Data di Indonesia jarak kelahiran kurang dari 18 bulan sebesar 6%,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa

Lebih terperinci

4. HASIL. Universitas Indonesia

4. HASIL. Universitas Indonesia 33 4. HASIL 4.1. Data Sebaran Subyek Dari 86 ibu yang menjadi sampel pada data umum akan ditampilkan data status gizi ibu menyusui berdasarkan indeks massa tubuh, data usia, penghasilan, pendidikan terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Menjadi tua merupakan hal yang menakutkan bagi manusia, terutama kaum wanita.hal-hal yang biasanya dikhawatirkan adalah menjadi tidak lagi cantik, tidak lagi bugar dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah

ABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah ABSTRAK Menurut WHO, kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah satu jenis kanker yang tingkat kejadiannya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia merupakan jumlah terbesar di Asia Tenggara yakni 65 juta di ikuti Vietnam (25,3 juta) dan Filipina (23

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lebih dari 100 juta wanita di dunia memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan (Scudder, 2008). Setiap tahun mereka memutuskan untuk menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program kesehatan pada umumnya dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program kesehatan pada umumnya dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan program kesehatan pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Terpenuhinya kebutuhan gizi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai masalah, salah satunya di bidang kependudukan yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Data demografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor di bidang itu, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker dengan angka. kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker dengan angka. kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker dengan angka kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak 1.384.155 kasus baru (38,9%) dengan angka mortalitas sebesar 458.503 (12,4%).

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Zulliati 1, Muhammad Basit 2,Tria Dwi Putri 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. al., 2005). Berdasarkan laporan dari National Health and Nutrition Examination

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. al., 2005). Berdasarkan laporan dari National Health and Nutrition Examination BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan tingkat sosial ekonomi masyarakat terjadi pergeseran pola gaya hidup dan pola nutrisi yang cenderung mengkonsumsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya, proses-proses tersebut diantaranya adalah premenopause, menopause dan pascamenopause. Masa premenopause

Lebih terperinci

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda Ellen Pingkan Widiasmoko, 1110069. Pembimbing : Ellya R. Delima, dr., MKes Obesitas adalah penyakit kronis yang kompleks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang perempuan dan suatu proses alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Menopause bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang memiliki salah satu masalah yang sangat penting yaitu ledakan penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus kehidupan dengan rentang usia 19-40 tahun. Pada tahap ini terjadi proses pematangan pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampung jiwa (Sumber Pusat Statistik Proyeksi Pendidikan Indonesia per

BAB I PENDAHULUAN. Lampung jiwa (Sumber Pusat Statistik Proyeksi Pendidikan Indonesia per BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk di Indonesia dimasa ini kurang mengembirakan. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2004 mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan paling ideal baik secara fisiologis maupun biologis untuk diberikan bayi di awal kehidupannya (Almatsier, 2004). Keuntungan ASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah non eksperimental dengan pendekatan cohort prospektif. Setelah itu data yang sudah ada akan dilakukan uji chisquare. B. Populasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. parameter yang ditanyakan kepada responden yaitu: lama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. parameter yang ditanyakan kepada responden yaitu: lama BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah akseptor KB suntik yang pernah suntik ulang minimal 2 kali penyuntikan sebanyak 38 orang.

Lebih terperinci

JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT SEKARWATI SUKMANINGRASA

JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT SEKARWATI SUKMANINGRASA JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT SEKARWATI SUKMANINGRASA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatexco Batang Jawa Tengah, perusahaan ini merupakan pabrik yang memproduksi kain mori untuk bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas adalah suatu kondisi penambahan berat badan yang ditandai dengan penambahan berat badan diatas 20% BB ideal. Kondisi obesitas terjadi karena asupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling banyak ditemukan di masyarakat. Pada anak anak karies gigi adalah permasalahan kesehatan gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, jumlah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia. kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia. kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah penderita sekitar 4,3 per 1000 penduduk dengan kanker payudara menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 6 Gorontalo didirikan pada tahun 1951 dan mulai beroperasi pada tahun 1979.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 6 Gorontalo didirikan pada tahun 1951 dan mulai beroperasi pada tahun 1979. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian SMP Negeri 6 Gorontalo didirikan pada tahun 1951 dan mulai beroperasi pada tahun 1979. Sekolah yang beralamat di jalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah terpenting yang dialami oleh negara berkembang, seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman bagi setiap orang. Di antara berbagai jenis kanker, ada beberapa yang khas menyerang pada kaum wanita diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi

06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi TUJUAN Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif Pertemuan 4 - Epidemiologi Adalah studi yang menggambarkan karakteristik & sebaran masalah kesehatan/ penyakit;

Lebih terperinci

LAMA PENGGUNAAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK

LAMA PENGGUNAAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK LAMA PENGGUNAAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK Didien Ika Setyarini Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No 77 C Malang email: didinikasetyorini@gmail.com

Lebih terperinci

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013 The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013 Dewi AT, Sutyarso, Berawi MM, Angraeni ID Medical Faculty of Lampung

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita 36 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita dengan paritas nulipara dengan beberapa faktor risiko lain. Hal ini di teliti karena belum adanya penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program keluarga berencana (KB) merupakan bagian yang terpadu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program keluarga berencana (KB) merupakan bagian yang terpadu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program keluarga berencana (KB) merupakan bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual,

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN BERBAGAI ALAT KONTRASEPSI TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR

DAMPAK PENGGUNAAN BERBAGAI ALAT KONTRASEPSI TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DAMPAK PENGGUNAAN BERBAGAI ALAT KONTRASEPSI TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR (Studi pada Wanita Pasangan Usia Subur di Desa Sukaherang Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal terciptanya periode kehidupan baru, dimana. kondisi kesehatan ibu baik di masa lampau maupun

BAB I PENDAHULUAN. awal terciptanya periode kehidupan baru, dimana. kondisi kesehatan ibu baik di masa lampau maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses alamiah sebagai awal terciptanya periode kehidupan baru, dimana kondisi kesehatan ibu baik di masa lampau maupun masa kini merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologis (normal), sebagai

BAB I PENDAHULUAN. wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologis (normal), sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah proses alami setiap wanita, yaitu terjadinya proses perdarahan yang disebabkan luruhnya dinding rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi, masa kanak-kanak, masa pubertas, masa reproduksi, masa klimakterum dan

BAB I PENDAHULUAN. bayi, masa kanak-kanak, masa pubertas, masa reproduksi, masa klimakterum dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa pubertas, masa reproduksi, masa klimakterum dan masa senium. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi, dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia, termasuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam. zat-zat gizi lainnya (Almatsier, 2010; Supariasa, 2012).

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam. zat-zat gizi lainnya (Almatsier, 2010; Supariasa, 2012). digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Status Gizi a. Pengertian Status gizi adalah suatu ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui program Keluarga Berencana (BKKBN,2010). pemerintah yang pada awalnya diatur berdasarkan Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. melalui program Keluarga Berencana (BKKBN,2010). pemerintah yang pada awalnya diatur berdasarkan Undang-Undang No. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka pertambahan penduduk di Indonesia saat ini sekitar 6,6 juta jiwa atau 1,3% pertahun yang diprediksikan pada tahun 2015 total penduduk Indonesia berjumlah 270 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para pemimpin negara-negara di dunia telah membuat kesepakatan internasional untuk mengatasi masalah-masalah kependudukan dituangkan dalam Millenium Development Goals

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Meningioma merupakan tumor otak primer yang berasal jaringan. meninges dan merupakan salah satu tumor primer yang cukup sering

BAB I. PENDAHULUAN. Meningioma merupakan tumor otak primer yang berasal jaringan. meninges dan merupakan salah satu tumor primer yang cukup sering BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meningioma merupakan tumor otak primer yang berasal jaringan meninges dan merupakan salah satu tumor primer yang cukup sering terdiagnosis. Prevalensi meningioma

Lebih terperinci

INFO DEMOGRAFI. Dr. Ir. LILIS HERI MIS CICIH, MSi LD-FE Universitas Indonesia

INFO DEMOGRAFI. Dr. Ir. LILIS HERI MIS CICIH, MSi LD-FE Universitas Indonesia INFO DEMOGRAFI Dr. Ir. LILIS HERI MIS CICIH, MSi LD-FE Universitas Indonesia MENGINTIP STATUS KESEHATAN SASARAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA 1. Pendahuluan Program Keluarga Berencana sudah dilaksanakan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perimenopause adalah suatu fase dalam proses menua (aging) yaitu ketika seorang wanita mengalami peralihan dari masa reproduktif ke masa nonreproduktif. Pada fase ini,

Lebih terperinci

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN TLOGOMAS ABSTRAK

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN TLOGOMAS ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN TLOGOMAS Solagrasia Yakoba Milla 1), Sri Mudayatiningsih 2), Novita Dewi 3) ¹ ) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat sekarang sudah mulai menyadari pentingnya nilai kesehatan, hal ini terjadi seiring dengan banyaknya penyakit mematikan yang menyerang usia muda, usia produktif

Lebih terperinci

7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak

7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak 7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak 7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak 7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak Tahukah anda bahwa ada beberapa kebiasaan yang apabila terusmenerus

Lebih terperinci

Perbandingan berat badan pada akseptor kontrasepsi hormonal oral kombinasi sebelum, sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan

Perbandingan berat badan pada akseptor kontrasepsi hormonal oral kombinasi sebelum, sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan Karangan Asli Perbandingan berat badan pada akseptor kontrasepsi hormonal oral kombinasi sebelum, sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan Dewi Andriyati, Rusli P. Barus, Khairani Sukatendel, Muldjadi Affendy,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang, seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi overweight dan obesitas telah meningkat selama tiga dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius sejak awal abad ke-21 (WHO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini terjadi masa pubertas yang merupakan keterkaitan antara proses-proses neurologis dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

IBU-IBU AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA

IBU-IBU AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA FAKTijR-FAKiOR "r'npig BERPEHGkRBi TEEHAGAP STATUS GiZi IBU-IBU AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA Oleh MARIA ANGGRAENI 88 260 GMK PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 19 9 1 RINGKASAN MARIA ANGGRAENI.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu

Lebih terperinci