USIA SUBUR REPRODUKSI PEREMPUAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR WILI WULANDARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "USIA SUBUR REPRODUKSI PEREMPUAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR WILI WULANDARI"

Transkripsi

1 USIA SUBUR REPRODUKSI PEREMPUAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR WILI WULANDARI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 ABSTRAK WILI WULANDARI. Usia Subur Reproduksi Perempuan di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan BAMBANG SURYOBROTO dan ALEX HARTANA. Dalam kehidupannya seorang perempuan memiliki kemampuan bereproduksi yang terbatas. Usia subur bereproduksi seorang perempuan dimulai dari menarke dan diakhiri dengan menopause. Tujuan penelitian ini mengetahui usia subur bereproduksi perempuan di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Rata-rata usia menopause perempuan Kecamatan Pamijahan yang tidak berkb adalah 45.0 tahun dengan usia rata-rata menarke 13.5 tahun, sedangkan rata-rata usia menopause perempuan Kecamatan Pamijahan yang menggunakan KB hormonal 44.8 tahun dengan usia rata-rata menarke 13.3 tahun, sehingga rata-rata usia subur reproduksi kedua subsampel adalah 31.5 tahun. Usia subur bereproduksi perempuan di daerah rural Kecamatan Pamijahan lebih pendek daripada usia subur bereproduksi perempuan di daerah urban. Perempuan yang tinggal di daerah perkotaan (urban) memiliki status gizi yang baik daripada perempuan yang tinggal di daerah perdesaan (rural). Kata Kunci : menarke, menopause, usia subur, perkotaan, perdesaan ABSTRACT WILI WULANDARI. Reproductive span of women s in Kecamatan Pamijahan, Bogor. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and ALEX HARTANA. Woman has limited ability to reproduce. Reproductive span of woman starts from menarche and ends at menopause. The objective of this research was to know the women s reproductive span in Kecamatan Pamijahan, Bogor. The average age at menopause of women without family planning in Kecamatan Pamijahan was 45.0 years with the average age at menarche was 13.5 years, while the average age at menopause of women with hormonal contraceptive was 44.8 years with the average age menarche 13.3 years, so that average reproductive span of both subsamples was 31.5 years. Reproductive span of woman in rural area of Kecamatan Pamijahan was shorter than reproductive span of woman in urban areas. Women who live in urban areas have a good nutritional status than women living in rural areas. Keywords: menarche, menopause, reproductive span, urban, rural

3 Usia Subur Reproduksi Perempuan di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor WILI WULANDARI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

4 Judul Karya Ilmiah Nama NIM : Usia Subur Reproduksi Perempuan di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor : Wili Wulandari : G Disetujui Pembimbing I Pembimbing II Dr. Bambang Suryobroto Prof. Dr. Ir. Alex Hartana NIP NIP Diketahui Ketua Departemen Biologi FMIPA IPB Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si NIP Tanggal Lulus :

5 Prakata Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan bagi kita. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul usia subur reproduksi perempuan di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Bambang Suryobroto dan Prof. Dr. Ir. Alex Hartana selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, nasehat, dan waktu konsultasi selama penelitian dan pembuatan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada mama, papa, Ditra, kakak-kakak ku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan semangat dengan tulus hati serta tenaga dan waktunya selama pengambilan sampel. Terima kasih kepada ibu-ibu Kecamatan Pamijahan yang telah bersedia untuk menjadi probandus penelitian saya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun sebagai perbaikan di masa mendatang. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Desember 2012 Wili Wulandari

6 Riwayat Hidup Penulis dilahirkan pada tanggal 28 November 1990 di Tebing Tinggi, Sumatera Utara dari ayah Sarianto dan ibu Jumiati sebagai anak ke tiga dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD N pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP N II Tebing Tinggi pada tahun 2002, dan melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah menengah atas di SMA N I Tebing Tinggi pada tahun Tahun 2008 penulis lulus dari SMA N I Tebing Tinggi dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan memilih Mayor Biologi pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Bina Desa Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM-KM) IPB pada tahun 2009/2010, pengajar private IPA pada tahun 2012, pengajar biologi SMP dan SMA serta IPA di bimbingan belajar Gama Learning Center, asisten praktikum perkembangan hewan pada tahun 2012/2013, dan asisten praktikum biologi dasar 2012/2013. Penulis melakukan kegiatan magang di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Tunggal Perkasa Plantation Indragiri Hulu, Riau, dan melakukan kegiatan studi lapangan di Pantai Pangandaran dengan judul Habitat In-situ Rafflesia patma di Pantai Pangandaran Ciamis, Jawa Barat. Selain itu penulis juga melakukan kegiatan praktek lapangan di PTPN III dengan judul Proses Pengolahan Minyak dan Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

7 ` viii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... viii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 1 BAHAN DAN METODE... 1 Waktu dan Tempat... 1 Kriteria Probandus... 1 Penentuan Usia... 2 Penentuan penggunaan alat kontrasepsi (KB)... 2 Pengeluaran Keluarga Per Bulan... 2 Analisis Data... 2 HASIL PEMBAHASAN... 5 SIMPULAN... 6 DAFTAR PUSTAKA... 6 LAMPIRAN... 8

8 ` viii DAFTAR TABEL Halaman 1 Usia subur reproduksi perempuan akseptor KB hormonal dan alamiah di Kecamatan Pamijahan Perbandingan usia menarke, menopause, dan usia subur reproduksi perempuan di daerah urban dan rural Pengeluaran keluarga perbulan (PKP)... 4 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Grafik usia menopause perempuan alamiah di Kecamatan Pamijahan Grafik usia menopause perempuan akseptor KB hormonal di Kecamatan Pamijahan Plot hubungan usia menopause dengan usia menarke pada perempuan... 4 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor Peta desa di Kecamatan Pamijahan Lembar Persetujuan Kuisioner... 12

9 Latar Belakang PENDAHULUAN Dalam masa kehidupannya seorang perempuan memiliki kemampuan bereproduksi yang terbatas. Kehamilan perempuan hanya terjadi di dalam usia subur bereproduksi sehingga mampu menghasilkan ovum, dan terjadinya ovulasi (Sukmaningrasa 2009). Usia subur bereproduksi seorang perempuan dihitung dari usia menopausenya dikurangi dengan usia menarkenya. Usia subur bereproduksi pada kehidupan seseorang perempuan berbeda-beda. Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal, dan seksual, serta awal masa bereproduksi (Bogin 1999). Pada saat pubertas terjadi peningkatan hormon luteinisasi (Luteinizing Hormone/LH) dan hormon perangsang folikel (Follicle Stimulating Hormone/FSH), sehingga merangsang pembentukan hormon seksual estrogen dan progesteron yang disekresikan oleh ovarium. Perubahan pertama yang terjadi pada masa pubertas seorang perempuan tampak menonjolnya payudara dan terjadi menstruasi yang pertama (menarke) (Parent et al. 2003). Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulan (28 hari) kecuali pada saat kehamilan. Menarke terjadi pada usia 12 tahun, tetapi bisa juga terjadi menarke dini pada usia 9 tahun atau menarke lambat lebih dari 17 tahun (Bogin 1999; Suhartini 2007). Fase reproduksi pada perempuan akan berakhir pada saat menopause (Bogin 1999). Menopause adalah keadaan seorang perempuan yang sudah tidak mengalami ovulasi dan siklus menstruasi berhenti. Ovarium akan kehilangan responsivitasnya terhadap FSH dan LH dari pituitari, dan terjadi penurunan produksi estrogen oleh ovarium (Campbell et al. 2009). Kejadian menopause pada seorang perempuan biasanya pada usia antara 46 tahun sampai 54 tahun (Bogin 1999). Usia menopause dipengaruhi beberapa faktor antara lain: faktor keturunan, nutrisi, waktu menarke, berat badan, status sosial, pendidikan, pernikahan, penyakit yang diderita, penggunaan alat kontrasepsi, jumlah anak, dan kebiasaan merokok (Reis et al. 1998; Gold et al. 2001). Kecamatan Pamijahan terletak di wilayah Barat Kabupaten Bogor dengan luas wilayah Ha dan ketinggian mdpl. Kecamatan Pamijahan merupakan wilayah dataran rendah dengan kemiringan 60. Ratarata curah hujan mm/tahun dengan suhu rata-rata 28 C. Kecamatan Pamijahan terdiri dari 15 desa, 45 dusun, 135 rukun warga, dan 457 rukun tetangga dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari lakilaki jiwa dan perempuan jiwa dari Kepala Keluarga (BPS 2009). Penelitian mengenai usia subur reproduksi perempuan di Kecamatan Pamijahan belum pernah di laporkan. Kecamatan Pamijahan merupakan desa yang memiliki keragaman penduduk yang kecil karena mereka melakukan pernikahan sesama penduduk yang yang ada di Kecamatan Pamijahan, oleh karena itu Kecamatan Pamijahan dapat dijadikan laboratorium alamiah untuk mengetahui usia subur bereproduksi di suatu tempat. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usia subur bereproduksi perempuan di kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2012 di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Analisis data dilakukan di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan Departemen Biologi FMIPA IPB. Kriteria Probandus Probandus penelitian ini adalah perempuan Kecamatan Pamijahan yang sudah menopause. Probandus didapat dengan cara mendatangi desa-desa yang sudah ditentukan. Probandus berasal dari empat desa yaitu desa Cimayang, Cibening, Gunung Menyan, dan Gunung Bunder I (Lampiran 2) dengan rentang usia antara 46 sampai 54 tahun. Keaslian suku diketahui melalui wawancara dengan menanyakan probandus tempat lahir dan orang tua dua generasi keatas dengan menanyakan pertanyaan. Probandus yang ditemukan terlebih dahulu mengisi lembar persetujuan (Lampiran 3), setelah probandus

10 2 setuju, lalu akan diberikan kuisioner (Lampiran 4). Penentuan Usia Usia menarke dan menopause seorang perempuan dicatat dari probandus yang sama. Penentuan usia menopause dengan menanyakan kapan menstruasi berhenti. Perempuan dianggap sudah menopause apabila ia tidak menstruasi selama 1 tahun. Penentuan tanggal pertama menstruasi sama dengan penentuan tanggal terakhir menstruasi hanya berbeda tahun. Penentuan penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB) Probandus yang menggunakan pil KB, suntik KB, dan implant/susuk KB digolongkan ke dalam akseptor KB hormonal. Probandus yang menggunakan Intra Uterine Device (IUD) atau spiral, steril (tubektomi), dan kondom dimasukkan ke dalam kelompok akseptor KB non hormonal, dan probandus yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dimasukkan ke dalam kelompok alamiah. Pengeluaran Keluarga Per Bulan Pengeluaran dana keluarga per bulan untuk konsumsi makan ditanyakan untuk mengetahui sosial ekonomi dari probandus. Analisis Data Untuk menghitung usia subur reproduksi seorang perempuan dengan cara mengurangkan tanggal terakhir menstruasi dengan tanggal pertama menstruasi dibagi banyaknya rata-rata hari dalam setahun (365.25). Persentase probandus yang sudah mengalami menopause dihitung dan diplotkan sepanjang kelas usia yang ada. Kurva yang sesuai untuk titik-titik ini dihitung dengan menggunakan metode Probit Generalized Linear Models (GLM) pada program R. Garis horizontal yang ditarik dari persentase 50% probandus yang memotong kurva menunjukkan median usia menopause dan usia menarke seseorang perempuan (Venables & Ripley 1999). HASIL Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Pamijahan ini ditemukan probandus perempuan sebanyak 420 orang dengan rentang usia antara 31 tahun sampai 91 tahun. Probandus yang didapat tidak semuanya telah memasuki masa menopause. Probandus dinyatakan menopause apabila siklus menstruasi berhenti selama 12 bulan atau 1 tahun (Gold et al. 2001). Probandus yang telah memasuki masa menopause ditemukan 325 orang dan 95 orang probandus belum menopause yang terdiri dari probandus yang menggunakan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB) dan probandus yang menopause alamiah (tidak menggunakan KB). Usia rata-rata probandus yang telah memasuki masa menopause dihitung menggunakan Probit Generalized Linear Models (GLM). Garis horizontal persentase 50% probandus yang memotong kurva probit menunjukkan rata-rata usia menopause dan usia menarke seseorang perempuan. Rata-rata usia menopause perempuan Kecamatan Pamijahan yang alamiah berusia 45.0 tahun dengan usia rata-rata menarke 13.5 tahun (Gambar 1), sedangkan rata-rata usia menopause perempuan Kecamatan Pamijahan yang menggunakan KB hormonal 44.8 tahun dengan usia rata-rata menarke 13.3 tahun (Gambar 2), sehingga rata-rata usia subur reproduksinya 31.5 tahun. Usia menarke dan usia menopause perempuan alamiah (tidak ber-kb) dengan perempuan akseptor KB hormonal berbeda dua bulan (Tabel 1). Perempuan yang tinggal di daerah perkotaan (urban) memiliki status gizi yang baik daripada perempuan yang tinggal di daerah perdesaan (rural), sehingga usia menarke perempuan urban terjadi lebih cepat daripada perempuan rural. Hal ini berhubungan dengan keadaan sosial ekonominya. Usia subur bereproduksi perempuan rural Kecamatan Pamijahan (31.5 tahun) lebih pendek daripada usia subur bereproduksi perempuan di daerah urban di Kabupaten Bandung (35.5 tahun) (Sukmaningrasa 2009). Usia menarke perempuan rural Kecamatan Pamijahan 13.5 tahun (tahun 1980) lebih cepat dibandingkan usia menarke perempuan urban di Kabupaten Bandung yakni 14.0 tahun (tahun 1973) (Sukmaningrasa 2009), dan begitu juga dengan usia menopausenya (Tabel 2).

11 Persentase Persentase 3 Persentase (%) probandus 100% 50% Menarke Menopause 0% Umur (Tahun) Gambar 1 Grafik usia menopause perempuan alamiah (tidak ber-kb) di Kecamatan Pamijahan 100% Persentase (%) probandus 50% 0% Menarke Menopause Umur (Tahun) Gambar 2 Grafik usia menopause perempuan akseptor KB hormonal di Kecamatan Pamijahan Usia subur bereproduksi seorang perempuan ditentukan oleh usia menarke dan usia menopausenya. Hubungan usia menopause dan usia menarke perempuan di Kecamatan Pamijahan dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil uji plot menunjukkan bahwa perempuan yang menarkenya usia 13 tahun, mengalami usia menopause rata-rata 52 tahun, perempuan yang usia menarkenya 14 tahun mengalami menopause rata-rata pada usia 52 tahun, dan perempuan yang usia menarkenya 15 tahun dapat mengalami menopause rat-rata pada usia 52 tahun. Semakin lanjut usia menarke seorang perempuan maka ada kecenderungan usia menopausenya semakin muda walaupun korelasinya (hubungannya) dengan nilai R 2 kurang dari 50%. Status sosial ekonomi di Kecamatan Pamijahan dapat dilihat dari Pengeluaran Konsumsi Keluarga Perbulan (PKP) untuk makan. Lebih dari 80% probandus mempunyai PKP untuk setiap keluarga kurang dari Rp ,00 (Tabel 3).

12 4 Tabel 1 Usia subur reproduksi perempuan akseptor KB hormonal dan alamiah di Kecamatan Pamijahan Probandus Jumlah (orang) Usia menarke (tahun) Usia menopause (tahun) Usia subur reproduksi (tahun) Alamiah (tidak ber- KB) Akseptor KB hormonal Total 420 Tabel 2 Perbandingan usia menarke, menopause, dan usia subur reproduksi perempuan di daerah urban dan rural Penelitian Usia menarke (tahun) Tahun menarke Usia menopause (tahun) Usia subur reproduksi (tahun) Sumber Kab.Bandung (urban) Sukmaningrasa (2009) Kampung Naga (rural) Vidiawati (2009) Suku Baduy (rural) Rohmatullayaly (2010) Kab. Cirebon (rural) Wati ah (2011) Kab. Pesawaran (rural) Maretta (2011) Kecamatan Pamijahan (rural) Penelitian ini Gambar 3 Plot hubungan usia menopause dengan usia menarke probandus Tabel 3 Pengeluaran Konsumsi Keluarga Perbulan (PKP) Kategori (000) Jumlahprobandus Persentase (%) (n) PKP Rp PKP<Rp Rp PKP<Rp Rp 500 PKP<Rp Rp 750 PKP<Rp Jumlah

13 5 PEMBAHASAN Usia subur reproduksi merupakan interval waktu yang menunjukkan kemampuan seorang perempuan untuk dapat bereproduksi yang ditandai sejak terjadinya menarke sampai menopause (Beall 1982; Thomas et al. 2001). Usia subur reproduksi ditentukan oleh usia menarke dan usia menopausenya. Pemakaian alat kontrasepsi oral (hormonal) dapat mempercepat usia menopause seseorang (Reis et al. 1998). Penelitian ini membuktikan bahwa probandus yang menggunakan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB) hormonal mengalami menopause dua bulan lebih cepat dibanding probandus yang menopause alamiah (tidak menggunakan alat KB). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Reis et al. (1998) yang melaporkan bahwa perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi KB hormonal akan mengalami menopause lebih cepat. Pil KB dan sutik KB hormonal mengandung hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan panjang siklus mestruasi menjadi tidak teratur (Fraser et al. 1996), sehingga siklus mestruasi cenderung memendek dan menyebabkan folikel mengalami atresia dan mempercepat terjadinya menopause (Weinstein et al. 2003). Selisih dua bulan usia menopause perempuan di Kecamatan Pamijahan pada penelitian ini dianggap cukup berarti. Jumlah probandus yang ber-kb hormonal yang menopause sebanyak 22.6% (95 orang) dan jumlah probandus yang menopause alamiah (tidak ber-kb) sebanyak 77.4% (325 orang), yang berarti penggunaan alat kontrasepsi KB hormonal tidak sepenuhnya berpengaruh terhadap usia menopause perempuan di Kecamatan Pamijahan. Hasil penelitian ini berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Gold et al. (2001) yang menyatakan bahwa perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi KB hormonal akan mengalami usia menopause lebih lambat, dikarenakan pengaruh hormon estrogen dan progesteron sintetis yang akan menghambat terjadinya ovulasi. Penelitian ini dilakukan terhadap 420 orang probandus perempuan dengan rentang usia tahun, yang terdiri dari 325 orang di antaranya telah memasuki masa menopause dan 95 orang belum menopause. Penentuan usia menopause seorang perempuan diperoleh dari tanggal menstruasi terakhir dikurangi dengan tanggal lahir dibagi dengan banyaknya rata-rata hari dalam setahun (365.25). Penentuan usia menarkenya diperoleh dari tanggal menstruasi pertama dikurangi dengan tanggal lahir dibagi dengan banyaknya ratarata hari dalam setahun (365.25). Probandus ini didapat perkiraan rata-rata usia menopause perempuan alamiah Kecamatan Pamijahan sekitar 45.0 tahun dan rata-rata usia menarke sekitar 13.5 tahun (Gambar 1). Rata-rata usia menopause seorang perempuan di Kecamatan Pamijahan lebih cepat jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya 50.5 tahun di Jakarta (Samil & Wishnuwardhani 1994), di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya 51.0 tahun (Vidiawati 2009), di Kabupaten Bandung 49.5 tahun (Sukmaningrasa 2009). Usia menopause di beberapa negara seperti di Australia 51.0 tahun, di Cina 49.0 tahun, di Chiang-Mai, Thailand 49.0 tahun (Morabia et al. 1998), dan di Taiwan 49.5 tahun (Lau et al. 1995). Usia menarke perempuan Kecamatan Pamijahan lebih lambat jika dibandingkan dengan penelitian yang pernah dilakukan di kota Bogor dengan usia rata-rata menarke 12.4 tahun (Suhartini 2007), di pedesaan Pekalongan dengan usia rata-rata menarke 13.3 tahun (Ulinuha 2008), dan di suku Arfak dengan usia rata-rata 12.2 tahun (Kawulur 2012). Usia rata-rata menarke di daerah rural cenderung lebih lambat jika dibandingkan dengan daerah urban (Ikaraoha et al. 2005). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kawulur (2012) di suku Arfak (rural), usia menarkenya terjadi lebih cepat, karena perempuan di suku Arfak telah beradaptasi dengan resiko kematian yang disebabkan oleh penyakit malaria dan gizi buruk yang menyerang di daerah tersebut. Usia subur reproduksi perempuan di Kecamatan Pamijahan yang cepat ini disebabkan oleh usia menarke yang lebih lambat dan usia menopause yang lebih cepat. Perbedaan usia subur reproduksi perempuan di daerah rural dan urban disebabkan oleh beberapa faktor yaitu status gizi dan keadaan status sosial ekonomi probandus (Mokha et al. 2006). Status gizi masyarakat di daerah rural pada umumnya lebih rendah dibandingkan masyarakat di daerah urban. Keadaan status sosial perempuan di daerah urban lebih baik daripada perempuan di daerah rural dapat dilihat dari tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Usia subur reproduksi perempuan di Kecamatan Pamijahan 31.5 tahun, lebih cepat jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya 36.5 tahun (Vidiawati 2009) dan

14 6 di Kabupaten Bandung 35.5 tahun (Sukmaningrasa 2009), karena latar pendidikan perempuan di Kecamatan Pamijahan adalah sekolah dasar (SD). Latar pendidikan berpengaruh pada komposisi gizi sehari-hari yang kurang dari standar kesehatan. Status gizi mempengaruhi terjadinya menarke. Seorang perempuan yang mempunyai status gizi yang baik lebih cepat mengalami usia menarke dibandingkan dengan perempuan yang status gizinya buruk. Jumlah rata-rata pengeluaran konsumsi keluarga per bulan untuk makan di Kecamatan Pamijahan diantara Rp sampai Rp lebih rendah dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) Bogor tahun 2012, menyatakan bahwa UMK Bogor sebesar Rp ,00 perbulan, sehingga Kecamatan Pamijahan dapat dikategorikan daerah miskin. SIMPULAN Perempuan Kecamatan Pamijahan memiliki usia subur bereproduksi sekitar 31.5 tahun baik yang menggunakan akseptor KB hormonal maupun yang alamiah. Usia subur bereproduksi perempuan Kecamatan Pamijahan tidak dipengaruhi oleh penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB). Usia subur bereproduksi perempuan Kecamatan Pamijahan (rural) lebih cepat dibandingkan usia subur di Kabupaten Bandung (urban). Jumlah rata-rata pengeluaran konsumsi keluarga per bulan untuk makan lebih rendah dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) Bogor sehingga dikategorikan daerah miskin. DAFTAR PUSTAKA Beall CM Ages at Menopause and Menarche in a High Altitude Himalayan Population. J CNAS 9:49-54 Bogin B Pattern of Human Growth. Ed ke-2. Cambridge: Cambridge Univ Pr. [BPS] Badan Pusat Statistik Gambaran Umum Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Campbell NA, Reece JB, Taylor MR, Simon EJ, Dickey JL Biology Concepts and Connections Sixth Edition. San Francisco: Benjamin Cummings. Fraser IS, Hickey M, Song JY. A Comparison of Mechanisms Underlying Disturbances of Bleeding Caused by Sponntaneous Dysfunctional Uterine Bleeding or Hormonal Contraception. Hum Reprod 11 (2): Gold EB, Bromberger J, Crawfod S, Samuels S, Greendale GA, Harlow SD, Skurnick J Factor Associated with Age at Natural Menopause in a Multietnic Sample of Midllife Woman. Am J Epidemiol 153: Ikaraoha CI et al Menarchial Age of Secondary Girls in Urban and Rural Areas of Riversstase, Nigeria. J Health Allied Scs 4:1-4 Kawulur EIJJ Association of Sexual Maturation and Body Size of Arfak Children [disertasi]. Bogor: Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Lau EMC, Tsai KS, Woo J, Chan NF, Leung PC, Lim L Bone Mineral Density in Hongkong and Taiwan Chinese Woman: a Comparative Study. HKMJ 1: Maretta G Faktor-faktor Yang Berkaitan Dengan Usia subur Reproduksi Perempuan Tahun 2010 di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung [tesis]. Bogor: Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Mokha R, Kaur AI, Kaur N Age at Menarche in Urban-Rural Punjabi Jat Sikh Girls. Anthrop 8(3): Morabia A, Costanza MC, [WHOCSNSC].the World Health Organization Collaborative International Variability in Ages at Menarche, First Livebirth, and Menopause. Am J Epidemiol 148: Parent AS, Teilmann G, Juul A, Skakkebaek NE, Toppari J, Bourguignon JP The timming of normal puberity and the age limits of sexual precocity: variations around the world, seculat trend, and changes after migrations. Endo J nls 24: Reis N, Pasinlioglu T, Dane S The Natural Menopause Age of Women in Erzurumand Factors Influencing The Age at Menopause. J Medical Science 28:

15 7 Rohmatullayaly EN Jangka Reproduksi Wanita Suku Baduy, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Samil RS, Wishnuwardhani SD Health of Indonesian Women City-dwellers of Perimenopause Age. Maturitas 19: Suhartini R Tahap-tahap Kematangan Seksual Perempuan di Wilayah Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Intitut Pertanian Bogor. Sukmaningrasa S Jangka Reproduksi Wanita di Kabupaten Bandung [tesis]. Bogor: Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Thomas F, Renaud F, Bebefice E, De Meeűs T, Geugan JF International Variability of Age at Menarche and Menopause: Pattern and Main Determinants. Human Biology 73: Ulinnuha DF Usia Menarke dan Perkembangan Payudara Perempuan di Pedesaan Kabupaten Pekalongan [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Venables WN, Ripley BD Modern Applied Statistic with S-plus. New York: Spinger Inc. Vidiawati V Jangka Reproduksi Wanita Kampung Naga [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Wati ah Jangka Reproduksi Wanita di Kabupaten Cirebon [tesis]. Bogor: Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Weintein M et al Timing of Menopause and Pattern of Menstrual Bleeding. Am J Epidemiol 158: Wirakusumah ES Tips dan Solusi Gizi Agar Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagia di Masa Menopause dengan Terapi Estrogen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

16 LAMPIRAN

17 9 Lampiran 1. Peta Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Pamijahan

18 10 Lampiran 2. Peta Desa di Kecamatan Pamijahan Gunung Menyan Cibening Gunung Bunder 1

19 11 Lampiran 3. Lembar Persetujuan USIA SUBUR REPRODUKSI PEREMPUAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR Kepada Yth. Ibu... Dalam rangka pengumpulan data untuk penelitian mandiri mengenai Usia subur Reproduksi Perempuan Di Kecamatan Pamijahan, Bogor, maka Saya: Nama : Wili Wulandari Pekerjaan : Mahasiswa Program Sarjana Biologi IPB NIM : G Alamat : Jl. Bara 3 Rt.01 RW 07 Wisma Bintang 27B Darmaga, Bogor No. Telepon : Memohon kesediaan ibu untuk memberikan persetujuan/ijin kepada Saya untuk melakukan pengambilan data berupa kuisioner dan pengukuran badan terhadap ibu. Hasil penelitian ini nantinya akan sangat bermanfaat untuk mengetahui profil usia menarke dan menopause perempuan di Kecamatan Pamijahan sehingga dapat dijadikan dasar dalam penanganan masalah kesehatan perempuan maupun sistem pelayanan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di Pamijahan khususnya dan di Indonesia umumnya. Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini adalah sukarela, jika dalam proses penelitian ini kemudian akan menarik diri atau sejak awal tidak bersedia mengikuti penelitian ini, maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi apapun juga dalam kehidupan sehari-hari. Saya menjamin bahwa semua keterangan yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiannya dan tidak akan digunakan atau disebarluaskan ke pihak manapun kecuali untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Demikian, atas bantuan dan kerjasamanya, Saya ucapkan banyak terima kasih. Hormat Saya, Bogor, Februari 2012 Wili Wulandari PERSETUJUAN MENJADI PROBANDUS PENELITIAN Setelah diberi penjelasan mengenai penelitian ini, maka Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sukarela BERSEDIA untuk ikut dalam penelitian ini. Bogor, Tanda tangan/ Cap Jempol

20 12 Lampiran 4. Kuisioner Fnum: Tanggal: KUISIONER PENELITIAN USIA SUBUR REPRODUKSI PEREMPUAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN DATA PRIBADI Nama : Alamat : Tempat lahir : Tanggal lahir/usia : Penyakit (jika ada) : Usia anak pertama : Usia anak terakhir : Tanggal menstruasi terakhir : Tanggal menstruasi pertama : Apakah anda merokok : YA/TIDAK Apakah anda menggunakan alat kontrasepsi :YA/TIDAK ( ) DATA ORANG TUA Nama Ayah : Nama Ibu : Tempat lahir Ayah : Tempat lahir Ibu : Tanggal lahir Ayah/Usia : Tanggal lahir Ibu/Usia : Nama Ayah dari Ayah : Nama Ayah dari Ibu : Tempat lahir Ayah dari Ayah : Tempat lahir Ayah dari Ibu: Tanggal lahir Ayah dari Ayah : Tanggal lahir Ayah dari Ibu: Nama Ibu dari Ayah : Nama Ibu dari Ibu : Tempat lahir Ibu dari Ayah : Tempat lahir Ibu dari Ibu : Tanggal lahir Ibu dari Ayah : Tanggal lahir Ibu dari Ibu : Pengeluaran keluarga per bulan untuk makan (pilih salah satu): 1. x <Rp Rp x < Rp Rp x < Rp x Rp Rp x < Rp Keterangan: x= jumlah pengeluaran keluarga per bulan untuk makan Jenis Makanan yang biasa dikonsumsi : No.Foto DATA PENGUKURAN Pengukur : Waktu : No Parameter Hasil Pengukuran 1 Berat Badan Kg 2 Tinggi Badan cm 3 Lingkar Panggul.cm 4 Kadar Lemak.% 5 Kadar Air.%

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran 14 HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran Alat kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) hormonal mengandung estrogen dan progesteron yang secara langsung dapat mempengaruhi daur alamiah menstruasi.

Lebih terperinci

JANGKA REPRODUKSI WANITA SUKU BADUY, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN ENENG NUNUZ ROHMATULLAYALY

JANGKA REPRODUKSI WANITA SUKU BADUY, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN ENENG NUNUZ ROHMATULLAYALY JANGKA REPRODUKSI WANITA SUKU BADUY, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN ENENG NUNUZ ROHMATULLAYALY DEPERTEMEN BIOLOGI FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ABSTRAK

Lebih terperinci

JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT SEKARWATI SUKMANINGRASA

JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT SEKARWATI SUKMANINGRASA JANGKA REPRODUKSI WANITA DI KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT SEKARWATI SUKMANINGRASA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN LAUT JAWA. Gambar 5 Peta wilayah kecamatan di Kabupaten Cirebon.

METODE PENELITIAN LAUT JAWA. Gambar 5 Peta wilayah kecamatan di Kabupaten Cirebon. 12 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember 2010. Lokasi penelitian di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat yang meliputi 12 kecamatan dan terdiri

Lebih terperinci

HASIL. Persentase. Umur (Tahun) Gambar 7 Jangka reproduksi wanita menopause akseptor KB non hormonal dan alamiah di Kabupaten Cirebon.

HASIL. Persentase. Umur (Tahun) Gambar 7 Jangka reproduksi wanita menopause akseptor KB non hormonal dan alamiah di Kabupaten Cirebon. Persentase 18 HASIL Jangka waktu reproduksi wanita akseptor KB non hormonal dan alamiah (tidak menggunakan KB) di Kabupaten Cirebon adalah selama 34.02 tahun. Jangka reproduksi ini didapat dari rata-rata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa reproduksi. Kejadian yang

Lebih terperinci

JANGKA REPRODUKSI DAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA WANITA DI KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WATI AH

JANGKA REPRODUKSI DAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA WANITA DI KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WATI AH JANGKA REPRODUKSI DAN KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA WANITA DI KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WATI AH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menopause merupakan hal yang terjadi secara alami dalam fase kehidupan seorang wanita. Namun banyak wanita yang menganggap bahwa menopause merupakan suatu hal yang menakutkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuisioner jangka reproduksi (probandus usia tahun)

Lampiran 1 Kuisioner jangka reproduksi (probandus usia tahun) LAMPIRAN 34 35 Lampiran 1 Kuisioner jangka reproduksi (probandus usia 35 70 tahun) KUISIONER JANGKA REPRODUKSI PADA WANITA DI KAB. CIREBON DATA PRIBADI Tgl :... FNUM:... Nama Lengkap :... Tempat dan Tanggal

Lebih terperinci

DATA PRIBADI :... :... bulan

DATA PRIBADI :... :... bulan LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner data pribadi probandus INSTITUT PERTANIAN BOGOR Gedung Fapet Lt. 5 Wing 1 Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, 16680 Telp/fax. (0251) 8622833 PENELITIAN JANGKA REPRODUKSI PADA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia merupakan jumlah terbesar di Asia Tenggara yakni 65 juta di ikuti Vietnam (25,3 juta) dan Filipina (23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 1,38%. Berdasarkan hasil perhitungan pusat data

Lebih terperinci

STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI

STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan paling ideal baik secara fisiologis maupun biologis untuk diberikan bayi di awal kehidupannya (Almatsier, 2004). Keuntungan ASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lebih dari 100 juta wanita di dunia memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan (Scudder, 2008). Setiap tahun mereka memutuskan untuk menggunakan

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN (Studi Kasus: Preferensi Mahasiswa Statistika IPB Angkatan 44, 45, dan 46 terhadap Minat Bidang Kerja) DONNY ARIEF SETIAWAN SITEPU

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

AFIKA DWI KISSWARDHANI J410

AFIKA DWI KISSWARDHANI J410 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, TINGKAT PAPARAN MEDIA MASSA DAN FAKTOR KETURUNAN DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI DI SMP NEGERI 1 SUBAH KABUPATEN BATANG Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN Andari Nurul Huda 1), Laksmono Widagdo 2), Bagoes Widjanarko

Lebih terperinci

MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA

MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK TERHADAP BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS BANYUDONO I KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK TERHADAP BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS BANYUDONO I KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK TERHADAP BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS BANYUDONO I KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh: Oleh: TYAS ARU YUNIASTUTI K100 070 115 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo pada tahun 1994 menyatakan bahwa program Keluarga Berencana (KB) perlu mencakup kesehatan reproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencegahan kematian, kesakitan ibu dan mengontrol laju pertambahan penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana (KB). Alat kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memaparkan tentang ASI eksklusif dan berbagai pilihan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memaparkan tentang ASI eksklusif dan berbagai pilihan jenis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah salah satu kontrasepsi alami yang menggunakan prinsip menyusui secara eksklusif selama 6 bulan penuh tanpa tambahan makanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) mengatakan bahwa program keluarga berencana merupakan suatu tindakan yang membantu pasangan suami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World Population Data Sheet

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Zulliati 1, Muhammad Basit 2,Tria Dwi Putri 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

POLA PERTUMBUHAN BESAR TUBUH ANAK ARFAK

POLA PERTUMBUHAN BESAR TUBUH ANAK ARFAK POLA PERTUMBUHAN BESAR TUBUH ANAK ARFAK Abstrak Pola pertumbuhan tinggi dan berat badan merefleksikan status nutrisi dan kondisi kesehatan suatu populasi. Penilaian pola pertumbuhan dan status nutrisi

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN PENELITI

SURAT PERNYATAAN PENELITI SURAT PERNYATAAN PENELITI Kepada Yth Saudari calon responden Dukuh gentan, Desa Tukang, Kec.Pabelan Dengan hormat Saya peneliti bernama Rumsiyati (462010059) mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) digunakan untuk mengatur jarak kehamilan sehingga dapat mengurangi resiko kehamilan atau jumlah persalinan yang membawa bahaya (Royston,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengatur jarak kelahiran sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak (Rahman and Akter, 2009). Data di Indonesia jarak kelahiran kurang dari 18 bulan sebesar 6%,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D. dkk, Hubungan antara Status Gizi dan Siklus Menstruasi... 99 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D, Selty Tingubun Universitas Respati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor di bidang itu, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Menjadi tua merupakan hal yang menakutkan bagi manusia, terutama kaum wanita.hal-hal yang biasanya dikhawatirkan adalah menjadi tidak lagi cantik, tidak lagi bugar dan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (Kasus pada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi)

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH

SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR Ernawati STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat Korespondensi: ernawati@stikesnh.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui dan kehamilan merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi wanita. Kembalinya menstruasi dan ovulasi bervariasi setiap ibu postpartum, hal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alur Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2010 hingga bulan April 2011 di daerah Manokwari, Provinsi Papua Barat. Pengambilan data dilakukan dengan mengunjungi sekolah-sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan dari beberapa masa yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat lebih dari 70 juta

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014 i HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014 OLEH: RANI LESTARI B. 110100128 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, DAN STATUS KESEHATAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PENGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT

KONDISI LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, DAN STATUS KESEHATAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PENGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT KONDISI LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, DAN STATUS KESEHATAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PENGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT YULI FITRIYANI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM BER-KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller)

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller) PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller) NUR RACHMAN A44104056 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK Sri Rejeki 1, Nikmatul Khayati 1, Rohmatun Novianti Solekah 2 1 Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO

APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS TAPIN UTARA KABUPATEN TAPIN

INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS TAPIN UTARA KABUPATEN TAPIN INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS TAPIN UTARA KABUPATEN TAPIN Shela Fuspita Maharani 1 ; Riza Alfian 2 ; Erny Karmila 3 Berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN KOMPARATIF PELAKSANAAN PROGRAM INSEMINASI BUATAN DAN TINGKAT KEBERHASILANNYA DI PROPINSI RIAU (Tahun 1999 sampai dengan Tahun 2002) SKRIPSI

KAJIAN KOMPARATIF PELAKSANAAN PROGRAM INSEMINASI BUATAN DAN TINGKAT KEBERHASILANNYA DI PROPINSI RIAU (Tahun 1999 sampai dengan Tahun 2002) SKRIPSI KAJIAN KOMPARATIF PELAKSANAAN PROGRAM INSEMINASI BUATAN DAN TINGKAT KEBERHASILANNYA DI PROPINSI RIAU (Tahun 1999 sampai dengan Tahun 2002) SKRIPSI Khairul Saleh B01498080 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN AKSEPTOR KB DI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2015

ABSTRAK GAMBARAN AKSEPTOR KB DI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2015 ABSTRAK GAMBARAN AKSEPTOR KB DI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2015 Shely Fitrika, 2016 Pembimbing 1: Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2: Dr. Teresa Liliana Wargasetia,S.Si.,M.Kes.,PA(K) Latar Belakang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kependudukan tetap menjadi isu yang sangat penting dan mendesak, terutama yang berkaitan dengan aspek pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age. HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PIL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Chaterine J. M. Tulenan*, Budi T. Ratag *, Shane

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kriteria keluarga sejahtera BKKBN

Lampiran 1 Kriteria keluarga sejahtera BKKBN 72 LAMPIRAN 73 Lampiran 1 Kriteria keluarga sejahtera BKKBN A. Keluarga Prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator tahapan keluarga sejahtera I B. Keluarga Sejahtera I

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI 1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS (Jurnal) Oleh AYU FITRI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016 2

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA

PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman bagi setiap orang. Di antara berbagai jenis kanker, ada beberapa yang khas menyerang pada kaum wanita diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk mencapai 7.608.405 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN FAKTOR KEJADIAN MENARCHE BERDASARKAN TEMPAT TINGGAL (PEDESAAN DAN PERKOTAAN)

SKRIPSI PERBEDAAN FAKTOR KEJADIAN MENARCHE BERDASARKAN TEMPAT TINGGAL (PEDESAAN DAN PERKOTAAN) SKRIPSI PERBEDAAN FAKTOR KEJADIAN MENARCHE BERDASARKAN TEMPAT TINGGAL (PEDESAAN DAN PERKOTAAN) Di Desa Baosan Lor Kecamatan Ngrayun dan Kelurahan Mangkujayan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo Oleh:

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR 63 PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR KARTIKA WANDINI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization merekomendasikan untuk mengatur jarak kehamilan minimal 24 bulan dari persalinan sebelumnya supaya dapat menurunkan risiko kematian maupun

Lebih terperinci