Studi Daya Guna dan Hasil Guna Jaringan Jalan Kabupaten

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Daya Guna dan Hasil Guna Jaringan Jalan Kabupaten"

Transkripsi

1 Studi Daya Guna dan Hasil Guna Jaringan Jalan Kabupaten Monica Putri 1 dan Zulkarnain A Muis 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl Perpustakaan No 1 Kampus USU Medan momonputri@gmailcom 2 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl Perpustakaan No 1 Kampus USU Medan mjrayazam@yahoocom ABSTRAK Kinerja jaringan jalan yang baik dapat menjadikan perekonomian suatu daerah menjadi lebih berkembang Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan kabupaten yang baru dimekarkan pada tahun 2008Sektor pertanian, jumlah penduduk, dan adanya pusat pusat kegiatan baru seiring waktu terus berkembang, sehingga membutuhkan tingkat pelayanan jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil gunadaya guna penyelenggaraan sistem jaringan jalan dapat diartikan sebagai ukuran kinerja yang berkaitan dengan input (dana dan sumber daya) dan output berupa volume kegiatan penanganan, kuantitas dan kualitas sistem jaringan jalansedangkan hasil guna dikaitkan dengan tingkat penyediaan prasarana (hasil/ outcome) Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu Indeks Prasarana Jalan (IPJ) mengacu kepada Studi Pengembangan Indikator Efektifitas Pelaksanaan Program Prasarana Wilayah (Depkimpraswil,2004) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) oleh Kepmenkimpraswil No534/KPTS/M/2001 Data primer berupa kuisioner yang berjumlah 30 (tiga puluh) dan diisi oleh tiga instansi pemerintah serta data sekunder yang didapat dari Labusel Dalam Angka Hasil analisis menunjukkan nilai IPJ Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tahun 2014 bernilai 4,77 Sistem jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan berdaya guna dan berhasil guna tetapi hanya indeks mobilitas yang tidak memenuhi persyaratan karena kurangnya panjang jalan yang ada di kabupaten tersebut Kata Kunci : Kinerja Jaringan Jalan, Indeks Prasarana Jalan (IPJ), Standar Pelayanan Minimal (SPM), Daya Guna, Hasil Guna, Kabupaten Labuhanbatu Selatan ABSTRACT Performance of good road network would render the economy of a region to be more developed South Labuhanbatu Regency is a new district was expanded in 2008 Agriculture, population, and the presence of new activity centers continue to evolve over time, thus requiring a level of service of the road network which is efficient and effective Efficiency of the implementation of the road network system can be interpreted as the measure of performance related to inputs (funds and resources) and output in the form of volume handling activities, the quantity and quality of the road network system Meanwhile, the effectiveness was related to the level of infrastructure provision (result / outcome) This study uses two approaches, Road Infrastructure Index (IPJ) based on the Study of Development Indicators of Effectiveness to Regional Infrastructure Program Implementation (Depkimpraswil, 2004) and Minimum Service Standards (SPM) by Kepmenkimpraswil 534 / KPTS / M / 2001 Primary data was a questionnaire which included 30 (thirty) and is completed by three governmental institutions and secondary data was obtained from Labusel Dalam Angka The analysis showed the value of IPJ South Labuhanbatu Regency in 2014 is 4,77 Road network system in South Labuhanbatu Regency is efficient and effective, but only the mobility index that does not qualify due to lack of road length in the district Keywords: Network Performance Roads, Road Infrastructure Index (IPJ), Minimum Service Standards (SPM), Efficiency, Effectivity, South Labuhanbatu Regency

2 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian Semakin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilisasi penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain Kumpulan dari jalan-jalan di suatu wilayah akan menjadi sebuah jaringan jalan Jaringan jalan yang baik akan membantu kelancaran transportasi yang akan berpengaruh terhadap kemajuan di suatu wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan kabupaten yang baru terbentuk pada tahun 2008 Dengan demikian maka pada usianya yang baru 6 (enam) tahun masih belum memberikan hasil yangsignifikan bagi kehidupan masyarakat Berdasarkan kondisi dan situasi yang ada di lapangan ternyata masih banyak permasalahan yang belum dapat diselesaikan dan masih harus dibenahi termasuk jaringan jalannya Hal ini dapat di atasi dengan terlebih dahulu mengetahui kinerja jaringan jalan yang ada Kinerja jaringan jalan diukur dari hasil guna dan daya gunanya 12 Perumusan Masalah Penelitian ini akan membahas bagaimanadaya guna dan hasil guna jaringan jalan kabupaten di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Daya guna dan hasil guna jaringan jalan diketahui untuk mengevaluasi kinerja jaringan jalan 13 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya guna dan hasil guna jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sesuai dengan indikator-indikator berdasarkan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) dan Standar Pelayanan Minimum (SPM) 14 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi : Wilayah studi pada penelitian ini terbatas pada sistem jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Jalan yang diteliti adalah jaringan Jalan Kabupaten Penelitian ini terfokus pada analisis hasil guna dan daya guna kinerja jaringan jalan berdasarkan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) dan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahun 2010 hingga TINJAUAN PUSTAKA 21 Sistem Jaringan Jalan Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan yang hierarki Sistem jaringan jalan dibagi atas dua yaitu sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder Menurut pasal 7 (2) UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Sistem Jaringan Primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat pusat kegiatan Simpul simpul jasa distribusi adalah pusat pusat kegiatan yang mempunyai jangkauan pelayanan nasional, wilayah dan lokal Menurut pasal 7 (3) UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Sistem Jaringan Sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peran pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan 22 Daya Guna dan Hasil Guna Jaringan Jalan Dalam konteks kajian transportasi secara makro, daya guna penyelenggaraan sistem jaringan jalan dapat diartikan sebagai ukuran kinerja yang berkaitan dengan input (dana dan sumber daya) dan output berupa volume kegiatan penanganan, kuantitas dan kualitas sistem jaringan jalansedangkan hasil guna dalam kajian makro dikaitkan dengan tingkat penyediaan prasarana (hasil/ outcome) dan pemanfaatannya dalam konteks yang lebih luas yang dikaitkan dengan pencapaian nilai dan kebijakan pengembangan jaringan jalan, keterpaduan fungsi prasarana wilayah, sebagai hasil dari kegiatan pengembangan jaringan jalan (DepPU,2000)

