I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang
|
|
- Bambang Sugiarto
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang melimpah. Sumberdaya hutan Indonesia sangat bermanfaat bagi kehidupan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, kawasan hutan dibagi kedalam kelompok Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan Hutan Produksi. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang memiliki fungsi pokok mempertahankan biodiversitas tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi utama sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur air, mencegah banjir, mencegah erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah sedangkan hutan produksi adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok memproduksi hasil hutan (Kementerian Kehutanan RI, 2007). Salah satu manfaat dari hutan bagi manusia adalah kayu yang dihasilkan hutan. Pemanfaatan hasil hutan berupa kayu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Produksi kayu hutan mengalami peningkatan setiap tahun seperti diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi Kayu Hutan Menurut Jenisnya di Indonesia Tahun (Ribu m 3 ) Tahun Kayu Bulat (Timber) Kayu Gergajian (Sawn Timber) Kayu Lapis (Ply Wood) Papan Blok (Block Board) Finir (Veneer) Kayu Chip (Chip Wood) Jumlah Sumber: Kementrian Kehutanan (2012)
2 Hasil hutan kayu merupakan salah satu produk andalan hutan yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional (Kementerian Lingkungan Hidup, 2009). Produksi hasil hutan utama yang dihasilkan hutan adalah kayu bulat, kayu bulat ini kemudian dapat diolah menjadi berbagai macam kayu olahan. Menurut data dari Kementrian Kehutanan RI (2012), produksi kayu bulat pada tahun 2007 adalah sebanyak ribu m 3 dan meningkat sebanyak persen menjadi ribu m 3 pada tahun 2011, sedangkan kayu olahan dari industri penggergajian, produksi kayu gergajian pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar persen pada tahun Finir dan kayu chip yang juga merupakan produk hasil industri penggergajian mengalami peningkatan produksi dari tahun 2007 hingga 2011 dengan peningkatan produksi sebesar persen dan persen. Sedangkan untuk produk kayu olahan lain seperti kayu lapis dan papan blok mengalami penurunan produksi sebesar masing-masing sebesar 4.34 persen dan 100 persen pada tahun Menurut Rachman dan Malik (2011), jika dilihat dari mata rantai industri pengolahan kayu maka dalam industri penggergajian terjadi proses perubahan kayu pertama kali kayu dalam bentuk dolok menjadi kayu gergajian (sawn timber) atau disebut juga kayu konversi berupa papan, balok, tiang dan sortimen lainnya. Proses pembalakan maupun pengolahan kayu untuk pemenuhan kebutuhan selain menghasilkan kayu bulat dan kayu olahan juga menghasilkan limbah. Sebagian limbah kayu masih belum dimanfaatkan dengan baik sehingga diperlukan suatu upaya pemanfaatan limbah kayu yang dapat meminimalisir terbuangnya manfaat dari kayu serta mengurangi potensi terbentuknya timbunan sampah yang bisa mencemari lingkungan dan berpengaruh buruk bagi kesehatan. Menurut Wibowo 2
3 (1990), tanah yang berada di bawah tumpukan serbuk gergaji dapat menjadi sangat asam karena tidak tercuci dan berbahaya bagi tanaman karena daerah ini tidak dapat menerima oksigen yang cukup selama proses fermentasi, sehingga asam-asam organik yang volatil terbentuk dan terperangkap. Limbah kayu adalah bahan organik yang terbentuk dari senyawa-senyawa karbon seperti holo sellulose (sellulose dan hemi sellulose), lignin dan sedikit senyawa karbohidrat sehingga sangat berpotensi dijadikan sumber energi (Setiyono, 2004). Selain itu kandungan sellulose dalam serbuk gergaji membuat serbuk gergaji bisa dimanfaatkan menjadi tempat tumbuh bagi jamur. Menurut Gunawan (2001), jamur dapat tumbuh di substrat yang mengandung lignin dan selulosa contohnya serbuk gergaji karena selulosa dan lignin terdapat dalam semua bagian dalam kayu. Sentra produksi jamur khususnya jamur tiram putih di Jawa Barat tersebar di beberapa kecamatan seperti Megamendung, Cisarua, Cipanas, Dramaga, Leuwiliang, Ciapus dan lain-lain. Produksi jamur tiram putih dan banyaknya media yang digunakan di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Produksi dan Media Tanam Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor pada Tahun Produksi Laju Produksi Jumlah Bag Log Tahun (kg) (persen) ( unit) No Jumlah Rata-rata Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2010 Peningkatan produksi jamur tiram putih di Kabupaten Bogor menyebabkan kebutuhan akan bag log sebagai media tanam juga meningkat. Pada 3
