JANGKA REPRODUKSI DAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA WANITA DI KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WATI AH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JANGKA REPRODUKSI DAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA WANITA DI KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WATI AH"

Transkripsi

1 JANGKA REPRODUKSI DAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA WANITA DI KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WATI AH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: JANGKA REPRODUKSI DAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA WANITA DI KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT adalah karya saya sendiri yang diarahkan oleh komisi pembimbing dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juni 2011 Wati ah G

3 ABSTRACT WATI AH. Woman Reproductive Span and Its Factor in Cirebon Regency, West Java, Indonesia. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and SRI BUDIARTI. Research on reproductive span of Indonesian women is scarce. There was conflicting data between urban and rural area. Present study used longitudinal data to get the reproductive span of women who live in Cirebon rural community. Data was collected from interview. The data was processed using the Probit GLM (Generalized Linear Models). The result showed that age of menarche was years and menopause was years, so that the reproductive span was years. This reproductive span is not influenced by the use of contraceptives and their reproductive history which included age at first childbirth, the distance between the first and last pregnancy and number of children (parity). Women in rural areas have a shorter reproductive span than women in urban areas. Secular trends decreased the age of menarche. Keywords: Menarche, menopause, reproductive span, contraceptive, secular trends

4 RINGKASAN WATI AH. Jangka Reproduksi dan Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya pada Wanita di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan SRI BUDIARTI Kepadatan penduduk di Indonesia (126 jiwa/km 2 ) termasuk kategori yang cukup tinggi dibanding rata-rata kepadatan penduduk di dunia (43 jiwa/km 2 ). Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak jiwa, 58% diantaranya bertempat tinggal di Pulau Jawa. Kabupaten Cirebon yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, memiliki jumlah penduduk jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar jiwa/km 2 (BPS 2010). Kepadatan penduduk yang cukup tinggi ini dipicu oleh pertumbuhan penduduk. Kepadatan dan pertumbuhan penduduk ditentukan oleh banyaknya wanita usia produktif yang masih mungkin untuk hamil dan melahirkan. Rentang usia ketika seorang wanita masih produktif disebut jangka reproduksi. Jangka reproduksi ditentukan oleh usia menarke dan usia menopause. Penelitian mengenai menopause telah dilakukan di Turki oleh Reis et al. (1998) yang menyatakan bahwa usia menopause berkorelasi positif dengan status perkawinan, body mass index (BMI), graviditas, paritas, usia menarke, dan lama pendarahan (menstruasi). Namun hasil penelitian Noord et al. (1997) di Netherlands menunjukkan bahwa usia menopause dipengaruhi oleh gaya hidup (merokok dan penggunaan kontrasepsi oral) dan usia menopause tidak berhubungan dengan usia menarke. Penelitian di Amerika oleh Gold et al. (2001) melaporkan bahwa merokok, pendidikan yang rendah, tidak memiliki pekerjaan tetap, akan mempercepat usia menopause, sedangkan paritas dan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral (hormonal) akan mengalami menopause lebih lambat. Penelitian mengenai jangka reproduksi wanita di Indonesia masih mendapatkan hasil yang inkonsisten. Wanita di Kabupaten Bandung yang merupakan daerah urban memiliki jangka reproduksi tahun (Sukmaningrasa 2009), sedangkan wanita di Kampung Naga dan Baduy yang termasuk daerah rural, masing-masing memiliki jangka reproduksi dan tahun (Vidiawati 2009; Rohmatullayaly 2010). Jangka reproduksi wanita rural di Kampung Naga lebih panjang dibanding wanita urban di Kabupaten Bandung. Sebaliknya, jangka reproduksi wanita rural di Baduy lebih pendek dibanding wanita urban di Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, penulis ingin membuktikan apakah jangka reproduksi di daerah rural lebih panjang atau lebih pendek dibanding daerah urban. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jangka reproduksi serta mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhinya pada wanita di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data acuan kesehatan dan secara tidak langsung sebagai tolak ukur kesejahteraan wanita di Kabupaten Cirebon khususnya serta wanita di Indonesia pada umumnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember Lokasi penelitian di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat yang meliputi 12 kecamatan dan terdiri dari 68 desa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 636 orang, yang terdiri atas 359 ibu-ibu yang berusia tahun dan 277 anak-anak

5 dan remaja berusia tahun. Sampel yang diolah datanya sejumlah 621 orang yang merupakan penduduk asli Kabupaten Cirebon, sisanya 15 sampel tidak memenuhi kriteria yang diharapkan (bukan penduduk asli Kabupaten Cirebon/pendatang dan usianya lebih dari 70 tahun). Sampel yang diolah datanya terdiri atas 347 ibu-ibu serta 274 anak-anak dan remaja. Sebanyak 216 orang dari sampel ibu-ibu tidak menggunakan kontrasepsi dan sebagai akseptor KB non hormonal, 147 orang diantaranya sudah menopause. Sedangkan 131 orang diantara sampel ibu-ibu, sebagai akseptor KB hormonal dan hanya 48 orang yang sudah menopause. Penentuan jangka reproduksi dilakukan dengan menggunakan metode longitudinal, yakni mencari wanita yang sudah menopause dan menanyakan kapan menarkenya (Beall 1982). Penentuan usia melahirkan anak pertama, jangka kehamilan dan paritas menggunakan metode ingatan (memory) dan metode status quo sesuai dengan kondisi probandus. Sedangkan penentuan status gizi dilakukan dengan mengukur berat badan, tinggi badan dan tebal lipatan kulit, guna mengetahui Body Mass Index (BMI) dan Body Fat Percentage (persentase lemak tubuh). Analisis data menggunakan Generalized Linear Model (GLM) (Venables & Ripley 1999) dan ANOVA. Tempat pengolahan data dilakukan di bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB. Jangka waktu reproduksi wanita di Kabupaten Cirebon adalah selama tahun. Jangka reproduksi ini didapat dari rata-rata usia menopause tahun dikurangi rata-rata usia menarke tahun. Penggunaan alat kontrasepsi (KB) baik hormonal maupun non hormonal pada penelitian ini, tidak berpengaruh terhadap usia menopause. Hal ini berbeda dengan hasil peneltian Noord et al. (1997) dan Gold et al. (2001) yang menyatakan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral (hormonal) akan mengalami usia menopause lebih lambat. Berbeda pula dengan pendapat Reis et al. (1998) yang melaporkan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral akan mengalami menopause lebih cepat. Uji sidik ragam (ANOVA) riwayat reproduksi wanita menopause di Kabupaten Cirebon meliputi usia melahirkan anak pertama (F=0.0061, P>0.05), jangka kehamilan pertama dan terakhir (F=0.0473, P>0.05) serta paritas (F=0.7081, P>0.05). Hasil uji sidik ragam dan plot menunjukkan tidak adanya korelasi antara riwayat reproduksi dengan usia menopause. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Reis et al. (1998), Gold et al. (2001) dan Martin et al. (2006) yang menyatakan bahwa semakin banyak paritas maka semakin lambat usia menopausenya. Sedangkan usia melahirkan anak pertama yang tidak berpengaruh terhadap usia menopause pada hasil penelitian ini, berbeda dengan hasil penelitian Reis et al. (1998) dan Martin et al. (2006), yakni semakin tua usia melahirkan anak pertama maka semakin cepat usia menopausenya. Usia menarke wanita di Kabupaten Cirebon berubah semakin cepat disebabkan oleh kecenderungan sekuler. Hal ini dibuktikan dengan membandingkan usia menarke wanita Kabupaten Cirebon saat ini (tahun 2010) dan 34 tahun yang lalu (tahun 1976). Pada tahun 2010 rata-rata usia menarke wanita tahun sedangkan pada tahun 1976 rata-rata usia menarkenya tahun. Kecenderungan sekuler dalam usia menarke terjadi pula pada gadis India yang mengalami penurunan usia menarke rata-rata sekitar 6 bulan per dekade dalam tiga dekade terakhir (Bagga & Kulkarni 2000). Kecenderungan sekuler

6 merupakan perubahan yang dipicu oleh perubahan sosial ekonomi masyarakat pada kurun waktu tertentu. Parent et al. (2003) berpendapat bahwa kecenderungan sekuler berhubungan dengan latar belakang budaya/etnis, geografi dan sosial ekonomi. Selain itu, kondisi lingkungan pergaulan kemungkinan dapat merubah sistem endokrin, sehingga dapat mempercepat terjadinya menarke. Wanita rural di Kabupaten Cirebon memiliki jangka reproduksi (34.02 tahun) lebih pendek dibanding wanita urban di Kabupaten Bandung (35.55 tahun). Usia menarke wanita rural di Kabupaten Cirebon tahun (tahun 1976) lebih lambat dibanding usia menarke wanita urban di Kabupaten Bandung yakni tahun (tahun 1973), namun usia menopause terjadi sebaliknya. Hal ini diakibatkan oleh kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan status gizi masyarakat di daerah rural lebih rendah dibanding masyarakat di daerah urban. Wanita menopause di Kabupaten Cirebon berstatus gizi baik, karena 86.4% (127 subyek) termasuk BMI yang normal dan gemuk serta 58.5% (86 subyek) memiliki lemak tubuh yang cukup. Wanita dengan BMI rendah akan mengalami menopause lebih cepat (Martin et al. 2006). Kata Kunci: Menarke, menopause, jangka reproduksi, kontrasepsi, kecenderungan sekuler

7 Hak Cipta Milik IPB tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

8 JANGKA REPRODUKSI DAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA WANITA DI KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WATI AH G Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Bio Sains Hewan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

9 Penguji Luar Komisi pada ujian Tesis: Prof. drh. Arief Boediono, PhD.

10 Judul Nama NRP : Jangka Reproduksi dan Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya pada Wanita di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat : Wati ah : G Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Bambang Suryobroto Ketua Dr. dr. Sri Budiarti Anggota Diketahui Ketua Program Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Bambang Suryobroto Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr Tanggal Ujian: 8 Juni 2011 Tanggal Lulus: 28 Juni 2011

11 Barang siapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun (QS. An Nisa : 124) Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan wanita yang banyak (QS. An Nisa : 1) Mereka bertanya kepadamu tentang menstruasi. Katakanlah: Menstruasi adalah kotoran (QS. Al Baqarah : 222) itu Dan wanita-wanita yang tidak menstruasi lagi (menopause) di antara mereka jika kamu ragu-ragu maka iddah mereka adalah tiga bulan (QS. Ath Thalaaq : 4) Karya Ilmiah ini dipersembahkan untuk ibu dan anak-anakku tercinta, sahabatsahabat seperjuangan, MTs & MA Ash Shiddiqiyyah Kaliwadas Sumber Cirebon dan Departemen Agama Republik Indonesia.

12 PRAKATA Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Jangka Reproduksi dan Kajian Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya pada Wanita di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW atas teladan dan kasih sayangnya hingga akhir zaman. Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Bambang Suryobroto dan ibu Dr. dr. Sri Budiarti atas segala bimbingan dan saran yang diberikan dalam penelitian dan penulisan tesis ini. Terima kasih kepada Prof. drh. Arief Boediono, PhD. yang telah memberikan banyak masukan dalam perbaikan tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa dan dana penelitian. Terima kasih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon yang telah memberikan izin lokasi penelitian. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada staf dosen, teknisi dan laboran Bio Sains Hewan, staf dosen dan tata usaha Departemen Biologi, temanteman mahasiswa pasca Biosains Hewan dan BUD Biologi 2009, serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis hingga dapat menyelesaikan studi. Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi untuk kepentingan dan perkembangan ilmu pengetahuan, guna kemaslahatan dan kesejahteraan manusia. Bogor, Juni 2011 Wati ah

13 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 10 Desember 1971 sebagai anak pertama dari pasangan H. Dapi dan Hj. Aminah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar tahun 1984, SMPN Sumber tahun 1987 dan SMAN 1 Kodya Cirebon tahun Pada tahun yang sama melanjutkan studi di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung dan lulus tahun Sebelum melanjutkan studi di Program Magister Sains IPB pada tahun 2009, penulis mengajar di Madrasah Aliyah Ash Shiddiqiyyah Kaliwadas Sumber Cirebon. Penulis memilih mayor Biosains Hewan di Departemen Biologi SPs IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Departemen Agama Republik Indonesia.

14 xiii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Anatomi dan Fisiologi Reproduktif Wanita... 3 Menarke... 4 Siklus Menstruasi... 5 Menopause... 8 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Kondisi Sampel Penentuan Jangka Reproduksi Penentuan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jangka Reproduksi: Penentuan penggunaan kontrasepsi (KB) Penentuan usia melahirkan anak pertama Penentuan jangka kehamilan Penentuan paritas Penentuan kecenderungan sekuler Penentuan status gizi Analisis Data HASIL PEMBAHASAN SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 34

15 xiv DAFTAR TABEL Halaman 1 Nama kecamatan dan jumlah desa yang menjadi lokasi penelitian Jangka reproduksi wanita akseptor KB non hormonal dan alamiah serta akseptor KB hormonal di Kabupaten Cirebon Hubungan antara riwayat reproduksi wanita dengan usia menopause Tahun kelahiran dan usia menarke wanita Kabupaten Cirebon Perbandingan usia menarke, usia menopause dan jangka reproduksi wanita di daerah rural dan urban di Indonesia Status gizi wanita menopause di Kabupaten Cirebon Perbandingan usia menarke wanita rural dan urban di beberapa negara... 28

16 xv DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Organ reproduksi wanita Organ reproduksi internal wanita Bagan siklus menstruasi Jumlah folikel semakin menurun bersamaan dengan bertambahnya usia wanita Peta wilayah kecamatan di Kabupaten Cirebon Diagram alur proses seleksi subyek Jangka reproduksi wanita menopause akseptor KB non hormonal dan alamiah di Kabupaten Cirebon Plot usia menarke dan menopause wanita akseptor KB non hormonal dan alamiah di Kabupaten Cirebon Plot usia melahirkan anak pertama dan usia menopause wanita di Kabupaten Cirebon Plot jangka kehamilan dan usia menopause wanita di Kabupaten Cirebon Plot paritas dan usia menopause wanita di Kabupaten Cirebon Grafik usia menarke wanita masa kini di Kabupaten Cirebon

17 xvi DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kuisioner jangka reproduksi (probandus usia tahun) Kuisioner menarke remaja (probandus usia tahun) Format data base... 38

18 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, terutama di Pulau Jawa. Kabupaten Cirebon terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Cirebon merupakan daerah rural yang terletak di pesisir (pantai utara Jawa) dengan luas wilayah administratif km persegi. Penduduk Kabupaten Cirebon berjumlah jiwa, jiwa diantaranya adalah wanita, sehingga seks rasionya persen. Penduduk Kabupaten Cirebon sebagian besar bermatapencaharian tani dan nelayan, serta 30% penduduknya termasuk keluarga pra sejahtera (BPS 2010). Besarnya jumlah wanita di Kabupaten Cirebon sangat berpotensi untuk mempercepat pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Pertumbuhan dan kepadatan penduduk ditentukan oleh banyaknya wanita usia produktif yang masih mungkin untuk hamil karena masih berovulasi. Bila ovum yang masak tidak mengalami fertilisasi, wanita yang bersangkutan akan mengalami menstruasi. Menstruasi merupakan proses peluruhan endometrium yang disertai dengan pendarahan. Proses menstruasi dipengaruhi oleh luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) yang dibentuk di kelenjar pituitari di otak. Kedua hormon seksual ini dikendalikan oleh sistem syaraf pusat (SSP). Pada saat lahir LH dan FSH kadarnya tinggi di dalam darah, namun beberapa bulan kemudian menurun dan tetap rendah sampai masa pubertas (Sievert 2006). Perubahan terpenting dalam pubertas wanita adalah menonjolnya payudara dan menstruasi yang pertama (menarke) (Parent et al. 2003). Pada usia tertentu, seorang wanita yang ketika itu masih produktif, akan berhenti siklus menstruasinya. Wanita yang berhenti menstruasi selama satu tahun disebut telah mengalami menopause dan ia tidak lagi dalam masa produktif (Gold et al. 2001). Jangka reproduksi (rentang usia ketika seorang wanita produktif) merupakan rentang usia seorang wanita dalam masa reproduksi, yakni jarak antara menarke dan menopause. Apabila terjadi perubahan pada usia menarke atau pada usia menopause seseorang, maka akan berubah pula jangka reproduksinya. Hasil

19 2 penelitian Reis et al. (1998) di Turki menunjukkan bahwa usia menopause berhubungan positif dengan status perkawinan, body mass index (BMI), graviditas, paritas, usia menarke, dan lama pendarahan (menstruasi). Namun hasil penelitian Noord et al. (1997) di Netherlands menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara usia menarke dengan usia menopause seseorang, sedangkan usia menopause itu sendiri dipengaruhi oleh gaya hidup (merokok dan penggunaan kontrasepsi oral). Penelitian di Amerika oleh Gold et al. (2001) melaporkan bahwa merokok, pendidikan yang rendah, janda (tidak kawin), tidak memiliki pekerjaan tetap, akan mempercepat usia menopause, sedangkan paritas dan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral (hormonal) akan mengalami menopause lebih lambat. Penelitian di Indonesia mengenai jangka reproduksi wanita telah dilakukan oleh Sukmaningrasa (2009) di Kabupaten Bandung, Vidiawati (2009) di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya dan Rohmatullayaly (2010) di Baduy Kabupaten Lebak. Wanita di Kabupaten Bandung yang merupakan daerah urban memiliki jangka reproduksi tahun. Wanita di Kampung Naga dan Baduy yang termasuk daerah rural, masing-masing memiliki jangka reproduksi dan tahun. Jangka reproduksi wanita rural di Kampung Naga lebih panjang dibanding wanita urban di Kabupaten Bandung. Sebaliknya, jangka reproduksi wanita rural di Baduy lebih pendek dibanding wanita urban di Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, penulis ingin membuktikan apakah jangka reproduksi di daerah rural lebih panjang atau lebih pendek dibanding daerah urban. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jangka reproduksi serta mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhinya pada wanita di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa barat. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data acuan kesehatan dan secara tidak langsung sebagai tolak ukur kesejahteraan wanita di Kabupaten Cirebon khususnya serta wanita di Indonesia pada umumnya.