3 Tabel1 Indikator Kinerja Jaringan Jalan Kota Indikator Satuan Input Pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan Rp Output Panjang jalan kota Km Panjang jalan dalam kondisi baik Km Outcome Panjang jalan dalam kondisi sedang Km Panjang jalan dalam kondisi rusak Km Panjang jalan dalam kondisi rusak berat Km Jumlah kejadian kecelakaan Jumlah kematian akibat kecelakaan di jalan Benefit / Impact Kerugian material akibat kecelakaan di jalan PDRB Rp PDRB per kapita Rp / kap/ tahun Sumber : Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2004) 23 Kinerja Jaringan Jalan Dalam usaha untuk pelayanan perkembangan kebutuhan ekonomi masyarakat perlu diakomodasi oleh sistem infrastruktur yang tepat bagi masing-masing tingkat perkembangan maupun potensi yang dimiliki disetiap satuan wilayahuntuk lebih mengarahkan pengembangan infrastruktur dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional yang lebih merata dan yang lebih adil, diperlukan upaya menyeimbangkan dan menyerasikan dimensi pertumbuhan dan pemerataan, dengan mengembangkan metode efektifitas pelaksanaan program penanganan prasarana dan sarana bidang Kimpraswil terhadap pengembangan wilayah 231 Indeks Prasarana Jalan Dalam melakukan evaluasi kinerja jaringan jalan diperlukan suatu perhitungan yang mewakili kondisi suatu jalan Evaluasi ini dinyatakan dalam suatu indeks yang dinamakan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) Perhitungan IPJ berkaitan dengan empat variabel penting, yaitu (Depkimpraswil, 2004) : 1 Ketersediaan jalan : panjang total jaringan jalan perluas wilayah (km/km 2 ) dengan notasi Ktj 2 Kinerja jaringan jalan : panjang jalan mantap pertotal panjang jaringan jalan (%) dengan notasi Knj 3 Beban lalulintas : panjang total jaringan jalan per jumlah kendaraan (km/smp) dengan notasi Bln 4 Pelayanan prasarana jalan : panjang total jaringan jalan per jumlah penduduk (km/orang) dengan notasi Pyp Rumusan indikator Indeks Prasarana Jalan yang digunakan dalam studi ini adalah sebagai berikut : IPJ = a*skor (Ktj) + b*skor (Knj) + c*skor (Bln) +d*skor (Pyp) Dimana : Skor : sebuah fungsi dari model kualifikasi variabel / indikator Ktj : variabel / indikator ketersediaan prasarana jalan Knj : variabel / indikator kinerja jaringan jalan Bln : variabel / indikator beban lalulintas jalan Pyp : variabel / indikator pelayanan prasarana jalan a : bobot tingkat kepentingan dari variabel Ktj b : bobot tingkat kepentingan dari variabel Knj c : bobot tingkat kepentingan dari variabel Bln d : bobot tingkat kepentingan dari variabel Pyp Dimensi dari setiap variabel Indeks Prasarana Jalan (IPJ) berbeda beda, sehingga untuk menghitung IPJ dengan memakai rumusan di atas dilakukan kualifikasi terlebih dahulu terhadap nilai variabel tersebut (scoring) Dari hasil scoring diperoleh plaform penilaian yang sama diantara setiap variabel Indeks Prasarana Jalan (IPJ), sehingga akan dapat dilakukan proses pembobotan ( weighting) terhadap variabel IPJ tersebut

4 24 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Prasarana Jalan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Prasarana Jalan adalah suatu spesifikasi teknis penyediaan prasarana jalan yang sekurang kurangnya disediakan pada suatu wilayah untuk keperluan lalu lintas agar fungsi dari jaringan jalan memberikan dukungan pelayanan bagi kegiatan masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik Ada 3 (tiga) parameter kinerja SPM jaringan jalan, yaitu : 1 Aksesibilitas Aksesibilitas adalah suatu ukuran kemudahan bagi pengguna jalan untuk mencapai suatu pusat kegiatan atau simpul-simpul kegiatan di dalam wilayah yang dilayani jalandengan indikator tersedianya jaringan jalan yang mudah diakses oleh masyarakat Nilai indeks aksesibilitas dihitung dengan rumus : panjang jalan/ luas wilayah (km/km 2 ), sedangkan besaran parameter kinerja SPM untuk indeks aksesibilitas terbagi atas tingkat pelayanannya yang didasarkan pada kepadatan penduduk (jiwa/km 2 ) Tabel 2 Besaran Parameter Kinerja SPM untuk Indeks Aksesibilitas Kepadatan penduduk (jiwa/km 2 ) Nilai Indeks Kategori Besaran Aksesibilitas Sangat tinggi > 5000 > 5,00 Tinggi > 1000 > 1,50 Sedang > 500 > 0,50 Rendah > 100 > 0,15 Sangat rendah < 100 > 0,05 Sumber : Kepmenkimpraswil No534/KPTS/M/ Mobilitas Mobilitas adalah ukuran kualitas pelayanan jalan yang diukur oleh kemudahan per individu masyarakat melakukan perjalanan melalui jalan untuk mencapai tujuannya Dengan indikator tersedianya jaringan jalan yang dapat menampung mobilitas masyarakat Nilai indeks mobilitas dihitung dengan rumus : panjang jalan / 1000 penduduk (km/ 1000 penduduk), sedangkan besaran parameter kinerja SPM untuk indeks mobilitas terbagi atas pelayanannya yang didasarkan pada PDRB perkapita (juta Rp/ tahun) Tabel 3 Besaran Parameter Kinerja SPM untuk Indeks Mobilitas PDRB per kapita (juta Rp/Kap/Tahun) Kategori Besaran Nilai Indeks Mobilitas Sangat tinggi > 10 > 5,00 Tinggi > 5 > 2,50 Sedang > 2 > 1,00 Rendah > 1 > 0,50 Sangat rendah < 1 > 0,20 Sumber : Kepmenkimpraswil No534/KPTS/M/ Kecelakaan Dengan indikator tersedianya jaringan jalan yang dapat melayani pemakai jalan dengan aman Nilai indeks kecelakaan 1 dihitung dengan rumus : kecelakaan / km kendaraan, untuk nilai indeks kecelakaan 2 dihitung dengan rumus : kecelakaan/km/tahun Sedangkan besaran parameter kinerja SPM untuk indeks kecelakaan, baik untuk indeks kecelakaan 1 maupun indeks kecelakaan 2 dalam pedoman yang ada belum ditetapkan nilainya

5 3 METODOLOGI PENELITIAN 31 Bagan Alir Penelitian MULAI Identifikasi Permasalahan & Tujuan Penelitian Studi Pustaka Sistem jaringan jalan Hasil guna dan daya guna jaringan jalan Kinerja jaringan jalan Pengolahan dan Analisis Data Analisa nilai IPJ Analisa nilai SPM Evaluasi DayaGunadanHasilGuna JaringanJalanKabupaten Pengumpulan Data Primer Pengisian kuisioner untuk pembobotan variabel IPJ KESIMPULAN DAN SARAN SELESAI Pengumpulan Data Sekunder Peta jaringan jalan Panjang ruas jalan Kondisi perkerasan jalan Status jalan Data kependudukan (populasi dan strukturnya) Data luas wilayah dan penggunaan lahan Data populasi kendaraan berdasarkan jenisnya Data PDRB Kabupaten Labuhanbatu Selatan Gambar 31 Bagan Alir Penelitian 32 Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah kondisi kinerja jaringan jalan kabupaten yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan Pihak yang menjadi sumber utama adalah Kepala Bidang dan Kepala Seksi dari tiga instansi pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Labuhanbatu Selatan 33 Teknik Pengumpulan Data a Data Primer Data yang dikumpulkan langsung dari obyek yang diteliti dan berasal dari pengamatan langsung dimana peristiwa terjadi Data primer diperoleh melalui kunjungan, wawancara, pengisisan kuisioner, untuk mendapatkan persepsi tentang kualifikasi variabel IPJ dan bobot kepentingan antar variabel IPJ yang akan digunakan dalam estimasi IPJ wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan Terdapat 30 (tiga puluh) kuisioner yang diisi oleh tiga instansi pemerintah yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

6 Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari pihak ketiga atau dari sumber lain yang telah tersedia, seperti Labusel Dalam Angka, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Bappeda Labuhanbatu Selatan 4 HASIL DAN ANALISIS DATA 41 Indeks Prasarana Jalan a Kualifikasi Variabel Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) Ketersediaan prasarana jalan (Ktj) didefinisikan sebagai panjang total jaringan jalan per luaswilayah dengan satuan km/km2 Tabel 4Rata Rata Skor Kualifikasi Responden Terhadap Variabel Ktj No Nilai Ktj Keterangan Skor Rata - rata 1 0,05 km/km 2 1 km jalan melayani 20 km² wilayah 2,57 2 0,25 km/km 2 1 km jalan melayani 4 km² wilayah 3,83 3 1,25 km/km 2 1 km jalan melayani 0,8 km² wilayah 5,03 4 2,00 km/km 2 1 km jalan melayani 0,5 km² wilayah 6,17 5 5,00 km/km 2 1 km jalan melayani 0,2 km² wilayah 7,17 Model Kualifikasi Variabel Ktj Skor y = 09847ln(x) R² = Ktj (km/km²) Grafik1 Model Kualifikasi Variabel Ktj Hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi / skoring variabel sebagai berikut : (Skor Ktj) = 0,9847 ln (nilai Ktj) + 5,3189(R 2 = 0,9696)(41) b Kualifikasi Variabel Kinerja Jaringan Jalan (Knj) Kinerja Jaringan Jalan (Knj) didefinisikan sebagai panjang jalan kota mantap per total panjang jaringan jalan kabupaten yang dimensinya berupa proporsi atau persentase (%) jumlah panjang jalan yang mantap Tabel 5 Rata Rata Skor Kualifikasi Responden Terhadap Variabel Knj No Nilai Knj Keterangan Skor Rata - rata 1 25% 25 % jalan mantap, 75 % jalan tidak mantap 2, % 40 % jalan mantap, 60 % jalan tidak mantap 3, % 60 % jalan mantap, 40 % jalan tidak mantap 4, % 75 % jalan mantap, 25 % jalan tidak mantap 6, % 95 % jalan mantap, 5 % jalan tidak mantap 7,53

7 Skor Model Kualifikasi Variabel Knj Grafik 2 Model Kualifikasi Variabel Knj y = 7,745x + 0,189 R² = 0,997 0% 20% 40% 60% 80% 100% Knj (%jalan mantap) Hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi / skoring variabel sebagai berikut : (Skor Knj) = 7,745 (nilai Knj) + 0,189(R 2 = 0,997)(42) c Kualifikasi Variabel Beban Lalulintas (Bln) Beban lalu lintas ( Bln) didefenisikan sebagai panjang total jaringan jalan kota per jumlah kenderaan yang dimensinya berupa (km/1000 smp) Tabel 6 Rata rata Skor Kualifikasi Responden Terhadap Variabel Bln No Nilai Bln Keterangan Skor Rata - rata 1 5 km/1000 smp 1 km jalan melayani 200 kendaraan 5, km/1000 smp 1 km jalan melayani 100 kendaraan 5, km/1000 smp 1 km jalan melayani 40 kendaraan 5, km/1000 smp 1 km jalan melayani 25 kendaraan 4, km/1000 smp 1 km jalan melayani 17 kendaraan 4,50 Skor Model Kualifikasi Variabel Bln y = -0,49ln(x) + 6,521 R² = 0, Bln (km/1000smp) Grafik 3 Model Kualifikasi Variabel Bln Hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi / skoring variabel sebagai berikut : (Skor Bln) = - 0,49 ln(nilai Bln) + 6,521(R 2 =0,994)(43)

