BAB III PERSAKSIAN DALAM AGAMA BUDDHA DAN ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERSAKSIAN DALAM AGAMA BUDDHA DAN ISLAM"

Transkripsi

1 22 BAB III PERSAKSIAN DALAM AGAMA BUDDHA DAN ISLAM A. Persaksian dalam Agama Buddha Agama Buddha adalah merupakan agama besar yang kedua yang banyak penganutnya di dunia dan banyak mempengaruhi budaya pikir dan perilaku orang-orang Indonesia. Berdasarkan alur sejarah agama-agama di India zaman agama Buddha dimulai semenjak tahun 500 SM. hingga tahun 300 M. Secara historis agama tersebut mempunyai kaitan erat dengan agama yang mendahuluinya dan sesudahnya yakni agama Hindu. Sebagai agama, ajaran Buddha tidak bertitik tolak pada Tuhan dan hubungan-nya dengan alam semesta serta seluruh isinya, termasuk manusia, tetapi dari keadaan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari, khususnya tentang tata susila yang dijalankan manusia agar terbebas dari lingkaran dukkha yang selalu mengiringi hidupnya. 1 Ajaran yang disampaikan oleh Buddha kepada manusia sangat erat hubungannya dengan ajaran-ajaran agama yang sebelumnya, sehingga ajaran Buddha merupakan faham yang bertujuan untuk memperbaharui ajaran Hinduisme. Hal ini sesuai dengan namanya yakni agama Buddha yang mempunyai arti seorang yang bangun atau yang disadarkan untuk mengadakan perbaikan terhadap tradisi agama yang telah ada. 2 Tri Ratna adalah merupakan kesaksian keimanan dalam agama Buddha. Tri Ratna tersebut disebut pula dengan Saranattayam yang memiliki arti tiga perlindungan yang berbunyi : 1 Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama-Agama (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996) II, hlm H.M. Arifin. Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar (Jakarta : Golden Terrayon Press, 190) II, hlm. 95.

2 23 Buddham saranam gacchami. Dhamman saranam gacchami. Sangham saranam gacchami. [Dutiyam pi.. Tatiyam pi gacchami]. Aku pergi. Berlindung pada Buddha. Aku pergi berlindung pada Dhamma. Aku pergi berlindung pada Sangha [untuk kedua kalinya. Untuk ketiga kalinya.] 3 Berdasarkan kitab suci agama Buddha yakni kitab Khuddakapatha 1 tiga perlindungan ini pertama kali diucapkan oleh Sang Buddha sendiri bukan oleh para pertapa dan bukan pula oleh para dewa, di Benares di taman rusa di Isipatana ketika 61 arahat ditugaskan untuk mengajarkan Dhamma ke dunia dengan tujuan menjalani pergi ke kehidupan tak berumah tangga dan dengan tujuan memberikan pentahbisan Tiga permata (Tri Ratna) ini mempunyai pengertian adanya sikap penyerahan diri pada Buddha, kepada dharma yang merupakan hukum-hukum yang diberikan oleh Buddha sebagai ajaran yang memiliki tingkat kesucian tertinggi Sangha yakni golongan pendeta atau orang-orang suci murid Buddha yang memiliki tingkat kesucian tertinggi. 5 Tri Ratna ini disebut dengan tiga permata karena masing-masing memiliki nilai kesucian tertinggi yang pada dasarnya nilai kesucian yang tertinggi itu sama. Perlindungan pada dasarnya adalah perlindungan agar terbebas dari dukkha (penderitaan), dalam kitab dhamapada Athakatna paragraf dikisahkan bahwa : (10) Bahum ve saranamyanti pabbatani vananiva Aramarukkha vetyam manussa bayata jijitta Orang yang dikejar rasa takut dari kesana kemari cari perlindungan ke gunung-gunung, ke hutan-hutan, ke kuburan dan tempat keramat. 3 Bikkhu Nanamoli. Khuddakapatha Kitab Suci Agama Budha I (Klaten : Vihara Bodhivamsa, 2001) I, hlm Ibid., hlm Angka 12, 13, 14 menunjukkan paragraf pada kitab Khuddakapatha 5 H.M. Arifin. Menguak Misteri, op.cit., hlm. 97. Budha artinya orang yang telah mencapai pencerahan, Budha bisa berarti patung / gambar Gautama Budha. Dhamma (skt) berarti kewajiban seseorang yang dapat dipenuhi dengan mentaati hukum / adat, dharma bisa juga beerarti hukum Ilahi. Lihat kamus theologi karangan Henk Tem Napeti

3 24 (11) N etam kho saranam khemam N etam saranam uttamam N etam saranam agama Sabbadukhha pamuciati Sesungguhnya hal yang demikian bukanlah perlindungan yang aman karena perlindungan semacam itu tak memberi jaminan yang mutlak sebab setelah mendapat semua itu ia tak bebas dari kejahatan dan kesedihan. 6 Perlindungan untuk bebas dari dukkha bukan dicari melalui pencarian ke tempat-tempat sunyi seperti gunung, hutan dan sebagainya melainkan melalui tiga perlindungan yakni Tri Ratna. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Dhammapada Atthakatna paragraf 12, 13, 14. (12) Yo ca buddham ca dhammam ca sangham ca saranam gato Cattari ariya saccani sammapannaya passati (13) Dukham dukkhasamupadam sukhhassa ca atikkamam Ariyancatthangikam magam dukkhupa samagaminam (14) Etam Kho saranam khemani etam saranam uttamam Etam saranam agamma sabbadukkha pamuccati Paragrf 12, 13, 14 menceritakan : Orang yang mencari perlindungan pada Buddha, Dhamma dan Sangha ia akan dapat menghayati empat kesunyatan mulia yakni tentang adanya dukkha. Sebab dan lenyapnya dukkha dilalui dengan delapan jalan utama atau jalan yang luhur untuk mencapai kelepasan yang meliputi : pertama, memandang dengan benar (samma dithi). Kedua memecahkan masalah yang benar (samma sankappa). Ketiga, berbicara dengan benar (samma vaca). Keempat, bertindak dengan benar (samma kammanta). Kelima, hidup dengan benar (samma ajiva). Keenam, berihtiar dengan benar (samma vayamma). Ketujuh, berfikir atau bernalar dengan benar (samma sati). kedelapan, berkonsentrasi dengan benar (samma samadhi). Delapan jalan ini merupakan perlindungan yang aman dan sejahtera sehingga orang akan terbebas dari dukkha. 7 6 Oka Adiputhera. Dhammapada Atthakatna (Jakarta : Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha), hlm Ibid., hlm. 143

4 25 1. Ajaran tentang Buddha Ajaran tentang Tri Ratna yang pertama adalah ajaran tentang Buddha (buddham saranam gacchami) yang mempunyai arti saya mencari perlindungan kepada Sang Buddha. Menurut para ahli Barat, Buddha Gautama dilahirkan pada tahun 653 SM di daerah Kapilawastu. 8 Sidharta Gautama adalah putra raja Maghadha yang bernama Sudodhana. Buddha adalah sebuah gelar, suatu jabatan atau seorang tokoh yang sudah menjelma pada seseorang. Secara etimologi perkataan Buddha berasal dari kata Buddha yang berarti bangkit atau bangun yang kata kerjanya adalah bujjhati 9 yang berarti bangun, mendapatkan penerangan, pencerahan, memperoleh, mengetahui, mengenal atau mengerti sehingga kata Buddha dapat diartikan orang yang telah memperoleh kebijaksanaan yang sempurna, orang yang telah sadar spiritualnya, orang yang bersih dari kotoran-kotoran batin yang berupa dosa (kebencian), lobha (serakah), dan moha (kegelapan). 10 Berdasarkan pengertian kata Buddha di atas, maka tiap zaman memiliki buddhanya sendiri-sendiri, sehingga menurut keyakinan Budhis ada banyak orang yang telah mendapatkan pencerahan dan mendapat gelar Buddha. 11 Buddha adalah orang yang telah terberkati yang tanpa guru ia telah menemukan kebenaran-kebenaran dan kemahatahuan di dalamnya serta penguasaan atas semua kekuatan. 12 Buddha Gautama (Shidarta Gautama) adalah sosok manusia biasa namun di dalam diri Sidharta terdapat tubuh yang lain yang disebut dengan tubuh kegirangan atau tubuh yang tidak dapat berubah. Di dalam tubuh jasmani yang tampak itu tersembunyi tubuh yang lain yang tidak dapat dilihat oleh manusia biasa Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama..., op.cit., hlm Bikkhu Nanamoli. Khuddakapatha...,op.cit., hlm A. Mukti Ali. Agama Hindu dan Budha (Yogyakarta : Haninditya Offsett, 1988) I, hlm Harun Hadiwijono. Ajaran Agama Hindu dan Budha (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994) IX, hlm Bikkhu Nanamoli. Khuddakapatha..., op.cit., hlm Harun Hadiwijoyo. Agama Hindu..., op.cit., hlm. 66.

5 26 Kata mencari atau pergi dalam bunyi Tri Ratna yang pertama memiliki arti bertempur, artinya bila orang telah pergi untuk berlindung maka pengertian kepergian untuk berlindung itu sendiri sudah bertempur, menghalau, menyingkirkan rasa takut, kepedihan yang mendalam, penderitaan dan kekotoran batin. Bertempur melawan rasa takut dengan cara menambah kebaikan dan mencegah kejahatan Ajaran tentang Dharma atau Dhamma Bunyi Tri Ratna yang kedua adalah Dhammam Saranam Gacchami yang memiliki arti aku mencari perlindungan kepada dhamma. Dharma atau dhamma ialah doktrin atau inti pokok ajaran 15 dhamma (ide yang benar) adalah sang jalan, buah sang jalan dari pemadaman. Lenyapnya nafsu (sang jalanlah) yang merupakan kebenaran (dhamma) akan menyebabkan kekokohan (dharana). 16 Agama Buddha mempunyai inti ajaran yang dirumuskan di dalam empat kebenaran yang mulia (Catur Arya Satyani). 17 Catur Arya Satyani tersebut terdiri dari empat kata yakni dukkha, samudaya, nirodha dan marga. Dukkha mempunyai arti penderitaan, bahwa pada dasarnya hidup itu adalah penderitaan, umur yang semakin hari semakin tua, sakit, kematian adalah penderitaan, tidak disatukan dengan yang dikasihi adalah penderitaan, keinginan yang tidak tercapai adalah penderitaan. 18 Seandainya di dunia ini tidak ada penderitaan tidak mungkin Sang Buddha menjelma ke dunia. Penderitaan ini menjadi pengalaman setiap orang, kesenangan yang dialami oleh orang pun sebenarnya adalah merupakan sumber penderitaan karena orang yang senang, takut akan kehilangan kesenangannya. 19 Penyebab adanya penderitaan akhirnya dapat diketahui oleh Buddha setelah Buddha bertapa untuk mendapatkan penerangan sejati. Selanjutnya diketahui oleh Buddha 14 Bikkhu Nanamoli. Khuddakapatha..., op.cit., hlm Harun Hadiwijono. Agama Hindu..., loc.cit. 16 Bikkhu Nanamoli. Khuddakapatha..., op.cit., hlm Perkataan Arya Satyani berasal dari kata Arya dan Satyani. Arya berarti utama dan satyani berarti kebenaran. Jadi Catur Arya Satyani memiliki arti empat kebenaran utama. 18 Harun Hadiwijono. Agama Hindu..., op.cit., hlm Ibid., hlm. 67

6 27 bahwa dengan adanya bentuk-bentuk karma maka terjadilah kesadaran, karena adanya kesadaran maka timbullah bentuk-bentuk batin, dengan bentuk-bentuk batin dan jasmani maka terjadilah perasaan, dengan adanya perasaan maka timbullah keinginan dan terjadilah ikatan, karena adanya ikatan maka terjadilah proses dumadi yang akan mengakibatkan adanya tumimbal lahir dan lain-lain. 20 Penderitaan atau dukkha disebabkan oleh keinginan untuk hidup (tanha) setelah orang mengalami penderitaan yang disebabkan oleh nafsu (keinginan atan tanha) untuk hidup maka timbullah apa yang disebut pratitya samutpada (samudaya) artinya pokok permulaan yang bergantungan (Sebabsebab adanya penderitaan). Yang menyebabkan penderitaan adalah karena terikat oleh samsara (menjelma berkali-kali). 21 Yang menyebabkan orang dilahirkan kembali adalah keinginan kepada hidup, dengan disertai nafsu yang mencari kepuasan yakni kehausan akan kesenangan dan kekuasaan. Pratitya samutpada berisi 12 pokok permulaan yang dirumuskan demikian : Pertama, Menjadi tua dan mati (Jamarasanam) bergantung daripada kelahiran (jati), kedua kelahiran bergantung pada hidup atau existensi yang lampau (bhawa), ketiga hidup bergantung daripada pengikatan kepada makan minum dan sebagainya (upadana), keempat, pengikatan bergantung daripada kehausan (tanha), kelima kehausan bergantung daripada emosi atau renjana (wedang), keenam emosi bergantung daripada sentuhan atau kontak (sparsa), ketujuh sentuhan bergantung daripada indera dengan sasarannya (sadayatana), kedelapan indera dengan sasarannya bergantung daripada roh dan benda atau keadaan batin dan lahir (namarupa), kesembilan roh bergantung pada kesadaran (wijnana), kesepuluh kesadaran bergantung pada penafsiran yang salah (sanskara), kesebelas penafsiran, yang salah, kedua belas penafsiran yang salah bergantung pada ketidaktahuan (awidya). 22 Awidya memiliki ciri yang menyolok yaitu : bahwa alam semesta adalah fana (anitya atau anicta). Artinya mempunyai arti tidak kekal, doktrin 20 A. Mukti Ali. Agama-Agama Besar..., op.cit., hlm H.M. Arifin. Loc.cit.

7 28 ini mengajarkan bahwa di dunia tidak ada sesuatu yang kekal (semuanya fana). Ajaran anitya ini menerangkan sebab-sebab adanya penderitaan (dukkha). Ajaran ini tidak dapat dipisahkan dari ajaran anitya. Tiada jiwa di sini maksudnya bahwa manusia sebenarnya tidak berjiwa, manusia adalah suatu kelompok yang terdiri dari jasmani dan rokhani, seluruh keadaan manusia dapat diungkapkan dengan nama-rupa. Nama ialah tabiat manusia, sedangkan rupa ialah jasmaniah manusia. 23 Bagian Arya Satyani yang ketiga adalah jalan kelepasan atau nirodha, yang terdiri dari pemadaman keinginan. 24 Apabila manusia tidak lagi mempunyai nafsu keinginan maka penderitaan samsara dapat dihilangkan yakni dengan memadamkan nafsu keinginan tersebut (tanha tersebut).di dalam Arya Satyani yang keempat diajarkan tentang jalan kelepasan (marga). Apabila tanha telah hilang maka seseorang akan mencapai nirwana (alam kesempurnaan). 25 Penderitaan seseorang dapat dihilangkan dengan cara menempuh delapan jalan kebenaran (astha arya margha atau astadavida). Jalan ini harus dimengerti secara benar dan dengan sadar mengikuti jalan ini. Tuntutan dari jalan ini akan membawa kebebasan dan ikatan ketidaktahuan universal dan kelekatan ego pribadi. Pandangan delapan jalan ini meliputi : Pertama, pengertian atau pandangan yang benar (sammaditti). Jalan ini merupakan pengungkapan pengakuan yang samar-samar bahwa semua yang ada tidak baik, dan segala sesuatu harus dilepaskan. Bagi orang modern pemikiran ini merupakan penderitaan karena mereka berpikiran bahwa materi, reputasi, keberhasilan dan kekuatan tidak akan membawa kedamaian dan kepuasan yang diharapkan, tidak mudah menghilangkan kerisauan akibat buruk di masa lalu. Jalan pemecahannya adalah dengan meditasi. Manusia 22 Harun Hadiwijono. Agama Hindu..., op.cit., hlm Nama berarti sebagai kumpulan dari perasaan, pikiran, penyerapa, yang dapat digolongkan sebagai unsur rohaniah sedangkan rupa adalah bersifat jasmaniah yang terdiri dari tanah, air, udara / hawa, lihat buku Antropologi Agama Bagian II karangan Prof. Dr. Hilman Hadikusumo. 24 Harun Hadiwijoyo. Agama Hindu..., op.cit., hlm Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama..., op.cit., hlm. 78.

8 29 harus berusaha memperluas pandangan dan memahami pribadi dalam ajaran Buddha sehingga tidak menekankan pada dukkha, tetapi pada anicca (pandangan bahwa segala sesuatu tidak permanen). Kedua, berpikir atau termotivasi benar (sammasankappa). Emosi memang sulit untuk dilacak, tetapi mempunyai peranan yang penting karena pada emosi tersebut kualitas dan keanekaragaman berpikir dapat diuji. Ketiga, adalah berbicara yang benar (sammavacca). Menurut Saddhatisa pembicaraan adalah sarana untuk mengenal orang dan diri mereka sendiri. Keempat, adalah tindakan yang benar (samma kamanta). Langkah ini membentuk aturan-aturan yang lebih sederhana dan dapat membangkitkan pikiran yang bebas yakni sebuah bentuk ketenangan yang harus dicapai sebelum memulai kegiatan yang benar. Kelima, mata pencaharian yang benar (samma ajiva), melalui kerja kemungkinan besar seseorang untuk mencapai integritas, konsentrasi dan ketenangan batin dalam hidup mereka, sehingga ada situasi optimum untuk mengembangkan kekuatan dan rasa belas kasih terhadap keberadaan orang lain. Langkah ini bertujuan agar orang tetap menjaga kehidupan dengan tetap hati-hati tetapi selalu dinamis. Keenam, usaha yang benar (samma vayama), langkah ini dapat ditanamkan dengan cara mencegah atau menghindari yang jahat dan keadaan pikiran yang terpecah-pecah, mengatasi keadaan pikiran terpecah-pecah yang mungkin sudah muncul, membiasakan memenuhi pikiran dengan yang baik hingga satu dan utuh, mengembangkan situasi pikiran yang sudah baik dan utuh. Ketujuh, berpikir yang benar (samma sati), langkah ini dapat dicapai melalui latihan pernafasan yang merupakan ajaran praktis khas Buddha untuk membangun dan membentuk kesadaran. Kedelapan, konsentrasi / samadhi yang benar (samma samadi), mengandung arti jalan untuk menggabungkan subjek dan obyek. Di dalam ajaran Buddha seorang meditator harus memenuhi kesadaran yang lebih jauh /

9 30 dalam didukung oleh usaha pribadi. Sedangkan dalam ajaran sangha pengalaman pribadi itu menimbulkan perasaan syukur terhadap saudarasaudara yang berkepercayaan lain dan memiliki dorongan yang kuat untuk menolong hidup orang lain. 26 Konsentrasi secara benar pada dasarnya merupakan usaha menyegarkan diri sebagai seseorang yang telah diterangi. Ketidaktahuan dan penerangan semuanya berakar pada aktivitas mental batin seseorang. 27 Di dalam teks Dhammapada ditulis sebagai berikut : Akal budi itu mampu mengatasi kondisi ketidaktahuan. Akal budi merupakan penentunya, bila orang bicara atau bertindak dengan akal yang tidak murni, maka kemalangan akan membuntutinya. Akal budi pulalah yang menentukan kondisi keutuh-satuan, dia penentunya. Jika dengan akal yang murni / jernih orang bicara atau bertindak, maka kebahagiaan akan menyertainya bagai bayang-bayang yang selalu melingkupinya (Dhammapada 1, 2 terjemahan dari acarya Buddharakkitta Thera, Bangelore, India : Buddha Vacanatius, 1966). Dengan tingkatan ini dibagi menjadi tiga bagian, tiga bagian ini meliputi sraddha (iman) terdiri dari percaya yang benar. Bagian ini merupakan wujud suatu pendahuluan yang terdiri dari percaya dan menyerahkan diri kepada Buddha sebagai guru yang berwenang mengajarkan kebenaran, percaya dan menyerahkan diri kepada dhamma atau ajaran Buddha, percaya dan menyerahkan diri pada jemaat (sangha) sebagai jalan yang dilaluinya. Sila, yang terdiri dari maksud yang benar, kata-kata yang benar dan perbuatan yang benar, hidup yang benar, usaha yang benar dan ingatan yang benar. Percaya atau pengetahuan yang benar akan menghasilkan maksud yang benar. Maksud yang benar terwujud dalam tiga tingkat. Berikutnya yakni kata-kata yang benar yang mempunyai arti bahwa orang itu harus berbuat 26 F.X. Mudji Sutrisno, SJ. Budhisme Pengaruhnya Dalam Abad Modern (Yogyakarta, Kanisius, 1993) I, hlm

10 31 jujur (tidak berbohong), perbuatan yang benar berarti bahwa dalam segala tindakan orang tidak boleh mencari keuntungan sendiri, dan hidup yang benar yang berarti secara lahir dan batin orang bebas dari penipuan diri tidak hanya mementingkan kepada yang lain saja. 28 Sila dapat tercapai apabila orang telah berusaha untuk mencapai moral yang tinggi, sesudah itu akan dapat masuk ke jalan yang terakhir yaitu samadhi. Samadhi terdiri dari 2 bagian yaitu persiapan atau upacara samadhi dan samadhinya sendiri. Langkah yang pertama dalam upacara samadhi langkah yang pertama adalah perenungan bahwa makan, minum membawa banyak kesusahan, merenungkan bahwa tubuh manusia itu terdiri dari empat unsur: bumi, air, api dan angin, menerangkan akan kebajikan dan kebesaran Tri Ratna kemudian orang harus merenungkan akan jenazah manusia, bahwa jenazah itu tidaklah sempurna, merenungkan tubuh orang yang hidup yang pada hakikatnya sama dengan jenazah. Tahap kedua setelah perenungan adalah duduk bersila di tempat yang sepi, mengatur nafas dan merenungkan empat bhawana yakni metta (persahabatan yang universal), karuna (belas kasih yang universal), mudikka (kesenangan dalam keuntungan serta kesenangan akan segala sesuatu), dan upakkha (tidak tergerak oleh apa saja yang menguntungkan diri sendiri, teman, musuh dan sebagainya). 29 Setelah persiapan samadhi selesai kemudian orang masuk ke dalam samadhi yang sebenarnya yang terdiri dari empat tingkatan. Pertama, memusatkan pikiran pada satu sasaran untuk mengerti atas lahir dan batin (namarupa). Kedua, melepaskan rohnya dari segala uraian dan pertimbangan akan sasaran itu untuk mendapatkan ketenangan batin. Ketiga, sekalipun orang masih melihat sasaran itu, kegirangan (sukkha) menjadi pudar sehingga orang akan menjadi tenang walaupun masih dalam keadaan sadar. Keempat, bahwa sukkha dan dukkha lenyap semua dan rasa hatinya disesuaikan Ibid., hlm Wawancara dengan Bikkhu Adhi Purwanto, 24 Juli Harun Hadiwijoyo. Agama Hindu..., op.cit., hlm Ibid., kata sukkha merupakan lawan dari kata dukkha yang berarti kebahagiaan.

11 32 Arya Satyani yang terdiri dari empat itu disingkat lagi menjadi empat bagian untuk mencapai tingkat kesucian. Keempat tingkatan tersebut meliputi Srotapana atau pertobatan. Pada tingkatan ini orang sudah berlindung kepada Tri Ratna dan sudah mengakui akan kebenaran Catur Arya Satyani. Pada tingkatan ini orang harus menjelma tujuh kali lagi untuk mencapai nirwana. 31 Tingkatan yang kedua adalah Sakradagamin yakni tingkatan dimana seseorang harus menjelma sekali lagi untuk mencapai nirwana, di sini seseorang harus berusaha mematahkan keragu-raguan dan khayalan sendiri dengan cara mematahkan hawa nafsu (karma) dan kebencian. Tingkatan yang ketiga adalah Anagamin yakni tingkatan dimana seseorang tidak perlu menjelma lagi untuk mencapai nirwana, namun ia harus melenyapkan belenggu kamaraga (kecintaan indrawi), pathega (kemarahan atau kebencian). Yang terakhir dari tingkat kesucian ini adalah tingkat Arahat yakni tingkatan dimana seseorang sudah bebas dari segala keinginan untuk dilahirkan kembali. 32 Melalui empat tingkatan ini orang akan dapat mencapai nirwana. Nirwana merupakan ajaran kelepasan dalam agama Buddha. Nirwana berasal dari kata Nir yang berarti hilang dan wana yang mempunyai arti dunia, adapun pengertian nirwana secara harfiah adalah pemadaman atau pendinginan, apa yang dipadamkan tiada lagi yaitu segala api nafsu, segala keinginan dan segala kebencian. 33 Sedangkan secara terminologi Nirwana menurut agama Buddha sulit untuk didefinisikan, sebab nirwana yang dialami oleh umat Buddha merupakan pengalaman batin. Oleh karena itu, nirwana diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, tidak dapat digambarkan, Nirwana adalah situasi yang tenang, bahagia yang terlepas dari 31 Hilman Hadikusuma. Antropologi Agama Bagian II (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993) X, hlm Ibid., hlm Selain empat tingkat kesucian tersebut masih ada tingkatan yang disebut dengan Asekha atau orang yang sempurna (sabbanu) yang tidak perlu belajar lagi di bumi (tidak perlu belajar lagi pada orang lain seperti Sidharta Gautama. 33 Harun Hadiwijono. Agama Hindu..., op.cit., hlm. 75.

12 33 nafsu-nafsu, hanya jiwa manusia pada tingkat tertinggi yang dapat mengalaminya. 34 Nirwana juga dapat diartikan dengan hilangnya nafsu keinginan, hilangnya segala perasaan, hilangnya segala gangguan yang menyebabkan keadaan mereka itu jauh lebih baik dari segala keadaan yang dinikmati, sehingga mereka merasakan hidup ini penuh dengan ketenangan dan kedamaian yang sempurna. 35 Berdasarkan hal itu nirwana dapat dibedakan menjadi dua macam yakni Upadhisesa dan Anupadhisesa. Upadhisesa adalah status orang yang sudah mendapatkan kelepasan atau nirwana yaitu pada saat lenyapnya tanha. Sedangkan Anupaddhisessa adalah status orang yang mendapat kelepasan, yang hidupnya sudah tidak ada lagi. Anupadhisesa ini dapat dicapai pada saat seseorang telah mati Ajaran tentang Sangha Agama Buddha memiliki perbedaan dari agama yang lain yakni mengutamakan penganutnya untuk berbuat (karma) membebaskan diri masing-masing dari dukkha (penderitaan) untuk mencapai nirwana. Masyarakat budhisme tidak perlu melakukan pemujaan atau upacara persembahan kepada para dewa (Tuhan) tetapi hanya dengan jalan Hasta Arya Marga saja, yakni delapan jalur sikap dan perilaku untuk membebaskan diri dari dukkha. Secara kelembagaan, umat Buddha dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok masyarakat kewiharaan atau sangha dan kelompok masyarakat awam. Kelompok sangha terdiri dari para bikkhu, bikkhuni, samanera, samaneri. Kelompok ini menjalani kehidupan suci untuk meningkatkan nilai kerohanian dan kesusilaan dan tidak menjalani hidup berkeluarga. Sedangkan kelompok masyarakat awam terdiri dari upasaka dan upasika yang telah menyatakan diri berlindung kepada Sang Tri Ratna serta 34 H.M. Arifin. Menguak Misteri..., op.cit. hlm Oka Adi Putra. Kitab Suci Sang Hyang Kamahayanikan (Jakarta : Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha, 1980), hlm Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama, op.cit, hlm. 32.

13 Arahat. 38 Kitab Aguyapitaka menerangkan aturan-aturan hidup kerahiban. 34 melaksanakan prinsip-prinsip moral bagi umat awam dan mereka hidup berumah tangga sebagai manusia biasa. 37 Sangha adalah merupakan persekutuan para rahib, sangha menurut umat Buddha ialah persamuan dari makhluk-makhluk suci (arya punggala). Mereka sudah mencapai buah kehidupan beragama yang ditandai dengan kesatuan pandangan yang bersih dengan sila yang sempurna. Tingkat kesucian yang dilaluinya meliputi sottapati, sakadagammi, Aragami dan Dalam kitab ini diketahui bahwa hidup kerahiban ditandai oleh 3 (tiga) hal, tiga hal ini meliputi : Pertama, Kemiskinan, seorang rahib harus hidup dalam kemiskinan, rahib tidak diperkenankan memiliki sesuatu kecuali jubahnya yang dibuat dari kain rampin yang diminta dari sana sini, tempurung sebagai alat untuk mengemis (di dalam mengemis para rahib tidak diperkenankan menerima uang). Di dalam sistem ajaran Buddha mengemis menjadi inspirasi bagi banyak kebajikan. Dengan mengemis akan memberi kesempatan kepada kaum awam untuk berbuat kebaikan. Dengan mengemis para rahib belajar rendah hati, sabar, tidak lekas putus asa sehingga mereka dapat mengawasi tubuhnya, perasaan dan pikiran dan nafsu-nafsunya. Seorang rahib diharuskan hidup tanpa rumah atau tempat berlindung yang tetap, mereka hanya diperkenankan berkumpul dalam biara. Kedua, Seorang rahib harus hidup membujang (tidak diperkenankan hidup dengan para wanita) karena hubungan seks dianggap sebagai sumber dosa yang akan mengakibatkan seorang rahib dikeluarkan dari Sangha. Ketiga adalah seorang rahib harus hidup dengan ahimsa (tanpa perkosaan), ia tidak diperkenankan membunuh atau melukai makhluk lain. Empat dosa besar yang harus dihindari dari rahib adalah hidup mesum, 37 A. Mukti Ali. Agama-Agama Besar..., op.cit, hlm Hilman Hadikusumo. Antropologi Agama Bagian II. Loc. Cit.

14 35 mencuri, membunuh makhluk hidup dan meninggikan diri karena kecakapan membuat mu jizat. 39 Setiap umat Buddha berhak memasuki dan bergabung dalam Sangha dengan melalui tahap-tahap tertentu. Tahap pertama dimulai ketika umat Buddha menerima jubah kuning dan memasuki persaudaraan para bikkhu. Umat awam memasuki hidup kewiharaan tanpa memiliki rumah tinggal dan hidup sebagai pertapa. Sebelum menjadi bikkhu ia harus menjalani hidup sebagai calon bikkhu (samanera) dengan mengucapkan dan menepati dasa sila (sepuluh janji) yakni larangan untuk membunuh, mencuri, hidup mesum, mengunjungi tempat keramaian duniawi, bersolek, tidur pada tempat tidur yang enak dan menerima hadiah. 40 Tahap kedua tekun mempelajari Dharma dan menggunakan waktu luangnya untuk perenungan suci di bawah asuhan para bikkhu atau bikkhuni sebagai gurunya (acarya) yang dipilihnya sendiri. Setelah melalui tahap-tahap tersebut barulah ia diterima menjadi bikkhu dalam suatu upacara pentahbisan (upasampada). Jika ia wanita maka pentahbisannya dilakukan dua kali, pertama oleh bikkhuni lalu bikkhu sangha. Setelah menjadi bikkhu atau bikkhuni maka ia berkewajiban menjalani hidup suci dan bersih seperti yang terlukis dalam kitab vinaya pitaka menjalani 227 peraturan, yang antara lain tentang : - Peraturan tata tertib lahiriah - Peraturan tentang cara penggunaan pakaian, makanan dan kebutuhan lainnya. - Cara menanggulangi nafsu keinginan dan rangsangan batin - Cara memperoleh pengetahuan batin yang luhur untuk penyempurnaan diri. Lima tahun pertama, ia diterima secara penuh sebagai bikkhu atau bikkhuni ia masih dalam ikatan keguruan, baru setelah 10 tahun ia disebut sebagai thera. 39 Harun Hadiwijono. Agama Hindu..., op.cit., hlm A.G. Honig JR. Ilmu Agama (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994) VII, hlm

15 36 Sangha tidak mempunyai kewajiban terhadap umat Buddha yang bersifat lahiriah. Hubungan yang terjalin adalah hubungan yang bersifat rokhaniah dimana anggota sangha merupakan teladan cara hidup yang suci, penyampai dharma atas permintaan umat, pembantu umat Buddha dalam pemberian nasihat dan penerangan batin dalam suka dan duka. Para umat Buddha sangha patut menerima pemberian (ahu neyyo), tempat berteduh (pahuneyyo), persembahan (dukhineyyo), penghormatan (anjali karaneniyo) dan merupakan lapangan untuk menanam jasa yang tidak ada taranya di dunia (anuttaram panna khettam lokassaa) sehingga sangha termasuk dalam ajaran Tri Ratna yang ketiga yakni Sangham saranam gacchami (saya mencari perlindungan kepada sangha) Cara Pelaksanaan Persaksian dalam Agama Buddha Agama Buddha pada dasarnya tidak mengajarkan bahwa untuk mencapai nirwana tidak diperlukan adanya upacara keagamaan seperti persembahyangan atau sesajian, melainkan mengucapkan mantera-mantera dari kitab suci, mengikuti ceramah atau wejangan keagamaan dan menghaturkan sesajian yang bermanfaat bagi umat Buddha. Tujuan sikap dan perilaku amalan tersebut adalah untuk memperkuat jiwa dan kepercayaan pada diri sendiri agar keyakinannya semakin tebal. Setiap orang yang akan masuk menjadi penganut umat Buddha awam atau upasaka maupun upasika tidak hanya dengan mengucapkan Tri Ratna / Tri Sarana secara lisan saja, namun harus melalui tahapan-tahapan terlebih dahulu. Tahapan yang pertama yakni seseorang harus mempelajari norma terlebih dahulu. Setelah mempelajari dharma kemudian menghayati dan mengamalkan ajaran dharma tersebut dalam kehidupan. Setelah seseorang itu mantap dan yakin akan dharma-dharma tersebut barulah ia akan diterima menjadi umat Buddha awam dengan cara melalui wisuda upasaka / upasika. 41 Hilman Hadikusuma. Antropologi Agama Bagian II..., op.cit., hlm. 237.

16 37 Upacara wisuda upasaka / upasika diatur dalam parita suci. Adapun cara pelaksanaan upacara wisuda upasaka / upasika dalam agama Buddha adalah sebagai berikut : 1. Pandita membimbing calon upasaka / upasika melakukan puja kepada Sang Tri Ratna dengan menyalakan lilin dan dupa di altar, kemudian bernamaskara tiga kali dengan mengucapkan kalimat Namakara-gatha. 2. Calon (dalam wisuda bersama, calon tertua mewakili) mempersembahkan lilin, dupa dan bunga yang disusun dalam satu talam kepada bikkhu yang akan memberikan tuntunan Tisarana dan Pancasila kemudian bernamaskara tiga kali (tanpa mengucapkan Namakara-gatha). 3. Calon mengucapkan kalimat pernyataan dalam bahasa Pali dan juga terjemahannya sebagai berikut : Esaham bhante, sucira-parinibbutampi, Tarih Bhagavantarin saranam gacchami, Dhammanca bikkhu-sanghanca Upasaka (upasikam) mam bhante dharetu, Ajjatagge panupetam saranam gatam. Bhante, saya mohon kepada Sang Buddha yang walaupun telah lama parinibbana, bersama Dhamma dan Sangha menjadi pelindung saya. Semoga Bhante mengetahui bahwa sejak hari ini sampai selama-lamanya saya adalah upasaka (upasika), menerima Tisarana sebagai pembimbing saya. (Bikkhu memberikan tuntunan Tisarana dan Pancasila, calon mengikuti apa yang diucapkan bikkhu kalimat demi kalimat). 4. Bikhhu memberikan wejangan Dhamma, dilanjutkan dengan memercikkan air pemberkahan kepada upasaka / upasika baru. 42 Berikut ini merupakan penjelasan secara rinci pelaksanaan pentahbisan / kebaktian upasaka / upasika yang dikutip dari kitab Parita Suci. 42 Sangha Theravada. Parita Suci. (Jakarta : Yayasan Dhammadipa Arama, 1983) I, hlm. 10.

17 38 (1) PEMBUKAAN Pemimpin kebaktian memberikan tanda kebaktian dimulai (dengan gong, lonceng dan sebagainya). Pemimpin Kebaktian menyalakan lilin, dupa / hio dan meletakkan dupa / hio di tempatnya, sementara hadirin duduk bertumpu lutut dan bersikap anjali. Setelah dupa/hio diletakkan ditempatnya, Pemimpin Kebaktian beserta para hadirin menghormat dengan menundukkan kepala (sikap anjali dengan menyentuh dahi). (2) NAMAKARA-GATHA Pemimpin Kebaktian mengucapkan Namakaragatha diikuti hadirin kalimat demi kalimat. Araham Sammasambuddho Bhagava Buddham Bhagavantam abhivademi Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Telah Mencapai Penerangan Sempurna; aku bersujud di hadapan Sang Buddha, Sang Bhagava. (namaskara) Svakkhato Bhagavata dhammo dhammam namassami Dhamma telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava, aku bersujud di hadapan Dhamma. (namaskara) Supatipanno Bhagavato savakasangho Sangham namami Sangha Siswa Bhagava telah bertindak sempurna; aku bersujud di hadapan Sangha. (namaskara) (3) PUJA-GAHTA (Hadirin tetap duduk bertumpu lutut dan bersikap anjali)

18 39 PEMIMPIN KEBAKTIAN : Yamamamha kho mayam Bhagavantam saranam gata, yo no Bhagava Sattha, yassa ca mayam Bhagavato Dhammam rocema, imahi sakkarehi tam Bhagavantam sasaddhammam sasavakasangham abhipujayama. Kami berlindung kepada Sang Bhagava, Sang Bhagava guru junjungan kita, dalam Dhamma Sang Bhagava kami berbahagia. Dengan persembahan ini kami melakukan puja kepada Sang Bhagava, Dhamma Sejati serta Sangha Para Siswa. (4) PUBBABHAGAGANAMAKARA (Hadirin duduk bersimpuh/bersila) PEMIMPIN KEBAKTIAN : Handamayam Buddhassa Bhagavato pubbabhagana-makaram karoma se Marilah kita mengucapkan penghormatan awal kepada Sang Buddha, Sang Bhagava. BERSAMA-SAMA: Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa Terpujilah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna. (tiga kali) (5) TISARANA (TIGA PERLINDUGAN) PEMIMPIN KEBAKTIAN : Handamayam tisaranagamanapatham karoma se Marilah Kita mengucapkan Tiga Perlindungan. BERSAMA-SAMA:

19 40 Buddham saranam gacchami Dhammam saranam gacchami Sangham saranam gacchami Dutiyampi Buddham saranam gacchami Dutiyampi Dhammam saranam gacchami Dutiyampi Sangham saranam gacchami Tatiyampi Buddham saranam gacchami Tatiyampi Dhammam saranam gacchami Tatiyampi Sangham saranam gacchami Aku berlindung kepada Buddha Aku berlindung kepada Dhamma Aku berlindung kepada Sangha Untuk kedua kalinya aku berlindung kepada Buddha Untuk kedua kalinya aku berlindung kepada Dhamma Untuk kedua kalinya aku berlindung kepada Sangha Untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada Buddha Untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada Dhamma Untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada Sangha (6) PANCA-SILA PEMIMPIN KEBAKTIAN : Handamayam pancasikkhapadapatham karoma se Marilah kita mengucapkan kelima latihan sila. BERSAMA-SAMA: Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyani Kamesu micchacara veramani sikkhapadam samadiyami Musavada veramani sikkhapadam samadiyami

20 41 Aku bertekad akabn melatih diri menghindari makhluk hidup Akuk bertekad akan melatih diri menghindari mengambil barang yang tidak diberikan. Aku bertekad akan melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar Aku beretekad akan melatih diri menghindari segala minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran. (7) BUDDHANUSSATI (PERENUNGAN TERHADAP BUDDHA) PEMIMPIN KEBAKTIAN : Handamayam Buddhanussa tinayam karoma SE Marilah kita mengucapkan perenungan terhadap Buddha BERSAMA-SAMA: Iti pi so Bhagava Araham Samma-sambuddho, Vijjacaranasampanno Sugato Lokavidum Annutarro purisadammasarathi Sattha decamanussanam Buddho Bhagava ti. (diam sejenak merenungkan sifat-sifat Sang Buddha) Demikianlah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah mencapai Penerangan Sempurna, Sempurna pengetahuan serta tindak-tanduknya, Sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbana), Pengenal segenap alam, Pembimbing manusia yang tiada taranya, Yang Sadar (Bangun), Yang patut dimuliakan. (8) DHAMMANUSSATI (PERENUNGAN TERHADAP DHAMMA) PEMIMPIN KEBAKTIAN: Handamayam Dhammanussa tinayam karoma se Marilah kita mengucapkan perenungan terhadap Dhamma BERSAMA-SAMA: Savakkhato Bhagavata Dhammo,

21 42 Sanditthiko akaliko ehipassimko, Opanayiko paccattam veditabbo vinnuhi ti. (diam sejenak, merenungkan sifat-sifat Dhamma) Dhamma Sang Bhagava telah sempurna dibabarkan; berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan; menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing. (9) SANGHANUSSATI (PERENUNGAN TERHADAP SANGHA) PEMIMPIN KEBAKTIAN : Handamayam Sanghanussatinayam karoma se Marilah kita mengucapkan perenungan terhadap Sangha BERSAMA-SAMA: Supatipanno Bhagavato savakasangho Ujupatipanno Bhagavato savakasangho Nayapatipanno Bhagato savakasangho Samicipatipanno Bhagavato savakasangho Yadidam cattari purisayugani atthapurisa puggala, Esa Bhagavato safakasangho Ahuneyyo pahuneyyo dakkhineyyo anjalikaraniyo Anuttaram punnakkhettam lokassa ti (Diam sejenak, merenungkan sifat-sifat Sangha) Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak baik Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak lurus Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindak benar Sangha siswa Sang Bhagava telah bertindakpatut Mereka, empat pasang makhluk, terdiri dari delapan jenis makhluk suci, (*) itulah Sangha siswa Sang Bhagava; Patut menerima pemberian, tempat bernaung, persembahan serta penghormatan;

22 43 Lapangan untuk menanam jasa, yang tiada taranya di alam semesta. (*) Mereka disebut Ariya Sanghal : makhluk-makhluk yang telah mencapai Sotapatti Magga dan Phala, Sakadagami Magga dan Phala, Anagami Magga dan Phala dan Arahatta Magga dan Phala. (10) SACCAKIRIYA GATHA (PERNYATAAN KEBENARAN) PEMIMPIN KEBAKTIAN: Handamayam saccakiriyagathayo karoma se Marilah kita mengucapkan Pernyataan Kebenaran. BERSAMA-SAMA: Natthi me saranam annam Buddho me saranam caram Etena saccavajjena Sotthi te hotu sabbada Natthi me saranam annam Dhammo me saranam varam Etena saccavajjena Sotthi te hotu sabbada Natthi me saranam annam Sangho me saranam varam Etena saccavajjena Sotthi te hotu sabbada Tiada perlindungan lain bagiku Sang Buddha-lah sesungguhnya pelindungku, Berkat Pernyataan Kebenaran ini, Semoga engkau selamat sejahtera Tiada perlindungan lain bagiku Dhamma-lah sesungguhnya pelindungku, Berkat Pernyataan Kebenaran ini, Semoga engkau selamat sejahtera Tiada perlindungan lain bagiku Sangha-lah sesungguhnya pelindungku,

23 44 Berkat Pernyataan Kebenaran ini, Semoga engkau selamat sejahtera (11) MANGALA SUTTA (SUTTA TENTANG BERKAH UTAMA) PEMIMPIN KEBAKTIAN : Handamayam mangala suttam bhanama se Marilah kita mengucapkan Sutta tentang Berkah Utama BERSAMA-SAMA: Evamme suttam Ekam samayam Bhagava Savatthiyam viharati Jetavane anathapindikassa Arame. Atha kho annatara devata, abhikkantaya rattiya abhikkantavanna kevalakappam jetavanam obhasetva. Yena Bhagava tenupasankami, upasankamitva Bhagavantam abhivadetva ekamantam atthasi, ekamantam thita kho sa devata Bhagavantam gathaya ajjhabhasi : Bahu deva manussa ca Mangalani acintayum Akankhamana sotthanam Bruhi mangalumuttamam Asevana ca balanam Panditananca secana Puja ca pujaniyanam Etammangalamuttamam Patirupadesacaso ca Pubbe ca katapunnata Attasammapanidhi ca Etammangalamuttamam Bahusaccanca sippanca Cinayo ca susikkhito Subhasita ca ya vaca Etammangalamuttamam Dananca dhammacariya ca Natakananca sangaho Anavajjani kammani Etammangalamuttamam

24 45 Arati virati papa Majjapana ca sannamo Appamado ca dhammesu Etammangalamuttamam Garavo ca nivato ca Santutthi ca katannuta Kalena dhammasavanam Etammangalamuttamam Khanti ca sovacassata Samananca dassanam Kalena dhammasakaccha Etammangalamuttamam Tapo ca brahmacariyanca Ariyasaccana dassanam Nibbanasacchiriya ca Etammangalamuttamam Phutthassa lokadhammehi Cittam yassa na kampati Asokam virajam khemam Etammangalamuttamam Etadisani katvana Sabbatthamaparajita Sabbattha sottim gacchanti Tantesam mangalamuttaman ti Demikianlah telah kudengar Pada suatu ketika Sang Bhagava Menetap di dekat Savatthi Di hutan Jeta di vihara Anathapindika Maka seorang dewata, ketika malam menjelang pagi, dengan cahaya yang cemerlang menerangi seluruh hutan Jeta. Menghampiri Sang Bhagava dan menghormat Beliau, ia berdiri ke satu sisi, sambil berdiri di satu sisi, dewata itu berkata kepada Sang Bhagava dalam syair ini. Banyak dewa dan manusia Berselisih paham tentang Berkah Yang diharap membawa keselamatan;

25 46 Terangkanlah, apa Berkah Utama Tak bergaul dengan orang yang tak bijaksana Bergaul dengan mereka yang bijaksana. Menghormat mereka yang patut dihormati Itulah Berkah Utama Hidup di tempat yang sesuai Berkat jasa-jasa dalam hidup yang lampau Menuntun diri ke arah yang benar, Itulah Berkah Utama Memiliki pengetahuan dan ketrampilan, Terlatih baik dalam tata susila, Ramah tamah dalam ucapan, Itulah Berkah Utama Membantu Ayah dan Ibu Menyokong anak dan isteri Bekerja bebas dari pertentangan, Itulah Berkah Utama Berdana dan hidup sesuai dengan Dhamma Menolong sanak keluarga, Bekerja tanpa cela Itulah Berkah Utama Menjauhi, tak melakukan kejahatan, Menghindari minuman keras, Tekun melaksanakan Dhamma, Itulah Berkah Utama Selalu hormat dan rendah hati, Merasa puas dan berterima kasih Mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai, Itulah Berkah Utama

26 47 Sabar, rendah hati bila diperingatkan,mengunjungi para pertapa, Membahas Dhamma pada saat yang sesuai, Itulah Berkah Utama Bersemangat, menjalankan hidup suci, Menembus Empat Kesunyataan Mulia, Serta mencapai Nibbana, Itulah Berkah Utama Meski tergoda hal-hal duniawi, Namun batin tak tergoyahkan, Tiada susah, tanpa noda, penuh damai, Itulah Berkah Utama Karena dengan mengusahakan hal-hal itu, Manusia tak terkalahkan di manapun juga, Serta berjalan aman ke mana juga, Itulah Berkah Utama mereka. (12) KARANIYAMETTA SUTTA (SUTTA TENTANG KASIH SAYANG YANG HARUS DIKEMBANGKAN) PEMIMPIN KEBAKTIAN: Handamayam karaniyamettasuttam bhanama se Marilah kita mengucapkan Sutta tentang Kasih Sayang yang harus dikembangkan. BERSAMA-SAMA: Karaniyamatthakusalena Yantam santam padam abhisamecca Sakko uju ca suhuju ca Suvaco cassa mudu anatimani Santussako ca subharo ca Appakicco ca sallahukavutti Satindriyo ca nipako ca

27 48 Appagabbho kulesu ananugiddjo. Na ca khuddam samacare kinci Yena vinnu pare upavadeyyum Sukhino ca khemino hontu Sabbe satta bhavantu sukhitatta Ye keci panabhuttahi Tasa cva thavara va anavasesa Digha va ye mahanta va Majjhima rassaka anukathula Dittha va ye va adittha Ye ca dure vasanti avidure Bhuta va sambhavesi va Sabbe satta bhabantu sukhitatta Na paro param bikubbetha Natimannetha katthaci nam kanci Byarosana patighasanna Nannamannassa dukkhamiccheyya Matayatha niyam puttam Ayusa ekaputtamanurakkhe Evampi sabbabhutesu Manasambhavaye aparimanam Mettanca sabbalokasmim Manasambhavaye aaparimanam Uddham adho ca tiriyanca Asambhadham averam asapattam Titthancaram nisinno va Sayano va yavatassa vigataminddho Etam satim adhittheyya Brahmamentam viharam idhamahu Ditthinca anupagamma Silava dassanena sampanno Kamesu vineyya gegham Na hi jatu gabbhaseuuam punareti ti Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan Untuk mencapai Keadaan Ketenangan Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur. Rendah hati, lamah lembut, tiada sombong Merasa puas, mudah disokong

28 49 Tiada sibuk, sederhana hidupnya, Tenang indranya, berhati-hati Tahu malu, tak melekat pada keluarga. Tak berbuat kesalahan walaupun kecil Yang dapat dicela oleh para Bijaksana (Hendaklah ia berpikir) Semoga (semua makhluk) berbahagia dan tenteram, Semoga semua makhluk bergembira Makhluk hidup apapun juga Yang lemah dan kuat tanpa kecuali Yang panjang atau besar, Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk. Yang tampak atau tak tampak Yang jauh atau pun dekat, Yang terlahir atau yang lahir, Semoga semua makhluk berbahagia. Yang menipu orang lain. Atau menghina siapa saja, Jangan karena marah dan benci, Mengharap orang lain celaka. Bagaimana seorang ibu mempertaruhkan jiwanya Melindungi anaknya yang tunggal, Demikianlah terhadap semua makhluk, Dipancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas. Selagi berdiri, berjalan atau duduk, Atau berbaring, selagi tiada lelap, Ia tekun mengembangkan kesadaran ini, Yang dikatakan Berdiam dalam Brahma Kasih sayangnya ke segenap alam semesta

29 50 Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas, Ke atas, ke bawah dan ke sekeliling, Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan. Tidak berpegang pada pandangan salah (tentang atta.aku) Dengan sila dan penglihatan yang sempurna, Hingga bersih dari nafsu indera, Dia tak akan lahir dalam rahim mana pun juga. (13) BRAHMAVIHARAPHARANA-PERESAPAN BRAHMAVIHARA PEMIMPIN KEBAKTIAN : Handamayam brahmaviharapharana bhanama se Marilah kita mengucapkan Peresapan Bharma Vihara BERSAMA-SAMA : (METTA) : Aham sukhito homi Niddukkho homi Avero homi Abyapajjho homi Anigho homi Sukhi attanam pariharami Sabbe satta sukhita hontu Niddukkha hontu Avera hontu Abyapajjha hontu Anigha hontu Sukhi attanam pariharantu (KARUNA) : Sabbe satta Dukkha pamuccantu (MUDITA) : Sabbe satta Ma laddhasampattito Vigacchantu (UPEKKHA) : Sabbe satta Kammassaka Kammadayada Kammayoni

30 51 Kammabandhu Kammapatisarana Yam kammam karissanti Kalyanam va papakam va Tassa dayada bhavissanti Semoga aku berbahagia, Bebas dari penderitaan, Bebas dari kebencian, Bebas dari penyakit, Bebas dari kesukaran, Semoga aku dapat mempertahankan kebahagiaanku sendiri. Semoga makhluk hidup berbahagia, Bebas dari penderitaan, Bebas dari kebencian, Bebas dari kesakitan, Bebas dari kesukaran, Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri. Semoga semua makhluk Bebas dari penderitaan Semoga semua makhluk Tidak kehilangan kesejahteraan yang telah mereka peroleh Semua makhluk Memiliki karmanya sendiri Mewarisi karmanya sendiri Berhubungan dengan karmanya sendiri, Terlindung oleh karmanya sendiri Apapun karma yang diperbuatnya Baik atau buruk Itulah yang akan diwarisinya.

31 52 (14) ABHINHAPACCA AVEKKHANA (KERAP KALI DIRENUNGKAN) PEMIMPIN KEBAKTIAN : Handamayam abhinhapaccavekkhanapathambhanama se Marilah kita mengucapkan Perenungan kerap kali BERSAMA-SAMA : Jara dhammomhi Jaram anatito Byadhidhammomhi Maranam anatito Sabbehi me piyehi manapehi nanabhavo vinabhavo Kammassakomhi Kammadayado Kammayoni Kammabhandhu Kammapatisarano Yam kammam karissami Kalyanam va papakam va Tassa dayado bhavissami Evam amhehi abhinham paccavekkhitabbam. Aku akan menderita usia tua, Aku belum menguasai usia tua, Aku akan menderita penyakit, Aku belum mengatasi penyakit, Aku akan menderita kematian Aku belum mengatasi kematian Segala milikku, yang kucintai dan menyenangkan, Akan berubah, terpisah dariku. Aku adalah pemilik karmaku sendiri, Pewaris karmaku sendiri, Lahir dari karmaku sendiri Berhubungan dengan karmaku sendiri Terlindung oleh karmaku sendiri Apapun karena yang kuperbuat,

32 53 Baik atau buruk, Itulah yang akan kuwarisi, Hendaklah ini kerap kita renungkan. (15) SAMADHI : METTA-BHAVANA (MEDITASI : PENGEMBANGAN KASIH SAYANG) (*) Pada akhir samadhi, Pemimpin Kebaktian mengucapkan : Sabbe satta bhavantu sukhitatta Semoga semua makhluk berbahagia atau Sabbe satta sada hontu avera sukhajivino Semoga semua makhluk selamanya Hidup bahagia, bebas dari kebencian. (16) PERMOHONAN TRISARANA PANCASILA Apabila kebaktian dihadiri oleh bikkhu, maka Pancasila (nomor 6) dalam tuntunan Kebaktian ini tidak dibacakan. Setelah pembacaan paritta selesai, hadirin memohon Tisarana-Pancasila kepada bikkhu, sebagai berikut : HADIRIN BERSAMA-SAMA : Mayam bhante Tisaranena saha pancasilani yacama Dutiyampi mayam bhante Tisaranena saha pancasilani yacama Tatiyampi mayam bhante Tisaranena saha pancasilani yacama. Bhante, Kami memohon Trisarana dan Pancasila Untuk kedua kalinya Bhante, Kami memohon Tisarana dan Pancasila Untuk ketiga kalinya Bhante,

33 54 Kami memohon Tisarana dan Pancasila. Atau, Okasa aham bhante, Tisaranena saddhim pancasilam dhammam yacami, Anugaham katva silam detha me bhante. Dutiyampi okasa aham bhante, Tisaranena saddhim pancasilam dhammam yacami, Anugaham hatva silam detha me bhante Tatiyampi okasa aham bhante Tisaranena saddhim pancasilam dhammam yacami, Anugaham katva silam detha me bhante Perkenankanlah Bhante, Berikan padaku Tisarana serta Pancasila Anugerahkanlah padaku Sila itu, Bhante Untuk kedua kalinya, perkenankanlah Bhante Berikan padaku Tisarana serta Pancasila Anugerahkanlah padaku Sila itu, Bhante Untuk ketiga kalinya, perkenankanlah Bhante Berikan padaku Tisarana serta Pancasila Anugerahkanlah padaku Sila itu, Bhante. BIKKHU : Yamaham vadami tam vadetha Ikutilah apa yang saya ucapkan HADIRIN : Ama, bhante Baik Bhante Bikkhu : Namo tassa bhagavato Arahato samma sambuddhassa

34 55 Terpujilah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna. (tiga kali) HADIRIN BIKHHU HADIRIN BIKKHU : : (mengikuti) : (mengucapkan Tisarana) : (mengikuti) Tisarana gamanam paripunam Tisarana telah diambil dengan lengkap. HADIRIN : Ama, Bhante Baik, Bhante BIKKHU : (mengucapkan Pancasila) HADIRIN: (mengikuti) BIKKHU : Imani pancasikkhapadani Silena sugatim yanti Silena bhogasampada Silena nibbutim yanti Tasma silam visodhaye Itulah yang dinamakan lima latihan Dengan melaksanakan Sila berakibat terlahir di alam bahagia Dengan melaksanakan Sila berakibat memperoleh kekayaan (dunia dan Dhamma) Dengan melaksanakan Sila berakibat tercapainya Nibbana Sebab itu anda harus melaksanaka Sila dengan sempurna. HADIRIN : Ama, Bhante, Baik, Bhante SADHU! SADHU! SADHU!

35 56 (17) ARADHANA PARITTA (PERMOHONAN PARITTA) Permohonan Paritta ini dibacakan apabia umat mengundang bikkhu / samanera ke rumah atau pada acara upacara di vihara, cetiya dan sebagainya. Hal ini dilakukan setelah permohonan Pancasila. Paritta permohonan ini adalah sebagai berikut : Vipattipatibahaya Sabba sampatti siddhiya Sabba dukkha vinasaya Parittam brutha mangalam. Vipattipatibahaya Sabba sampatti siddhiya Sabba bhaya vinasaya Parittam brutha mangalam Vipattipatibahaya Sabba sampatti siddhiya Sabba roga vinasaya Parittam brutha mangalam. Untuk menolak marabahaya Untuk memperoleh rejeki baik Untuk melenyapkan semua dukha Sudilah membacakan paritta perlindungan. Untuk menolak marabahaya Untuk memperoleh rejeki baik Untuk melenyapkan semua rasa takut Sudilah membacakan paritta perlindungan. Untuk menolak marabahaya Untuk memperoleh rejeki baik Untuk melenyapkan semua penyakit Sudilah membacakan paritta perlindungan.

36 57 (18) ARADHANA DHAMMADESANA (PERMOHONAN DHAMMADESANA) Permohonan Dhammadesana ini dilaksanakan setelah permohonann Pancasila di Vihara, Cetiya, dan sebagainya. Pada bikkhu, samanera yang hadir pada waktu itu, sebagai berikut : Brahma ca lokadhipati sahampati Katanjali andhivaram ayacatha Santidha sattapparajakkhajatika Desetu dhammam anukampimam pajam Brahma Sahampati, penguasa dunia ini Merangkap kedua tangannya (beranjali) dan memohon. Ada makhluk-makhluk yang memiliki sedikit debu di mata mereka. Ajarkanlah Dhamma demi kasih sayang kepada mereka. (19) DHAMMADESANA (20) ETTAVATA Handamayam ettavata dinnam karoma se Marilah kita mengucapkan paritta ettavatta BERSAMA-SAMA: Ettavata ca amhehi Sambhatam punna sampadam Sabbe deva anumodantu Sabba sampatti siddhiya Ettavata ca amhehi Sambhatam punna sampadam Sabbe bhuta anumondantu Sabba sampatti siddhiya Ettavata ca amhehi Sambhatam punna sampadam Sabbe satta anumondantu Sabba sampatti siddhiya Akasattha ca bhummattha Decca naga mahiddhika Punnam tam anumoditva Ciram rakkhantu mokasanti

Karaniya Metta Sutta. Mereka lalu duduk diam di bawah pohon. Tetapi keesokkan harinya setelah para bhikkhu. Diposkan pada 02 Januari 2016

Karaniya Metta Sutta. Mereka lalu duduk diam di bawah pohon. Tetapi keesokkan harinya setelah para bhikkhu. Diposkan pada 02 Januari 2016 Karaniya Metta Sutta Diposkan pada 02 Januari 2016 Ketika Sang Buddha sedang berdiam di Savatthi bersama dengan murid-muridnya, Sang Buddha memerintahkan kelima ratus orang muridnya untuk berlatih diri,

Lebih terperinci

PARITTA SUCI. Kumpulan Paritta dan Penggunaannya Dalam Upacara-Upacara. Penerbit Yayasan Dhammadīpa Ārāma

PARITTA SUCI. Kumpulan Paritta dan Penggunaannya Dalam Upacara-Upacara. Penerbit Yayasan Dhammadīpa Ārāma PARITTA SUCI Kumpulan Paritta dan Penggunaannya Dalam Upacara-Upacara Penerbit Yayasan Dhammadīpa Ārāma PARITTA SUCI Yayasan Dhammadīpa Ārāma Bagian Penerbit Jl. Terusan Lembang D-59 Jakarta 10310 Cetakan

Lebih terperinci

TUNTUNAN KEBAKTIAN. Berdasar Kitab Suci Tripitaka Pāli SAṄGHA THERAVĀDA INDONESIA

TUNTUNAN KEBAKTIAN. Berdasar Kitab Suci Tripitaka Pāli SAṄGHA THERAVĀDA INDONESIA TUNTUNAN KEBAKTIAN Berdasar Kitab Suci Tripitaka Pāli SAṄGHA THERAVĀDA INDONESIA Buku Paritta Suci ini dipersembahkan kepada seluruh umat Buddha Oleh : Para Donatur Buddha.id Semoga Semua Makhluk Hidup

Lebih terperinci

D. ucapan benar E. usaha benar

D. ucapan benar E. usaha benar 1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

MANFAAT MEMBACA PARITTA

MANFAAT MEMBACA PARITTA MANFAAT MEMBACA PARITTA Phra Rājsuddhiñāṇamongkol (Jarun Thitadhammo) 1 Manfaat Membaca Paritta Oleh: Phra Rājsuddhiñāṇamongkol (Jarun Thitadhammo) Wat Ambhavan Promburi, Singhburi, Thailand www.jarun.org

Lebih terperinci

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih Namo tassa bhagavato arahato sammā sambuddhassa. Pada kesempatan yang sangat baik ini saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran pengurus Dhammavihārī Buddhist Studies (DBS)

Lebih terperinci

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu? TENTANG SANG BUDDHA 1. Apa arti kata Buddha? Kata Buddha berarti "Yang telah Bangun" atau "Yang telah Sadar", yaitu seseorang yang dengan usahanya sendiri telah mencapai Penerangan Sempurna. 2. Apakah

Lebih terperinci

DPD Patria Sumatera Utara. Juara II. Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA

DPD Patria Sumatera Utara. Juara II. Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA DPD Patria Sumatera Utara Juara II Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa Namo Tassa Bhagavato

Lebih terperinci

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta)

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) 1 Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) Demikianlah telah saya dengar. Suatu ketika Bhagavan sedang berada di Kalantakanivapa, Hutan Bambu, di Rajagaha. Kemudian Samana Vacchagotta

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya Pendidikan Agama Buddha 2 Hari Raya Agama Buddha Petunjuk Belajar Sebelum belajar materi ini Anda diharapkan berdoa terlebih dahulu dan membaca materi dengan benar serta ketika mengerjakan latihan soal

Lebih terperinci

TIGA KUSALAMULA TIGA AKAR KEBAIKAN

TIGA KUSALAMULA TIGA AKAR KEBAIKAN Hai Saudara-saudari Se-Dhamma Marilah kita melatih diri menjalankan Atthangasila di hari Uposatha-sila di bulan Oktober 2008 {06(8), 13(15), 21(23), 29(1)}. Selamat menjalankan Uposatha-sila (Pengamalan

Lebih terperinci

Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan Yang Maha Esa MODUL 1 Ketuhanan Yang Maha Esa Sapardi, S.Ag., M. Hum. P PENDAHULUAN uja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Sang Triratana sehingga dapat tersusunnya modul Ketuhanan Yang Maha

Lebih terperinci

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA (edited version 15/8/06, Daung) (edited version 17/8/06, Andi Kusnadi) CERAMAH DI CAMBRIDGE MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA OLEH : SAYADAW CHANMYAY Kata Pengantar Minggu sore 11 Juli 2004

Lebih terperinci

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para 1 Ciri-ciri Seorang Sotapanna (The Character of a Stream-enterer) Pada umumnya Tipitaka menjelaskan seorang Sotapanna sehubungan dengan empat faktor. Tiga faktor pertama dari keempat faktor Sotapatti ini

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XI/IV Alokasi Waktu : 120 menit Guru

Lebih terperinci

Tidak diperjualbelikan. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit.

Tidak diperjualbelikan. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit. METTA & MANGALA METTA & MANGALA Penerjemah : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Editor : Upi. Pemasuryani Fei Ling Desain & Tata Letak : poise design Ukuran Buku Jadi Kertas Cover Kertas Isi Jumlah Halaman Jenis

Lebih terperinci

WELAS ASIH DAN KEHARMONISAN SOSIAL. Dewa Made Jaya Ambara*

WELAS ASIH DAN KEHARMONISAN SOSIAL. Dewa Made Jaya Ambara* WELAS ASIH DAN KEHARMONISAN SOSIAL Dewa Made Jaya Ambara* Abstrak Warga negara yang berkarakter welas asih bebas dari kecacatan moral, sosial, dan spiritual dalam tatanan masyarakat yang serasi antara

Lebih terperinci

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya 1 UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya Kelahiran Bodhisattva berikut menunjukkan bagaimana sebagai seorang pertapa, beliau mempraktikkan kemurahan hati dan pemberian secara terusmenerus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tengah menunjuk pada cara pandang dan bersikap. Dalam kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. tengah menunjuk pada cara pandang dan bersikap. Dalam kehidupan sehari-hari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencerahan dalam Budhisme tidak terlepas dari ajaran jalan tengah dan pengertian tentang mata rantai sebab akibat kehidupan manusia. Ajaran jalan tengah sebagai

Lebih terperinci

Dharmayatra tempat suci Buddha

Dharmayatra tempat suci Buddha Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,

Lebih terperinci

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings)

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings) Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings) Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Ada beberapa alasan dari tidak tercapainya Dhamma Mulia. Sebuah contoh dari tidak terealisasinya Dhamma Mulia

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM INFORMASI Semester : 1

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM INFORMASI Semester : 1 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM INFORMASI Semester : 1 Berlaku mulai: Gasal/2010 MATA KULIAH : AGAMA BUDHA KODE MATA KULIAH / SKS : 410101029 / 2 SKS MATA KULIAH PRASYARAT

Lebih terperinci

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN BEKERJA UNTUK YANG KECANDUAN REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN Setiap reformasi yang benar mendapat tempat dalam pekerjaan keselamatan dan cenderung mengangkat jiwa kepada satu kehidupan yang baru

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak:

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak: STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA Oleh: Warsito Abstrak: Perkembangan Dharmaduta di Indonesia telah berkembang pesat sejak masa kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Lebih terperinci

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Meditasi Oleh : Taridi (0104510015) KTP Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Kompetensi Dasar Mendeskripsikan meditasi sebagai bagian dari jalan mulia berunsur delapan.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KOMPARATIF. daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual

BAB V ANALISIS KOMPARATIF. daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual BAB V ANALISIS KOMPARATIF A. Persamaan Agama Hindu dan Budha merupakan satu rumpun agama dan berasal dari daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual keagamaan yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1993), hlm Djam annuri. Agama Kita Perspektif Sejarah Agama-agama (Yogyakarta : Kurnia Kalam

BAB I PENDAHULUAN. 1993), hlm Djam annuri. Agama Kita Perspektif Sejarah Agama-agama (Yogyakarta : Kurnia Kalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama yang ada di dunia ini mempunyai ajaran yang berbeda-beda dalam mengatur kehidupan umatnya, dengan ajaran tersebut umat beragama mampu membawa dirinya dalam

Lebih terperinci

BAB II TIRATANA SEBAGAI PENGAKUAN DALAM AGAMA BUDDHA. A. Tiratana Sebagai Persaksian dalam Agama Buddha

BAB II TIRATANA SEBAGAI PENGAKUAN DALAM AGAMA BUDDHA. A. Tiratana Sebagai Persaksian dalam Agama Buddha BAB II TIRATANA SEBAGAI PENGAKUAN DALAM AGAMA BUDDHA A. Tiratana Sebagai Persaksian dalam Agama Buddha Agama Buddha merupakan agama besar yang kedua, yang banyak penganutnya di dunia dan banyak mempengaruhi

Lebih terperinci

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75]

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] 1 Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] Magandiya, seandainya ada seorang penderita kusta yang dipenuhi luka- luka dan infeksi, dimakan oleh cacing, menggaruk

Lebih terperinci

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) 1 Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) [Anguttara Nikaya 3.65] Demikianlah telah saya dengar. Bhagavan sedang melakukan perjalanan bersama orang-orang Kosala dengan sekumpulan

Lebih terperinci

HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI

HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMA SAMBUDDHASSA Buku ini dipublikasikan hanya untuk dibagikan secara GRATIS dan TIDAK UNTUK DIJUAL Materi di dalam buku

Lebih terperinci

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu Oleh : Hj. A. Nirawana Abstract Menggapai nirwanan adalah sebuah tujuan spiritual dalam agama hindu. Tulisan berikut ingin menelusuri sejauhmana makna nirwana dan langkahlangkah pencapaiannya bagi penganut

Lebih terperinci

Parābhava (2) Khotbah tentang Keruntuhan

Parābhava (2) Khotbah tentang Keruntuhan Dhammavihārī Buddhist Studies DHAMMAVIHARI B U D D H I S T S T U D I E S www.dhammavihari.or.id Parābhava (2) Khotbah tentang Keruntuhan Parābhava Sutta (Khotbah tentang Keruntuhan) Sn 1.6; KN 5.6 Demikianlah

Lebih terperinci

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Seseorang harus benar-benar mempertimbangkan dan merenungkan penderitaan yang akan dijalaninya di neraka. Sewaktu Sang Buddha

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

manusia lainnya. Dengan kehadiran manusia yang lainnya maka individu dengan mudah akan dibantu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

manusia lainnya. Dengan kehadiran manusia yang lainnya maka individu dengan mudah akan dibantu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. ARTIKEL SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN AGAMA BUDDHA KELAS 4 SD (STUDI KASUS DI

Lebih terperinci

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH PERSIAPAN - Umat bersaat teduh - Lonceng berbunyi - Penyalaan Lilin JEMAAT BERHIMPUN PANGGILAN

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran book Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran Buddha bisa kita sebar kepada banyak orang. KARMA Ajaran

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pergilah, bekerjalah untuk keselamatan orang banyak, untuk kebahagiaan orang banyak, karena belas kasihan pada dunia, untuk kesejahteraan, untuk keselamatan,

Lebih terperinci

SEJARAH AGAMA BUDDHA DAN PAKAR AGAMANYA. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Agama Dosen pengampu: Imamul Huda, M.Pd.I.

SEJARAH AGAMA BUDDHA DAN PAKAR AGAMANYA. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Agama Dosen pengampu: Imamul Huda, M.Pd.I. SEJARAH AGAMA BUDDHA DAN PAKAR AGAMANYA Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Agama Dosen pengampu: Imamul Huda, M.Pd.I. Disusun oleh: Nurul Fadillah (111-14-330) Muhammad Rofiq

Lebih terperinci

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra SUTRA 42 BAGIAN [ ] B. Nyanabhadra RAJA MING DINASTI HAN Tahun 28-75 Mimpi tentang makhluk memancarkan cahaya kuning KASYAPA MATANGA & DHARMARATNA Tahun 67 dari India ke Luoyang Menerjemahkan Sutra 42

Lebih terperinci

Asadhananda. Asadhananda METTA

Asadhananda. Asadhananda METTA Metta Asadhananda Asadhananda METTA Metta METTA Edisi electronic-book Penyusun: Asadhananda Penyunting/Editor: Suryananda Penata Letak dan Grafis: Indra Demi menghormati karya cipta pihak lain, seyogianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan pikiran pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli meditasi disebut juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Budha timbul sekitar abad ke-enam sebelum Masehi, sebagai reaksi terhadap sistem upacara keagamaan Hindu Brahmana yang terlampau kaku. Istilah Buddha berasal

Lebih terperinci

SEMUA ORANG BERDOSA. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.

SEMUA ORANG BERDOSA. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Lesson 3 for October 21, 2017 SEMUA ORANG BERDOSA Seperti ada tertulis: Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua

Lebih terperinci

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015 Kebahagiaan Berdana Diposkan pada 02 Desember 2015 Berdana dan melaksanakan Dhamma di dalam kehidupan sehari-hari, itulah berkah utama Kehidupan berlangsung terus dari waktu ke waktu. Hari berganti bulan

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015 Dhamma Inside Vol. 22 - September 2015 Kematian Yang Indah Akhir dari Keragu-raguan Orang-orang Kematian Yang Indah Oleh : Bhikkhu Santacitto Kematian adalah peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh siapapun,

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Adven I

Th A Hari Minggu Adven I 1 Th A Hari Minggu Adven Antifon Pembuka Mzm. 25 : 1-3 Pengantar Kepada-Mu, ya Tuhan, kuangkat jiwaku; Allahku, kepada-mu aku percaya. Jangan kiranya aku mendapat malu. Janganlah musuh-musuhku beriang-ria

Lebih terperinci

Injil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary)

Injil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary) Injil Maria Magdalena (The Gospel of Mary) Para Murid Berbincang-bincang dengan Guru Mereka, Sang Juruselamat Apakah segala sesuatu akan hancur? Sang Juruselamat berkata, Segenap alam, segala hal yang

Lebih terperinci

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) HR KENAIKAN TUHAN : Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53 Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) Sebelum menerima tahbisan imamat,

Lebih terperinci

Mahā Maṅgala Sutta (1)

Mahā Maṅgala Sutta (1) Mahā Maṅgala Sutta (1) Azimat Buddhis Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Pseudo Sebab-Akibat Jangan memindah guci-abu-jenasah yang sudah disimpan di vihāra. Penempatan guci-abu. Ibu mengandung

Lebih terperinci

Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1

Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1 Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1 1. Lagu Pembukaan: HAI, ANGKATLAH KEPALAMU (PS 445 / MB 326) http://www.lagumisa.web.id/lagu.php?&f=ps-445 Pengantar Seruan Tobat Saudara-saudari, marilah mengakui

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur. book Bakti Kepada Bakti Kepada Orangtua merupakan paduan ajaran klasik Buddha yang inspiratif dengan tampilan modern yang atraktif, sehingga merupakan sarana efektif untuk: membelajarkan sifat luhur sejak

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016-2017 SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tgl : Rabu, 8 Maret 2017 Kelas/Semester : X/ganjil Alokasi Waktu : 10.30-12.30

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR

Lebih terperinci

Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin

Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma. Pariyatti Sāsana Yunior 2  hp ; pin Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Aspirasi Superior (Abhinīhāra) Setelah Aku menyeberang lautan saṃsāra d e n g a n u s a h a

Lebih terperinci

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang

Lebih terperinci

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Banyak negara yang memiliki peribahasa seperti "Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga." Suatu hal yang menarik tentang keluarga ialah kemiripan antara anggotaanggota

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin Manfaatkan Waktu Semaksimal Mungkin Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Pernahkah anda merenungkan seberapa baik anda memanfaatkan waktu yang anda miliki? Dapat dipastikan jawabannya adalah TIDAK. Sebagian

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria ANUGERAH ALLAH YANG MENYELAMATKAN Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam persatuan dengan Pencipta

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002 KEPUTUSAN Nomor : 02/PA/VII/2002 Tentang: PROGRAM KERJA LIMA TAHUN ( TAHUN 2002 2007 ) NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Memperhatikan : Musyawarah dan mufakat dalam Mahã Sangha Sabhã (Pesamuan

Lebih terperinci

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 Tata Ibadah Minggu GKI Kebayoran Baru 27 AGUSTUS 2017 PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERKAWINAN MENURUT AGAMA BUDDHA. 3.1 Hakikat Perkawinan Menurut Agama Buddha

BAB III KONSEP PERKAWINAN MENURUT AGAMA BUDDHA. 3.1 Hakikat Perkawinan Menurut Agama Buddha 46 BAB III KONSEP PERKAWINAN MENURUT AGAMA BUDDHA 3.1 Hakikat Perkawinan Menurut Agama Buddha Perkawinan menurut Hukum Perkawinan Agama Buddha (HPAB), diartikan sebagai suatu ikatan lahir bathin antara

Lebih terperinci

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Mengaryakan Pelayanan dan Kesaksian dengan Mewujudkan Kebebasan, Keadilan, Kebenaran dan Kesejahteraan bagi Sesama dan Alam Semesta (LUKAS 4:19) Minggu,

Lebih terperinci

SEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."

SEKOLAH SESUDAH INI. Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka. SEKOLAH SESUDAH INI "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka." Sorga adalah sebuah sekolah; bidang studinya, alam semesta; gurunya, Yang tak berkesudahan hari-nya. Cabang

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

AJAKAN BERIBADAH P2 Marilah kita berdiri untuk menyambut Firman Tuhan hadir di tengahtengah persekutuan kita.

AJAKAN BERIBADAH P2 Marilah kita berdiri untuk menyambut Firman Tuhan hadir di tengahtengah persekutuan kita. TATA IBADAH HARI MINGGU XIII SESUDAH PENTAKOSTA Minggu, 03 September 2017 ------------------------------------------------------------------------------------------- PERSIAPAN Doa presbiter di konsistori

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

MEMPERBAHARUI PIKIRAN KITA

MEMPERBAHARUI PIKIRAN KITA MEMPERBAHARUI PIKIRAN KITA Pengantar Pernahkah Anda berharap bahwa Tuhan tidak memberi kita kehendak bebas? Bahwa Ia mengendalikan saja pikiran kita? Bahwa kita dapat taat kepada-nya tanpa pergumulan atau

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 15 Nopember 2015 TATA IBADAH HARI MINGGU XXV SESUDAH PENTAKOSTA

GPIB Immanuel Depok Minggu, 15 Nopember 2015 TATA IBADAH HARI MINGGU XXV SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU XXV SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

DISIAPKAN MENJADI SAKSI

DISIAPKAN MENJADI SAKSI Tata Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus Ke Surga GKI Soka Salatiga Kamis, 25 Mei 2017 Pukul 08.30 WIB DISIAPKAN MENJADI SAKSI KETERANGAN: Ptgs. 1 : Seorang Bapak Ptgs. 2 : Seorang Ibu Ptgs. 3 : Seorang Pemuda

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VI 12 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VI 12 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 12 Februari 2017 Antifon Pembuka Pengantar Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku. Sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku.

Lebih terperinci

Surat Paulus kepada jemaat Roma

Surat Paulus kepada jemaat Roma Roma 1:1 1 Roma 1:6 Surat Paulus kepada jemaat Roma 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Roma: Salam dari Paulus, hamba Kristus Yesus. Allah sudah memanggil saya menjadi seorang rasul,

Lebih terperinci

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. 1 Tesalonika Salam 1:1 1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. Kepada jemaah Tesalonika yang ada dalam Allah, Sang Bapa kita, dan dalam Isa Al Masih, Junjungan kita Yang Ilahi. Anugerah dan sejahtera menyertai

Lebih terperinci

Ibadah Dalam Pelayanan

Ibadah Dalam Pelayanan Ibadah Dalam Pelayanan Nenekku pernah mengunjungi seorang wanita dan bersaksi kepadanya tentang Yesus. Wanita itu berteriak kepada Nenek, "jangan sekali-kali kembali ke rumahku! Saya tak ingin mendengar

Lebih terperinci

TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI

TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI Minggu, 15 Mei 2016 PERSIAPAN *Doa Pribadi Umat *Doa Konsistori UCAPAN SELAMAT DATANG P2: Selamat malam dan selamat beribadah di hari Minggu, Hari Pentakosta,

Lebih terperinci

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban) KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi

Lebih terperinci

Lesson 9 for May 27, 2017

Lesson 9 for May 27, 2017 Lesson 9 for May 27, 2017 Pada bagian awal dari surat Petrus yang kedua, dia menulis tentang iman sehingga kita supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu. (2 Pet 1:15). Dia

Lebih terperinci

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN: A. DEFINISI AGAMA 1. Mennurut KBBI : suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan (dewa & sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiba-kewajiban yang bertalian dengan ajaran itu 2. Atau seperangkat

Lebih terperinci

2. NYANYIAN JEMAAT Carilah Dulu Kerajaan Allah PKJ 103:1,3,4

2. NYANYIAN JEMAAT Carilah Dulu Kerajaan Allah PKJ 103:1,3,4 PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng berbunyi. d. Penyalaan Lilin dan Pembacaan Pokok-pokok Warta Jemaat Berdiri 1. MAZMUR PEMBUKA

Lebih terperinci

Cara Berdoa Novena 3 Salam Maria

Cara Berdoa Novena 3 Salam Maria Cara Berdoa Novena 3 Salam Maria Nemuin link bagus untuk Doa Novena 3 Salam Maria. Silahkan share http://www.bundasuci.net/ ==================================== Di bawah ini cara berdoa Novena 3 Salam

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

Mempraktekkan Ibadah

Mempraktekkan Ibadah Mempraktekkan Ibadah Pramuwisata itu baru saja selesai menerangkan kepada sekelompok wisatawan apa yang dilakukan oleh buruh pabrik yang terlatih itu. "Dapatkah anda mengerjakan apa yang mereka kerjakan

Lebih terperinci

Sifat Agung Dari Tiga Permata 2

Sifat Agung Dari Tiga Permata 2 Sifat Agung Dari Tiga Permata 2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Sugata: yang telah pergi [ke tempat sempurna] dan membabarkan Dhamma dengan benar. Sobhaṇagamana: dikarenakan

Lebih terperinci

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa 301 1 Tesalonika 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius untuk jemaat yang tinggal di Tesalonika, yang ada dalam Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Semoga Allah memberikan berkat dan damai sejahtera kepada

Lebih terperinci

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā.

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā. o Apakah yang dimaksud dengan pāramī? Pāramī adalah kualitas mulia seper/ memberi, dll., yang disertai oleh belas kasih dan cara- cara yang baik (upāya kosalla) serta /dak ternoda oleh nafsu- keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin

Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya. Pariyatti Sāsana Yunior 2  hp ; pin Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Anattalakkhaṇa Sutta (S 3:67) Sutta tentang Karakteristik Bukan-diri dibabarkan 5 hari

Lebih terperinci

1. Mengapa bermeditasi?

1. Mengapa bermeditasi? CARA BERMEDITASI 1. Mengapa bermeditasi? Oleh: Venerable Piyananda Alih bahasa: Jinapiya Thera Dalam dunia ini, apakah yang dicari oleh kebanyakan orang dalam hidupnya? Sebenarnya, mereka ingin mencari

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #20 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam

Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam persatuan dengan Pencipta mereka. Yesus meninggikan kasih

Lebih terperinci

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH TATA IBADAh HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH Minggu 14 Mei 201 TATA IBADAH PERSIAPAN - Memastikan kesiapan; semua yang akan melayani - Prasarana ibadah ( P1 ) - Doa pribadi warga jemaat - Prokantor mengajarkan

Lebih terperinci

Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya:

Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: 1 Tahun A Hari Minggu Adven I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 2 : 1-5 Tuhan menghimpun semua bangsa dalam Kerajaan Allah yang damai abadi. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Inilah Firman yang dinyatakan

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Definisi Keselamatan Permulaan Memasuki Keselamatan Akibat-akibat Keselamatan

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Definisi Keselamatan Permulaan Memasuki Keselamatan Akibat-akibat Keselamatan Keselamatan Saya sedang duduk di rumahnya yang kecil, ketika Amelia, yang berusia 95 tahun, menceritakan apa sebabnya ia menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Bertahun-tahun yang lalu ia berdiri di depan

Lebih terperinci