20 3 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Reproduktif Wanita Struktur reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi eksternal dan organ reproduksi internal (Gambar 1). Organ reproduksi eksternal secara umum disebut vulva, meliputi klitoris, labia mayora, labia minora, dan vestibulum (tempat bermuara vagina dan ureter). Organ reproduksi internal (Gambar 2) terdiri dari indung telur (ovarium), oviduk (tuba falopii), uterus (rahim), dan vagina (Graaff 2001). Gambar 1 Organ reproduksi wanita (Graaff 2001). Ovarium masing-masing terletak di setiap sisi rahim pada dinding lateral di dalam rongga panggul (pelvis). Setiap indung telur tertambat pada sisinya yang disebut hilus oleh mesovarium, ke ligamentum latum uterus. Ovarium tergolong kelenjar ganda sebab ia menghasilkan getah eksokrin (sitogenik) dan getah endokrin. Oviduk (saluran telur) berupa sepasang bangunan yang membentang dari indung telur ke rahim. Ujung oviduk (infundibulum) yang menghadap ovarium

21 4 terbuka langsung ke ruang peritonium sedangkan ujung yang lain (bagian intramural) bermuara ke dalam rongga rahim. Gambar 2 Organ reproduksi internal wanita (Graaff 2001). Uterus merupakan bagian saluran reproduksi yang berdinding tebal dan ujungnya menonjol ke dalam bagian atas vagina. Uterus mencakup badan rahim (corpus uteri) dan leher rahim (cervix uteri). Dinding rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu : lapis luar (serosa/peritonium), lapis tengah (lapis otot/miometrium), dan lapis dalam (mukosa/endometrium) (Vaughan 2002). Uterus berfungsi untuk menampung fetus hingga menjelang partus. Vagina merupakan ruangan berdinding tebal yang membentuk saluran kelahiran yang dilalui bayi saat lahir. Vagina juga sebagai tempat singgah bagi sperma selama kopulasi. Menarke Menarke adalah menstruasi pertama kali yang dialami oleh wanita. Menarke merupakan tanda umum terjadinya pubertas seorang wanita (Mokha et al. 2006). Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa reproduksi. Pada saat pubertas, ovarium mulai berfungsi di bawah pengaruh hormon gonadotropin dari hipofisis, dan hormon ini dikeluarkan atas pengaruh

22 5 releasing factor dari hipotalamus. Folikel primer mulai tumbuh walaupun folikelfolikel itu tidak sampai menjadi matang karena sebelumnya mengalami atresia, namun folikel-folikel tersebut sudah sanggup mengeluarkan estrogen. Usia menarke (pubertas) dapat dipengaruhi oleh faktor hereditas/genetik, status gizi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Faktor genetik mempengaruhi usia menarke seseorang, hal ini dijelaskan dengan adanya hubungan antara polimorfisme gen SHBG (Seks Hormone-Binding Globulin) dengan usia menarke (Xita et al. 2005). Gadis yang memiliki alel genotipe TAAAA lebih panjang (>8 ulangan) usia menarkenya tahun sedangkan gadis yang memiliki alel lebih pendek (<8 ulangan) usia menarkenya tahun. Usia menarke juga ditentukan oleh faktor gizi (kegemukan). Anak perempuan yang gemuk cenderung mengalami menarke lebih awal, sedangkan anak perempuan yang kurus dan kekurangan gizi cenderung mengalami menarke lebih lambat (Adair & Larsen 2001). Ikaraoha pada tahun 2005 melakukan penelitian di Nigeria dan menunjukkan hasil bahwa siklus menstruasi yang pertama (menarke) terjadi lebih awal pada anak perempuan yang tinggal di kota dibandingkan yang tinggal di pedesaan. Siklus Menstruasi Siklus menstruasi dimulai dari hari pertama pendarahan menstruasi. Siklus menstruasi berkisar antara hari, hanya 10 15% wanita yang memiliki siklus 28 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause. Jarak antar 2 siklus bisa berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini normal terjadi, karena setelah beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur. Menstruasi bisa berlangsung selama 3 5 hari, kadang sampai 7 hari. Siklus menstruasi (Gambar 3) terbagi menjadi 3 fase, yakni: 1. Fase Proliferasi (Folikuler) Fase ini dimulai pada akhir pendarahan menstruasi dan ditandai oleh regenerasi cepat endometrium yang tipis (lapisan basal) selepas menstruasi. Penebalan endometrium ini berbarengan dengan perkembangan folikel di dalam ovarium dan sekresi estrogen (Graaff 2001).

23 6 Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3 30 folikel. Masing-masing folikel mengandung satu sel telur, tetapi hanya satu folikel yang terus tumbuh, yang lainnya mengalami regresi. Menjelang akhir fase folikuler kadar LH meningkat cepat hingga mencapai puncaknya. Setelah jam dari puncak produksi LH, folikel yang matang dan menonjol pada permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur (ovulasi). Gambar 3 Bagan siklus menstruasi (Graaff 2001). Jumlah folikel primordial seseorang akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia (Gambar 4). Pada usia 10 tahun, rata-rata jumlah folikel primordial sekitar buah. Namun setelah usia 37.5 tahun jumlah folikel akan menurun drastis hingga kurang dari buah. Penurunan jumlah folikel di dalam ovarium akan terus berlangsung secara cepat selama 10 tahun menjelang menopause, sehingga pada usia sekitar 50 tahun ovarium tidak berfungsi lagi (Jones et al. 2007).

24 7 Gambar 4 Jumlah folikel semakin menurun bersamaan dengan bertambahnya usia wanita (Jones et al. 2007). 2. Fase Sekresi (Luteal/progestasi) Fase ini dimulai setelah terjadi ovulasi dan berlangsung sekitar dua minggu. Endometrium terus menebal, sel-sel pada endometrium menjadi lebih besar, berkelok-kelok, dan mensekresikan banyak lendir (getah kelenjar yang mengandung glikogen). Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum (badan kuning) di dalam ovarium. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase luteal dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah hari setelah ovulasi, korpus luteum mengecil dan kadar progesteron menurun, kecuali jika terjadi pembuahan (Graaff 2001). 3. Fase Menstruasi (aliran menstruasi/pendarahan) Lapisan fungsional (endometrium) nekrosis dan terkelupas disertai keluarnya darah yang berbaur dengan getah kelenjar. Hal ini disebabkan penurunan kadar progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan.

25 8 Pada beberapa tahun sebelum mengalami menopause, menstruasi akan datang secara tidak teratur. Semakin mendekati menopause maka wanita akan semakin jarang menstruasi, dan akhirnya tidak mengalami menstruasi sama sekali (Sievert 2006). Menopause Menopause merupakan penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikel ovarium (Burger et al. 2002). Usia wanita yang menopause secara alamiah di beberapa negara secara internasional rata-rata berkisar antara tahun (Thomas et al. 2001). Wanita yang mengalami pembedahan (histerektomi dengan atau tanpa bilateral ooforektomi) akan memasuki menopause lebih cepat dari seharusnya (Akahoshi et al. 1996). Klimaksterium (perimenopause) dimulai 3 4 tahun sebelum menopause. Penurunan atau menghilangnya sekresi estrogen dan progesteron di ovarium menyebabkan perubahan hormon-hormon endokrin yang terjadi selama masa klimaksterium dan pascamenopause. Kadar Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) yang bersirkulasi (beredar melalui peredaran darah) mulai meningkat beberapa tahun sebelum penghentian produksi estrogen sebenarnya oleh ovarium (Burger et al. 2002). Pada wanita pascamenopause, kadar FSH dan LH meningkat di atas kadar yang terdapat pada wanita pramenopause, dengan FSH yang biasanya lebih tinggi daripada LH. Hal inilah yang menyebabkan melambatnya FSH hilang atau bersih dari peredaran darah. Peningkatan kadar gonadotropin pada wanita menopause disebabkan oleh tidak terdapatnya umpan balik negatif hormon estrogen pada ovarium dan mungkin pula adanya penghambatan pelepasan gonadotropin setelah berusia 60 tahun (Sievert 2006). Peningkatan FSH dalam darah dapat mengindikasikan adanya kegagalan ovarium yang tidak dapat menghasilkan estrogen (Sievert 2006). Gangguan fungsi ovarium menyebabkan produksi estrogen menurun dan gejala klimaksterium. Akibat dari menurunnya estrogen akan menimbulkan sindrom baik secara fisik ataupun psikologis pada wanita menopause (Wirakusumah 2004).

26 9 Sindrom menopause secara fisik antara lain: dirasakannya arus panas pada kulit (hot flashes), kalau bersetubuh merasa sakit (dispareunia), kekeringan pada vagina (lubrikasi/pelumasan tidak normal), peradangan vagina (Nelson 2005), kulit cepat berkeriput (penuaan), osteoporosis (Burger et al. 2002; Luborsky et al. 2002), penyakit jantung, darah tinggi (Schulman et al. 2006; Janssen et al. 2008), lensa mata keruh (Worzala et al. 2001). Sedangkan gejala-gejala secara psikologis yang menyertai menopause antara lain: gelisah dan cemas, mudah tersinggung, kesepian, disfungsi seksual/gairah seks menurun, sulit tidur (insomnia), depresi dan stress (Wirakusumah 2004; Gracia et al. 2007). Hot flashes akan dirasakan pada leher, wajah, dan bagian atas dada, biasanya berlangsung selama 15 detik sampai satu menit. Arus panas terjadi karena berfluktuasinya kadar hormon. Diduga, perubahan kadar estrogen menyebabkan pembuluh darah membesar secara mendadak sehingga terjadi arus dan hilang secara cepat, sehingga tubuh merasakan panas. Selain itu, dapat disebabkan oleh perubahan fungsi hipotalamus yang mengatur suhu tubuh. Rasa sakit saat bersetubuh disebabkan menipisnya jaringan lapisan vagina dan berkurangnya sekresi lendir/lubrikasi. Hal ini diakibatkan oleh menurunnya kadar estrogen. Aktivitas seks yang teratur akan memelihara dinding vagina. Kulit yang cepat berkeriput dikarenakan elastisitasnya berkurang, disebabkan oleh penurunan estrogen. Kadar estrogen yang menurun akan berpengaruh terhadap sel-sel tubuh yang memproduksi kolagen dan elastin (protein yang berfungsi memberi kekuatan dan elastisitas pada persendian, otot, dan kulit). Osteoporosis disebabkan oleh hilangnya kalsium dari jaringan tulang dan berkurangnya aktifitas osteoblas sebagai pembentuk tulang. Aktifitas osteoblas akan terganggu jika terjadi penurunan estrogen dan progesteron pada saat menopause. Lensa mata keruh (katarak) kemungkinan disebabkan oleh penurunan methylnitrosourea akibat tidak berfungsinya ovarium. Pada lensa mata terdapat reseptor estrogen tipe α dan β yang harus dipelihara dengan selalu tersedianya estrogen agar lensa mata tetap berfungsi dengan baik.