8 d Kualifikasi Variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) didefinisikan sebagai panjang total jaringan jalan kota per jumlah penduduk yang dimensinya berupa (km/penduduk) Tabel 7 Rata rata Skor Kualifikasi Responden Terhadap Variabel Pyp No Nilai Pyp Keterangan Skor Rata - rata 1 0,2 km/1000 orang 1 km jalan melayani 5000 orang 4,40 2 0,5 km/1000 orang 1 km jalan melayani 2000 orang 4,63 3 1,0 km/1000 orang 1 km jalan melayani 1000 orang 4,90 4 2,0 km/1000 orang 1 km jalan melayani 500 orang 4,97 5 5,0 km/1000 orang 1 km jalan melayani 200 orang 5,07 Skor Model Kualifikasi Variabel Pyp Grafik 4 Model Kualifikasi Variabel Pyp Hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi / skoring variabel sebagai berikut : (Skor Pyp) = 0,2121 ln (nilai Pyp) + 4,793(R 2 = 0,934)(44) Bobot Kepentingan antar Variabel IPJ Tabel 8 Bobot Kepentingan Variabel IPJ Urutan Variabel IPJ Kepentingan Bobot Kepentingan Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) 1 0,27 Beban Lalu Lintas (Bln) 2 0,26 Kinerja Jaringan Jalan (Knj) 3 0,24 Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) 4 0,23 Total 1,00 Model Estimasi Indikator IPJ y = 0212ln(x) R² = Pyp (km/1000 orang) IPJ = 0,27*skor(Ktj) + 0,26*skor(Bln) + 0,24*skor(Knj) + 0,23*skor(Pyp)(45) Dengan : (Skor Ktj) = 0,9847 ln (nilai Ktj) + 5,3189 (Skor Bln) = - 0,49 ln(nilai Bln) + 6,521 (Skor Knj) = 7,745 (nilai Knj) + 0,189 (Skor Pyp) = 0,2121 ln (nilai Pyp) + 4,793

9 Nilai Ktj = =, = 0,31 Nilai Bln = =, = 20,94 Nilai Knj = =,, = 0,59 Nilai Pyp = =, = 3,20 Skor Ktj = 0,9847 ln (nilai Ktj) + 5,3189 = 0,9847 ln(0,31) + 5,3189 = 4,16 Skor Bln = - 0,49 ln(nilai Bln) + 6,521 = -0,49 ln(20,94) + 6,521 = 5,03 Skor Knj = 7,745 (nilai Knj) + 0,189 = 7,745 (0,59) + 0,189 = 4,75 Skor Pyp = 0,2121 ln (nilai Pyp) + 4,793 = 0,2121 ln (3,20) + 4,973 = 5,21 Menghitung IPJ Kab Labuhanbatu Selatan : IPJ = 0,27*skor(Ktj) + 0,26*skor(Bln) + 0,24*skor(Knj) + 0,23*skor(Pyp) = 0,27(4,16) + 0,26(5,03) +0,24(4,75) + 0,23(5,21) = 4,77 Skor IPJ pada tahun 2014 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah 4,77 dinyatakan bahwa kuantitas/jumlah dan kualitas/kondisi fisik prasarana jalan Kabupaten tersebut adalah kurang (skor antara 3-4)

10 42 Analisa Standar Pelayanan Minimal 1 Indeks Aksesibilitas Indikator aksesibilitas untuk kinerja jaringan jalan dapat dilihat dari kepadatan penduduk yang dikaitkan dengan nilai aksesibilitas itu sendiri Nilai kepadatan penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah 98,5 penduduk/km 2, ini menunjukkan nilai kepadatan penduduk yang sangat rendah <100 dengan nilai aksesibilitas minimal adalah 0,05 km/km 2 Tabel 9Hasil Perhitungan Nilai Aksesibiltas Jaringan Jalan Luas Kepadatan Indeks Panjang Wilayah Penduduk Aksesibilitas Tahun (km 2 ) (jiwa/km 2 Jalan (km) ) Eksist Syarat M/TM ,13 0,064 0,05 M ,52 0,089 0,05 M ,33 0,102 0,05 M ,79 0,112 0,05 M ,5 584,895 0,187 0,05 M Keterangan : M = Memenuhi ; TM = Tidak Memenuhi 2 Indeks Mobilitas Indikator mobilitas untuk kinerja jaringan jalan dapat dilihat dari nilai PDRB yang dikaitkan dengan nilai perhitungan mobilitas itu sendiri Nilai PDRB yang di Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tahun 2014 adalah Rp ,88 per kapita Ini menunjukkan nilai PDRB yang sangat tinggi > Rp10 juta per tahun dengan nilai mobilitas Minimal adalah 5 km / 1000 jiwa Tabel 10 Hasil Perhitungan Nilai Mobilitas Jaringan Jalan Tahun PDRB (Rp) Jumlah Penduduk (jiwa) Panjang Jalan yang Baik (km) Indeks Mobilitas Eksist Syarat M/TM , ,13 0,727 5 TM , ,52 0,990 5 TM , ,33 1,121 5 TM , ,79 1,211 5 TM , ,895 1,904 5 TM Keterangan : M = Memenuhi ; TM = Tidak Memenuhi 3 Indeks Kecelakaaan Syarat untuk indeks kecelakaan belum ditentukan di dalam Kepmenkimpraswil No534/KPTS/M/2001 Sehingga dari hasil perhitungan indeks kecelakaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan belum dapat disimpulkan bagaimana hasilnya Jumlah Kecelakaan per Tahun Tabel 11 Hasil Perhitungan Nilai Kecelakaan Jaringan Jalan Kepadatan Panjang Jalan Indeks Kecelakaan Penduduk yang Baik (jiwa/km) (km) Eksist Syarat M/TM ,13 0, ,52 0, ,33 0, ,79 0, ,58 584,895 0,

11 43 Analisis Daya Guna dan Hasil Guna Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) Pengeluaran Sub Sektor Jalan (juta Rp) Indeks Prasarana Jalan Grafik 5Hubungan IPJ dengan Pengeluaran Pemerintah untuk Sub Sektor Jalan Suatu jaringan jalan dikatakan berdaya guna apabila dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sub sektor jalan minimal tetapi menghasilkan IPJ yang maksimal Grafik5 menunjukkan hubungan antara IPJ dengan dana yang dikeluarkan pemerintah untik sub sektor jalan pada tahun 2010 sampai dengan 2014 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Grafik5 menunjukkan bahwa tidak selamanya peningkatan dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sub sektor jalan akan meningkatkan IPJ Sistem jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan termasuk berdayaguna Hal ini terlihat dari setiap tahunnya pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan yang tidak beraturan tetapi menghasilkan IPJ yang semakin meningkat setiap tahunnya PDRB (Rp/Kap/Thn Indeks Prasarana Jalan Grafik 6 Hubungan IPJ dengan PDRB per kapita Suatu jaringan jalan dikatakan berhasil guna apabila jaringan jalan tersebut menghasilkan pendapatan per kapita yang tinggi Dengan kata lain, jaringan jalan dikatakan berhasil guna apabila rasio PDRB per kapita dengan IPJ setiap tahunnya mengalami peningkatandalam penelitian ini ditunjukkan bahwa setiap tahun nilai IPJ di Kabupaten Labuhanbatu Selatan mengalami peningkatan, begitu pula dengan PDRB per kapita penduduk yang juga mengalami peningkatan Artinya, jaringan jalan Kabupaten Labuhanbatu Selatan berhasil guna

12 5 KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan Berdasarkan hasil seluruh pembahasan yang telah diuraikan pada kajian ini, maka dapat ditarik kesimpulann sebagai berikut : 1 Skor Indeks Prasarana Jalan (IPJ) Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih tergolong rendah pada tahun 2014 yaitu 4,77 2 Sistem jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan termasuk efisien Hal ini terlihat dari setiap tahunnya pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan yang tidak beraturan tetapi menghasilkan IPJ yang semakin meningkat setiap tahunnya 3 Sistem jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan efektif Hal ini terlihat dari setiap tahunnya IPJ Kabupaten Labuhanbatu Selatan mengalami peningkatan dan menghasilkan PDRB per kapita yang semakin meningkat setiap tahunnya 4 Pencapaian SPM jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, untuk indeks aksesibilitas sebesar 0,064 pada tahun 2010; 0,089 pada tahun 2011; 0,102 pada tahun 2012; 0,112 pada tahun 2013 dan 0,187 pada tahun 2014 Indeks aksesibiltas tersebut memenuhi persyaratan untuk kepadatan penduduk dengan kategori sangat rendah dengan besaran < 100 jiwa/km 2 yaitu > 0,05 5 Pencapaian SPM jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, untuk indeks mobilitas sebesar 0,727 pada tahun 2010; 0,990 pada tahun 2011; 1,121 pada tahun 2012; 1,211 pada tahun 2012 dan 1,904 pada tahun 2014 Indeks mobilitas tersebut belum memenuhi persyaratan untuk kategori PDRB per kapita dengan kategori sangat tinggi dengan besaran > Rp10 juta/kapita/tahun yaitu > 5,00 6 Pencapaian SPM jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, untuk indeks kecelakaan sebesar 0,0013 pada tahun 2010; 0,0017 pada tahun 2011; 0,0021 pada tahun 2012; 0,0015 pada tahun 2013 dan 0,0012 pada tahun 2014 Syarat untuk indeks kecelakaan belum ditentukan di dalam Kepmenkimpraswil No534/KPTS/M/ Permasalahan utama pada Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah minimnya panjang jalan yang tersedia dan kondisi mantap yang mempengaruhi kinerja jaringan jalan sehingga dibutuhkan penanganan melalui program peningkatan untuk panjang jalan dan pemeliharaan kondisi jalan rusak ringan dan rusak berat 52 Saran 1 Perlunya perhatian yangbesardalam memperhatikan kinerja jaringan jalan sebagai salah satu faktor penunjang keberhasilan perekonomian penduduk 2 Perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap penilaian kuantitas dan kualitas hasil pembangunan di bidang jalan, sehingga dapat dirumuskan berbagai upaya peningkatan daya guna dan hasil guna jaringan jalan 3 Perlu dilakukannya penanganan melalui program peningkatan untuk panjang jalan dan pemeliharaan kondisi jalan rusak ringan dan rusak berat Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2011 Labusel Dalam Angka 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2012 Labusel Dalam Angka 2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2013 Labusel Dalam Angka 2013 Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2014 Labusel Dalam Angka 2014 Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2015 Labusel Dalam Angka 2015 Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Sekretariat Jenderal 2004 Laporan Akhir Pengembangan Indikator Efektifitas Pelaksanaan Program Prasarana Wilayah Hermawan, Ebby 2005 Kajian Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Jalan di Jawa Barat Tesis Program Magister Teknik Sipil PengutamaanRekayasa dan Manajemen Infrastruktur ITB Bandung Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001

13 Maulina, Febriyanti 2007 Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Kabupaten di Wilayah Kabupaten Serang Tesis Program Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur ITB Bandung Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Nomor 01/PRT/M/2014 Pinarika, Putri 2012 Studi Kinerja Jaringan Jalan di Wilayah Kota Padangsidimpuan Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara Medan Republik Indonesia 2004 Undang- Undang No 38 Tahun 2004 Tentang Jalan Santosa, Wimpy,Joewono, Tri Basuki 2005 An Evaluation Of Road Network Performance In IndonesiaDalamjurnal : Proceedings of The Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol 5, Pp Tamin OZ, Tamin, RZ, Karsa, JT 2006 Kajian Pengembangan Indikator Kinerja Untuk Mengevaluasi Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Jaringan Jalan Kabupaten (Studi Kasus Provinsi Sulawesi Selatan) Tamin, O Z 2008 Perencanaan, Pemodelan dan Rekayasa Transportasi ITB Bandung

KAJIAN SISTEM JARINGAN JALAN DI WILAYAH KOTA PEKANBARU Arif Manotar Panjaitan 1 dan Zulkarnain A.Muis 2

KAJIAN SISTEM JARINGAN JALAN DI WILAYAH KOTA PEKANBARU Arif Manotar Panjaitan 1 dan Zulkarnain A.Muis 2 KAJIAN SISTEM JARINGAN JALAN DI WILAYAH KOTA PEKANBARU Arif Manotar Panjaitan 1 dan Zulkarnain A.Muis 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. III. 2 Tahapan Penelitian Metodologi penelitian untuk studi ini diperlihatkan melalui bagan alir pada Gambar III.1.

BAB III METODOLOGI. III. 2 Tahapan Penelitian Metodologi penelitian untuk studi ini diperlihatkan melalui bagan alir pada Gambar III.1. BAB III METODOLOGI III.1. Umum Metodologi adalah suatu proses, prinsip dan prosedur yang akan digunakan untuk mendeteksi masalah dalam mencari jawaban. Metodologi adalah pendekatan umum untuk mengkaji

Lebih terperinci

STUDI KINERJA JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN LABUHAN BATU

STUDI KINERJA JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN LABUHAN BATU STUDI KINERJA JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN LABUHAN BATU Oemar 1, Ir. Jeluddin Daud, M. Eng 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email :

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Variabel IPJ yang telah ditentukan memiliki dimensi dan tingkat kepentingan yang berbeda sehingga diperlukan adanya:

LAMPIRAN. Variabel IPJ yang telah ditentukan memiliki dimensi dan tingkat kepentingan yang berbeda sehingga diperlukan adanya: LAMPIRAN BAGIAN I PENGANTAR SURVEY 1.1 Pelaksana Studi Survey wawancara ini merupakan bagian dari pelaksanaan tentang pengumpulan data tentang studi kinerja jaringan jalan di Wilayah Kota Pekanbaru. 1.2

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PELAYANAN JARINGAN JALAN LINTAS TIMUR PROVINSI ACEH BERDASARKAN INDIKATOR INDEKS PRASARANA JALAN (IPJ)

ANALISIS KEMAMPUAN PELAYANAN JARINGAN JALAN LINTAS TIMUR PROVINSI ACEH BERDASARKAN INDIKATOR INDEKS PRASARANA JALAN (IPJ) ISSN 2088-9321 ISSN e-2502-5295 pp. 111-122 ANALISIS KEMAMPUAN PELAYANAN JARINGAN JALAN LINTAS TIMUR PROVINSI ACEH BERDASARKAN INDIKATOR INDEKS PRASARANA JALAN (IPJ) Liza Karmina 1, Renni Anggraini 2,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Anonim, (2003), Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan di Kab. Serang (2003), Dinas Perhubungan Kabupaten Serang, Banten

DAFTAR PUSTAKA. 1. Anonim, (2003), Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan di Kab. Serang (2003), Dinas Perhubungan Kabupaten Serang, Banten DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, (2003), Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan di Kab. Serang (2003), Dinas Perhubungan Kabupaten Serang, Banten 2. Hermawan, Ebby, (2005), Kajian Penerapan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Umum Transportasi merupakan kegiatan memindahkan atau mengangkut muatan (barang dan manusia) dari suatu tempat ke tempat lain. Kegiatan transportasi dibutuhkan manusia sejak

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA JARINGAN JALAN KABUPATEN DI WILAYAH KABUPATEN SERANG

EVALUASI KINERJA JARINGAN JALAN KABUPATEN DI WILAYAH KABUPATEN SERANG EVALUASI KINERJA JARINGAN JALAN KABUPATEN DI WILAYAH KABUPATEN SERANG TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: FEBRIYANTI MAULINA

Lebih terperinci

BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN

BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) V.1.1 Kualifikasi dan Pembobotan Variabel Indeks Prasarana Jalan Untuk mengestimasi skor IPJ di suatu wilayah, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jalan sebagai prasarana dalam sistem transportasi nasional memiliki peranan penting dalam mendukung kehidupan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Berdasarkan fungsinya, jalan dibagi lagi menjadi jalan arteri primer yang

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG bidang TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG MOHAMAD DONIE AULIA, ST., MT Program Studi Teknik Sipil FTIK Universitas Komputer Indonesia Pembangunan pada suatu

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG JALAN DI JAWA BARAT

KAJIAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG JALAN DI JAWA BARAT KAJIAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG JALAN DI JAWA BARAT ABSTRAK KAJIAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG JALAN DI JAWA BARAT Oleh Ebby Hermawan NIM : 25002037 Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Umum Transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita. Transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA JALAN PROPINSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETERBATASAN DANA PENANGANAN JALAN (STUDI KASUS PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR) TESIS

EVALUASI KINERJA JALAN PROPINSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETERBATASAN DANA PENANGANAN JALAN (STUDI KASUS PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR) TESIS EVALUASI KINERJA JALAN PROPINSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETERBATASAN DANA PENANGANAN JALAN (STUDI KASUS PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

ANALISIS ALOKASI ANGGARAN PEMELIHARAAN TERHADAP PENINGKATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PRASARANA JALAN DI BANDAR LAMPUNG

ANALISIS ALOKASI ANGGARAN PEMELIHARAAN TERHADAP PENINGKATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PRASARANA JALAN DI BANDAR LAMPUNG Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 ANALISIS ALOKASI ANGGARAN PEMELIHARAAN TERHADAP PENINGKATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PRASARANA JALAN DI BANDAR LAMPUNG Tedy Murtejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA II.1. Umum Jalan sebagai prasarana transportasi merupakan suatu sistem prasarana yang kemampuan operasinya sangat ditentukan oleh kontinuitasnya dalam jaringan yang terintegrasi dengan

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG

EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG Lisa Ramayanti Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung, Indonesia, 40141 Telp.

Lebih terperinci

Teknika; Vol: 2, No: 4, September 2012 ISSN:

Teknika; Vol: 2, No: 4, September 2012 ISSN: Analisis Dampak Kegiatan Retribusi Angkutan Di Depan Terminal Tipe B Kota Martapura OKU Timur Terhadap Karakteristik Lalau Lintas Jalan Lintas Tengah Sumatera Oleh: Ferry Desromi Abstract Traffic impact

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN Revisi Atas Dinas Komunikasi dan Informatika Tahun 2016-2021 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN 2016-2021 DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU Jalan Raya

Lebih terperinci

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging No.543, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. UPT. Pelaksanaan Jalan Nasional. Tipologi. Kriteria. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU BERBASIS TINGKAT PELAYANAN. Andytia Pratiwi 1)

ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU BERBASIS TINGKAT PELAYANAN. Andytia Pratiwi 1) ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU BERBASIS TINGKAT PELAYANAN Andytia Pratiwi 1) Abstract This study aims to identify patterns of movement in Pringsewu District

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN JALAN BERBASIS IRMS (STUDI KASUS PROVINSI JAWA BARAT)

PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN JALAN BERBASIS IRMS (STUDI KASUS PROVINSI JAWA BARAT) PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN JALAN BERBASIS IRMS (STUDI KASUS PROVINSI JAWA BARAT) ABSTRAK PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI Riky Dony Ardian, Ana Hardiana, Rufia Andisetyana Putri Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kerangka pengembangan wilayah, perlu dibatasi pengertian wilayah yakni ruang permukaan bumi dimana manusia dan makhluk lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin beragam merupakan indikasi dari perkembangan sebuah kota. Berbagai macam kebutuhan masyarakat tersedia dalam bentuk fasilitas pelayanan,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN 2005-2010 A. Latar Belakang Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu kerangka pendekatan pola pikir dalam rangka menyusun dan melaksanakan suatu penelitian. Tujuannya adalah untuk mengarahkan proses berpikir untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor jalan merupakan salah satu penunjang yang sangat penting bagi kegiatan-kegiatan ekonomi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan penelitian. 1.1.1. Latar belakang. Jalan merupakan sarana transportasi darat yang mempunyai peranan besar dalam arus lalu lintas barang dan orang, sebagai penghubung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada dibawah kekuasaan

Lebih terperinci

KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG

KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG PERFORMANCE INFRASTRUCTURE STRATEGIC AREA AT REGIONAL INFRASTRUCTURE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur merupakan bagian penting karena berpengaruh pada sektor ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014 disebutkan bahwa Kementerian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas angkutan barang dan jasa (orang) yang aman, nyaman, dan berdaya guna.

Lebih terperinci

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan 3. Perspektif Wilayah dan Permintaan Perjalanan Masa Mendatang 3.1 Perspektif Wilayah Jabodetabek Masa Mendatang Jabodetabekpunjur 2018 merupakan konsolidasi rencana pengembangan tata ruang yang memberikan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan LAPORAN AKHIR 2434.002.001.107.B Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

KAJIAN PERGERAKAN BANGKITAN PERUMAHAN TERHADAP LALU LINTAS. Juanita 1*

KAJIAN PERGERAKAN BANGKITAN PERUMAHAN TERHADAP LALU LINTAS. Juanita 1* KAJIAN PERGERAKAN BANGKITAN PERUMAHAN TERHADAP LALU LINTAS Juanita 1* 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh Po Box 202 Purwokerto, 53182. * Email:

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu)

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu) Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu) ANDI CHAIRUL ACHSAN 1* 1. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak

PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA Muhammad Ridwan 1, Renni Anggraini 2, Nurlely 2 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala 2 Staf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

ABSTRAK KAJIAN ALOKASI DANA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL RAHMI YULIASIH NIM :

ABSTRAK KAJIAN ALOKASI DANA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL RAHMI YULIASIH NIM : i ABSTRAK KAJIAN ALOKASI DANA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL Oleh RAHMI YULIASIH NIM : 25002068 Jalan adalah aset negara yang mempunyai peran sangat strategis dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan hankam.

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESENJANGAN EKONOMI ANTAR DAERAH PESISIR DI PROVINSI BENGKULU

KAJIAN DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESENJANGAN EKONOMI ANTAR DAERAH PESISIR DI PROVINSI BENGKULU KAJIAN DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESENJANGAN EKONOMI ANTAR DAERAH PESISIR DI PROVINSI BENGKULU The Impact Of Regional Divisions To Economic Disparity Among Coastal Regions In Bengkulu Province

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung

Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015 Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung TAUPIK HIDAYAT¹,

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN RAMP SIMPANG SUSUN BAROS

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN RAMP SIMPANG SUSUN BAROS EVALUASI TINGKAT PELAYANAN RAMP SIMPANG SUSUN BAROS Budi Hartanto Susilo, Ivan Imanuel Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jalan Prof. drg. Suria Sumantri, MPH. No.

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan Ivana Putri Yustyarini dan Rulli Pratiwi Swtiawan Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PADA BADAN JALAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LALU LINTAS (STUDI KASUS: JALAN SILIWANGI KABUPATEN GARUT)

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PADA BADAN JALAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LALU LINTAS (STUDI KASUS: JALAN SILIWANGI KABUPATEN GARUT) ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PADA BADAN JALAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LALU LINTAS (STUDI KASUS: JALAN SILIWANGI KABUPATEN GARUT) Yaumil Wahdan 1, Ida Farida 2, Sulwan Permana 3 Jurnal Konstruksi Sekolah

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS

ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS M. Debby Rizani Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

PRIORITAS PENANGANAN PERMASALAHAN TRANSPORTASI PADA JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR. Oleh : TRI AJI PEFRIDIYONO L2D

PRIORITAS PENANGANAN PERMASALAHAN TRANSPORTASI PADA JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR. Oleh : TRI AJI PEFRIDIYONO L2D PRIORITAS PENANGANAN PERMASALAHAN TRANSPORTASI PADA JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR Oleh : TRI AJI PEFRIDIYONO L2D 097 480 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI Dalam bab ini akan membahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan studi yang dilakukan, yaitu mengenai pebgertian tundaan, jalan kolektor primer, sistem pergerakan dan aktivitas

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Banyak negara berkembang menghadapi permasalahan transportasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir. Penentuan kelas kerentanan

Lebih terperinci

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH Diklat Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Tanah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe

BAB I PENDAHULUAN. Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam perencanaan prasarana tranportasi jalan raya di Indonesia berpedoman pada Manual Kapasitas Jalan Raya (MKJI) tahun 1997. Ekivalensi Mobil Penumpang (emp) adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBANGUNAN PALANGKARAYA MALL (PALMA) TERHADAP KINERJA LALU LINTAS DI BUNDARAN BESAR PALANGKARAYA

PENGARUH PEMBANGUNAN PALANGKARAYA MALL (PALMA) TERHADAP KINERJA LALU LINTAS DI BUNDARAN BESAR PALANGKARAYA PENGARUH PEMBANGUNAN PALANGKARAYA MALL (PALMA) TERHADAP KINERJA LALU LINTAS DI BUNDARAN BESAR PALANGKARAYA Fransisco HRHB 1) Alderina 2) ABSTRAKSI Tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui pengaruh pengembangan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan jalan bebas hambatan dan menjadi bagian dari sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar

Lebih terperinci

STUDI POLA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN KOTA NANGA PINOH DI KABUPATEN MELAWI. Abstrak

STUDI POLA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN KOTA NANGA PINOH DI KABUPATEN MELAWI. Abstrak STUDI POLA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN KOTA NANGA PINOH DI KABUPATEN MELAWI Didit Rukmana 1) Komala Erwan 2) dan Said Basalim 2) Abstrak The road is a vital tool that needs to be maintained and enhanced

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015)

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat terdiri dari 12 kabupaten yang terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU THE CONTRIBUTION OF THE FISHERIES SUB-SECTOR REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tangerang sebagai salah satu wilayah satelit dari ibukota Jakarta mengalami pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor pertumbuhan penduduk,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI ATAS KEBIJAKAN AMDAL DALAM PEMBANGUNAN TATA RUANG KOTA SURAKARTA

UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI ATAS KEBIJAKAN AMDAL DALAM PEMBANGUNAN TATA RUANG KOTA SURAKARTA UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI ATAS KEBIJAKAN AMDAL DALAM PEMBANGUNAN TATA RUANG KOTA SURAKARTA TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi CAROLINA VIVIEN CHRISTIANTI

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO EFFECTIVENESS AND EFFICIENCY ANALYSIS OF BUDGETING OF DEVELOPMENT PLANNING AGENCY

Lebih terperinci

PENGARUH TRANSPORTASI DAN ATRIBUT LAHAN TERHADAP HARGA LAHAN LOKASI BISNIS STUDI KASUS : JAKARTA BARAT

PENGARUH TRANSPORTASI DAN ATRIBUT LAHAN TERHADAP HARGA LAHAN LOKASI BISNIS STUDI KASUS : JAKARTA BARAT PENGARUH TRANSPORTASI DAN ATRIBUT LAHAN TERHADAP HARGA LAHAN LOKASI BISNIS STUDI KASUS : JAKARTA BARAT oleh Najid, Febriany Ferdinandus Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi baik oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN INDEKS PELAYANAN JALAN DALAM MENENTUKAN TINGKAT PELAYANAN JALAN

PENGGUNAAN INDEKS PELAYANAN JALAN DALAM MENENTUKAN TINGKAT PELAYANAN JALAN PENGGUNAAN INDEKS PELAYANAN JALAN DALAM MENENTUKAN TINGKAT PELAYANAN JALAN Oleh: Najid Dosen Jurusan Tek.Sipil Untar email : najid2009@yahoo.com Telp. 0818156673 Ofyar Z.Tamin Guru Besar Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Rudy Setiawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian ini intinya adalah menguraikan bagaimana cara penelitian dilakukan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan judul tesis dan memenuhi tujuan penelitian.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat...

Lebih terperinci

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan TUJUAN SASARAN STRATEGIS TARGET KET URAIAN INDIKATOR TUJUAN TARGET TUJUAN URAIAN INDIKATOR KINERJA 2014 2015 2016 2017 2018 1 2 3 4 6 7 8 9 10 13 Mendukung Ketahanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. moda, multi disiplin, multi sektoral,dan multi masalah, hal ini dikarenakan banyaknya

BAB III METODOLOGI. moda, multi disiplin, multi sektoral,dan multi masalah, hal ini dikarenakan banyaknya BAB III METODOLOGI III.1. METODE PENDEKATAN MASALAH Menurut Tamin (1997) analisis permasalahan transportasi bersifat multi moda, multi disiplin, multi sektoral,dan multi masalah, hal ini dikarenakan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang. memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama guna

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang. memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama guna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama guna kesinambungan distribusi barang dan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri dan Kota adalah dua hal yang saling berkaitan. Hal ini disebabkan sektor industri merupakan salah satu indikator suatu daerah telah maju atau bisa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan yang menjalar ke wilayah sekitarnya. Perkembangan aktivitas ini telah

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan yang menjalar ke wilayah sekitarnya. Perkembangan aktivitas ini telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan berkembang seiring dengan pesatnya pertumbuhan aktivitas perkotaan yang menjalar ke wilayah sekitarnya. Perkembangan aktivitas ini telah membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang dicapai selama ini telah menimbulkan berbagai tuntutan baru diantaranya sektor angkutan. Diperlukan tingkat pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ALAT-ALAT BERAT PROYEK

EVALUASI PENGGUNAAN ALAT-ALAT BERAT PROYEK EVALUASI PENGGUNAAN ALAT-ALAT BERAT PROYEK Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jalan Sei Rakyat Labuhan Bilik Sei Berombang Kecamatan Panai Tengah Panai Hilir Kabupaten Labuhan Batu Syafriani 1, Ir. Joni

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U )

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U ) INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U ) DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN 2016-2021 DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU Jalan Raya Belilas Km. 06 Pematang Reba

Lebih terperinci

PENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK DALAM MANAJEMEN TRANSPORTASI UNTUK MENGATASI KEMACETAN DI DAERAH PERKOTAAN

PENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK DALAM MANAJEMEN TRANSPORTASI UNTUK MENGATASI KEMACETAN DI DAERAH PERKOTAAN PENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK DALAM MANAJEMEN TRANSPORTASI UNTUK MENGATASI KEMACETAN DI DAERAH PERKOTAAN Sugeng Wiyono Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau Jl. KH Nasution Km 10 Kampus UIR P. Marpoyan

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA Abstrak Sy. Mulian Oktari 1), Sumiyattinah 2), Heri Azwansyah 2) Keberadaan jalan memegang

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Sipil ISSN

Jurnal Teknik Sipil ISSN ISSN 2088-9321 ISSN e-2502-5295 pp. 543-552 TINJAUAN KONDISI PERKERASAN JALAN DENGAN KOMBINASI NILAI INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI) DAN SURFACE DISTRESS INDEX (SDI) PADA JALAN TAKENGON BLANGKEJEREN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Secara administratif, Jakarta berperan sebagai pusat pemerintahan

Lebih terperinci

INVENTARISASI PARKIR JAKABARING BERDASARKAN GPS ANDROID

INVENTARISASI PARKIR JAKABARING BERDASARKAN GPS ANDROID INVENTARISASI PARKIR JAKABARING BERDASARKAN GPS ANDROID Endang Supriyadi Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Kajian Utama Transportasi Fakultas Teknik Unsri Jl. Raya Prabumulih Km. 32 Indralaya Ogan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota negara dan sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Menurut Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi (2010), Jakarta mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah perkotaan mempunyai sifat yang sangat dinamis, berkembang sangat cepat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan daerah perkotaan dapat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian negara harus ditingkatkan agar tidak terpuruk karena adanya perdagangan bebas, cara untuk memperkuat perekonomian Negara adalah dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii INTISARI... iii ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1

Lebih terperinci