PEMETAAN MODEL STUDENT CENTERED LEARNING UNTUK PEMBELAJARAN AUDITING PADA PENDIDIKAN TINGGI VOKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMETAAN MODEL STUDENT CENTERED LEARNING UNTUK PEMBELAJARAN AUDITING PADA PENDIDIKAN TINGGI VOKASI"

Transkripsi

1 PEMETAAN MODEL STUDENT CENTERED LEARNING UNTUK PEMBELAJARAN AUDITING PADA PENDIDIKAN TINGGI VOKASI Yossi Septriani 1) 1) Akuntansi, Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang, Padang Kampus Limau Manis Padang yseptriani@gmail.com 1) Abstract Student centered learning (SCL) model has been widely claimed as the most suitable learning model to be implemented in the classroom setting. However, the best practice of SCL model in vocational education and its effectiveness in achieving student competencies in auditing subject is still researchable. This research aimed to map the suitable SCL model to be implemented in auditing class as well as its effectiveness in improving student competencies in vocational education setting. Data was collected using questionnaire distributed to students and auditing lecturers from Accounting Department of 3 different Polytechnics in Sumatera and Java which are Politeknik Negeri Padang, Politeknik Negeri Jakarta and Politeknik Negeri Malang. Respondents were chosen using purposive random sampling. Data from questionnaires were analyzed using descriptive statistics. Focus group discussion with students taking auditing subjects and the auditing lecturers were conducted to confirm the result further. The perceived suitable SCL model for each audit competencies required in auditing subject was mapped and the complementary input were used to develop the auditing semester lesson plan and teaching materials. The results showed that only 5 of 9 SCL model proposed were considered suitable and effective to be implemented in auditing learning setting for vocational education. Each of the SCL models was perceived suitable for certain auditing competencies specifically. Keywords: SCL, model, auditing, competencies, softskills 1. Pendahuluan Beberapa skandal keuangan dan fraud oleh korporasi besar dalam 2 dekade terakhir yang melibatkan para akuntan menimbulkan banyak kritik yang mempertanyakan degradasi moral dan etika para perilaku akuntan profesional. Peran perguruan tinggi selaku penghasil akuntan pun disorot. Kurikulum pendidikan akuntansi di perguruan tinggi dinilai terlalu fokus pada materi (content based) dan penguasaan teknis akuntansi bagi mahasiswa sehingga belum banyak memasukkan muatan etika, integritas dan softskills penting yang lebih dibutuhkan mahasiswa dalam perkuliahan (Albrecht dan Sacks, 2000). Di samping itu, perbedaan (gap) ekspektasi mengenai atribut kompetensi dan softskills penting yang harus dikuasai di antara mahasiswa, perguruan tinggi dan dunia bisnis juga masih lebar. Studi yang dilakukan oleh Kavanagh and Drennan, (2008) di Australia menemukan bahwa mayoritas mahasiswa akuntansi memiliki persepsi bahwa kemampuan teknis akuntansi merupakan atribut kompetensi yang paling penting untuk memasuki dunia kerja sementara industri berpendapat bahwa softskills seperti kemampuan bekerja dalam tim (teamwork), kepemimpinan (leadership), kemampuan berkomunikasi verbal (verbal communication) dan interpersonal skills lebih dianggap penting. Dari sisi dosen, masih banyak yang harus dibenahi terkait kemampuan pengajaran dosen akuntansi. Pendekatan pengajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student Centered Learning), kemudian disarankan untuk lebih banyak digunakan dalam pembelajaran akuntansi di kelas., menggantikan metode pembelajaran yang berpusat kepada dosen (Teacher Centered Learning). Mata kuliah auditing merupakan salah satu mata kuliah dalam kurikulum pendidikan akuntansi yang menekankan pada penguasaan teknis, etika dan softskills bagi para calon akuntan professional dalam hal pemberian jasa audit dan assurance. Selain menguasai konsep dan teknis mengaudit, mahasiswa dilatih menggunakan pertimbangan profesional, berpikir kritis dan rasional. Namun, bagaimana model pembelajaran SCL yang sesuai untuk pencapaian kompetensi pengauditan (auditing) baik teknis mengaudit beserta atribut softskillsnya belum didokumentasikan dan dibakukan. Sampai saat ini best practice penerapan model 428

2 pembelajaran SCL dalam mata kuliah auditing di perguruan tinggi juga belum tersedia. Sementara kebutuhan industri terhadap tenaga akuntan professional yang kompeten dan beretika seperti halnya auditor terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan model pembelajaran SCL yang sesuai untuk pembelajaran auditing pada pendidikan vokasi seperti halnya Politeknik. Pemetaan model SCL dalam penelitian ini didasarkan pada data survey persepsi menurut mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah auditing mengenai kompetensi pengauditan dan dan model pembelajaran SCL yang dipersepsikan paling sesuai untuk digunakan dalam perkuliahan. Pemetaan ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengatasi masalah pedagogik yang dihadapi dosen di kelas auditing melalui model pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian kompetensi pengauditan oleh mahasiswa. Lebih lanjut, model SCL yang dipetakan ini dapat membantu memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai praktek penerapan model SCL di perguruan tinggi. 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Penelitian terdahulu Dalam beberapa literatur tentang metode pembelajaran, metode pembelajaran secara garis besar terbagi dua, yaitu: (1) metode pembelajaran pasif dan (2) metode pembelajaran aktif. Metode pembelajaran pasif menitikberatkan pada peran pendidik di depan kelas sebagai satu-satunya sumber informasi (teacher centered learning). Menurut Heron (2002), pembelajaran pasif ini merupakan pengumpulan informasi melalui penjelasan secara lisan (metode ceramah) ataupun tulisan. Sedangkan metode pembelajaran aktif lebih menitikberatkan kepada keaktifan peserta didik dalam pembelajaran (student centered learning). Dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya tentang pembelajaran aktif, dijelaskan bahwa metode pembelajaran aktif tersebut dapat berupa diskusi kelas (Massey and Thorne, 2006; Sims, 2002; Heames and Services, 2003), studi kasus (Mintz, 1995; Hunt and Laverie, 2004), research project (Esmond-Kiger, 2004), role play (Loeb, 1988), games and simulation (Haywood, 2004; Murphy, 2005), dan presentasi oleh peserta didik (Heames and Service, 2003). Kedua metode pembelajaran ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Metode pembelajaran pasif menjadi sangat penting sebagai pondasi belajar karena disampaikan oleh orang ahli di bidangnya (pendidik atau dosen tamu praktisi). Pembelajaran pasif dikritik karena dianggap tidak efektif dalam hal membentuk moral peserta didik (Le Clair et al, 1999). Selain itu, metode pembelajaran pasif juga membentuk peserta didik cenderung memiliki cara yang pandang yang sama terhadap suatu persoalan. Metode pembelajaran aktif memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan daripada pembelajaran pasif (Blanthone et al, 2007). Kritikan terhadap pembelajaran aktif dikarenakan tidak semua peserta didik dapat merespon terhadap metode diskusi kelas ataupun presentasi. Hal ini mungkin disebabkan karena mereka memiliki metode belajar mendengar/auditory learning style (O Leary, 2012). Walaupun kedua pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tetapi banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa metode pembelajaran aktif sangat berguna dalam mengembangkan communication skills, critical thinking, problem-solving skills, interpersonal skills, group work skills, independent learning skills dan lifelong-learning skills mahasiswa. (O Leary, 2012). Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh O Leary (2012) di Australia, yang membahas tentang pendekatan pembelajaran aktif dalam pembelajaran etika profesi bagi akuntan, menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran aktif terbukti lebih berdampak pada pengambilan keputusan perilaku etis oleh akuntan, dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran pasif. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hunt and Laverie (2004). Model pembelajaran SCL merupakan model pembelajaran aktif yang menitikberatkan kepada keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai pembelajaran aktif, dijelaskan bahwa metode pembelajaran aktif tersebut dapat berupa diskusi kelas (Massey and Thorne, 2006; Sims, 2002; Heames and Services, 2003), studi kasus (Mintz, 1995; Hunt and Laverie, 2004), research project (Esmond-Kiger, 2004), role play (Loeb, 1988), games and simulation (Haywood, 2004; Murphy, 2005), dan presentasi oleh peserta didik (Heames and Service, 2003). Penelitian terdahulu mengenai implementasi model pembelajaran Student Centered Learning (SCL) di perguruan tinggi menemukan bahwa model SCL berkontribusi positif terhadap peningkatan pemahaman mahasiswa. Penelitian yang dilakukan oleh Mutmainah (2008) dengan mengambil sampel mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, menemukan bahwa penerapan model case-based learning dalam pembelajaran, berpengaruh signifikan terhadap meningkatnya pemahaman mahasiswa pada materi akuntansi keprilakuan, namun penerapan cooperative learning dan student centered learning tidak mempengaruhi secara signifikan pemahaman mahasiswa pada materi kuliah. Penerapan case-based learning, cooperative learning yang merupakan dua model dalam SCL, teruji mampu mengaktualkan potensi sosial dan emosional mahasiswa, serta dapat mengasah karakter dan keterampilan mahasiswa. Meskipun demikian, 429

3 penelitian yang membahas penerapan model SCL dalam pembelajaran auditing pada pendidikan tinggi vokasi seperti halnya Politeknik belum pernah dilakukan Model Pembelajaran Dalam Student Centered Learning (SCL) Dalam Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi (2012), dijelaskan bahwa ada beberapa model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan SCL (Student Centered Learning), yaitu: 1. Diskusi kelompok kecil (small-group discussion), Diskusi merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dimana dosen dapat meminta para mahasiswa untuk membuat kelompok kecil (misalnya 5 sampai 10 orang) untuk mendikusikan bahan yang dapat diberikan oleh dosen ataupun bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok tersebut. Metode ini dapat digunakan ketika akan menggali ide, menyimpulkan poin penting, mengakses tingkat skill dan pengetahuan mahasiswa, mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya, membandingkan teori, isu dan interprestasi, serta dapat juga dilakukan untuk menyelesaikan masalah. 2. Bermain peran dan simulasi (role-play & simulation), Model pembelajaran ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih mahasiswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya. Jadi dengan model ini mahasiswa mempelajari sesuatu (sistem) dengan menggunakan model. Simulasi pada prinsipnya adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Simulasi ini dapat berbentuk permainan peran (role playing), permainan-permainan simulasi dan lain-lain. 3. Discovery learning (DL), Discovery Learning adalah metode belajar mandiri dengan pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa. Discovery Learning (DL) adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri. 4. Self Directed Learning (SDL) Self Directed Learning adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Mahasiswa sendiri yang merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan. Peran dosen dalam metode ini hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswa tersebut. 5. Belajar kooperatif (Cooperative Learning/CL) Belajar kooperatif atau Cooperative Learning merupakan metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri dari atas beberapa orang mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas, langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya ditentukan dan dikontrol oleh dosen. Agar kelompok yang dibentuk dapat berjalan secara kohesif (kompak-partisipatif), biasanya tiap kelompok terdiri dari 4 5 orang, mahasiswa yang terlibat dalam satu kelompok heterogen (kemampuan, gender, karekter). Mahasiswa hanya mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen. Dosen meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. 6. Belajar kolaboratif (collaborative learning/cbl), Belajar kolaboratif (CbL) adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar mahasiswa yang didasarkan pada kesepakatan yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui kesepakatan/konsensus bersama antar anggota kelompok. Metode ini memungkinkan mahasiswa untuk mencari dan menemukan jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua kemungkinan yang ada. 430

4 7. Pembelajaran kontekstual (Contextual Learning/CL) Pembelajaran kontekstual adalah metode belajar dimana dosen menghubungkan materi kuliah dengan kehidupan nyata dan memotivasi mahasiswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan mahasiswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran mahasiswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas mahasiswa, mahasiswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. 8. Pembelajaran berbasis proyek (Project-based Learning/PjBL), Project-based learning adalah metode belajar yang sistematis, dimana mahasiswa mencari dan menggali secara terstruktur dan mendalam pertanyaan yang otentik dan kompleks. serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati. 9. Pembelajaran dan penggalian berbasis masalah (Problem-based Learning/inquiry/ PBL/I). Problem Based Learning adalah metode belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian atau penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual mahasiswa, dan merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar mahasiswa dapat berpikir optimal. Pada umumnya, pengajar harus, (1) merangsang tugas belajar dengan berbagai alternatif metode penyelesaian masalah (2) berperan sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan mahasiswa harus (1) Melakukan pencarian data dan infromasi yang relevan untuk memecahkan masalah (2) menata data dan mengaitkan data dengan masalah (3) Menganalisis strategi pemecahan masalah.. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri. 3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melakukan 2 tahapan yaitu: a. Pengumpulan data melalui survey persepsi mengenai kompetensi pengauditan/ kompetensi auditing dan model SCL yang sesuai untuk pencapaian kompetensi pengauditan tersebut dari 2 kelompok sampel yang diuji yaitu mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah auditing. b. Pemetaan kompetensi pengauditan dan model SCL yang sesuai untuk pendidikan vokasi berdasarkan hasil survey persepsi, interview dan FGD. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling pada 2 kelompok sampel, dengan kriteria sebagai berikut:, (1) mahasiswa tahun 3 untuk Prodi D.III atau tahun 4 untuk Prodi D.IV Jurusan Akuntansi yang sedang atau telah mengambil mata kuliah auditing teori atau praktikum auditing, (2) dosen pengampu mata kuliah auditing di perguruan tinggi vokasi. Sampel berasal dari 3 Politeknik Negeri yang berada di Pulau Sumatera dan Jawa yaitu Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang, Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung dan Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik dan instrumen sebagai berikut : 1. Kuesioner, Kuesioner digunakan dalam kegiatan survey persepsi mengenai kompetensi pengauditan dan model SCL yang dianggap sesuai. Model pembelajaran Student Centered Learning (SCL) yang digunakan dalam kuesioner ini diadopsi dari materi pembekalan SCL yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) dengan mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Sedangkan kompetensi pengauditan yang ditanyakan, dirumuskan dari kompetensi utama dan pendukung dalam Rencana Pembelajaran Semester Auditing dan buku teks auditing yang relevan. 2. Observasi Observasi digunakan untuk mengetahui fakta yang ditemui dalam wilayah pengamatan, baik dalam tahapan pengumpulan data saat survey ataupun benchmarking praktek SCL pada dua Politeknik Negeri yang sudah lebih dulu menerapkannya. Fakta yang diamati ataupun praktek yang 431

5 dibenchmark diantaranya sarana dan prasarana penunjang Proses Belajar Mengajar (PBM), materi ajar, media pengajaran, model pembelajaran yang digunakan, dan lain-lain. 3. Wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) Wawancara (interview) digunakan untuk mengkonfirmasi jawaban responden dan menggali informasi lebih jauh. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam dari responden sekaligus mengarahkan responden ke tujuan penelitian serta mengkonfirmasi beberapa pertanyaan penelitian yang ingin digali lebih jauh oleh peneliti. Focus Group Discussion (FGD) digunakan untuk mendapatkan jawaban yang lebih mendalam dan gambaran yang lebih menyeluruh atas isu yang ditanyakan kepada kelompok responden mahasiswa, sedangkan wawancara dengan dosen dilakukan untuk mengonfirmasi persepsi mereka mengenai kompetensi pengauditan yang dianggap penting dan harus dikuasai mahasiswa serta model pembelajaran SCL yang paling sesuai. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Persepsi mengenai kompetensi pengauditan yang penting Kompetensi pengauditan yang diujikan dalam penelitian ini dirumuskan dari silabus atau Rencana Pembelajaran Semester mata kuliah auditing yang digunakan di jurusan akuntansi perguruan tinggi vokasi dan non vokasi. Kompetensi pengauditan tersebut meliputi kompetensi teori dan praktik pengauditan yang diadaptasi dari rumusan kompetensi utama pokok bahasan dalam buku teks wajib auditing. Persepsi responden mengenai kompetensi pengauditan yang dianggap penting untuk dikuasai, dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner survey persepsi. Persepsi tersebut diukur dengan menggunakan skala likert dengan nilai 1 untuk pernyataan yang dinilai sangat tidak penting hingga nilai 5 untuk pernyataan yang dinilai sangat penting sekali. Hasil olah data dari 176 kuesioner yang layak olah dengan menggunakan SPSS v.17.0 menyimpulkan bahwa secara umum, dilihat dari nilai modus dan sebaran frekuensi, dari 19 kompetensi auditing yang ditanyakan, 15 kompetensi dinilai sebagai kompetensi yang sangat penting sekali dikuasai oleh mahasiswa (79%), sedangkan 4 kompetensi lainnya (21%) dinilai penting oleh responden. Mayoritas responden mahasiswa menyatakan bahwa kompetensi pengauditan berupa penguasaan konsep (teori) auditing dan teknik mengaudit (praktikum) dalam pengerjaan kertas kerja pemeriksaan (audit working paper), seperti audit tickmark, index dan pengarsipan kertas kerja pemeriksaan merupakan kompetensi pengauditan yang dipersepsikan paling penting. Alasannya, ilmu auditing pada prinsipnya adalah ilmu praktik di lapangan sehingga keterampilan teknis mengaudit (audit fieldwork) dinilai sangat penting untuk dikuasai. Meskipun demikian, penguasaan teori juga dinilai sebagai kompetensi utama oleh responden. Melalui Focus Group Discussion (FGD) terungkap bahwa keterampilan teknis mengaudit (audit fiedwork) dapat dikuasai oleh mahasiswa jika mereka memahami konsep-konsep dasar dalam teori auditing lebih dahulu. Di sisi lain, responden juga menyatakan bahwa kompetensi teori auditing secara tersendiri akan sulit dikuasai oleh mahasiswa jika dalam pembelajaran dosen tidak mengiringi dengan contoh praktek teknik auditnya. 4.2 Model Student Centered Learning (SCL). Model SCL yang digunakan dalam survey persepsi pada penelitian ini adalah 9 model SCL yang terdiri atas (1) diskusi dalam kelompok kecil (small group discussion), (2) bermain peran dan simulasi (role play and simulation), (3) discovery learning, (4) self directed learning, (5) cooperative learning, (6) collaborative learning, (7) contextual instruction, (8) project based learning dan (9) problem based learning and inquiry. Untuk memudahkan responden memahami defenisi dari masing-masing model pembelajaran SCL yang digunakan, peneliti mencantumkan defenisi ringkas dari 9 model pembelajaran SCL tersebut di dalam kuesioner disertai dengan asistensi berupa penjelasan pada saat pengisian kuesioner oleh responden. Hal ini dilakukan karena tidak semua responden mengenal dengan baik model pembelajaran SCL, sehingga perlu dijelaskan dengan terminologi yang lebih sederhana dan akrab dengan bahasa sehari-hari. Agar kesimpulan yang dihasilkan dari data kuesioner dapat dijelaskan dengan lebih baik, peneliti juga melakukan Focus Group Discussion singkat dengan kelompok responden mahasiswa. Tujuannya antara lain untuk memastikan bahwa responden memahami isu penting yang ingin ditanyakan dalam kuesioner serta mengkonfirmasi beberapa isu yang ingin digali lebih jauh oleh tim peneliti. Dalam penelitian ini responden diminta untuk memberikan penilaian mereka mengenai model pembelajaran SCL yang menurut mereka paling sesuai untuk mencapai kompetensi auditing tertentu. Responden diminta untuk meranking model berdasarkan tingkat kesesuaian model pembelajaran SCL yang dimaksud dengan kompetensi pengauditan yang ingin dicapai. Data peringkat dari responden tersebut kemudian diolah lagi oleh peneliti. Model yang mendapatkan ranking 1 terbanyak dari 9 model yang diujikan 432

6 akan diberikan label sebagai model yang paling sesuai menurut responden, demikian seterusnya hingga semua model per kompetensi auditing selesai diperingkat dari ranking 1 sampai ranking 3. Hasilnya kemudian dipetakan seperti terlihat dalam tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Kesesuaian model pembelajaran SCL dengan kompetensi auditing (ranking tertinggi ke terendah) No. Kompetensi Auditing Model Pembelajaran SCL 1 Penguasaan konsep dasar audit dan pengetahuan umum tentang dunia dan profesi auditor 2 Pemahaman akan Etika Profesi dan Perilaku Profesional seorang auditor serta membedakan perilaku etis/tidak etis. 3 Pemahaman mengenai standar audit yang berlaku. 4 Pengetahuan mengenai konsep dasar Pengendalian Internal (PI) dan penilaian atas efektifitas PI klien 5 Pemahaman mengenai konsep materialitas dan resiko dalam audit 6 Pemahaman mengenai bahan bukti audit dan hubungannya dengan konsep audit lainnya (PI, materialitas, lingkup audit, test transaksi, dst) 7 Pemahaman konsep perencanaan audit, tujuan audit, prosedur serta teknik audit, serta tes transaksi yang sesuai. 8 Pemahaman konsep dasar mengenai opini audit dan kondisi yang melandasi diberikannya opini tersebut 9 Pemahaman mengenai laporan audit, format, dan fungsinya 10 Penguasaan konsep dan teknik pekerjaan lapangan audit (audit fieldwork) 11 Penguasaan konsep, teknik pengerjaan KKP, tickmark, Index dan pengarsipan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) 12 Pemahaman mengenai manajemen letter dan tahapan penyelesaian audit. 13 Pengetahuan mengenai perkembangan dalam bidang audit seperti Audit/akuntansi forensik, IT Audit, Audit Sektor Publik, dll 1. Small Group Discussion 3. Self Directed Learning 1. Self Directed Learning 2. Contextual Instruction 3. Small Group Discussion 1. Self Directed Learning 2. Small Group Discussion 3. Discovery Learning 2. Project based learning 3. Small group discussion 2. Small Group Discussion 3. Self Directed Learning 2. Cooperative learning 3. Contextual Instruction 3. Cooperative learning 2. Self Directed learning 3. Small group discussion 2. Small group discussion 3. Contextual Instruction 3. Project based learning 3. Project based learning 3. Small group discussion 1. Discovery learning 2. Cooperative learning 3. Problem based learning Tabel 4.2 lanjutan No. Kompetensi Auditing Model Pembelajaran SCL 14 Penguasaan konsep audit per siklus (audit penjualan dan penerimaan kas, dst) 15 Kemampuan menganalisa temuan audit dan menilai dampaknya pada penyajian laporan keuangan klien 2. Contextual Instruction 3. Cooperative learning 1. Self directed learning 3. Contextual Learning 433

7 16 Kemampuan melaksanakan audit dengan perilaku dan sikap yang sesuai dengan etika profesi. 17 Pengetahuan mengenai perkembangan profesi, standar, peraturan dll yang terkait dengan bidang auditing baik nasional atau internasional. 18 Penguasaan teknologi audit berbantuan computer atau menggunakan software aplikasi yang relevan dalam pengauditan. 19 Pemahaman atas Standar Akuntansi Keuangan selaku pedoman penyajian laporan keuangan. Sumber : Data lapangan diolah; Contextual Instruction 3. Small Group Discussion 1. Discovery Learning 2. Self Directed learning 3. Small Group Discussion 3. Project based learning 1. Self directed learning 3. Small Group Discussion Pemetaan kompetensi auditing dan model SCL di atas, kemudian dikonfirmasi melalui Focus Group Discussion dengan responden mahasiswa dan wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah auditing. Hasilnya dapat dinyatakan bahwa: 1. Model pembelajaran Small Group Discussion yang dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok kecil (5-10 orang) sangat sesuai untuk kompetensi pengauditan berupa penguasaan konsep dasar audit dan pengetahuan awal tentang auditing dan profesinya. 2. Model Self Directed Learning merupakan model yang banyak dipersepsikan paling sesuai untuk beberapa kompetensi pengauditan, utamanya untuk beberapa materi yang sifatnya teori umum seperti pemahaman standar audit, etika profesi. Alasannya adalah materi seperti ini membutuhkan pemahaman awal yang bisa dipelajari dengan membaca buku teks rujukan atau dengan mencari sumber lain secara mandiri. Model ini dinilai sesuai untuk kompetensi pengauditan lanjutan dengan asumsi bahwa mahasiswa telah mampu menjadi individu yang belajar sendiri, sehingga dosen hanya menjadi fasilitator saja. 3. Model Problem based learning atau model pembelajaran berbasis masalah, merupakan model yang paling sesuai untuk kompetensi yang sifatnya memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai bagaimana proses audit yang penting dilakukan, mulai dari pemahaman atas pengendalian internal, pemahaman konsep materialitas dan penetapan resiko, jenis bahan bukti audit yang sesuai, dasar pemberian opini hingga pelaporan hasil audit. Model ini dinilai sangat sesuai karena kompetensi yang dituntut dari materi terkait proses audit membutuhkan pemahaman yang komprehensif dari mahasiswa. Hal ini karena materi ini terkait proses audit diajarkan secara bertahap dan berkelanjutan. Dengan demikian pemahaman akan materi sebelumnya sudah harus dikuasai oleh mahasiswa sebelum memasuki materi selanjutnya. Pemahaman seperti ini perlu diajarkan oleh dosen dengan menggunakan kasus/masalah nyata di lapangan, sehingga gambaran yang didapatkan mahasiswa lebih mendalam. 4. Model Contextual Instruction Model ini dipersepsikan paling sesuai untuk kompetensi teknis audit, seperti penentuan tes transaksi, teknik audit fieldwork, penyiapan kertas kerja pemeriksaan (Audit Working Paper), management letter, serta teknik audit berbantuan computer. Contextual Instruction dinilai sebagai model yang paling sesuai karena dengan model pembelajaran ini dosen menghubungkan materi kuliah dengan kehidupan nyata melalui aplikasinya sehari-hari.hal ini dimungkinkan karena prinsip pembelajaran kontekstual adalah mahasiswa melakukan dan mengalami. Dosen cukup menyiapkan serangkaian tugas lapangan yang harus dikerjakan mahasiswa, atau membahas teorinya dengan mengaitkannya dengan situasi kerja professional. Dengan demikian dapat dipahami alasan dipersepsikannya model ini sebagai model yang paling sesuai untuk pencapaian kompetensi pengauditan yang sifatnya teknis. 5. Model Discovery Learning Model ini merupakan model yang dipersepsikan paling sesuai oleh responden untuk mencapai kompetensi auditing yang bersifat pengembangan wawasan dan pengetahuan terbaru dalam bidang auditing, perkembangan standar dan peraturan terbaru terkait bidang auditing. Model ini merupakan metode belajar mandiri dengan memanfaatkan informasi yang tersedia, baik yang dicari sendiri oleh mahasiswa atau diberikan oleh dosen. Model ini berfokus agar mahasiswa dapat mencari tahu sendiri tanpa bantuan dosen dalam mendeskripsikan sebuah pengetahuan baru. Dengan demikian model ini sesuai untuk kompetensi pendukung dalam pengauditan. 434

8 5. Kesimpulan dan Saran Hasil survey persepsi kesesuaian model SCL dengan kompetensi auditing menyimpulkan bahwa tidak semua model SCL dapat diterapkan dalam pembelajaran. Untuk pembelajaran auditing pada pendidikan vokasi ada 5 model SCL yang dinilai sesuai untuk diterapkan oleh dosen dalam kelas yaitu (1) Small Group Discussion (2). Self Directed Learning, (3). Problem based Learning, (4) Contextual Instruction dan (5) Discovery Learning. Namun, pemilihan model SCL yang akan digunakan, selain harus disesuaikan dengan muatan materi dan karakteristik kompetensi yang ingin dicapai, juga harus memperhatikan kesiapan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran, serta materi ajar yang digunakan oleh dosen. Penelitian ini hanya memetakan model SCL menurut persepsi mahasiswa dan dosen dengan fokus pada pencapaian kompetensi keterampilan mengaudit. Isu yang dibahas dalam penelitian ini belum menggali kontribusi model SCL dalam mengasah softskills penting dalam pembelajaran auditing. Penelitian mendatang, diharapkan dapat mengkaji hal ini serta isu lain yang relevan dengan implementasi model SCL dalam pembelajaran, khususnya pada pendidikan akuntansi di perguruan tinggi. Daftar Pustaka Albrecht, S. and R. J. Sack. (2000), Accounting Education: Charting the Course through A Perilous Future, Accounting Education Series, Sarasota. FL Blanthorne, C., Kovar, S.E and Fisher D.G. (2007), Accounting Educators Opinions about Ethics in the Curriculum: an Extensive View, Issues in Accounting Education, Vol. 9 No. 1 Ditjen Dikti (2012), Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT), Jakarta. Esmond-Kiger, C. (2004), Making Ethics a Pervasive Component of Accounting Education, Management Accounting Quarterly, Vol. 5 No.4 Haywood, M.E., McMullen, D.A. and Wygal, D.E. (2004), Using Games to Enhance Student Understanding of Professional and Ethical Responsibilities, Issues in Accounting Education, Vol. 19 No. 1 Heames, J.T. and Service, R.W. (2003), Dichotomies in Teaching, Application and Ethics, Journal of Education for Business, November/December. Heron, J. (2002), The Complete Facilitator s Handbook, Stylus, Sterling, VA Hunt, S.D. and Laverie, D.A. (2004), Experential Learning and the Hunt-Vitell Theory of Ethics: Teaching Marketing Ethics by Integrating Theory and Practice, Marketing Education Review, Vol. 14 No. 3 Kavanagh, Marie H., and Lyndal Drennan (2008), What Skills and Attributes Does an Accounting Graduate Need? Evidence from Student Perceptions and Employer Expectations, Journal of International Accounting and Finance, Vol. 48 Le Clair, D.T., Ferrel, L., Montuori, L., and Willems, C. (1999), The Use of a Behavioral Simulation to Teach Business Ethics, Teaching Business Ethics, Vol 3 No. 3 Loeb, S.E. (1988), Teaching Students Accounting Ethics: Some Crucial Issues, Issues in Accounting Education, Vol. 3 No. 2 Massey, D.W. and Thorne, L. (2006), The Impact of Task Information Feedback on Ethical Reasoning, Behavioral Research in Accounting, Vol. 18 No. 1 Mintz, S.M. (1995), Virtue Ethics and Accounting Education, Issues in Accounting Education, Vol. 10 No. 2 Murphy, E. (2005), Enhancing Student Learning with Governmental Accounting Jeopardy!, Journal of Public Budgeting, Accounting and Financial Management, Vol. 17 No. 2 Mutmainah, Siti. (2008), Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif berbasis Kasus yang Berpusat pada Mahasiswa terhadap efektivitas Pembelajaran Akuntansi Keperilakuan, disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 11 (SNA 11) Pontianak. O Leary, Conor. (2012), Semester-Specific Ethical Instruction for Auditing Students, Managerial Auditing Journal, Vol. 6. Sims, R. (2002), Business Ethics Teaching for effective Learning, Teaching Business Ethics, Vol. 6 No

9 Biodata Penulis Yossi Septriani, memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Akuntansi (SE.Ak), dari Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, lulus pada tahun Tahun 2008 memperoleh gelar Master of Accounting (M.Acc) dari School of Economic and Business, University of Melbourne, Australia. Saat ini bekerja sebagai staf pengajar pada Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang. 436

: Indrayanti, S.Kep; Ns. : STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta : drg. Gilang Yubiliana

: Indrayanti, S.Kep; Ns. : STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta : drg. Gilang Yubiliana Nama Institusi Tugas : Indrayanti, S.Kep; Ns. : STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta : drg. Gilang Yubiliana Selasa, 5 Juli 2011 Kegiatan : Pertemuan di BAA dengan dr. Gilang Yubiliana Pertemuan dengan dr.

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PENDIDIKAN VOKASI (Study Pada Politeknik Negeri Padang)

MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PENDIDIKAN VOKASI (Study Pada Politeknik Negeri Padang) MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PENDIDIKAN VOKASI (Study Pada Politeknik Negeri Padang) Armel Yentifa,SE,M.Si.Ak Ulfi Maryati,SE.,M.Ak.,Ak Wiwik Andriani,SE,M.Si.Ak (Politeknik

Lebih terperinci

MATERI 2. copyright: dit.akademik.ditjen dikti

MATERI 2. copyright: dit.akademik.ditjen dikti MATERI 2 MEMILIH METODE PEMAN PROGRAM OUTCOMES MACAM METODE KOMPETENSI (contoh) KULIAH SEMINAR / DISKUSI / PRESENTASI PRAKTIKUM / STUDI LAPANGAN Computer Aided MANDIRI Kemampuan komunikasi? Penguasaan

Lebih terperinci

MEMILIH METODE/BENTUK/MODEL PEMBELAJARAN

MEMILIH METODE/BENTUK/MODEL PEMBELAJARAN Modul 6 MEMILIH METODE/BENTUK/ PEMAN KEMAMPUAN YANG HARUS DICAPAI CERAMAH SEMINAR / DISKUSI METODE/ PEMAN PRAKTIKUM PROBLEM BASE LEARNING PROJECT BASE LEARNING COLLABORATIVE LEARNING SIMULASI. Kemampuan

Lebih terperinci

METODA PEMBELAJARAN STUDENT CENTRE LEARNING. yang relevan dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai dan media pembelajaran

METODA PEMBELAJARAN STUDENT CENTRE LEARNING. yang relevan dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai dan media pembelajaran METODA PEMBELAJARAN STUDENT CENTRE LEARNING Proses pembelajaran dilakukan berdasarkan metoda atau model pembelajaran yang relevan dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai dan media pembelajaran atau sarana

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL MATERI 4 STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL (STUDENT CENTERED LEARNING) Susbstansi: 1. TCL vs SCL 2. Ragam Pembelajaran SCL 3. Kemampuan yg diperoleh Mhs menurut model 4. Apa yg hrs dilakukan oleh: a.

Lebih terperinci

Softskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa. Bertalya Universitas Gunadarma

Softskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa. Bertalya Universitas Gunadarma Softskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa Bertalya Universitas Gunadarma TIM PROGRAM HIBAH KOMPETISI BERBASIS INSTITUSI (PHKI) BATCH 3 Universitas Gunadarma (2010 2012) Ketua Pelaksana : Dr. Asep Djuarna..

Lebih terperinci

Model pembelajaran dengan pendekatan SCL

Model pembelajaran dengan pendekatan SCL Modul 6 Model pembelajaran dengan pendekatan SCL 1. Small Group Discussion 2. Role-Play & Simulation 3. Case Study 4. Discovery (DL) 5. Self-Directed (SDL) 6. Cooperative (CL) 7. Collaborative (CbL) 8.

Lebih terperinci

Dr. Katharina Rustipa, M.Pd.

Dr. Katharina Rustipa, M.Pd. Dr. Katharina Rustipa, M.Pd. Capaian Pembelajaran: Peserta dapat: Memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan capaian pembelajaran. Menjelaskan cara memilih metode pembelajaran Menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses kegiatan untuk memperoleh perubahan dengan tujuan, dimana setiap manusia memiliki cara yang berbeda. Kesulitan belajar yang dihadapi mahasiswa

Lebih terperinci

SISTEMATIKA KATALOG KURIKULUM PROGRAM STUDI

SISTEMATIKA KATALOG KURIKULUM PROGRAM STUDI SISTEMATIKA KATALOG KURIKULUM PROGRAM STUDI Halaman Cover... SK Penentapan oleh Dekan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang (Jelaskan dasar berpikir baik secara empiris

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS SPESIFIKASI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS SPS PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA SF 1 1 Revisi : IV Tanggal : 18 Agustus 2012 Dikaji ulang oleh : Pembantu

Lebih terperinci

KEGIATAN DOSEN MAGANG DIKTI UNPAD

KEGIATAN DOSEN MAGANG DIKTI UNPAD KEGIATAN DOSEN MAGANG DIKTI UNPAD Hari : Selasa, 5 juli 2011 pada pukul 08.00 Jam : 08.00-10.00 Oleh : drg. Gilang Yubiliana Kegiatan ini diawali dengan penjelasan dari drg. Gilang Yubiliana tentang Metode

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005,

Lebih terperinci

21/04/2006 Draft MODUL TEACHING LEARNING

21/04/2006 Draft MODUL TEACHING LEARNING PERUBAHAN PEMBELAJARAN DARI TEACHER CENTERED LEARNING MENJADI STUDENT CENTERED LEARNING MENGAPA HARUS MELAKUKAN PERUBAHAN PEMBELAJARAN? APAKAH DENGAN SISTIM PEMBELAJARAN YANG BIASA DILAKUKAN SUDAH DIANGGAP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep Student Center Learning (SCL) a. Pengertian Metode pembelajaran student center learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang memfokuskan pada

Lebih terperinci

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI Questionnare Monitoring and Evaluation Learning Process Study Program

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI Questionnare Monitoring and Evaluation Learning Process Study Program Program Studi : Ketua Prodi : Fakultas : Dekan : Periode Monev : Tgl/Bulan/Tahun : Beri tanda silang (X) pada kotak yang disediakan dan atau diisi sesuai permintaan. A. Kurikulum 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Lebih terperinci

PEDOMAN SINGKAT PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan

PEDOMAN SINGKAT PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan PEDOMAN SINGKAT PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, perencanaan pembelajaran

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : teacher centered learning, student centered learning, minat, karir, akuntan publik

ABSTRAK. Kata Kunci : teacher centered learning, student centered learning, minat, karir, akuntan publik ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran pengauditan Teacher Centered Learning/ TCL dan metode pembelajaran pengauditan Student Centered Learning/ SCL terhadap minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kedokteran merupakan suatu rangkaian pendidikan yang ditempuh untuk menjadi seorang dokter maupun dokter gigi. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk

Lebih terperinci

SUPLEMEN PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN : METODA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

SUPLEMEN PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN : METODA DAN MEDIA PEMBELAJARAN SUPLEMEN PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN : METODA DAN MEDIA PEMBELAJARAN Proses pembelajaran dilakukan berdasarkan metoda atau model pembelajaran yang relevan dengan kemampuan akhir yang ingin

Lebih terperinci

METODE METODE PEMBELAJARAN. OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb

METODE METODE PEMBELAJARAN. OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb METODE METODE PEMBELAJARAN OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb SUB POKOK BAHASAN CERAMAH ILLUSTRATIF SMALL GROUP DISCUSSION DISKUSI PANEL STUDI KASUS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DISCOVERY LEARNING (DL)

Lebih terperinci

yahoo.com

yahoo.com endrotomoits@ yahoo.com endrop3ai@ its.ac.id endrotomoits@yahoo.com endrotomoits@yahoo.com endrotomoits@yahoo.com KEMAMPUAN APA YANG BISA DIHASILKAN DENGAN CERAMAH/ KULIAH Mendengarkan Mencatat yang ia

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 1 GOMBONG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 1 GOMBONG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 1 GOMBONG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI Oleh: DISKA ASANI K4308016 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia saat ini umumnya disusun tidak mengikuti taksonomi dimensi pengetahuan yang akan dicapai

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI F- 0621 Tg; Berlaku : September 2011 Issue/Revisi : Jml Halaman : Mata Kuliah : Psikologi Organisasi Kode Mata Kuliah : PSI-204 Jumlah SKS : 2 Waktu

Lebih terperinci

SINERGITAS ASOSIASI PROFESI DALAM PENGUATAN PROFESIONALISME AKUNTAN DI INDONESIA. Simposium Nasional Akuntansi Bandar Lampung, 25 Agustus 2016

SINERGITAS ASOSIASI PROFESI DALAM PENGUATAN PROFESIONALISME AKUNTAN DI INDONESIA. Simposium Nasional Akuntansi Bandar Lampung, 25 Agustus 2016 SINERGITAS ASOSIASI PROFESI DALAM PENGUATAN PROFESIONALISME AKUNTAN DI INDONESIA Simposium Nasional Akuntansi Bandar Lampung, 25 Agustus 2016 GRAND DESIGN: IMPROVING AUDIT QUALITY 2 STRATEGI MENINGKATKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA Vol. 3, No. 3, pp. 81-86, September. 2014 PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA IMPLEMENTATION OF SNOWBALLING

Lebih terperinci

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

Tujuan: Di akhir sesi ini, peserta diharapkan mampu untuk:

Tujuan: Di akhir sesi ini, peserta diharapkan mampu untuk: Team Based Learning Tujuan: Di akhir sesi ini, peserta diharapkan mampu untuk: Mendefinisikan Team Based Learning (TBL) Menggambarkan empat prinsip dasar TBL Mengidentifikasi keuntungan TBL Menyebutkan

Lebih terperinci

Tim Pengembang Kurikulum DIKTI

Tim Pengembang Kurikulum DIKTI Tim Pengembang Kurikulum DIKTI Pengertian pembelajaran PENDIDIK INTERAKSI SUMBER BELAJAR PESERTA DIDIK PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA DOSEN/ GURU PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA MAHASISWA MENGAPA HARUS STUDENT

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER ADVERTISING PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA 2016

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER ADVERTISING PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA 2016 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER ADVERTISING PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA 2016 Mata Kuliah : Advertising Semester : 1 Program Studi : Ilmu Tahun ajaran : 2015 / 2016 SKS : 3 Dosen

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X-9 SMA BATIK I SURAKARTA SKRIPSI Oleh: META NUR INDAH SARI K4308020

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehidupan di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN MODUL PEMBELAJARAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN DITJEN PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEWIRAUSAHAAN MODUL PEMBELAJARAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN DITJEN PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN DITJEN PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEWIRAUSAHAAN MODUL PEMBELAJARAN 2013 ii PRAKATA Tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal oleh negara-negara berkembang lainnya. Menurut Education For All Monitoring Report

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI OLEH: YENNY PUTRI PRATIWI K4308128 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran. IAI - Makasar Tgl 4 September 2017

Capaian Pembelajaran. IAI - Makasar Tgl 4 September 2017 Capaian Pembelajaran IAI - Makasar Tgl 4 September 2017 KURIKULUM KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI ADALAH : SEPERANGKAT RENCANA (1) DAN PENGATURAN MENGENAI ISI MAUPUN BAHAN KAJIAN (2) DAN PELAJARAN (3) SERTA

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN. Prinsip pembelajaran menurut SN-Dikti : 1) interaktif, 2) holistik, 3) integratif, 4) saintifik, 5) kontekstual, 6) tematik,

METODE PEMBELAJARAN. Prinsip pembelajaran menurut SN-Dikti : 1) interaktif, 2) holistik, 3) integratif, 4) saintifik, 5) kontekstual, 6) tematik, METODE PEMBELAJARAN Prinsip pembelajaran menurut SN-Dikti : 1) interaktif, 2) holistik, 3) integratif, 4) saintifik, 5) kontekstual, 6) tematik, 7) efektif,dan 8) berpusatpadamahasiswa Metode SCL 1. Berbagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN KONTRAK PERKULIAHAN : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Kode & Nama Mata Kuliah: PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Jumlah sks: Fasilitator: Kontak: Waktu kuliah : Waktu Konsultasi: 2 sks

Lebih terperinci

LOGO. Oleh: Alni Rahmawati

LOGO. Oleh: Alni Rahmawati Oleh: Alni Rahmawati KURIKULUM PT LOGO EAVLUASI HARUS DILAKUKAN SECARA KONTINYU PERENCANAAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN (PLAN) (DO) (SEE) Rancangan Pembelajar an (RPS, RTM, LKM, Media Pemb.) Dosen Sumber

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DAN AKUNTAN PENDIDIK BINUS UNIVERSITY MENGENAI ATURAN ETIKA DALAM KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA 2010

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DAN AKUNTAN PENDIDIK BINUS UNIVERSITY MENGENAI ATURAN ETIKA DALAM KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA 2010 PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DAN AKUNTAN PENDIDIK BINUS UNIVERSITY MENGENAI ATURAN ETIKA DALAM KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA 2010 Ficha Hermanto; Sudarmo; Zulfitry Ramdan Jurusan Akuntansi dan Keuangan,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN

STRATEGI PEMBELAJARAN STRATEGI PEMBELAJARAN LILIANA SUGIHARTO 1 Pengertian pembelajaran PENDIDIK INTERAKSI SUMBER BELAJAR PESERTA DIDIK 2 1 Masalah pembelajaran 3 4 2 Fish is Fish 5 6 3 7 Birds 8 4 Cows 9 People 10 5 Students

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kaca kunci: lesson study, profesionalisme guru

ABSTRAK. Kaca kunci: lesson study, profesionalisme guru ABSTRAK Anita Krisnawati: Evaluasi Kegiatan Lesson Study dalam Program SISTTEMS untuk Peningkatan Profesionalisme Guru. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca sarjana, universitas Negeri Yogyakarta, 2009. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

MODEL- MODEL PEMBELAJARAN Oleh : Fathurrohman, S.Pd

MODEL- MODEL PEMBELAJARAN Oleh : Fathurrohman, S.Pd MODEL- MODEL PEMBELAJARAN Oleh : Fathurrohman, S.Pd Pendahuluan Dalam dunia pendidikan belajar dan pembelajaran tidak hanya terjadi di sekolah saja, tetapi di tiga pusat yang lazim dikenal dengan tri pusat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Kurikulum Menurut Kepmendiknas No. 232/U/2000 kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian

Lebih terperinci

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH 288 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2 No.3 Juli 2017, 288-294 KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH Rahmat

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PERGURUAN TINGGI

PANDUAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PERGURUAN TINGGI PANDUAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PERGURUAN TINGGI PROYEK PENGEMBANGAN EMPAT UNIVERSITAS SEBAGAI PUSAT UNGGULAN UNTUK MEMPERKUAT DAYA SAING BANGSA Direktorat Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian persepsi Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan seseorang melihat, mendengar merasakan, memberi,

Lebih terperinci

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN KONTRAK PERKULIAHAN : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Kode & Nama Mata Kuliah: PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Jumlah sks: Fasilitator: Kontak: Pdt. Sundoyo, S.Si, MBA. 081578057600.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Program Studi : Psikologi Nama Mata Kuliah : Psikologi Sosial Kode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global saat ini, menuntut perguruan tinggi untuk menyesuaikan tuntutan dunia kerja, alasan ini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang penting pada mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010) yang mengungkapkan bahwa kemampuan dalam

Lebih terperinci

Diklat Penjenjangann. Auditor Utama. Auditor Madya. Auditor Muda. Diklat Pembentukann. Auditor Ahli. Auditor

Diklat Penjenjangann. Auditor Utama. Auditor Madya. Auditor Muda. Diklat Pembentukann. Auditor Ahli. Auditor Diklat Penjenjangann Auditor Utama Auditor Madya Auditor Muda Diklat Pembentukann Auditor Ahli Auditor Terampil KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang hukum. Etika merupakan nilai-nilai hidup dan normanorma serta hukum yang mengatur perilaku

Lebih terperinci

SILABUS DAN SAP Berdasarkan KKNI September SILABUS SEMINAR AUDITING Dosen: Riris R. Sitorus,SE.,Ak.,M.Akt.

SILABUS DAN SAP Berdasarkan KKNI September SILABUS SEMINAR AUDITING Dosen: Riris R. Sitorus,SE.,Ak.,M.Akt. SILABUS SEMINAR AUDITING Dosen: Riris R. Sitorus,SE.,Ak.,M.Akt. A. Deskripsi Mata kuliah ini bertujuan untuk memahami perkembangan konsep audit atas laporan keuangan secara comprehensive sesuai dengan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Student Centered Learning yang Diterapkan pada Siswa di SMA X Bandung. Student centered learning (SCL) menurut Mccombs dan Whisler (1997) adalah

Lebih terperinci

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi Majelis Pendidikan Tinggi Dewan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kopertis Wilayah V Yogyakarta, 4 April 2017 Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental

Lebih terperinci

STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN PADA SMK KOTA MALANG

STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN PADA SMK KOTA MALANG Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 2 Nomor: 1 Bulan Januari Tahun 2017 Halaman: 105 112 STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI

Lebih terperinci

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA 1) Ari Dwi Handrian, 2) Sutarto, 2) Sri Astutik 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2) Dosen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Tesis Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta S U T I K NIM

Tesis Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta S U T I K NIM PENGARUH PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING JIGSAW TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES GANESHA HUSADA KEDIRI Tesis Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM PEMBELAJARANMENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM PEMBELAJARANMENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual untuk merangsang peserta

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION Aldila Kurniati 1), Retno Winarni 2), MG. Dwijiastuti 3) PGSD

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Metode Kuantitatif Kode Mata Kuliah : PSI-205 Jumlah SKS : 3 Unit Aktivitas : 2 Unit Kelas dan 1 Unit Lapangan Durasi Kelas / Lapangan : 100 menit / 200 menit

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas XI IPS 2 di SMA Negeri Arjasa Semester Genap

Lebih terperinci

PARADIGMA DALAM PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI

PARADIGMA DALAM PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI PARADIGMA DALAM PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI Oleh : Suyanta FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Disampaikan dalam Workshop Pelaksanaan PBM dan Evaluasi STMIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD 167648 KOTA TEBING TINGGI Sabaria Haloho Guru SD Negeri 167648 Kota Tebing Tinggi Surel : sabaria.haloho@gmail.com

Lebih terperinci

RAGAM METODE PEMBELAJARAN

RAGAM METODE PEMBELAJARAN Pelatihan Tutor TTM 2015 PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH Membuka Akses Pendidikan Tinggi bagi Semua Making Higher Education Open to All RAGAM METODE PEMBELAJARAN TUJUAN PELATIHAN 1. Menjelaskan konsep

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pergeseran paradigma pendidikan kedokteran di Indonesia dari pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher centered learning/tcl) kearah pembelajaran berpusat pada

Lebih terperinci

C. Melawati. et. al. JRPK Vol. 4 No. 1 Desember 2014

C. Melawati. et. al. JRPK Vol. 4 No. 1 Desember 2014 ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KERJA SAMA SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (Team Assisted Individualization) Cyntia Melawati, Maria Paristiowati, Suhartono

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X.1 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh: WARYANTO K4308061 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Adelia Lukyta Arumsari 1 I Ketut Budiartha 2 ABSTRAK ABSTRACT

Adelia Lukyta Arumsari 1 I Ketut Budiartha 2 ABSTRAK ABSTRACT ISSN : 2337-3067 E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 5.8 (2016): 2297-2304 PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA PROFESI, BUDAYA ORGANISASI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA DISKRIT MELALUI DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA DISKRIT MELALUI DISCOVERY LEARNING PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA DISKRIT MELALUI DISCOVERY LEARNING Sri Suryanti Universitas Muhammadiyah Gresik srisuryanti@umg.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI Oleh: VALENT SARI DANISA K4308123 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan Tinggi (PT) saat ini membawa konsekuensi untuk memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN (Term of Reference) Student Centered Learning Internal Grant

KERANGKA ACUAN (Term of Reference) Student Centered Learning Internal Grant KERANGKA ACUAN (Term of Reference) Student Centered Learning Internal Grant Hibah Internal Pembelajaran Berpusat pada Mahasiswa Implementasi pada Semester Gasal 2015/2016 A. LATAR BELAKANG Learning adalah

Lebih terperinci

Spesifikasi Jurusan Arsitektur

Spesifikasi Jurusan Arsitektur Spesifikasi Jurusan Arsitektur JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 Spesifikasi Jurusan Arsitektur Kode Dokumen : 00605 05002 Revisi : 06 Tanggal : 1 Agustus 2013 Diajukan oleh

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING BERBASIS ECO-CAMPUS

OPTIMALISASI KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING BERBASIS ECO-CAMPUS Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016 p-issn: 2540-752x e-issn: 2528-5726 OPTIMALISASI KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan, baik dalam mengembangkan pemikiran kritis, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan, baik dalam mengembangkan pemikiran kritis, kreatif, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan kurikulum matematika memiliki tuntutan yang lebih komprehensif sebagai dasar kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa. Matematika sebagai salah

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI BIAYA 1) Oleh

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI BIAYA 1) Oleh PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI BIAYA 1) Oleh Wakijo 2), Pargito 3), Eddy Purnomo 4) This research which purposed to find the model and

Lebih terperinci

Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Anggia Rohdila Sari 1, Nyimas Natasha Ayu Shafira 2 Fakultas

Lebih terperinci

PIK Orang*

PIK Orang* PIK PERANCANGAN INFRASTRUKTUR KEAIRAN PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FTUI 04 FEBRUARI 2009 Kelompok @ 6-76 Orang* *Total 55 Orang Peserta Budaya Belajar Mandiri Belajar tidak

Lebih terperinci

Oleh. Ace Suryadi, MSc, Ph.D. Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah

Oleh. Ace Suryadi, MSc, Ph.D. Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Oleh Ace Suryadi, MSc, Ph.D Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah PROSES BELAJAR DI SEKOLAH (yang selama ini berlangsung)? TEACHING MEMORIZING NOTHING REMEMBERING FORGETING 6 KELEMAHAN OUTCOME PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Yeni Yuniarti*) Abstrak Pembelajaran matematika yang berpusat pada guru, kurang memberikan kesempatan kepada

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI KOMPUTER - D3 BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI KOMPUTER - D3 BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS GUNADARMA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI KOMPUTER - D3 BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS GUNADARMA Tanggal Penyusunan 15/08/2016 Tanggal revisi 24/02/2017 Fakultas Program Diploma Bisnis

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 2 Juli 2017

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 2 Juli 2017 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN BANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI CENDAWAN ISKANDAR SAFRI HASIBUAN ABSTRACT This study aims to determine differences in

Lebih terperinci

PANDUAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) TENTANG METODE PEMBELAJARAN DAN STRATEGI PENILAIAN MAHASISWA TAHUN 2017

PANDUAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) TENTANG METODE PEMBELAJARAN DAN STRATEGI PENILAIAN MAHASISWA TAHUN 2017 PANDUAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) TENTANG METODE PEMBELAJARAN DAN STRATEGI PENILAIAN MAHASISWA TAHUN 2017 LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PENJAMINAN MUTU (LP3M) UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2017

Lebih terperinci

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR RINI SOLIHAT Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Pendahuluan Profesional : Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATAKULIAH TATA TEKNIK PENTAS JURUSAN/PRODI PENDIDIKAN TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI-UNY

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATAKULIAH TATA TEKNIK PENTAS JURUSAN/PRODI PENDIDIKAN TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI-UNY RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATAKULIAH TATA TEKNIK PENTAS Oleh Drs. Wien Pudji Priyanto DP, M.Pd. JURUSAN/PRODI PENDIDIKAN TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI-UNY 2015 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

ANALISA PELAKSANAAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERORIENTASI KTSP DI SMKN 2 PENGASIH

ANALISA PELAKSANAAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERORIENTASI KTSP DI SMKN 2 PENGASIH Analisa Pelaksanaan Kurikulum ( Iska Arif Yulianto) 1 ANALISA PELAKSANAAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERORIENTASI KTSP DI SMKN 2 PENGASIH ANALYSIS OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL CURRICULUM ORIENTED

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Program Studi : Psikologi Nama Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan

Lebih terperinci