27 10 Penyakit jantung (kardiovaskuler) kemungkinan disebabkan oleh menurunnya sensitifitas garam (sodium kuat) dan meningkatnya tekanan darah. Hal ini diakibatkan disfungsi ovarium yang disertai hilangnya estrogen dalam tubuh. Gelisah dan cemas, mudah tersinggung, kesepian, dan gairah seks menurun disebabkan oleh reseptor estrogen yang terdapat pada bagian otak (amigdala) berespon terhadap penurunan estrogen. Amigdala menciptakan rasa sejahtera dan meningkatkan gairah seksual. Sulit tidur (insomnia), depresi dan stress disebabkan oleh penurunan jumlah serotonin (salah satu bentuk neurotransmiter) akibat menurunnya kadar estrogen. Mengkonsumsi karbohidrat dapat meningkatkan serotonin. Banyak faktor yang mempengaruhi usia menopause seseorang. Faktorfaktor tersebut antara lain: faktor genetik, etnis, merokok, pendidikan, berat badan, dan penggunaan alat kontrasepsi. Murabito et al. (2005) menyatakan bahwa setidaknya 50% variabilitas usia menopause antar individu disebabkan efek genetik. Kontribusi faktor lingkungan relatif kecil mempengaruhi usia menopause alami. Luborsky (2002) melaporkan bahwa Prevalensi Premature Ovarian Failure (POF) berbeda-beda menurut etnisitas. Faktor kesehatan yang terkait dengan POF juga berbeda-beda berdasarkan etnisitas. Pada wanita Kaukasia, penggunaan hormon wanita, osteoporosis, kecacatan yang parah dan merokok secara signifikan terkait dengan POF. Sebaliknya, pada wanita Afrika Amerika POF dikaitkan dengan BMI yang lebih tinggi dan pengguna hormon wanita, tetapi osteoporosis tidak berhubungan. Martin et al. (2006) menyatakan bahwa menopause akan lebih cepat pada wanita yang merokok, usia melahirkan anak pertama yang lebih tua, pendidikan rendah, berat badan kurang (kurus). Wanita yang merokok akan lebih cepat menopause dibanding wanita yang tidak pernah merokok. Hal ini dikarenakan racun yang terdapat dalam rokok akan berdampak negatif terhadap fungsi ovarium, yakni kemungkinan akan meningkatkan atresia. Polycyclic aromatic hydrocarbons yang terdapat pada rokok sigaret (rokok putih) akan meracuni

28 11 folikel dalam ovarium, mengakibatkan atrofi ovarium (Mattisson & Thorgeirsson 1978). Wanita yang usia melahirkan anak pertamannya lebih muda memiliki peluang untuk hamil (graviditas) dan melahirkan anak (paritas) lebih banyak. Pada wanita yang hamil dan melahirkan akan terjadi penghentian siklus menstruasi dan keletihan folikel, sehingga mengakibatkan usia menopause lebih lambat. Wanita yang usia melahirkan anak pertamanya lebih muda secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap penundaan usia menopause (Reis et al. 1998). Wanita yang kegemukan (obese) akan mengalami menopause lebih lambat dibanding wanita yang normal dan kurus. Wanita yang gemuk kadar SHBG (Seks Hormone-Binding Globulin) akan menurun, sehingga kadar estrogen akan meningkat dan FSH menurun. Penurunan kandungan FSH dalam darah akan menghambat proses berhentinya kerja folikel dan melambatnya menopause (Speroff et al. 1988). Noord et al. (1997) melaporkan bahwa alat kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) yang mengandung hormon estrogen dan progesteron secara langsung akan mempengaruhi siklus menstruasi, sehingga hormon sintetis ini akan mempengaruhi daur alamiah dan memperlambat usia menopause. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Reis et al yang menyatakan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral akan mengalami menopause lebih cepat.

29 12 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember Lokasi penelitian di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat yang meliputi 12 kecamatan dan terdiri dari 68 desa (Gambar 5 dan Tabel 1). LAUT JAWA Peta Jawa Barat Gambar 5 Peta wilayah kecamatan di Kabupaten Cirebon. Tabel 1 Nama kecamatan dan jumlah desa yang menjadi lokasi penelitian No. Nama Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Probandus 1 Kapetakan Suranenggala Gunung jati Plumbon Weru Sumber Arjawinangun Tengah tani Depok Palimanan Talun Jamblang 4 23 Jumlah

30 13 Kondisi Sampel Usia wanita yang menjadi sampel pada penelitian ini berkisar antara tahun. Usia subyek dicatat sebagai usia ketika pengambilan sampel dan dimasukkan ke dalam kelas usia berdasarkan ulang tahun terdekatnya. Sampel ibu-ibu didapatkan dengan cara menemuinya di rumah-rumah penduduk dan majlis ta lim ibu-ibu yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Cirebon. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 636 orang, yang terdiri atas 359 ibu-ibu yang berusia tahun dan 277 anak-anak dan remaja berusia tahun. Sampel yang diolah datanya sejumlah 621 orang yang merupakan penduduk asli Kabupaten Cirebon, sisanya 15 sampel tidak memenuhi kriteria yang diharapkan (bukan penduduk asli Kabupaten Cirebon/pendatang dan usianya lebih dari 70 tahun). Sampel yang diolah datanya terdiri atas 347 ibu-ibu serta 274 anak-anak dan remaja. Sebanyak 216 orang dari sampel ibu-ibu tidak menggunakan kontrasepsi dan sebagai akseptor KB non hormonal, 147 orang diantaranya sudah menopause. Sedangkan 131 orang diantara sampel ibu-ibu, sebagai akseptor KB hormonal dan hanya 48 orang yang sudah menopause (Gambar 6). Keaslian penduduk Kabupaten Cirebon diketahui melalui wawancara yang menanyakan tempat lahir dirinya dan orang tua dua generasi ke atas (ayah, ibu, kakek, nenek). Usia subyek dilihat dari KTP (Kartu Tanda Penduduk) atau menanyakan langsung tanggal lahir/usianya. Apabila subyek menyebutkan usia, maka dikonversi ke tanggal 1 bulan Januari pada tahun kalender yang sesuai. Namun jika subyek mengingat tahun kalender, maka dikonversi ke tanggal 1 bulan Juli. Usia subyek didapat dari tanggal wawancara/pencatatan dikurangi tanggal lahir dibagi Peneliti menggunakan sampel wanita yang tidak menggunakan KB (yakni konsepsi secara alamiah) dan tidak menggunakan KB hormonal, dengan harapan memiliki daur menstruasi alamiah supaya berakhir pada usia menopause yang alamiah juga (Noord et al. 1997).

31 Total sampel 15 wanita bukan penduduk asli Kab. Cirebon (pendatang) dan usia lebih dari 70 tahun 621 wanita penduduk asli Kab. Cirebon 347 ibu-ibu usia tahun: sudah menopause masih fertil /produktif 274 anak-anak & remaja usia tahun 194 subyek yang tidak ber-kb (konsepsi alamiah) 22 subyek sebagai akseptor KB Non Hormonal 131 subyek sebagai akseptor KB Hormonal: - 48 sudah menopause - 83 masih produktif 216 subyek akseptor KB Non Hormonal & alamiah: subyek sudah menopause - 69 subyek masih produktif Gambar 6 Diagram alur proses seleksi subyek. Penentuan Jangka Reproduksi Penentuan jangka reproduksi dilakukan dengan menggunakan metode longitudinal, yakni mencari wanita yang sudah menopause dan menanyakan kapan menarkenya (Beall 1982). Untuk menentukan status menopause penulis menanyakan subyek kapan terakhir ia menstruasi. Jarak terakhir menstruasi dihitung dari tanggal tercatat saat wawancara dikurangi dengan tanggal terakhir menstruasi. Apabila masa terakhir menstruasi lebih dari 1 tahun berarti subyek yang bersangkutan sudah mengalami menopause (Reis et al. 1998; Gold et al. 2001). Setelah itu, untuk orang yang sama penentuan usia menarke diperoleh dari ingatan subyek yang bersangkutan.

32 15 Penentuan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jangka Reproduksi: 1. Penentuan penggunaan kontrasepsi (KB) Probandus yang menggunakan pil KB, suntik KB, dan implant/susuk KB digolongkan ke dalam akseptor KB hormonal. Sedangkan probandus yang menggunakan Intra Uterine Device (IUD) atau spiral, steril (tubektomi) dan kondom dimasukkan ke dalam kelompok akseptor KB non hormonal dan datanya digabung dengan probandus yang tidak menggunakan KB (konsepsi alamiah). 2. Penentuan usia melahirkan anak pertama Penentuan usia melahirkan anak pertama menggunakan metode ingatan (memory) dan metode status quo sesuai dengan kondisi probandus. Metode ingatan digunakan untuk menanyakan usia probandus saat melahirkan anak pertama. Jika probandus tidak tahu usia berapa, maka ditanyakan tahun berapa probandus melahirkan anak pertama. Tahun melahirkan anak pertama dikurangi tahun lahir ibu akan mendapatkan usia melahirkan anak pertama. Apabila masih belum ingat, maka ditanyakan usia anak pertama. Usia melahirkan anak pertama akan didapat dari usia ibu dikurangi usia anak pertama. Metode status quo digunakan dengan menanyakan apakah setelah menikah langsung hamil atau tidak. Hal ini dilakukan karena rata-rata probandus akan lebih ingat kapan waktu menikah. 3. Penentuan jangka kehamilan Jangka kehamilan didapatkan dari selisih waktu antara kehamilan pertama dan kehamilan terakhir. 4. Penentuan paritas Paritas ditentukan oleh berapa jumlah bayi yang dilahirkan oleh probandus baik hidup ataupun mati. Bayi yang lahir akan dihitung sebagai anak jika usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 7 bulan (Noord et al. 1997).

33 16 5. Penentuan kecenderungan sekuler Untuk mengetahui apakah terjadi kecenderungan sekuler atau tidak, penulis mengelompokkan subyek wanita dewasa (usia tahun) berdasarkan tahun kelahiran, tiap sepuluh tahun dan dihitung usia menarkenya. Selain itu, sebagai pembanding peneliti mengambil data remaja yang berusia tahun untuk mengetahui usia menarke wanita muda saat ini. 6. Penentuan status gizi Status gizi ditentukan oleh Body Mass Index (BMI) dan persentase lemak tubuh. BMI dihitung dari rumus berat badan (kg)/tinggi badan (m 2 ), sedangkan persentase lemak tubuh dihitung dengan rumus : - Kepadatan tubuh = ( x jumlah tebal lipatan kulit trisep, paha dan suprailiac) + ( x kuadrat dari jumlah tebal lipatatan kulit trisep, paha, dan suprailiac) ( x usia subyek dalam tahun). - % Lemak tubuh = (495 / Kepadatan tubuh) 450. (Otte et al. 2000). Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital, sedangkan pengukuran tinggi badan menggunakan alat pengukur badan (antropometer). Pengukuran tebal lipatan kulit dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran skinfold (tebal lipatan kulit). Analisis Data Untuk mengetahui usia berapa rata-rata wanita di Kabupaten Cirebon mengalami menopause, penulis melakukan analisis data menggunakan Generalized Linear Model (GLM). GLM adalah generalisasi fleksibel regresi kuadrat terkecil. Respon yang didapat pada penelitian ini merupakan status menopause yang berupa ya/tidak yang mengikuti sebaran binomial (bukan sebaran normal yang diperlukan oleh metode kuadrat terkecil). GLM menganalisis variabel respon melalui fungsi link. Pada penelitian ini penulis menggunakan link probit dalam prosedur probit GLM (Venables & Ripley 1999). Dari wanita yang sudah mengalami menopause ini, penulis mencari usia menarkenya. Rata-rata usia menarke mereka dihitung dengan cara yang sama. Selisih rata-rata usia menarke dengan rata-rata usia menopause merupakan rata-rata jangka reproduksi.

34 17 Analisis varian (ANOVA) digunakan untuk menguji signifikasi riwayat reproduksi dengan usia menopause. Riwayat reproduksi meliputi usia melahirkan anak pertama, jangka kehamilan dan paritas. Tempat pengolahan data dilakukan di bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

35 Persentase 18 HASIL Jangka waktu reproduksi wanita akseptor KB non hormonal dan alamiah (tidak menggunakan KB) di Kabupaten Cirebon adalah selama tahun. Jangka reproduksi ini didapat dari rata-rata usia menopause tahun dikurangi rata-rata usia menarke tahun (Gambar 7). 100% Menarke Menopause 50% Jangka Reproduksi % Umur (Tahun) Gambar 7 Jangka reproduksi wanita menopause akseptor KB non hormonal dan alamiah di Kabupaten Cirebon. Usia menopause dengan usia menarke wanita di Kabupaten Cirebon tidak berkorelasi (Gambar 8). Hasil uji plot menunjukkan bahwa wanita yang menarkenya ketika berusia 14 tahun, usia menopausnya bervariasi dari 36 tahun sampai dengan 63 tahun. Sedangkan wanita yang usia menarkenya 15 tahun dapat bermenopause tahun dan wanita yang usia menarkenya 16 tahun bermenopause tahun.

36 Usia menarke (tahun) Usia menopause (tahun) Gambar 8 Plot usia menarke dan menopause wanita akseptor KB non hormonal dan alamiah di Kabupaten Cirebon. Usia menarke dan usia menopause wanita akseptor KB hormonal dengan wanita akseptor KB non hormonal serta alamiah (tidak ber-kb) tidak jauh berbeda. Hal ini mengakibatkan jangka reproduksi wanita akseptor KB hormonal dan akseptor KB non hormonal serta alamiah hampir sama (Tabel 2). Tabel 2 Jangka reproduksi wanita akseptor KB non hormonal dan alamiah serta akseptor KB hormonal di Kabupaten Cirebon Subyek Jumlah (orang) Usia menarke (tahun) Usia menopause (tahun) Jangka reproduksi (tahun) Akseptor KB non hormonal & alamiah Akseptor KB hormonal Riwayat reproduksi wanita menopause di Kabupaten Cirebon meliputi usia melahirkan anak pertama, jarak antara kehamilan pertama dengan kehamilan terakhir (jangka kehamilan) dan jumlah anak (paritas). Subyek yang usia melahirkan anak pertamanya kurang dari 20 tahun mengalami menopause lebih cepat (46.93 tahun) dibanding subyek yang melahirkan anak pertamanya 20 tahun

37 20 atau lebih (menopause usia tahun). Sebanyak 13 orang (9.6%) dari total sampel yang menopause memiliki jangka kehamilan 1 4 tahun, sedangkan subyek yang memiliki jangka kehamilan 5 tahun atau lebih sebanyak 123 orang (90.4%). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa semakin lama jangka kehamilan, semakin cepat usia menopausenya dan subyek yang memiliki jumlah anak lebih dari dua akan mengalami menopause lebih cepat juga (Tabel 3). Namun hasil uji sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa usia melahirkan anak pertama (F=0.0061, P>0.05), jangka kehamilan (F=0.0473, P>0.05) dan paritas (F=0.7081, P>0.05) tidak mempengaruhi kapan usia menopause berlangsung. Hal ini sesuai dengan uji korelasi yang memperlihatkan tidak adanya korelasi antara usia melahirkan anak pertama, jangka kehamilan dan paritas dengan usia menopause (Gambar 9, 10, 11). Tabel 3 Hubungan antara riwayat reproduksi wanita dengan usia menopause No. Riwayat reproduksi wanita Jumlah sampel (orang) Usia menopause (tahun) Uji Statistik (ANOVA) F value Pr (>F) P 1 Usia melahirkan anak pertama* > tahun tahun Jangka kehamilan* > tahun tahun tahun Paritas > anak > 2 anak *sebanyak 11 subyek tidak memiliki anak Subyek yang melahirkan anak pertama pada usia 16 tahun mengalami menopause pada usia 40 tahun sampai 56 tahun. Selain itu subyek yang melahirkan anak pertamanya 18 tahun, menopausnya pada usia tahun dan subyek yang melahirkan anak pertamanya 20 tahun, menopause pada usia tahun (Gambar 9).

38 Usia menopause (tahun) Usia menopause (tahun) Usia melahirkan anak pertama (tahun) Gambar 9 Plot usia melahirkan anak pertama dan usia menopause wanita di Kabupaten Cirebon. Jangka kehamilan pertama dan terakhir subyek pada penelitian ini bervariasi dari 0 sampai 29 tahun. Subyek yang jangka kehamilannya 0 2 tahun menopause pada usia 44.5 sampai 56.5 tahun. Sedangkan subyek yang jangka kehamilannya 4 tahun, menopause pada usia tahun dan subyek yang jangka kehamilannya 13 tahun, menopause pada usia tahun (Gambar 10) Jangka Kehamilan (tahun) Gambar 10 Plot jangka kehamilan dan usia menopause wanita di Kabupaten Cirebon.

39 Usia menopause (tahun) Wanita menopause di Kabupaten Cirebon yang mempunyai dua anak atau kurang bermenopause dari usia 34.5 tahun sampai tahun. Sedangkan subyek yang mempunyai anak lebih dari dua orang, bermenopause pada usia 34 sampai 59 tahun (Gambar 11) Paritas (anak) Gambar 11 Plot paritas dan usia menopause wanita di Kabupaten Cirebon. Hasil analisis memperlihatkan bahwa setiap dasa warsa tahun kelahiran subyek terdapat perubahan usia menarke (Tabel 4). Perubahan usia menarke yang terjadi semakin cepat. Kecenderungan sekuler ini akan lebih nyata jika kita bandingkan usia menarke wanita Kabupaten Cirebon saat ini (tahun 2010) dan 34 tahun yang lalu (tahun 1976). Pada tahun 2010 rata-rata usia menarke wanita tahun (Gambar 12) sedangkan pada tahun 1976 rata-rata usia menarkenya tahun. Tabel 4 Tahun kelahiran dan usia menarke wanita Kabupaten Cirebon Tahun Kelahiran Jumlah subyek (orang) Usia menarke (tahun)

40 Probabilitas % 75% 50% 25% 0% Usia subjek (tahun) Gambar 12 Grafik usia menarke wanita masa kini di Kabupaten Cirebon. Jangka reproduksi wanita rural di Kabupaten Cirebon (34.02 tahun) lebih pendek dibanding jangka reproduksi wanita urban di Kabupaten Bandung (35.55 tahun). Usia menarke wanita rural di Kabupaten Cirebon tahun (tahun 1976) lebih lambat dibanding usia menarke wanita urban di Kabupaten Bandung yakni tahun (tahun 1973), namun usia menopause terjadi sebaliknya (Tabel 5). Tabel 5 Perbandingan usia menarke, usia menopause dan jangka reproduksi wanita di daerah rural dan urban di Indonesia Nama Daerah Usia Menarke (tahun) Tahun Menarke Usia Menopause (tahun) Jangka Reproduksi (tahun) Referensi Kab. Bandung (urban) Sukmaningrasa 2009 Kampung naga (rural) Vidiawati 2009 Suku Baduy (rural) Rohmatullayaly 2010 Kab. Cirebon (rural) Penelitian ini

41 24 Status gizi wanita menopause di Kabupaten Cirebon dapat dilihat dari BMI dan persentase lemak tubuhnya (Tabel 6). Berdasarkan hasil perhitungan BMI subyek termasuk dalam kategori kurus 13.6% (20 orang), normal 57.8% (85 orang), gemuk 22.5% (33 orang) dan gemuk sekali 6.1% (9 orang). Sedangkan jika dilihat dari persentase lemak tubuhnya subyek termasuk dalam kategori kurus 41.5% (61 orang), normal 44.9% (66 orang), gemuk 10.2% (15 orang) dan gemuk sekali 3.4% (5 orang). Tabel 6 Status gizi wanita menopause di Kabupaten Cirebon Karakteristik wanita Body mass index (BMI) Jumlah subyek (orang) Persentase (%) Kriteia subyek semua usia Kurus < 18.5 Normal n < 25 Gemuk (over weight) n <30 Gemuk sekali (obese) Lemak tubuh th th th Kurus < 21% < 23% <24% Normal % 23 < 35% 24 < 36% Gemuk (over weight) % 35 40% 36 42% Gemuk sekali (obese) > 39% > 40% > 42%

42 25 PEMBAHASAN Jangka reproduksi ditentukan oleh usia menarke dan usia menopause. Apabila terjadi perubahan pada usia menarke atau pada usia menopause seseorang, maka akan berubah pula jangka reproduksinya. Jangka reproduksi wanita di Kabupaten Cirebon selama tahun, dengan rata-rata usia menopause tahun (jika dibulatkan mendekati 49 tahun). Usia menopause 49 tahun termasuk kategori normal (49 52 tahun). Wanita dikategorikan ke dalam menopause cepat jika usia menopausenya kurang dari 49 tahun dan wanita digolongkan ke dalam menopause lambat jika usia menopausnya 53 tahun atau lebih (Noord et al. 1997). Wanita non kaukasia [Afrika, Afrika Amerika (49.3 tahun), Hispanik mexiko (48.2 tahun)] akan mengalami menopause lebih cepat dibanding wanita kaukasia (51.5 tahun), namun wanita Malaysian (50.7 tahun) dan Jepang (50.4 tahun) usia menopausenya mendekati wanita Eropa. Wanita Bangkok yang kondisi sosial ekonominya menegah ke bawah rata-rata usia menopause 49.5 tahun (Gold et al. 2001). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jangka reproduksi wanita (dapat mengubah usia menarke dan menopause) mencakup etnis (Chumlea et al. 2003), tingkat sosial ekonomi (Gold et al. 2001; Ikaraoha et al. 2005; Mokha et al. 2006), gaya hidup/penggunaan alat kontrasepsi (Noord et al. 1997), riwayat reproduksi (Reis et al. 1998), status gizi (Adair & Larsen 2001; Martin et al. 2006). Tingkat sosial ekonomi dan gaya hidup merupakan faktor penentu kecenderungan sekuler. Wanita yang menjadi subyek penelitian sebagian besar (97.6%, 621 orang) merupakan penduduk asli Kabupaten Cirebon yang terdiri atas suku Jawa dan suku Sunda. Kebudayaan Jawa dan Sunda memiliki banyak persamaan dalam pola perkawinan. Oleh karena itu penulis tidak membedakan etnis dalam kaitannya dengan jangka reproduksi. Sebagian besar (84.35%, 124 subyek) wanita menopause di Kabupaten Cirebon berpendidikan rendah (SD). Wanita yang berpendidikan rendah pada umumnya akan memiliki pekerjaan yang membutuhkan energi lebih banyak, sehingga mengakibatkan BMI rendah karena asupan gizi yang tidak seimbang

43 26 dengan pengeluaran energi. Di samping itu, wanita berpendidikan rendah biasanya memiliki pekerjaan yang beresiko. Pekerjaan yang beresiko dan pendidikan rendah akan meningkatkan kadar stress. Stress akan mempengaruhi kerja hipotalamus dan pituitari, yang mengakibatkan amenorrhea dan disfungsi reproduktif. Oleh karena itu, wanita yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan tidak mempunyai pekerjaan tetap akan mengalami menopause lebih cepat (Gold et al. 2001). Dalam penelitian ini, meskipun subyek berpendidikan rendah, namun kondisi ekonomi umumnya cukup baik. Hal ini terbukti dari besarnya pengeluaran dalam keluarga yang dialokasikan untuk makan sudah cukup memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Sebanyak 57.14% (84 subyek) keluarga memiliki pengeluaran untuk konsumsi/makan sama atau bahkan diatas standar UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten Cirebon tahun 2010 sebesar Rp Pada penelitian ini, subyek yang menggunakan kontrasepsi hormonal mengalami menopause dua bulan lebih cepat dibanding subyek yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan alamiah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Reis et al. (1998) yang melaporkan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral akan mengalami menopause lebih cepat. Namun selisih dua bulan usia menopause pada penelitian ini dianggap tidak berarti, karena jumlah subyek yang menopause hanya 36.6% (48 orang) dari subyek yang menggunakan KB hormonal, sedangkan jumlah subyek yang menopause dari akseptor KB non hormonal dan alamiah sebanyak 68% (147 orang). Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi (KB) baik hormonal maupun non hormonal, tidak berpengaruh terhadap usia menopause. Hal ini berbeda dengan hasil peneltian Noord et al. (1997) dan Gold et al. (2001) yang menyatakan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral (hormonal) akan mengalami usia menopause lebih lambat, dikarenakan pengaruh hormon estrogen dan progesteron sintetis yang akan menghambat terjadinya ovulasi. Riwayat reproduksi wanita menopause di Kabupaten Cirebon tidak berpengaruh terhadap usia menopause. Riwayat reproduksi ini terdiri atas usia melahirkan anak pertama, jarak antara kehamilan pertama dengan kehamilan terakhir (jangka kehamilan) dan jumlah anak (paritas). Pada penelitian ini semakin tua usia melahirkan anak pertama maka semakin lambat usia menopausenya.

44 27 Sebanyak 90.4% (123 orang) subyek memiliki jangka kehamilan lima tahun atau lebih. Hal ini disebabkan 81.6% (120 orang) subyek memiliki jumlah anak (paritas) lebih dari dua. Pada umumnya semakin banyak paritas maka semakin panjang jangka kehamilannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin panjang jangka kehamilan dan semakin banyak paritas maka semakin cepat usia menopausnya. Namun demikian, hasil uji sidik ragam (ANOVA) dan plot menunjukkan tidak adanya korelasi antara usia melahirkan anak pertama, jangka kehamilan dan paritas dengan usia menopause. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Reis et al. (1998), Gold et al. (2001) dan Martin et al. (2006) yang menyatakan bahwa semakin banyak paritas maka semakin lambat usia menopausenya. Sedangkan usia melahirkan anak pertama yang tidak berpengaruh terhadap usia menopause pada hasil penelitian ini, berbeda dengan hasil penelitian Reis et al. (1998) dan Martin et al. (2006), yakni semakin tua usia melahirkan anak pertama maka semakin cepat usia menopausenya. Usia menarke yang berubah semakin cepat terjadi pada wanita di Kabupaten Cirebon, disebabkan oleh kecenderungan sekuler. Kecenderungan sekuler dalam usia menarke terjadi pula pada gadis India yang mengalami penurunan usia menarke rata-rata sekitar 6 bulan per dekade dalam tiga dekade terakhir (Bagga & Kulkarni 2000). Kecenderungan sekuler merupakan perubahan yang dipicu oleh perubahan sosial ekonomi masyarakat pada kurun waktu tertentu. Parent et al. (2003) berpendapat bahwa kecenderungan sekuler berhubungan dengan latar belakang budaya/etnis, geografi dan sosial ekonomi. Selain itu, kondisi lingkungan pergaulan kemungkinan dapat merubah sistem endokrin, sehingga dapat mempercepat terjadinya menarke. Wanita rural di Kabupaten Cirebon memiliki jangka reproduksi lebih pendek dibanding wanita di daerah urban. Jangka reproduksi yang pendek ini disebabkan oleh usia menarke yang lebih lambat dan usia menopause yang lebih cepat. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan status gizi masyarakat di daerah rural dan urban. Kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat di daerah rural pada umumnya lebih rendah dibanding masyarakat di daerah urban. Gold et al. (2001) menyatakan bahwa kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah akan mempercepat

45 28 usia menopause. Status gizi masyarakat di daerah rural pada umumnya lebih rendah dibanding masyarakat di daerah urban. Status gizi yang rendah dinilai dari BMI dan persentase lemak tubuh yang rendah. Wanita yang memiliki BMI dan persentase lemak tubuh yang rendah cenderung kekurangan kalori dan nutrisi, akan mengakibatkan amenorrhea. Sebaliknya wanita yang gemuk dan cukup lemak, maka sel-sel dalam jaringan adiposanya akan memproduksi estron yang akan meningkatkan sirkulasi estrogen dalam tubuh sehingga memperpanjang fungsi reproduktif (Gold et al. 2001). Jangka reproduksi wanita rural Kabupaten Cirebon hampir sama dengan Baduy, namun berbeda dengan Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya. Perbedaan data yang dihasilkan di Kampung Naga kemungkinan disebabkan jumlah sampel wanita menopause yang diteliti relatif sedikit (22 orang), sehingga data yang didapat kurang representatif. Wanita di daerah rural akan mengalami menarke lebih lambat dibanding wanita di daerah urban. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang pernah dilakukan di beberapa negara (Tabel 7). Pada tahun 1989 usia menarke gadis di daerah rural Punjab india tahun, lebih tua dibanding usia menarke gadis di daerah urban (13.31 tahun). Sama halnya di Nigeria pada tahun 2005 gadis rural mengalami menarke pada usia tahun, sedangkan gadis urban menarkenya pada usia tahun. Tabel 7 Perbandingan usia menarke wanita rural dan urban di beberapa negara Usia Menarke di Usia Menarke Tahun Negara Referensi Urban (tahun) di Rural (tahun) Menarke Punjab India Mokha et al Cameroon Afrika Pasquet et al Nigeria Ikaraoha 2005 Wanita menopause di Kabupaten Cirebon berstatus gizi baik, karena 86.4% (127 subyek) termasuk BMI yang normal dan gemuk dan 58.5% (86 subyek) memiliki lemak tubuh yang cukup. Wanita dengan BMI rendah akan mengalami menopause lebih cepat (Martin et al. 2006). Pengukuran BMI serta lemak tubuh dilakukan pada saat penelitian dan subyek sudah mengalami

46 29 menopause sekitar satu sampai dua puluh satu tahun yang lalu, sehingga penulis tidak dapat membahas pengaruh BMI dan lemak tubuh terhadap usia menopause. Pengukuran BMI dan lemak tubuh seharusnya dilakukan terhadap subyek pada saat menopause.

47 30 SIMPULAN Jangka waktu reproduksi wanita di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat adalah selama tahun. Jangka reproduksi wanita pada penelitian ini tidak dipengaruhi oleh penggunaan alat kontrasepsi (KB) dan riwayat reproduksi (umur melahirkan anak pertama, jangka kehamilan dan paritas). Kecenderungan sekuler dapat mempercepat usia menarke wanita. Jangka reproduksi di daerah rural lebih pendek dibandingkan dengan jangka reproduksi daerah urban.

48 31 DAFTAR PUSTAKA Adair LS, Larsen PG Maturational Timing and Overweight Prevalence in US Adolescent Girls. Am J Public Health 91: Akahoshi M, Soda M, Nakashima E, Shimaoka K, Seto S, Yano K Effects of Menopause on Trends of Serum Cholesterol, Blood Pressure, and Body Mass Index. Circulation 94: Bagga A, Kulkarni S Age at menarche and secular trend in Maharashtrian (Indian) girls. Acta Biologica Szegediensis 44: Beall CM Age menopause and menarche in a high altitude Himalaya population. J CNAS 9: [BPS] Badan Pusat Statistik Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Cirebon Tahun Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon dengan Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Cirebon. Cirebon. [BPS] Badan Pusat Statistik Hasil Sensus Penduduk 2010 Agregat per Kecamatan Kabupaten Cirebon. Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon. Cirebon. Burger HG, Dudley EC, Robetson DM, Dennerstein L Hormonal Changes in the Menopause Transition. Endocrine Society 3: Chumlea WC, Schubert CM, Roche AF, Kulin HE, Lee PA, Himes JH, Sun SS Age at Menarche and Racial Comparisons in US Girls. Pediatrics 111: Gold EB, Bromberger J, Crawford S, Samuels S, Greendale GA, Harlow SD, Skurnick J Factor Associated with Age at Natural Menopause in a Multietnic Sample of Midllife Woman. Am J Epidemiol 153: Graaff VD Human Anatomy. Ed ke-6. New York: McGraw-Hill. Gracia CR, Freeman EW, Sammel MD, Lin H, Mogul M Hormones and Seksuality During Transition to Menopause. Obstretrics Gynecology 109: Ikaraoha CI, Mbadiwe IC, Igwe CU, Allagua DO, Mezie O, Iwo GTO, Ofori PI Menarchial age of secondary school girls in urban and rural areas of rivers state, Nigeria. J Health Allied Sci 4:1-4. Janssen I, Powell LH, Crawford S, Lasley B, Tyrrell KS Menopause and the Metabolic Syndrome the Study of Women s Health Across the Nation. Arch Intern Med 168:

49 32 Jones KP, Walker LC, Anderson D, Lacreuse A, Robson SL, Hawkes K Depletion of Ovarian Follicles with Age in Chimpanzees: Similarities to Humans. Biology of Reproduction 77: Luborsky JL, Meyer P, Sowers MF, Gold EB, Santoro N Premature menopause in a multi-ethnic population study of the menopause transition. Human Reproduction 18: Martin LJ, Greenberg CV, Kriukov V, Minkin S, Jenkins DJA, Boyd NF Intervention with a low-fat, high-carbohydrate diet does not influence the timing of menopause. American Society for Nutrition. Am J Clin Nutr 84: Mattison DR, Thorgeirsson SS Smoking and industrial pollution and their effects on menopause and ovarian cancer. The Lancet 311: Mokha R, Kaur AI, Kaur N Age at Menarche in Urban-Rural Punjabi Jat Sikh Girls. Anthropologist 8: Murabito JM, Yang Q, Fox C, Wilson PWF, Cupples LA Heritability of Age at Natural Menopause in the Framingham Heart Study. J Clin Endocrinol Metab 90: Nelson HD, Haney E, Humphrey L, Miller J, Nedrow A, Nicolaidis C, Vesco K, Walker M, Bougatsos C, Nygren P Management of Menopause-Related Symptoms. Agency for Healthcare Research and Quality 5: Noord PV, Dubas JS, Dorland M, Bursma H, Velde E Age at Natural Menopause in a population-based screening cohort: The Role of Menarche, Fecundity and Lifestyle Factors. Fertility and Sterility 68: Otte A, Hassler J, Brogowski J, Bowen JC, Mayhew JL Relationship between Body Mass Index and Predicted %Fat in College Men and Women. MAHPERD Journal 10: Parent AS, Teilmann G, Juul A, Skakkebaek NE, Toppari J, Bourguignon JP The timing of Normal Puberty and the Age Limits of Seksual precocity: variations around the world, secular trends, and changes after migration. Endocrine Reviews 24: Pasquet P, Biyong AMD, Adie HR, Mengue RB, Garba MT, Froment A Age at menarche and urbanization in Cameroon: current status and secular trends. Annals of Human Biology. 26: Reis N, Pasinlioglu T, Dane S The natural menopause age of women in erzurum and factors influencing the age at menopause. J Medical Sci 28:

50 33 Rohmatullayally EN Jangka Reproduksi Wanita Suku Baduy, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten [Skripsi] Bogor: Institut Pertanian Bogor. Schulman IH, Aranda P, Raij L, Veronesi M, Aranda FJ, Martin R Surgical Menopause Increases Salt Sensitivity of Blood Pressure. Hypertension 47: Sievert LL Menopause A Biocultural Perspective. London: Rutgers Univ Pr. Speroff L, Glass RH, Kase NC Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertiliy. Ed ke-4. US: Baltimore Pr. Sukmaningrasa S Jangka Reproduksi pada Wanita di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat [Thesis] Bogor: Institut Pertanian Bogor. Thomas F, Renaud F, Benefice E, De meeus T, Guegan JF International Variability of Ages at Menarche and Menopause: Patterns and Main Determinants. Human Biology 73: Vaughan DW. A Learning System in Histology New York: Oxford Univ Pr. Venables WN, Ripley BD Modern Applied Statistic with S-Plus. New York: Springer. Vidiawati V Jangka Reproduksi Wanita Kampung Naga [Skripsi] Bogor: Institut Pertanian Bogor. Wirakusumah ES Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagia di Masa menopause dengan Terapi Estrogen alami. Jakarta: Gramedia Pustaka utama. Worzala K, Hiller R, Sperduto RD, Mutalik K, Murabito JM, Moskowitz M, D Agostino RB, Wilson PWF Postmenopausal Estrogen Use, Type of Menopause, and Lens Opacities. Arch Intern Med 161: Xita N, Tsatsoulis A, Stavrou I, Georgiou I Association of SHBG gene polymorphism with menarche. Molecular Human Reproduction 11:

51 LAMPIRAN 34

52 35 Lampiran 1 Kuisioner jangka reproduksi (probandus usia tahun) INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN BIOLOGI Gedung Fapet Lt. 5 Wing 1 Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Telp/fax. (0251) KUISIONER JANGKA REPRODUKSI PADA WANITA DI KAB. CIREBON DATA PRIBADI Tgl :... FNUM:... Nama Lengkap :... Tempat dan Tanggal Lahir :... Golongan darah :... Alamat Lengkap :... Kelurahan /Desa :... Kecamatan :... Kabupaten : Cirebon Anak ke :....dari :... bersaudara L :... P :... Memberi ASI sampai usia :... Frekuensi makan per hari :... kali Kalori makan per hari :... kkal Jenis makanan : 4 sehat 5 sempurna / 4 sehat / tidak memenuhi 4 sehat Jenis protein : protein nabati / protein hewani / campuran Penyakit yang diderita (jika ada) :... Usia berapakah anda pertama kali mengalami menstruasi (menarche) :... tahun Tanggal pertama menstruasi :... Lama mengalami menstruasi :... hari Kapan anda terakhir mengalami menstruasi :... Usia berapa berhenti menstruasi :... tahun Status : kawin / tidak kawin ( coret yang tidak perlu ) Suku daerah : Sunda / Jawa /... Umur berapakah anda menikah :... tahun Berapa kali anda menikah :... kali Frekuensi hubungan bersanggama (coitus) :... kali/bulan (pada 6 bulan terakhir) Jumlah anak :. orang P : L : Alat kontrasepsi yang digunakan: Pil KB / Suntik KB / Implant / IUD / Steril/... Pekerjaan : Pendidikan Terakhir : SD / SLTP / SLTA / S1 / S2 ( coret yang tidak perlu ) Aktivitas berolah raga : Sering/Jarang, Jenis olah raga : Volly ball, ulutangkis, Senam,... Pengeluaran keluarga per bulan untuk makan (pilih salah satu): a. n < Rp b. Rp n < Rp c. Rp n < Rp d. Rp n < Rp e. n keterangan : n = jumlah pengeluaran keluarga untuk makan Persetujuan dijadikan sampel dalam penelitian untuk diambil data Dengan ini saya bersedia dan mengizinkan untuk dijadikan sampel dalam penelitian hubungan menopause dengan menarche pada wanita. Semoga data yang diberikan dipergunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Memo: Cirebon, yang memberikan persetujuan ( )

53 36 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN BIOLOGI Gedung Fapet Lt. 5 Wing 1 Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Telp/fax. (0251) KUISIONER JANGKA REPRODUKSI PADA WANITA DI KAB. CIREBON DATA ORANG TUA / WALI Nama ayah :... Tempat dan tanggal lahir ayah /usia ayah :... Golongan darah ayah :... Suku ayah : jawa / sunda /... Pekejaan ayah :... Pendidikan terakhir ayah : SD / SLTP / SLTA / S1 / S2 / S3 Penyakit yang diderita ayah (jika ada) :... Suku kakek dan nenek dari pihak ayahnya ayah : jawa / sunda /... Tempat lahir orang tua ayahnya ayah :... Suku kakek dan nenek dari pihak ayahnya ayah : jawa / sunda /... Tempat lahir orang tua ibunya ayah :... Nama ibu :... Tempat dan tanggal lahir ibu / usia ibu :... Golongan darah ibu :... Suku ibu : jawa / sunda /... Pekerjaan ibu :... Pendidikan terakhir ibu : SD / SLTP / SLTA / S1 / S2 / S3 Penyakit yang diderita ibu (jika ada) :... Suku kakek dan nenek dari pihak ayahnya ibu : jawa / sunda /... Tempat lahir orang tua ibunya ibu :... Suku kakek dan nenek dari pihak ibunya ibu : jawa / sunda /... Tempat lahir orang tua ibunya ibu :... FORMULIR DATA PENGUKURAN Pengukur : Fnum : Pencatat : ID num : Tanggal : No. Parameter Kode Hasil Pengukuran 1. Berat badan BB..kg 2. Tinggi badan TB.cm 3. Tebal lipatan kulit paha TLKP.mm 4. Tebal lipatan kulit suprailiac TLKS.mm 5. Tebal lipatan kulit trisep TLKT mm Memo :

54 37 Lampiran 2 Kuisioner menarke remaja (probandus usia tahun) INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN BIOLOGI Gedung Fapet Lt. 5 Wing 1 Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Telp/fax. (0251) KUISIONER MENARKE REMAJA USIA TAHUN DI KABUPATEN CIREBON DATA PRIBADI Nama :... Tempat & Tanggal Lahir :... Anak ke- :... dari... bersaudara Alamat Lengkap :... Kelurahan :... Kecamatan :... Telepon / Hp :... Lama mengkonsumsi asi :... bulan Frekuensi makan per hari :... kali Kalori makan per hari :... kkal Jenis makanan : 4 sehat 5 sempurna/ 4 sehat / tidak sesuai 4 sehat Jenis protein : protein nabati / protein hewani / campuran Penyakit yang pernah diderita (jika ada) :... Pada usia berapakah anda pertama kali mengalami menstruasi :...tahun Berat Badan :...Kg Tinggi Badan :...cm DATA ORANG TUA/ WALI MURID Nama ayah :... Tempat & Tanggal lahir ayah/umur ayah :... Suku ayah : jawa / sunda /... Pekerjaan ayah :... Pendidikan terakhir ayah : SD / SLTP / SLTA / S1 / S2 (coret yang tidak perlu) Penyakit ayah (jika ada) :... Tinggi badan ayah :... cm Berat badan ayah :... kg Suku kakek dari pihak ayah : jawa / sunda /... Tempat lahir/asal kakek dari pihak ayah :... Suku nenek dari pihak ayah : jawa / sunda /... Tempat lahir/asal nenek dari pihak ayah :... Nama ibu :... Tempat & Tanggal lahir ibu/umur ibu :... Suku ibu : jawa / sunda /... Pekerjaan ibu :... Pendidikan terakhir ibu : SD / SLTP / SLTA / S1 / S2 (coret yang tidak perlu) Penyakit ibu (jika ada) :... Tinggi badan ibu :... cm Berat badan ibu :... kg Suku kakek dari pihak ibu : jawa / sunda /... Tempat lahir/asal kakek dari pihak ibu :... Suku nenek dari pihak ibu : jawa / sunda... Tempat lahir/asal nenek dari pihak ibu :... Memo: Persetujuan Orang tua (...)

55 Lampiran 3 Format data base 38

METODE PENELITIAN LAUT JAWA. Gambar 5 Peta wilayah kecamatan di Kabupaten Cirebon.

METODE PENELITIAN LAUT JAWA. Gambar 5 Peta wilayah kecamatan di Kabupaten Cirebon. 12 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember 2010. Lokasi penelitian di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat yang meliputi 12 kecamatan dan terdiri

Lebih terperinci

HASIL. Persentase. Umur (Tahun) Gambar 7 Jangka reproduksi wanita menopause akseptor KB non hormonal dan alamiah di Kabupaten Cirebon.

HASIL. Persentase. Umur (Tahun) Gambar 7 Jangka reproduksi wanita menopause akseptor KB non hormonal dan alamiah di Kabupaten Cirebon. Persentase 18 HASIL Jangka waktu reproduksi wanita akseptor KB non hormonal dan alamiah (tidak menggunakan KB) di Kabupaten Cirebon adalah selama 34.02 tahun. Jangka reproduksi ini didapat dari rata-rata

Lebih terperinci

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran 14 HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran Alat kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) hormonal mengandung estrogen dan progesteron yang secara langsung dapat mempengaruhi daur alamiah menstruasi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa reproduksi. Kejadian yang

Lebih terperinci

JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT SEKARWATI SUKMANINGRASA

JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT SEKARWATI SUKMANINGRASA JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT SEKARWATI SUKMANINGRASA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun KLIMAKTERIUM Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur 40-65 tahun SENIUM Saat ovarium kehilangan sama sekali fungsi hormonalnya MASA KLIMAKTERIUM PRAMENOPAUSE MEN0PAUSE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** A. Pengantar Sistem reproduksi pada manusia dapat dibedakan menjadi sistem reproduksi laki-laki dan wanita sesuai jenis kelaminnya. 1. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan yaitu hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2004). Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause 2.1.1 Definisi Menopause Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Maulana.2009.hlm 194). 1. Tingkat Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Menjadi tua merupakan hal yang menakutkan bagi manusia, terutama kaum wanita.hal-hal yang biasanya dikhawatirkan adalah menjadi tidak lagi cantik, tidak lagi bugar dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pubertas 2.1.1. Definisi Pubertas Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

USIA SUBUR REPRODUKSI PEREMPUAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR WILI WULANDARI

USIA SUBUR REPRODUKSI PEREMPUAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR WILI WULANDARI USIA SUBUR REPRODUKSI PEREMPUAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR WILI WULANDARI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ABSTRAK WILI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA

UNIVERSITAS GUNADARMA PENGARUH HORMON SEKSUAL TERHADAP WANITA Oleh : Rini Indryawati. SPsi UNIVERSITAS GUNADARMA November 2007 ABSTRAK Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung diedarkan oleh darah.

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang perempuan dan suatu proses alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Menopause bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut WHO dalam RISKESDAS (2010) merupakan suatu keadaan yang utuh, sehat dan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya kondisi yang

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuisioner jangka reproduksi (probandus usia tahun)

Lampiran 1 Kuisioner jangka reproduksi (probandus usia tahun) LAMPIRAN 34 35 Lampiran 1 Kuisioner jangka reproduksi (probandus usia 35 70 tahun) KUISIONER JANGKA REPRODUKSI PADA WANITA DI KAB. CIREBON DATA PRIBADI Tgl :... FNUM:... Nama Lengkap :... Tempat dan Tanggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) digunakan untuk mengatur jarak kehamilan sehingga dapat mengurangi resiko kehamilan atau jumlah persalinan yang membawa bahaya (Royston,

Lebih terperinci

... Tugas Milik kelompok 8...

... Tugas Milik kelompok 8... ... Tugas Milik kelompok 8... 6. Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis ini banyak diternakkan di pesisir pantai utara (Prawirodigdo et al., 2004). Kambing Jawarandu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5 Kabupaten yang terdapat di provinsi Gorontalo dan secara geografis memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family Menispermaceae yang mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan untuk mengobati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami oleh setiap wanita adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang wajar yang ditandai dengan berhentinya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu sarana dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mendapatkan perhatian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Keluarga Berencana Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KESEHATAN REPRODUKSI by Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 1,38%. Berdasarkan hasil perhitungan pusat data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenapa dikatakan istimewa karena selain jumlah populasinya yang lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Kenapa dikatakan istimewa karena selain jumlah populasinya yang lebih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wanita merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa. Kenapa dikatakan istimewa karena selain jumlah populasinya yang lebih dari 50%, wanita juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

Permulaan Kehidupan Manusia

Permulaan Kehidupan Manusia Permulaan Kehidupan Manusia (Perkembangan Pranatal) Purwandari FIP UNY Kapan kehidupan manusia dimulai? Biologis Psikologis Konsepsi (pembuahan) bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perempuan Lanjut Usia Lansia adalah periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang dan merupakan tahap perkembangan psikososial yang terakhir (ke delapan) menurut Erikson.

Lebih terperinci

OLEH : HERNAWATI. Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi

OLEH : HERNAWATI. Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi - - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl2reproduksi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah BAB II TINJAUAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

Lebih terperinci

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Modul ke: Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Hormon Hormon berasal dari kata hormaein yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas.

Lebih terperinci

PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan yang berarti apabila istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan ini tidak diperiksa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menopause merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen dan dianggap sebagai suatu bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak di pelihara petani-peternak di Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi pesisir dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada laki-laki. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK TERHADAP BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS BANYUDONO I KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK TERHADAP BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS BANYUDONO I KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK TERHADAP BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS BANYUDONO I KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh: Oleh: TYAS ARU YUNIASTUTI K100 070 115 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Zulliati 1, Muhammad Basit 2,Tria Dwi Putri 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD dan SMP sedang menjalani pendidikan dasar yang merupakan titik awal anak mengenal sekolah yang sesungguhnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam siklus kehidupan setiap manusia terdapat suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Setiap anak ketika memasuki masa remaja akan mengalami perubahan fisik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita yang menunjukan bahwa ovarium telah berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menopause merupakan hal yang terjadi secara alami dalam fase kehidupan seorang wanita. Namun banyak wanita yang menganggap bahwa menopause merupakan suatu hal yang menakutkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga

Lebih terperinci

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda Ellen Pingkan Widiasmoko, 1110069. Pembimbing : Ellya R. Delima, dr., MKes Obesitas adalah penyakit kronis yang kompleks

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan yang terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lebih dari 100 juta wanita di dunia memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan (Scudder, 2008). Setiap tahun mereka memutuskan untuk menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina.

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging dan merupakan komoditas peternakan yang sangat potensial. Dalam perkembangannya, populasi sapi potong belum mampu

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN 2

STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN 2 STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN 2 Koordinasi dan Pengendalian Sistem saraf dan Otak Sistem endokrin Tingkah laku Kontinuitas Kehidupan Sistem reproduksi 1 KOORDINASI: Sistem Saraf dan Hormon Hewan untuk

Lebih terperinci