4 tahun 2007 produksi jamur tiram putih sebesar kg dengan penggunaan bag log sebanyak unit bag log. Pada tahun 2010 produksi jamur tiram putih meningkat menjadi kg dengan penggunaan media tanam sebanyak unit bag log. Laju rata-rata peningkatan produksi jamur tiram di Kabupaten Bogor adalah persen. Hal ini menunjukkan potensi meningkatkan penggunaan media tanam (bag log) yang digunakan dalam budidaya jamur tiram. Jamur tiram putih sering dikonsumsi masyarakat dan dibudidayakan karena memiliki tekstur daging yang lembut dan rasanya hampir menyerupai daging ayam serta memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berbagai macam asam amino essensial, protein, lemak, mineral, dan vitamin (Nurjayadi dan Martawijaya, 2011). Selain itu, serat yang terkandung pada jamur tiram cukup tinggi, yaitu berkisar persen (Dienazzola et al., 2010). Menurut Nurjayadi dan Martawijaya (2010), ditinjau dari aspek biologinya, jamur tiram relatif lebih mudah dibudididayakan jika dibandingkan jenis jamur lainnya. Wilayah Bogor Bagian Barat merupakan daerah yang memproduksi kayu dari hutan rakyat yang paling banyak di Kabupaten Bogor (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2010). Data luas hutan dan produksi kayu hutan rakyat di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Luas Hutan dan Produksi Kayu Hutan Rakyat di Kabupaten Bogor pada Tahun 2010 No. Wilayah Luas Hutan (Ha) Produksi (m 3 ) (Persentase) 1. Bogor Bagian Barat Bogor Bagian Tengah Bogor Bagian Timur Jumlah Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2010) 4
5 Tabel 3 menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor Bagian Barat memiliki luas hutan rakyat terbesar di Kabupaten Bogor yaitu sebesar ha sehingga memiliki potensi untuk menghasilkan produksi kayu yang banyak. Kabupaten Bogor Bagian Barat memproduksi kayu paling banyak yaitu sebanyak persen dari total produksi kayu dari hutan rakyat di Kabupaten Bogor. Produksi kayu dari hutan rakyat paling rendah di Kabupaten Bogor adalah di Kabupaten Bogor Bagian Tengah yaitu sebesar persen dari total produksi kayu hutan rakyat dengan luas hutan sebesar ha. Luas hutan terkecil di Kabupaten Bogor terdapat di Kabupaten Bogor Bagian Timur dengan luas hutan sebanyak ha dan produksi sebesar m 3 atau persen dari total produksi hutan rakyat di Kabupaten Bogor. Tingginya produksi kayu di Kabupaten Bogor khususnya Kabupaten Bogor Bagian Barat mendorong terbentuknya usaha-usaha pengolahan kayu. Usaha pengolahan kayu seperti usaha penggergajian yang mengolah kayu bulat menjadi bentuk yang lebih mudah dimanfaatkan dan memiliki harga jual yang lebih tinggi (Rachman dan Malik, 2011). Kecamatan Leuwisadeng merupakan kecamatan yang paling banyak memiliki usaha penggergajian kayu di wilayah Kabupaten Bogor Bagian Barat. Terdapat 22 unit usaha penggergajian di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng dengan dua unit usaha memiliki izin usaha dan 20 unit lainnya tidak memiliki izin usaha. Kecamatan Leuwiliang merupakan kecamatan yang memiliki jumlah usaha penggergajian terbanyak kedua setelah Kecamatan Leuwisadeng yaitu sebanyak 19 unit usaha penggergajian. Jumlah industri penggergajian kayu di wilayah Bogor Bagian Barat dapat dilihat pada Tabel 4. 5
6 Tabel 4. Jumlah Usaha Penggergajian Kayu di Kabupaten Bogor Bagian Barat Tahun 2010 Produksi Jumlah Keterangan No. Kecamatan (m 3 ) (batang) Pengger Ada Tidak Luas -gajian izin ada (ha) (Unit) (Unit) izin (unit) 1. Tenjo Parung Panjang Jasinga Cigudeg Sukajaya Nanggung Rumpin Leuwiliang Cibungbulang Pamijahan Ciampea Leuwisadeng Tenjolaya Jumlah Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2010) Produksi kayu dari hutan baik dalam bentuk kayu bulat, maupun kayu lainnya seperti kayu gergaji dan kayu lapis pasti menghasilkan limbah. Pada proses eksploitasi/pemanenan, dihasilkan limbah berupa kayu bulat yang merupakan bagian dari batang komersial, tunggak, potongan pendek, cabang, ranting dan serbuk gergaji (Rachman dan Malik, 2011). Menurut Setiyono (2004), limbah yang dihasilkan dari aktivitas industri perkayuan berbentuk limbah padat seperti serpihan kulit kayu, potongan kayu berukuran kecil (chips wood) dan serbuk gergaji. Industri perkayuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri yang menggunakan kayu setengah jadi sebagai bahan bakunya, seperti industri mebel, karoseri, pengolahan kayu gelondongan dan lain-lain. Sebelum menggunakan bag log sebagai media tanam jamur, media tanam jamur hanya menggunakan kayu gelondongan. Namun sekarang media kayu 6
7 gelondongan banyak ditinggalkan karena dianggap tidak praktis, harganya relatif mahal, sulit diperoleh dan masa tumbuh yang dibutuhkan oleh jamur lebih lama (Suharyanto, 2010). Berdasarkan hal tersebut, petani jamur banyak memanfaatkan sampah dan limbah serbuk gergaji yang ada menjadi media tanam (bag log) dalam usaha budidaya jamur sehingga selain mengurangi jumlah limbah serbuk gergaji, pengolahan limbah menjadi bag log atau media tanam juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Usaha pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng dikelompokkan kedalam dua kelompok, yaitu unit usaha non plasma A dan unit usaha non plasma B. Hal ini berdasarkan atas asal dari bibit jamur yang digunakan sebagai input tambahan dalam pembuatan bag log. Unit usaha non plasma A merupakan unit usaha yang membeli bibit jamur dari usaha lain untuk digunakan dalam pembuatan bag log, sedangkan unit usaha non plasma B merupakan unit usaha yang membuat sendiri bibit jamur yang digunakan dalam pembuatan bag log. Selain memiliki potensi limbah serbuk gergaji yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku utama pembuatan bag log, Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng memiliki potensi penduduk untuk dimanfaatkan sebagai tenaga kerja. Usaha pengolahan limbah serbuk gergaji untuk dijadikan bag log atau media tanam jamur selain memberikan pendapatan, meningkatkan nilai tambah, juga membuka lapangan pekerjaan. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian mengenai pemanfaatan limbah serbuk gergaji khususnya di Kecamatan Leuwisadeng dan Kecamatan Lewiliang perlu dilakukan. 7
8 1.2 Perumusan Masalah Limbah serbuk gergaji yang dihasilkan oleh proses pemanenan maupun pengolahan kayu menimbulkan masalah dalam hal penanganannya yang selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar. Tumpukan limbah serbuk gergaji atau asap yang dihasilkan sebagai akibat pembakaran limbah serbuk gergaji dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan mengganggu kesehatan. Seperti asap yang ditimbulkan dari pembakaran serbuk gergaji dapat menyebabkan gangguan pernafasan atau tumpukan serbuk gergaji yang dibiarkan membusuk dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Salah satu solusi dari permasalahan limbah serbuk gergaji tersebut adalah dengan memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai tambah yaitu dengan pemanfaatan limbah serbuk gergaji menjadi media tanam (bag log) untuk jamur tiram. Bag log menggunakan bahan baku utama berupa limbah serbuk gergaji sehingga produksi bag log dapat mengurangi timbunan limbah serbuk gergaji. Menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2010), Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng merupakan Kecamatan yang memiliki industri penggergajian kayu terbanyak di Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwisadeng memiliki 22 industri penggergajian kayu dan di Kecamatan Leuwiliang terdapat 19 industri penggergajian kayu. Banyaknya jumlah produksi kayu dan industri penggergajian di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng berpotensi menghasilkan limbah serbuk gergaji. Balai Penelitian Hasil Hutan (BPHH) menunjukkan bahwa rendemen rata-rata penggergajian adalah 45 persen, sisanya 55 persen berupa limbah. Sebanyak 10 persen dari limbah yang dihasilkan oleh industri penggergajian adalah serbuk gergaji (Wibowo, 1990). Salah satu 8
9 bentuk pemanfaatan limbah serbuk gergaji adalah sebagai bahan baku utama pembuatan media tanam (bag log) jamur tiram sehingga limbah serbuk gergaji dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Masyarakat Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng memanfaatkan limbah serbuk gergaji yang dihasilkan dari proses pemanenan dan penggergajian untuk dijadikan bag log atau media tanam jamur. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji menjadi bag log ini didorong oleh keberadaan usahatani budidaya jamur tiram di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng serta daerah disekitarnya. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng memberikan manfaat ekonomi langsung berupa pendapatan dan nilai tambah bagi limbah serbuk gergaji tersebut serta manfaat ekonomi tidak langsung berupa penyerapan tenaga kerja. Limbah serbuk gergaji juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku utama pembuatan bag log, Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng memiliki potensi penduduk untuk dimanfaatkan sebagai tenaga kerja. Produksi jamur tiram per bag log di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng pada unit plasma A dan unit usaha B bervariasi yaitu berkisar antara kg. Perbedaan kemampuan bag log untuk menghasilkan jamur tiram disebabkan oleh adanya perbedaan yaitu dalam ; (1) komposisi bahan baku dan (2) teknik pembuatan bag log seperti perbedaan lama waktu sterilisasi. Kedua perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan pengalaman oleh para pelaku usaha pembuatan bag log. Perbedaan yang ada diantara pelaku usaha menyebabkan perbedaan pendapatan yang diperoleh. 9
10 Tingginya potensi limbah serbuk gergaji di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng serta potensi permintaan bag log untuk budidaya jamur tiram menyebabkan diperlukannya sebuah penelitian tentang analisis manfaat ekonomi dari pengolahan serbuk gergaji menjadi bag log sebagai media tanam jamur tiram untuk mendukung perekonomian masyarakat dan produksi jamur tiram. Penelitian mengenai pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log dapat menjadi bahan pertimbangan pengusaha maupun petani dalam pengambilan keputusan dalam menjalankan usaha pembuatan bag log. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan dari pengolahan limbah serbuk gergaji di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik usaha pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log pada unit usaha non plasma A dan unit usaha non plasma B? 2. Berapa pendapatan dan nilai tambah yang didapat dari pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log pada unit usaha non plasma A dan unit usaha non plasma B? 3. Berapa penyerapan tenaga kerja yang dihasilkan oleh usaha pemanfaatan limbah serbuk gergaji dalam pembuatan bag log pada unit usaha non plasma A dan unit usaha non plasma B? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis karakteristik dari usaha pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log pada unit usaha non plasma A dan pada unit usaha non plasma B. 10
11 2. Menghitung pendapatan dan nilai tambah dari pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log pada unit usaha non plasma A dan unit usaha non plasma B. 3. Menghitung penyerapan tenaga kerja yang dapat dihasilkan oleh usaha pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log pada unit usaha non plasma A dan unit usaha non plasma B. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi: 1. Pelaku usaha, sebagai tambahan informasi dan rekomendasi pengambilan keputusan dalam produksi bag log. 2. Masyarakat, sebagai informasi bahwa limbah serbuk gergaji memiliki manfaat ekonomi jika diolah dan dimanfaatkan. 3. Akademisi, sebagai tambahan informasi untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya yang relevan di masa datang. 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Limbah serbuk gergaji yang diteliti hanya merupakan limbah serbuk gergaji yang digunakan sebagai bahan baku utama dari pembuatan bag log. Limbah serbuk gergaji yang digunakan adalah limbah serbuk gergaji dari semua jenis kayu kecuali kayu Pinus. Kayu Pinus tidak digunakan dalam pembuatan bag log karena serbuk gergaji dari kayu Pinus mengandung getah yang dapat menghambat pertumbuhan miselia jamur. Karakteristik usaha dianalisis secara deskriptif. Analisis nilai tambah pengolahan limbah serbuk 11
12 gergaji dihitung menggunakan Metode Hayami dan penyerapan tenaga kerja dihitung menggunakan rumus perubahan kesempatan kerja. Penelitian ini memiliki batasan yaitu tidak membahas mengenai manfaat lingkungan dan nilai perbaikan kualitas tanah yang dihasilkan dari pengolahan limbah serbuk gergaji. Serbuk gergaji yang digunakan dalam pembuatan bag log digunakan sekitar 90 persen merupakan serbuk gergaji yang merupakan limbah dari industri penggergajian dan hanya sekitar 10 persen serbuk gergaji yang didapatkan dari proses pemanenan kayu. 12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme multiselular yang banyak tumbuh di alam bebas. Organisme ini berbeda dengan organisme lain yaitu dari struktur tubuh, habitat, cara makan,
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan
Lebih terperinciVI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)
VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan
Lebih terperinciI. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain
I. PENGANTAR A. Latar Belakang Jamur telah digunakan selama ribuan tahun, baik sebagai makanan maupun obat herbal. Studi-studi menunjukkan bahwa jamur bisa meningkatkan produksi dan aktivitas sel-sel darah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT
19 BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur Umur merupakan salah satu faktor penting dalam bekerja karena umur mempengaruhi kekuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log Pengolahan limbah serbuk gergaji di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng menjadi bag
Lebih terperinciBAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI
BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI 6.1. Uraian Proses Produksi Yang dimaksud dengan industri perkayuan di sini adalah industri yang menggunakan kayu setengah jadi sebagai
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah
V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH 5.1 Kecamatan Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah serbuk gergaji. Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng memiliki empat unit usaha
Lebih terperinciKARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur, biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu sumber hayati, yang diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan, dan dapat di manfaatkan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan organisme yang mudah dijumpai, hal ini dikarenakan jamur dapat tumbuh disemua habitat (alam terbuka) sesuai dengan lingkungan hidupnya. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanianyang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Berdasarkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah penggergajian adalah potongan kayu dalam bentuk dan ukuran tertentu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Kayu Setiap kegiatan pembalakan maupun penggergajian menghasilkan limbah. Limbah penggergajian adalah potongan kayu dalam bentuk dan ukuran tertentu yang seharusnya masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah merupakan sisa dari bahan yang telah mengalami
Lebih terperinciPEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)
PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Diajukan oleh :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai konstruksi, bangunan atau furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan letaknya yang sangat strategis yaitu pada zona khatulistiwa, maka termasuk salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang merupakan jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi dan ekonomis yang tinggi, serta permintaan pasar yang meningkat. Menurut Widyastuti
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN APBD MENURUT TAHUN ANGGARAN 205 KODE PENDAPATAN DAERAH 2 3 4 5 = 4 3 URUSAN WAJIB 5,230,252,870,000 5,84,385,696,000 584,32,826,000 0 PENDIDIKAN 0 0 Dinas Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia melalui penyediaan pangan, bahan baku produksi, perolehan devisa negara dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan sampah sisa produksi yang sudah tidak terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Sebagian orang mengatakan bahwa limbah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Indonesia sedang berkembang menjadi sebuah negara industri. Sebagai suatu negara industri, tentunya Indonesia membutuhkan sumber energi yang besar. Dan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah tanaman berspora yang bersifat biotik (hidup) maupun abiotik (tak hidup). Jamur merupakan organisme tidak berkhlorofil. Terdapat empat macam sifat hidup
Lebih terperinciM E M U T U S K A N :
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6884 /KPTS-II/2002 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA EVALUASI TERHADAP INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU Menimbang : MENTERI KEHUTANAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur
Lebih terperincihutan secara lestari.
UPAYA REVITALISIASI SEKTOR KEHUTANAN DI KABUPATEN BOGOR Ir. Siti Nurianty, MM Kadistanhut Kab.Bogor Selama periode tahun 2014 2015, Distanhut telah berhasil meningkatkan persentase luas penanganan rehabilitasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Baku Kayu Gergajian Widarmana (1977) 6 menyatakan bahwa bahan mentah atau kayu penghara yang masuk di penggergajian adalah produk alam yang berupa dolok (log) yang berkeragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.
Lebih terperinciSekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA
Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan tongkol merupakan salah satu ikan laut yang memiliki kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Ikan tongkol kaya kandungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya yang melimpah di Indonesia adalah sumberdaya hutan.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya yang melimpah di Indonesia adalah sumberdaya hutan. Indonesia adalah penghasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. Dalam protein terdapat sumber energi dan zat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan yang ekstrim seperti tanah yang tergenang akibat pasang surut laut, kadar garam yang tinggi, dan tanah yang kurang stabil memberikan kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu, telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber pangan yang bergizi. Selain sebagai sumber protein juga sebagai sumber asam lemak esensial yang menunjang perbaikan kualitas sumberdaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembenihan karena memiliki nutrisi tinggi, antara lain protein %,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah adalah mikroalga dari golongan Cyanobacteria yang dimanfaatkan sebagai pakan alami dalam budidaya perikanan khususnya pembenihan karena memiliki nutrisi tinggi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi. Setiap manusia tidak hanya didapat
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH
V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi dalam jamur hampir mengimbangi nutrisi pada daging sapi dan daging ayam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur merupakan sumber bahan pangan nabati yang cukup potensial di sekitar kita. Bahkan beberapa jenis jamur dari alam sudah lama dibudidayakan manusia sebagai sumber
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG
V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG 5.1. Kondisi Geografis dan Potensi Alam Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa barat. Daerah ini memiliki potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih dikenal sebagai jamur yang mudah dibudidayakan didaerah tropik dan subtropik. Jamur tiram ini juga termasuk dalam kelompok jamur yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki iklim tropis yang banyak memberikan keuntungan, terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama hortikultura seperti buah-buahan,
Lebih terperinciAnalisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta
Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta Oleh : Tri Rahayu Setyowati H0305040 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
Lebih terperinciREALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013
REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 1. Program dan Kegiatan Pada Tahun Anggaran 2013, Dinas Peternakan dan Perikanan memberikan kontribusi bagi pencapaian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur kayu dari famili Agaricaceae yang pembudidayaannya relatif mudah, karena mempunyai daya adaptasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi tanaman singkong di Indonesia sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur merupakan salah satu komoditas pertanian yang dapat dikembangkan untuk diversifikasi bahan pangan dan penganekaragaman makanan yang tinggi dalam rasa dan nilai
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di
Lebih terperinciUJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%
TUGAS AKHIR UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30% Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Derajat Sarjana Strata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan. Sisa hasil produksi tersebut jika tidak dimanfaatkan kembali akan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi
PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya harga udang windu di pasaran mendorong pembukaan lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi untuk pertambakan adalah hutan mangrove.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P. 9/Menhut-II/2009 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.35/MENHUT-II/2008 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pakan, bibit, perkandangan dan manajemen. Pakan merupakan faktor penting
Lebih terperinciNutrisi Pakan pada Pendederan kerapu
Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok
Lebih terperinciANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN
ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN THE ANALYSIS OF VARIETY OF WOOD WASTE MATERIAL FROM WOOD INDUSTRY IN SOUTH BORNEO Djoko Purwanto *) *) Peneliti Baristand Industri
Lebih terperinciTUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )
TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis
Lebih terperinciABSTRAK. Peneliti : Imam Mudakir 1 Mahasiswa Terlibat : - : BOPTN Dirlitabmas Kementerian Pendidikaan dan Kebudayaan
ABSTRAK Analisis Produktivitas dan Kandungan Gizi Jamur Tiram (Pleurotus sp.) yang Dibudidayakan pada Substrat yang Diperkaya dengan Limbah Kulit Buah Kakao dan Kopi.Isolasi, Seleksi, Karakterisasi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang sempurna, dan diciptakannya manusia di bumi sebagai kholifah yang seharusnya kita memperhatikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghasil kayu, yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan,baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tanaman penghasil kayu, yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan,baik untuk keperluan industri besar,industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Sumber energi yang digunakan masih mengandalkan pada energi fosil yang merupakan sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekitar 20-60% bahan baku agroindustri biasanya akan menjadi limbah. Jika limbah tidak ditangani secara benar, akan mudah membusuk dan akhirnya mencemari lingkungan.
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu spesies jamur yang dapat dikonsumsi. Selain rasanya yang lezat, ternyata jamur merang juga merupakan sumber protein dan mineral yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah lapuk. Jamur tiram putih dapat ditemui di alam bebas sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dinamakan demikian karena bentuknya seperti tiram atau ovster mushroom. Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis pisang di hutan asli pulau yang ada di seluruh Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pisang merupakan tanaman asli Asia Tenggara, bahkan dari beberapa literatur menyebutkan bahwa pisang adalah tanaman asli dari Indonesia. Kuswanto (2003), menyebutkan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air bersih merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air bersih merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan industri, kebutuhan air bersih terus meningkat, disamping
Lebih terperinciPERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI
PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara maksimal sayuran tersebut. Sehingga menambah tumpukan sampah. Limbah merupakan material sisa yang tidak di inginkan setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara tropis dan agraris, sehingga salah satu produksi yang melimpah berupa sayur-sayuran. Beberapa sayuran yang diproduksi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga. dapat berkesinambungan ketersediaannya serta memiliki kandungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cacing tanah merupakan hewan yang cepat berkembangbiak, mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga dapat berkesinambungan ketersediaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman sumber daya alam di Indonesia dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura merupakan
Lebih terperinciV. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor
V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis bahan bakar minyak merupakan salah satu tanda bahwa cadangan energi fosil sudah menipis. Sumber energi fosil yang terbatas ini menyebabkan perlunya pengembangan
Lebih terperinci