Tekstur, Kesegaran, Rasa Kekentalan, Warna, Daya Tahan, Kandungan Gizi, Volume Rasa. Daging

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tekstur, Kesegaran, Rasa Kekentalan, Warna, Daya Tahan, Kandungan Gizi, Volume Rasa. Daging"

Transkripsi

1 TUGAS M.K. ANALISIS SISTEM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ENDAH PURWA ARI PUSPITANINGRUM F SOAL LATIHAN 1 A. Pilihan jawaban yang paling tepat 1. Filosofi sistem mencakup tiga substansi utama, yaitu: C. Pencapaian tujuan, holistik, dan efektif 2. Tahapan dalam kajian yang menggunakan pendekatan sistem adalah A. Identifikasi dan analisis kebutuhan, perumusan tujuan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem dan pemodelan untuk perumusan alternatif solusi 3. Berdasarkan kejelasan komponen input, proses, output, dan lingkup bahasanya, terdapat empat tipe sistem, yaitu: C. Sistem analis, sistem sintesis, sistem desain, dan sistem kontrol 4. Pengambilan keputusan dapat dikelompokkan dalam dua cara, yaitu pengambilan keputusan secara rasional (normatif) dan pengambilan keputusan secara institusi. Pembeda antara kedua tipe pengambilan keputusan tersebut utamanya adalah: C. Kedua tipe pengambilan keputusan memperhatikan aspek ketidakpastian. Keputusan rasional didasarkan pada pertimbangan logis dan terukur dalam merumuskan keputusannya, sedangkan keputusan intuitif lebih didasarkan pada intuisi pengambil keputusan sehingga sulit untuk ditelusuri 5. Yang membedakan sistem sintesis dan sistem desain adalah: B. Input dan target outputnya sudah jelas, sedangkan prosesnya harus dirancang untuk mencapai target output dengan memperhatikan variasi dari input B. Jawablah dengan singkat! 1. Sebutkan Komponen yang menyusun definisi sistem! Tujuan/sub tujuan, Elemen, Interaksi 2. Sebutkan empat jenjang dalam pengambilan keputusan manajerial! a. Direktif : Bersifat arahan strategis yang kadang bersifat intuitif b. Strategis :Tidak bisa diprogram karena preferensi pengambil keputusan perlu masuk secara utuh c. Taktis :Bisa dibuat program dengan masukan preferensi pengambil keputusan d. Operasional : Bisa dibuat program karena sifatnya berulang 3. Sebutkan ciri khas dari keputusan yang bersifat strategis! Keputusan yang bersifat strategis merupakan keputusan yang memiliki jangka waktu yang panjang, mirip dengan keputusan yang bersifat Direktif, namun dengan lingkungan yang dinamis dan mempengaruhi faktor-faktor dengan kepastian yang sangat rendah, dan memiliki sifat Tidak bisa diprogram karena preferensi pengambil keputusan perlu masuk secara utuh. 4. Sebutkan komponen utama dari suatu sistem! a. Input: terdiri dari input lingkungan, input terkontrol dan input tidak terkontrol b. Proses yang terdiri dari model rancangan keputusan c. Output: terdiri dari output yang dikehendaki dan output yang tidak dikehendaki

2 d. Manajemen kontrol pengendalian 5. Menurut saudara, pada kondisi yang bagaimana pendekatan sistem akan sesuai diterapkan? Suatu pendekatan sistem dapat diterapkan apabila dalam suatu organisasi memiliki sifat-sifat dasar dari suatu sistem yang meliputi adanya pencapaian tujuan yang jelas, adanya konsep sinergitas dalam organisasi, keterbukaan terhadap lingkungan, sifat transformasi, serta mekanisme pengendalian. Suatu organisasi dapat dilakukan analisa kebutuhan perusahaannya, dapat dilakukan identifikasi sistem, formulasi masalah, pembentukan alternatif sistem, determinasi dari realistik fisik, sosial politik, serta penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan perusahaan. SOAL LATIHAN 3 A. Pilihan jawaban yang paling tepat 1. Berikut ini parameter yang dapat diukur dari sifat fisik sayuran, kecuali B. Vitamin 2. Pengukuran dalam penelitian mencakup aspek berikut ini, kecuali D. Penggunaan intuisi 3. Berikut ini yang termasuk contoh skala pengukuran rasio adalah D. Volume, berat, harga 4. Jika ada 5 faktor yang dibanding tingkat kepentingannya, maka jumlah nilai perbandingan berpasangannya yang harus disini adalah D Berikut ini adalah pernyataan yang benar kecuali B. Suatu pengukuran yang valid adalah andal, tetapi suatu pengukuran yang andal belum tentu valid B. Menjawab dengan singkat 1. Apakah yang dapat diukur dari objek berikut ini? Pengukuran Objek Kuantitatif Kualitatif Warna, Aroma, Daya Tahan, Teh Kandungan Gizi/ Sifat Kimia Minyak Goreng Daging Tekstur, Kesegaran, Rasa Kekentalan, Warna, Daya Tahan, Kandungan Gizi, Volume Rasa Berat, Luas Permukaan, KandunganWarna, Tekstur, Aroma, Daya Gizi (Air, Protein, Lemak, Tahan, Kesegaran, Rasa Karbohidrat, Mineral), Kandungan Asam Amino, Ketebalan, Kepadatan 2. Apa yang merupakan perbedaan paling pokok di antara skala-skala nominal, ordinal, interval, rasio, dan perbandingan berpasangan? a. Skala Nominal Hanya bisa membedakan sesuatuyang bersifat kualitatif skala yang diberikan tidak menunjukan tingkatan yang berarti Contoh : Jenis Kelamin, Agama, Warna kulit dll b. Skala Ordinal Mengurutkan objek dariyang terendah sampai yang tertinggi skala yang diberikan menujukan tingkatan

3 Contoh : mengurutkan tingkat rasa, tingkat warna dan aroma c. Skala Interval skala yang mempunyai unsur jarak Skala dalam bentuk angka yang tidak mempunyai nilai nol mutlak Contoh : tahun, suhu dalam celcius d. Skala Rasio skala yang mempunyai ciri skala interval Skala dalam bentuk angka yang mempunyai nilai nol mutlak Contoh : tinggi, jarak, luas e. Skala Perbandingan Berpasangan Menentukan kepentingan relatif dari elemen-elemen dan kriteria-kriteria yang ada Dapat membantu mengukur skala rasio dari hal-hal yang awalnya sulit diukur Perbandingan berdasarkan judgment dari pengambilan keputusan 3. Buatlah desain penilaian perbandingan berpasangan dari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu produk sayuran! Komponen mutu terdiri atas sifat yang kasat mata seperti warna, bentuk ukuran dan kebersihan, maupun yang tidak kasat mata seperti tekstur, rasa, aroma maupun nilai gizi dari produk sayuran. Hal-hal yang mempengaruhi mutu produk sayuran ada dua, yaitu faktor perlakuan sebelum panen dan perlakuan setelah panen. Sebagai contoh, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi media tanam, benih dan pemupukan. Karena ada tiga faktor maka didapat jumlah penilaian seluruhnya yaitu: 3 x (3-1)/2 = 3. Skala penilaian yang digunakan yaitu perbandingan skala 0-2. Perbandingan ini dengan memberi angka pada masing-masing kriteria, yaitu: 0 : Jika faktor horizontal kurang penting dari faktor vertikal. 1 : jika faktor horizontal sama pentingnya dengan faktor vertikal. 2 : Jika faktor horizontal lebih penting dari faktor vertikal. Ketiga faktor akan dibandingkan dengan cara penilaian sebagai berikut: Perbandingan Ukuran Media tanam Benih Pemupukan Media tanam UA/UA UA.UB UA/UC Benih UB/UA UB/UB UB/UC Pemupukan UC/UA UC/UB UC/UC Hasil penilaian dari bentuk ukuran relatif sayuran adalah sebagai berikut: Perbandingan Ukuran Media tanam Benih Pemupukan Sayuran A Sayuran B 1/2 1 3 Sayuran C 1/6 1/ Bagaimana cara menilai suatu alat ukur itu baik? Alat ukur dikatakan baik jika alat tersebut adalah indikator yang tepat untuk objek yang sedang diukur. Disamping itu alat tersebut harus mudah dan efisien untuk dipakai. Ada tiga kriteria utama untuk menilai suatu alat pengukur baik atau tidak yaitu validitas, keandalan, dan kepraktisan. Cara menilai alat ukur itu baik: 1)Validitas yang tinggi: Suatu alat ukut dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika memberikan hasil ukur yang sesuai dengan pengukuran tersebut. Selain itu alat ukur harus memiliki aspek kecermatan pengukuran. 2)Keandalan : Suatu alat ukur harus memberikan hasil yang konsisten.

4 3)Kepraktisan : Validasi dan keandalan merupakan syarta ilmiah dari proses pengukuran yang baik, sedangkan syarat operasional mengharuskan kepraktisan dalam pengukuran. Proses pengukuran dikatakan praktis jika pengukuran tersebut hemat, mudah dipakai, dan dapat dimengerti. 5. Jelaskan apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan pernyataan Suatu pengukuran yang valid adalah andal, tetapi suatu pengukuran yang andal, belum tentu valid! Saya setuju dengan pernyataan suatu pengukuran yang valid adalah andal, tetapi suatu pengukuran yang andal belum tentu valid dikarenakan pengukuran yang valid dapat menjalankan fungsi ukur dan memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran tersebut. Pengukuran yang andal dapat memberikan hasil konsisten namun belum tentu dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan. SOAL LATIHAN 5 A. Pilihan Ganda 1. Kriteria dan alternatif merupakan komponen penting dalam pengambilan keputusan. Yang membedakan kriteria dan alternative utamanya adalah : B. Alternatif merupakan komponen yang akan dipilih dengan mempertimbangkan kriteria tersedia 2. Penilaian alternatif pada setiap kriteria dapat dilakukan dengan cara : C. Keduanya benar 3. Terdapat tiga teknik utama dalam pengambilan keputusan berbasis indeks kinerja, yaitu : A. Bayes, Metode Perbandingan Eksponensial dan composit peformance indeks 4. Apabila persoalan keputusan yang dihadapi dapat dirumuskan pada penilaian matrik keputusan yang bersifat seragam dan penilaiannya dalam skala ordinal, maka teknik yang tepat untuk menyelesaikannya adalah : B. Metode Perbandingan Ekponensial 5. Apabila persoalan keputusan yang dihadapi dapat dirumuskan pada penilaian matik keputusan yang bersifat seragam dan penilaiannyadalam skala terukur nyata, maka teknik yang tepat untuk menyelesaikannya adalah : A. Bayes B. Jawablah dengan singkat dan jelas! 1. Diketahui: Ada 3 alternatif lokasi industri, yaitu: Medan, Pekanbaru dan Palembang Terdapat 4 kriteria yaitu pasar, bahan baku, infrastruktur, dan ketersediaan SDM dengan bobot masing-masing 2,3,3,2. Evaluasi medan berdasar kriteria yaitu 4,3,4,3; Evaluasi pekanbaru berdasar kriteria yaitu 4,5,3,3 sedangkan evaluasi Palembang adalah 4,4,3,3. Apakah alternatif metode yang tepat untuk pemilihan lokasi industri pada persoalan keputusan tersebut? Berikut disajikan hasil pengolahan dengan metode Bayes dan metode perbandingan eksponensial (MPE) Tabel 1. Matriks keputusan penilaian lokasi yang sesuai dengan metode Bayes Lokasi Kriteria Nilai Bahan Baku Infrastruktur SDM Alternatif Peringkat Pasar Medan Pekanbaru

5 Palembang Bobot Keterangan: Bayes Medan = (4 x 2) + (3 x 3) + (4 x 3) + (3 x 2) = 35 Bayes Pekanbaru = (4 x 2) + (5 x 3) + (3 x 3) + (3 x 2) = 38 Bayes Palembang = (4 x 2) + (4 x 3) + (3 x 3) + (3 x 2) = 35 Tabel 2. Matriks keputusan penilaian lokasi yang sesuai dengan metode perbandingan eksponensial (MPE) Lokasi Kriteria Nilai Bahan Baku Infrastruktur SDM Alternatif Peringkat Pasar Medan Pekanbaru Palembang Bobot Keterangan: MPE Medan = (4 2 ) + (3 3 ) + (4 3 ) + (3 2 ) = 116 MPE Pekanbaru = (4 2 ) + (5 3 ) + (3 3 ) + (3 2 ) = 177 MPE Palembang = (4 2 ) + (4 3 ) + (3 3 ) + (3 2 ) = 116 Maka: 1.1. Metode yang tepat untuk pemilihan lokasi industri adalah metode perbandingan eksponensial (MPE). Karena selisih nilai antar lokasi yang satu dengan lokasi lainnya lebih besar sehingga lebih dapat terlihat perbedaannya Nilai alternatif untuk lokasi medan dengan metode perbandingan eksponensial (MPE) diperoleh sebesar 116. Hasil tersebut diperoleh melalui perhitungan berikut: MPE Medan = (4 2 ) + (3 3 ) + (4 3 ) + (3 2 ) = Alternatif lokasi yang terbaik (menduduki rangking pertama) dengan metode perbandingan eksponensial (MPE) adalah Pekanbaru dengan nilai sebesar Diketahui: Ada 3 alternatif produk kelapa sawit, yaitu: CPO, Minyak Goreng dan Biodiesel Terdapat 4 kriteria yaitu pasar, IRR, prospek bisnis, dan resiko dengan bobot masing-masing 0,4; 0,3; 0,1; dan 0.2 Evaluasi CPO berdasar kriteria yaitu 5, 20, 4, dan 3; Evaluasi minyak goreng berdasar kriteria yaitu 4,25,3,4 sedangkan evaluasi Biodiesel adalah 4,20,5,4. Apa metode yang paling tepat untuk pengambilan keputusan dari masalah di atas? 2.1. Metode yang paling tepat adalah menggunakan Teknik Perbandingan Indeks Kinerja 2.2. Berikut hasil penyelesaian dengan Teknik Perbandingan Indeks Kinerja Tabel 3. Matriks awal penilaian alternatif pemilihan industri yang paling layak Kriteria Alternatif Pasar IRR (%) Prospek Bisnis Resiko CPO Minyak Goreng Biodiesel Bobot Kriteria 0,4 0,3 0,1 0,2 Tabel 4. Matriks hasil transformasi melalui teknik perbandingan indeks kinerja Alternatif Kriteria Nilai Peringkat

6 Pasar IRR (%) Prospek Bisnis Resiko Alternatif CPO , ,33 1 Minyak Goreng ,5 2 Biodiesel , ,67 3 Bobot Kriteria 0,4 0,3 0,1 0,2 Keterangan: Transformasi Nilai Pasar: Transformasi Nilai IRR: CPO = (5/4) x 100 = 125 CPO = (20/20) x 100 = 100 Minyak Goreng= (4/4) x 100 = 100 Minyak Goreng = (25/20) x100 = 125 Biodiesel = (4/4) x 100 = 100 Biodiesel = (20/20) x 100 = 100 Transformasi Nilai Prospek Bisnis: Transformasi Nilai Resiko: CPO = (4/3) x 100 = 133,33 CPO = (3/3) x 100 = 100 Minyak Goreng= (3/3) x 100 = 100 Minyak Goreng = (3/4) x 100 = 75 Biodiesel = (5/3) x 100 = 166,67 Biodiesel = (3/4) x 100 = 75 Nilai Alternatif CPO = (125 x 0,4) + (100 x 0,3) + (133,33 x 0,1) + (100 x 0,2) = 113,33 Minyak Goreng = (100 x 0,4) + (125 x 0,3) + (100 x 0,1) + (75 x 0,2) = 102,5 Biodiesel= (100 x 0,4) + (100 x 0,3) + (166,67 x 0,1) + (75 x 0,2) = 101,67 Pada tabel matriks hasil transformasi melalui teknik CPI menunjukkan bahwa nilai alternatif 1, 2 dan 3 masing-masing adalah 113,33; 102,5; dan 101,67. Dengan demikian alternatif 1 yaitu industri CPO sebagai peringkat 1 disusul oleh industri Minyak Goreng dan kemudian Biodiesel. TUGAS KELAS PENGEMBANGAN KASUS METODE BAYES/MPE/CPI FOKUS : Memilih lokasi prakek lapang berdasarkan kriteria yang ditetapkan seorang mahasiswa teknologi industri pertanian yang mengambil stream bioindustri dalam pengembangan produk yang melibatkan antibiotik ALTERNATIF: 1. Unilever (P) 2. Pt Kalbe (Q) 3. Pt sidomuncul (R) 4. Pt dua kelinci (S) KRITERIA : 1. Perusahaan multinasional (kompetensi) (A) 2. Kesesuaian dengan topik tugas akhir (B) 3. Biaya hidup sekitar (C) 4. tingkat peminatan (persaingan masuk) (D) METODE DAN HASIL KEPUTUSAN: 1. METODE BAYES A B C D P Q R

7 S BOBOT 0,7 0,8 0,5 0,5 A B C D TOTAL SCORE P 85*0,7= *0,8=76 95*0,5=47,5 95*0,5=47,5 230,5 Q 80*0,7=56 100*0,8=80 90*0,5=45 95*0,5=47,5 228,5 R 84*0,7= *0,8=76 80*0,5=40 90*0,5=45 219,8 S 85*0,7=59,5 50*0,8=40 80*0,5=40 95*0,5=47,5 187 BOBOT 0,7 0,8 0,5 0,5 Berdasarkan nilai hasil akhir penghitungan dengan pembobotan metode bayes, maka pilihan alternatif lokasi praktek lapang paling baik dengan score tertinggi adalah pada unilever (P) 2. METODE MPE A B C D P Q R S BOBOT A B C D TOTAL SCORE P 5^4=625 9^5= ^3=729 9^2= Q 6^4= ^5= ^3=729 9^2= R 4^4=256 7^5= ^3=512 8^2= S 5^4=625 5^5=3125 8^3=512 9^2= BOBOT Berdasarkan nilai hasil akhir penghitungan dengan pembobotan metode MPE, maka pilihan alternatif lokasi praktek lapang paling baik dengan score tertinggi adalah pada PT Kalbe (Q) 3. METODE CPI A B C D P 5 9 1juta 9 Q ribu 9 R ribu 8 S ribu 9 BOBOT A B C D TOTAL P (5/4*100)*4=500 (9/5*100)*5=900 (50/100*100)*3=150 (8/9*100)*2=177, Q (6/4*100)*4=600 (10/5*100)*5=1000 (50/75*100)*3=200 (8/9*100)*2=177, ,78 R (4/4*100)*4=400 (5/5*100)*5=500 (50/60*100)*3=250 (8/8*100)*2= S (5/4*100)*4=500 (7/5*100)*5=700 (50/60*100)*3=250 (8/9*100)*2=177, BOBOT

8 tren Berdasarkan nilai hasil akhir penghitungan dengan pembobotan metode CPI, maka pilihan alternatif lokasi praktek lapang paling baik dengan score tertinggi adalah pada PT Kalbe (Q) TUGAS SINOPSIS TERKAIT SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KASUS SESUAI RANCANGAN SKRIPSI Analisis Sistem PengaPenentuan Metode Optimum Ekstraksi Lanolin pada Pengolahan Limbah Trimming Kulit Domba Aktivitas trimming kulit domba menghasilkan limbah berupa potongan kulit dan bulu. Secara kimiawi, pada kulit terdapat persenyawaan lanolin yang merupakan lemak bulu domba. Lanolin banyak digunakan pada produk kosmetik dan pelumas. Nilai potensial tersebut menjanjikan nilai tambah yang besar terhadap pengembangan produk agroindustri berbasis kulit dengan mengedepankan penanganan limbah. Objek penelitian ekstraksi lanolin tersebut mampu men-supply hingga 2000 lembar per bulan dan mengalami puncaknya pada idul adha. Industri ini mampu menghasilkan limbah yang bernilai besar secara kuantitatif dan dibakar. Proses pembakaran ini menghasilkan bau yang mencemari udara lingkungan sekitar. Upaya pengembangan produk dari limbah ini selain mengurangi akumulasi limbah diharapkan dapat meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat sekitar. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan membandingkan tiga metode ekstraksi, yaitu SFE, sokhletasi, dan maserasi. Variabel yang diamati adalah jumlah rendemen per gram bahan baku yang dihasilkan dari ketiga jenis metode. Sumber : Adinugraha Ari, dkk Program Kreativitas Mahasiswa- Penelitian [Abstrak]. TIN, IPB.

9 1. Life Cycle Informasi : Terdapat empat metode umum ekstraksi lanolin yang memiliki efisiensi ekstraksi berbeda. Alternatif Keputusan : Hasil :optimasi rendemen sebagai bahan baku industri kosmetik, menurunkan biaya produksi Modifikasi metode Evaluasi metode berdasar efisiensi terbesar Aksi : Pembandingan rendemen per kg bahan untuk melihat efisiensi metode Keputusan : Penggunaan metode evaluasi berdasar jumlah rendemen terbesar per satuan bahan untuk dasar pengembangan industri

10 Alur Penelitian Penentuan Tujuan Penelitian Observasi Industri Pangan Studi Literatur Pengumpulan Data Data Metode komersial Data Kebutuhan Sampel Data ketersediaan bahan Data Biaya ekstraksi Data alat penunjang Pengolahan Data Pengembngan metode komparasi Penimbahan parameter efisiensi metode ekstraksi Evaluasi data hasil ekstraksi Analisis kandungan Performansi Tercapai? tidak ya Analisis Hasil Penarikan Kesimpulan dan Saran Rencana Produksi

11 2. Diagram Hirarki Keputusan Direktif: Strategis Taktis: pemilihan perlakuan optimum Operasional: jumlah sampel, jumlah ulangan, jenis bahan penunjang, karakter bahan/kemurnian

12 3. Diagram Sebab-Akibat Biaya bahan peunjang rendemen Biaya bahan baku Jumlah pengotor rendemen teknologi 4. Diagram Input Output

13 Input Manajemen Pemilahan metode Penjadwalan progres Input Tak Terkendali : Kemurnian bahan Proses Input Terkendali : Jumlah sampel dan ulangan Ketersediaan bahan SISTEM PERENCANAAN PRODUKSI DAN INVENTORY CONTROL Manajemen Perencanaan Output Dikehendaki : Rendemen tinggi Output Tak Dikehendaki : Kegagalan ekstraksi Jumlah pengotor rendah Biaya produksi rendah 5. Diagram Analisa Kebutuhan

14 Komponen Produsen Pelaku Data Metode komersial Data Kebutuhan Sampel - Data ketersediaan bahan - Biaya Data alat penunjanng - Konsumen(pelaku industri) 6. Diagram Sistem Klasifikasi Sistem Input Proses Inventory Output Analisis Synthesis Design Control

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS INDEKS KINERJA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS INDEKS KINERJA 1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS INDEKS KINERJA 2 Bilangan Terms SIM Informasi DSS Data Monev Alternatif Keputusan Aksi Keputusan SOP Keterangan: SIM : Sistem Informasi Manajemen DSS : Decision Support

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MODUL IV: PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS INDEKS KINERJA OLEH

ANALISA SISTEM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MODUL IV: PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS INDEKS KINERJA OLEH ANALISAA SISTEM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MODUL IV: PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS INDEKS KINERJA OLEH : Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL (MPE) DALAM MANAJEMEN KEDAI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL (MPE) DALAM MANAJEMEN KEDAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL (MPE) DALAM MANAJEMEN KEDAI Dyah Rhetno Wardhani 1, Rahman Abdillah 2 1 Universitas Indraprasta PGRI Jl. Raya Tengah No.80, Jakarta Timur 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

Model Penilaian Cepat untuk Kinerja Industri Kelapa Sawit (Rapid Appraisal for Palm Oil Industrial Performance)

Model Penilaian Cepat untuk Kinerja Industri Kelapa Sawit (Rapid Appraisal for Palm Oil Industrial Performance) Model Penilaian Cepat untuk Kinerja Industri Kelapa Sawit (Rapid Appraisal for Palm Oil Industrial Performance) Hartrisari a dan Amin.C. b a Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta-IPB dan SEAMEO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel 54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Flavor jeruk merupakan flavor yang banyak dipergunakan dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Flavor jeruk merupakan flavor yang banyak dipergunakan dalam PENDAHULUAN Latar Belakang Flavor jeruk merupakan flavor yang banyak dipergunakan dalam industri makanan dan minuman. Industri-industri pangan yang mempergunakan flavor jeruk antara lain (sirup, minuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1. 1

Lebih terperinci

Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat Permasalahan muncul ketika banyak

Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat Permasalahan muncul ketika banyak Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat Permasalahan muncul ketika banyak model telah terbentuk. Banyak model yang tersedia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki iklim tropis yang banyak memberikan keuntungan, terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama hortikultura seperti buah-buahan,

Lebih terperinci

Modul. 1. Sistem. Keputusan MODUL OLEH

Modul. 1. Sistem. Keputusan MODUL OLEH Modul 1. Sistem dan Teori Pengambilan Keputusan ANALISAA SISTEM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MODUL I: KONSEP SISTEM DAN TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH : Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc DEPARTEMEN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sintesis Biodiesel (Metil Ester) Dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa L)

BAB I PENDAHULUAN. Sintesis Biodiesel (Metil Ester) Dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa L) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat terhadap BBM terus

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Lele merupakan salah satu ikan air tawar yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Banyak jenis maupun varietas yang ada dan dikembangbiakkan di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia melalui peningkatan nilai tambah, ekspor, pengurangan kemiskinan, dan penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelor merupakan salah satu tanaman sayuran yang multiguna. Hampir semua bagian dari tanaman kelor ini dapat dijadikan sumber makanan karena mengandung senyawa aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi Pada tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia mencapai 240 juta jiwa dan diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BBKBN)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil obyek yaitu produk minuman susu sereal UHT produksi sebuah perusahaan makanan dan minuman yang berada di Cakung. Bahan baku yang

Lebih terperinci

6. PENGEMBANGAN MODEL.

6. PENGEMBANGAN MODEL. 6. PENGEMBANGAN MODEL alsen.medikano@gmail.com 1 1. TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL Kriteria memodelkan suatu sistem : 1. Harus mewakili (representasi) sistem nyatanya 2. Merupakan penyederhanaan dari kompleksnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi UGM didapat bahwa sampel yang digunakan adalah benar daun sirsak (Annona muricata

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani

Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani LAMPIRAN 69 69 Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani Dengan hormat, Perkenalkan saya Andiyono, Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah,

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya

I. PENDAHULUAN. Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya perikanan. Ketersediaan pakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan tongkol merupakan salah satu ikan laut yang memiliki kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Ikan tongkol kaya kandungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang melimpah. Sumberdaya hutan Indonesia sangat bermanfaat bagi kehidupan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2004). pangan untuk dikonsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor

BAB I PENDAHULUAN. iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2004). pangan untuk dikonsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ancaman terhadap kerusakan lingkungan telah menjadi isu yang sangat berkembang di zaman globalisasi saat sekarang ini, sehingga menyadarkan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Produktivitas Produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Menurut Dewan Produktivitas Nasional

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

Lebih terperinci

APLIKASI/ PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES BRIKET ARANG DARI CANGKANG SAWIT PADA PEMASAKAN GARAM RAKYAT I N T I S A R I

APLIKASI/ PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES BRIKET ARANG DARI CANGKANG SAWIT PADA PEMASAKAN GARAM RAKYAT I N T I S A R I APLIKASI/ PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES BRIKET ARANG DARI CANGKANG SAWIT PADA PEMASAKAN GARAM RAKYAT I N T I S A R I Program pemerintah mengenal konversi energy dari sumber terbarukan dengan kewajiban memanfaatkan

Lebih terperinci

Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5

Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5 Lampiran 2 Data Harga Komponen.Lp2 Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3 Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5 Lampiran 6 Menghitung MTTF Menggunakan Minitab

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable). 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui bersama, kita kaya sekali akan berbagai macam buah dan sayur. Hampir di setiap daerah menghasilkan komoditas ini, bahkan di beberapa daerah mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian

III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian III METODOLOGI 3.1. Kerangka Penelitian Sebuah manajemen rantai pasok yang baik memerlukan berbagai keputusan yang berhubungan dengan aliran informasi, produk dan dana. Rancang bangun rantai pasokan untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pengembangan agroindustri kelapa sawit sebagai strategi pembangunan nasional merupakan suatu keniscayaan guna memperkecil kesenjangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti

I. PENDAHULUAN. lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanurn tuberosurn L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura penting di dunia. Tanaman ini pertama kali ditanam di lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang dan industri. Kitin dan kitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia,

Lebih terperinci

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini V. ANALISA SISTEM 5. Agroindustri Nasional Saat Ini Kebijakan pembangunan industri nasional yang disusun oleh Departemen Perindustrian (5) dalam rangka mewujudkan visi: Indonesia menjadi Negara Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pada pembiayaan investasi pola musyarakah, hasil laba operasional usaha dibagi antar investor dengan menggunakan nisbah tertentu. Ketidakpastian tingkat hasil laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah budidaya jambu biji. Jambu biji jenis getas merah (Psidium guajava Linn) merupakan jenis jambu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan yang bernilai gizi tinggi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan generasi yang cerdas dan sehat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut pangan hewani sangat memegang

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penanganan inventory/ persediaan pada sebuah perusahaan merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan suatu perusahaan dalam bersaing. Demi kepuasan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN Lactobacillus sp. DAN Streptococcus sp. DENGAN VARIASI SUKROSA DAN POTONGAN BUAH MANGGA Optimization of Manufacturing

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia adalah peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan tidak seimbang dengan penyediaan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi dan industri telah memacu pertumbuhan konsumsi enerji yang cukup tinggi selama beberapa dasawarsa terakhir di dunia, sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui dapat atau tidaknya limbah blotong dibuat menjadi briket. Penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN JAKARTA, 7 FEBRUARI 2012 OUTLINE I. Pendahuluan II. Peluang Pengembangan Industri Agro III. Hal-hal yang Perlu Dilakukan IV.Contoh Pengembangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Maksud Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Kerangka Pemikiran,

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) merupakan produk olahan dari kelapa sawit dengan cara perebusan dan pemerasan daging buah dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit (CPO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian yang paling berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen crude palm oil (CPO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang gurih. Selain itu ikan lele dumbo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan. Penggemukan sapi potong umumnya banyak terdapat di daerah dataran tinggi dengan persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia, yang termasuk kedalam jenis kacang-kacangan. Kacang turi merupakan jenis kacang-kacangan dari pohon turi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Terrarium II Taman Margasatwa Ragunan (TMR), DKI Jakarta selama 2 bulan dari bulan September November 2011. 3.2 Materi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Sektor agribisnis merupakan salah satu sektor unggulan dalam

I. PENDAHULUAN Sektor agribisnis merupakan salah satu sektor unggulan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan salah satu sektor unggulan dalam masa krisis ekonomi dewasa ini. Sektor ini membawa dampak positif ganda. Pertama, peningkatan subsitusi impor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk

PENDAHULUAN. bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditas hasil ternak yang sangat bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat banyak

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata Duch.)

PEMBUATAN DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata Duch.) PEMBUATAN DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata Duch.) SKRIPSI Oleh : VANTY IRIANI RIPI 0931310025 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL PENDAHULUAN

OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL PENDAHULUAN P R O S I D I N G 45 OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL Elisa ginsel Popang, Khusnul Khotimah dan Andi Lisnawati 1) 1) Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012).

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah potensial penghasil perikanan dan telah menyokong produksi perikanan nasional sebanyak 40 persen, mulai dari budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan penyuplai kebutuhan daging terbesar bagi kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan juga meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan ini berbagai terobosan telah dilakukan untuk mendapatkan makanan

Lebih terperinci

vii Tinjauan Mata Kuliah

vii Tinjauan Mata Kuliah vii M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Kimia Bahan Makanan yang berbobot 2 SKS bertujuan untuk membantu Anda, mahasiswa S1 Pendidikan Kimia Universitas Terbuka dalam mengkaji aspek-aspek kimia bahan makanan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR.... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi Masalah.... 8 1.3.Perumusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA Diusulkan oleh: Lukman Maulana D24110082 2011 Chressya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang secara ekonomis menguntungkan dan mempunyai prospek pasar yang luas. Bawang merah digemari oleh

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci