BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Kebutuhan Analisis Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Kebutuhan Analisis Masalah"

Transkripsi

1 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Kebutuhan Ada banyak hal yang berhubungan dengan sastra atau ilmu bahasa yang dapat diterapkan di dalam teknologi, seperti penerjemahan bahasa, analisis tata bahasa, perbaikan informasi, meringkas suatu teks, dan masih banyak lagi. Algoritma dan aturan-aturan yang spesifik diperlukan untuk membuat teknologi yang mampu melakukan hal-hal tersebut. Hal ini dibutuhkan karena setiap bahasa memiliki sifat dan karakteristik masing-masing. Bahasa Indonesia memiliki dua karakter, yaitu aglutinatif dan infleksi. Karakter aglutinatif membuat bahasa Indonesia memiliki banyak kata kombinasi antara kata dasar dan afiks. Karakter infleksi membuat bahasa Indonesia memiliki banyak aturan dan kemungkinan bentuk kata, karena beberapa kombinasi antara kata dasar dan afiks akan mengubah bentuk kata dasar. Dalam membuat aplikasi ini, dibutuhkan juga sebuah database yang mengandung seluruh kata dasar di dalam bahasa Indonesia. Database tersebut telah disediakan oleh KBBI online dengan nama file tb_katadasar.sql. Isi dari file tersebut merupakan satu tabel yang terdiri dari 3 kolom yakni id_katadasar dengan tipe variabel integer dengan panjang 10, katadasar dengan tipe varchar yang memiliki panjang 70, dan tipe_katadasar memiliki tipe data varchar yang memiliki panjang 25. Jumlah data yang dimasukkan berjumlah kata dasar Analisis Masalah Dalam bidang natural language processing, diperlukan suatu analyzer yang dapat memberikan informasi mengenai proses pembentukan suatu kata. Analyzer tersebut dapat memberikan berbagai macam informasi mengenai terbentuknya suatu kata dari aspek linguistik. Hasil dari analyzer tersebut dapat dipelajari struktur dan susunan dari suatu kata. Analyzer ini sering juga disebut morphological analyzer. Sedangkan, untuk mendapatkan informasi kata dasar dari kata berimbuhan dibutuhkan lemmatizer. 49

2 50 Lemmatizer dapat memberikan informasi mengenai proses pembentukan kata dasar dari kata berimbuhan. Morphological analyzer dalam penggunaannya dapat dimanfaatkan untuk melihat bagaimana suatu kata terbentuk, apa saja kata dasarnya dan apa saja informasi linguistik yang terdapat pada kata tersebut. Segala informasi yang diperoleh dari morphological analyzer dapat membantu dalam mempelajari suatu kata dan proses pembentukannya. Adapun masalah yang dihadapi dalam penambahan imbuhan dari kata dasar adalah kata-kata yang tidak mengikuti rule namun karena kata tersebut terdengar enak di telinga masyarakat maka kata tersebut dimasukkan ke dalam kamus (contoh : men+pesona seharusnya menjadi memesona jika mengikuti rule, namun penggunaanya di masyarakat menggunakan kata mempesona) ataupun kata-kata yang seharusnya tidak masuk ke dalam kamus karena tidak mengikuti rule namun dimasukkan ke dalam kamus (contoh : pen+tinju seharusnya menjadi peninju namun ada kata petinju dimana kata tersebut tidak sesuai dengan rule yang ada). Di Indonesia, morphological analyzer dan lemmatizer bukan merupakan subjek yang umum dibahas, tetapi sudah ada beberapa orang yang berhasil membuatnya seperti yang telah dibahas. Namun, morphological analyzer dan lemmatizer yang sudah pernah dibuat, seperti penelitian yang dilakukan oleh Suhartono, Christiandy, dan Rolando pada tahun 2014, masih bisa dapat dikembangkan menjadi lebih sempurna. Penyempurnaan tersebut antara lain dengan penambahan penanganan dalam masalah reduplikasi dalam bahasa Indonesia (contoh : rumah-rumahan, mobil-mobilan). Dimana dalam penelitian-penelitian sebelumnya reduplikasi tidak dimasukkan kedalam penelitian tersebut, hanya kata yang diberi afiks dan sufiks. Selain reduplikasi, penyempurnaan yang ditambahkan adalah kata gabung (contoh : tanggung jawab). Dimana kata tersebut merupakan kata dasar yang terdapat dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Penelitian-penelitian sebelumnya juga belum memasukkan kata gabung ke dalam cakupan masalah penelitan.

3 Wawancara dengan Pakar Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dra. Hari Sulastri, M.Pd. sebagai pakar dalam bidang penelitian bahasa Indonesia (hasil wawancara terlampir), diketahui bahwa dalam bahasa Indonesia untuk mengetahui imbuhan yang dapat diberikan kepada suatu kata perlu diperhatikan makna dari kata tersebut. Setiap kata memiliki kombinasi imbuhan yang dapat ditambahkan walaupun memiliki kelas kata yang sama (Contoh : me + bungkus membungkus sedangkan kata kucing tidak umum jika diberi imbuhan me mengucing ). Sementara itu, tidak ada aturan baku untuk memisahkan satu kata dengan kata lainnya yang bisa diberi imbuhan tertentu selain aturan-aturan dari morfotaktik, namun hasil dari kata yang diberi imbuhan di morfotaktik tidak selalu benar.

4 52

5 53

6 Metodologi Gambar 3.1 Flowchart

7 Pencarian Database Proses pencarian kata didalam database, database disini merupakan database kata dasar berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia. Ketika pencarian database setelah pembacaan input mengeluarkan hasil gagal, maka algoritma akan menjalankan proses lemmatization, sedangkan jika berhasil maka algoritma akan menjalankan proses morphological analyzer. Selain setelah pembacaan input, setelah setiap kali kata mengalami perubahan bentuk, pencarian database akan dilakukan dan jika kata ditemukan, maka proses perubahan akan selesai dan algoritma berakhir ketika kata dasar ditemukan Pencarian Token Jika pencarian database setelah pembacaan input gagal, maka algoritma mengasumsikan kata tersebut adalah kata berimbuhan. Namun, sebelum masuk kedalam rule kata berimbuhan, algoritma akan mencari token - untuk mengecek apakah kata yang dimasukkan merupakan kata ulang berimbuhan tidak berubah fonem atau tidak. Jika tidak ditemukan token - dalam kata tersebut, maka algoritma akan langsung meneruskan kata ke rule kata berimbuhan, jika terdapat token - maka algoritma akan melakukan proses pemisahan kata terhadap kata tersebut terlebih dahulu Pemisahan Kata Ulang Proses yang dilakukan jika token - ditemukan dalam kata adalah memisahkan kata tersebut menjadi dua kata yang akan diproses secara terpisah. Jika kedua kata di dalam kata ulang tersebut sudah sama dan setelah dilakukan pengecekan database kedua kata tersebut ada di database, maka algoritma akan mengeluarkan kata dasar dan algoritma berhenti. Namun, jika ada satu kata saja yang berbeda, maka kata tersebut diasumsikan kata ulang berimbuhan oleh algoritma, dan kemudian dilakukan proses penghilangan imbuhan sesuai dengan rule precedence dimana kedua kata tidak sesuai dengan rule precedence.

8 Pengecekan Rule Precedence Pengecekan rule precedence ini bertujuan untuk mempercepat proses pemotongan imbuhan dengan membaginya kedalam dua aturan kombinasi imbuhan. Adapun kombinasi imbuhan tersebut adalah : 1. be- dan -lah 2. be- dan -an 3. me- dan -i 4. di- dan -i 5. pe- dan -i 6. te- dan -i Apabila kata berimbuhan yang dimasukkan ke dalam algoritma mengandung pasangan imbuhan diatas, maka algoritma akan membaca kata berimbuhan tersebut ke dalam kategori sesuai dengan rule precedence sehingga urutan proses yang akan dikerjakan adalah penghilangan prefiks derivasi, penghilangan sufiks infleksional, dan penghilangan sufiks derivasi. Setelah proses selesai, jika kata masih belum ditemukan pula, maka kata berimbuhan akan dipulihkan dan akan dilakukan pengecekan berdasarkan rule precedence yang tidak sesuai sehingga akan dijalankan proses pengerjaan penghilangan sufiks infleksional, penghilangan sufiks derivasi, dan penghilangan prefiks derivasi. Sebaliknya, jika kata berimbuhan yang dimasukkan tidak mengandung pasangan imbuhan tersebut, maka urutan proses pengerjaannya adalah penghilangan sufiks infleksional, penghilangan sufiks derivasi, dan penghilangan prefiks derivasi, kemudian dilanjutkan dengan penghilangan prefiks derivasi, penghilangan sufiks infleksional, dan penghilangan sufiks derivasi jika setelah melewati rule precedence yang tidak sesuai masih tidak ditemukan bentuk kata dasarnya Penghilangan Sufiks Infleksional Sufiks infleksional memiliki dua bentuk, yaitu partikel ( -lah, -tah, -pun, - tah ) dan kata ganti kepemilikian ( -ku, -mu, -nya ). Dalam bahasa Indonesia, sufiks partikel selalu diletakkan di paling akhir kata berimbuhan. Sehingga, dalam proses ini sufiks partikel akan dihilangkan terlebih dahulu, yang kemudian akan dilanjutkan dengan penghilangan sufiks kata ganti kepemelikan. Sebagai contoh kata punyakupun

9 57 mengandung partikel -pun dan sufiks kata ganti kepemilikan -ku. Dalam proses ini yang akan dihilingkan terlebih dahulu adalah sufiks partikel -pun menjadi kata punyaku, lalu akan dilakukan proses pencarian database karena kata punyaku tidak ada di database maka akan dilakukan proses pemotongan sufiks kata ganti kepemilikian -ku yang pada akhirnya akan menghasilkan kata punya Penghilangan Sufiks Derivasi Di proses ini, algoritma akan menghilangkan sufiks derivasi ( -i, -an, -kan ) dari kata berimbuhan yang dimasukkan ke dalam algoritma. Sufiks derivasi selalu berada sebelum sufiks infleksional, maka dari itu urutan proses pengerjaan penghilangan sufiks derivasi pasti setelah pengerjaan penghilangan sufiks infleksional, kecuali kata yang dimasukkan tidak memiliki sufiks infleksional. Sebagai contoh, kata bukakan tidak memiliki sufiks infleksional, maka proses akan langsung masuk ke proses penghilangan sufiks derivasi yaitu menghilangkan sufiks derivasi -kan sehinga algoritma akan menghasilkan kata buka sebagai output. Proses yang berbeda akan dilakukan ketika dimasukkan kata makanannya. Algoritma akan menghilangkan sufiks infleksional kata ganti kepemilikan -nya terlebih dahulu menghasilkan kata makanan yang kemudian akan dihilangkan sufiks derivasi -an menghasilkan kata makan sebagai output Penghilangan Prefiks Derivasi Dalam proses ini, prefiks derivasi dari sebuah kata berimbuhan akan dihilangkan. Di dalam prefiks derivasi terdapat prefiks yang bisa langsung dipotong tanpa rule, yakni prefiks di-, ke-, se- hanya akan dilakukan pemotongan secara langsung jika kata yang dimasukkan terdeteksi memiliki tiga prefiks tersebut. Sebagai contoh dimakan, sebuah, ketabrak, algoritma hanya perlu menghilangkan prefiks derivasi maka kata dasar dari kata berimbuhan tersebut langsung ditemukan. Selain prefiks tersebut, terdapat beberapa prefiks yang perlu diberi rule karena prefiks tersebut dapat merubah bentuk kata adapun prefiks-prefiks yang perlu diberi rule adalah prefiks me-, be-, pe-, te- Adapun rule untuk prefiks me-, ber-, per-, ter- adalah sebagai berikut :

10 58 Tabel 3.1 Rule untuk imbuhan me- Rule Input Output 1 me(l,r,ny,ng) me-(l,r,m,ny,ng) 2 mem(b,f,v) mem-(b,f,v) 3 memv me-mv me-pv 4 men(c,j,d) me-n-(c,j,d) 5 menv me-tv 6 meng(a,i,u,e,o,h,g) me-(a,i,u,e,o,h,g) 7 menyv me-sv Tabel 3.2 Rule untuk imbuhan ber- Rule Input Output 8 berv ber-v be-rv 9 Belajar bel-ajar Tabel 3.3 Rule untuk imbuhan ter- Rule Input Output 10 terv ter-v te-rv Tabel 3.4 Rule untuk imbuhan per- Rule Input Output 11 perv per-v pe-rv 12 pem(b,f,v) pem-(b,f,v) 13 pemv pe-pv pe-mv 14 pen(c,j,d) pe-n-(c,j,d) 15 penv pe-tv 16 peng(a,i,u,e,o,h,g) pe-(a,i,u,e,o,h,g) 17 penyv pe-sv Dalam tabel di atas, V berarti huruf vokal (a,i,u,e,o).

11 Pemulihan Kata Berimbuhan Pemulihan kata berimbuhan merupakan proses mengembalikan kata berimbuhan yang sudah dipotong imbuhannya dan kata tersebut tidak ditemukan di database. Apabila menurut rule precedence kata tersebut mengandung imbuhan di rule precedence, maka kata berimbuhan yang telah dipulihkan akan dijalankan melalui algoritma rule precedence dimana kata tersebut tidak mengandung imbuhan di rule precedence (proses kebalikan). Dan sebaliknya, jika pada awalnya kombinasi imbuhan yang dimasukkan tidak sesuai dengan imbuhan yang ada di rule precedence maka kata akan dijalankan rule dimana kombinasi imbuhannya terdapat dalam rule precedence. Sebagai contoh, kata dimakan : 1. Imbuhan dari kata dimakan adalah di- dan -kan tidak termasuk ke dalam rule precedence, maka lemmatizer akan menghilangkan akhiran -kan terlebih dahulu menghasilkan kata dima. 2. Setelah itu, algoritma akan memotoh awalan di- menghasilkan kata ma, kemudian kata ma akan dicek ke database sehingga menghasilkan hasil error karena kata ma tidak ada di database. 3. Proses tidak berhenti sampai disitu. Algoritma akan memulihkan kata ke bentuk asalnya menjadi dimakan dan dilakukan proses pemotongan imbuhan, namun kali ini pemotongan dimulai dari awalan. 4. Awalan di- pada kata dimakan dihapus menghasilkan kata makan dan kata tersebut ada di database, sehingga program akan menghasilkan kata makan sebagai output Morfotaktik Dalam proses ini, akan diterapkan proses penambahan imbuhan berdasarkan rule morfotaktik yang ada. Adapun dalam rule morfotaktik ini kami membagi kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia menjadi 4 bagian besar, yaitu kata kerja, kata benda, kata sifat, dan kategori lain-lain. Adapun rule morfotaktik dalam algoritma adalah sebagai berikut :

12 60 1. Rule untuk kata kerja : men men+kan men+i di di+kan di+i pen pen+an ke+pen+an ber+pen+an per+an per+kan ke+an ber ber+kan ber+an men+ber+kan di+ber+kan pen+ber+an ke+ber+an ter ter+kan di+ter+kan men+ter+kan an kan i

13 61 2. Rule untuk kata benda : men men+kan men+i di+kan di+i pen pen+an ke+pen+an ber+pen+an per per+an per+kan per+i di+per di+per+kan di+per+i men+per men+per+kan men+per+i ke ber+ke+an di+ke+kan men+ke+kan ke+an ke+kan ber ber+kan men+ber+kan

14 62 di+ber+kan pen+ber+an ke+ber+an ter+kan an kan i 3. Rule untuk kata sifat : men men+kan men+i di+kan di+i pen pen+an ke+pen+an ber+pen+an per di+per di+per+kan di+per+i men+per men+per+kan men+per+i ke ber+ke+an di+ke+kan ke+an ber ber+kan

15 63 men+ber+kan di+ber+kan pen+ber+an ke+ber+an ter di+ter+kan an kan i 4. Rule untuk kata lainnya: men men+kan men+i di+kan di+i per+an per+kan ke di+ke+kan men+ke+kan ke+an ber di+ber+kan pen+ber+an ke+ber+an an kan Setelah algoritma menambahkan imbuhan kepada kata yang dimasukkan, maka algoritma akan menambahkan jenis kata keluaran berdasarkan imbuhan yang diberikan sesuai rule yang ada. Adapun rule untuk jenis kata tersebut adalah :

16 64 men kata kerja men+kan kata kerja men+per kata kerja men+i kata kerja men+per+kan kata kerja men+per+i kata kerja men+ke+kan kata kerja men+ber+kan kata kerja men+ter+kan kata kerja di kata kerja di+kan kata kerja di+i kata kerja di+per kata kerja di+per+kan kata kerja di+per+i kata kerja di+ke+kan kata kerja di+ber+kan kata kerja di+ter+kan kata kerja pen kata benda pen+an kata benda pen+ber+an kata benda per kata kerja per+an kata benda per+kan kata kerja per+i kata kerja ke kata benda ke+an kata benda, tapi jika kata dasar kata sifat ke+an adj ke+kan kata kerja ke+ber+an kata benda

17 65 ke+pen+an kata benda ber kata kerja ber+kan kata kerja, tapi jika kata dasar kata benda ber+kan n ber+an kata kerja ber+pen+an kata kerja ber+ke+an kata kerja ter jika kata dasarnya kata kerja kata kerja, tapi jika dari kata sifat ter kata sifat ter+kan kata kerja an kata benda kan kata kerja i kata kerja Morfofonemik Setelah morfotaktik dijalankan, langkah selanjutnya dalam penambahan imbuhan adalah menjalankan rule untuk morfofonemik. Adapun rule yang diberlakukan dalam morfofonemik adalah : 1. Rule untek prefiks me- : a. Bentuk me- tidak berubah dengan bentuk kata dasar yang berawalkan huruf konsonan l, r, m, ny, ng. Contoh : i. me- + lompat melompat ii. me + merah memerah b. Bentuk me- akan berubah menjadi mem- jika terjadi penggabungan dengan kata dasar yan berawalkan konsonan b, f, v dan konsonan rangkap pr. Contoh : i. me + babat membabat ii. me- + prediksi memprediksi iii. me- + fantasi memfantasi c. Me- akan menjadi bentuk me-m- jika terjadi penggabungan dengan kata dasar yang diawali huruf p dan huruf p tersebut luluh menjadi -m-. Contoh :

18 66 i. me- + pukul memukul ii. me- + patung mematung d. Perubahan bentuk me- akan terjadi dalam penggabungan dengan kata dasar yang diawali huruf c, d, dan j akan menjadi men-. Contoh : me- + cangkul mencangkul i. me- + dengar mendengar ii. me- + jauh menjauh e. Kata dasar yang diawali dengan konsonan t akan merubah bentuk prefiks me- menjadi me-n- dimana huruf t akan luruh menjadi -n-. Contoh : me- + tebang menebang f. Bentuk prefiks me- akan berubah menjadi meng- jika bertemu dengan kata dasar yang diawali oleh huruf vokal a, i, u, e, o serta huruf konsonan h dan g. Contoh : i. me- + ajar mengajar ii. me- + injak menginjak iii. me- + unduh --> mengunduh g. Prefiks me- jika bertemu dengan kata dasar berawalan k akan berubah menjadi me-ng- dimana ka luruh menjadi -ng-. Contoh : i. me- + kail mengail. h. Bentuk me- akan berubah menjadi menge- jika prefiks me- bertemu dengan kata yang terdiri dari satu kata. Contoh : i. me- + cek mengecek ii. me- + las mengelas iii. me- + cor mengecor i. Kata-kata yang berawalan dengan huruf s akan mengubah prefiks me- menjadi me-ny- dimana huruf s akan luruh menjadi ny-. Contoh : i. me- + sadap menyadap ii. me- + sergap menyergap 2. Rule untuk prefiks ber-

19 67 a. Bentuk ber- tidak terjadi perubahan jika digabungkan dengan segala huruf awal bentuk dasar, baik diawali huruf vokal kecuali vokal a pada kata ajar maupun konsonan kecuali konsonan r. Contoh : i. ber- + bicara berbicara ii. ber- + dagang berdagang iii. ber- + janji berjanji b. Bentuk ber- berubah menjadi be- jika terjadi pergabungan dengan kata dasar yang berawal huruf r atau kata yang suku pertamanya berakhir dengan r. Contoh : i. ber- + kerja bekerja ii. ber- + rencana berencana c. Bentuk ber- akan berubah menjadi bentuk bel- jika bertemu kata ajar. ber- + ajar belajar 3. Rule untuk prefiks ter- a. Bentuk ter- akan berubah menjadi te- jika bertemu dengan kata yang diawali dengan huruf r. Contoh : ter- + rampas terampas 4. Rule untuk prefiks per- a. Bentuk per- berubah menjadi bentuk pe- jika bertemu dengan kata yang diawali huruf r. Contoh : i. per- + rawat perawat b. Bentuk per- berubah menjadi pe- dengan bentuk kata dasar yang berawalkan huruf konsonan l, m, ny, ng. Contoh : i. pe- + lompat pelompat ii. pe + nyanyi penyanyi c. Bentuk pe- akan berubah menjadi pem- jika terjadi penggabungan dengan kata dasar yan berawalkan konsonan b, f, v dan konsonan rangkap pr. Contoh : i. pe- + bunuh pembunuh

20 68 d. pe- akan menjadi bentuk pe-m- jika terjadi penggabungan dengan kata dasar yang diawali huruf p dan huruf p tersebut luluh menjadi -m-. Contoh : i. pe- + pukul pemukul ii. pe- + patung pematung e. Perubahan bentuk pe- akan terjadi dalam penggabungan dengan kata dasar yang diawali huruf c, d, dan j akan menjadi pen-. Contoh : i. pe- + cangkul pencangkul ii. pe- + dengar pendengar iii. pe- + jabat penjabat f. Kata dasar yang diawali dengan konsonan t akan merubah bentuk prefiks pe- menjadi pe-n- dimana huruf t akan luruh menjadi -n-. Contoh : i. pe- + tebang penebang g. Bentuk prefiks pe- akan berubah menjadi peng- jika bertemu dengan kata dasar yang diawali oleh huruf vokal a, i, u, e, o serta huruf konsonan h dan g. Contoh : i. pe- + adil pengadil ii. pe- + hasil penghasil iii. pe- + gabung penggabung h. Prefiks pe- jika bertemu dengan kata dasar berawalan k akan berubah menjadi pe-ng- dimana ka luruh menjadi -ng-. Contoh : i. pe- + kail pengail. i. Bentuk pe- akan berubah menjadi penge- jika prefiks pe- bertemu dengan kata yang terdiri dari satu kata. Contoh : i. pe- + cek pengecek ii. pe- + las pengelas iii. pe- + cor pengecor j. Kata-kata yang berawalan dengan huruf s akan mengubah prefiks pe- menjadi pe-ny- dimana huruf s akan luruh menjadi ny-. Contoh : i. pe- + sadap penyadap

21 69 ii. pe- + sergap penyergap 3.4 Pseudocode begin read kata input menjalankan morfotaktik menjalankan morfofonemik return kata+afiks end elseif menjalankan pencarian token if pencarian token berhasil menjalankan pemisahan kata ulang else if do pengecekan rule precedence false else if precedence = pengecekan rule precedence if rule precedence adalah prefiks pertama hapus prefiks derivasi hapus sufiks infleksional

22 70 hapus sufiks derivasi pemulihan kata berimbuhan hapus sufiks infleksional hapus sufiks derivasi hapus prefiks derivasi else if kata tidak ditemukan return kata input

23 71 else if rule precedence adalah sufiks pertama hapus sufiks infleksional hapus sufiks derivasi hapus prefiks derivasi pemulihan kata berimbuhan hapus prefiks derivasi hapus sufiks infleksional

24 72 hapus sufiks derivasi else if kata tidak ditemukan return kata input end 3.5 Kompleksitas Berdasarkan proses yang telah dijabarkan di subbab sebelumnya, kompleksitas dari algoritma akan dianalisis. Setiap proses akan diberi penjelasan singkat dan tujuan dari setiap proses. 1. Pencarian Kamus Pencarian kamus merupakan proses untuk melihat kata ke dalam database dan merupakan proses pencarian tunggal. 2. Morfotaktik (MT) Proses ini bertujuan untuk menghasilkan kata sesuai morfotaktik. Proses ini hanya terjadi 1 kali iterasi. Maka dari itu, MT=1 3. Morfofonemik (MF) Proses ini akan mengubah bunyi dari imbuhan. Proses ini juga terjadi 1 kali iterasi, maka MF = 1 4. Penghilangan Prefiks Derivasi (PD)

25 73 Dalam proses ini, prefiks akan dihilangkan dalam setiap iterasinya. Adapun prefiks yang ditemukan paling banyak hanya 2 prefiks pada kata berimbuhan maka jika terdapat 2 prefiks di kata berimbuhan tersebut, maka PD=2 5. Penghilangan Sufiks Infleksional (SI) Penghilangan sufiks infleksional bisa terjadi maksimal 2 kali dalam satu kata. Maka maksimal hanya terjadi 2 kali iterasi dalam satu kata berimbuhan, maka SI=2. 6. Penghilangan Sufiks Derivasi (SD) Penghilangan sufiks derivasi hanya terjadi maksimal 1 kali iterasi, maka SD = 1. Berdasarkan perhitungan diatas, waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan imbuhan dari satu kata berimbuhan dengan mengasumsikan kata berimbuhan tersebut memiliki maksimal prefiks dan sufiks adalah : T = ( ) x 2 T = 5 x 2 T = 10 Lain halnya dengan penambahan imbuhan, waktu yang dibutuhkan algoritma untuk menambahkan imbuhan adalah : T = 1+1 T = 2

SISTEM TEMU BALIK INFORMASI

SISTEM TEMU BALIK INFORMASI SISTEM TEMU BALIK INFORMASI Algoritma Nazief dan Adriani Disusun Oleh: Dyan Keke Rian Chikita Agus Dwi Prayogo 11/323494/PA/14356 11/323813/PA/14362 11/323856/PA/14367 PRODI S1 ILMU KOMPUTER JURUSAN ILMU

Lebih terperinci

Tabel 3 Situs berita dan jumlah RSS yang diunduh Situs Berita

Tabel 3 Situs berita dan jumlah RSS yang diunduh Situs Berita 6 besar dibandingkan dengan istilah yang berada pada description. Lingkup Implemental Lingkungan implementasi yang akan digunakan adalah sebagai berikut: Perangkat Lunak : Sistem operasi Windows XP Professional

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SUPPORT VECTOR MACHINES UNTUK PENCARIAN INFORMASI BUKU RIKI HIDAYAT

IMPLEMENTASI METODE SUPPORT VECTOR MACHINES UNTUK PENCARIAN INFORMASI BUKU RIKI HIDAYAT IMPLEMENTASI METODE SUPPORT VECTOR MACHINES UNTUK PENCARIAN INFORMASI BUKU RIKI HIDAYAT 10108371 Latar Belakang Masalah 1. Jumlah buku yang semakin banyak. 2. Belum adanya sistem pencarian informasi buku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan dalam bidang bahasa dan teknologi, namun tidak semua bahasa mampu diintegrasikan ke dalam semua teknologi yang telah diciptakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Text mining

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Text mining BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini akan membahas landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pikir, dan hipotesis yang mendasari penyelesaian permasalahan dalam pengklasifikasian novel menggunakan TF-IDF.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskriptif 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

Analisa dan Evaluasi Afiks Stemming untuk Bahasa Indonesia

Analisa dan Evaluasi Afiks Stemming untuk Bahasa Indonesia ISSN : 088-9984 Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 0 Analisa dan Evaluasi Afiks Stemming untuk Bahasa Indonesia Jiwa Malem Marsya ) dan Taufik Fuadi Abidin ) ) Data Mining and IR Research Group FMIPA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plagiarisme Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 dikatakan: "Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh

Lebih terperinci

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dipaparkan landasan-landasan teori yang telah ada dan menjadi pijakan dalam pelaksanaan penelitian ini.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dipaparkan landasan-landasan teori yang telah ada dan menjadi pijakan dalam pelaksanaan penelitian ini. BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dipaparkan landasan-landasan teori yang telah ada dan menjadi pijakan dalam pelaksanaan penelitian ini. 2.1 Morfologi Sebelum melihat lebih jauh tentang pengurai

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Januari 2014 KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Januari 2014 KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Oleh Rian Andri Prasetya 1 Mulyanto Widodo 2 Nurlaksana Eko R. 3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Text Mining Text mining merupakan teknik yang digunakan untuk menangani masalah klasifikasi, clustering, information extraction, dan information retrieval (Berry & Kogan, 2010).

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Morfologis Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pola Word Graph Kata Benda 1 Listen to Customer 2 Build or Revise Mock-up Customer Test Drives Mock-up

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pola Word Graph Kata Benda 1 Listen to Customer 2 Build or Revise Mock-up Customer Test Drives Mock-up 4 Listen to customer Gambar 1 Diagram metode pengembangan prototype. 1 Listen to Customer Tahap listen to customer merupakan tahap untuk melakukan pengumpulan kebutuhan pengguna (requirements gathering).

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Penelitian yang sudah pernah membuat sistem ini berhasil menciptakan pembangkitan pertanyaan non-factoid secara otomatis dengan menggunakan tiga jenis

Lebih terperinci

APLIKASI PENENTUAN KATA DASAR DARI KATA BERIMBUHAN PADA KALIMAT BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA STEMMING

APLIKASI PENENTUAN KATA DASAR DARI KATA BERIMBUHAN PADA KALIMAT BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA STEMMING APLIKASI PENENTUAN KATA DASAR DARI KATA BERIMBUHAN PADA KALIMAT BAHASA INDONESIA DENGAN ALGORITMA STEMMING Julianto Wibowo Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisimangaraja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. listen to customer. build/revise. mock-up. customer test-drives

HASIL DAN PEMBAHASAN. listen to customer. build/revise. mock-up. customer test-drives 4 dilakukan oleh Muslik (2009). Tahap selanjutnya yaitu pembuatan modul word graph kata kerja pada KG_EDITOR. Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam pembuatan modul kata kerja ini yaitu prototype.

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata

Lebih terperinci

STEMMING KATA KERJA BAHASA INDONESIA PADA FILE TEKS MENGGUNAKAN ALGORITMA LOVINS DAN ALGORITMA PAICE/HUSK. Proposal Tugas Akhir. Logo kampus.

STEMMING KATA KERJA BAHASA INDONESIA PADA FILE TEKS MENGGUNAKAN ALGORITMA LOVINS DAN ALGORITMA PAICE/HUSK. Proposal Tugas Akhir. Logo kampus. Disiapkan Oleh: Sunaryo, S.Kom Email: sunaryo.online@gmail.com STEMMING KATA KERJA BAHASA INDONESIA PADA FILE TEKS MENGGUNAKAN ALGORITMA LOVINS DAN ALGORITMA PAICE/HUSK Proposal Tugas Akhir Logo kampus

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Setiap bahasa di dunia memiliki sistem kebahasaan yang berbeda. Perbedaan sistem bahasa itulah yang menyebabkan setiap bahasa memiliki ciri khas dan keunikan, baik

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013 ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013 ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peringkas Teks Otomatis Berikut ini akan dibahas mengenai teori-teori peringkas teks otomatis dalam beberapa subbab, yaitu sebagai berikut: 2.1.1 Definisi Peringkas Teks Otomatis

Lebih terperinci

Memilih Perkataan. kedatangan mengucapkan memohon SAMPEL. membuat berangkat berpindah. kesalahan memberi tiba. pergi sibuk banyak

Memilih Perkataan. kedatangan mengucapkan memohon SAMPEL. membuat berangkat berpindah. kesalahan memberi tiba. pergi sibuk banyak Memilih Perkataan Latihan 1 Arahan: Isi setiap tempat kosong dalam petikan karangan di bawah ini dengan sepatah perkataan yang paling sesuai. Pilih jawapan kamu daripada senarai yang diberikan. Kemudian,

Lebih terperinci

Media Informatika Vol. 7 No. 1 (2008) PERANGKAT LUNAK SISTEM PENENTUAN KATA DASAR SUATU KATA DALAM SUATU KALIMAT SECARA OTOMATIS

Media Informatika Vol. 7 No. 1 (2008) PERANGKAT LUNAK SISTEM PENENTUAN KATA DASAR SUATU KATA DALAM SUATU KALIMAT SECARA OTOMATIS Media Informatika Vol. 7 No. 1 (2008) PERANGKAT LUNAK SISTEM PENENTUAN KATA DASAR SUATU KATA DALAM SUATU KALIMAT SECARA OTOMATIS Tacbir Hendro Pudjiantoro Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

Lebih terperinci

EJAAN DAN MORFOLOGI PERTEMUAN KETIGA

EJAAN DAN MORFOLOGI PERTEMUAN KETIGA EJAAN DAN MORFOLOGI PERTEMUAN KETIGA Pengertian EJAAN Ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Morfologis Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain (Samsuri, 1983:25). Proses morfologis juga

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : KOSAKATA BAHASA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Stemming Stemming merupakan suatu proses atau cara dalam menemukan kata dasar dari suatu kata. Stemming sendiri berfungsi untuk menghilangkan variasi-variasi morfologi

Lebih terperinci

SATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.

SATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi. SATUAN GRAMATIK Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi. Pengertian Satuan Gramatik Bentuk Tunggal dan Bentuk Kompleks Satuan Gramatik Bebas dan Terikat Morfem, Morf, Alomorf,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dianalisis pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa persamaan dan perbedaan perubahan fonem yang terjadi pada proses

Lebih terperinci

JULIO ADISANTOSO - ILKOM IPB 1

JULIO ADISANTOSO - ILKOM IPB 1 KOM341 Temu Kembali Informasi KULIAH #3 Inverted Index Inverted index construction Kumpulan dokumen Token Modifikasi token Tokenizer Linguistic modules perkebunan, pertanian, dan kehutanan perkebunan pertanian

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap

Lebih terperinci

Peningkatan Kinerja Pencarian Dokumen Tugas Akhir menggunakan Porter Stemmer Bahasa Indonesia dan Fungsi Peringkat Okapi BM25

Peningkatan Kinerja Pencarian Dokumen Tugas Akhir menggunakan Porter Stemmer Bahasa Indonesia dan Fungsi Peringkat Okapi BM25 54 Widiasri, M., dkk.: Peningkatan Kinerja Pencarian Dokumen Tugas Akhir Menggunakan Peningkatan Kinerja Pencarian Dokumen Tugas Akhir menggunakan Porter Stemmer Bahasa Indonesia dan Fungsi Peringkat Okapi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMBENTUKAN KATA BERIMBUHAN DAN PENCARIAN BENTUK DASAR DARI KATA BERIMBUHAN PADA BAHASA INDONESIA

PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMBENTUKAN KATA BERIMBUHAN DAN PENCARIAN BENTUK DASAR DARI KATA BERIMBUHAN PADA BAHASA INDONESIA PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMBENTUKAN KATA BERIMBUHAN DAN PENCARIAN BENTUK DASAR DARI KATA BERIMBUHAN PADA BAHASA INDONESIA Andri Budiman Oktarino Dwi Taruna Winahyu Andrew Halim Derwin Suhartono BINUS University

Lebih terperinci

AFIKS DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR LAMPUNG POST. Oleh

AFIKS DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR LAMPUNG POST. Oleh AFIKS DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR LAMPUNG POST Oleh Tika Yuni Arsita Nurlaksana Eko Rusminto Muhammad Fuad Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail : tikayuniarsita@yahoo.com

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sesama manusia. Dengan bahasa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Information Retrieval System Sistem temu kembali informasi ( information retrieval system) merupakan sistem yang dapat digunakan untuk menemukan informasi yang relevan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS MASALAH DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS MASALAH DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS MASALAH DAN PERANCANGAN 3.1 State of the Art Pada penelitian sebelumnya sudah ada yang menggunakan metode Stemming untuk preprocessing text dalam mengolah data pelatihan dan data uji untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, akan dibahas landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pikir yang mendasari penyelesaian permasalahan stemming dengan menggunakan algoritma enhanced confix

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pembentukan pola word graph, pengujian pola word graph, analisis hasil pengujian.

HASIL DAN PEMBAHASAN. pembentukan pola word graph, pengujian pola word graph, analisis hasil pengujian. yang sesuai dengan pola tersebut. Di lain pihak, jika hasil dari stemming berupa pola kata dasar dan imbuhan yang tidak ada dalam pola kata kerja menurut Ahmad Muslik (2009) dan gagal dalam proses pengenalan,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA STEMMING PORTER DENGAN ALGORITMA NAZIEF & ADRIANI UNTUK STEMMING DOKUMEN TEKS BAHASA INDONESIA

PERBANDINGAN ALGORITMA STEMMING PORTER DENGAN ALGORITMA NAZIEF & ADRIANI UNTUK STEMMING DOKUMEN TEKS BAHASA INDONESIA PERBANDINGAN ALGORITMA STEMMING PORTER DENGAN ALGORITMA NAZIEF & ADRIANI UNTUK STEMMING DOKUMEN TEKS BAHASA INDONESIA Ledy Agusta Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana ledyagusta@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan analisis dan perancangan sistem dari aplikasi translator bahasa Indonesia Sunda, Sunda Indonesia berbasis mobile dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODIFIKASI ENHANCED CONFIX STRIPPING STEMMER UNTUK BAHASA INDONESIA DENGAN METODE CORPUS BASED STEMMING

IMPLEMENTASI MODIFIKASI ENHANCED CONFIX STRIPPING STEMMER UNTUK BAHASA INDONESIA DENGAN METODE CORPUS BASED STEMMING IMPLEMENTASI MODIFIKASI ENHANCED CONFIX STRIPPING STEMMER UNTUK BAHASA INDONESIA DENGAN METODE CORPUS BASED STEMMING DOSEN PEMBIMBING Diana Purwitasarti, S.Kom., M.Sc. MAHASISWA Andita Dwiyoga T (5106

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

Peningkatan Algoritma Porter Stemmer

Peningkatan Algoritma Porter Stemmer JNTETI, Vol. 2, No. 2, Mei 2013 1 Peningkatan Algoritma Porter Stemmer Bahasa Indonesia berdasarkan Metode Morfologi dengan Mengaplikasikan 2 Tingkat Morfologi dan Aturan Kombinasi Awalan dan Akhiran Putu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam bentuk tulisan, bahasa menyimpan pengetahuan dari satu generasi ke generasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Analisis dan perancangan berfungsi untuk mempermudah, memahami dan menyusun perancangan pada bab selanjutnya. Selain itu juga berfungsi untuk memberikan gambaran dan solusi

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang 49 BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Pengantar Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang digunakan. Pada bab ini akan dibahas langkah-langkah penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

Implementasi Stemmer Tala pada Aplikasi Berbasis Web

Implementasi Stemmer Tala pada Aplikasi Berbasis Web Mardi Siswo Utomo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : mardiutomo@gmail.com Abstrak Stemming adalah proses untuk mencari kata dasar pada suatu kata. Pada analisa temu kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) merupakan pembelajaran yang paling utama. Kompetensi hasil belajar siswa di

Lebih terperinci

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Fitri Megawati, Tri Mahajani, Sandi Budiana ABSTRAK Fitri Megawati, Analisis Makna Afiks pada

Lebih terperinci

Analisis Morfofonemik Cerita Bersambung Pedhalangan Aswatama Anglandhak dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2012 Karya Mulyantara

Analisis Morfofonemik Cerita Bersambung Pedhalangan Aswatama Anglandhak dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2012 Karya Mulyantara Analisis Morfofonemik Cerita Bersambung Pedhalangan Aswatama Anglandhak dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2012 Karya Mulyantara Oleh: Ani Rahayu program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anirahayu758@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata-kata Bahasa Indonesia kaya akan imbuhan. Kurang lebih ada sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Kata-kata Bahasa Indonesia kaya akan imbuhan. Kurang lebih ada sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kata-kata Bahasa Indonesia kaya akan imbuhan. Kurang lebih ada sekitar 35 imbuhan resmi yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Imbuhan-imbuhan ini dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

PENDEKATAN METODE ATURAN PERUBAHAN KATA UNTUK MENGALIHKAN TEKS BAHASA INDONESIA KE BAHASA BELITUNG

PENDEKATAN METODE ATURAN PERUBAHAN KATA UNTUK MENGALIHKAN TEKS BAHASA INDONESIA KE BAHASA BELITUNG PENDEKATAN METODE ATURAN PERUBAHAN KATA UNTUK MENGALIHKAN TEKS BAHASA INDONESIA KE BAHASA BELITUNG 1 Annisa Della, 2 Dewi Soyusiawaty 1,2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Jl. Prof.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 TULANG BAWANG UDIK TAHUN AJARAN 2016/2017. (Skripsi) OLEH ISTI NURHASANAH

PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 TULANG BAWANG UDIK TAHUN AJARAN 2016/2017. (Skripsi) OLEH ISTI NURHASANAH PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 TULANG BAWANG UDIK TAHUN AJARAN 2016/2017 (Skripsi) OLEH ISTI NURHASANAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gambar. Dengan kata lain, komik adalah sebuah cerita bergambar.

BAB I PENDAHULUAN. gambar. Dengan kata lain, komik adalah sebuah cerita bergambar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komik merupakan sebuah cerita yang disampaikan dengan ilustrasi gambar. Dengan kata lain, komik adalah sebuah cerita bergambar. Gambar-gambar tersebut berfungsi

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini perkembangan dalam dunia komputer terutama dalam bidang software telah maju dengan pesat dan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan manusia,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA STEMMING NAZIEF & ADRIANI DAN PORTER PADA DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA STEMMING NAZIEF & ADRIANI DAN PORTER PADA DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA ISSN (Print) : 1693-1173 ISSN (Online) : 2548-4028 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA STEMMING NAZIEF & ADRIANI DAN PORTER PADA DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA Dwi Wahyudi 1), Teguh Susyanto 2), Didik Nugroho

Lebih terperinci

AFIKSASI BAHASA JAWA-BANTEN PADA LAGU DAERAH BANTEN SEBAGAI PESONA IDENTITAS LOKAL. Sundawati Tisnasari 1 Agustia Afriyani 2

AFIKSASI BAHASA JAWA-BANTEN PADA LAGU DAERAH BANTEN SEBAGAI PESONA IDENTITAS LOKAL. Sundawati Tisnasari 1 Agustia Afriyani 2 AFIKSASI BAHASA JAWA-BANTEN PADA LAGU DAERAH BANTEN SEBAGAI PESONA IDENTITAS LOKAL Sundawati Tisnasari 1 Agustia Afriyani 2 Abstrak. Penelitian ini mengupas afiksasi pada bahasa Jawa- Banten yang dianalisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Text Mining Text Mining merupakan penerapan konsep dan teknik data mining untuk mencari pola dalam teks, proses penganalisaan teks guna menemukan informasi yang bermanfaat untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Natural Language Processing Natural language processing (NLP), merupakan salah satu pendekatan terkomputerisasi untuk menganalisa teks berdasarkan aspek teori dan teknologi. Menurut

Lebih terperinci

MODIFIKASI ALGORITMA PORTER UNTUK STEMMING PADA KATA BAHASA INDONESIA

MODIFIKASI ALGORITMA PORTER UNTUK STEMMING PADA KATA BAHASA INDONESIA MODIFIKASI ALGORITMA PORTER UNTUK STEMMING PADA KATA BAHASA INDONESIA Badrus Zaman Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Jl. Dr. Ir. Soekarno MERR Surabaya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pembahasan pada bab dua sampai empat, didapat suatu

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pembahasan pada bab dua sampai empat, didapat suatu 175 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan pada bab dua sampai empat, didapat suatu kesimpulan tentang adanya akronim yang menjadi leksikon dalam bahasa Indonesia. Kesimpulan ini dapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Aplikasi penterjemahan kata Indonesia-Inggris yang dibuat dalam tulisan

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Aplikasi penterjemahan kata Indonesia-Inggris yang dibuat dalam tulisan BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Sistem Aplikasi penterjemahan kata Indonesia-Inggris yang dibuat dalam tulisan ini adalah aplikasi pencarian kata, berupa kamus untuk bahasa Indonesia - Inggris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahasa Lampung adalah salah satu bahasa daerah yang dipelihara secara baik oleh masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahasa Lampung adalah salah satu bahasa daerah yang dipelihara secara baik oleh masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahasa Lampung Bahasa Lampung adalah salah satu bahasa daerah yang dipelihara secara baik oleh masyarakat penuturnya, yaitu masyarakat Lampung. Dalam hubungannya dengan bahasa

Lebih terperinci

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh LISDA OKTAVIANTINA

Lebih terperinci

PENELURUSAN BENTUK BAKU KATA BAHASA INDONESIA

PENELURUSAN BENTUK BAKU KATA BAHASA INDONESIA PENELURUSAN BENTUK BAKU KATA BAHASA INDONESIA I Nyoman Mandia Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali Kampus Bukit Jimbaran, Bali, Telp.(0361) 701981 ext. 177 ABSTRAK: Pemakai bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

Self Organizing Map-Neural Network untuk Pengelompokan Abstrak

Self Organizing Map-Neural Network untuk Pengelompokan Abstrak 160 ISSN: 2354-5771 Self Organizing Map-Neural Network untuk Pengelompokan Abstrak Self Organizing Map - Neural Network for Abstract Clustering Fajar Rohman Hariri* 1, Danar Putra Pamungkas 2 1,2 Universitas

Lebih terperinci

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA. PENDAHULUAN bahasa adalah salah satu cara manusia untuk dapat menguasai dan menggunakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa dalam berbahasa Perancis yang baik dan benar. Selayaknya

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa dalam berbahasa Perancis yang baik dan benar. Selayaknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Perancis, mahasiswa banyak disuguhkan beranekaragam pengetahuan dasar mengenai pembelajaran bahasa Perancis. Pengetahuan dasar tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN :

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PERBANDINGAN ALGORITMA STEMMING PORTER DENGANARIFIN SETIONO UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KETEPATAN KATA DASAR Dian Novitasari Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Emai : diannovita.unindra@gmail.com

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, setiap orang dituntut untuk bisa memanfaatkan dengan baik perkembangan teknologi dan dapat menggunakan di dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak tergolong jenis media massa yang paling populer. Yeri & Handayani (2013:79), menyatakan bahwa media cetak merupakan media komunikasi yang bersifat

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA A. Deskripsi Mata Kuliah Dalam perkuliahan dibahas pengertian morfologi dan hubungannya dengan cabang ilmu bahasa lain, istilah-istilah teknis dalam morfologi,

Lebih terperinci

HEADLINE RIAU PREFIXES IN THE POS ISSUE 10 JUNE TO 30 JUNE 2016

HEADLINE RIAU PREFIXES IN THE POS ISSUE 10 JUNE TO 30 JUNE 2016 1 HEADLINE RIAU PREFIXES IN THE POS ISSUE 10 JUNE TO 30 JUNE 2016 Riestha Arisandy 1, Hasnah Faizah 2, Mangatur Sinaga 3 nani_supriatni@yahoo.com, hasnahfaizahar@yahoo.com, Sinaga.mangatur83162@gmail.com.

Lebih terperinci

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) PENGGUNAAN AFIKSASI PADA SKRIPSI PERIODE WISUDA KE-52 MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT ARTIKEL JURNAL Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul

Lebih terperinci

ASPEK KEBAHASAAAN DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH 1) oleh Wahya 2)

ASPEK KEBAHASAAAN DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH 1) oleh Wahya 2) ASPEK KEBAHASAAAN DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH 1) oleh Wahya 2) 1. Pendahuluan Dunia pendidikan tinggi identik dengan dunia keilmuan. Berbagai penelitian ilmiah dalam berbagai disiplin, baik untuk kepentingan

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI Problem in Preparing Sentence Morphological Class of 10 High School Students Wahidiyah Kediri Oleh: FITRIANA HARIYANTI

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 BINUS UNIVERSITY 3.1.1 Sejarah BINUS UNIVERSITY BINUS UNIVERSITY bermula sebagai suatu lembaga jangka pendek yang berdiri pada tanggal 21 Oktober 1974 dengan nama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN / PERANCANGAN SISTEM. perancangan dan pembuatan program ini meliputi : dengan konversi notasi infix, prefix, dan postfix.

BAB III METODE PENELITIAN / PERANCANGAN SISTEM. perancangan dan pembuatan program ini meliputi : dengan konversi notasi infix, prefix, dan postfix. 21 BAB III METODE PENELITIAN / PERANCANGAN SISTEM 3.1. Metode Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan untuk mendukung penyelesaian perancangan dan pembuatan program ini meliputi : 1. Studi literatur

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA ENHANCED CONFIX STRIPPING STEMMER PADA KAMUS SISTEM BAHASA ISYARAT INDONESIA SKRIPSI ANNIFA IQRAMITHA

IMPLEMENTASI ALGORITMA ENHANCED CONFIX STRIPPING STEMMER PADA KAMUS SISTEM BAHASA ISYARAT INDONESIA SKRIPSI ANNIFA IQRAMITHA IMPLEMENTASI ALGORITMA ENHANCED CONFIX STRIPPING STEMMER PADA KAMUS SISTEM BAHASA ISYARAT INDONESIA SKRIPSI ANNIFA IQRAMITHA 091402028 PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

INTERFERENSI AFIKSASI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA SURAT KABAR JAWA POS RUBRIK WAYANG DURANGPO EDISI JANUARI JUNI 2010 SKRIPSI

INTERFERENSI AFIKSASI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA SURAT KABAR JAWA POS RUBRIK WAYANG DURANGPO EDISI JANUARI JUNI 2010 SKRIPSI INTERFERENSI AFIKSASI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA SURAT KABAR JAWA POS RUBRIK WAYANG DURANGPO EDISI JANUARI JUNI 2010 SKRIPSI Oleh : Sabiq Ulul Albab NIM 060210402065 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci