BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Lanny Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan paling ideal baik secara fisiologis maupun biologis untuk diberikan bayi di awal kehidupannya (Almatsier, 2004). Keuntungan ASI diantaranya ialah lebih bergizi, bersih, memberi kekebalan bayi terhadap penyakit-penyakit umum dan mengurangi resiko kanker payudara dan ovarium bagi ibu. Pemberian ASI langsung setelah bayi dilahirkan (60 menit pertama) dan dilanjutkan setiap bayi lapar, kemungkinan bayi menerima antibodi dalam ASI, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi (Roesli, 2002). Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI (2010) bahwa pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentase bayi menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Oleh karena kesadaran masyarakat dalam peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. Hal ini sering ditemukan pada ibu bekerja, sering mengabaikan pemberian ASI dengan alasan kesibukan kerja. Padahal tidak ada yang bisa menandingi kualitas ASI, bahkan susu formula sekalipun. Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia fluktuasi selama 3 tahun terakhir. Cakupan pemberian ASI eksklusif bayi sampai 6 bulan tahun 2007 sebesar 28,6% menurun menjadi 24,3% tahun 2008, dan meningkat menjadi 34,3% tahun 2009 (Depkes RI, 2009). Pemberian ASI eksklusif yang masih jauh dari target (80%) tersebut akan berpengaruh pada lamanya amenorrhea selama laktasi sehingga kembalinya ovulasi pasca melahirkan semakin cepat (Kapp et al., 2010b). Permasalahan ini semakin bertambah berat karena penggunaan kontrasepsi pasca melahirkan masih relatif rendah akibat kesadaran dan pilihan teknologi kontrasepsi pasca melahirkan belum disosialisasikan dengan baik. Setiap tahun lebih dari 4 juta wanita melahirkan anak, akan tetapi hanya 14% pengguna kontrasepsi dalam kurun waktu 6 bulan pasca melahirkan (Faculty of Sexual and Reproductive 1
2 2 Healthcare Clinical Effectiveness Unit, 2009a) Ibu melahirkan yang memberikan ASI secara eksklusif tidak lebih dari 40% sehingga metode amenore laktase tidak dapat lagi diandalkan sebagai cara kontrasepsi alamiah yang relatif murah dan aman (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2010). Ibu yang masih menyusui mengalami ovulasi tanpa ada perlindungan dari kontrasepsi modern. Sekitar 50% wanita kembali beraktivitas seksual pada 6 minggu pasca melahirkan dan bervariasi antar suku bangsa. Terdapat 3 fakta yang terjadi, yaitu: 1) wanita menyusui tidak dapat segera berovulasi paling awal 25 hari setelah melahirkan; 2) dua pertiga wanita pasca melahirkan, ovulasi tampak sudah terjadi sebelum perdarahan vaginal pertama kembali; dan 3) laktasi salah satu cara kontrasepsi wanita sedang menyusui, namun hanya efektif jika wanita tersebut menyusui bayinya secara penuh dan belum mendapatkan menstruasi kembali. Dengan demikian tindakan penggunaan kontrasepsi 6 minggu setelah melahirkan memiliki landasan yang cukup kuat, terutama bagi wanita yang tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif dan belum mengalami menstruasi kembali (Kapp et al., 2010b, Dunson et al., 1993). Idealnya, selama menyusui wanita menggunakan pil kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron saja (progestogen only pill atau POP). Pil KB yang mengandung hormon progestin saja dengan dosis rendah ( minipill ) tidak mempunyai dampak pada kualitas maupun kuantitas ASI sehingga menjadi pilihan tepat bagi wanita sedang menyusui (Kapp et al., 2010b). Beberapa penelitian menemukan bahwa Pil KB yang mengandung estrogen menimbulkan dampak kurang baik terhadap proses menyusui sehingga akan mengganggu pertumbuhan bayi. Disamping itu tercemarnya ASI dengan estrogen diduga akan meningkatkan risiko kanker vagina bagi bayinya, meskipun belum didukung bukti-bukti kuat (Kapp et al., 2010a). Pemakaian kontrasepsi setelah melahirkan di Indonesia masih dianggap belum optimal, padahal kontrasepsi postpartum meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan memperpanjang jarak kelahiran (BKKBN, 2005). Kehamilan dengan interval 24 bulan lebih sering dilaporkan sebagai kehamilan tidak diinginkan
3 3 sehingga pencegahan kehamilan tidak diinginkan ini dapat mengurangi stres fisik dan psikososial pada ibu. Selain itu, memperpanjang interval kehamilan memberikan kesempatan bagi bayi untuk menyusu secara lengkap dan lebih lama, serta memberinya manfaat nutrisi ASI optimal. Berbagai bukti menunjukkan interval antar kelahiran selama 3 tahun akan menurunkan risiko kematian neonatal, postneonatal, dan kematian anak (Conde-Agudelo et al., 2005, Conde- Agudelo et al., 2007). Oleh karena itu, kontrasepsi postpartum yang efektif, tidak mengganggu kualitas ASI dan pertumbuhan bayi serta terjangkau masyarakat sangat diperlukan untuk pengembangan program secara nasional. Salah satunya dengan pengadaan kontrasepsi minipills (POP) generik yang dapat diproduksi di Indonesia dengan harga cukup terjangkau program. Di Indonesia terdapat 4 jenis POP yang beredar di pasaran, yaitu: 1) Exluton mengandung 0,5 mg lynestrenol per tablet; 2) Microlut mengandung 0,03 mg levonorgestrel per tablet; 3) Cerazette mengandung desogestrel 75 mcg per tablet; dan 4) Postinor mengandung levonorgestrel (LNG) 0,75 mg. Dari ke 4 jenis POP, hanya POP yang mengandung 0,5 mg lynestrenol dan 0,03 mg levonorgestrel per tablet yang tepat digunakan wanita menyusui di Indonesia. Dengan melihat latar belakang diatas maka peneliti akan mengkaji lebih mendalam pengaruh pil KB mengandung lynestrenol dan LNG yang digunakan selama menyusui terhadap pertumbuhan bayi periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang diambil adalah: Apakah ada pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal (pil) terhadap pertumbuhan bayi pada periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan)? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal (pil) terhadap pertumbuhan bayi pada periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan).
4 4 2. Tujuan Khusus a. Membedakan pola pertumbuhan bayi periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan) antara penggunaan kontrasepsi hormonal (pil) dan kontrasepsi non-hormonal pada ibu menyusui. b. Menganalisis pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal (pil) terhadap pola pertumbuhan bayi periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan). D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Penulis Sebagai wahana pembelajaran dalam menyusun, melaksanakan dan menulis hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah. 2. Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal (pil) terhadap pertumbuhan bayi pada periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan). 3. Pelayanan kesehatan Sebagai masukan bagi pengambil kebijakan dalam memantau dan mengevaluasi penggunaan kontrasepsi hormonal (pil) terhadap pertumbuhan bayi pada periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan). 4. Ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dan bahan referensi untuk peneliti selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Berbagai penelitian telah dilaksanakan untuk mengkaji pertumbuhan bayi periode 6 bulan pertama (umur 0-6 bulan) pada ibu menyusui pengguna kontrasepsi hormonal (pil) dan non-hormonal yang dilaksanakan di luar Indonesia. Beberapa penelitian yang hampir serupa dengan penelitian ini adalah: 1. Tankeyoon et al. (1984) melakukan penelitian mengenai Effects of hormonal contraceptives on milk volume and infant growth. Hasil
5 5 penelitiannya wanita pengguna kontrasepsi oral kombinasi mengalami penurunan volume ASI dalam waktu 6 minggu pertama dan tidak ada penurunan signifikan kelompok perlakuan lainnya. Setelah 18 minggu penggunaan kontrasepsi oral kombinasi mengalami penurunan volume ASI 41,9% dibandingkan progestin minipills 12,0% dan kontrol non-hormonal 6,1%. Tidak ada perbedaan signifikan pertumbuhan bayi antara kelompok perlakuan. Kesimpulannya 30 mikrogram estrogen mengandung kontrasepsi oral kombinasi mengganggu sekresi ASI dan tidak mempengaruhi pertunbuhan. Persamaan dengan penelitian ini pada tujuan dan subjek penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini pada desain, variabel dan lokasi penelitian. 2. McCann et al. (1989) melakukan penelitian tentang The effects of a progestin-only oral contraceptive (levonorgestrel 0.03 mg) on breastfeeding. Penelitian ini merupakan uji non-klinis acak membandingkan pengalaman menyusui 250 wanita Argentina menggunakan levonorgestrel 0.03 mg harian dan 250 wanita menggunakan kontrasepsi non-hormonal. Hasil penelitiannya tidak ada perbedaan dalam pertumbuhan bayi, pola penghentian kontrasepsi, persepsi ibu akan kecukupan ASI. Persamaan dengan penelitian ini pada desain, tujuan, variabel dan subjek penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian. 3. Moggia et al. (1991) melakukan penelitian mengenai A comparative study of a progestin-only oral contraceptive versus non-hormonal methods in lactating women in Buenos Aires, Argentina. Tujuan penelitian ini untuk menilai pola menyusui wanita pengguna kontrasepsi oral progestin dan metode kontrasepsi non-hormonal, dan mempelajari hubungan antara menyusui dan mekanisme kerja klinis POP. Waktu penelitian selama 6 bulan. Follow up setiap bulan dan dilakukan pengukuran berat badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan dalam pertumbuhan bayi. Pengguna kontrasepsi non-hormonal menunjukkan penurunan signifikan dalam produksi ASI bulan ke-5 dan 6.
6 6 Persamaan dengan penelitian ini pada tujuan, subjek dan variabel penelitian. Perbedaannya dengan penelitian ini pada desain dan lokasi penelitian. 4. Fraser (1991) melakukan penelitian berjudul A review of the use of progestogen-only minipills for contraception during lactation. Penelitian dilakukan di India. Hasil penelitian ini tidak menemukan perbedaan signifikan antara wanita pengguna levonorgestrel dan kontrol dalam volume ASI, total nitrogen, non-protein nitrogen, dan laktosa. Tidak ada bukti mengenai efek samping progestin pada pertumbuhan fisik dan mental remaja, bahkan beberapa studi telah mencatat peningkatan berat badan bayi dari wanita pengguna kontrasepsi progestogen oral. Persamaan dengan penelitian ini pada subjek, tujuan dan variabel penelitian. Perbedaannya dengan penelitian ini pada desain dan lokasi penelitian. 5. Espey et al. (2012) melakukan penelitian tentang Effect of progestin compared with combined oral contraceptive pills on lactation: a randomized controlled trial. Metode penelitian ini adalah double-blind randomized trial. Tujuan penelitian adalah memperkirakan efek pil progestin dibandingkan dengan pil kombinasi terhadap keberlangsungan menyusui pada wanita setelah melahirkan. Hal lain yang diteliti adalah pertumbuhan bayi, keberlangsungan penggunaan kontrasepsi, dan kepuasan menyusui dan kontrasepsi. Responden adalah wanita usia tahun, 2 dan 8 minggu setelah melahirkan, menyusui dan ingin menggunakan pil kontrasepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata keberlangsungan menyusui pada minggu ke-8 dan parameter pertumbuhan bayi tidak berbeda antara kedua kelompok perlakuan. Kesimpulannya adalah bahwa penggunaan pil kombinasi maupun pil progestin pada minggu ke-2 setelah melahirkan tidak menimbulkan efek yang merugikan terhadap keberlangsungan menyusui. Persamaan dengan penelitian ini pada subjek dan tujuan penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini pada variabel, desain dan lokasi penelitian.
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara dan permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (BKKBN, 2005). Prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma). Terdapat 3 cara untuk mencapai tujuan ini, baik bekerja sendiri maupun bersamaan. Pertama adalah menekan keluarnya sel telur (ovulasi), kedua menahan masuknya sperma ke dalam saluran kelamin wanita sampai mencaapai ovum dan ketiga ialah menghadang nidasi. 2. Metode Modern a. Kontrasepsi hormonal (pil) Kontrasepsi hormonal (pil) adalah alat atau obat kontrasepsi bertujuan mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron. Kontrasepsi hormonal meliputi: pil oral kombinasi, mini pil, injeksi (suntikan), dan implant (alat kontrasepsi bawah kulit). Kontrasepsi hormonal (pil) salah satu metode kontrasepsi paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. 1) Kontrasepsi progesteron Kontrasepsi progesteron tersedia dalam sediaan pil, implant, suntik dan Intra Uterine Device (IUD). Kontrasepsi progesteron aman digunakan perempuan menyusui karena mereka tidak mengganggu produksi ASI tetapi meningkatkan produksinya. Disamping itu tidak memiliki efek pada pertumbuhan atau kesehatan bayi dan tidak meningkatkan risiko Venous Thrombo Emboli (VTE) (Glasier and Gebbie, 2000). Rekomendasi waktu memulai 7
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengatur jarak kelahiran sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak (Rahman and Akter, 2009). Data di Indonesia jarak kelahiran kurang dari 18 bulan sebesar 6%,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif merupakan cara paling optimal memberikan makan pada bayi dan banyak manfaat yang diterima bagi ibu maupun bayinya. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita dalam masa setelah melahirkan (postpartum) memiliki kebutuhan khusus berkaitan dengan kontrasepsi; harus memiliki efektifitas tinggi, tidak mempengaruhi kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang terus menerus apabila tidak dikendalikan akan membawa dampak yang kurang baik, di antaranya menjadi beban pembangunan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah terjadinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lebih dari 100 juta wanita di dunia memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan (Scudder, 2008). Setiap tahun mereka memutuskan untuk menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor
Lebih terperinciUpaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization merekomendasikan untuk mengatur jarak kehamilan minimal 24 bulan dari persalinan sebelumnya supaya dapat menurunkan risiko kematian maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah
Lebih terperinciKARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK
KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK Sri Rejeki 1, Nikmatul Khayati 1, Rohmatun Novianti Solekah 2 1 Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) mengatakan bahwa program keluarga berencana merupakan suatu tindakan yang membantu pasangan suami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN
HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak atau mengatur jarak kelahiran anak serta dapat menanggulangi masalah kemandulan, selain itu keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan
Lebih terperinciKontrasepsi Hormonal (PIL)
Kontrasepsi Hormonal (PIL) A.KONTRASEPSI HORMONAL Adalah: kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain: 1. Kontrasepsi oral 2. Kontrasepsi suntik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) digunakan untuk mengatur jarak kehamilan sehingga dapat mengurangi resiko kehamilan atau jumlah persalinan yang membawa bahaya (Royston,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup tinggi yaitu 1,38% per tahun. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah tingginya angka kelahiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia terus meningkat. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15 % hingga 2,49% pertahun (Sujiyatini & Arum, 2011). Berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rahim. Tidak ada metode kontrasepsi yang efektif secara menyeluruh, namun ada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontrasepsi merupakan pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Tidak ada metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
Lebih terperinciCopper-Bearing Intrauterine Devices (IUDs)
Copper-Bearing Intrauterine Devices (IUDs) Karakteristik IUD Copper T 380A dr. M. Nurhadi Rahman, SpOG Session I, Slide 1 Copper IUDs: Tujuan Peserta akan: dielaskan karakteristik IUD tembaga dengan cara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang memaparkan tentang ASI eksklusif dan berbagai pilihan jenis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah salah satu kontrasepsi alami yang menggunakan prinsip menyusui secara eksklusif selama 6 bulan penuh tanpa tambahan makanan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatex CO Indonesia Batang, yang merupakan pabrik pembuatan kain. Hasil produksi biasanya dipasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2016 mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) dengan kelahiran per tahun. Peningkatan jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun
Lebih terperinciJENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI
JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 237 juta jiwa pada tahun 2011 menempati negara dengan jumlah penduduk terpadat ke 4 setelah Cina (1,339,240,000), India
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah kependudukan di Indonesia salah satunya adalah tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI Indonesia tahun 2007 sebesar 228
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Di antara negara ASEAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengertian fertilitas Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam bidang demografi fertilitas adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang, seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia merupakan jumlah terbesar di Asia Tenggara yakni 65 juta di ikuti Vietnam (25,3 juta) dan Filipina (23
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN EFEKTIFITAS KIE MELALUI CERAMAH BOOKLET DAN POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SUB PPKBD (KADER) TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN
Lebih terperinciINTISARI. Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik, Produksi ASI, 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, 3 Puskesmas Perawatan Kelua Kabupaten Tabalong
INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 1 BULAN DAN 3 BULAN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS PERAWATAN KELUA KABUPATEN TABALONG Tri Yusna Sari 1 ;Erna Prihandiwati 2 ; Enggar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui dan kehamilan merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi wanita. Kembalinya menstruasi dan ovulasi bervariasi setiap ibu postpartum, hal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di kepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan bentuk makanan ideal bagi bayi selama 6 bulan pertama kehidupan karena ASI menyediakan zat-zat gizi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Seorang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Lebih terperinciPil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.
Pil kombinasi Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progesteron sinteik. Pil diminum seiap hari selama iga minggu diikui dengan satu minggu tanpa pil atau plasebo. Estrogennya adalah einil estradiol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia dengan perkiraan jumlah penduduk sebanyak 252 juta jiwa pada tahun 2014 menempati peringkat keempat dunia sebagai negara dengan jumlah populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,
Lebih terperincipemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World Population Data Sheet
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
Lebih terperinciPend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi
TERAPI HORMONAL & NONHORMONAL DALAM PENATALAKSANAAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI (PUD) Pendahuluan Etiologi PUD Belum diketahui i pasti Beberapa pilihan terapi Pendahuluan Pembagian : PUD akut kronis Perimenarcheal
Lebih terperinciKESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**
KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** A. Pengantar Sistem reproduksi pada manusia dapat dibedakan menjadi sistem reproduksi laki-laki dan wanita sesuai jenis kelaminnya. 1. Sistem
Lebih terperinciKONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)
1. Pengertian KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi suntikan di Indonesia semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Salah satu masalah utama yang sedang dihadapi oleh negara Indonesia saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari tahun 1897 ketika Beard menduga bahwa korpus luteum dapat menghambat terjadinya ovulasi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak permasalahan salah satunya adalah gangguan haid, gangguan haid ini mempunyai manifestasi klinis yang bermacam
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki 237 juta jiwa. Jumlah ini menjadikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi
Lebih terperincicontoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan
contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan keluhan selama 3 bulan terakhir mengalami perdarahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode
Lebih terperinciAkseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)
Akseptor Keluarga Berencana 1. Pengertian Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) 2. Jenis-jenis Akseptor KB a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konferensi kependudukan dan pembangunan atau International Conference on
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi kependudukan dan pembangunan atau International Conference on Population and Development (ICPD) 1994 di Kairo disepakati bersama tentang Program Aksi
Lebih terperinciHASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran
14 HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran Alat kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) hormonal mengandung estrogen dan progesteron yang secara langsung dapat mempengaruhi daur alamiah menstruasi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan pendukung gigi disebabkan oleh aktifitas bakteri dan akumulasi plak. Penyakit periodontal dibagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 1,38%. Berdasarkan hasil perhitungan pusat data
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang diterbitkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga
Lebih terperinciM etode P engendalian K elahiran
M etode B i r t h P engendalian C o n t r o l K elahiran M e t h o d s Metode pengendalian kelahiran (juga dikenal sebagai kontrasepsi) membantu pasangan mengatur kesuburan mereka untuk mencapai rencana
Lebih terperinciJENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Laode Muhamad Sety 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari Email: setydinkes@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) merupakan infeksi pada vulva dan/atau vagina dikarenakan pertumbuhan yang tidak terkendali dari jamur Candida sp., terutama Candida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat pertambahan penduduk yang demikian telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite 1970, Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
Lebih terperinciMODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT
MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG I. MENJAGA JARAK KEHAMILAN A. Penentuan Jarak Kehamilan TEPAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhannya yang masih tinggi, dan penyebaran antar daerah yang kurang seimbang merupakan ciri penduduk Indonesia dan merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk
2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Dengan Angka Fertilitas atau Total Fertelitity Rate (TFR) 2,6, Indonesia
Lebih terperinciAMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta
AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta Berbagai metode atau cara ber KB secara modern sudah kita kenal melalui penggunaan alat kontrasepsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dalam tingkat jumlah penduduk terbesar di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam
Lebih terperinciitu bersifat sementara, dapat pula Pendahuluan Tingginya angka kelahiran di bersifat permanen. Penggunaan Indonesia menggelisahkan banyak
Pendahuluan Tingginya angka kelahiran di Indonesia menggelisahkan banyak pihak. Sejak 2004, program Keluarga Berencana (KB) dinilai berjalan itu bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15 % hingga 2,49% pertahun. (Sujiyatini, dkk. 2011; 3).Jumlah penduduk
Lebih terperincikeselamatan ibu dan bayi. Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) perlu didukung upaya untuk mencapai universal coverage pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang memiliki salah satu masalah yang sangat penting yaitu ledakan penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor di bidang itu, baik
Lebih terperinci32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017
32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017 EFEK SAMPING AKSEPTOR KB SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERONE ACETAT (DMPA) SETELAH 2 TAHUN PEMAKAIAN Side Effects Acceptors KB Depo Injection
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
Lebih terperinci